INTEGRATED SYSTEM
KELOMPOK :1
NAMA : Intan Maharani
NRP : 0515040116
KELAS : K3-4D
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TIU : Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman
kebakaran
TIK : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemadaman kebakaran
Integrated System
1.3 Manfaat
Dengan dilakukannya praktikum ini,
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemasangan Integrated System pada
suatu tempat kerja berdasarkan standar yang berlaku.
Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja Integrated System
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Teori dan Anatomi Api
2.1.1 Teori Api
Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya
yaitu adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang
terbakar.Gejala lainnya yang dapat diamati adalah bila suatu bahan telah
terbakar maka akan mengalami perubahan baik bentuk fisiknya maupun
kimianya. Keadaan fisik bahan yang telah terbakar akan berubah pula
menjadi zat baru. Gejala perubahan tersebut menurut teori perubahan zat
dan energy adalah perubahan secara kimia.
2.1.2 Teori Segitiga Api (Triangel of Fire)
Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya
tiga unsur pokok yaitu adanya unsur : bahan yang dapat terbakar (fuel),
oksigen (O2) yang cukup dari udara atau bahan oksidator dan panas yang
cukup. Apabila salah satu unsur tersebut tidak berada pada keseimbangan
yang cukup, maka api tidak akan muncul.
2.2 Kebakaran
2.2.1 Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan kadang
kala tidak dapat dikendalikan, sebagai hasil pembakaran suatu bahan
dalam udara dan mengeluarkan energy panas dan nyala (api). Proses
pembakaran adalah suatu reaksi eksotermis, yaitu suatu reaksi yang
mengeluarkan panas. Bila api yang terjadi sangat terbatas maka gejala
tersebut belum dinyatakan sebagai kebakaran, tetapi bila api mulai
memungkinkan terjadinya penjalaran maka gejala itu dapat dikatakan
kebakaran.
Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sangat sering
terjadi khusunya di daerah perkotaan padat penduduk. Penanggulangan
bahaya kebakaran merupakan salah satu bagian dari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Berikut beberapa contoh perundang undangan
mengenai pencegahaan dan penanggulangan bahaya kebakaran :
a. Perda Pemko Medan No. 16 Tahun 2002 pasal 8 tentang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran dengan kewajiban pemasangan
Hidran.
b. Peraturan Menteri Pekerja Umum No.26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
c. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000
tentang KetentuanTeknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan.
Kebakaran dapat disebabkan karena faktor teknis (instalasi listrik,
pemanas), atau karena manusia (kesengajaan, kecerobohan, dan lain-lain)
yang merupakan penyimpangan perilaku. Keamanan dan keselamatan
manusia maupun asset bangunan perlu dijaga dari bahaya yang
mengakibatkan kerusakan sampai kematian. Banyak fakta yang
membuktikan bahwa kebakaran merupakan resiko tinggi dan dapat
menyebabkan kerusakan bangunan, kematian, berhentinya proses
produksi maupun rusaknya lingkungan.
a. Teknik Pendinginan
Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik memadamkan
kebakaran dengan cara mendinginkan atau menurunkan uap atau gas
yang terbakar sampai di bawah temperature nyalanya. Cara ini banyak
dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran dengan mengggunakan
semprotan air ke lokasi atau titik kebakaran sehingga api secara perlahan
dapat berkurang dan mati.
Semprotan air yang disiramkan ke titik api akan mengakibatkan udara
sekitar api mendingin. Sebagian panas akan diserap oleh air yang
kemudian berubah bentuk menjadi uap air yang mendinginkan api.
Gambar 2.2. Teknik Pendinginan
b. Pembatasan oksigen
Proses pembakaran suata bahan bakar memerlukan oksigen yang cukup,
misalnya kayu akan mulai menyala bila kadar oksigen 4-5%, acetylene
memerlukan oksigen di bawah 5%, sedangkan gas dan uap hidrokarbon
biasanya tidak akan terbakar bila kadar oksigen di bawah 15%.
Teknik ini disebut smothering, sesuai dengan teori segitiga api,
kebakaran dapat dihentikan dengan menghilangkan atau mengurangi
suplai oksigen suapaya api dapat padam.
dari 15oC sampai menjadi uap 100oC adalah 622 kcal/kg. Air
yang terkena panas berubah menjadi uap dan uap tersebutlah yang
menyelimuti bahan bakar yang terbakar. Dalam penyelimutan ini
cukup efektif, karena dari 1 liter air akan berubah menjadi uap
sebanyak 1670 liter uap air.
2. Busa
a. Berdasarkan kelas kebakaran, maka busa dibagi menjadi
beberapa bagian, antara lain :
Busa regular, yaitu busa yang hanya mampu memadamkan
bahan-bahan yang berasal dari Hydrocarbon atau bahan-bahan
cair bukan pelarut (solvent).
Busa serbaguna (all purpose foam), busa ini dapat
memadamkan kebakaran yang berasal dari cairan pelarut seperti
alcohol, eter, dll.
b. Berdasarkan cara terjadinya, maka busa dibagi menjadi :
Busa kimia, busa ini terjadi karena adanya proses kimia, yaitu
pencampuran dari bahan pembuat busa dengan air sehingga
membentuk larutan busa.
1. Efektifitasnya
2. Pengaruh fisik terahadap material yang dilindungi, merusak atau
tidak merusak
3. Pengaruh kimia terhadap barang yang dilindungi
4. Pengaruh kadar racun dan perusakan terhadap lingkungan
Detektor
5. Bentuk bangunan
(depnakertrans RI, 2000)
Storage Tank
Gambar 2.5. Skematik Diagram Integrated Sistem
- Bila antara elektroda tercemar oleh gas-gas atau asap kebarakan maka
aliran listrik akan membesar sehingga menonaktifkan rangkaian
elektronisme. Akibatnya lampu indicator akan memberikan tanda bahaya
disertai bunyi alarm bahaya.
3.1 Alat
Seperangkat peraga Integrated System
3.2 Prosedur kerja
Melakukan pengamatan terhadap cara kerja Integrated System dimulai dari tahap
pengindraan api hingga pemadaman api
Menjawab pertanyaan
TUGAS PENDAHULUAN
1. Detektor
adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran dan
mengawali suatu tindakan.
a. Smoke Detektor
Adalah suatu sistem pengindera asap dari suatu sumber api yang
memiliki potensi kebakaran.
Ionisasi detektor : suatu jenis detektor yang memiliki ruang
ionisasi, ruang yang berisi udara diantara dua elektroda.
Apabila terdapat asap, Partikel alpa akan melewati ruang
ionisasi dan menghasilkan arus listrik kecil dan konstan
diantara elektroda. partikel asap akan masuk ke ruang
ionisasi, kemudian menyerap partikel alpa sehingga akan
mengganggu arus listrik dan mengaktifkan alarm
Optikal detekor : adalah sensor cahaya yang tersebar atau
dalam istilahnya nephelometer. Komponen utama pada tipe
smoke detector ini adalah:
Sumber cahaya