Anda di halaman 1dari 18

PEMBINAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PENAGGULANGAN KEBAKARAN

Materi :
DAFTAR ISI

Tujuan Pembelajaran ..................................................................................................................... 1


1. Pengertian Api ........................................................................................................................ 2
1.1 Teori Segitiiga Api (Triangle of Fire) ................................................................................ 2
1.2 Teori Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire) ................................................................ 3
1.3 Unsur Api ................................................................................................................................. 4
1.3.1 Oksigen .................................................................................................................... 4
1.3.2 Panas ....................................................................................................................... 4
1.3.3 Bahan Bakar............................................................................................................. 5
1.4 Rantai Reaksi Kimia ........................................................................................................ 5
1.4.1 Ignition Temperature ................................................................................................ 5
1.4.2 Flash Point ............................................................................................................... 5
1.4.3 Fire Point .................................................................................................................. 6
1.4.4 Flammable Range .................................................................................................... 6
2 Definisi Kebakaran .................................................................................................................. 7
2.1 Klasifikasi Kebakaran ...................................................................................................... 8
2.2 Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA ............................................................................. 8
2.3 Daftar Jenis Tempat Kerja berdasarkan Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran
Menurut Kepmen No. 186/MEN/1999 ........................................................................................ 9
2.4 Fenomena Kebakaran ................................................................................................... 11
3 Perpindahan Panas .............................................................................................................. 12
3.1 Konduksi ........................................................................................................................ 12
3.2 Konveksi ........................................................................................................................ 13
3.3 Radiasi ........................................................................................................................... 13
4 Teknik Pemadaman Kebakaran ........................................................................................... 13
4.1 Pemadaman Dengan Pendinginan (Cooling) ............................................................... 14
4.2 Pemadaman Dengan Pembatasan Oksigen (Dilution) ................................................. 14
4.3 Pemadaman Dengan Mengambil/Memindahkan Bahan Bakar (Starvation)................ 14
4.4 Pemadaman Dengan Memutus Reaksi Rantai Api .......................................................... 15
Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Umum
Setalah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami secara umum
tentang pengetahuan perilaku api sehingga dapat secara tepat dalam upaya pencegahan
dan pemadaman kebakaran

2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian api dan kebakaran
b. Menjelaskan proses terjadinya api dan unsur-unsurnya
c. Menjelaskan tentang penjalaran panas
d. Menjelaskan tentang klasifikasi kebakaran
e. Menjelaskan tentang metode pemadaman

1
1. Pengertian Api
Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran
asap, panas, nyala dan gas lainnya. Api juga dapat diartikan sebagai hasil dari reaksi
pembakaran yang cepat (Pusdiklatkar, 2006). Api dapat terjadi jika ketiga unsur seperti bahan
bakar (fuel), udara (oksigen) dan sumber panas berada dalam suatu konsentrasi yang
memenuhi syarat, maka akan terjadi reaksi oksidasi atau dikenal sebagai proses pembakaran
(Siswoyo, 2007)

Warna api dipengaruhi oleh intensitas cahayanya yang biasanya digunakan untuk
menentukan apakah suatu bahan bakar termasuk dalam tingkatan kombusi sehingga dapat
digunakan untuk keperluan manusia seperti digunakan sebagai bahan bakar api unggun,
perapian atau kompor gas dan api memiliki sifat pembakar yang tinggi dan tidak terkendali
sehingga merugikan manusia (misal, pembakaran pada gedung, hutan dan sebagainya).

1.1 Teori Segitiiga Api (Triangle of Fire)


Teori segitiga api ini menyatakan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api
diperlukan 3 unsur pokok, yaitu bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O) yang cukup
dari udara atau dari bahan oksidator dan panas yang cukup (materi pengawasan K3
penanggulangan Kebakaran Depnakertrans, 2008). Namun dengan adanya ketiga elemen
tersebut, kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar

Gambar 1. Triangle of Fire

Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila ketiga unsur di atas bertemu akan
terjadi api. Namun, apabila salah satu unsur tersebut tidak ada atau tidak berada pada
keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api ini dipakai
sebagai dasar untuk mencegah kebakaran (mencegah agar api tidak terjadi)

2
dan penanggulangan api yakni memadamkan api yang tak dapat dicegah (Karla, 2007).
1.2 Teori Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)
Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan ditemukannya unsur
keempat untuk terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia. Konsep ini dikenal dengan teori
tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan bahan
pemadam seperti tepung kimia (dry chemical) dan halon (halogenated hydrocarbon). Kedua
jenis bahan pemadam ini mempunyai kemampuan memutus rantai reaksi kontinuitas proses
api

Gambar 2. Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)

Teori tetrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran yang normal
akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran
seperti CO, CO2, SO2 asap dan gas. Hasil lain dari reaksi ini adalah adanya radikal bebas dan
atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH). Bila 2 (dua) gugus OH pecah
menjadi H2O dan radikal bebas oksigen. Oksigen radikal ini selanjutnya akan berfungsi lagi
sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksi pembakaran berantai
(Karla, 2007; Goetsch, 2005). Rantai reaksi kimia dimana ketiga elem yang ada saling
bereaksi secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 3.

CH4 + O2 + (x) panas = H2O + CO2 + (Y) panas


Gambar 3. Rantai Reaksi Kimia

3
1.3 Unsur Api
Api memiliki 3 unsur utama yaitu oksigen, panas dan bahan bakar.
1.3.1 Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume
oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di dalam atmosfer kita
mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai cukup
banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. Oksigen tidak
selalu berasal dari udara. Senyawa kimia tertentu yang dikategorikan sebagai oksidator
(oxidizer) dapat menghasilkan oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran atau
meningkatkan intensitas kebakaran. Bahan yang terbakar mengalami perubahan fisik dan
kimia yang kompleks. Selama perubahan tersebut, bahan bertransformasi menjadi bentuk
atau kondisi lain, misalnya gas, jilatan api, asap panas, arang, dan tekanan. Sebagian besar
produk pembakaran itu sangat berbahaya bagi manusia.

1.3.2 Panas
Sumber pengapian dengan energi yang cukup dibutuhkan untuk dapat memulai suatu
kebakaran, kecuali untuk bahan dan logam yang terpantik secara spontan. Ada empat sumber
utama energi panas, yaitu:
1. Kimia – beberapa reaksi kimia bersifat eksotermis (melepaskan panas). Energi panas
dapat menimbulkan kebakaran. Yang termasuk dalam kategori ini adalah bahan yang
dapat terpantik secara spontan, logam, asetilida, dan lain-lain.

2. Elektrik – energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan arus listrik melalui suatu media,
muncul dalam bentuk energi panas. Bentuk dasar api dari energi panas elektrik adalah
tahanan, percikan api, nyalaan, listrik statis, dan kilatan.

3. Mekanik – energi mekanik secara normal ditimbulkan oleh friksi atau pengaruh dari suatu
aksi. Contoh untuk sumber api jenis ini adalah perkakas tangan, gerinda, gas buang dari
kendaraan, mesin yang berputar, permukaan yang panas, dan udara tekan.

4. Nuklir – energi nuklir adalah energi panas yang dilepaskan dari inti atom melalui proses
fisi nuklir. Pada beberapa elemen, energi ini sangat intens. Energi nuklir dapat jutaan kali
lebih besar dari energi yang dilepaskan dari reaksi kimia biasa

4
1.3.3 Bahan Bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. Ada
tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas. Untuk benda padat dan cair dibutuhkan
panas pendahuluan untuk mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar
dapat mendukung terjadinya pembakaran.
1) Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang
setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan
lain-lainnya
2) Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer,
alkohol, olive oil, dan lainnya.
3) Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan
lainlainnya.

1.4 Rantai Reaksi Kimia


Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi
antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus
dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang
berkelanjutan.

1.4.1 Ignition Temperature


Suhu nyala adalah suhu terendah dimana substansi bahan bakar akan menyala dengan
sendirinya tanpa pengaruh sumber atau unsur luar

1.4.2 Flash Point


Titik Nyala adalah suhu terendah suatu bahan bakar cair yang mengeluarkan uap/gas,
akan menyala dan terbakar sekejap bila dikenai sumber panas atau pilot flame. Titik nyala
masing-masing bahan bakar dapat filihat pada Tabel 1

5
Tabel 1. Titik Nyala Bahan Bakar

FLASH POINT
FUEL TYPES
OF OC

GASOLINE -45 -43


KEROSENE 100-165 38-74
JET FUEL 100 38
ACETONE -0,4 -18
PROPENE 156 -104
BUTANE -76 -60
ACETYLENE -0,4 -18

1.4.3 Fire Point


Titik bakar adalah suhu terendah suatu bahan bakar cair yang mengeluarkan uap/gas,
akan tetap menyala dan terbakar setelah sumber panas dihilangkan. Titik bakar masing-
masing bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Titik Bakar Bahan Bakar

FLASH POINT
FUEL TYPES
OF OC

GASOLINE 536 280


KEROSENE 410 210
JET FUEL 435 224
ACETONE 494 257
PROPENE 874 468
BUTANE 761 405
ACETYLENE 571 299

1.4.4 Flammable Range


Flammable range adalah batas antara minimum dan maksimun konsentrasi bahan
bakar di udara normal, yang dapat menyala/ meledak setiap saat bila diberi sumber panas.

6
Flammable range dibagi menjadi dua yaitu Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit
(LEL/LFL) dan Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit (UEL/UFL). Daerah bisa terbakar
(flammable range) dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Daerah bisa terbakar (flammable range)

a) LEL/LFL: Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit (The lower concentration limit of a
gas or a vapour in air)
LEL/LFL: Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit (batas konsentrasi ambang bawah
dari suatu bahan bakar dalam udara yang meledak/terbakar)
b) UEL/ UFL : Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit (The upper concentration
limit of a gas or a vapour in air)
UEL/ UFL : Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit (batas konsentrasi ambang
atas dari suatu bahan bakar dalam udara yang meledak/terbakar
Tabel 3. Batas bawah (LEL) dan batas atas (UEL) bahan bakar

Gas Batas Bawah (LEL) Batas Atas (UEL)


Metana 5,0 15,0
Etana 3,2 12,5
Propana 2,2 9,5
Catatan: batas bawah dan batas atas merupakan % volume dalam udara

2 Definisi Kebakaran
Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur seperti bahan bakar,
oksigen dan panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan
sampai kematian (Karla, 2007). Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DKN), kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak
dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda,

7
bangunan fisik, deposit'asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain-lain) maupun
kerugian non materi (rasa takut, shock, ketakutan, dan lain-lain) hingga kehilangan nyawa
atau cacat tubuh yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.

Sifat kebakaran terjadi secara tidak diduga tidak akan padam apabila tidak dipadamkan,
dan kebakaran akan padam dengan sendirinya apabila konsentrasi keseimbangan hubungan
ketiga unsur dalam segitiga api tidak terpenuhi lagi.
2.1 Golongan Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran atas dasar jenis
bahan bakarnya. Pengklasifikasian kebakaran ini bertujuan untuk memudahkan usaha
pencegahan dan pemadaman kebakaran (Soehatman Ramli, 2005).

2.2 Golongan Kebakaran Menurut NFPA


NFPA (National Fire Protection Association) adalah suatu lembaga swasta yang khusus
yang khusus menangani di bidang penanggulangan bahaya kebakaran di Amerika Serikat.
Menurut NFPA kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu :
1. Kelas A
Kebakaran kelas A disebabkan oleh benda padat yang mudah terbakar dan
menghasilkan arang dan abu. Benda padat tersebut biasanya mengandung karbon. Misalnya
kertas, kayu, tekstil, plastik, karet dan busa. Aplikasi media pemadam yang cocok adalah
bahan jenis basah yaitu air dikarenakan prinsip kerja air dalam memadamkan api adalah
menyerap kalor panas dan menembus sampai bagian yang dalam.
2. Kelas B
Kebakaran kelas B disebabkan oleh bahan cair dan gas yang mengandung hidrokarbon
dari produk minyak bumi dan turunan kimianya Misalnya: bensin, aspal, gemuk minyak,
alkohol, gas LPG sehingga menyebabkan mudah terbakar. Aplikasi media pemadam yang
cocok untuk bahan cair adalah jenis busa. Prinsip kerja busa dalam memadamkan api adalah
menutup permukaan cairan yang mengapung pada permukaan. Aplikasi media pemadam
yang cocok untuk bahan gas adalah jenis bahan pemadam yang bekerja atas dasar substitusi
oksigen dan atau memutuskan reaksi berantai yaitu jenis tepung kimia kering atau CO2.
3. Kelas C
Kebakaran kelas C adalah kebakaran yang disebabkan oleh listrik bertegangan
rendah hingga tinggi seperti peralatan rumah tangga. trafo. komputer, televisi. radio, panel
listrik transmisi listrik dan lain-lain. Aplikasi media pemadam yang cocok untuk kelas ini adalah
jenis bahan kering yaitu tepung Kimia atau CO2..

8
4. Kelas D,
Kebakaran kelas D ini disebabkan oleh bahan logam. Pada prinsipnya semua bahan
dapat terbakar tak terkecuali benda dari jenis logam, hanya saja tergantung pada nilai titik
nyalanya seperti potassium, sodium, aluminum, magnesium, kalsium dan zink. Bahan
pemadam untuk kebakaran logam tidak dapat menggunakan air dan bahan pemadam seperti
pada umumnya. Karena hal tersebut justru dapat menimbulkan bahaya. Maka harus
dirancang secara khusus media pemadam yang prinsip kerjanya adalah menutup permukaan
bahan yang terbakar dengan cara merimbun. Diperlukan pemadam kebakaran khusus seperti
Metal-X dan foam untuk memadamkan kebakaran jenis ini.

2.3 Klasifikasi Kebakaran

a. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan;


Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.

b. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang I


Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran,
melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.

c. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II


Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.

d. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III


Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat.

e. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat.


Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.

9
2.4 Daftar Jenis Tempat Kerja berdasarkan Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran
Menurut Kepmen No. 186/MEN/1999
Seperti tabel berikut

Tabel 4. Daftar Jenis Tempat Kerja berdasarkan Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran

Klasifikasi Jenis Tempat Kerja


Bahaya Kebakaran Ringan  Tempat Ibadah
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan  Gedung/ruang perkantoran
kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi  Gedung/ruang Pendidikan
kebakaran melepaskan panas rendah sehingga  Gedung/ruang perumahan
menjelarnya api sangat lambat  Gedung/ruang perawatan
 Gedung/ruang restoran
 Gedung/ruang perpustakaan
 Gedung/ruang perhotelan
 Gedung/ruang Lembaga
 Gedung/ruang rumah sakit
 Gedung/ruang museum
 Gedung/ruang penjara

10
Bahaya Kebakaran Sedang I  Tempat parkir
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan  Pabrik elektronika
kemudahan terbakar sedang,menimbun bahan  Pabrik roti
dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila  Pabrik barang gelas
terjadi kebakaran melepaskan panas sedang  Pabrik minuman
 Pabrik permata
 Pabrik pengalengan
 Binatu
 Pabrik susu

Bahaya Kebakaran Sedang II  Penggilingan padi

Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan  Pabrik bahan makanan

kemudahan terbakaran dengan tinggi tidak lebih dari  Percetakan dan penerbitan
4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan  Bengkel mesin
panas sedang ssehingga menjalarnya api sedang  Perakitan kayu
 Gudang perpustakaan
 Pabrik barang keramik
 Pabrik tembakau
 Pengolahan logam
 Penyulingan
 Pabrik barang kelontong
 Pabrik barang kulit
 Pabrik tekstil
 Perakitan kendaraan
bermotor
 Pertokoan dengan
pramuniaga
 Pabrik kimia (kimia dengan
 kemudahaan terbakar
sedang)

11
Klasifikasi Jenis Tempat Kerja
Bahaya Kebakaran Berat  Tempat kimia dengan
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi
kemudahan terbakar tinggi, menyimpan bahan cair.  Pabrik kembang api
 Pabrik korek api
 Pabrik cat
 Pabrik bahan peledak
 Penggergajian kayu dan
penyelesaiannya
menggunakan bahan
mudah terbakar
 Studio film dan televisi
 Pabrik karet buatan
 Hanggar pesawat terbang
 Penyulingan minyak bumi
 Pabrik karet busa dan
plastik busa

Sumber : Kemnaker (1999)

2.5 Fenomena Kebakaran


Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan
sampai kebakaran padam dapat diamati beberapa fase tertentu seperti dilukiskan pada
Gambar 5.

Gambar 5. Fenomena Kebakaran

12
Penjelasan :
1) Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api kebakaran, tetapi yang pasti ada
sumber awal pencetusnya (source energy), yaitu adanya potensi energi yang tidak
terkendali
2) Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar, maka akan
terjadi penyalaan tahap awal (initiation) bermula dari sumber api nyala yang relatif kecil
3) Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan berkembang
lebih besar (growth) sehingga api akan menjalar bila ada media disekelilingnya
4) Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas ke semua arah secara
konduksi, konveksi dan radiasi, hingga pada suatu saat kurang lebih sekitar setelah 3 -
10 menit atau setelah temperatur mencapai 300°C akan terjadi penyalaan api serentak
yang disebut Flash Over, yang biasanya ditandai pecahnya kaca
5) Setelah flash over, nyala api akan membara yang disebut periode kebakaran mantap
(Stedy I full development fire). Temperatur pada saat kebakaran penuh (full fire) dapat
mencapai 600 -1000 °C. Bangunan dengan struktur konstruksi baja akan runtuh pada
temperatur 700 °C. Bangunan dengan konstruksi beton bertulang setelah terbakar lebih
dari 7 jam dianggap tidak layak lagi untuk digunakan
6) Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan berkurang/surut dan
berangsur angsur akan padam), yang disebut periode surut (decay).

3 Perpindahan Panas
Perpindahan panas adalah salah satu dari displin ilmu teknik termal yang mempelajari
cara menghasilkan panas, menggunakan panas, mengubah panas, dan menukarkan panas
di antara sistem fisik. Perpindahan panas diklasifikasikan menjadi konduktivitas termal,
konveksi termal dan radiasi termal.

3.1 Konduksi
Perpindahan kalor atau panas dengan cara konduksi merupakan perpindahan kalor
atau panas melalui suatu zat tanpa disertai dengan perpindahan partikel-pertikel zat tersebut.
Berdasarkan daya hantar kalor tersebut, kemudian dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
 Konduktor
Konduktor merupakan zat yang mempunyai daya hantar kalor yang cukup baik Contohnya :
baja, besi, tembaga serta alumunium dan lain-lain
 Isolator
Isolator merupakan zat yang memiliki daya hantar kalor atau panas yang kurang baik.
13
Contohnya : kertas, kaca, air, kayu dan plastiik

3.2 Konveksi
Perpindahan kalor atau panas secara konvensi atau aliran merupakan perpindahan
kalor pada suatu zat yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat tersebut.
Perpindahan kalor konveksi akan dapat terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Peristiwa
perpindahan konvensi dapat kalian pahami diantaranya adalah sebagai berikut :

 Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misalnya hal tersebut terjadi pada angin
darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, dan untuk mendapatkan udara yang lebih
dingin dalam ruangan maka membutuhkan pemasangan kipas angin atau AC.
 Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misalnya ada pemanasan air dan pada
sistem aliran air panas.

3.3 Radiasi
Perpindahan kalor atau panas secara radiasi merupakan perpindahan kalor tanpa
melalui suatu zat perantara. Ketika ada suatu kegiatan perkemahan disuatu sekolah, pasti
akan mengadakan kegiatan pramuka. Lalu apa yang akan kalian rasakan ketika kalian berada
disekitar api unggun? Tentunya kalian akan merasakan hangatnya api unggun dari jarah yang
lumayan jauh.

Gambar 6. Proses Pemindahan Panas

4 Teknik Pemadaman Kebakaran


Memadamkan kebakaran adalah suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran nyala
api. Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip menghilangkan salah satu atau
beberapa unsur dalam proses nyala api (Depnakertrans, 2008) Pembakaran yang
menghasilkan nyala api bisa dipadamkan dengan menurunkan temperatur (cooling),
14
membatasi oksigen (illution), menghilangkan atau memindahkan bahan bakar (starvation),
dan memutuskan reaksi rantai api (Soehatman Ramli. 2005). Teknik pemadaman dilakukan
dengan media yang sesuai dengan prinsip-prinsip pemadaman tersebut (Depnakertrans,
2008).
4.1 Pemadaman Dengan Pendinginan (Cooling)
Metode pemadaman kebakaran yang paling umum adalah pendinginan dengan air.
Proses pemadaman ini tergantung pada turunnya temperatur bahan bakar sampai ke titik
dimana bahan bakar tersebut tidak dapat menghasilkan uap gas untuk pembakaran. Bahan
bakar padat dan bahan bakar cair dengan titik nyala (fire point) tinggi bisa dipadukan dengan
mendinginkannya. Kebakaran yang melibatkan cairan dan gas-gas yang mudah menyala
yang rlah titik nyalanya tidak dapat dipadamkan dengan mendinatannya dengan air karena
produksi uap tidak dapat cukup dikurangi Penurunan temperatur beruntung pada
penyemprotan aliran yang cukup dalam bentuk yang benar gar dapat membangkitkan
keseimbangan panas negatif (Pusdiklatkar, 2006)

4.2 Pemadaman Dengan Pembatasan Oksigen (Dilution)


Pengurangan kandungan oksigen di arca juga dapat memadamkan api. Dengan
membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api dapat padam. Pembatasan ini
biasanya adalah satu cara yang paling mudah untuk memadamkan api. Untuk pembakaran
pada suatu bahan bakar membutuhkan oksigen yang cukup seperti kayu akan mulai menyala
pada permukaan bila kadar oksigen 4-5%, asetilen memerlukan oksigen dibawah 5%,
sedangkan gas dan map hidrokarbon biasanya tidak akan terbakar bila kadar oksigen
dibawah 15% (Soehatman Ramli, 2005)
Pengurangan kandungan oksigen dapat dilakukan dengan membanjiri arca tersebut
dengan gas lembam seperti karbondioksida yang menggantikan oksigen atau dapat juga
dikurangi dengan memisahkan bahan bakar dari udara seperti dengan menyelimutinya
dengan busa. Namun, cara cara ini tidak berlaku pada bahan bakar yang jarang dipakai yang
bisa beroksidasi sendiri (Pusdiklatkar, 2006).

4.3 Pemadaman Dengan Mengambil/Memindahkan Bahan Bakar (Starvation)


Dalam beberapa kasus, kebakaran bisa dipadamkan dengan efektif dengan
menyingkirkan sumber bahan bakar. Pemindahan bahan bakar ini tidak selalu dapat
dilakukan karena dalam prakteknya mungkin sulit. sebagai contoh: memindahkan bahan
bakar, yaitu dengan menutup membuka kerangan, memompa minyak ke tempat lain
memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar dan lain lain (Soehatman Ramli. 2005).
15
Cara lain yang bisa dilakukan untuk menyingkirkan sumber bahan bakar adalah dengan
menyiram bahan bakar yang terbakar tersebut dengan air atau dengan membuat busa yang
dapat menghentikan/memisahkan minyak dengan daerah pembakaran (Soehatman Ramli,
2005) atau dengan menghentikan aliran bahan bakar cair atau gas atau dengan
menyingkirkan bahan bakar padat dari jalur api (Pusdiklatkar, 2006).

4.4 Pemadaman Dengan Memutus Reaksi Rantai Api


Cara yang terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah terjadinya reaksi
rantai di dalam proses pembakaran. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat memecah
sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom-atom yang dibutuhkan oleh nyala api untuk tetap
terbakar (Soehatman Ramli, 2006. Beberapa bahan pemadam seperti bahan kimia kering dan
hidrokarbon terhalogenasi halon) akan menghentikan reaksi kimia yang menimbulkan nyala
api sehingga akan mematikan nyala api tersebut. Cara pemadaman ini efektif untuk bahan
bakar gas dan cair karena keduanya akan menyala dahulu sebelum terbakar. Bara api tidak
mudah dipadamkan dengan cara ini, karena saat halon tertutup, udara mempunyai jalan
masuk pada bahan bakar yang sedang membara dan berlanjut sampai membakar.
Pendinginan adalah salah satu cara yang praktis untuk memadamkan api yang membara
(IFSTA, 1994).

16

Anda mungkin juga menyukai