Anda di halaman 1dari 15

BAHAYA PENGELASAN SECARA UMUM

DAN PENGENDALIANNYA

Bahaya pengelasan dapat terjadi dalam berbagai situasi yang mungkin berbeda. Menurut CAN/ CSA W 117.2-M87 Safety in Welding, Cutting, and
Allied Processes bahaya secara umum dapat dibedakan berdasarkan proses pengelasannya. Namun secara umum bahaya dapat dibedakan
menjadi bahaya karena sifat pekerjaannya seperti operasi mesin, shok karena listrik, api/ panas (terbakar), radiasi busur las, fume, bising juga
karena kendaraan/ alat angkat serta gerakan material. Disamping itu masih terdapat bahaya yang bersifat laten (tersembunyi), yang secara umum
kurang menjadi perhatian juru las walaupun sebenarnya merupakan bahaya yang cukup potensial, sebagai contoh :
- Bekerja dengan menggunakan alat yang tidak biasa dipergunakan atau bukan menjadi tanggung jawabnya.
- Bekerja pada lingkungan yang terbatas (ruang tertutup, tangki, dll)
- Koneksi listrik atau gas yang kurang baik,
- Logam panas tanpa tanda, dll

A. Bahaya Listrik

Listrik yang mengalir dalam suatu sirkuit disebut arus listrik (I) dan diukur dengan satuan ampere (A). Sedangkan tegangan yang menyebabkan
adanya aliran dalam suatu sirkuit diukur dengan volt (V). tubuh manusia dapat dikatakan sebagai bahan yang konduktif. Sehingga apabila
tegangan listrik terkena bagian badan, arus dapat mengalir dan dapat menimbulkan kejut, terbakar, kelumpuhan atau kematian. Tegangan listrik
yang tidak terlalu tinggi pun dapat menyebabkan kasus tersebut di atas, namun akibat dari padanya tergantung pada banyak faktor seperti halnya
; dibagian mana arus listrik mengenai bagian tubuh ataupun seberapa efektif kontak dengan tegangan listrik tersebut. Tegangan listrik (voltage)
induk yang masuk ke peralatan listrik pada bengkel biasanya sebesar 480 volt untuk 3 phase dan 240 atau 120 volt untuk single phase. Tegangan
ini sering disebut sebagai tegangan primair. Pada beberapa peralatan tegangan listrik ini diturunkan dengan mempergunakan transformer untuk
memperoleh tegangan sekundair yang lebih rendah. Teganan yang dibutuhkan pada terminal output alat las biasanya sekitar 80 volt bila tidak
ada arus (OCV, open circuit voltage), dan tegangan akan menjadi 20 – 30 volt bila arus mengalir dan nyala busur las di bentuk.
Perbedaan teganan listrik bagian primair dan sekundair ini sangat penting untuk diketahui.
Tegangan tinggi pada sisi primair dari mesin las sangat berbahaya, namun tegangan pada sisi sekundair pun tidak boleh diabaikan karena dapat
pula menyebabkan kejut (shock) yang seruis.
Beberapa type mesin las seperti halnya plasma welding mempunyai tegangan sekundair cukup tinggi. Bahaya ikutan yang dapat terjadi akibat
shok yang sebenarnya hanya mengejutkan dapat menjadi fatal karena posisi kerja juru las, misalnya juru las berada ditempat yang tinggi dapat
terjatuh dan lain sebagainya.

Apabila terjadi kecelakaan karena listrik, beberapa langkah yang harus diambil antara lain adalah :

1. Jangan mencoba menarik korban dari kontak (kecuali tidak ada alternative lain). Bila terpaksa penolong harus menarij korban dari
kontak, ia harus mempergunakan insulasi bagi dirinya missal sarung tangan atau proteksi lain yang sejenis.
2. Putus aliran dan matikan sumber dahulu baru kemudian pindahkan korban dari kontak.
3. Bila korban tidak bernafas berikan CPR (cardiopulmonary resuscitation/ rangsangan jantung dan paru-paru).
4. Letakkan korban pada posisi horizontal dan usahakan tetap hangat.
5. Minta segera bantuan dokter terdekat.

Untuk menghindari terjadinya bahaya akibat listrik yang mungkin terjadi disarankan agar :
1. Tidak mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi bidang kerjanya atau karena tidak berkualifikasi dalam bidangnya. Misalnya untuk pekerjaan
penyambungan instalasi haruslah dikerjakan oleh ahli listrik yang berkualifikasi.
2. Kabel tegangan tinggi harus selalu dijaga dan diusahakan sependek mungkin serta setiap saat mendapat perlindungan yang cukup. Misalnya
dengan melindungi diri dari kemungkinan tertimpa logam/ baja atau terinjak kendaraan.
3. Sebelum memasang atau melepaskan koneksi (Steker) arus listrik harus dimatikan terlebih dahulu.
4. Bila menghidupkan tombol (switch) harus dari sisi yang sama.
5. Yakinkanlah bahwa koneksi kabel mesin las dalam kondisi yang baik.

Dalam proses pengelasan salah satu kabel dari mesin las dihubungkan dengan pegangan elektroda (electrode holder) dan arus dari sumber listrik
akan mengalir melewati kabel ini untuk diloncatkan sehingga terjadi busur las yang kemudian melewati material dan kembali ke mesin las.
Material kerja hendaknya dapat diletakkan pada meja baja atau yang sejenis agar dapat dilewati arus balik ke mesin las.

Untuk mendapat hasil pengelasan yang baik, yang perlu mendapat perhatian adalah kabel kerja harus mempunyai hubungan yang baik dengan
material kerja. Pada pengelasan saluran pipa, arus listrik dapat melewati struktur yang di las. Pekerjaan seperti ini harus mendapat perhatian
khusus terutama apabila di dalam pipa terdapat cairan mudah terbakar atau gas.

Rangka mesin las atau sumber arus listrik, panel control, material kerja dan lain-lain harus di hubungkan dengan grounding. Grounding material
kerja harus terpisah tetapi dapat pula dihubungkan degan grounding mesin las. Besar diameter kabel grounding harus disesuaikan dengan
besarnya arus.
Penggunaan kabel yang lebih kecil dari yang telah direkomendasikan akan dapat membawa akibat panas yang berlebihan pada kabel (over
heating) dan menyala yang pada akhirnya akan terbakar.
Penggunaan kabel yang panjang harus dengan ukuran lebih besar disbanding kabel pendek. Penggunaan kabel yang terlalu panjang hendaknya
dihindari dan agar praktis gunakan kabel sependek mungkin.

B. Radiasi

Radiasi pada pengelasan dapat dikategorikan radiasi non ionizing. Radiasi yang ditimbulkan oleh busur las ini mem[unyai sifat dapat dilihat, ultra
violet dan infra merah.
Bahaya radiasi non ionizing pada proses pengelasan dapat menimbulkan luka terbakar, kerusakan kulit dan mata. Kerusakan mata karena radiasi
sinar ultra violet ini disebut arc-eye, welder’s eye atau arc flash. Efek tidak dapat hilang dalam beberapa jam setelah terekspose, oleh sebab itu
mata harus dilindungi dengan kaca gelap yang sesuai.

Pengelasan juga merupakan sumber bahaya bagi pekerja lain yang berada di dekat pekerjaan las sebagaimana juru las itu sendiri. Pekerja tersebut
dapat juga terpapar sinar yang dipantulkan dari dinding atau permukaan lain.
Pantulan atau radiasi sinar ultra violet yang besar ini biasanya dari pengelasan dengan proses gas tungsten atau gas metal arc welding yang
dipergunakan untuk pengelasan aluminium atau baja stainless. Agar tidak membahayakan lingkungan setiap aktivitas pengelasan yang berada di
dekat lokasi kerja yang lain agar mempergunakan partisi yang dibuat dari bahan tahan api dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi pantulan atau refleksi ataupun melindungi spatter keluar dari ruangan.

C. Fume (debu/ asap las)


Fume biasanya terlihat pada setiap operasi pengelasan. Fume ini terdiri dari komponen yang dihasilkan dari elektroda, loga, dasar dan flux pada
saat operasi. Elektroda merupakan penghasil fume yang paling utama. Diameter debu dalam asap las (fume) berkisar antara 0,2 mikrometer s/d
3 mikrometer. Butiran debu dengan ukuran > 0,5 mikrometer bila terhisap akan tertahan oleh bulu hidung dan bulu pada pipa pernapasan,
sedangkan yang lebih halus akan terbawa masuk ke dalam paru-paru. Sebagian akan dihembuskan kembali, sedangkan sebagian lain akan
tertinggal dan melekat pada kantong udara dalam paru-paru (alveoli) sehingga bila sudah terakumulasi akan dapat menimbulkan berbagai
penyakit pernapasan. Komposisi kimia fume tergantung dari proses pengelasan dan elektrodanya. Misalnya pada pengelasan dengan
menggunakan elektroda jenis law hydrogen maka di dalam asap las akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium dan sebagainya.
Fume dapat juga di hasilkan dari pelapisan residu pada logam. Sebagai contoh logam yang di galvanis (pelapisan seng) akan menghasilkan asap
pada saat di las.
Berbagai gas berbahaya terkandung dalam fume yang terjadi pada pekerjaan pengelasan antara lain adalah karbon monoksida, karbon dioksida,
ozon, dan nitrogen dioksida, disamping gas-gas lain yang terbentuk dari penguraian bahan pelapis, karat dan lain-lain.
Usaha untuk mengurangi pengaruh fume ini secara praktis adalah apabila fume masih dapat terlihat bernafaslah di luar kepulan fume tersebut.
Hal ini akan sangat menguntungkan bagi juru las, namun usaha ini sangatlah sulit untuk dilaksanakan terutama pada pengelasan ditempat yang
tertutup/ kurang ventilasi. Untuk itu haruslah diingat pada saat pengelasan di dalam ruangan tertutup atau tida cukup sirkulasi udaranya,
diperlukan adanya ventilasi mekanik.
Sebagai gambaran kasar kebutuhan udara segar tiap juru las adalah 2000 cuft per menit. Kecepatan udara yang ditiupkan atau disedot kira-kira
0,5 meter per detik atau 100 feet per menit.

D. GAS

Terdapat 2 (dua) tipe gas yang perlu mendapat perhatian, yaitu :


1. Gas yang dipergunakan untuk keperluan pengelasan, pemotongan, antara lain oksigen, karbon monoksida, acetylene, gas alam, hydrogen, propan,
butan dan gas untuk pelindung seperti argon, helium, carbon dioksida dan nitrogen.
2. Gas yang ditimbulkan selama proses pengelasan, antara lain ozon, nitrogen dioksida, carbon monoksida, karbon dioksida, hydrogen chloride dan
phosgene.

Pengaruh gas-gas tersebut diatas terhadap tubuh manusia adalah sebagai berikut :
1. Gas karbon monoksida. Gas karbon dioksida diubah menjadi karbon monoksida dengan konsentrasi yang menurun pada jarak semakin jauh dari
tempat pengelasan. Gas karbon monoksida mempunyai sifat afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin yang dengan sendirinya akan mengurangi
daya penyerapan oksigen.
2. Gas karbon dioksida. Di dalam udara sudah terdapat gas ini dengan konsentrasi sebesar 300 ppm. Gas karbon dioksida ini sebenarnya tidak
berbahaya bagi tubuh manusia bila konsentrasinya tidak terlalu tinggi.
3. Gas ozon. Gas ozon ini terjadi karena reaksi foto kimia dari sinar ultra violet. Bila seseorang bernafas dalam udara yang mengandung 0,5 ppm
ozon selama 3 jam akan merasa sesak nafas. Pada konsentrasi 1 – 2 ppm dalam waktu 2 jam orang akan merasakan pusing, sakit dada dan
kekeringan pada saluran nafas.
4. Gas nitrogen monoksida. Gas ini bila masuk ke dalam saluran pernapasan tidak merangsang tetapi akan bereaksi dengan haemoglobin seperti
halnya gas carbon monoksida. Tetapi ikatan gas nitrogen monoksida dengan Hb jauh lebih kuat dan tidak mudah terlepas bahkan akan mengikat
oksigen yang dibawa oleh Hb. Hal ini akan dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah yang membahayakan system syaraf.
5. Gas nitrogen dioksida. Gas ini dapat memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata dan pernapasan

Udara mengandung kurang lebih 21 % oksigen dan campuran kurang lebih 79% nitrogen dengan sejumlah kecil gas-gas lain. Untuk dapat bernafas
dengan baik diperlukan minimum 18 % oksigen. Sedangkan kalau kurang dari persentase tersebut akan dapat mengakibatkan pusing-pusing,
pingsan atau bahkan kematian. Namun kandungan oksigen besar dari 21 % juga sangat berbahaya karena akan dapat meningkatkan bahaya
kebakaran atau peledakan. Beberapa peraturan di Negara maju mempersyaratkan kandungan oksigen dalam udara yang baik adalah 19,5 %.

Gas pelindung seperti halnya karbon dioksida, helium atau argon akan bercampur dengan udara bebas setelah dipergunakan dalam proses
pengelasan. Apabila gas-gas ini berada dalam jumlah yang sangat besar akan sangat berpengaruh pada udara yaitu dengan berkurangnya kadar
oksigen dalam udara. Untuk mengantisipasi hal tersebut di dalam pekerjaan pengelasan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Gas argon lebih berat dari pada udara sehingga cenderung akan berada di bagian bawah lantai kerja atau akan terakumulasi di dalam
suatu cekungan.
2. Gas helium lebih ringan dari pada udara sehingga mempunyai tendensi akan terkumpul di bagian atas ruang kerja.
3. Silinder gas pelindung jangan ditempatkan di ruangan terbatas
4. Sebelum memulai suatu pekerjaan yakinkanlah bahwa di tempat tersebut cukup mempunyai ventilasi.

Ozon dapat timbul sebagai interaksi sinar ultraviolet yang dipancarkan dari busur las dengan oksigen di udara. Ozon ini mempunyai bau yang
sangat menyengat dan dapat menimbulkan iritasi saluran pernafasan. Ozon akan menjadi probem utama dalam pengelasan. GMAW alluminium,
terutama alluminium silicon filler alloy 4043. namun pada pengelasan otomatik, busur las sebaiknya ditutup dengan kaca atau plastic yang dapat
mengabsobsi radiasi sinar ultra violet.
Gas berbahaya lain yang ditimbulkan dalam proses pengelasan antara lain adalah gas dari pelapis logam dan pelarut
Pada beberapa kasus pengelasan tanpa menghilangkan pelapis logam tidak diijinkan karena disamping menghasilkan hasil yang kurang baik juga
pelapis logam dapat menimbulkan gas-gas beracun.
Uap dari solven yang menimbulkan dipergunakan untuk membersihkan cat, atau campuran cat sendiri dapat menghasilkan phosgene dan
hydrogen chloride yang sangat berbahaya bila terkena sinar ultraviolet. Untuk menghindari hal ini sebelum melakukan pengelasan jangan
membersihkan logam dengan solven, jangan mengelas di dekat pekerjaan pengecatan yang menggunakan solven dan jauhkanlah kaleng-kalen
penyimpanan solven dari daerah pengelasan.

E. Bunyi / Suara

Tingkat bising yang tinggi dalam pekerjaan pengelasan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Guna mengurangi pengaruh bahaya terhadap
juru las atau orang yang bekerja di dekat pekerjaan pengelasan disarankan penggunaan pelindung telinga.
Tingkat kebisingan yang dihasilkan dalam pekerjaan pengalasan adalah sebagai berikut :
- Pengelasan dengan GTAW 50 – 60 dB
- Pengelasan dengan SMAW 62 – 82 dB
- Pengelasan dengan FCAW 50 – 86 dB
- Pengelasan dengan GMAW 70 – 82 dB
- Pengelasan dengan Oxyfuel < 70 dB
- Air carbon arc 96 – 116 dB
Pelindung telinga harus dipergunakan pada waktu mengerjakan arc gauging atau pekerjaan lain yang menimbulkan tingkat kebisingan (dB) yang
cukup tinggi.

F. Bahaya Lain

Bahaya lain yang dapat terjadi misalnya :


- Material panas akibat proses pengelasan,
- Spark atau spatter yaitu titik kecil material cair yang memercik dari daerah pengelasan dan menyebar cukup jauh. Spatter ini akan menimbulkan
bahaya terbakar bila terkena kulit yang tak terlindungi atau menimbulkan bahaya api bila kontak dengan material yang mudah terbakar.

Guna mengurangi akibat bahaya karena material panas juru las harus dilengkapi dengan baju dan sarung tangan pelindung dan baju pelindung
yang sesuai. Disarankan tidak memakai cincin pada waktu bekerja (mengelas). Untuk sebelum melakukan pengelasan harus diyakinkan tidak ada
material yang mudah terbakar di sekeliling tempat kerja termasuk korek api gas. Pada pengelasan di tempat tinggi perlu diperhatikan bahwa
spatter kemungkinan jatuh ditempat yang cukup jauh.
Harus selalu diingat bahwa di dalam pekerjaan pengelasan api sewaktu-waktu dapat timbul di sekeliling lokasi sehingga APAR harus selalu tersedia
dan pekerja harus diberi tahu cara penggunaannya. Setelah pekerjaan pengelasan selesai periksa apakah di daerah tersebut tidak ada api atau
material panas yang ditinggalkan.
Materi 2 : K3 WI.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAS

1. Undang-Undang/Peraturan
2. Jenis Bahaya pada Pekerjaan Jasa Industri Pengelasan
3. Upaya pencegahan
Dasar Hukum :
U.U No1 tahun 1970 : Mengatur keselamatan kerja disemua tempat kerja dan berbagai jenis peralatan , termasuk peralatan kerja las
(PKK & KKL)
* Per.02/MEN/1982, tentang kualifikasi juru las ditempat kerja
* Peraturan lain yang berhubungan dengan pekerjaan las , misalnya Peraturan
Bejana tekan dan pesawat uap.
Tujuan :
1. Melindungi setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada ditempat kerja
2. Menjamin keselamatan alat-alat produksi sejak tahap perencanaan , pembuatan dan
pemakaian / pemeliharaan
3. Menciptakan tempat kerja dan iklim kerja yang aman bebas dari kecelakaan dan
sakit akibat kerja
4. K3 Sumber bahaya perlu diidentifikasi , klasifikasi dan penentuan potensi
bahayanya terhadap tenaga kerja , peralatan dan lingkungan kerja
5. Tenaga kerja perlu diberi APD sesuai kebutuhan
6. Tenaga kerja perlu dibina tentang sumber bahaya , tempat berbahaya dan cara
menanggulanginya
U.U No.4 tahun 1982 , tentang lingkungan hidup
U.U ini adalah pokok-pokok pengelolaan Lingkungan Hidup dan analisa dampak lingkungan terutama pencemaran lingkungan yang
diakibatkan bahan kimia , gas dsb.
PP.No,11 tahun 1975 , tentang keselamatan kerja produksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01 tahun 1982 , tentang Bejana Tekan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02 tahun 1982 , tentang klasifikasi juru las
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05 tahun 1982 , tentang K3 Peswat angkat dan angkut
1. Umum : Melindungi seluruh tenaga kerja ditempat kerja melalui penciptaan tempat kerja yang aman , sehat dan serasi
2. Khusus :
a. Mencegah dan mengurangi jumlah kecelakaan , kebakaran , peledakan , pencemaran
lingkungan dan penyakit akibat kerja
b. Meningkatkan dan memelihara drajat kesehatan dan gizi tenaga kerja yang setingi-
tinginya baik pisik , mental maupun sosial.
c. Mengamankan alat , bahan dan usaha berproduksi serta mengamankan tempat kerja
d. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Bahaya yang terjadi pada pekerjaan dapat menimbulkan penderitaan dan kerugian secara ekonomis
Dengan diterapkannya keselamatan kerja dengan baik dan tepat , maka akan menimbulkan ketenangan dan kagairahan kerja dan akibatnya
adalah peningkatan produktivitas

UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA  SEMUA PROSEDUR KERJA YANG TELAH DITETAPKAN HARUS DIPATUHI
YANG SERING TERJADI :
- DIABAIKAN KARENA LALAI
- KETIDAK PEDULIAN
- KURANG / TIDAK MEMAHAMI PROSEDUR KERJA

BAGI PENGUSAHA K3 BERARTI WAJIB MENUNJUKKAN DAN MENJELASKAN TENTANG :


- KONDISI DAN BAHAYA YANG DAPAT TIMBUL DITEMPAT KERJA
- MENYEDIAKAN PENGAMANAN DAN PELINDUNG DIRI
- MEMBERITAHUKAN CARA DAN SIKAP KERJA YANG AMAN
DALAM MELAKSANAKAN PEKERJAANNYA.

K3 ADALAH UPAYA PERLINDUNGAN AGAR TENAGA KERJA DAN ORANG LAIN DITEMPAT KERJA SELALU SELAMAT DAN SEHAT SERTA AGAR
SETIAP SUMBER PRODUKSI DPAT DIGUNAKAN SECARA AMAN DAN EFISIEN
UNTUK MENJAGA DAN TERHINDAR DARI KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA, TELAH DITERBITKAN BERBAGAI UNDANG-UNDANG,
PERATURAN PEMERINTAH, PERATURAN MENTERI DAN SKB
UNDANG-UNDANG :
1. UU NO. 14 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN POKOK MENGENAI TENAGA KERJA
SETIAP TENAGA KERJA BERHAK MENDAPAT PERLINDUNGAN ATAS KESELAMATAN, KESEHATAN KESUSILAAN, PEMELIHARAAN MORAL KERJA
SERTA PERLAKUAN YANG SESUAI DENGAN MARTABAT MANUSIA DAN MORAL AGAMA (PASAL 9)
PEMERINTAH MEMBINA PERLINDUNGAN KERJA YANG MENCAKUP NORMA KESELAMATAN KERJA NORMA KESEHATAN KERJA DAN HIGIENE
PERUSAHAAN, NORMA KERJA SERTA MEMBERI GANTI KERUGIAN, PERAWATAN DAN REHABILITASI DALAM HAL KECELAKAAN KERJA (PASAL 10)

2. UU NO.1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA  MENGATUR LINGKUP K3 DISEMUA TEMPAT KERJA, SYARAT KESELAMATAN
KERJA, PENGAWASAN K3, KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA, KEWAJIBAN PENGAWAS TENTANG KECELAKAN SERTA PERLU ADANYA
PEMBINAAN K3 DAN PEMBENTUKAN PANITIA PEMBINA K3 (P2K3)
TEMPAT KERJA IALAH TIAP RUANGAN ATAU LAPANGAN TERTUTUP ATAU TERBUKA, BERGERAK ATAU TETAP,
DI MANA TENAGA KERJA BEKERJA ATAU SERING DIMASUKI TENAGA KERJA UNTUK KEPERLUAN SUATU USAHA DAN DI MANA TERDAPAT
SUMBER-SUMBER BAHAYA

TERMASUK TEMPAT KERJA IALAH SEMUA RUANGAN , LAPANGAN, HALAMAN DAN SEKELILINGNYA YANG MERUPAKAN BAGIAN-BAGIAN ATAU
YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEMPAT KERJA TERSEBUT;
SUMBER-SUMBER BAHAYA MELIPUTI:
1. KEADAAN MESIN-MESIN, PESAWAT-PESAWAT, ALAT-ALAT KERJA SERTA PERALATAN LAINNYA , BAHAN-BAHAN
2. LINGKUNGAN
3. SIFAT PEKERJAAN.
4. CARA KERJA.
5. PROSES PRODUKSI.
SYARAT KESELAMATAN KERJA (PASAL 3 UU NO. 1 TAHUN 1970)
a. MENCEGAH DAN MENGURANGI KECELAKAAN
b. MENCEGAH, MENGURANGI DAN MEMADAMKAN KEBAKARAN
c. MENCEGAH DAN MENGURANGI BAHAYA KEBAKARAN
d. MEMBERI KESEMPATAN UNTUK PENYELAMATAN DIRI SAAT KEBAKARAN ATAU KEJADIAN LAIN YANG BERBAHAYA
e. MEMBERI PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN
f. MEMBERI ALAT PERLINDUNGAN BAGI PEKERJA (APD)
g. MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN TIMBUL DAN MENYEBARLUASNYA SUHU, KELEMBABAN, DEBU, KOTORAN, ASAP DAN
HEMBUSAN
h. MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA , BAIK PISIK MAUPUN PSIKIS, KERACUNAN, INFEKSI, DAN
PENULARAN
i. MEMPEROLEH PENERANGAN YANG CUKUP DAN SESUAI.
j. MENYELENGGARAKAN SUHU DAN LEMBAB UDARA YANG BAIK.
k. MENYELENGGARAKAN PENYEGARAN UDARA YANG CUKUP
l. MEMELIHARA KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN KETERTIBAN
m. MEMPEROLEH KESERASIAN ANTARA TENAGA KERJA, ALAT KERJA, LINGKUNGAN, CARA DAN PROSES KERJANYA.
n. MENGAMANKAN DAN MEMPERLANCAR PEKERJAAN BONGKAR MUAT, PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BARANG
o. MENGAMANKAN DAN MEMELIHARA SEGALA JENIS BANGUNAN
p. MENCEGAH TERKENA ALIRAN LISTRIK
q. MENYESUAIKAN DAN MENYEMPURNAKAN PENGAMANAN PADA PEKERJAAN YANG BERBAHAYA.
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
a. MEMBERIKAN KETERANGAN YANG BENAR BILA DIMINTA OLEH PEGAWAI PENGAWAS
b. MEMAKAI APD YANG DIWAJIBKAN
c. MEMENUHI DAN MENTAATI SYARAT K3 YANG DIWAJIBKAN
d. MEMINTA PENGURUS MELAKSANAKAN SEMUA SYARAT K3 YANG DIWAJIBKAN
e. KEBERATAN UNTUK BEKERJA APABILA SYARAT K3 DAN ALAT PERLINDUNGAN YANG WAJIB DIGUNAKAN DIRAGUKAN KEMAMPUAN-
NYA

KEWAJIBAN PENGUSAHA/ PENGURUS


a. SECARA TERTULIS MEMASANG SEMUA SYARAT KESELAMATAN KERJA YANG DIWAJIBKAN DITEMPAT KERJA
b. MEMASANG GAMBAR-GAMBAR KESELAMATAN KERJA
c. MENYEDIAKAN APD YANG DIWAJIBKAN SECARA CUMA-CUMA
UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN
TERDIRI DARI 12 BAB DAN 90 PASAL
SETIAP ORANG BERHAK MEMPEROLEH DERAJAT KESEHATAN YANG OPTIMAL DAN SETIAP ORANG BERKEWAJIBAN UNTUK IKUT SERTA DALAM
PEMELIHARAAN DAN MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN PERORANGAN, KELUARGA DAN LINGKUNGAN.
DARI 15 UPAYA KESEHATAN SALAH SATUNYA ADALAH UPAYA KESEHATAN KERJA
PASAL 23 UU NO. 23 TAHUN 1992 DINYATAKAN :
- KESEHATAN KERJA DISELENGGARAKAN UNTUK MEWUJUDKAN
PRODUKTIVITAS KERJA YANG OPTIMAL
- KESEHATAN KERJA MELIPUTI PELAYANAN KESEHATAN KERJA,
PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN SYARAT
- KESEHATAN
KERJA.
- SETIAP TEMPAT KERJA WAJIB MENYELENGGARAKAN KESEHATAN
KERJA
- KETENTUAN MENGENAI KESEHATAN KERJA DIATUR DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH.
-
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(1).Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama;
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah
Pasal 190
Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5,
Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160
ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Pasal 190
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara ssebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut oleh Menteri
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
Pasal 12 – Hak dan Kewajiban TK
a. Memberi keterangan yang benar (peg. Pengawas dan ahli K3)
b. Memakai APD
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3
d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan syarat-syarat K3
e. Menyatakan keberatan kerja bila syarat-syarat K3 tidak dipenuhi dan APD yang wajib diragukan
Pasal 13 – Kewajiban memasuki tempat kerja
Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati K3 dan APD
Pasal 14 – Kewajiban pengurus
a. Menempatkan syarat-syarat K3 di tempat kerja (UU No. 1/1970 dan peraturan pelaksananya)
b. Memasang poster K3 dan bahan pembinaan K3
c. Menyediakan APD secara cuma-cuma
TUJUAN
 Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam pekerjaannya
 Orang lain yang berada di tempat kerja perlu dinjamin keselamatannya
 Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
Untuk melaksanakan tujuan ini dapat dilakukan melalui :
1. Kampanye
2. Pemasyarakatan
3. Pembudayaan
4. Kesadaran dan kedisiplinan
K3 MIGAS : Menggunakan teknologi tinggi , resiko tinggi (mis.kebakaran)
a. Eksplorasi : kegiatan paling awal dalam perminyakan (survey,pengeboran)  untuk memastikan bahwa didaerah tersebut
terkandung minyak dan gas yang secara ekonomis dapat diproduksi
b. Produksi : kegiatan mengangkat dan menyalurkan minyak dan gas bumi kepermukaan disuatu sumur Migas dan mengalirkan
kesuatu unit stasiun pengumpul / stasiun produksi untuk diproses
c. Pengolahan : kegiatan pemrosesan atau pengolahan minyak mentah atau BBM, Bahan Dasar Pelumas dll
d. Pemasaran : mendistribusikan dan menjual

Disemua kegiatan ini bisa terjadi kecelakaan / gangguan.


Disebabkan oleh : - kesalahan disain
- kesalahan operasi
- kegagalan peralatan
Perlu diatur , melalui U.U ; PP dan Peraturan Pelaksanaan

U,U No.1 tahun 1970 dan dijabarkan melalui PP.No.19 tahun 1973, Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja dalam bidang
pertambangan pengawasannya oleh Menteri Pertambangan.

Menteri Pertambangan mengeluarkan peraturan untuk pelaksanaan Pengawasan keselamatan kerja suatu instalasi dan peralatan :
• Permen Pertambangan dan Energi No.05/PM/Pertamb/1977,ttg kewajiban memiliki sertifikat kelayakankonstruksi untuk Platform
Migas didaerah lepas pantai
• Permen Pertambangan dan Energi No.06/P0746/M.PE/1991,ttg Pemeriksaan keselamatan kerja atas instalasi peralatan dan teknis
yang dipergunakandalam pertambangan migas dan pengusahaan sumberdaya Panas bumi
• Permen Pertambangan dan Energi No.300 K/M.E/1995 ,ttg Keselamatan kerja pipa penyalur Migas
Instalasi , peralatan dan teknis yang dipergunakan dalam kegiatan pertambangan Migas, antara lain :
- Instalasi produksi/pengolahan - Konstruksi bangunan/pengolahan
- Bejana takan , HE - Pipa penyalur
- Pesawat angkat - Instalasi pipa uap dan uap
- Tanki timbun - Instalasi listrik
- Pompa , turbin , kompressor - Alat pengaman , katub pengaman
Keselamatan kerja pada instalasi tersebut diatas diperiksa pada saat :
- Instalasi atau peralatan dibuat - secara berkala
- Instalasi atau peralatan dipasang - setiap saat (bila dianggap perlu)
Apa yang menjadi acuan pemeriksaannya ?
• Las konstruksi  AWS D1.1
• Bejana bertekanan  ASME IX
• Pipa penyalur  API 1104
• Elektrode  AWS
• Dll
Bahaya : Suatu kondisi yang mempunyai potensi untuk menimbulkan sesuatu yang merugikan
-> dapat mencederai manusia
-> merusak peralatan atau struktur yang menimbulkan kerugian
-> merusak lingkungan
Berasal dari
• Manusia
• Lingkungan
• Peralatan
• Bahan atau material
Mengenal bahaya :

Tujuan : Untuk mencapai keselamatan kerja , untuk itu perlu dikenali jenis-jenis bahaya, sifat-sifatnya  diidentifikasi untuk mengambil
langkah-langkah pencegahan;.
Produk yg dikerjakan
Langkah-langkah kerja
- Identifikasi jenis bahaya yang potensial bisa terjadi (dari pelaksana dan/atau dari lingkungan)
- Lakukan langkah-langkah pencegahan
Bahaya Mekanis :
a. Bahaya pergerakan benda : - gerak lurus,meluncur maupun getaran
- gerak putar
- gerak angkut (naik turun)
- gerak melayang

b. Bahaya benda diam : - bahaya ketinggian (beda elevasi)


- bahaya konstruksi
- bahaya pemasangan/instalasi
- bahaya kerusakan sarana
- bahay peralatan yang tajam,kasar,tumpul,licin dll
Kecelakaan (accident) : suatu kejadian yang tidak direncanakan,tidak terkontrol dan tidak dikehendaki yang datang dari luar tubuh manusia
dan dapat menimbulkan penderitaan
Perlu diperhatikan :
a. Dapat terjadi setiap saat
b. Tidak memilih cara tertentu untuk terjadi
c. Selalu menimbulkan kerugian
d. Selalu menimbulkan gangguan
e. Selalau mempunyai sebab
f. Dapat dicegah atau dieliminir.
Penggolongannya
• Ringan  kehilangan hari kerja
• Sedang  kehilangan hari kerja tetapi tdk sampai menimbulkan cacat
jasmani atau rohani yg dapat menggangu kerja
• Berat  kehilangan hari kerja dan menimbulkan cacat jasmani dan atau
rohani yang dapat menggangu kerja
• Mati
Usaha pencegahan kecelakaan
Pemilik perusahaan dan pekerja wajib melakukan usaha-usaha pencegahan kecelakaan
 Seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan harus memiliki komitmen yang
tinggi untuk mengatasi setiap bahaya yang berpotensi terjadi tanpa menunggu
bahaya tersebut sempat menimbulkan insiden baru diatasi.

Bagaimana peran welding inspector (?) :


 WI bertanggung jawab terhadap pemeriksaan mutu hasil las
 WI harus menentukan langkah-langkan inspeksi dengan tidak mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja
 WI harus mengidentifikasi semua bahaya yang dapat timbul pada pekerjaan pengelasan
 WI menerapkan aturan keselamatan kerja pada pekerjaan pengelasan
WI perlu mengenal penyebab bahaya yang dapat terjadi pada Jasa Industri Pengelasan
Kimia api : suatu reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran cahaya dan panas.
 ada sumber panas , ada bahan bakar , ada oksigen (dari udara)/segitiga api
Sumber panas : - reaksi kimia
- arus listrik
- proses mekanik(gesekan,kompressi)
- dll
Tentukan langkah-langkah pencegahan timbulnya api
* merancang perlindungan diri dan instalasi
* menyiapkan alat pemadam api
Kebakaran : akibat yang ditimbulkan oleh api
Klasifikasinya (NFPA = National Fire Protection Association) :
1, Klas A : Bahan bakar bila terbakar akan meninggalkan arang dan debu
2. Klas B : Bahan bakar lunak dan cair
3. Klas C : Bahan bakar gas
4. Klas D : Bahan bakar logam
 Diakui oleh Indonesia melalui Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-
04/mendokumentasikan/1980.
Media pemadam api dan teknik pemadamannya
a. Media pemadam cair : air,busa kimia,busa mekanik
b. Media pemadam gas : N2 , CO2
c. Media pemadam padat : dry chemical , dry powder
d. Memisahkan hubungan antara uap bahan bakar dengan oksigen (smothering)
e. Mendinginkan bahan bakar sehingga tidak menghasilkan gas untuk proses pembakaran (cooling)
f. Memutuskan suplai bahan bakar (starvation)
g. Memutuskan rantai reaksi (mis.O2 , OH)
Bahaya pengelasan dan pengendaliannya (secara umum).
Menurut CAN/CSA W 117.2-M87 : Safety in welding , cutting and allied processes  bahaya pada pengelasan dibedakan berdasarkan proses
pengelasannya, namun secara umum bahaya dapat dibedakan karena sifat pekerjaannya , seperti : operasi mesin,shok karena listrik,api
(terbakar),radiasi (dari arc), asap (fume), bising dan bahaya yang tersembunyi :
- Bekerja dengan menggunakan alat yang tidak biasa dia pergunakan
- Bekerja pada lingkungan yang terbatas (tertutup,tangki)
- Sambungan listrik atau gas yang kurang baik
- Logam panas tanpa tanda,dll
Bahaya Listrik.
Arus listrik  Amper
• Tegangan  Volt
Apa yang harus dilakukan apabila terjadi accident tersengat arus listrik.

1. Tarik korban dengan menggunakan insolator


2. Putus aliran listrik
3. Beri pertolongan pertama

Tindakan yang harus diperhatikan agar terhindar dari bahaya tersengat aus listrik
1. Penyambungan listrik oleh yang ahli listrik
2. Kabel listrik jangan terkelupas
3. Kabel tersambung dengan baik
4. Ukuran kabel disesuaikan dengan kapasitas arus yang akan digunakan
5. Hindari dari kebasahan/lembab

AC lebih berbahaya dari DC


Density arus tinggi  bahaya yang ditimbulkan tinggi
Longitudinal current lebih berbahaya dari Transversal current

2. Radiasi.
 Ultrafiolet dan infrared  mengakibatkan luka bakar, kerusakan kulit dan mata
Besarnya radiasi ini tergantung Jenis proses las yang digunakan.

Menghindari
1. Jaga jarak
2. Gunakan APD yang memadai

3.Debu/asap las  dihasilkan oleh pembakaran elektrode, benda las , flux dan kotoran
lainnya jumlahnya tergantung dari proses las yang digunakan serta
jenis elektroda
Menghindari  sirkulasi udara yang baik / ventilasi
Gas  - Gas yang digunakan untuk pengelasan , pemotongan (O2 ; CO ; asitilin ; H2
- Gas yang ditimbulkan selama pengelasan(NO2 ; HCl ; CO2 dll)

1. Mengurangi daya serap oksigen pada saat bernafas


2. Sesak nafas,pusing
3. Merusak saraf
4. Merusak mata

Efek Radiasi Bagi Manusia

Penyebab Kecelakaan Radiasi

Kondisi tidak aman (unsafe condition)


Kerusakan pada alat pengukur radiasi
Rancangan dinding ruang sinar-X tidak memenuhi syarat
Tidak tersedia sistem pengaman peralatan sumber
Kegagalan peralatan
Tidak tersedia prosedur keselamatan kerja

Tindakan tidak aman (unsafe act)

Tidak mengikuti prosedur keselamatan radiasi


Kurang pengetahuan/ keterampilan tentangcara kerja alat atau sifat bahan yg digunakan
Salah menghitung
Bekerja dalam keadaan letih/ lesu
Memiliki cacat tubuh yang tidak tampak
Pencegahan & Penanggulangan
Kecelakaan Radiasi

A. Pencegahan Kecelakaan:

1. Pengurangan Tingkat Bahaya Radiasi

a) Pilih sumber radiasi yang tepat

a) Gunakan aktivitas sumber sesuai dengan keperluan

a) Pilih cara kerja yang aman dan praktis

a) Pilih dan periksa peralatan yang akan digunakan

2. Pengendalian Bahaya Radiasi

3 prinsip dasar proteksi radiasi :


• jarak
• waktu
• penahan radiasi

3. Penyediaan sumber daya

a. Pelatihan keselamatan radiasi


b. Sarana
c. Prosedur kerja atau juklak.

Nilai Batas Dosis (NBD)


• penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui dalam setahun
• penyinaran eksternal maupun internal
• tidak untuk penyinaran medis dan penyinaran alam
Nilai Batas Dosis (lanjutan)
1. Pekerja radiasi
 Seluruh tubuh : 50 mSv
 Wanita usia subur 13 mSv 13 minggu pada abdomen
 Wanita hamil 10 mSv pada janin (sejak mengandung hingga bayi lahir)
 Penyinaran lokal :
- Nilai batas dosis ekivalen efektif (berdasarkan faktor bobot jaringan) 50 mSv
pertahun.
- Dosis rata-rata pada organ 500 mSv (50 rem)
untuk : kulit, tangan, lengan, kaki & tungkai dan 150mSv (15 rem) untuk lensa
mata

1. Mengetahui, memahami, melaksanakan ketentuan keselamatan radiasi


2. Memanfaatkan peralatan keselamatan radiasi, bertindak hati-hati & bekerja secara
aman
3. Melaporkan kecelakaan radiasi pada PPR
4. Melapor gangguan kesehatan karena radiasi

Peralatan proteksi Radiasi

PIN harus menyediakan & mengusahakan perlengkapan keselamatan radiasi dan alat ukur radiasi yang mempunyai unjuk kerja baik, yang
dinyatakan dengan pemeriksaan dan pengujian oleh tenaga ahli atau instansi lain yang berwenang.
Personal Dosimeter

Langkah-langkah Penggunaan Surveimeter

1. Periksa Sertifikat Kalibrasi


 Tanggal kalibrasi
 Faktor Kalibrasi
2. Periksa baterai
3. Pelajari petunjuk penggunaan alat

Suara/bunyi . bising
Tingkat kebisingan tergantung proses las yang digunakan
GTAW : 50 -60 dB SMAW : 62 – 82 dB
FCAW : 50 – 86 dB Air Carbon Arc : 96 – 116 dB
Oxyfuel : < 70 dB GMAW : 70 – 82 dB
Flame gouging : 80 – 90 dB Flame cutting : 88 – 95 dB
Carbon arc gouging : 110 – 120 dB Hammering in a vessel : 120 – 135 dB
Density kebisingan dapat diterima telinga max. 85 dB

Gunakan alat proteksi kebisingan

Bahaya lain
- Material panas  gunakan baju pelindung panas
- Percikan api  bila mengenai bahan yang mudah terbakar dapat menimbulkan kebakaran

Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam keselamatan kerja las :

1. WPS/PQR
2. Pengujian radiographi harus dilaksanakan oleh perusahaan yang mempunyai ijin khusus pekerjaan radiographi, memiliki AR dan OR
yang bersertifikat Batan
3. Pengujian mekanik harus dilakukan oleh laboratorium yang diakreditasi oleh DSN
4. Sertifikat juru/operator las
Harus kompeten ditinjau dari segi Skill,Knowledge dan Atitute terhadap perkerjaan las.
Kualified yang dibuktikan melalui tes kualifikasi :
* mengelas tes kupon menurut WPS
* pengujian radiographi terhadap tes kupon
* pengujian mekanik terhadap tes kupon
5. Masa berlaku sertifikat juru las terbatas

Jenis-jenis pekerjaan las dan bahayanya :

Pengelasan dapat digunakan dengan :


a. Gas
b. Listrik

Macam-macam bahaya yang dapat terjadi pada pengelasan :


a. Kebakaran
b. Radiasi
c. Kejatuhan
d. Ledakan dll

Akibat dari bahaya yang dapat terjadi oleh pekerjaan las


a. Terbakar
b. Sesak pernafasan/paru-paru
c. Sakit mata/buta
d. Cacat permanen
e. Kematian

Pencegahan kecelakaan kerja pengelasan :


a. Memahami teknik dan cara pencegahan kecelakaan
b. Mengetahui dan mematuhi peraturan keselamatan kerja

Beberapa contoh pekerjaan pengelasan dan aturannya …..(Migas)

* Mengelas pipa yang masih dalam pemakaian.


Peraturan umum : - dapat menggunakan las karbit atau las listrik
- juru las harus berpengalaman dan diawasi oleh ahli las

* Pipa hantaran yang dipergunakan untuk mengangkut bahan cair yang dapat terbakar . Peraturan umum : - tekanan pada pipa diatur serendah
mungkin tetapi tidak lebih rendah dari 1 atm dan cairan tetap mengalir
- Panas masukan las diatur secukupnya
- Bagian-bagian yang bocor harus terlebih dahulu ditutup sehingga tidak mempengaruhi terhadap proses pengelasan

* Pipa penghantar yang digunakan untuk mengalirkan gas-gas yang dapat terbakar.
Peraturan umum : - Tekanan gas pada pipa tidak boleh < 1 atm (sedikit lebih tinggi)
- perhatikan ketebalan karat (tidak boleh terlalu tebal)

* Pengerjaan tanki apung.


Peraturan umum : - tanki apung adalah tanki yang tertutup dan diisi dengan udara yang dipergunakan untuk mengapungkan muatan diatas
maupun didalam air atau untuk mengangkat.
- tersedia topeng gas zat asam
- tersedia tali pengaman pekerja las
- tersedia lampu penerangan yang tidak menimbulkan peledakan
akibat gas didalamnya
- tersedia blower untuk mensuplai udara bersih selama melakukan
pekerjaan pengelasan
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan agar terhindar dari 1kecelakaan .

1
Totofiles/safetyorietation/2008
1. Cahaya dan sinar :
meliputi cahaya tampak (dapat dilihat), sinar ultra fiolet , sinar infra merah.
- Sinar ultra fiolet berpengaruh reaksi kimia dalam tubuh  mata terasa berat
seolah-olah kenasukan benda asing
- Cahaya tampak  mata terasa lelah dan sakit
- Sinar infra merah  lebih berbahaya ,tidak terlihat, tidak terasa dan dapat
Membuat kelopak mata bengkak,/ menjadi rabun

* Pelindung mata (gogel)  melindungi mata dari pancaran sinar ultra fiolet dan infra merah
Syarat : - mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak
- mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya
- mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata
- tahan lama dan mempunyai sifat yang mudah berubah
- memberikan rasa nyaman kepada sipemakai

Kriteria penggunaan gogel (JIS T8141-1970) :

No.warna Jenis pengelasan/pemotongan dengan listrik Pengelasan / pemotongan dengan gas


1.7 Untuk sinar bias atau sinar samping 䦋㌌㏒㧀낈ᖺ琰茞ᓀ㵂Ü
2.5 䦋㌌㏒㧀낈ᖺ琰茞ᓀ㵂Ü Untuk cahaya rendah
5 Arc < 30 amp Untuk cahaya sedang
7 Arc (30 -75) amp Untuk cahaya kuat
9 Arc (75 – 200) Amp 䦋㌌㏒㧀낈ᖺ琰茞ᓀ㵂Ü
12 Arc (200 – 400) amp 䦋㌌㏒㧀낈ᖺ琰茞ᓀ㵂Ü
14 Arc > 400 amp 䦋㌌㏒㧀낈ᖺ琰茞ᓀ㵂Ü

• Bahaya yang ditimbulkan listrik  berupa kejutan


Besar kejutan yang dapat ditimbulkan listrik tergantung besar arus dan keadaan manusia yang dapat diperkirakan sbb :
a. Arus 1 mA  menimbulkan kejutan kecil / tidak membahayakan
b. Arus 5 mA  memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan menimbulkan rasa sakit
c. Arus 10 mA  menyebabkan rasa sakit yang hebat
d. Arus 20 mA menyebabkan pengerutan pada otot sehingga orang yang terkena tidak dapat melepaskan diri tanpa bantuan orang lain
e. Arus 50 mA  sangat berbahaya
f. Arus 100 mA  mengakibatkan kematian

Pencegahan bahaya listrik.


a. Gunakan mesin dengan tegangan kedua (secondary voltage) yang rendah
contoh dengan(secondary voltage) yang rendah, maka besar arus yang melalui badan manusia :
E I = arus yg mengalir ke badan
I =------------------------ E = tegangan kedua (95 V)
R1 + R2 + R3 R1 = tahanan antara tangan dan pemegang (20.000)
R2 = tahanan badan manusia (500 – 100)
R3 = tahanan antara kaki dan tanah (3000)

 I = 2 mA : tidak berbahaya
catatan : bila sedang berkeringat akan naik 12 X
bila dalam keadaan basah akan naik 25 X
b. Gunakan pemegang elektroda berisolator  (JIS 09302 – 1976)
Diklasifikasikan sbb :
Penggunaan

Klasifikasi Waktu kerja Arus (amp) Tegangan (V) ØE (mm) Luas penampang.kabel
(%)

100 70 100 25 1,2 – 3,2 22

200 70 200 30 2,0 – 5,0 38


300 70 300 30 3,2 – 6,4 50
400 70 400 30 4,0 – 8,0 60
Tindakan pencegahan kecelakaan waktu mengelas (umum).

1. Semua benda yang dialiri lisrik (arus) harus dianggap bertegangan


2. Harus tersedia peralatan pemutus arus didekat tempat kerja
3. Harus tersedia petunjuk cara menyelamatkan juru las yang mendapat
bahaya dan segera melakukan pertolongan pertama
4.Semua bagian yang dialiri listrik yang berhubungan langsung dengan juru
las terisolasi dengan baik.
5. Harus tersedia P3K

Anda mungkin juga menyukai