Anda di halaman 1dari 17

Merancang

Strategi
Pengendalian
Risiko K3 di
Tempat Kerja
Present by:
Dian Pratiwi (QHSE)
Tujuan Pelatihan
1. Merencanakan pengendalian risiko K3 di tempat kerja yang
meliputi hasil identifikasi faktor bahaya dianalisis pada setiap
lokasi di tempat kerja dan faktor bahaya dinilai sesuai metode
penilaian risiko K3 yang ditentukan.
2. Merancang pengendalian risiko K3 di tempat kerja sesuai hirarki
yang meliputi hasil penilaian risiko ditetapkan sesuai tingkat risiko
K3 dan pengendalian risiko K3 dirancang sesuai skala prioritas
dan hirarki pengendalian.
3. Meninjau kembali rancangan pengendalian risiko K3 di tempat
kerja yang meliputi rancangan pengendalian risiko K3
dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait dan dokumen
rancangan pengendalian risiko K3 diperbaiki sesuai hasil
komunikasi.
4. Melaporkan hasil rancangan pengendalian risiko K3 yang meliputi
hasil perbaikan rancangan pengendalian risiko K3 disusun sesuai
format,dokumen hasil rancangan pengendalian risiko K3
dilaporkan pada atasan dan pihak terkait serta dokumen hasil
rancangan pengendalian risiko K3 didokumentasikan sesuai
prosedur.

Jens Martensson 2
Merencanakan pengendalian risiko K3 di tempat kerja

Pengetahuan yang diperlukan dalam merencanakan


pengendalian risiko K3 di tempat kerja 1 2

1. Hasil identifikasi faktor bahaya dianalisis pada


setiap lokasi di tempat kerja.

2. Faktor bahaya dinilai sesuai metode penilaian 3 4


risiko K3 yang ditentukan

Jens Martensson 3
Hasil identifikasi faktor bahaya dianalisis pada setiap lokasi di tempat
kerja.
• Tempat kerja adalah tiap ruangan atau • Bahaya keselamatan ialah suatu potensi bahaya
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak yang dapat menimbulkan risiko langsung yang
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau dapat mengakibatkan keselamatan dan
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk menyebabkan kecelakaan langsung sehingga
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat menimbulkan cedera seperti luka bakar, luka
sumber atau sumber-sumber bahaya. sayat, patah tulang, cedera punggung atau bahkan
kematian.

• Bahaya adalah semua sumber situasi • Bahaya kesehatan merupakan potensi bahaya
maupun aktivitas yang berpotensi yang menimbulkan dampak jangka panjang pada
menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja kesehatan atau bahkan menyebabkan sakit akibat
dan atau penyakit akibat kerja (PAK). kerja misalnya saja kehilangan pendengaran
Bahaya jugaa dapat diartikan sebagai suatu karena suara yang berisik, terjadinya masalah
kegiatan, situasi maupun zat yang dapat pernapasan yang disebabkan oleh paparan zat
menyebabkan kerugian, baik fisik maupun kimia atau bahkan cedera sendi.
mental terhadap seseorang. Bahaya terbagi
menjadi dua yaitu bahaya keselamatan dan
bahaya kesehatan.

Jens Martensson 4
Terdapat lima jenis bahaya yang dapat menyebabkan sakit akibat kerja :

• Bahaya kimia : gas, uap, cairan atau debu yang bisa membahayakan
tubuh pekerja seperti produk pembersih, asam baterai atau pestisida.

• Bahaya biologis: organisme hidup yang dapat menyebabkan penyakit


misalnya influenza, hepatitis atau tuberkulosis. Contoh: bakteri, virus
atau serangga.

• Bahaya Fisika meliputi: sumber energi yang cukup kuat untuk


membahayakan tubuh. Contoh: panas, cahaya, getaran, kebisingan,
tekanan atau radiasi.

• Bahaya ergonomis meliputi: cara kerja, posisi kerja, perlengkapan,


peralatan berdesain buruk, atau gerakan monoton berulang. Contoh:
lampu dim/berkedip, gerakan berulang, tempat duduk yang tidak pas.

• Bahaya Psikososial / Psikologi; Hubungan antar personal, peran dan


tanggung jawab terhadap pekerjaan. Contoh; Beban kerja yang berlebih
secara kualitatif dan kuantitatif, ketidakjelasan peran, konflik peran,
pengembangan karir.

Jens Martensson 5
Faktor bahaya dinilai sesuai metode penilaian risiko K3 yang ditentukan.

• Risiko didefinisikan sebagai “kombinasi dari


kemungkinan terjadinya peristiwa yang berhubungan
dengan cidera parah; atau sakit akibat kerja atau
terpaparnya seseorang / alat pada suatu bahaya”. ISO
45001 (klausul 3.21)

• Identifikasi risiko adalah proses menetapkan apa,


dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana sesuatu
dapat terjadi, sehingga dapat berdampak negatif
terhadap pencapaian tujuan.

• Penilaian Risiko adalah proses penilaian suatu risiko


dengan membandingkan tingkat/kriteria risiko yang
telah ditetapkan untuk menentukan prioritas
pengendalian bahaya yang sudah diidentifikasi.

Jens Martensson 6
Sesuai ISO 45001, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan pengurus
dan pekerja dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di
tempat kerja, di antaranya:

• Aktivitas rutin dan non-rutin di tempat kerja


• Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat
kerja termasuk kontraktor, pemasok, pengunjung,
dan tamu
• Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor
manusia lainnya
• Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja

Jens Martensson 7
Ada 5 langkah yang bisa dilakukan dalam penilaian resiko:

 Identifikasi bahaya
 Identifikasi siapa yang dapat terkena
bahaya
 Identifikasi pengendalian saat ini dan
tetapkan apakah diperlukan tambahan?
 Rekam hasil/temuan penilaian resiko
 Lakukan tinjauan

Jens Martensson 8
Metode untuk melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko adalah :

1. Tentukan pekerjaan yang akan diperiksa potensi


bahayanya.
• Pekerjaan yang memerlukan JSA&RA adalah pekerjaan
yang potensi bahaya yang berdampak pada kecelakaan
kerja
• Merupakan pekerjaan baru dengan potensi bahaya untuk
terjadi kecelakaan kerja
• Pekerjaan lama dengan alat-alat baru sehingga
menimbulkan perubahan pada Langkah kerja.

2. Pecahkan pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja


 Menetapkan langkah-langkah kerja sederhana yang
akan dilaksanakan.
 Batasi secara umum langkah-langkah kerja tersebut,
misal : maksimal 10 langkah kerja

3. Tentukan tahap kerja kritis Tahap kerja kritis adalah tahap


kerja dimana pada tahap tersebut dinilai memiliki potensi
bahaya yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan
kerja. Jens Martensson 9
Metode untuk melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko adalah :

4. Kenali sumber bahaya


• Sumber bahaya mekanik : Putaran mesin, angkat-angkut, roda gigi, rantai,
beban, handling,dll.
• Sumber bahaya fisik&kimia : Listrik, Tekanan, Vibrasi, Suhu, Kebisingan,
bahan kimiadll.
• Pertimbangkan cidera akibat Jatuh, Ledakan, Paparan gas/kimia, asap,
regangan otot, dll.
• Pertimbangkan lingkungan kerja, peralatan, rekan kerja.
• pertimbangkan kemungkinan personil yang dapat cidera yaitu pelaksana
kerja tersebut atau rekan kerja.
5. Pengendalian Tentukan tindakan pengendalian bahaya
berdasarkan hirarki pengendalian atau biasa disebut urutan
langkah pengendalian. antara lain:
• Eliminasi (pemusnahan)
• Substitusi (reduksi
• Engineering control (design engineering atau tindakan teknik
• Pengendalian administratif.
• Alat Pelindung Diri (APD).

Jens Martensson 10
Metode untuk melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko adalah :

6. Pencatatan
 Urutkan langkah kerja
 Jelaskan langkah kerja
 Pengendalian
 Dokumentasikan JSA & RA pada formulir.

7. Komunikasikan Sosialisasikan kepada pelaksana


pekerjaan

8. Tinjau Ulang Lakukan peninjauan ulang JSA


apabila terjadi hal-hal berikut :
 Saat pekerjaan selesai
 Ada sumber bahaya lain teridentifikasi
 Ada metode pekerjaan yang berubah

Jens Martensson 11
Keterampilan yang diperlukan dalam merencanakan pengendalian risiko K3 di tempat kerja
1.Menganalisis hasil identifikasi faktor bahaya pada setiap lokasi di tempat kerja.
2.Menentukan faktor bahaya sesuai metode penilaian risiko K3.

Sikap Kerja yang Diperlukan dalam merencanakan pengendalian risiko K3 di tempat kerja


3.Disiplin
4.Tertib
5.Bertanggung Jawab

Jens Martensson 12
Merancang pengendalian risiko K3 di tempat kerja sesuai hirarki
1. Hasil penilaian risiko ditetapkan sesuai tingkat risiko K3.
• Tujuan analisis risiko adalah untuk memisahkan risiko kecil yang dapat diterima dari risiko
besar, dan menyiapkan data sebagai bantuan dalam prioritas dan penanganan risiko.
• Ada tiga tipe metode analisis risiko yang dapat digunakan untuk menetapkan status risiko :
• Kualitatif
• semi kuantitatif
• kuantitatif atau kombinasi tergantung pada kondisi
• Penilaian Resiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai
keparahan/dampak suatu resiko.
• Penilaian risiko bertujuan untuk menetapkan besar kecilnya suatu
risiko yang telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk
menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko
kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
• Respon terhadap risiko sesuai dengan tujuan yang ingin dipilih, diantaranya :
• Terima
• Kurangi kemungkinan
• Kurangi dampak
• Berbagi
• Hindari
• Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan langkah pengendalian
untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang aman.

Jens Martensson 13
MATRIKS PENILAIAN RISIKO

Jens Martensson 14
2. Pengendalian risiko K3 dirancang sesuai skala prioritas dan hirarki pengendalian

• Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko, dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat
risiko yang tinggi diprioritaskan dalam perencanaan.
• Pengendalian resiko merupakan suatu hirarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat resiko/bahaya berkurang
menuju titik yang aman).
• Hirarki pengendalian bahaya pada dasarnya berarti prioritas dalam pemilihan dan pelaksanaan pengendalian yang
berhubungan dengan bahaya K3. Hirarki pengendalian tersebut antara lain :
1. Eliminasi (pemusnahan), menghilangkan bahaya dari sumbernya dengan cara mengerjakan pekerjaan dengan cara lain/ cara
berbeda.
2. Substitusi (reduksi), mengupayakan untuk menurunkan risiko tingkat bahaya dari sumbernya atau menggunakan alternatif yang
lebih aman.
3. Engineering control (design engineering atau tindakan teknik), yaitu tindakan kontrol yang biasa dilakukan sebagai tindakan
pencegahan secara kolektif melalui rekayasa teknik.
4. Pengendalian administratif, yaitu bahaya dikendalikan dengan menerapkan tindakan yang bersifat administratif, seperti misalnya
tindakan yang berkaitan dengan pembatasan waktu kerja, jumlah paparan, pemberian pelatihan, rotasi kerja, papan informasi,
pemasangan label, prosedur kerja dan instruksi kerja, serta pengawasan.
5. Alat Pelindung Diri (APD), digunakan dalam Tindakan pengamanan perorangan, yaitu tindakan kontrol yang bertujuan untuk
mengurangi potensi terjadinya kerugian kepada karyawan secara pribadi/perorangan.

Jens Martensson 15
HIERARKI CONTROL

Jens Martensson 16
16
Thank You !
SAFETY FIRST

Anda mungkin juga menyukai