Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH K3

KEBAKARAN

OLEH :

NAMA MAHASISWA : 1. MUHAMMAD SADIKIN


2. NURUL HIDAYATI
3. TRI ABIYAH ULFA

KELAS / KELOMPOK : 1 EGB / 6 (ENAM)

INSTRUKTUR : TAHDID, S.T., M.T.

PROGRAM SARJANA TERAPAN (DIV) TEKNIK ENERGI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penyusun disini ingin memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala
hikmat dan karunianya yang telah di berikan-nya kepada penyusun,sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini hingga selesai.adapun maksud dan tujuan dari
penulisan makalah yang berjudul KEBAKARAN.
Tidak lupa pula,disini penyusun menyadari bahwa hasil makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang ada,sehingga di mana kami sangat
mengharapkan adanya saran-saran dan kritik-kritik yang membangun guna terciptanya hasil
yang sempurna dan bermanfaat bagi pembaca dan penyusun. Akhir kata disini penyusun
mengucapkan banyak terima kasih.

Palembang, 9 November 2015


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber
energi. Siklus ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang
dimulai dari pra kejadian, kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang mengiringinya.
Kejadian tersebut akan tercipta apabila kondisi dan beberapa syarat pencetusnya terpenuhi,
utamanya pada saat pra kejadian.
Ada poin-poin yang menjadi persyaratan dasar yang apabila gagal dilakukan pe
ngendalian akan memicu peristiwanya, kemudian akan memasuki tahapan tidak terkendali
dan sukar dipadamkan. Syarat kondisi tersebut di antaranya adalah terdapat bahan yang
dapat terbakar, misalnya minyak, gas bumi, kertas, kayu bahkan rumput kering dan
sebagainya. Bilamana bahan yang dapat terbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan
bertemu pencetusnya maka seketika akan segera menimbulkan api. Sedangkan pencetus itu
sendiri penyebabnya cukup banyak di antaranya energi petir, api terbuka, listrik bahkan hanya
sekedar percikan bunga api. Penelitian yang terbaru dan mengejutkankan pemantik kebakaran
tersebut juga bisa timbul akibat frekuensi telpon genggam.
Peristiwa munculnya api awal berlanjut menjadi kebakaran besar hanya butuh waktu
dibawah 4 menit atau 10 menit. Ukuran waktu 4 -10 menit tersebut hasil dari suatu
pengkajian dan studi pengalaman dimana tahapan api belum berkembang dan meluas. Setelah
lebih dari waktu yang dimaksud, api akan berkembang menjadi api bertumbuh (growth) dan
menjadi penuh (full steady fire) dengan suhu mencapai 600 derjat Celsius sampai 1000
derajat Celcius lebih, dimana ini sudah berada pada tahapan sulit dipadamkan. Hanya
perangkat hidran dan sejenisnya yang dapat mengurangi dan memadamkan.
Siklus api awal menuju kondisi tidak terkendali ini disebabkan pada waktu menit
menit awal peristiwa kebakaran tersebut, terdapat serentetan umpan balik yang mempercepat
berkembangnya api itu sendiri. Rentetan umpan balik tersebut adalah bertambahnya suhu
atau temperatur yang akan mempercepat penguapan benda cair atau sublimasi benda yang
terbakar dan terhisapnya udara (oksidasi) dan mempercepat terjadinya fire point (siklus
bersambung). Waktu yang singkat dan peristiwa umpan balik itulah menjadi faktor penentu
percepatan tingkat kobaran api. Bila tidak dilakukan penanganan secara sistematis akan
berakhir tragis dan menimbulkan kerugian yang luas. Terkadang membawa korban jiwa
manusia.
Kenapa hal tersebut terjadi? Ada beberapa pertanyaan yang terkadang sulit untuk
dijawab secara umum dalam menghadapi waktu dibawah 4 menit dan hal tersebut menjadi
jawaban klasik mengapa dan kenapa peristiwa kebakaran selalu terjadi tanpa dapat dicegah
atau diminimalisasi kejadiannya. Takdir Tuhanlah, musibahlah atau yang lebih ekstrem
menyalahkan petugas PMK-nya yang bolot dan lelet.
Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan
kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang
sangat besar baik kerugian materil maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian
nyawa, harta, dan terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak
ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi penghuninya. Jika terjadi kebakaran
orang-orang akan sibuk sendiri, mereka lebih mengutamakan menyelamatkan barang-barang
pribadi daripada menghentikan sumber bahaya terjadinya kebakaran, hal ini sangat
disayangkan karena dengan keadaan yang seperti ini maka terjadinya kebakaran akan
bertambah besar. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin
pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Penduduk semakin padat,
pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industry yang semakin
berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi kebakaran membutuhkan
penanganan secara khusus.

B. Rumusan masalah

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian api dan kebakaran


2. Menyebutakan dan menjelaskan tentang unsur-unsur api serta pemadamannya
dan proses terjadinya api
3. Menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi kelas kebakaran
4. Menyebutkan tahapan-tahapan pengembangan api/kebakaran
5. Menyebutkan dan menjelaskan penyebab kebakaran
BAB II
PEMABAHSAN

A. PENGERTIAN

Bekerja di sebuah laboratorium ataupun di perusahaan perusahaan industri jelas tak


bisa lepas dari kemungkinan kecelakaan kerja atau bahaya yang salah satunya adalah
kebakaran. Aspek bahaya ini menjadikan pekerja laboratorium ataupun diperusahaan
membuat dan menciptakan suatu system keselamatan kerja. Selain itu perlu difahami pula
bagaimana proses terjadinya kebakaran, bahan-bahan kimia apa saja yang mudah terbakar
serta bagaimana cara penanggulangannya secara benar.
Bahasan ini akan saya uraikan secara lengkap mulai dari definisi api dan kebakaran.
Definisi api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan panas serta
adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api
terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu
dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh
api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.
Definisi umumnya kebakaran adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak
dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur
penyebab kebakaran.

Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api
jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat
dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran.

Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api
yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut,
api tidak akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen
di udara yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :

1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti :
masak, las, dll.

2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik
seperti : setrika, atau karena adanya korsleting.

3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion
positif seperti : peti.

4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti :


gerinda, memaku, dll.

5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air.

Bisa terjadi juga kecenderungan terjadi reaksi kimia akibat adanya


elemen ke empat. Inilah yang biasa dinamakan tetrahidral api
seperti gambar disamping.

B.

Tetrahidral Api

Pengetahuan Dasar Api


Seperti telah dikemukakan diatas reaksi terjadinya api dari tiga jenis unsur yaitu :
1. Fuel ( Bahan Bakar )
a. Pengertian bahan bakar
Yang dimaksud bahan bakar ialah semua jenis benda yang dapat terbakar
b. Jenis bahan bakar
Bahan bakar umumnya dubagi atas 3 jenis antara lain jenis bahan bakar padat,bahan
bakar gas , dan cair
1. Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang
setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas,
kulit dan lain-lainnya.
2. Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine,
lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.
3. Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida,
butan, dan lain-lainnya
c. Sifat Umum bahan bakar
Setiap jenis bahan bakar mempunyai sifat - sifat khusus,tetapi pada prinsipnya
semua jenis bahan bakar mempunyai sifat-sifat umum antara lain mudah terbakar
dan dapat terbakar.
2. Oksigen / O2 ( Zat Asam)
a. Pengertian Oksigen
Suatu jenis gas yang sangat diperlukan dalam proses kehidupan bagi semua mahluk'
b. Prosentase Oksigen diudara
Udara terdiri dari atas bermacacm - macam gas dengan komposisi sebagai berikut :
- Gas Nitrogen / N2 : kurang lebih 78 %
- Gas Oksigen / O2 : kurang lebih 21%
- Gas Karbondioksida: kurang lebih 1%
Jumlah gas oksigen yang prosentasinya 21% inilah yang selalu dibutuhkan untuk
prroses kehidupan.
c. Fungsi Oksigen yang terjadinya Api ( Pembakaran )
Gas oksigen merupakan salah satu unsur yang harus ada ,sehngga tanpa oksigen api
tidak dapat terjadi pada keadaan normal ,dimana jumlah prosentase oksigen diudara
adalah 21% merupakan jumlah yang memadai untuk proses terjadinya api . Dan
jumlah minimal prosentase oksigen di udara yang masih dapat mbantu dalam
proses terjadinya api adalah 15%.
3. Source Of Igition ( sumber nyala )
a. Pengertian Sumber Nyala dan Sumber Panas
- Sumber panas ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan panas
- Sumber Nyala ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan Panas
pada suatu tingkat temperatur tertentu dan telah dianggap berbahaya bagi
timbulnya api / kebakaran.
b. Terjadinya sumber nyala
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya sumber nyala, antaa lain :
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Alam
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Kimia
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Listrik
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Mekanik
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Nuklir

C. Klasifikasi Kebakaran/Pengelompokkan Kebakaran

Klasifikasi/pengelompokkan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 adalah sebagai berikut :

1. Kebakaran Klas A

Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh :


Kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dsb.

Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah
dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .

2. Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.

Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.

Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung
pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.

3. Kebakaran Klas C

Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga
lainnya yang menggunakan listrik.

Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO 2), tepung kering (dry
chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.

4. Kebakaran Klas D

Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium,


kalium, dsb.

Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.

Tabel Klasifikasi Kebakaran


RESIKO MATERIAL ALAT PEMADAM
Dry Chemichal Multiporse dan ABC
Class A Kayu, kertas, kain
soda acid
Dry Chemichal foam ( serbuk
Bensin, Minyak tanah,
Class B bubuk ), BCF (Bromoclorodiflour
varnish
Methane), CO2, dan gas Hallon
Bahan bahan seperti
Dry Chemichal, CO2, gas Hallon dan
Class C asetelin, methane,
BCF
propane dan gas alam
Uranium, magnesium Metal x, metal guard, dry sand dan
Class D
dan titanium bubuk pryme

Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang ditemui adalah kelas D, biasanya
untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya dapat digunakan dalam satu tabunng / alat, kecuali
bila diperlukan jenis khusus.
D. Factor penyebab terjadinya kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor
teknis.
Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang
pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:
1. Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda Dilarang
Merokok.
2. Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar,
mengganti sekering dengan kawat.
3. Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan
pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan
yang mudah terbakar
4. Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan
keselamatan, misalnya memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-
lain.
Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-
hal yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
1. Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas
yang berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
2. Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang
bocor, pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain
3. Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak
tanah atau gas elpiji didekat kompor
4. Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara.
Bila kondisi panas, kondisi seperti ini bisa memicu timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam tabel
berikut :
1. Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah,
pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya
listrik yang berlebihan atau kebocoran.
2. Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus
memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
3. Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi
kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik.
4. Kebakaran disengaja, seperti huru hara, sabotase dan untuk mendapatkan
asuransi ganti rugi.

Tabel Penyebab Kebakaran

Alam Kemajuan Teknologi


Perkembangan Penduduk
Matahari Ulah manusia :
Listrik
Gempa bumi sengaja
Biologis
Petir tidak sengaja
Kimia
Gunug merapi awam ( ketidakpahaman )

Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah
ini :
a. Faktor Non Fisik
Lemahnya peraturan perundang undangan yang ada, serta kurangnya pengawasan terhadap
pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).
Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha
usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.
Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang undangan yang
berlaku sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.
Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan
dengan faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara
melanggar peraturan yang berlaku.
Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama
bangunan tinggi.
b. Faktor Fisik
Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.

E. Proses Terjadinya Kebakaran


Terjadinya kebakaran adalah merupakan suatu proses yang berkelanjutan ,dimana
proses tersebut juga merupakan peristiwa reaksi kimia , dengan unsur - unsur yang
terlibat didalamnya antara lain ;
1. Adanya bahan bakar atau benda - benda yg dapat terbakar
2. Adanya gas oksigen /O2 yang jumlah prosentasinya cukup memadai untuk
proses pembakaran
3. Adanya sumber nyala yang dapat menimbulkan kebakaran
Rantai Reaksi Kimia
Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling
bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala
api atau peristiwa pembakaran.

CH4 + O2 + (x)panas ----> H2O + CO2 + (Y)panas

Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses
difusi antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan
terus dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang
berkelanjutan.
Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing masing
tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian
meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur angsur menurun
sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada
umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :
a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )
Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh lidah
api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal
sampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar
kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung gedung bertingkat
tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.
Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan.
Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.
Waktu
Pertumbuhan / Growth
Klasifikasi Pertumbuhan
Time
( detik )
Tumbuh Lambat ( Slow Growth ) > 300
Tumbuh Sedang ( Moderete Growth ) 150 300
Tumbuh Cepat ( Fast Growth ) 80 150
Tumbuh Sangat Cepat (Very Fast
< 80
Growth )

Tabel Laju Pertumbuhan Kebakaran

F. Pola Meluasnya Kebakaran


Dari segi cara api meluas dan menyala, yang menentukan ialah meluasnya kebakaran.
Bedanya antara kebakaran besar dan kebakaran kecil sebetulnya hanya terletak pada cara
meluasnya api tersebut.
Perhitungan secara kuantitatif tentang cara meluasnya kebakaran sukar untuk
ditentukan. Tetapi berdasarkan penyelidikan penyelidikan, kiranya dapat diperkirakan pola
cara meluasnya kebakaran itu sebagai berikut :

a. Konveksi ( Convection ) atau perpindahan panas karena pengaruh aliran, disebabkan


karena molekul tinggi mengalir ke tempat yang bertemperatur lebih rendah dan menyerahkan
panasnya pada molekul yang bertemperatur lebih rendah.
Panas dan gas akan bergerak dengan cepat ke atas ( langit langit atau bagian
dinding sebelah atas yang menambah terjadinya sumber nyala yang baru ).
Panas dan gas akan bergerak dengan cepat melalui dan mencari lubang lubang
vertikal seperti cerobong, pipa pipa, ruang tangga lubang lift, dsb.
Bila jalan arah vertikal terkekang, api akan menjalar kearah horizontal melalui
ruang bebas, ruang langit langit, saluran pipa atau lubang lubang lain di dinding.
Udara panas yang mengembang, dapat mengakibatkan tekanan kepada pintu,
jendela atau bahan bahan yang kurang kuat dan mencari lubang lainnya untuk
ditembus.
b. Konduksi ( Conduction ) atau perpindahan panas karena pengaruh sentuhan langsung
dari bagian temperatur tinggi ke temperatur rendah di dalam suatu medium.
Panas akan disalurkan melalui pipa pipa besi, saluran atau melalui unsur kontruksi
lainnya diseluruh bangunan.
Karena sifatnya meluas, maka perluasan tersebut dapat mengakibatkan keretakan di
dalam kontruksi yang akan memberikan peluang baru untuk penjalaran kebakaran.

c. Radiasi ( Radiation ) atau perpindahan panas yang bertemperatur tinggi


kebenda yang bertemperatur rendah bila benda dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar
dan gelombang elektromagnetik. Permukaan suatu bangunan tidak mustahil terbuat dari
bahan bahan bangunan yang bila terkena panas akan menimbulkan api.
Karena udara itu mengembang ke atas, maka langit langit dan dinding bagian atas
akan terkena panas terlebih dahulu dan paling kritis. Bahan bangunan yang
digunakan untuk itu sebaiknya ialah yang angka penigkatan perluasan apinya
( fleme-spread ratings ) rendah.
Nyala mendadak ( flash-over ) yang disebabkan oleh permukaan dan sifat bahan
bangunan yang sangat mudah termakan api, adalah gejala yang umum di dalam
suatu kebakaran. Kalau suhu meningkat sampai 4250 C atau gas gas yang sudah
kehausan zat asam tiba tiba dapat tambahan zat asam, maka akan menjadi nyala
api yang mendadak, dan membesarnya bukan saja secara setempat tetapi meliputi
beberapa tempat.
Sama halnya dengan cerobong sebagai penyalur ke luar dari gas gas panas yang
mengakibatkan adanya bagian kosong udara di dalam ruangan ( yang berarti pula
menarik zat asam ), semua bagian bagian yang sempit atau lorong lorong
vertikal di dalam bangunan bersifat sebagai cerobong, dan dapat memperbesar nyala
api, terutama kalau ada kesempatan zat asam membantu pula perluasan api tersebut.

G. Penanggulangan Kebakaran

Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam -
macam akibat , antara lain korban jiwa dan harta benda .Tentunya kejadian tersebut tidak kita
inginkan, oleh karena itu dipikirkan tindakan dalam penanggulanganya . Pada umumnya
penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :

1. Mencegah Terjadinya Kebakaran


Ialah merupakan tindakan - tindakan dilakukan guna mencegah terjadinya kebakaran
.tindakan tindakan - tindakan tersebut harus dilakukan oleh setiap orang untuk itu
diharapkan pengertian dan kesadaran agar dapat melaksanakan apa yang menjadi tujuan,
maka perlu adanya pengarahan dan bimbingan mengenai pencegahan bahaya kebakaran
kepada semua orang ,khususnya yang berada dilingkungan kerja .
2. Perlindungan Bahaya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan yang dilakukan guna melindungi dari bahaya kebakaran
sehingga tidak turut terbakar dalam batas waktu tertentu atau mencegah meluasnaya
kebakaran ketempat lain sebelum pnanggulangan lebih lanjut
3. Pemadam Kebakaran
Ialah merupakan salah satu tindakan dalam penanggulangan kebakaran bersifat represif.

H. Cara Untuk Memadamkan Kebakaran

Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu difahami segitiga api seperti yang telah
diuraikan diatas yaitu menghilangkan salah satu unsur dari segitiga api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya
tradisional masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi
kentongan dll. Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain
Hidrant, Mobil pemadam kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara
lain karbon dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk kering. Dari beberapa
macam alat pemadam api tersebut masingmasing mempunyai kegunaan dan aturan
tersendiri.

Inilah contoh gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

I. Media Pemadaman Api


Media pemadam api menurut fasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
Jenis padat : misalnya pasir,tanah,selimut api, tepung kimia (dry chemical)
Jenis cair : misalnya air, busa
Jenis gas : misalnya gas asam arang (CO2), Halon 1102
Beberapa jenis media pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut :
Metode Pemadaman Api
a. Pasir
Pasir efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak
atau ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan psir ini berfungsi untuk membatasi
menjalarnya kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi
permukaan bahan yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang
terjadi, sehingga nyala padam.
b. Tepung Kimia
Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai
berikut :
Tepung kimia reguler (untuk kebakaran kelas B dan C).
Misalnya : Purple K, Plus 50 C, Monnex, Super K.
Tepung kimia serbaguna (multipurpose), untuk kebakaran kelas ABC. Misalnya
:Monoamonium Phosphate (MAP).
Tepung khusus untuk kebakaran logam (kelas D), misalnya : Met-L-X, TEC, Lith X
Powder dll.
Ciri-ciri tepung kimia (dry powder) adalah :
Butiran relatif seragam dengan diameter 15-60 mikron,
Tidak beracun
Untuk mencegah sifat higrokopis (mengisap air) dan penggumpalan, serta untuk memberikan
daya pengaliran yang lebih baik, maka ditambah logam stearate serta bahan-bahan
tambahan (additives tambahan).
Walaupun cocok untuk kebakaran kelas C (listrik), tetapi dapat merusak instalasi atau
peralatan elektronik karena meninggalkan kotoran/kerak.
Bagi manusia, segi bahayanya adalah dapat merusak pandangan dan mengganggu
pernafasan.
Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api :
Secara fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan udara.
Secara kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel-pertikel
tepung kimia tersebut akan mengikat radikal hidroksil dari api.
c. Air
Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran
air yang paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan
sebagai berikut :
Mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
Murah
Mudah disimpan, diangkut dan dialirkan
Dapat dipancarkan dalam berbagai bentuk
Mempunyai daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi ciri utama dari media
pemadam air.
Mempunyai daya mengembang uap yang tinggi.
Kelemahan air sebagai media pemadam, antara lain :
Menghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kelas C.
Berbahaya bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm
(menghasilkan panas).
Dapat terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung
Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis :
Pendinginan, air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15 C
sampai 100 C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs).
Penyelimutan, karena air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam),
dan uap air tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).

d. Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung
diatas permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa
tersebut maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada
permukaan yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk
menjangkau tipe kebakaran tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan
terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran
kelas A.
1. Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat
dengan larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3 + 6NaHCO3 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2

2. Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan
pembentuk busa yang terdiri dari cairan busa, air bertekanan, dan udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa.
Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa
sehingga membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada
larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka
terbentuklah busa mekanis. Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70),
Fluorocarbon surfactant (AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).

J. Alat Pemadam, Karakteristik dan Sifat Pemadamannya


3. Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini
biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera berwarna
hijau menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah
menunjukkan tekanan sudah berkurang.
4. Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat pemadaman
jenis bubuk kering antara lain :
Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar.
Menahan radiasi panas.
Bukan penghantar arus listrik.
Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya
reaksi kimia bahan tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api).

Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar.


Tidak berbahaya.
Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor.
Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin
ataupun perangkat elektronik.
Sekali pakai pada tiap kejadian.
5. Gas Cair Hallon Free/AF 11/Halotron 1
Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran.
Sifat alat pemadam ini antara lain :
Bukan penghantar listrik
Tidak merusak peralatan
Non Toxic (tidak beracun)
Bersih tidak meninggalkan bekas.
Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran
Penggunaan yang multi purpose (semua klas kebakaran)
Bisa digunakan berulang-ulang
Lebih tepat digunakan di dalam ruang
6. busa mekanik (Mechanical Foam Extinguisher).

Sistem pendorong : tekanan dorong diperoleh dari gas CO2, baik dengan cara
tabung gas (Gas cartrige) maupun tekanan tersimpan (Stored Pressure).
Konstruksinya terdiri dari berbagai jenis :
Tipe gas Cartrige.
Tipe stored-pressure.
Pemakaian APAR jenis busa
Pada kepala bejana sering dilengkapi dengan katup pengatur, dan pada nozzle
terdapat sistem pengisi ventury untuk memasukkan udara gelembung busa .
Keuntungan yang dimiliki APAR tipe ini dibandingkan dengan tipe busa kimia,
adalah :
Daya pemadamannya tinggi.
Aliran busa dapat dikendalikan oleh operator, sehingga memudahkan
pemadaman.
Sifat karat dari larutannya tidak setinggi allumunium sulfat.
Teknik atau cara penyampaian busa ketempat bakaran adalah :
Dinginkan wadah cairan yang terbakar.
Selama air masih keluar dari pemancar busa jangan sekali-kali air tersebut

dimasukkan ketempat yang terbakar.


Bila busa telah keluar dari pemancar, arahkan ketempat yang terbakar.
Pemasukan busa boleh dengan secara gravitasi atau ditembakkan
kebagian dalam dinding wadah yang terbakar.
Bila api sudah padam, tetap dilakukan pendinginan dan penyemprotan
busanya diarahkan keluar dari tempat yang terbakar.
7. Carbon dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B
dan C. CO2 atau karbondioksida dalam keadaan biasa wujudnya adalah gas yang
tidak berwarna, tidak bau, lebih berat dari udara, tidak mengganggu kesehatan
(sementara) serta tidak menghantar listrik.
Pengguanaan sebagai media pemadam pada kebakaran, cairan CO 2 berubah
wujudnya menjadi gas dan mengisap panas dari sekelilingnya serta sumber nyala
dan mendesak udara keluar dari sekitar sumber serta proses pembakaran. Sebagai
cairan CO2 disimpan dalam silinder dengan tekanan 1000-1200 psi.
Digunakan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C. Umumnya
APAR tipe ini mempunyai corong/nozzle penyemprot yang lebar.
Sifat-sifatnya antara lain :
Bersih tidak meninggalkan bekas.
Non Toxide ( tidak beracun ).
Bukan penghantar listrik.
Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin )
Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang terbakar.
Tepat untuk area generator dan instalasi listrik.
Tekanan kerja sangat besar.
Cara-cara pemakaiannya :

Turunkan tabung CO2 dari tempatnya.

Lepaskan horn dari tempat jepitannya.

Putuskan lead seal (pen pengaman).

Pegang horn dengan tangan kiri dan arahkan keatas.

Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba alat


ditempat sebelum menuju kearah api).

Bila keadaan baik bawa ketempat kebakaran.


Semprotkan dengan mengarahkan horn kearah api dari arah datangnya
angin dan usahakan agar menutup keseluruhan daerah permukaan api.

8. Racun Api Busa


Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B.
Cara kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang
terbakar benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair. Sifat
lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang
yang berisi peralatan komponen listrik.

9. Fire Sprinkler System


Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg.
Mekanisme kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala
sprinkler terkena panas. Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang
dihasilkan dari bahan yang terbakar.
10. Hydrant
Digunakan untuk jenis api kelas A dan B. Secara ringkas, penggunaan media racun
api berdasarkan klasifikasi bahan terbakar jadi begini :
Agar bisa bekerja cepat dalam keadaan darurat perlu diperhitungkan persyaratan dan cara
pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang antara lain :

Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati.

Jarak jangkauan maksimum 15 m.

Tinggi pemasangan maksimum 125 cm.

Jenis media dan ukuran sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.

Diperiksa secara berkala.

Bisa diisi ulang (Refill).

Kekuatan konstruksi terstandar.

Metode Pemadaman
Bedasarkan teori segitiga api maka prinsip teknik pemadaman adalah dengan
merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab kebakaran, atau dengan
menghentikan proses pembakaran dengan memutus rantai reaksi. Prinsip itu dapat
dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut :
1. Pendinginan (Cooling)
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan permukaan dari bahan
yang terbakar dengan menggunakan semprotan air sampai suhu dibawah titik nyala.
Untuk bahan bakar dengan titik nyala yang rendah seperti bensin, pendinginan dengan
menggunakan bahan air kurang efektif. Pendinginan digunakan dalam memadamkan
kebakaran yang melibatkan bahan bakar dengan titik nyala yang tinggi.
2. Penyelimutan (Smothering)
Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungan bahan bakar dengan oksigen
atau udara yang diperlukan bagi terjadinya proses pembakaran. Menyelimuti suatu
kebakaran dengan CO2 atau busa akan menghentikan supply udara untuk kebakaran.
3. Memisahkan bahan yang dapat terbakar (Starvation)
Metode ketiga untuk memadakan api adalah dengan memisahkan bahan yang dapat
terbakar dengan jalan menutup aliran bahan bakar yang menuju tempat kebakaran
atau menghentikan supply bahan bakar.
4. Memutus reaksi rantai kimia
Terjadinya proses pembakaran dari gabungan ketiga unsur menghasilkan gas-gas
lainnya seperti H2S, NH3, HCN (sesuai dengan benda yang terbakar). Hasil reaksi
yang penting adalah atom bebas O dan H yang dikenal sebagai atom-atom radikal
yang membentuk OH dan pecah menjadi H2 dan O. Atom radikal O dapat membentuk
api lebih besar. Maka cara pemadaman ini adalah dengan memutus rantai reaksi
pembakaran dengan media pemadam api yang bekerja secara kimia.

Istilah-istilah dalm kebakaran

Cooling :
1. pengurangan suhu suatu benda.,
2. Mengatur api dengan mengurangi suhu bahan bakar dan material di ekitarnya

Cooling tower :
Bangunan yang dipergunakan untuk pendinginan dari pengolahan air, biasanya
dengan mengalirkan udara yang berlawanan dengan aliran penyemprot air.

Coping :
Batuan atau lapisan atas batu bata dari dinding

Copper :
Unsur logam (Cu) yang berwarna cokelat kemerahan, lunak, mudah dibentuk yang
merupakan penghantar panas dan listrik yang baik serta beracun dan mudah terbakar
dalam bentuknya yang terbagi sangat halus

Copper sulphate :
Sebuah garam yang larut dalam air (CuSO4) yang digunakan dalam tangki

Corbel :
Batu bata atau titik tupang yang seringkali dihias,dan memproyeksikan sisi sebuah
dinding

Cordite :
Bahan pembakar yang merupakan campuran dari nitroselulosa, nitroglycerin dan jeli
mineral yang stabil di iklim panas, relatif tidak berasap dan digunakan secara
ekstensif sebagai perlengkapan senjata (amunisi)

Corner test :
Tes asap dan nyala api yang mensimulasikan kebakaran di pojok ruangan yang
tersusun dari bahan-bahan yang telah diuji.

Cornice : Sebuah proyeksi cetakan yang digunakan sebagai dekorasi di atap gedung,
jendela dan lainnya.
Corral a fire :
Untuk memagari kebakaran di lahan liar dengan garis kontrol

Corridor :
Sebuah lorong dalam sebuah bangunan yang memberikan akses ke kamar

Corrosive material :
Beberapa bahan padatan, cairan ataupun gas yang membakar, mengiritasi atau
merusak jaringan organik, terutama kulit da saat diambil secara internal, bagian paru-
paru dan perut.

Corrugated iron :
Lembaran galvanis besi atau baja yang dibentuk menjadi pegunungan paralel yang
biasa untuk menambah kekakuan; dan digunakan sebagai penutup atap sebuah
gedung dan hanya untuk bangunan sementara

Cottage box :
Kotak alarm kebakaran dengan atap seperti miring ke atas

Council rake :
Sebuah garu yang dapat dipergunakan untuk memotong dan menggali; pisaunya
menyerupai baji daripada ujung biasanya

Counterfiring :
Pengaturan kebakaran diantara kebakaran tanah liar utama dan menjadi bumerang

Coupling :

Sebuah perangkat, biasanya benang, yang digunakan untuk menghubungkan ujung-ujung


dua selang atau pipa.

Cover :
1. Memikul tanggung jawab dari instansi kebakaran lain,
2. Untuk menyebarkan penutup penyelamatan atas sebuah obyek,
3. untuk melindungi daerah yang terkena api dengan aliran selang,
4. Penutup penyelamatan

Cover Pole :
Sebuah tiang dengan kait yang berbentuk U pada salah satu ujungnya untuk meletakkan
penutup penyelamatan diatas gudang yang bertumpuk tinggi

Cover rack :
Rak penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan selimut penyelamatan

Crash fire rescue apparatus :


Peralatan pemadam kebakaran khusus yang berada di instansi kebakaran bandara dan
digunakan pada kebakaran pesawat
Crib :
Sebuah konstruksi persegi atau persegi panjang dari papan kayu yang secara longgar
digunakan untuk mensimulasikan kuantitas bahan bakar dalam uji api

Critical mass :
Sejumlah bahan fisi yang diperlukan untuk mempertahankan reaksi berantai

Critical pressure :
Tekanan sebuah zat pada temperatur kritisnya, dimana tidak ada perbedaan antara
gas dan bentuk cair sebuah zat

Critical temperature :
Suhu maksimal dimana gas bisa dicairkan; pada titik ini densitas cairan dan uap air
adalah sama

Cross formee :
Sebuah salib bersenjata sama dengan lengan sempit di tengahnya dan lebih lebar
diujungnya

Crossover throw :

Metode melemparkan penutup penyelamatan, terutama disesuaikan untuk menutup objek


yang tinggi, salah satu ujung penutupnya disilangkan diatas ujung yang lain sebelum
dilempar, memungkinkan kedua operator untuk melempar dengan tangan kanan dan
menggunakan ujung yang bawah sebagai pendorong untuk melemparkan ujungnya

Cross patee or cross paty :


Sebuah salib heraldik dengan lengan yang menyala dan ujung persegi, berasal dari salib
Maltesa, digunakan sebagai simbol dari sebuah instansi pemadam kebakaran.

Cross shot :
Metode pengamatan yang memotong garis pandang dari dua titik yang berbeda yang
ditarik pada objek yang sama; seringkali digunakan untuk menentukan lokasi
kebakaran lahan liar dari tempat pengintai

Crotch pole :
Sebuah tiang dengan perlengkapan yang berbentuk U pada salah satu ujungnya yang
digunakan untuk menegakkan dan menjepit tangga

Crowbar :
Batang besi bulat, terdapat di salah satu ujungnya dan diratakan menjadi bentuk baji
di ujung yang lain, digunakan sebagai tuas untuk memindahkan beban yang berat

Crown fire :
Kebakaran yang merupakan rambatan di sepanjang puncak pohon ataupun semak,
kurang lebih independen dari tanah api
Crownout :
Kebakaran yang sesekali menyulut puncak pohon atau semak sebagai kelanjutannya.

Cryogenic gas :
Gas yang dijaga suhunya dibawah 195 F

C shift :
1. Satu dari kelompok kerja dengan sistem tiga peleton,
2. Karyawan dinas pemadam kebakaran yang bebas tugas menggantikan kelompok A
atau B

Cubic feet perminute (cfm) :


Ukuran dari laju aliran, dan ditulis sebagai ft3/menit

Cub pack :
Nama dagang, sebuah alat bantu pernafasan mandiri yang berdurasi pendek

Cup test :
Pengujian untuk mendapatkan flash point dari cairan yang mudah terbakar

Curie :
Unit dasar yang digunakan untuk menggambarkan intensitas radioaktif dalam contoh
bahannya; hal ini sama dengan 37 miliar disintegrasi per detik, atau kira-kira tingkat
kerusakan dari satu gram radium.

Curing :
Pengeringan dan pencoklatan rumput untuk mengurangi kandungan kelembaban

Current :
Aliran elektron dari satu titik ke titik yang lain, biasanya diukur dan dinyatakan
dengan Amper

Curtain Board :
Logam lembaran atau tirai yang tidak mudah terbakar lainnya yang memperpanjang
langit-langit ke bawah pada ujung area yang berbahaya dengan tujuan untuk memuat
gas dan asap panas sehingga ini bisa dipasang ventilasi

Curtain wall :
Sebuah eksterior berupa dinding prefabrikasi yang bukan penopang beban, biasanya
lebih dari satu ketinggian yang didukung oleh kerangka struktural, yang melindungi
interior bangunan dari terpaan cuaca, kebisigan ataupun kebakaran.

Cuttoff :
1. Rintangan berupa pintu, dinding api, yang didesain untuk memperlambat
penyebaran api,
2. Tempat dimana api dihentikan
Cuttoff pressure :
Tekanan maksimal yang dibuat pada pompa sentrifugal yang beroperasi pada
kecepatan tertentu saat tingkat debit sama dengan nol

Damper :
Katup atau plat untuk mengatur pergerakan udara melalui cerobong

Damper control :

Alat yang digerakkan dengan rantai fusibel, motor, asap atau pendeteksi panas yang akan
membuka atau menutup peredam sebuah saluran.

Danger index :
Angka yang menunjukkan keparahan relatif dari bahaya kebakaran hutan, ditentukan
dari kondisi kebakaran dan beberapa variabel lain

Dangerous cargo :

Komoditas yang didefinisikan oleh komisi perdagangan antarnegara (ICC) dan peraturan
penjaga pantai Amerika Serikat yang meliputi Bahan peledak kelas A, B dan C;
cairan yang mudah terbakar; padatan yang mudah terbakar dan bahan-bahan
pengoksidasi, bahan korosif, gas yang dimampatkan, racun kelas A, B dan C, bahan
radioaktif dan agen etiologi

Darcy-Weisback formula :
Rumus untuk menentukan rugi gesek cairan melalui saluran melingkar : H =
FV2/2gD, dimana H adalah rugi gesekan, F adalah faktor gesekan, V adalah
kecepatan cairan, dan D diameter saluran, dan g adalah percepatan gravitasi, semua
dalam unit yang kompatibel

Darken :
1. untuk menghitamkan area yang telah diterangi oleh api,
2. untuk memblokir

Day care facilities :


Hunian dimana anak-anak mendapatkan perhatian, perawatan dan pengawasan,
umumnya selain dari orangtua atau wali sah mereka, fasilitas penitipan anak ini
sepenuhnya didefinisikan dalam Kode Keamanan Hidup NFPA

Day manning :
Jadwal tugas dimana pos pemadam kebakaran hanya dijaga pada saat siang hari

Dead end :
1. Koridor, jalan atau gang yang telah diatur sehingga seseorang hanya bisa melewati
satu arah untuk keluar dari sini,
2. Air utama dimana air dapat mengalir pada satu arah saja seperti tidak dilingkarkan
Dead man :
Batang kayu yang besar, kayu atau bahan lain sejenis, yang dugunakan untuk
menyediakan jangkar untuk tali temali

Dead oil :
Hasil penyulingan minyak kental dari tar batubarauntuk meresapi kayu materi
damkar

Dacron :
nama dagang, Serat polyester yang terbuat dari polyethylene terephthalate yang
dipergunakan pada kain dan pembuatan selang kebakaran

Dalmatian :
Jenis anjing berukuran menengah, berwarna putih dengan corak hitam berbentuk
hati, awalnya dibiakkan sebagai pembantu untuk pelatih kuda di Dalmatia, itu
dianggap sebagai mascot pemadam kebakaran

Dam :
wadah air portabel yang dipergunakan untuk pompa utama

Damage :
Kerugian total akibat kebakaran, termasuk kerugian tak langsung seperti gangguan
bisnis, kerugian untuk produksi mendatang, kerugian penggembalaan, produk kayu,
habitat margasatwa, rekreasi, dan nilai-nilai penting dalam hutan, sikat
sertakebakaran rumput.

Damp :
Istilah umum pada gas yang biasanya terdapat dalam pertambangan batubara.

Nilai Ambang Batas Senyawa di Udara

Simbol dan singkatan

A-1 : Zat kimia yang terbukti karsinogen untuk manusia (confirmed human carcinogen)

A-2 : Zat kimia yang diperkirakan karsinogen untuk manusia (suspected human

carcinogen)

A-3 : Zat kimia yang terbukti bersifat karsinogen terhadap binatang percobaan

A-4 : Zat kimia yang belum cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen terhadap

manusia ataupun binatang

A-5 : Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia

bds : Bagian dalam sejuta


CAS : Chemical Abstract Services

ktd : Kadar tertinggi yang diperkenankan

mg/m3 : Miligram per meter kubik

NAB : Nilai Ambang Batas

psd : Paparan singkat yang diperkenankan

: Identitas zat-zat kimia yang memerlukan Indeks Pemaparan Biologis

(BEI = Biological Exposure Indices)

: Zat kimia yang berdasarkan sumber-sumber lain dikatagorikan karsinogen


Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memadamkan kebakaran di tangki bahan
bakar adalah potensi terjadinya fenomena slop over dan boil over.

Slop Over
Suatu proses bila water jet dijatuhkan ke permukaan minyak yang terbakar, air akan
langsung berubah menjadi uap secara cepat sekali ketika menyentuh permukaan minyak
(1700 kali volumenya), kemudian uap air akan membawa minyak panas tersebut ke
udara. Bersama itu pula cairan minyak akan terdispersi akibat efek water jet tersebut,
sehingga kebakaran minyak tersebut bertambah hebat.

Boil Over
Suatu proses yang terjadi secara spontan, umumnya pada kebakaran tangki terbuka yang
berisi minyak bumi (crude oil), air dan emulsi yang berada di dasar tangki menerima
gelombang panas selama proses pembakaran berlangsung di permukaan tangki, panas
yang diterima akan mengubah air atau cairan menjadi uap air atau steam, dengan faktor
pengembangan 1.700 kali.
Uap ini akan terlontar ke udara sambil membawa bahan bakar yang berada di
permukaannya, dan berakibat kebakaran bertambah hebat.

GAS BERACUN HASIL PEMBAKARAN


Selain bahaya panas tinggi ternyata ada satu bahaya yang menjadi penyebab utama
kematian dalam peristiwa kebakaran, yaitu asap. Mengapa asap menjadi penyebab
utama? Hal ini dikarenakan asap mengandung bermacam-macam gas beracun yang
dihasilkan oleh peristiwa pembakaran.
Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa kebakaran
dapat dilihat dibawah ini.

Karbon monoksida (Carbon monoxide)


Karbon monoksida (CO) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa kebakaran
karena tingkat kehadirannya yang sangat tinggi dan juga cepatnya ia mencapai
konsentrasi mematikan pada peristiwa kebakaran. Karbon monoksida adalah hasil
produksi dari pembakaran tidak sempurna yang dihasilkan dari pembakaran
senyawa-senyawa organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga kematian akibat
karbon monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin mobil.
Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi 1,28 persen volume
dalam udara dalam 1 sampai 3 menit; 0,64 persen mematikan dalam 10 sampai 15
menit; 0,32 persen mematikan dalam 30 sampai 60 menit, dan 0,16 persen
mematikan dalam waktu 2 jam. Pada konsentrasi 0,05 persen gas ini tetap
menyimpan bahaya.

Karbon dioksida (Carbon dioxide)


Karbon dioksida (Carbon dioxide) adalah hasil dari pembakaran sempurna senyawa
organic atau senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon dioksida akan
mengakibatkan meningkatnya kecepatan pernafasan; sampai di mana tubuh tidak
mampu lagi. Kegagalan pernafasan akhirnya akan terjadi. Karbon dioksida dalam
jumlah yang sangat banyak dapat mengakibatkan sesak nafas karena kekurangan
oksigen dalam darah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai bahan pemadam api.
Konsentrasi lebih dari 5 persen di lingkungan dapat merupakan tanda bahaya,bukan
karena keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah kondisi yang jauh
dari kondisi normal.

Hidrogen sianida (Hydrogen cyanide)


Walau Hidrogen sianida (HCN) jauh lebih beracun dari Karbon monoksida tetapi
dalam kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil. Pada konsentrasi 100 ppm dapat
menyebabkan kematian dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida
dihasikan dari pembakaran senyawan hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit
karet, sutra, wool, atau juga kayu. Seperti halnya karbon monoksida hydrogen
sianida lebih ringan dari udara sehingga tingkat bahayanya lebih tinggi pada
kebakaran dalam ruangan, dibanding kebakaran luar ruangan.

Phosgene (COCl2)
Phosgene juga dihasilkan pada dekomposisi atau pembakaran senyawa hidrokarbon
terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene diklorida. Phosgene
beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang sangat kecil sekalipun. Konsntrasi 25
ppm dapat mematikan dalam waktu
30 sampai 60 menit.
Hidrogen klorida (Hydrogen Chloride)
Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan yang mengandung
klorin. Walau tidak beracun seperti hydrogen sianida ataupun phosgene, HCl
berbahaya apabila kita berada dalam waktu yang cukup lama di lingkungan yang
terdapat gas ini.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN:

Dari apa yang telah penulis tuliskan, dapat disimpulkan bahwa:

Kebakaran tidak hanya merugikan dalam segi materi tetapi juga dapat
merugikan secara jiwa yang bisa mengakibatkan trauma berkepanjangan dan cacat.

Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan jika makalah ini dapat
menyediakan informasi tentang pencegahan kebakaran yang dapat bermanfaat bagi
masyarakat s Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya
sumber energi. Syarat terjadinya kebakaran diantaranya terdapat bahan yang dapat
membakar, yaitu:

1. Bahan Bakar
2. Oksigen
3. Panas

Bilamana bahan yang dapat terbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan
bertemu pencetusnya maka seketika akan segera menimbulkan api. Sedangkan pencetus itu
sendiri penyebabnya cukup banyak di antaranya energi petir, api terbuka, listrik bahkan hanya
sekedar percikan bunga api. Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap
orang dan kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu
kerugian yang sangat besar baik kerugian materil maupun kerugian immateriil. Bedasarkan
bahan yang terbakar maka Kebakaran di klasifikasi menjadi berikut:

a. Kelas A Kebakaran bahan biasa atau padat kecuali logam yang mudah terbakar
seperti kertas, kayu, pakaian, karet, plastik dan lain-lain.
b. Kelas B Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar seperti
Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
c. Kelas C Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan
alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik.
d. Kelas D Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum,
alumunium, natrium, kalium, dsb.

Api tumbuh secara bertahap, dari mulai menyala, membesar, menghasilkan gas dan
asap dari bahan yang terbakar, dan bila tidak dikontrol, ia akan mencapai tahap maksimal
yang menghanguskan serta membahayakan keselamatan jiwa. Selain itu, terdapat pola
perluasan api yang harus diwaspadai agar tak membahayakan lingkungan sekitar, yaitu:
Radiasi, Konduksi, Konveksi. Oleh karena itu, sangat penting untuk penanganan yang tepat
dapat mengurangi potensi bahaya kebakaran tersebut

Penanggulangan tersebut dapat berupa:

1. Pencegahan terjadinya kebakaran;


2. Pengendalian setiap bentuk energi;
3. Penyediaan sarana deteksi kebakaran;
4. Pengedalian penyebaran asap;

SARAN:

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang


sangat bermafaat dan dapat membantu menyelesaikan masalah kebakaran saat ini,
yaitu dengan :

1. Perlunya soialisasi lebih lanjut tentang kebakaran dan penghematan energi, pada
lingkungan sekitar agar potensi bahaya kebakaran bisa diminimalisir

2. Perlunya pengawasan pada setiap para pegawai yang bekerja di perusahaan rawan
dengan bahan-bahan yang mudah terbakar.

3. Untuk menimalisir setiap kebakaran yang ada perlunya pegawai yang tahu cara
menggunakan Alat Pemadam Api Ringan agar setidak kebakaran tidak sampai ke
tahap maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
http://wahyutr3firefighter-tng.blogspot.co.id/

http://www.bromindo.com/cara-kerja-smoke-detector-dan-penempatanya/

http://tepus.org/2014/06/pengertian-nilai-ambang-batas-nab/

http://www.gunnebo-indolokbaktiutama.com/2014/08/jenis-jenis-apar-alat-
pemadam-api-ringan.htm

Musa, S. & I. Parlan. 2002. The 1997/1998 forest fire experience in Peninsular
Malaysia. Makalah disajikan pada Workshop on Prevention and Control of Fire in
Peatlands, 1921 March 2002, Kuala Lumpur, Malaysia, 8 h. l

Anda mungkin juga menyukai