DAN PENGENDALIANNYA
Bahaya pengelasan dapat terjadi dalam berbagai situasi yang mungkin berbeda. Menurut CAN/ CSA W 117.2-M87 Safety in Welding, Cutting, and
Allied Processes bahaya secara umum dapat dibedakan berdasarkan proses pengelasannya. Namun secara umum bahaya dapat dibedakan
menjadi bahaya karena sifat pekerjaannya seperti operasi mesin, shok karena listrik, api/ panas (terbakar), radiasi busur las, fume, bising juga
karena kendaraan/ alat angkat serta gerakan material. Disamping itu masih terdapat bahaya yang bersifat laten (tersembunyi), yang secara umum
kurang menjadi perhatian juru las walaupun sebenarnya merupakan bahaya yang cukup potensial, sebagai contoh :
- Bekerja dengan menggunakan alat yang tidak biasa dipergunakan atau bukan menjadi tanggung jawabnya.
- Bekerja pada lingkungan yang terbatas (ruang tertutup, tangki, dll)
- Koneksi listrik atau gas yang kurang baik,
- Logam panas tanpa tanda, dll
A. Bahaya Listrik
Listrik yang mengalir dalam suatu sirkuit disebut arus listrik (I) dan diukur dengan satuan ampere (A). Sedangkan tegangan yang menyebabkan
adanya aliran dalam suatu sirkuit diukur dengan volt (V). tubuh manusia dapat dikatakan sebagai bahan yang konduktif. Sehingga apabila
tegangan listrik terkena bagian badan, arus dapat mengalir dan dapat menimbulkan kejut, terbakar, kelumpuhan atau kematian. Tegangan listrik
yang tidak terlalu tinggi pun dapat menyebabkan kasus tersebut di atas, namun akibat dari padanya tergantung pada banyak faktor seperti halnya
; dibagian mana arus listrik mengenai bagian tubuh ataupun seberapa efektif kontak dengan tegangan listrik tersebut. Tegangan listrik (voltage)
induk yang masuk ke peralatan listrik pada bengkel biasanya sebesar 480 volt untuk 3 phase dan 240 atau 120 volt untuk single phase. Tegangan
ini sering disebut sebagai tegangan primair. Pada beberapa peralatan tegangan listrik ini diturunkan dengan mempergunakan transformer untuk
memperoleh tegangan sekundair yang lebih rendah. Teganan yang dibutuhkan pada terminal output alat las biasanya sekitar 80 volt bila tidak
ada arus (OCV, open circuit voltage), dan tegangan akan menjadi 20 – 30 volt bila arus mengalir dan nyala busur las di bentuk.
Perbedaan teganan listrik bagian primair dan sekundair ini sangat penting untuk diketahui.
Tegangan tinggi pada sisi primair dari mesin las sangat berbahaya, namun tegangan pada sisi sekundair pun tidak boleh diabaikan karena dapat
pula menyebabkan kejut (shock) yang seruis.
Beberapa type mesin las seperti halnya plasma welding mempunyai tegangan sekundair cukup tinggi. Bahaya ikutan yang dapat terjadi akibat
shok yang sebenarnya hanya mengejutkan dapat menjadi fatal karena posisi kerja juru las, misalnya juru las berada ditempat yang tinggi dapat
terjatuh dan lain sebagainya.
Apabila terjadi kecelakaan karena listrik, beberapa langkah yang harus diambil antara lain adalah :
1. Jangan mencoba menarik korban dari kontak (kecuali tidak ada alternative lain). Bila terpaksa penolong harus menarij korban dari
kontak, ia harus mempergunakan insulasi bagi dirinya missal sarung tangan atau proteksi lain yang sejenis.
2. Putus aliran dan matikan sumber dahulu baru kemudian pindahkan korban dari kontak.
3. Bila korban tidak bernafas berikan CPR (cardiopulmonary resuscitation/ rangsangan jantung dan paru-paru).
4. Letakkan korban pada posisi horizontal dan usahakan tetap hangat.
5. Minta segera bantuan dokter terdekat.
Untuk menghindari terjadinya bahaya akibat listrik yang mungkin terjadi disarankan agar :
1. Tidak mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi bidang kerjanya atau karena tidak berkualifikasi dalam bidangnya. Misalnya untuk pekerjaan
penyambungan instalasi haruslah dikerjakan oleh ahli listrik yang berkualifikasi.
2. Kabel tegangan tinggi harus selalu dijaga dan diusahakan sependek mungkin serta setiap saat mendapat perlindungan yang cukup. Misalnya
dengan melindungi diri dari kemungkinan tertimpa logam/ baja atau terinjak kendaraan.
3. Sebelum memasang atau melepaskan koneksi (Steker) arus listrik harus dimatikan terlebih dahulu.
4. Bila menghidupkan tombol (switch) harus dari sisi yang sama.
5. Yakinkanlah bahwa koneksi kabel mesin las dalam kondisi yang baik.
Dalam proses pengelasan salah satu kabel dari mesin las dihubungkan dengan pegangan elektroda (electrode holder) dan arus dari sumber listrik
akan mengalir melewati kabel ini untuk diloncatkan sehingga terjadi busur las yang kemudian melewati material dan kembali ke mesin las.
Material kerja hendaknya dapat diletakkan pada meja baja atau yang sejenis agar dapat dilewati arus balik ke mesin las.
Untuk mendapat hasil pengelasan yang baik, yang perlu mendapat perhatian adalah kabel kerja harus mempunyai hubungan yang baik dengan
material kerja. Pada pengelasan saluran pipa, arus listrik dapat melewati struktur yang di las. Pekerjaan seperti ini harus mendapat perhatian
khusus terutama apabila di dalam pipa terdapat cairan mudah terbakar atau gas.
Rangka mesin las atau sumber arus listrik, panel control, material kerja dan lain-lain harus di hubungkan dengan grounding. Grounding material
kerja harus terpisah tetapi dapat pula dihubungkan degan grounding mesin las. Besar diameter kabel grounding harus disesuaikan dengan
besarnya arus.
Penggunaan kabel yang lebih kecil dari yang telah direkomendasikan akan dapat membawa akibat panas yang berlebihan pada kabel (over
heating) dan menyala yang pada akhirnya akan terbakar.
Penggunaan kabel yang panjang harus dengan ukuran lebih besar disbanding kabel pendek. Penggunaan kabel yang terlalu panjang hendaknya
dihindari dan agar praktis gunakan kabel sependek mungkin.
B. Radiasi
Radiasi pada pengelasan dapat dikategorikan radiasi non ionizing. Radiasi yang ditimbulkan oleh busur las ini mem[unyai sifat dapat dilihat, ultra
violet dan infra merah.
Bahaya radiasi non ionizing pada proses pengelasan dapat menimbulkan luka terbakar, kerusakan kulit dan mata. Kerusakan mata karena radiasi
sinar ultra violet ini disebut arc-eye, welder’s eye atau arc flash. Efek tidak dapat hilang dalam beberapa jam setelah terekspose, oleh sebab itu
mata harus dilindungi dengan kaca gelap yang sesuai.
Pengelasan juga merupakan sumber bahaya bagi pekerja lain yang berada di dekat pekerjaan las sebagaimana juru las itu sendiri. Pekerja tersebut
dapat juga terpapar sinar yang dipantulkan dari dinding atau permukaan lain.
Pantulan atau radiasi sinar ultra violet yang besar ini biasanya dari pengelasan dengan proses gas tungsten atau gas metal arc welding yang
dipergunakan untuk pengelasan aluminium atau baja stainless. Agar tidak membahayakan lingkungan setiap aktivitas pengelasan yang berada di
dekat lokasi kerja yang lain agar mempergunakan partisi yang dibuat dari bahan tahan api dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi pantulan atau refleksi ataupun melindungi spatter keluar dari ruangan.
D. GAS
Pengaruh gas-gas tersebut diatas terhadap tubuh manusia adalah sebagai berikut :
1. Gas karbon monoksida. Gas karbon dioksida diubah menjadi karbon monoksida dengan konsentrasi yang menurun pada jarak semakin jauh dari
tempat pengelasan. Gas karbon monoksida mempunyai sifat afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin yang dengan sendirinya akan mengurangi
daya penyerapan oksigen.
2. Gas karbon dioksida. Di dalam udara sudah terdapat gas ini dengan konsentrasi sebesar 300 ppm. Gas karbon dioksida ini sebenarnya tidak
berbahaya bagi tubuh manusia bila konsentrasinya tidak terlalu tinggi.
3. Gas ozon. Gas ozon ini terjadi karena reaksi foto kimia dari sinar ultra violet. Bila seseorang bernafas dalam udara yang mengandung 0,5 ppm
ozon selama 3 jam akan merasa sesak nafas. Pada konsentrasi 1 – 2 ppm dalam waktu 2 jam orang akan merasakan pusing, sakit dada dan
kekeringan pada saluran nafas.
4. Gas nitrogen monoksida. Gas ini bila masuk ke dalam saluran pernapasan tidak merangsang tetapi akan bereaksi dengan haemoglobin seperti
halnya gas carbon monoksida. Tetapi ikatan gas nitrogen monoksida dengan Hb jauh lebih kuat dan tidak mudah terlepas bahkan akan mengikat
oksigen yang dibawa oleh Hb. Hal ini akan dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah yang membahayakan system syaraf.
5. Gas nitrogen dioksida. Gas ini dapat memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata dan pernapasan
Udara mengandung kurang lebih 21 % oksigen dan campuran kurang lebih 79% nitrogen dengan sejumlah kecil gas-gas lain. Untuk dapat bernafas
dengan baik diperlukan minimum 18 % oksigen. Sedangkan kalau kurang dari persentase tersebut akan dapat mengakibatkan pusing-pusing,
pingsan atau bahkan kematian. Namun kandungan oksigen besar dari 21 % juga sangat berbahaya karena akan dapat meningkatkan bahaya
kebakaran atau peledakan. Beberapa peraturan di Negara maju mempersyaratkan kandungan oksigen dalam udara yang baik adalah 19,5 %.
Gas pelindung seperti halnya karbon dioksida, helium atau argon akan bercampur dengan udara bebas setelah dipergunakan dalam proses
pengelasan. Apabila gas-gas ini berada dalam jumlah yang sangat besar akan sangat berpengaruh pada udara yaitu dengan berkurangnya kadar
oksigen dalam udara. Untuk mengantisipasi hal tersebut di dalam pekerjaan pengelasan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Gas argon lebih berat dari pada udara sehingga cenderung akan berada di bagian bawah lantai kerja atau akan terakumulasi di dalam
suatu cekungan.
2. Gas helium lebih ringan dari pada udara sehingga mempunyai tendensi akan terkumpul di bagian atas ruang kerja.
3. Silinder gas pelindung jangan ditempatkan di ruangan terbatas
4. Sebelum memulai suatu pekerjaan yakinkanlah bahwa di tempat tersebut cukup mempunyai ventilasi.
Ozon dapat timbul sebagai interaksi sinar ultraviolet yang dipancarkan dari busur las dengan oksigen di udara. Ozon ini mempunyai bau yang
sangat menyengat dan dapat menimbulkan iritasi saluran pernafasan. Ozon akan menjadi probem utama dalam pengelasan. GMAW alluminium,
terutama alluminium silicon filler alloy 4043. namun pada pengelasan otomatik, busur las sebaiknya ditutup dengan kaca atau plastic yang dapat
mengabsobsi radiasi sinar ultra violet.
Gas berbahaya lain yang ditimbulkan dalam proses pengelasan antara lain adalah gas dari pelapis logam dan pelarut
Pada beberapa kasus pengelasan tanpa menghilangkan pelapis logam tidak diijinkan karena disamping menghasilkan hasil yang kurang baik juga
pelapis logam dapat menimbulkan gas-gas beracun.
Uap dari solven yang menimbulkan dipergunakan untuk membersihkan cat, atau campuran cat sendiri dapat menghasilkan phosgene dan
hydrogen chloride yang sangat berbahaya bila terkena sinar ultraviolet. Untuk menghindari hal ini sebelum melakukan pengelasan jangan
membersihkan logam dengan solven, jangan mengelas di dekat pekerjaan pengecatan yang menggunakan solven dan jauhkanlah kaleng-kalen
penyimpanan solven dari daerah pengelasan.
E. Bunyi / Suara
Tingkat bising yang tinggi dalam pekerjaan pengelasan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Guna mengurangi pengaruh bahaya terhadap
juru las atau orang yang bekerja di dekat pekerjaan pengelasan disarankan penggunaan pelindung telinga.
Tingkat kebisingan yang dihasilkan dalam pekerjaan pengalasan adalah sebagai berikut :
- Pengelasan dengan GTAW 50 – 60 dB
- Pengelasan dengan SMAW 62 – 82 dB
- Pengelasan dengan FCAW 50 – 86 dB
- Pengelasan dengan GMAW 70 – 82 dB
- Pengelasan dengan Oxyfuel < 70 dB
- Air carbon arc 96 – 116 dB
Pelindung telinga harus dipergunakan pada waktu mengerjakan arc gauging atau pekerjaan lain yang menimbulkan tingkat kebisingan (dB) yang
cukup tinggi.
F. Bahaya Lain
Guna mengurangi akibat bahaya karena material panas juru las harus dilengkapi dengan baju dan sarung tangan pelindung dan baju pelindung
yang sesuai. Disarankan tidak memakai cincin pada waktu bekerja (mengelas). Untuk sebelum melakukan pengelasan harus diyakinkan tidak ada
material yang mudah terbakar di sekeliling tempat kerja termasuk korek api gas. Pada pengelasan di tempat tinggi perlu diperhatikan bahwa
spatter kemungkinan jatuh ditempat yang cukup jauh.
Harus selalu diingat bahwa di dalam pekerjaan pengelasan api sewaktu-waktu dapat timbul di sekeliling lokasi sehingga APAR harus selalu tersedia
dan pekerja harus diberi tahu cara penggunaannya. Setelah pekerjaan pengelasan selesai periksa apakah di daerah tersebut tidak ada api atau
material panas yang ditinggalkan.
Materi 2 : K3 WI.
1. Undang-Undang/Peraturan
2. Jenis Bahaya pada Pekerjaan Jasa Industri Pengelasan
3. Upaya pencegahan
Dasar Hukum :
U.U No1 tahun 1970 : Mengatur keselamatan kerja disemua tempat kerja dan berbagai jenis peralatan , termasuk peralatan kerja las
(PKK & KKL)
* Per.02/MEN/1982, tentang kualifikasi juru las ditempat kerja
* Peraturan lain yang berhubungan dengan pekerjaan las , misalnya Peraturan
Bejana tekan dan pesawat uap.
Tujuan :
1. Melindungi setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada ditempat kerja
2. Menjamin keselamatan alat-alat produksi sejak tahap perencanaan , pembuatan dan
pemakaian / pemeliharaan
3. Menciptakan tempat kerja dan iklim kerja yang aman bebas dari kecelakaan dan
sakit akibat kerja
4. K3 Sumber bahaya perlu diidentifikasi , klasifikasi dan penentuan potensi
bahayanya terhadap tenaga kerja , peralatan dan lingkungan kerja
5. Tenaga kerja perlu diberi APD sesuai kebutuhan
6. Tenaga kerja perlu dibina tentang sumber bahaya , tempat berbahaya dan cara
menanggulanginya
U.U No.4 tahun 1982 , tentang lingkungan hidup
U.U ini adalah pokok-pokok pengelolaan Lingkungan Hidup dan analisa dampak lingkungan terutama pencemaran lingkungan yang
diakibatkan bahan kimia , gas dsb.
PP.No,11 tahun 1975 , tentang keselamatan kerja produksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01 tahun 1982 , tentang Bejana Tekan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02 tahun 1982 , tentang klasifikasi juru las
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05 tahun 1982 , tentang K3 Peswat angkat dan angkut
1. Umum : Melindungi seluruh tenaga kerja ditempat kerja melalui penciptaan tempat kerja yang aman , sehat dan serasi
2. Khusus :
a. Mencegah dan mengurangi jumlah kecelakaan , kebakaran , peledakan , pencemaran
lingkungan dan penyakit akibat kerja
b. Meningkatkan dan memelihara drajat kesehatan dan gizi tenaga kerja yang setingi-
tinginya baik pisik , mental maupun sosial.
c. Mengamankan alat , bahan dan usaha berproduksi serta mengamankan tempat kerja
d. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Bahaya yang terjadi pada pekerjaan dapat menimbulkan penderitaan dan kerugian secara ekonomis
Dengan diterapkannya keselamatan kerja dengan baik dan tepat , maka akan menimbulkan ketenangan dan kagairahan kerja dan akibatnya
adalah peningkatan produktivitas
UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEMUA PROSEDUR KERJA YANG TELAH DITETAPKAN HARUS DIPATUHI
YANG SERING TERJADI :
- DIABAIKAN KARENA LALAI
- KETIDAK PEDULIAN
- KURANG / TIDAK MEMAHAMI PROSEDUR KERJA
K3 ADALAH UPAYA PERLINDUNGAN AGAR TENAGA KERJA DAN ORANG LAIN DITEMPAT KERJA SELALU SELAMAT DAN SEHAT SERTA AGAR
SETIAP SUMBER PRODUKSI DPAT DIGUNAKAN SECARA AMAN DAN EFISIEN
UNTUK MENJAGA DAN TERHINDAR DARI KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA, TELAH DITERBITKAN BERBAGAI UNDANG-UNDANG,
PERATURAN PEMERINTAH, PERATURAN MENTERI DAN SKB
UNDANG-UNDANG :
1. UU NO. 14 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN POKOK MENGENAI TENAGA KERJA
SETIAP TENAGA KERJA BERHAK MENDAPAT PERLINDUNGAN ATAS KESELAMATAN, KESEHATAN KESUSILAAN, PEMELIHARAAN MORAL KERJA
SERTA PERLAKUAN YANG SESUAI DENGAN MARTABAT MANUSIA DAN MORAL AGAMA (PASAL 9)
PEMERINTAH MEMBINA PERLINDUNGAN KERJA YANG MENCAKUP NORMA KESELAMATAN KERJA NORMA KESEHATAN KERJA DAN HIGIENE
PERUSAHAAN, NORMA KERJA SERTA MEMBERI GANTI KERUGIAN, PERAWATAN DAN REHABILITASI DALAM HAL KECELAKAAN KERJA (PASAL 10)
2. UU NO.1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA MENGATUR LINGKUP K3 DISEMUA TEMPAT KERJA, SYARAT KESELAMATAN
KERJA, PENGAWASAN K3, KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA, KEWAJIBAN PENGAWAS TENTANG KECELAKAN SERTA PERLU ADANYA
PEMBINAAN K3 DAN PEMBENTUKAN PANITIA PEMBINA K3 (P2K3)
TEMPAT KERJA IALAH TIAP RUANGAN ATAU LAPANGAN TERTUTUP ATAU TERBUKA, BERGERAK ATAU TETAP,
DI MANA TENAGA KERJA BEKERJA ATAU SERING DIMASUKI TENAGA KERJA UNTUK KEPERLUAN SUATU USAHA DAN DI MANA TERDAPAT
SUMBER-SUMBER BAHAYA
TERMASUK TEMPAT KERJA IALAH SEMUA RUANGAN , LAPANGAN, HALAMAN DAN SEKELILINGNYA YANG MERUPAKAN BAGIAN-BAGIAN ATAU
YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEMPAT KERJA TERSEBUT;
SUMBER-SUMBER BAHAYA MELIPUTI:
1. KEADAAN MESIN-MESIN, PESAWAT-PESAWAT, ALAT-ALAT KERJA SERTA PERALATAN LAINNYA , BAHAN-BAHAN
2. LINGKUNGAN
3. SIFAT PEKERJAAN.
4. CARA KERJA.
5. PROSES PRODUKSI.
SYARAT KESELAMATAN KERJA (PASAL 3 UU NO. 1 TAHUN 1970)
a. MENCEGAH DAN MENGURANGI KECELAKAAN
b. MENCEGAH, MENGURANGI DAN MEMADAMKAN KEBAKARAN
c. MENCEGAH DAN MENGURANGI BAHAYA KEBAKARAN
d. MEMBERI KESEMPATAN UNTUK PENYELAMATAN DIRI SAAT KEBAKARAN ATAU KEJADIAN LAIN YANG BERBAHAYA
e. MEMBERI PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN
f. MEMBERI ALAT PERLINDUNGAN BAGI PEKERJA (APD)
g. MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN TIMBUL DAN MENYEBARLUASNYA SUHU, KELEMBABAN, DEBU, KOTORAN, ASAP DAN
HEMBUSAN
h. MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA , BAIK PISIK MAUPUN PSIKIS, KERACUNAN, INFEKSI, DAN
PENULARAN
i. MEMPEROLEH PENERANGAN YANG CUKUP DAN SESUAI.
j. MENYELENGGARAKAN SUHU DAN LEMBAB UDARA YANG BAIK.
k. MENYELENGGARAKAN PENYEGARAN UDARA YANG CUKUP
l. MEMELIHARA KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN KETERTIBAN
m. MEMPEROLEH KESERASIAN ANTARA TENAGA KERJA, ALAT KERJA, LINGKUNGAN, CARA DAN PROSES KERJANYA.
n. MENGAMANKAN DAN MEMPERLANCAR PEKERJAAN BONGKAR MUAT, PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BARANG
o. MENGAMANKAN DAN MEMELIHARA SEGALA JENIS BANGUNAN
p. MENCEGAH TERKENA ALIRAN LISTRIK
q. MENYESUAIKAN DAN MENYEMPURNAKAN PENGAMANAN PADA PEKERJAAN YANG BERBAHAYA.
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
a. MEMBERIKAN KETERANGAN YANG BENAR BILA DIMINTA OLEH PEGAWAI PENGAWAS
b. MEMAKAI APD YANG DIWAJIBKAN
c. MEMENUHI DAN MENTAATI SYARAT K3 YANG DIWAJIBKAN
d. MEMINTA PENGURUS MELAKSANAKAN SEMUA SYARAT K3 YANG DIWAJIBKAN
e. KEBERATAN UNTUK BEKERJA APABILA SYARAT K3 DAN ALAT PERLINDUNGAN YANG WAJIB DIGUNAKAN DIRAGUKAN KEMAMPUAN-
NYA
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah
Pasal 190
Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5,
Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160
ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Pasal 190
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara ssebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut oleh Menteri
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
Pasal 12 – Hak dan Kewajiban TK
a. Memberi keterangan yang benar (peg. Pengawas dan ahli K3)
b. Memakai APD
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3
d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan syarat-syarat K3
e. Menyatakan keberatan kerja bila syarat-syarat K3 tidak dipenuhi dan APD yang wajib diragukan
Pasal 13 – Kewajiban memasuki tempat kerja
Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati K3 dan APD
Pasal 14 – Kewajiban pengurus
a. Menempatkan syarat-syarat K3 di tempat kerja (UU No. 1/1970 dan peraturan pelaksananya)
b. Memasang poster K3 dan bahan pembinaan K3
c. Menyediakan APD secara cuma-cuma
TUJUAN
Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam pekerjaannya
Orang lain yang berada di tempat kerja perlu dinjamin keselamatannya
Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
Untuk melaksanakan tujuan ini dapat dilakukan melalui :
1. Kampanye
2. Pemasyarakatan
3. Pembudayaan
4. Kesadaran dan kedisiplinan
K3 MIGAS : Menggunakan teknologi tinggi , resiko tinggi (mis.kebakaran)
a. Eksplorasi : kegiatan paling awal dalam perminyakan (survey,pengeboran) untuk memastikan bahwa didaerah tersebut
terkandung minyak dan gas yang secara ekonomis dapat diproduksi
b. Produksi : kegiatan mengangkat dan menyalurkan minyak dan gas bumi kepermukaan disuatu sumur Migas dan mengalirkan
kesuatu unit stasiun pengumpul / stasiun produksi untuk diproses
c. Pengolahan : kegiatan pemrosesan atau pengolahan minyak mentah atau BBM, Bahan Dasar Pelumas dll
d. Pemasaran : mendistribusikan dan menjual
U,U No.1 tahun 1970 dan dijabarkan melalui PP.No.19 tahun 1973, Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja dalam bidang
pertambangan pengawasannya oleh Menteri Pertambangan.
Menteri Pertambangan mengeluarkan peraturan untuk pelaksanaan Pengawasan keselamatan kerja suatu instalasi dan peralatan :
• Permen Pertambangan dan Energi No.05/PM/Pertamb/1977,ttg kewajiban memiliki sertifikat kelayakankonstruksi untuk Platform
Migas didaerah lepas pantai
• Permen Pertambangan dan Energi No.06/P0746/M.PE/1991,ttg Pemeriksaan keselamatan kerja atas instalasi peralatan dan teknis
yang dipergunakandalam pertambangan migas dan pengusahaan sumberdaya Panas bumi
• Permen Pertambangan dan Energi No.300 K/M.E/1995 ,ttg Keselamatan kerja pipa penyalur Migas
Instalasi , peralatan dan teknis yang dipergunakan dalam kegiatan pertambangan Migas, antara lain :
- Instalasi produksi/pengolahan - Konstruksi bangunan/pengolahan
- Bejana takan , HE - Pipa penyalur
- Pesawat angkat - Instalasi pipa uap dan uap
- Tanki timbun - Instalasi listrik
- Pompa , turbin , kompressor - Alat pengaman , katub pengaman
Keselamatan kerja pada instalasi tersebut diatas diperiksa pada saat :
- Instalasi atau peralatan dibuat - secara berkala
- Instalasi atau peralatan dipasang - setiap saat (bila dianggap perlu)
Apa yang menjadi acuan pemeriksaannya ?
• Las konstruksi AWS D1.1
• Bejana bertekanan ASME IX
• Pipa penyalur API 1104
• Elektrode AWS
• Dll
Bahaya : Suatu kondisi yang mempunyai potensi untuk menimbulkan sesuatu yang merugikan
-> dapat mencederai manusia
-> merusak peralatan atau struktur yang menimbulkan kerugian
-> merusak lingkungan
Berasal dari
• Manusia
• Lingkungan
• Peralatan
• Bahan atau material
Mengenal bahaya :
Tujuan : Untuk mencapai keselamatan kerja , untuk itu perlu dikenali jenis-jenis bahaya, sifat-sifatnya diidentifikasi untuk mengambil
langkah-langkah pencegahan;.
Produk yg dikerjakan
Langkah-langkah kerja
- Identifikasi jenis bahaya yang potensial bisa terjadi (dari pelaksana dan/atau dari lingkungan)
- Lakukan langkah-langkah pencegahan
Bahaya Mekanis :
a. Bahaya pergerakan benda : - gerak lurus,meluncur maupun getaran
- gerak putar
- gerak angkut (naik turun)
- gerak melayang
Tindakan yang harus diperhatikan agar terhindar dari bahaya tersengat aus listrik
1. Penyambungan listrik oleh yang ahli listrik
2. Kabel listrik jangan terkelupas
3. Kabel tersambung dengan baik
4. Ukuran kabel disesuaikan dengan kapasitas arus yang akan digunakan
5. Hindari dari kebasahan/lembab
2. Radiasi.
Ultrafiolet dan infrared mengakibatkan luka bakar, kerusakan kulit dan mata
Besarnya radiasi ini tergantung Jenis proses las yang digunakan.
Menghindari
1. Jaga jarak
2. Gunakan APD yang memadai
3.Debu/asap las dihasilkan oleh pembakaran elektrode, benda las , flux dan kotoran
lainnya jumlahnya tergantung dari proses las yang digunakan serta
jenis elektroda
Menghindari sirkulasi udara yang baik / ventilasi
Gas - Gas yang digunakan untuk pengelasan , pemotongan (O2 ; CO ; asitilin ; H2
- Gas yang ditimbulkan selama pengelasan(NO2 ; HCl ; CO2 dll)
A. Pencegahan Kecelakaan:
PIN harus menyediakan & mengusahakan perlengkapan keselamatan radiasi dan alat ukur radiasi yang mempunyai unjuk kerja baik, yang
dinyatakan dengan pemeriksaan dan pengujian oleh tenaga ahli atau instansi lain yang berwenang.
Personal Dosimeter
Suara/bunyi . bising
Tingkat kebisingan tergantung proses las yang digunakan
GTAW : 50 -60 dB SMAW : 62 – 82 dB
FCAW : 50 – 86 dB Air Carbon Arc : 96 – 116 dB
Oxyfuel : < 70 dB GMAW : 70 – 82 dB
Flame gouging : 80 – 90 dB Flame cutting : 88 – 95 dB
Carbon arc gouging : 110 – 120 dB Hammering in a vessel : 120 – 135 dB
Density kebisingan dapat diterima telinga max. 85 dB
Bahaya lain
- Material panas gunakan baju pelindung panas
- Percikan api bila mengenai bahan yang mudah terbakar dapat menimbulkan kebakaran
1. WPS/PQR
2. Pengujian radiographi harus dilaksanakan oleh perusahaan yang mempunyai ijin khusus pekerjaan radiographi, memiliki AR dan OR
yang bersertifikat Batan
3. Pengujian mekanik harus dilakukan oleh laboratorium yang diakreditasi oleh DSN
4. Sertifikat juru/operator las
Harus kompeten ditinjau dari segi Skill,Knowledge dan Atitute terhadap perkerjaan las.
Kualified yang dibuktikan melalui tes kualifikasi :
* mengelas tes kupon menurut WPS
* pengujian radiographi terhadap tes kupon
* pengujian mekanik terhadap tes kupon
5. Masa berlaku sertifikat juru las terbatas
* Pipa hantaran yang dipergunakan untuk mengangkut bahan cair yang dapat terbakar . Peraturan umum : - tekanan pada pipa diatur serendah
mungkin tetapi tidak lebih rendah dari 1 atm dan cairan tetap mengalir
- Panas masukan las diatur secukupnya
- Bagian-bagian yang bocor harus terlebih dahulu ditutup sehingga tidak mempengaruhi terhadap proses pengelasan
* Pipa penghantar yang digunakan untuk mengalirkan gas-gas yang dapat terbakar.
Peraturan umum : - Tekanan gas pada pipa tidak boleh < 1 atm (sedikit lebih tinggi)
- perhatikan ketebalan karat (tidak boleh terlalu tebal)
1
Totofiles/safetyorietation/2008
1. Cahaya dan sinar :
meliputi cahaya tampak (dapat dilihat), sinar ultra fiolet , sinar infra merah.
- Sinar ultra fiolet berpengaruh reaksi kimia dalam tubuh mata terasa berat
seolah-olah kenasukan benda asing
- Cahaya tampak mata terasa lelah dan sakit
- Sinar infra merah lebih berbahaya ,tidak terlihat, tidak terasa dan dapat
Membuat kelopak mata bengkak,/ menjadi rabun
* Pelindung mata (gogel) melindungi mata dari pancaran sinar ultra fiolet dan infra merah
Syarat : - mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak
- mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya
- mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata
- tahan lama dan mempunyai sifat yang mudah berubah
- memberikan rasa nyaman kepada sipemakai
I = 2 mA : tidak berbahaya
catatan : bila sedang berkeringat akan naik 12 X
bila dalam keadaan basah akan naik 25 X
b. Gunakan pemegang elektroda berisolator (JIS 09302 – 1976)
Diklasifikasikan sbb :
Penggunaan
Klasifikasi Waktu kerja Arus (amp) Tegangan (V) ØE (mm) Luas penampang.kabel
(%)