Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PENCEGAHAN

PENANGGULANGAN KEBAKARAN PEMADAM


SECARA SEDERHANA

Oleh:

Adam Prasetyo Junior 23200000001

Muhamad Yusup 23200000003

Muhammad Qadri Asrar 23200100001

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN K3

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan, Efisiensi biaya
dan peningkatan ke untungan semakin diperhatikan seiring dengan penekanan
resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Terjadinya kecelakaan pada
perusahaan menyebabkan terhambatnya pekerjaan yang akan berdampak pada
penurunan hasil serta kerugian perbaikan maupun pengobatan. Oleh karena itu K3
harus dikelola sebagaimana pengelolaan produksi dan keuangan serta fungsi
penting perusahaan yang lainnya. Salah satu jenis kecelakaan yang sering
dijumpai dan menimbulkan kerugian yang sangat besar adalah kebakaran

banyak sekali kejadian kebakaran dan selalu diikuti dengan kerugian harta
benda bahkan nyawa. Hal ini mennjukkan bahwa di setiap tempat terdapat
potensi sumber bahaya kebakaran, terutama di bidang industry. Adanya
perkembangan teknologi di bidang industri tentunya diikuti oleh adanya potensi
kebakaran yang terjadi.
Potensi kebakaran pada bidang industry tentunya ada di banyak kegiatan
industry. Misalnya dalam kegiatan produksi maupun dalam kegiatan distribusi.
Dan hal ini tentu saja dapat menimbulkan berbagai kerugian. Bila terjadi
kebakaran, banyak pihak yang merasakan kerugiannya. Pihak – pihak tersebut
antara lain pihak investor, para pekerja, dan tentunya masyarakat luas.
Kerugian yang dialami oleh investor adalah berkurangnya pendapatan.
Kerugian yang dialami oleh para pekerja antara lain terlantarnya para pekerja
yang bisa menyebabkan kerugian, dan yang fatal adalah terjadinya korban jiwa.
Sedangkan kerugian yang dialami masyarakat sekitar adalah adanya asap dari
kebakaran yang bisa menimbulkan penyakit pernapasan.
Oleh karena itu, upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran perlu

2
dipelajari sejak dini, salah satunya adalah pemadaman api tradisional. Pada
pemadaman api tradisional, kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak.
Kita dapat menggunakan alat – alat tradisional, dan penggunaanya dapat
dilakukan ketika kondisi darurat sehingga mudah dilakukan oleh mahasiswa
khususnya di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya sehingga kebakaran dapat
dicegah sejak dini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang ada adalah


sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran yang
benar?
2. Bagaimana prosedur pemakaian bahan tradisional yang benar?
3. Bagaimana cara memadamkan kebakaran dengan media tradisional yang
benar?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui cara mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran.
2. Memahami prosedur pemakaian bahan tradisional.
3. Memadaman kebakaran dengan media tradisional

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu fenomena yang terjadi ketika suatu


bahan mencapai temperature kritis dan bereaksi secara kimia dengan
oksigen sehingga dapat menghasilkan nyala api, asap, karbon monoksida
dan produk lain. Menurut NFPA, kebakaran didefinisikan sebagai suatu
peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ;
bahan bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan
sumber energy atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta
benda, cidera bahkan kematian.

2.2 Teori Kebakaran


2.2.1 Teori Segitiga Api
Secara sederhana susunan kimiawi dalam proses kebakaran
dapat digambarkan dengan istilah “Segitiga Api”. Teori segitiga api
ini menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala
api diperlukan adanya 3 unsur pokok, yaitu: bahan yang dapat
terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan
oksidator, dan panas yang cukup (materi pengawasan K3
penanggulangan Kebakaran Depnakertrans, 2008).

Gambar 2.1 Teori


Segitiga Api

4
Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila ketiga
unsur di atas bertemu akan terjadi api. Namun, apabila salah satu
unsur tersebut tidak ada atau tidak berada pada keseimbangan yang
cukup, maka api tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api ini dipakai
sebagai dasar untuk mencegah kebakaran (mencegah agar api tidak
terjadi) dan penanggulangan api yakni memadamkan api yang tak
dapat dicegah (Suma’mur, 1989).
2.2.2 Teori Tetrahedron Fire
Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan
ditemukannya unsur keempat untuk terjadinya api yaitu rantai
reaksi kimia. Konsep ini dikenal dengan teori tetrahedron of fire.
Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan
bahan pemadam tepung kimia (dry chemical) dan halon
(halogenated hydrocarbon). Ternyata jenis bahan pemadam ini
mempunyai kemampuan memutus rantai reaksi kontinuitas proses
api.

Gambar 2.2 Teori Tetrahedron Fire

Teori tethtrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam


panas pembakaran yang normal akan timbul nyala, reaksi kimia

5
yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran seperti
CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil lain dari reaksi ini adalah
adanya radikal bebas dari atom. oksigen dan hidrogen dalam
bentuk hidroksil (OH). Bila 2 (dua) gugus OH pecah menjadi H2O
dan radikal bebas O. O radikal ini selanjutnya akan berfungsi lagi
sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksi
pembakaran berantai. (Fatmawati, 2009).

2.3 Prinsip Terjadinya Kebakaran


Kebakaran bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan,
namun adanya suatu proses atau tahapan-tahapan yang terjadi bisa
disebut juga dengan diagram fenomena kebakaran seperti Gambar 2.3

dibawah ini:

Gambar 2.3 Diagram


Fenomena Kebakran

2.4 Prinsip dasar pemadaman kebakaran ( Fire Fighting Technique)

Pada dasarnya teori pemadaman kebakaran dapat dilakukan dengan

6
cara menghilangkan salah satu atau lebih dari unsur yang terdapat pada
bidang empat api (Tetrahedron). Prinsip tersebut dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Starvation
Teknik pemadaman starvation ini adalah teknik pemadaman yang
dilakukan dengan cara mengambil bahan bakar atau mengurangi
bahan bakar yang terbakar sampai di bawah batas bisa terbakar
bawah ( Lower Flammable Limit).
b. Smothering
Smothering adalah teknik pemadaman yang dilakukan dengan cara
memisahkan atau mengisolasi udara dengan bahan bakar yang
terbakar pada proses pembakaran.

c. Dilution
Dillution adalah merupakan suatu pemadaman dengan cara
mengurangi atau melakukan pengenceran kadar O2 di udara sampai
di bawah batas minimum sehingga pembakaran tidak lagi dapat
berlangsung. Teknik pemadaman ini dilakukan misalnya dengan
menggunakan CO2 atau gas inert.
d. Break Chain Reaction
Teknik pemadaman ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua
cara yaitu secara fisis dan kimiawi. Secara fisis misalnya dilakukan
dengan cara peledakan atau dengan cara menebas api. Sedangkan
secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan sejumlah
media pemadam seperti halon 1301 pada proses pembakaran.
e. Cooling ( Pendinginan )
Teknik pemadaman ini dilakukan dengan cara pendinginan
(Cooling) terhadap material yang terbakar sampai titik dimana
bahan bakar tidak cukup untuk cukup mengeluarkan uap yang
dapat terbakar.
Yang perlu diperhatikan sebelum pemadaman kebakaran :

7
a. Arah angin (merupakan faktor utama keselamatan dan
keberhasilan pemadaman)
b. Jenis bahan yang terbakar (klasifikasi kebakaran)
c. Volume dan potensi bahan yang terbakar (fire load)
d. Letak dan situasi lingkungan (lay out)
e. Lamanya telah terbakar
f. Alat pemadaman yang tersedia atau yang harus diadakan
berdasarkan kebutuhan.

8
BAB III

METODE PRATIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Tong tempat pembakaran
2. Karung goni
3. Bahan bakar
4. Korek api

3.2 Prosedur Kerja

Mempersiapkan
M alat dan bahan.

Mengambil karung goni dari tempatnya.

Membasahi karung goni.

Memegang karung pada ujungnya.

Berlari ke arah api.

Menghempaska
n karung ke arah api dengan
posisi membungkuk.

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Membiarkan hingga
api padam.

S
9
ELESAI
4.1 Hal – Hal yang Harus Diperhatikan Selama Proses Pemadaman
Kebakaran
1. Pemakaian APD
a) Memakai helm keselamatan, untuk melindungi kepala dari
benda yang mungkin akan melukai atau menjatuhi kepala
kita
b) Memakai masker, untuk menyaring udara yang kotor ketika
kita bernafas
c) Memakai safety shoes, untuk melindungi kaki terhadap
benda-benda asing disekitar api yang mungkin bisa
melukai kaki.
d) Memakai pakaian keselamatan, untuk melindungi kulit
agar tidak berkontak langsung dengan api.
2. Cara Memegang Karung Goni
Cara memegang karung goni yang benar adalah dengan
menyembunyikan tangan di balik karung goni, untuk
pemegangannya apakah horizontal atau vertikal tergantung
kenyamanan masing – masing individu.
3. Arah Angin
Jika praktikan berlawanan dengan arah angin tentu sangat sulit
memadamkan api, sekaligus berbahaya bagi tubuh karena api akan
langsung menyambar tubuh.
4. Jarak Api dan Praktikan
Jarak yang terpaut jauh akan berakibat pada lemparan yang tidak
tepat sasaran sehingga api tidak akan padam.
5. Pengambilan Karung Goni Setelah Melakukan Pemadaman Api
Pengambilan karung goni tidak boleh terburu – buru. Cara
pengambilannya yaitu dengan menarik bagian pojok dari karung
goni sambil berlari ke tempat yang menjauhi objek.

10
4.2 Rangkaian Praktikum

1. Menyiapkan karung goni (Membasahi karung goni).

2. Mengangkat karung goni ke atas dan melebarkannya serta memposisikan


telapak tangan terlindungi oleh karung goni agar tidak terkena api.

3. Berlari menuju sumber api sambil membawa karung goni yang telah

dibasahi oleh air.

4. Memperhatikan arah angin sebelum melemparkan karung goni ke sumber

11
api.
5. Mendekati sumber api kemudian melemparkan karung goni ke sumber api.

6. Memastikan seluruh permukaan tong terselimuti oleh karung


goni sehingga api bisa padam.

7. Mengambil kaung goni dari sumber api.

12
4.3 PEMBAHASAN

Kebakaran dapat terjadi karena adanya bahan bakar, oksigen, dan sumber
penyalaan. Untuk memadamkan kebakaran tersebut, kita dapat menghilangkan
salah satu sumber dari kebakaran tersebut. Praktikum pemadaman api tradisional
ini memerlukan perlatan seperti kain goni basah (sebagai pemadam), solar, serta
tong (sebagai wadah api). Kain goni sebenarnya mempunyai prinsip
memadamkan api yang sama dengan selimut api (fire blanket), yaitu mengisolasi
oksigen dari api. Saat kebakaran terjadi, api terus menyala karena ada persediaan
bahan bakar minyak/kayu dan oksigen yang terus-menerus. Saat sumber api
diselimuti oleh karung goni basah, air di dalam karung goni memiliki dua fungsi,
yaitu mengisolasi oksigen dan menurunkan suhu sumber api, sehingga api
padam. Karung goni hanya dapat digunakan pada saat awal kebakaran
(kebakaran kecil).
Berdasarkan praktikum pemadaman api dengan menggunakan karung goni,
terdapat kekurangan dan kelebihan tentunya. Adapun kelebihan pemadaman api
dengan menggunakan karung goni adalah sebagai berikut :
1. Cocok untuk kebakaran skala kecil / rumah tangga, misalnya kebakaran
kompor.
2. Karung goni mudah didapatkan.
3. Mudah dalam pengaplikasian.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pemadaman api secara tradisonal khususnya dengan
menggunakan karung goni merupakan pemadaman secara smothering
atau penyelimutan. Dengan kata lain, pemadaman ini memisahkan antara
oksigen dengan bahan bakar sehingga tidak terjadi reaksi. Pemadaman

13
api secara tradisional dengan menggunakan karung goni harus
memperhatikan cara penggunaan dengan baik dan benar. Arah angin
perlu diperhatikan pada saat proses pemadaman api, hal ini bertujuan
untuk melindungi diri saat proses pemadaman. Pemadaman juga harus
memperhatikan posisi badan pada saat melempar dan karung goni. Cara
mengambil kembali karung goni harus benar dan tetap memastikan
bahwa badan terlindungi dengan cara memegang karung goni tersebut
sebagai tameng api.

4.2 Saran

Sebelum memadamkan api dengan cara tradisional menggunakan


karung goni maka pahami terlebih dahulu langkah kerja yang perlu
dilakukan sekaligus memperhatikan hal –hal penting yang berkaitan
seperti arah angin, klasifikasi kebakaran, dan lain – lain .

14
DAFTAR PUSTAKA

Depanakertrans.2008. Materi pengawasan K3 penanggulangan


Kebakaran. Jakarta : Depnakertrans
Fatmawati, Ratri. 2009. Audit Keselamatan Kebakaran. Di Gedung Pt. X.
Jakarta : Universitas Indonesia
Handoko, Lukman. 2013. Modul Praktikum Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran.
Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
National Fire Protection Association (NFPA) 10. 2013. Standart for Portable
Fire Extinguishers.
USA
Suma’mur. 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT.
Gunung Agung

15

Anda mungkin juga menyukai