Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PENCEGAHAN

PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PEMADAM API TRADISIONAL

KELOMPOK :4
NAMA : Ratrihaning Dewi S.
NRP : 0516040097
KELAS : K3-4D

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, banyak sekali kejadian kebakaran dan selalu diikuti dengan kerugian
harta benda bahkan nyawa. Hal ini mennjukkan bahwa di setiap tempat terdapat potensi
sumber bahaya kebakaran, terutama di bidang industry. Adanya perkembangan teknologi di
bidang industri tentunya diikuti oleh adanya potensi kebakaran yang terjadi.
Potensi kebakaran pada bidang industry tentunya ada di banyak kegiatan industry.
Misalnya dalam kegiatan produksi maupun dalam kegiatan distribusi. Dan hal ini tentu saja
dapat menimbulkan berbagai kerugian. Bila terjadi kebakaran, banyak pihak yang merasakan
kerugiannya. Pihak – pihak tersebut antara lain pihak investor, para pekerja, dan tentunya
masyarakat luas.
Kerugian yang dialami oleh investor adalah berkurangnya pendapatan. Kerugian yang
dialami oleh para pekerja antara lain terlantarnya para pekerja yang bisa menyebabkan
kerugian, dan yang fatal adalah terjadinya korban jiwa. Sedangkan kerugian yang dialami
masyarakat sekitar adalah adanya asap dari kebakaran yang bisa menimbulkan penyakit
pernapasan.
Oleh karena itu, upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran perlu dipelajari sejak
dini, salah satunya adalah pemadaman api tradisional. Pada pemadaman api tradisional, kita
tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak. Kita dapat menggunakan alat – alat tradisional,
dan penggunaanya dapat dilakukan ketika kondisi darurat sehingga mudah dilakukan oleh
mahasiswa khususnya di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya sehingga kebakaran dapat
dicegah sejak dini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang ada adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran yang benar?
2. Bagaimana prosedur pemakaian bahan tradisional yang benar?
3. Bagaimana cara memadamkan kebakaran dengan media tradisional yang benar?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran.
2. Memahami prosedur pemakaian bahan tradisional.
3. Memadaman kebakaran dengan media tradisional.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperature kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen sehingga dapat menghasilkan
nyala api, asap, karbon monoksida dan produk lain. Menurut NFPA, kebakaran didefinisikan
sebagai suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan
bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau panas
yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan kematian.

2.2 Teori Kebakaran


2.2.1 Teori Segitiga Api
Secara sederhana susunan kimiawi dalam proses kebakaran dapat digambarkan
dengan istilah “Segitiga Api”. Teori segitiga api ini menjelaskan bahwa untuk dapat
berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya 3 unsur pokok, yaitu: bahan yang
dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator,
dan panas yang cukup (materi pengawasan K3 penanggulangan Kebakaran
Depnakertrans, 2008).

Gambar 2.1 Teori Segitiga Api

Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila ketiga unsur di atas bertemu
akan terjadi api. Namun, apabila salah satu unsur tersebut tidak ada atau tidak berada
pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api ini
dipakai sebagai dasar untuk mencegah kebakaran (mencegah agar api tidak terjadi) dan
penanggulangan api yakni memadamkan api yang tak dapat dicegah (Suma’mur,
1989).
2.2.2 Teori Tetrahedron Fire
Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan ditemukannya unsur
keempat untuk terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia. Konsep ini dikenal dengan teori
tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan
bahan pemadam tepung kimia (dry chemical) dan halon (halogenated hydrocarbon).
Ternyata jenis bahan pemadam ini mempunyai kemampuan memutus rantai reaksi
kontinuitas proses api.

Gambar 2.2 Teori Tetrahedron Fire

Teori tethtrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran


yang normal akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat
hasil pembakaran seperti CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil lain dari reaksi ini adalah
adanya radikal bebas dari atom. oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH).
Bila 2 (dua) gugus OH pecah menjadi H2O dan radikal bebas O. O radikal ini
selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga
disebut reaksi pembakaran berantai. (Fatmawati, 2009).
2.3 Prinsip Terjadinya Kebakaran
Kebakaran bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan, namun adanya suatu
proses atau tahapan-tahapan yang terjadi bisa disebut juga dengan diagram fenomena
kebakaran seperti Gambar 2.3 dibawah ini:

Gambar 2.3 Diagram Fenomena Kebakran

2.4 Prinsip dasar pemadaman kebakaran ( Fire Fighting Technique)

Pada dasarnya teori pemadaman kebakaran dapat dilakukan dengan cara


menghilangkan salah satu atau lebih dari unsur yang terdapat pada bidang empat api
(Tetrahedron). Prinsip tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Starvation
Teknik pemadaman starvation ini adalah teknik pemadaman yang dilakukan dengan
cara mengambil bahan bakar atau mengurangi bahan bakar yang terbakar sampai di
bawah batas bisa terbakar bawah ( Lower Flammable Limit).
b. Smothering
Smothering adalah teknik pemadaman yang dilakukan dengan cara memisahkan atau
mengisolasi udara dengan bahan bakar yang terbakar pada proses pembakaran.
c. Dilution
Dillution adalah merupakan suatu pemadaman dengan cara mengurangi atau
melakukan pengenceran kadar O2 di udara sampai di bawah batas minimum sehingga
pembakaran tidak lagi dapat berlangsung. Teknik pemadaman ini dilakukan misalnya
dengan menggunakan CO2 atau gas inert.
d. Break Chain Reaction
Teknik pemadaman ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu secara
fisis dan kimiawi. Secara fisis misalnya dilakukan dengan cara peledakan atau dengan
cara menebas api. Sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan
sejumlah media pemadam seperti halon 1301 pada proses pembakaran.
e. Cooling ( Pendinginan )
Teknik pemadaman ini dilakukan dengan cara pendinginan (Cooling) terhadap material
yang terbakar sampai titik dimana bahan bakar tidak cukup untuk cukup mengeluarkan
uap yang dapat terbakar.

Yang perlu diperhatikan sebelum pemadaman kebakaran :


a. Arah angin (merupakan faktor utama keselamatan dan keberhasilan pemadaman)
b. Jenis bahan yang terbakar (klasifikasi kebakaran)
c. Volume dan potensi bahan yang terbakar (fire load)
d. Letak dan situasi lingkungan (lay out)
e. Lamanya telah terbakar
f. Alat pemadaman yang tersedia atau yang harus diadakan berdasarkan kebutuhan.
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Tong tempat pembakaran
2. Karung goni
3. Bahan bakar
4. Korek api

3.2 Prosedur Kerja

MULAI

Mempersiapkan alat dan bahan.

Mengambil karung goni dari tempatnya.

Membasahi karung goni.

Memegang karung pada ujungnya.

Berlari ke arah api.

Menghempaskan karung ke arah api dengan


posisi membungkuk.

Membiarkan hingga api padam.

SELESAI
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hal – Hal yang Harus Diperhatikan Selama Proses Pemadaman Kebakaran
1. Pemakaian APD
a) Memakai helm keselamatan, untuk melindungi kepala dari benda yang
mungkin akan melukai atau menjatuhi kepala kita
b) Memakai masker, untuk menyaring udara yang kotor ketika kita bernafas
c) Memakai safety shoes, untuk melindungi kaki terhadap benda-benda asing
disekitar api yang mungkin bisa melukai kaki.
d) Memakai pakaian keselamatan, untuk melindungi kulit agar tidak berkontak
langsung dengan api.
2. Cara Memegang Karung Goni
Cara memegang karung goni yang benar adalah dengan menyembunyikan tangan di
balik karung goni, untuk pemegangannya apakah horizontal atau vertikal tergantung
kenyamanan masing – masing individu.
3. Arah Angin
Jika praktikan berlawanan dengan arah angin tentu sangat sulit memadamkan api,
sekaligus berbahaya bagi tubuh karena api akan langsung menyambar tubuh.
4. Jarak Api dan Praktikan
Jarak yang terpaut jauh akan berakibat pada lemparan yang tidak tepat sasaran
sehingga api tidak akan padam.
5. Pengambilan Karung Goni Setelah Melakukan Pemadaman Api
Pengambilan karung goni tidak boleh terburu – buru. Cara pengambilannya yaitu
dengan menarik bagian pojok dari karung goni sambil berlari ke tempat yang
menjauhi objek.

4.2 Rangkaian Praktikum


1. Menyiapkan karung goni (Membasahi karung goni).
Gambar 4.1 Membasahi Karung Goni

2. Mengangkat karung goni ke atas dan melebarkannya serta memposisikan telapak tangan
terlindungi oleh karung goni agar tidak terkena api

Gambar 4.2 Mengangkat Karung Goni


3. Berlari menuju sumber api sambil membawa karung goni yang telah dibasahi oleh air.

Gambar 4.3 Berlari Menuju Sumber Api


4. Memperhatikan arah angin sebelum melemparkan karung goni ke sumber api.

Gambar 4.4 Memastikan Arah Angin Searah dengan Pelemparan Karung Goni
5. Mendekati sumber api kemudian melemparkan karung goni ke sumber api.

Gambar 4.5 Melemparkan Karung Goni ke Sumber Api

Gambar 4.6 Melemparkan Karung Goni ke Sumber Api

6. Memastikan seluruh permukaan tong terselimuti oleh karung goni sehingga api bisa
padam.
Gambar 4.7 Seluruh Permukaan Tong Terselimuti oleh Karung Goni

7. Mengambil kaung goni dari sumber api.

Gambar 4.8 Mengambil Karung Goni


4.3 Perbandingan Cara Pemadaman yang Benar dan yang Salah
Benar Salah

Memakai masker Tidak memakai masker

Berlari menuju sumber api. Berjalan menuju sumber api.


Seluruh permukaan tong terselimuti karung Hanya sebagian permukaan tong yang
goni. terselimuti karung goni.

4.4 Pembahasan
Kebakaran dapat terjadi karena adanya bahan bakar, oksigen, dan sumber penyalaan.
Untuk memadamkan kebakaran tersebut, kita dapat menghilangkan salah satu sumber dari
kebakaran tersebut. Praktikum pemadaman api tradisional ini memerlukan perlatan seperti
kain goni basah (sebagai pemadam), solar, serta tong (sebagai wadah api). Kain goni
sebenarnya mempunyai prinsip memadamkan api yang sama dengan selimut api (fire blanket),
yaitu mengisolasi oksigen dari api. Saat kebakaran terjadi, api terus menyala karena ada
persediaan bahan bakar minyak/kayu dan oksigen yang terus-menerus. Saat sumber api
diselimuti oleh karung goni basah, air di dalam karung goni memiliki dua fungsi, yaitu
mengisolasi oksigen dan menurunkan suhu sumber api, sehingga api padam. Karung goni
hanya dapat digunakan pada saat awal kebakaran (kebakaran kecil).

Berdasarkan praktikum pemadaman api dengan menggunakan karung goni, terdapat


kekurangan dan kelebihan tentunya. Adapun kelebihan pemadaman api dengan menggunakan
karung goni adalah sebagai berikut :
1. Cocok untuk kebakaran skala kecil / rumah tangga, misalnya kebakaran kompor.
2. Karung goni mudah didapatkan.
3. Mudah dalam pengaplikasian.
Sedangkan kekurangan pemadaman api dengan menggunakan karung goni adalah sebagai
berikut :

1. Tidak dapat digunakan untuk kebakaran dengan skala besar.


2. Tidak dapat digunakan untuk kebakaran listrik.
3. Karung goni yang basah akan berat sehingga susah untuk digunakan oleh anak kecil.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemadaman api secara tradisonal khususnya dengan menggunakan karung goni


merupakan pemadaman secara smothering atau penyelimutan. Dengan kata lain, pemadaman
ini memisahkan antara oksigen dengan bahan bakar sehingga tidak terjadi reaksi.
Pemadaman api secara tradisional dengan menggunakan karung goni harus memperhatikan
cara penggunaan dengan baik dan benar. Arah angin perlu diperhatikan pada saat proses
pemadaman api, hal ini bertujuan untuk melindungi diri saat proses pemadaman. Pemadaman
juga harus memperhatikan posisi badan pada saat melempar dan karung goni. Cara
mengambil kembali karung goni harus benar dan tetap memastikan bahwa badan terlindungi
dengan cara memegang karung goni tersebut sebagai tameng api.

4.2 Saran

Sebelum memadamkan api dengan cara tradisional menggunakan karung goni maka
pahami terlebih dahulu langkah kerja yang perlu dilakukan sekaligus memperhatikan hal –hal
penting yang berkaitan seperti arah angin, klasifikasi kebakaran, dan lain – lain .

Link Video

1. Praktikan (https://drive.google.com/drive/u/1/folders/1yvEnsHs5CX-
EpEMxRScVqWWFoHi_q_e3 )
2. Prosedur yang Benar
(https://drive.google.com/drive/u/1/folders/1Ml1pQl6fnFe1bvK4COidHXONhGOkU
0T1 )
3. Prosedur yang Salah
(https://drive.google.com/drive/u/1/folders/13Bwev7000zVdYEAvcClGCgYaUMFpw
K5t )
DAFTAR PUSTAKA

Depanakertrans. 2008. Materi pengawasan K3 penanggulangan Kebakaran. Jakarta :


Depnakertrans
Fatmawati, Ratri. 2009. Audit Keselamatan Kebakaran. Di Gedung Pt. X. Jakarta : Universitas
Indonesia
Handoko, Lukman. 2013. Modul Praktikum Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
National Fire Protection Association (NFPA) 10. 2013. Standart for Portable Fire Extinguishers.
USA
Suma’mur. 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT. Gunung Agung

Anda mungkin juga menyukai