KEBAKARAN
OLEH :
Pertama-tama penyusun disini ingin memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala
hikmat dan karunianya yang telah di berikan-nya kepada penyusun,sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini hingga selesai.adapun maksud dan tujuan dari
penulisan makalah yang berjudul KEBAKARAN.
Tidak lupa pula,disini penyusun menyadari bahwa hasil makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang ada,sehingga di mana kami sangat
mengharapkan adanya saran-saran dan kritik-kritik yang membangun guna terciptanya hasil
yang sempurna dan bermanfaat bagi pembaca dan penyusun. Akhir kata disini penyusun
mengucapkan banyak terima kasih.
A. Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber
energi. Siklus ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang
dimulai dari pra kejadian, kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang mengiringinya.
Kejadian tersebut akan tercipta apabila kondisi dan beberapa syarat pencetusnya terpenuhi,
utamanya pada saat pra kejadian.
Ada poin-poin yang menjadi persyaratan dasar yang apabila gagal dilakukan pe
ngendalian akan memicu peristiwanya, kemudian akan memasuki tahapan tidak terkendali
dan sukar dipadamkan. Syarat kondisi tersebut di antaranya adalah terdapat bahan yang
dapat terbakar, misalnya minyak, gas bumi, kertas, kayu bahkan rumput kering dan
sebagainya. Bilamana bahan yang dapat terbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan
bertemu pencetusnya maka seketika akan segera menimbulkan api. Sedangkan pencetus itu
sendiri penyebabnya cukup banyak di antaranya energi petir, api terbuka, listrik bahkan hanya
sekedar percikan bunga api. Penelitian yang terbaru dan mengejutkankan pemantik kebakaran
tersebut juga bisa timbul akibat frekuensi telpon genggam.
Peristiwa munculnya api awal berlanjut menjadi kebakaran besar hanya butuh waktu
dibawah 4 menit atau 10 menit. Ukuran waktu 4 -10 menit tersebut hasil dari suatu
pengkajian dan studi pengalaman dimana tahapan api belum berkembang dan meluas. Setelah
lebih dari waktu yang dimaksud, api akan berkembang menjadi api bertumbuh (growth) dan
menjadi penuh (full steady fire) dengan suhu mencapai 600 derjat Celsius sampai 1000
derajat Celcius lebih, dimana ini sudah berada pada tahapan sulit dipadamkan. Hanya
perangkat hidran dan sejenisnya yang dapat mengurangi dan memadamkan.
Siklus api awal menuju kondisi tidak terkendali ini disebabkan pada waktu menit
menit awal peristiwa kebakaran tersebut, terdapat serentetan umpan balik yang mempercepat
berkembangnya api itu sendiri. Rentetan umpan balik tersebut adalah bertambahnya suhu
atau temperatur yang akan mempercepat penguapan benda cair atau sublimasi benda yang
terbakar dan terhisapnya udara (oksidasi) dan mempercepat terjadinya fire point (siklus
bersambung). Waktu yang singkat dan peristiwa umpan balik itulah menjadi faktor penentu
percepatan tingkat kobaran api. Bila tidak dilakukan penanganan secara sistematis akan
berakhir tragis dan menimbulkan kerugian yang luas. Terkadang membawa korban jiwa
manusia.
Kenapa hal tersebut terjadi? Ada beberapa pertanyaan yang terkadang sulit untuk
dijawab secara umum dalam menghadapi waktu dibawah 4 menit dan hal tersebut menjadi
jawaban klasik mengapa dan kenapa peristiwa kebakaran selalu terjadi tanpa dapat dicegah
atau diminimalisasi kejadiannya. Takdir Tuhanlah, musibahlah atau yang lebih ekstrem
menyalahkan petugas PMK-nya yang bolot dan lelet.
Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan
kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang
sangat besar baik kerugian materil maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian
nyawa, harta, dan terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak
ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi penghuninya. Jika terjadi kebakaran
orang-orang akan sibuk sendiri, mereka lebih mengutamakan menyelamatkan barang-barang
pribadi daripada menghentikan sumber bahaya terjadinya kebakaran, hal ini sangat
disayangkan karena dengan keadaan yang seperti ini maka terjadinya kebakaran akan
bertambah besar. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin
pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Penduduk semakin padat,
pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industry yang semakin
berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi kebakaran membutuhkan
penanganan secara khusus.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
A. PENGERTIAN
Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api
jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat
dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api
yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut,
api tidak akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen
di udara yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :
1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti :
masak, las, dll.
2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik
seperti : setrika, atau karena adanya korsleting.
3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion
positif seperti : peti.
5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air.
B.
Tetrahidral Api
1. Kebakaran Klas A
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah
dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .
2. Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung
pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
3. Kebakaran Klas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga
lainnya yang menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO 2), tepung kering (dry
chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
4. Kebakaran Klas D
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.
Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang ditemui adalah kelas D, biasanya
untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya dapat digunakan dalam satu tabunng / alat, kecuali
bila diperlukan jenis khusus.
D. Factor penyebab terjadinya kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor
teknis.
Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang
pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:
1. Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda Dilarang
Merokok.
2. Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar,
mengganti sekering dengan kawat.
3. Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan
pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan
yang mudah terbakar
4. Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan
keselamatan, misalnya memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-
lain.
Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-
hal yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
1. Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas
yang berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
2. Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang
bocor, pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain
3. Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak
tanah atau gas elpiji didekat kompor
4. Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara.
Bila kondisi panas, kondisi seperti ini bisa memicu timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam tabel
berikut :
1. Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah,
pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya
listrik yang berlebihan atau kebocoran.
2. Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus
memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
3. Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi
kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik.
4. Kebakaran disengaja, seperti huru hara, sabotase dan untuk mendapatkan
asuransi ganti rugi.
Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah
ini :
a. Faktor Non Fisik
Lemahnya peraturan perundang undangan yang ada, serta kurangnya pengawasan terhadap
pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).
Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha
usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.
Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang undangan yang
berlaku sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.
Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan
dengan faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara
melanggar peraturan yang berlaku.
Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama
bangunan tinggi.
b. Faktor Fisik
Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses
difusi antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan
terus dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang
berkelanjutan.
Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing masing
tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian
meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur angsur menurun
sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada
umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :
a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )
Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh lidah
api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal
sampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar
kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung gedung bertingkat
tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.
Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan.
Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.
Waktu
Pertumbuhan / Growth
Klasifikasi Pertumbuhan
Time
( detik )
Tumbuh Lambat ( Slow Growth ) > 300
Tumbuh Sedang ( Moderete Growth ) 150 300
Tumbuh Cepat ( Fast Growth ) 80 150
Tumbuh Sangat Cepat (Very Fast
< 80
Growth )
G. Penanggulangan Kebakaran
Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam -
macam akibat , antara lain korban jiwa dan harta benda .Tentunya kejadian tersebut tidak kita
inginkan, oleh karena itu dipikirkan tindakan dalam penanggulanganya . Pada umumnya
penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :
Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu difahami segitiga api seperti yang telah
diuraikan diatas yaitu menghilangkan salah satu unsur dari segitiga api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya
tradisional masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi
kentongan dll. Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain
Hidrant, Mobil pemadam kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara
lain karbon dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk kering. Dari beberapa
macam alat pemadam api tersebut masingmasing mempunyai kegunaan dan aturan
tersendiri.
d. Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung
diatas permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa
tersebut maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada
permukaan yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk
menjangkau tipe kebakaran tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan
terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran
kelas A.
1. Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat
dengan larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3 + 6NaHCO3 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2
2. Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan
pembentuk busa yang terdiri dari cairan busa, air bertekanan, dan udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa.
Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa
sehingga membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada
larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka
terbentuklah busa mekanis. Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70),
Fluorocarbon surfactant (AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).
Sistem pendorong : tekanan dorong diperoleh dari gas CO2, baik dengan cara
tabung gas (Gas cartrige) maupun tekanan tersimpan (Stored Pressure).
Konstruksinya terdiri dari berbagai jenis :
Tipe gas Cartrige.
Tipe stored-pressure.
Pemakaian APAR jenis busa
Pada kepala bejana sering dilengkapi dengan katup pengatur, dan pada nozzle
terdapat sistem pengisi ventury untuk memasukkan udara gelembung busa .
Keuntungan yang dimiliki APAR tipe ini dibandingkan dengan tipe busa kimia,
adalah :
Daya pemadamannya tinggi.
Aliran busa dapat dikendalikan oleh operator, sehingga memudahkan
pemadaman.
Sifat karat dari larutannya tidak setinggi allumunium sulfat.
Teknik atau cara penyampaian busa ketempat bakaran adalah :
Dinginkan wadah cairan yang terbakar.
Selama air masih keluar dari pemancar busa jangan sekali-kali air tersebut
Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati.
Jenis media dan ukuran sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.
Metode Pemadaman
Bedasarkan teori segitiga api maka prinsip teknik pemadaman adalah dengan
merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab kebakaran, atau dengan
menghentikan proses pembakaran dengan memutus rantai reaksi. Prinsip itu dapat
dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut :
1. Pendinginan (Cooling)
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan permukaan dari bahan
yang terbakar dengan menggunakan semprotan air sampai suhu dibawah titik nyala.
Untuk bahan bakar dengan titik nyala yang rendah seperti bensin, pendinginan dengan
menggunakan bahan air kurang efektif. Pendinginan digunakan dalam memadamkan
kebakaran yang melibatkan bahan bakar dengan titik nyala yang tinggi.
2. Penyelimutan (Smothering)
Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungan bahan bakar dengan oksigen
atau udara yang diperlukan bagi terjadinya proses pembakaran. Menyelimuti suatu
kebakaran dengan CO2 atau busa akan menghentikan supply udara untuk kebakaran.
3. Memisahkan bahan yang dapat terbakar (Starvation)
Metode ketiga untuk memadakan api adalah dengan memisahkan bahan yang dapat
terbakar dengan jalan menutup aliran bahan bakar yang menuju tempat kebakaran
atau menghentikan supply bahan bakar.
4. Memutus reaksi rantai kimia
Terjadinya proses pembakaran dari gabungan ketiga unsur menghasilkan gas-gas
lainnya seperti H2S, NH3, HCN (sesuai dengan benda yang terbakar). Hasil reaksi
yang penting adalah atom bebas O dan H yang dikenal sebagai atom-atom radikal
yang membentuk OH dan pecah menjadi H2 dan O. Atom radikal O dapat membentuk
api lebih besar. Maka cara pemadaman ini adalah dengan memutus rantai reaksi
pembakaran dengan media pemadam api yang bekerja secara kimia.
Cooling :
1. pengurangan suhu suatu benda.,
2. Mengatur api dengan mengurangi suhu bahan bakar dan material di ekitarnya
Cooling tower :
Bangunan yang dipergunakan untuk pendinginan dari pengolahan air, biasanya
dengan mengalirkan udara yang berlawanan dengan aliran penyemprot air.
Coping :
Batuan atau lapisan atas batu bata dari dinding
Copper :
Unsur logam (Cu) yang berwarna cokelat kemerahan, lunak, mudah dibentuk yang
merupakan penghantar panas dan listrik yang baik serta beracun dan mudah terbakar
dalam bentuknya yang terbagi sangat halus
Copper sulphate :
Sebuah garam yang larut dalam air (CuSO4) yang digunakan dalam tangki
Corbel :
Batu bata atau titik tupang yang seringkali dihias,dan memproyeksikan sisi sebuah
dinding
Cordite :
Bahan pembakar yang merupakan campuran dari nitroselulosa, nitroglycerin dan jeli
mineral yang stabil di iklim panas, relatif tidak berasap dan digunakan secara
ekstensif sebagai perlengkapan senjata (amunisi)
Corner test :
Tes asap dan nyala api yang mensimulasikan kebakaran di pojok ruangan yang
tersusun dari bahan-bahan yang telah diuji.
Cornice : Sebuah proyeksi cetakan yang digunakan sebagai dekorasi di atap gedung,
jendela dan lainnya.
Corral a fire :
Untuk memagari kebakaran di lahan liar dengan garis kontrol
Corridor :
Sebuah lorong dalam sebuah bangunan yang memberikan akses ke kamar
Corrosive material :
Beberapa bahan padatan, cairan ataupun gas yang membakar, mengiritasi atau
merusak jaringan organik, terutama kulit da saat diambil secara internal, bagian paru-
paru dan perut.
Corrugated iron :
Lembaran galvanis besi atau baja yang dibentuk menjadi pegunungan paralel yang
biasa untuk menambah kekakuan; dan digunakan sebagai penutup atap sebuah
gedung dan hanya untuk bangunan sementara
Cottage box :
Kotak alarm kebakaran dengan atap seperti miring ke atas
Council rake :
Sebuah garu yang dapat dipergunakan untuk memotong dan menggali; pisaunya
menyerupai baji daripada ujung biasanya
Counterfiring :
Pengaturan kebakaran diantara kebakaran tanah liar utama dan menjadi bumerang
Coupling :
Cover :
1. Memikul tanggung jawab dari instansi kebakaran lain,
2. Untuk menyebarkan penutup penyelamatan atas sebuah obyek,
3. untuk melindungi daerah yang terkena api dengan aliran selang,
4. Penutup penyelamatan
Cover Pole :
Sebuah tiang dengan kait yang berbentuk U pada salah satu ujungnya untuk meletakkan
penutup penyelamatan diatas gudang yang bertumpuk tinggi
Cover rack :
Rak penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan selimut penyelamatan
Critical mass :
Sejumlah bahan fisi yang diperlukan untuk mempertahankan reaksi berantai
Critical pressure :
Tekanan sebuah zat pada temperatur kritisnya, dimana tidak ada perbedaan antara
gas dan bentuk cair sebuah zat
Critical temperature :
Suhu maksimal dimana gas bisa dicairkan; pada titik ini densitas cairan dan uap air
adalah sama
Cross formee :
Sebuah salib bersenjata sama dengan lengan sempit di tengahnya dan lebih lebar
diujungnya
Crossover throw :
Cross shot :
Metode pengamatan yang memotong garis pandang dari dua titik yang berbeda yang
ditarik pada objek yang sama; seringkali digunakan untuk menentukan lokasi
kebakaran lahan liar dari tempat pengintai
Crotch pole :
Sebuah tiang dengan perlengkapan yang berbentuk U pada salah satu ujungnya yang
digunakan untuk menegakkan dan menjepit tangga
Crowbar :
Batang besi bulat, terdapat di salah satu ujungnya dan diratakan menjadi bentuk baji
di ujung yang lain, digunakan sebagai tuas untuk memindahkan beban yang berat
Crown fire :
Kebakaran yang merupakan rambatan di sepanjang puncak pohon ataupun semak,
kurang lebih independen dari tanah api
Crownout :
Kebakaran yang sesekali menyulut puncak pohon atau semak sebagai kelanjutannya.
Cryogenic gas :
Gas yang dijaga suhunya dibawah 195 F
C shift :
1. Satu dari kelompok kerja dengan sistem tiga peleton,
2. Karyawan dinas pemadam kebakaran yang bebas tugas menggantikan kelompok A
atau B
Cub pack :
Nama dagang, sebuah alat bantu pernafasan mandiri yang berdurasi pendek
Cup test :
Pengujian untuk mendapatkan flash point dari cairan yang mudah terbakar
Curie :
Unit dasar yang digunakan untuk menggambarkan intensitas radioaktif dalam contoh
bahannya; hal ini sama dengan 37 miliar disintegrasi per detik, atau kira-kira tingkat
kerusakan dari satu gram radium.
Curing :
Pengeringan dan pencoklatan rumput untuk mengurangi kandungan kelembaban
Current :
Aliran elektron dari satu titik ke titik yang lain, biasanya diukur dan dinyatakan
dengan Amper
Curtain Board :
Logam lembaran atau tirai yang tidak mudah terbakar lainnya yang memperpanjang
langit-langit ke bawah pada ujung area yang berbahaya dengan tujuan untuk memuat
gas dan asap panas sehingga ini bisa dipasang ventilasi
Curtain wall :
Sebuah eksterior berupa dinding prefabrikasi yang bukan penopang beban, biasanya
lebih dari satu ketinggian yang didukung oleh kerangka struktural, yang melindungi
interior bangunan dari terpaan cuaca, kebisigan ataupun kebakaran.
Cuttoff :
1. Rintangan berupa pintu, dinding api, yang didesain untuk memperlambat
penyebaran api,
2. Tempat dimana api dihentikan
Cuttoff pressure :
Tekanan maksimal yang dibuat pada pompa sentrifugal yang beroperasi pada
kecepatan tertentu saat tingkat debit sama dengan nol
Damper :
Katup atau plat untuk mengatur pergerakan udara melalui cerobong
Damper control :
Alat yang digerakkan dengan rantai fusibel, motor, asap atau pendeteksi panas yang akan
membuka atau menutup peredam sebuah saluran.
Danger index :
Angka yang menunjukkan keparahan relatif dari bahaya kebakaran hutan, ditentukan
dari kondisi kebakaran dan beberapa variabel lain
Dangerous cargo :
Komoditas yang didefinisikan oleh komisi perdagangan antarnegara (ICC) dan peraturan
penjaga pantai Amerika Serikat yang meliputi Bahan peledak kelas A, B dan C;
cairan yang mudah terbakar; padatan yang mudah terbakar dan bahan-bahan
pengoksidasi, bahan korosif, gas yang dimampatkan, racun kelas A, B dan C, bahan
radioaktif dan agen etiologi
Darcy-Weisback formula :
Rumus untuk menentukan rugi gesek cairan melalui saluran melingkar : H =
FV2/2gD, dimana H adalah rugi gesekan, F adalah faktor gesekan, V adalah
kecepatan cairan, dan D diameter saluran, dan g adalah percepatan gravitasi, semua
dalam unit yang kompatibel
Darken :
1. untuk menghitamkan area yang telah diterangi oleh api,
2. untuk memblokir
Day manning :
Jadwal tugas dimana pos pemadam kebakaran hanya dijaga pada saat siang hari
Dead end :
1. Koridor, jalan atau gang yang telah diatur sehingga seseorang hanya bisa melewati
satu arah untuk keluar dari sini,
2. Air utama dimana air dapat mengalir pada satu arah saja seperti tidak dilingkarkan
Dead man :
Batang kayu yang besar, kayu atau bahan lain sejenis, yang dugunakan untuk
menyediakan jangkar untuk tali temali
Dead oil :
Hasil penyulingan minyak kental dari tar batubarauntuk meresapi kayu materi
damkar
Dacron :
nama dagang, Serat polyester yang terbuat dari polyethylene terephthalate yang
dipergunakan pada kain dan pembuatan selang kebakaran
Dalmatian :
Jenis anjing berukuran menengah, berwarna putih dengan corak hitam berbentuk
hati, awalnya dibiakkan sebagai pembantu untuk pelatih kuda di Dalmatia, itu
dianggap sebagai mascot pemadam kebakaran
Dam :
wadah air portabel yang dipergunakan untuk pompa utama
Damage :
Kerugian total akibat kebakaran, termasuk kerugian tak langsung seperti gangguan
bisnis, kerugian untuk produksi mendatang, kerugian penggembalaan, produk kayu,
habitat margasatwa, rekreasi, dan nilai-nilai penting dalam hutan, sikat
sertakebakaran rumput.
Damp :
Istilah umum pada gas yang biasanya terdapat dalam pertambangan batubara.
A-1 : Zat kimia yang terbukti karsinogen untuk manusia (confirmed human carcinogen)
A-2 : Zat kimia yang diperkirakan karsinogen untuk manusia (suspected human
carcinogen)
A-3 : Zat kimia yang terbukti bersifat karsinogen terhadap binatang percobaan
A-4 : Zat kimia yang belum cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen terhadap
Slop Over
Suatu proses bila water jet dijatuhkan ke permukaan minyak yang terbakar, air akan
langsung berubah menjadi uap secara cepat sekali ketika menyentuh permukaan minyak
(1700 kali volumenya), kemudian uap air akan membawa minyak panas tersebut ke
udara. Bersama itu pula cairan minyak akan terdispersi akibat efek water jet tersebut,
sehingga kebakaran minyak tersebut bertambah hebat.
Boil Over
Suatu proses yang terjadi secara spontan, umumnya pada kebakaran tangki terbuka yang
berisi minyak bumi (crude oil), air dan emulsi yang berada di dasar tangki menerima
gelombang panas selama proses pembakaran berlangsung di permukaan tangki, panas
yang diterima akan mengubah air atau cairan menjadi uap air atau steam, dengan faktor
pengembangan 1.700 kali.
Uap ini akan terlontar ke udara sambil membawa bahan bakar yang berada di
permukaannya, dan berakibat kebakaran bertambah hebat.
Phosgene (COCl2)
Phosgene juga dihasilkan pada dekomposisi atau pembakaran senyawa hidrokarbon
terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene diklorida. Phosgene
beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang sangat kecil sekalipun. Konsntrasi 25
ppm dapat mematikan dalam waktu
30 sampai 60 menit.
Hidrogen klorida (Hydrogen Chloride)
Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan yang mengandung
klorin. Walau tidak beracun seperti hydrogen sianida ataupun phosgene, HCl
berbahaya apabila kita berada dalam waktu yang cukup lama di lingkungan yang
terdapat gas ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Kebakaran tidak hanya merugikan dalam segi materi tetapi juga dapat
merugikan secara jiwa yang bisa mengakibatkan trauma berkepanjangan dan cacat.
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan jika makalah ini dapat
menyediakan informasi tentang pencegahan kebakaran yang dapat bermanfaat bagi
masyarakat s Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya
sumber energi. Syarat terjadinya kebakaran diantaranya terdapat bahan yang dapat
membakar, yaitu:
1. Bahan Bakar
2. Oksigen
3. Panas
Bilamana bahan yang dapat terbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan
bertemu pencetusnya maka seketika akan segera menimbulkan api. Sedangkan pencetus itu
sendiri penyebabnya cukup banyak di antaranya energi petir, api terbuka, listrik bahkan hanya
sekedar percikan bunga api. Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap
orang dan kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu
kerugian yang sangat besar baik kerugian materil maupun kerugian immateriil. Bedasarkan
bahan yang terbakar maka Kebakaran di klasifikasi menjadi berikut:
a. Kelas A Kebakaran bahan biasa atau padat kecuali logam yang mudah terbakar
seperti kertas, kayu, pakaian, karet, plastik dan lain-lain.
b. Kelas B Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar seperti
Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
c. Kelas C Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan
alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik.
d. Kelas D Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum,
alumunium, natrium, kalium, dsb.
Api tumbuh secara bertahap, dari mulai menyala, membesar, menghasilkan gas dan
asap dari bahan yang terbakar, dan bila tidak dikontrol, ia akan mencapai tahap maksimal
yang menghanguskan serta membahayakan keselamatan jiwa. Selain itu, terdapat pola
perluasan api yang harus diwaspadai agar tak membahayakan lingkungan sekitar, yaitu:
Radiasi, Konduksi, Konveksi. Oleh karena itu, sangat penting untuk penanganan yang tepat
dapat mengurangi potensi bahaya kebakaran tersebut
SARAN:
1. Perlunya soialisasi lebih lanjut tentang kebakaran dan penghematan energi, pada
lingkungan sekitar agar potensi bahaya kebakaran bisa diminimalisir
2. Perlunya pengawasan pada setiap para pegawai yang bekerja di perusahaan rawan
dengan bahan-bahan yang mudah terbakar.
3. Untuk menimalisir setiap kebakaran yang ada perlunya pegawai yang tahu cara
menggunakan Alat Pemadam Api Ringan agar setidak kebakaran tidak sampai ke
tahap maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
http://wahyutr3firefighter-tng.blogspot.co.id/
http://www.bromindo.com/cara-kerja-smoke-detector-dan-penempatanya/
http://tepus.org/2014/06/pengertian-nilai-ambang-batas-nab/
http://www.gunnebo-indolokbaktiutama.com/2014/08/jenis-jenis-apar-alat-
pemadam-api-ringan.htm
Musa, S. & I. Parlan. 2002. The 1997/1998 forest fire experience in Peninsular
Malaysia. Makalah disajikan pada Workshop on Prevention and Control of Fire in
Peatlands, 1921 March 2002, Kuala Lumpur, Malaysia, 8 h. l