PENAGGULANGAN KEBAKARAN
Materi :
DAFTAR ISI
1. Tujuan Umum
Setalah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami secara umum
tentang pengetahuan perilaku api sehingga dapat secara tepat dalam upaya pencegahan
dan pemadaman kebakaran
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian api dan kebakaran
b. Menjelaskan proses terjadinya api dan unsur-unsurnya
c. Menjelaskan tentang penjalaran panas
d. Menjelaskan tentang klasifikasi kebakaran
e. Menjelaskan tentang metode pemadaman
1
1. Pengertian Api
Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran
asap, panas, nyala dan gas lainnya. Api juga dapat diartikan sebagai hasil dari reaksi
pembakaran yang cepat (Pusdiklatkar, 2006). Api dapat terjadi jika ketiga unsur seperti bahan
bakar (fuel), udara (oksigen) dan sumber panas berada dalam suatu konsentrasi yang
memenuhi syarat, maka akan terjadi reaksi oksidasi atau dikenal sebagai proses pembakaran
(Siswoyo, 2007)
Warna api dipengaruhi oleh intensitas cahayanya yang biasanya digunakan untuk
menentukan apakah suatu bahan bakar termasuk dalam tingkatan kombusi sehingga dapat
digunakan untuk keperluan manusia seperti digunakan sebagai bahan bakar api unggun,
perapian atau kompor gas dan api memiliki sifat pembakar yang tinggi dan tidak terkendali
sehingga merugikan manusia (misal, pembakaran pada gedung, hutan dan sebagainya).
Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila ketiga unsur di atas bertemu akan
terjadi api. Namun, apabila salah satu unsur tersebut tidak ada atau tidak berada pada
keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api ini dipakai
sebagai dasar untuk mencegah kebakaran (mencegah agar api tidak terjadi)
2
dan penanggulangan api yakni memadamkan api yang tak dapat dicegah (Karla, 2007).
1.2 Teori Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)
Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan ditemukannya unsur
keempat untuk terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia. Konsep ini dikenal dengan teori
tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan bahan
pemadam seperti tepung kimia (dry chemical) dan halon (halogenated hydrocarbon). Kedua
jenis bahan pemadam ini mempunyai kemampuan memutus rantai reaksi kontinuitas proses
api
Teori tetrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran yang normal
akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran
seperti CO, CO2, SO2 asap dan gas. Hasil lain dari reaksi ini adalah adanya radikal bebas dan
atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH). Bila 2 (dua) gugus OH pecah
menjadi H2O dan radikal bebas oksigen. Oksigen radikal ini selanjutnya akan berfungsi lagi
sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksi pembakaran berantai
(Karla, 2007; Goetsch, 2005). Rantai reaksi kimia dimana ketiga elem yang ada saling
bereaksi secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 3.
3
1.3 Unsur Api
Api memiliki 3 unsur utama yaitu oksigen, panas dan bahan bakar.
1.3.1 Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume
oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di dalam atmosfer kita
mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai cukup
banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. Oksigen tidak
selalu berasal dari udara. Senyawa kimia tertentu yang dikategorikan sebagai oksidator
(oxidizer) dapat menghasilkan oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran atau
meningkatkan intensitas kebakaran. Bahan yang terbakar mengalami perubahan fisik dan
kimia yang kompleks. Selama perubahan tersebut, bahan bertransformasi menjadi bentuk
atau kondisi lain, misalnya gas, jilatan api, asap panas, arang, dan tekanan. Sebagian besar
produk pembakaran itu sangat berbahaya bagi manusia.
1.3.2 Panas
Sumber pengapian dengan energi yang cukup dibutuhkan untuk dapat memulai suatu
kebakaran, kecuali untuk bahan dan logam yang terpantik secara spontan. Ada empat sumber
utama energi panas, yaitu:
1. Kimia – beberapa reaksi kimia bersifat eksotermis (melepaskan panas). Energi panas
dapat menimbulkan kebakaran. Yang termasuk dalam kategori ini adalah bahan yang
dapat terpantik secara spontan, logam, asetilida, dan lain-lain.
2. Elektrik – energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan arus listrik melalui suatu media,
muncul dalam bentuk energi panas. Bentuk dasar api dari energi panas elektrik adalah
tahanan, percikan api, nyalaan, listrik statis, dan kilatan.
3. Mekanik – energi mekanik secara normal ditimbulkan oleh friksi atau pengaruh dari suatu
aksi. Contoh untuk sumber api jenis ini adalah perkakas tangan, gerinda, gas buang dari
kendaraan, mesin yang berputar, permukaan yang panas, dan udara tekan.
4. Nuklir – energi nuklir adalah energi panas yang dilepaskan dari inti atom melalui proses
fisi nuklir. Pada beberapa elemen, energi ini sangat intens. Energi nuklir dapat jutaan kali
lebih besar dari energi yang dilepaskan dari reaksi kimia biasa
4
1.3.3 Bahan Bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. Ada
tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas. Untuk benda padat dan cair dibutuhkan
panas pendahuluan untuk mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar
dapat mendukung terjadinya pembakaran.
1) Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang
setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan
lain-lainnya
2) Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer,
alkohol, olive oil, dan lainnya.
3) Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan
lainlainnya.
5
Tabel 1. Titik Nyala Bahan Bakar
FLASH POINT
FUEL TYPES
OF OC
FLASH POINT
FUEL TYPES
OF OC
6
Flammable range dibagi menjadi dua yaitu Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit
(LEL/LFL) dan Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit (UEL/UFL). Daerah bisa terbakar
(flammable range) dapat dilihat pada Gambar 4.
a) LEL/LFL: Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit (The lower concentration limit of a
gas or a vapour in air)
LEL/LFL: Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit (batas konsentrasi ambang bawah
dari suatu bahan bakar dalam udara yang meledak/terbakar)
b) UEL/ UFL : Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit (The upper concentration
limit of a gas or a vapour in air)
UEL/ UFL : Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit (batas konsentrasi ambang
atas dari suatu bahan bakar dalam udara yang meledak/terbakar
Tabel 3. Batas bawah (LEL) dan batas atas (UEL) bahan bakar
2 Definisi Kebakaran
Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur seperti bahan bakar,
oksigen dan panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan
sampai kematian (Karla, 2007). Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DKN), kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak
dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda,
7
bangunan fisik, deposit'asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain-lain) maupun
kerugian non materi (rasa takut, shock, ketakutan, dan lain-lain) hingga kehilangan nyawa
atau cacat tubuh yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.
Sifat kebakaran terjadi secara tidak diduga tidak akan padam apabila tidak dipadamkan,
dan kebakaran akan padam dengan sendirinya apabila konsentrasi keseimbangan hubungan
ketiga unsur dalam segitiga api tidak terpenuhi lagi.
2.1 Golongan Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran atas dasar jenis
bahan bakarnya. Pengklasifikasian kebakaran ini bertujuan untuk memudahkan usaha
pencegahan dan pemadaman kebakaran (Soehatman Ramli, 2005).
8
4. Kelas D,
Kebakaran kelas D ini disebabkan oleh bahan logam. Pada prinsipnya semua bahan
dapat terbakar tak terkecuali benda dari jenis logam, hanya saja tergantung pada nilai titik
nyalanya seperti potassium, sodium, aluminum, magnesium, kalsium dan zink. Bahan
pemadam untuk kebakaran logam tidak dapat menggunakan air dan bahan pemadam seperti
pada umumnya. Karena hal tersebut justru dapat menimbulkan bahaya. Maka harus
dirancang secara khusus media pemadam yang prinsip kerjanya adalah menutup permukaan
bahan yang terbakar dengan cara merimbun. Diperlukan pemadam kebakaran khusus seperti
Metal-X dan foam untuk memadamkan kebakaran jenis ini.
9
2.4 Daftar Jenis Tempat Kerja berdasarkan Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran
Menurut Kepmen No. 186/MEN/1999
Seperti tabel berikut
Tabel 4. Daftar Jenis Tempat Kerja berdasarkan Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran
10
Bahaya Kebakaran Sedang I Tempat parkir
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan Pabrik elektronika
kemudahan terbakar sedang,menimbun bahan Pabrik roti
dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila Pabrik barang gelas
terjadi kebakaran melepaskan panas sedang Pabrik minuman
Pabrik permata
Pabrik pengalengan
Binatu
Pabrik susu
kemudahan terbakaran dengan tinggi tidak lebih dari Percetakan dan penerbitan
4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan Bengkel mesin
panas sedang ssehingga menjalarnya api sedang Perakitan kayu
Gudang perpustakaan
Pabrik barang keramik
Pabrik tembakau
Pengolahan logam
Penyulingan
Pabrik barang kelontong
Pabrik barang kulit
Pabrik tekstil
Perakitan kendaraan
bermotor
Pertokoan dengan
pramuniaga
Pabrik kimia (kimia dengan
kemudahaan terbakar
sedang)
11
Klasifikasi Jenis Tempat Kerja
Bahaya Kebakaran Berat Tempat kimia dengan
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi
kemudahan terbakar tinggi, menyimpan bahan cair. Pabrik kembang api
Pabrik korek api
Pabrik cat
Pabrik bahan peledak
Penggergajian kayu dan
penyelesaiannya
menggunakan bahan
mudah terbakar
Studio film dan televisi
Pabrik karet buatan
Hanggar pesawat terbang
Penyulingan minyak bumi
Pabrik karet busa dan
plastik busa
12
Penjelasan :
1) Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api kebakaran, tetapi yang pasti ada
sumber awal pencetusnya (source energy), yaitu adanya potensi energi yang tidak
terkendali
2) Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar, maka akan
terjadi penyalaan tahap awal (initiation) bermula dari sumber api nyala yang relatif kecil
3) Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan berkembang
lebih besar (growth) sehingga api akan menjalar bila ada media disekelilingnya
4) Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas ke semua arah secara
konduksi, konveksi dan radiasi, hingga pada suatu saat kurang lebih sekitar setelah 3 -
10 menit atau setelah temperatur mencapai 300°C akan terjadi penyalaan api serentak
yang disebut Flash Over, yang biasanya ditandai pecahnya kaca
5) Setelah flash over, nyala api akan membara yang disebut periode kebakaran mantap
(Stedy I full development fire). Temperatur pada saat kebakaran penuh (full fire) dapat
mencapai 600 -1000 °C. Bangunan dengan struktur konstruksi baja akan runtuh pada
temperatur 700 °C. Bangunan dengan konstruksi beton bertulang setelah terbakar lebih
dari 7 jam dianggap tidak layak lagi untuk digunakan
6) Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan berkurang/surut dan
berangsur angsur akan padam), yang disebut periode surut (decay).
3 Perpindahan Panas
Perpindahan panas adalah salah satu dari displin ilmu teknik termal yang mempelajari
cara menghasilkan panas, menggunakan panas, mengubah panas, dan menukarkan panas
di antara sistem fisik. Perpindahan panas diklasifikasikan menjadi konduktivitas termal,
konveksi termal dan radiasi termal.
3.1 Konduksi
Perpindahan kalor atau panas dengan cara konduksi merupakan perpindahan kalor
atau panas melalui suatu zat tanpa disertai dengan perpindahan partikel-pertikel zat tersebut.
Berdasarkan daya hantar kalor tersebut, kemudian dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
Konduktor
Konduktor merupakan zat yang mempunyai daya hantar kalor yang cukup baik Contohnya :
baja, besi, tembaga serta alumunium dan lain-lain
Isolator
Isolator merupakan zat yang memiliki daya hantar kalor atau panas yang kurang baik.
13
Contohnya : kertas, kaca, air, kayu dan plastiik
3.2 Konveksi
Perpindahan kalor atau panas secara konvensi atau aliran merupakan perpindahan
kalor pada suatu zat yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat tersebut.
Perpindahan kalor konveksi akan dapat terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Peristiwa
perpindahan konvensi dapat kalian pahami diantaranya adalah sebagai berikut :
Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misalnya hal tersebut terjadi pada angin
darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, dan untuk mendapatkan udara yang lebih
dingin dalam ruangan maka membutuhkan pemasangan kipas angin atau AC.
Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misalnya ada pemanasan air dan pada
sistem aliran air panas.
3.3 Radiasi
Perpindahan kalor atau panas secara radiasi merupakan perpindahan kalor tanpa
melalui suatu zat perantara. Ketika ada suatu kegiatan perkemahan disuatu sekolah, pasti
akan mengadakan kegiatan pramuka. Lalu apa yang akan kalian rasakan ketika kalian berada
disekitar api unggun? Tentunya kalian akan merasakan hangatnya api unggun dari jarah yang
lumayan jauh.
16