Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ungkapan tersebut dapat
menggambarkan bahwa api mempunyai manfaat untuk manusia namun juga
dapat mendatangkan bahaya. Api merupakan salah satu pendukung dalam
kehidupan manusia. Sejak zaman purbakala hingga sekarang. Namun saat ini
api daapaat mudah ditemui oleh manusia dan dibuat tidak seperti zaman dahulu.
Api merupakan suatu zat yang tidak bisa dipungkiri bahwa selalu
dibutuhkan dan tidak dapat dipisah dari kehidupan manusia. Api merupakan hasil
dari suatu reaksi yang bernama pembakaran antara bahan bakar, udara dan
sumber percikan atau yang lainnya. Sekarang, pemanfaatan api menjadi lebih
luas, seperti dimanfaatkan untuk menghasilkan energi, contohnya energi listik.
Seperti ungkapan diatas, api tidak hanya memiliki banyak manfaat bagi
manusia, namun api juga dapat menimbulkan ancaman atau bahaya yang besar
bahknn fatal. Api yang besar dan tidak fapat dikendalikan disebut dengan
kebakaran. Kebakar bias terjadi dimana saja da kappa saja asal terdaoat pemicu
terjadinya kebakaran tersebut. Kebakaran bias terjadi dimana saja seperti
perumahan, industri, perkantoran, hutan, dll. (Pratama, 2008)
Ketika kebakaran terjadi, kebakaran hanya dapat dikendalikan atau
dipadamkan. Pemadaman kebakaran atau pengendalian dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Terdapat cara yang modern dan cara yang tradisional. Cara yang
modern bisa menggunakan media pemadam seperti APAR, Hydrant dan lain
sebagainya. Sedangkan untuk media pemadam yang menggunakan cara
tradisional yaitu air, pasir dan karung goni. Setiap cara pemadaman baik secara
modern maupun tradisional, terdapat prosedur atau cara untuk menggunakannya
atau mengaplikasikannya.
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan metode atau cara
pemadaman secara tradisional. Pemadaman api secara tradisional digunakan
untuk klasifikasi kebakaran kelas tertentu saja seperti kebakaran ringan.
Pemadaman secara tradisional digunakan untuk memadamkan api dalam skala
yang masih kecil. Alat dari metode ini sangat mudah dijumpai. Oleh karena itu
ketika kebakaran terjadi diharapkan dapat dipadamkan secara cepat ketika nyala
api masih kecil dengan menggunakan metode pemadam api tradisional. Ketika
melakukan pemadaman tentunya harus mengerti prosedur maupun ketentuan
yang harus dilakukan untuk memadamkan api. Maka dari itu, praktikum ini
dilkukan untuk memahami dan mengapilkasikan pemadam api secara tradisional.

1.2 Tujuan
Pada praktikum pemadam api tradisional, praktikan diharapkan mampu
mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran. Secara khusus praktikan
diharapkan mampu memahami tentang prosedur pemakain bahan tradisional dan
dapat memadamkan kebakaaran dengan media tradisional.
1.3 Manfaat
Pada praktikum ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada:
1. Mahasiswa atau praktikan melakukan pemadaman api secara
tradisional dengan baik.
2. Mahasiswa mempunyai gambaran bagaimana melakukan pemadaman
api secara tradisional
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Kebakaran


Kebakaran adalah suatu kejadian yang tiddak diinginkan dan kadang
tidak dapat dikendalikan, sebagai hasil dari pembakaran suatu bahan dalam
udara dan mengeluarkan energi panas dan nyala api. Proses pembakaran
adalah suatu reaksi eksotermis. Kebakaran dapat disebabkan karena factor
teknis (instalasi listrii, pemanas), aatau karena manusia (kesegajaan,
kecerobohan, dan lain lain) (Harlinanto,2015). Kebakaran berawal dari api yang
tidak dapat terkendali. Api terjadi karena berlangsungnya reaksi kimia antara
bahan bakar, panas dan oksigen.

2.2 Sebab Sebab Terjadinya Kebakaran


Terjadinya suatu kejadian pasti ada penyebabnya. Berikut adalah
penyebab terjadinya kebakaran (Hargiyanto, 2003):
Kebakaran karena sifat kelalaian manusia. Seperti: kurangnya
pengetahuan penaanggulangan kebakaran, kurang berhati hati dalam
menggunakan alat atau bahan yang dapat menimbulkan api.
Karena peristiwa alam terutama berkaitan dengan cuaca, sinar matahari,
gunung berapi, dll.
Kebakaran karena penyalaan sendiri
Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu

2.3 Teori Segitiga Api


Api terjadi karena adanya reaksi antara bahan bakar, panas, dan oksigen.
Karena api terbentuk dari ketiga unsur tersebut, maka dapat digambarkan secara
berantai membentuk sebuah segitiga yang biasa disebut dengan istilah segitiga
api.
Gambar 1.1 Teori segitiga api (triagle of fire theory)

Di kehidupan sehari hari dapat ditemui ketiga unsur pembentuk api.


Berikut adalah contoh bahan kimia yang dapat memicu terbentuknya api

Bahan bakar: acetone, acetylene, CO, plastic, kayu, fiber, dll


Panas: sinar matahari, listrik, gesekan, kompresi, petir, dll
Oksigen atau oxidizer : O2, Chlorine, hydrogen peroxide, dll

Oksigen (O2) terdapat diudara bebas. Dalam keadaan normal, prosentase


oksigen di udara bebas adalah 21%. Karena oksigen adalah suatu gas
pembakar, maka keberadaan oksigen akan sangat menentukan keaktifan
pembakaran. Suatu tempat dinyatakan masih meiliki keaktifan pembakaran yang
tinggi apabila mempunyai kadar oksigen lebih dari 15%. Sedangkan pembakaran
tidak akan terjadi apabila kadar okigen yang ada di udara kurang dari 12%. Oleh
karena itu terdapat salah satu teknik pemadaman dengan cara meurunkan kadar
oksigen di sekitar daerah pembakaran atau tempat yang terbakar menjadi kurang
dari 12%.(-,2003)

2.4 Klasifikasi Tingkat Bahaya Kebakaran


Untuk melakukan pemadaman, maka terlebih dahulu harus diketahui
tingkat bahaya kebakara. Hal tersebut diperlukan untuk menentukan metode dan
alat yang akan digunakan sat pemadaman. Berikut adalah klasifikasi:
1. Ringan
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah,
apabila terjadi kebakaran melepas panas rendah sehingga menjakarnya apu
lambat. Contoh, perumahan, perkantoran, penjaram rumah sakit, museum,
dll.
2. Sedang kelompok 1
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5
m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang. Contohnya, pabrik mobil, pabrik roti, dll
3. Sedang kelompok 2
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang.
Peimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 m,
dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalar
api sedang. Contohnya pabrik tekstil, pabrik tembakau, penggilingan padi,
gudang pendingin, gudang perpustakaan, pabrik perakitan endaraan
bermotor.
4. Sedang kelompok 3
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi,
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga api cepat
menjalar. Contohnya pabrik ban, bengkel mobi atau bengkel motor, pabrik
makanan dari bahan tepung, pabrik plastik.
5. Berat
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi,
penyimpanan cairan yang mudah terbakar apinya, serta atau bahan lain
yang apabila terbakar apinya cepat menjaddi besar dengan melepaskan
panas tinggi sehingga menjalarnya api menjadi cepat. Contohnya pabrik cat,
pabrik kembang api, penyulingan minyak bumi, pabrik bahan kimia
flammable, dll.

2.5 Klasifikasi Kebakaran


Dalam pengklasifikasian, permenakertrans mengacu pada aturan standar
NFPA (standar Amerika). Adaya kalsifikasi kebakaran dapat mempermudah
dalam penentuan alat pemadam yang akan digunakan. Sehingga pada saat
proses pemadaman dapat berlangsung secara efektif. Berikut klaifikasi kebakar
menurut NFPA:
1. Klasifikasi kelas A
Yang termasuk pada kelas ini merupakan bahan bahan yang berbentuk
padat kecuali logam. Contoh bahan padatnya yaitu kayu, kertas, plastic, dll.
Pada kelas ini bahan memiliki ciri khusus yaitu terdapat bara dan barangnya
yang sulit atau tidak ada gantinya.
2. Klasifikasi kelas B
Yang termasuk padda klasifikasi kelas B aadalah bahan bahan yang
memiliki wujud cair dan gas seperti bensin, solar, minyak tanah, alcohol, gas
LPG, dan yang lainnya. Bahan pada kelas ini memiliki ciri khusus, untuk
bahan cair yang tidak dapat tercampur dengan air dan juga ada yang dapat
tercampur dengan air. Sedangkan untuk bahan yang gas yaitu gas yang
mengalir dan dapat bereaksi dengan air.
3. Klasifikasi kelas C
Yang termasuk pada kelas ini adalah kebakaran akibat peralatan listrik
yang bertegangan. Contohnya instalasi listrik dan sejenisnya. Pada kelas ini
biasanya terjadi pada aparat listrik bertegangan dan peralatan elektrik.
4. Klasifikasi kelas D
Yang termasuk pada kelas ini adalah bahan dengan wujud logam seperti
magnesium, aluminium, kalium dan sejenisnya yang memiliki temperature
tinggi.

2.6 Pemadaman
Ketika memadamkan api tentunya harus mengetahui penyebab
kebakaran, klasifikasi kebakaran, metode yang akan digunakan dan perlatan apa
yang akan digunakan agar pada saat memadamkan api dapat berjalan efektif.
Berikut adalah macam macam metode pemadaman kebakaran:
1. Prinsip mendinginkan (cooling)
Pengendalian suhu kebakaran bermaksud agar bahan bakar tidak cukup
panas untuk mengeluarkan gas yang diperlukan dalam pembakaran.
Dengan pendinginan panas akan diserap oleh sarana pendingin (biasanya
air). Dari semua media pemadam, air menyerap panas per volumenya lebih
banyak dari media yang lainnya.
2. Prinsip mengurangi bahan bakar (starvation)
Pemadaman dengan metode ini dinilai efektif dan praktis. Metode
mengambil bahan bakar meliputi: menutup supply bahan bakar,
mengeluarkan bahan yang mudah terbakar atau bahan bakar, atau
memindahkan benda benda yang belum terbakar.
3. Prinsip menutup bahan bakar yang terbakar (smothering)
Smothering yaitu memadamkan kebakaran dengan pemisah oksigen dari
unsur lain yang menyebabkan kebakaran atau secara singkat yaitu dengan
mengendalikan oksigen. Contoh umum adalah pemadaman dengan
menggunakan karung goni yang dibahasi untuk menutup kebakaran untuk
kebakaran yang masih kecil dan APAR jenis foam untuk kebakaran yang
sudah mulai sedikit membesar.
4. Menghentikan rantai reaksi
Molekul yang telah dipanaskan sebelumny dikeluarkan dari kobaran api.
Ada bahan kimia tertentu yang dapat memutuskan rantau reaksi. Bila
diberikan kedalam kobaran api dalam jumlah tertentu bahan ini dapat
menghalangi atom dan melindunngi diri dari kebakaran. Contohnya
menggunakan gas hallon. Namun saat ini hallon tidak boleh digunakan lagi
karena daoat merusak lapizan ozon.

2.6.1 Media pemadaman kebakaran


Media pemadaman dibagi menjadi 3 menurut fasenya:
1. Padat
Pasir dan tanah
Fungsi utama adalah membatasi menjalarnya kebakaran, namun
untuk kebakaran kecil dapat dipergunakan untuk menutupi
permukaan bahan bakar yang terbakar sehingga memisahkan
udara dari proses nyala yang terjadi. Dengan begitu nyala api akan
padam. Media ini termasuk pada media pemadaman secara
tradisional (-,2003)
Karung goni
Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk
menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah
tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api. Media ini termasuk
pada media pemadaman secara tradisional (Hargiyarto,2003)

2. Cair
Air
Dalam pemadaman, air adalah media pemadam yang paling
banyak dipergunakan karena air memiliki beberappa keuntungan
yaitu mudah didapat, harganya murah, mudah disimpan, diangkut,
dan dialirkan.
3. Gas

Media pemadam jenis gas akan memadamkan api secara fisis


yaitu pendinginan (cooling). Berbagai gas dapat dipergunakan dalam
pemadam api, namun gas asam arang (CO2) dan gas zat lemas (N2)
yang paling banyak dipergunakan. Dalam pemakaiannya gas CO2
disimpan dalam botol yang mempunyai tekanan 1000 - 1200 psi (80
atm). Kerugiannya : Wadah berat dan sulit bergerak.
4. Jenis cairan mudah terbakar
Media pemadam ini bekerja dengan cara memutuskan rantai reaksi
pembakaran dan mendesak udara atau memisahkan zat asam. Media ini
adalah HALON atau HALOGENATED HYDROCARBON. Bila
dibandingkan dengan udara halon lenih berat. Namun saat ini
penggunaan media pemadam ini tidak diperboehkan lagi.
(Hargiyarto,2003)

Dalam memadamkan api terdapat beberapa factor penting yaitu pengaruh


angin atau arah angin, warna asap kebakaran, lokasi terjadinya kebakaran, dan
bahaya bahaya lain yang akan timbul.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Prosedur Praktikum

START

Ambil karung (karung sudah


dalam keadaan basah)

Karung dipegang pada ujungnya

Lihat arah angin

Berlari kearah api atau terjadinya


kebakaran

Hempaskan atau lempar karung


kearah api dengan posisi
membungkuk

Tidak

Biarkan hingga api padam

Ya

END
3.2 Alat

1. Tong tempat pembakaran


2. Karung

3.3 Bahan

Bahan pembuat api


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Prosedur
Berikut dalah hasil praktikum pemadaman api secara tradisional yang
telah dilakukan dengan beberapa tolok ukur yang terdapat pada Tabel 4.1
dibawah ini
Tabel 4.1 Tata cara atau prosedur pemadaman api
No. Tolok Ukur Salah Benar
1 Pencelupan karung goni kedalam air
Posisi tangang pada saat pemegangan karung
2
goni
3 Bejalan kea rah api
4 Pemadaman sesuai arah angina
5 Api tertutupi karung goni
Penarikan karung goni dari tong atau sumber
6
api

Pada praktikum ini praktikan berhasil memadamkan api dengan mengikuti


prosedur prosedur yang sesuai sebagai berikut:

Gambar 4.1 Pengambilan karung Gambar 4.2 Melihat arah angin


yang sudah dalam keadaan basah
dan memegang karung pada
ujungnya

Gambar 4.3 Berjalan mendekati api Gambar 4.4 Menghempaskan


sesuai dengan arah angin karung ke arah api dengan
membungkuk
Gambar 4.5 Mengisolasi api Gambar 4.6 Mengambil karung
dengan karung goni goni setelah api dirasa telah padam

Prosedur yang telah dilakukan oleh praktikan sudah sesuai


dengan ketentuan yaitu

1. Dari Gambar 4.1 pada saat pengambian karung goni yang telah
dibasahai terdapat prosedur yang harus dilakukan yaitu pada saat
memegang atau membawanya karung goni diapit olehibu jari dan
telunjuk dengan posisi tangan terbuka keatas. Setelah itu balik karung
goni sehingga tangan berubah menjadi posisi tertutup kebelakang atau
jari jari tangan tertutupi oleh karung goni.
2. Pada Gambar 4.2 yaitu melihat arah angin. Pada proses pemadaman
secara tradisional sangat diharuskan untuk melihat arah angina, agar
ketika menghempaskan karung api tidak akan menyambar karung dan
membakarnya.
3. Pada Gambar 4.3 berjalan mendekati api sesuai dengan arah angin,
agar pada saat pemadaman akan berjalan lancar atau api tidak
membakar medianya.
4. Pada Gambar 4.4 menghempaskan karung goni ke arah api dengan
membungkuk. Hal ini dilakukan dengan membungkuk agar api dapat
terisolasi secara keseluruhan.
5. Pada Gambar 4.5 mengisolasi api dengan karung goni. Ini bertujuan
untuk mengurangi kadar oksigen yang ada pada tong tersebut. Dengan
maksud api tidak bertambah besar dikarenakan kadar oksigen pada tong
semakin berkurang.
6. Pada Gambar 4.6 mengambil karung goni setelah api padam. Pada saat
pengambilan terdapat prosedur yang harus dilakukan yaitu tangan tidak
boleh berada diatas tong atau api. Posisi tangan pada saat mengambil
karung berada pada samping tong atau dengan cara mennyeret karung
secara pelan pelan. Hal tersebut dilakukan karena untuk menghindari
api akan kembali membesar.

4.2 Identifikasi Bahaya


Pada praktikum pemadaman api dengan cara tradisional terdapat
beberapa bahaya yang kemungkinan bisa terjadi yaitu:
1. Kerudung atau rambut para praktikan bisa ikut terbakar apabila tidak
diikat atau dibiarkan menggantung kebawah.
2. Terlalu cepatnya api bereaksi dengan udara katika karung goni diambil.
Hal ini dikarenakan ada keemungkinan dari bahan yang digunakan yaitu
solar dan pertamax yang dicampur, sehingga memicu api cepat
menyambar atau keluar ketika karung goni diambil. Dan juga apabila
praktikum tersebut ketika selesai mengambil belum berada jauh dari
sumber api namun api sudah menyala kembali.

4.3 Analisa Praktikum


Pemadaman api menggunakan karung goni merupakan sakah satu
contoh pemadaman api dengan prinsip smothering atau penutupan api. Atau
bisa juga dengan isolasi yang mengurangi kadar oksigen pada api hingga
kurang dari 12%. Pengurangan kadar oksigen ini dilakukan oleh air pada
karung goni dan oleh karung goni itu sendiri.
Pada saat praktikum terjadi sedikit kesalahan yaitu pada saat penutupan.
Pada saat penutupan api, karung goni tidak menutupi secara keseluruhan
hanya beberapa centimeter dari samping saja yang tidak tertutupi. Namun
secara keseluruhan sumber api atau tong tertutupi oleh karung goni dan
berhasil padam.
Apabila tong atau sumber api tidak tertutupi secara keseluruhan oleh
karung goni, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa factor yaitu, pada saat
penghempasan karung goni posisi praktikan tidak tepat seperti kurang
membungkuk atau terlalu membungkuk, bisa juga terlalu kesamping. Dan
juga oleh factor besar kecil karung gonia atau media pemadaman. Apabila
diameter sumber api atau tong terlalu besar dan lebar maupun panjang
karung goni lebih kecil dari diameter tersebut, maka karung goni tersebut
tidak dapat menutupi sumber api secara keselurahan atau bahkan tidak bisa
sama sekali.
Untuk melihat hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat dilihat dalam
video dengan link sebagai berikut: https://www.youtube.com/watch?v=SS-
bK-KaVFs untuk youtube channel atau pada
https://drive.google.com/open?id=0B365a0li4G2mSS1LWUZpODh5b2s
untuk google drive.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pemadaman api secara tradisional dapat
disimpulkan bahwa
1. Pemadaman api menggunakan karung goni merupakan pemadaman
api dengan prinsip menutup bahan bakar yang terbakar atau
smothering. Dimana api diisolasi yang bertujuan untuk mengurangi
kadar oksigennya.
2. Pemadaman denga mnggunakan karung goni harus dilakukan
dengan melihat arah angin dimana agar api tersebut tidak merabat
mengenai praktikan

5.2 Saran
Diharapkan kedepannya pada saat praktikum disediakan karung goni
dengan lebar yang sesuai dengan tongnya. Pengaturan jadwal yang
sesuai, dalam hal ini adalah praktikum ini jangan dilakukan pada malam
hari. Terlebih lagi bergantung pada cuaca, karena pada saat malam hari
peluang terjadinya hujan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA

-. 2003. Modul Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

Amrullah, Haidar Natsir. 2016. PPT Teori Dasar Pemadaman Kebakaran

Handoko, Lukman.2009. Buku Petunjuk Praktek. Surabaya: PPNS

Hargiyarto, Putut. 2003. Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran. Yogyakarta:


UNY

Pratama, Doddy Rezky. 2008. Pemadaman Api Bahan . -: UI


TUGAS PENDAHULUAN

Sebutkan media pemadam kebakaran tradisional yang anda ketahui dan


bagaimana prinsip pemadaman kebakaran?

Jawab:

Media pemadam kebakaran tradisional contohnya pasir atau tanah, air, dan
karung goni. Sedangkan prinsip pemadaman kebakaran yaitu menghilangkan bahan
bakar, memisahkan uap bahan bakar dengan udara, mendinginkan dan memutuskan
rantai reaksi pembakaran. Untuk media pemadam berupa pasir atau tanah, prinsip
pemadamannya dengan cara menutupi benda terbakar sehingga terpisah dengan udara.
Untuk karung goni sama seperti pasir atau tanah dengan memisahkan atau menutupi
bahan bakar dengan udara sehingga kadar udara menjadi lebih sedit. Sedangkan untuk
air prinsipnya adalah untuk mendinginkan, sehingga tidak akan teerjadi peningkatan
panas yang akan menyebabkan api bertambah besar.

Anda mungkin juga menyukai