Tempat Kerja
BAB I. PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu merancang strategi pengendalian
risiko K3 di tempat kerja.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Merancang Strategi
Pengendalian Risiko K3 di Tempat Kerja ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada
akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Merencanakan pengendalian risiko K3 di tempat kerja yang meliputi hasil identifikasi faktor
bahaya dianalisis pada setiap lokasi di tempat kerja dan faktor bahaya dinilai sesuai metode
penilaian risiko K3 yang ditentukan.
2. Merancang pengendalian risiko K3 di tempat kerja sesuai hirarki yang meliputi hasil
penilaian risiko ditetapkan sesuai tingkat risiko K3 dan pengendalian risiko K3 dirancang
sesuai skala prioritas dan hirarki pengendalian.
3. Meninjau kembali rancangan pengendalian risiko K3 di tempat kerja yang meliputi
rancangan pengendalian risiko K3 dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait dan
dokumen rancangan pengendalian risiko K3 diperbaiki sesuai hasil komunikasi.
4. Melaporkan hasil rancangan pengendalian risiko K3 yang meliputi hasil perbaikan
rancangan pengendalian risiko K3 disusun sesuai format,dokumen hasil rancangan
pengendalian risiko K3 dilaporkan pada atasan dan pihak terkait serta dokumen hasil
rancangan pengendalian risiko K3 didokumentasikan sesuai prosedur.
1. Hasil identifikasi faktor bahaya dianalisis pada setiap lokasi di tempat kerja.
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
Bahaya adalah semua sumber situasi maupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat kerja (PAK).
Bahaya jugaa dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, situasi maupun zat yang
dapat menyebabkan kerugian, baik fisik maupun mental terhadap seseorang.
Bahaya terbagi menjadi dua yaitu bahaya keselamatan dan bahaya kesehatan.
Terdapat lima jenis bahaya yang dapat menyebabkan sakit akibat kerja :
Bahaya kimia : gas, uap, cairan atau debu yang bisa membahayakan tubuh pekerja seperti
produk pembersih, asam baterai atau pestisida.
Bahaya biologis: organisme hidup yang dapat menyebabkan penyakit misalnya influenza,
hepatitis atau tuberkulosis. Contoh: bakteri, virus atau serangga.
Bahaya Fisika meliputi: sumber energi yang cukup kuat untuk membahayakan tubuh.
Contoh: panas, cahaya, getaran, kebisingan, tekanan atau radiasi.
Bahaya ergonomis meliputi: cara kerja, posisi kerja, perlengkapan, peralatan berdesain
buruk, atau gerakan monoton berulang. Contoh: lampu dim/berkedip, gerakan berulang,
tempat duduk yang tidak pas.
Bahaya Psikososial / Psikologi; Hubungan antar personal, peran dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan. Contoh; Beban kerja yang berlebih secara kualitatif dan kuantitatif,
ketidakjelasan peran, konflik peran, pengembangan karir.
Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja yaitu:
Faktor bahaya biologi adalah bahaya yang berasal dari makhluk hidup seperti :
Jamur
Virus
Bakteri
Tanaman
Binatang
Faktor bahaya kimia
Faktor bahaya kimia adalah segala bahan kimia yang bisa mengakibatkan bahaya pada tubuh
pekerja atau lingkungan serta mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bahan /
Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya.
Bahan Berbahaya dan Beracun atau sering disingkat dengan B3 adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup contoh bahan dengan
sifat Reaktif/ Radioaktif/ Mudah meledak/ Mudah terbakar/menyala/ Iritan/ Korosif dll.
Faktor bahaya fisika/mekanik adalah segala bentuk bahaya yang disebabkan dari sifat fisika
suatu benda, alat atau tempat kerja. Contoh bahaya fisika seperti ketinggian, konstruksi, mesin
kendaraan, confined space, tekanan, kebisingan, suhu, cahaya, getaran, listrik dan juga radiasi.
Faktor bahaya ergonomi atau biomekanik adalah bahaya yang diakibatkan akibat posisi bekerja
yang tidak benar. Contoh bahaya ergonomic/biometric adalah gerakan berulang, postur/posisi
kerja, pengangkutan manual dan desain tempat kerja/alat/mesin.
Faktor bahaya ini memang tidak terlihat begitu jelas layaknya yang lain akan tetapi sangat
berbahaya apabila dibiarkan begitu saja. Faktor Bahaya psikologis sosiologis adalah bahaya yang
timbul akibat terganggunya psikologis seseorang yang diakibatkan oleh banyak hal seperti stres,
kekerasan, pelecehan , pengucilan, intimidasi dan emosi negatif.
Identifikasi bahaya
Identifikasi siapa yang dapat terkena bahaya
Identifikasi pengendalian saat ini dan tetapkan apakah diperlukan tambahan?
Rekam hasil/temuan penilaian resiko
Lakukan tinjauan
Metode untuk melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko adalah :
1. Menganalisis hasil identifikasi faktor bahaya pada setiap lokasi di tempat kerja.
2. Menentukan faktor bahaya sesuai metode penilaian risiko K3.
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam merencanakan pengendalian risiko K3 di tempat
kerja
1. Disiplin
2. Tertib
3. Bertanggung Jawab
BAB III. Merancang pengendalian risiko K3 di tempat kerja sesuai hirarki
Terima
Kurangi kemungkinan
Kurangi dampak
Berbagi
Hindari
Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan
langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya menuju ke
titik yang aman.
1. Disiplin
2. Tertib
3. Bertanggung Jawab
BAB IV. Meninjau kembali Rancangan pengendalian risiko K3 di tempat kerja
Tujuan komunikasi
Jenis-jenis komunikasi
Komunikasi verbal, adalah komunikasi yang menggunakan bahasa dalam bentuk lisan
untuk bertukar informasi. Contoh komunikasi verbal adalah berbincang tatap muka,
berbincang melalui telepon, pengumaman menggunakan pengeras suara, hingga pidato.
Misal: Pre-start Briefing, Sosialisasi
Komunikasi nonverbal, adalah komunikasi yang menggunakan bahasa dalam bentuk
bukan lisan. Contoh komunikasi nonverbal adalah komunikasi melalui tulisan seperti
surat-menyurat, membaca buku, koran, juga website. Misal: Poster dan Rambu-rambu K3
Berdasarkan ruang lingkupnya, komunikasi dibedakan menjadi :
kejadian diplot pada “matriks risiko” dengan Frekuensi terjadinya efek bahaya (kemungkinan)
terhadap beratnya konsekuensi. Konsekuensi dievaluasi dalam hal efek pada orang, lingkungan,
reputasi dan aset.
Selama Penilaian Risiko HSSE, Tim akan mengevaluasi kemungkinan dan konsekuensi dari
masing-masing rencana kegiatan.
Berikut adalah contoh format rancangan pengendalian risiko K3. Untuk menentukan kategori
suatu resiko dapat menggunakan metode matriks resiko seperti pada tabel matriks resiko di
bawah :
Likelihood atau kemungkinan adalah kemungkinan terjadinya suatu bahaya. Bahaya itu sendiri
dapat didefinisikan sebagai sumber potensial terjadinya accident/kecelakaan. Jika dalam
pendefinisian risiko menggunakan sudut pandang likelihood, maka risiko dengan nilai
probabilitas mendekati 1 (mengingat nilai probabilitas antara 0 dan 1) dapat dikatakan sebagai
risiko dengan kategori tinggi.
Tingkat keparahan (severity) adalah sebuah penilaian pada tingkat keparahan pada suatu efek
atau akibat dari potensi kegagalan pada suatu komponen yang berpengaruh pada suatu hasil
kerja/kegiatan yang diperiksa atau dianalisa.
Kemungkinan Keparahan
Likelihood Severity
Mungkin terjadi seminggu sekali Kerusakan atau beberapa korban jiwa atau
atau sering kerusakan melebihi $ 50.000
5 5
Can happen once per week or Fatality or multiple fatalities or damage exceeding
more often $ 50000
Hasil rancangan pengendalian resiko kemudian diperbaiki dan dikomunikasi baik secara pasif
maupun aktif. Sehingga dapat mendorong setiap pekerja untuk terlibat dan berpartisipasi dalam
menjaga dan meningkatkan kinerja sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
ditetapkan oleh perusahaan dilingkungan pekerjaan.
komunikasi secara pasif dan aktif berupa pemasangan banner atau rambu-rambu terkait K3,
mengadakan pelatihan maupun briefing terkait K3 untuk komunikasi aktif. Sehingga perusahaan
mampu melakukan perbaikan secara berkelanjutan serta menjaga komitmen dalam meningkatkan
kinerja sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Perbaikan berkelanjutan juga
dapat berdasarkan hasil dari konsultasi dengan pihak eksternal.
B. Keterampilan
1. Disiplin
2. Tertib
3. Bertanggung Jawab
Merancang Sistem Tanggap Darurat
Keadaan darurat dapat terjadi kapan saja tanpa bisa diduga. Keadaan darurat umumnya bisa
terjadi karena sebab alami seperti banjir, gempa bumi, angin puting beliung, atau akibat dari
keterlibatan manusia, misalnya kebakaran, bahan kimia, tumpahan zat beracun, atau kegagalan
struktur bangunan. ISO 45001 memastikan organisasi siap untuk menangani semua keadaan
darurat melalui perencanaan respons yang memadai.
Identifikasi keadaan darurat: Langkah pertama menuju perencanaan tanggap darurat adalah
mengidentifikasi semua situasi darurat yang mungkin dihadapi organisasi selama jam kerja atau
setelah jam kerja. Pertimbangkan lokasi perusahaan, sifat pekerjaan perusahaan, mesin atau
bahan kimia yang digunakan, dibuat, atau disimpan di dalam lokasi. Buat daftar semua potensi
keadaan darurat yang mungkin dihadapi perusahaan. Lakukan penilaian risiko yang terkait
dengan keadaan darurat ini.
Buat rencana tanggap darurat: Rencana Tanggap Darurat yang tepat perlu dibuat setelah
keadaan darurat dan mekanisme tanggapan mereka diidentifikasi. Ini akan mencakup prosedur
untuk menangani keadaan darurat, lokasi dan instruksi untuk fasilitas darurat, prosedur evakuasi,
alarm dan fasilitas darurat.
Komunikasikan dan Latih pekerja / pemangku kepentingan yang relevan tentang tanggap
darurat: Begitu Rencana Tanggap Darurat dibuat, penting untuk mengkomunikasikan rencana
tersebut kepada semua pekerja / pemangku kepentingan yang relevan. Anda perlu melatih
pekerja untuk menangani situasi darurat. Latihan darurat yang sering dapat dilakukan untuk
mendidik pekerja dari waktu ke waktu.
Evaluasi dan revisi prosedur tanggap darurat: Prosedur tanggap darurat harus dievaluasi
setelah latihan atau setelah keadaan darurat dihadapi. Jika perlu, prosedur darurat ini harus
diubah atau direvisi berdasarkan hasil pengujian atau latihan.
Perencanaan tanggap darurat penting bagi setiap perusahaan karena selalu lebih baik berhati-hati
dengan cara aman daripada menyesal. Membuat rencana respons yang efektif untuk keadaan
darurat mungkin membutuhkan usaha yang lebih, tetapi tentunya akan terbayarkan dalam jangka
panjang. Ini memastikan keselamatan pekerja Anda dan membantu membangun tempat kerja
yang sehat dan aman.
Mengawasi Pelaksanaan Izin Kerja
Bagi Anda yang bekerja di ketinggian, ruang terbatas atau lokasi berbahaya lainnya tentu sudah
familier dengan izin kerja atau work permit. Mengapa pekerja perlu membuat surat izin kerja
sebelum memasuki atau melaksanakan pekerjaan berbahaya? Siapa yang berwenang
mengeluarkan izin kerja? Jenis pekerjaan apa saja yang memerlukan izin kerja? Berapa lama
masa berlaku surat izin kerja?
Sebagian pekerja mungkin masih menganggap surat izin kerja dibuat hanya sebagai formalitas
sebelum memasuki lokasi berbahaya atau melaksanakan pekerjaan tertentu. Padahal dibalik itu,
pembuatan izin kerja sangat penting untuk menyatakan kondisi tempat dimana pekerjaan tersebut
dilakukan sudah aman atau belum dan memastikan pekerja melakukan pekerjaannya dengan
aman dan efisien sesuai prosedur keselamatan yang ditetapkan. Izin kerja tidak hanya membantu
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, tetapi juga melindungi peralatan kerja dari kerusakan.
Meski perannya sangat penting, izin kerja ini jarang dilaksanakan dengan baik, bahkan beberapa
bukti menunjukkan prosedur ini tidak dilaksanakan sama sekali. Hampir semua kecelakaan kerja
yang terjadi pada pekerjaan berbahaya, ditemukan tidak ada izin kerja yang dikeluarkan untuk
pekerjaan tersebut. Maka dari itu, baik supervisor maupun pekerja perlu memahami pentingnya
izin kerja sebelum memulai sebuah pekerjaan agar kecelakaan kerja dapat dihindari.
Kesehatan pekerja
Kelengkapan sarana dan prasarana kerja (termasuk APD yang berhubungan dengan
pekerjaan yang hendak dilakukan)
Kondisi terbaru di lokasi pekerjaan, apakah terdapat hal-hal yang membahayakan atau
tidak
Hal-hal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lokasi kerja
tersebut.
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada hal-hal yang dapat membahayakan pekerja dan
lokasi kerja dinyatakan aman, maka izin kerja harus di tanda tangani oleh orang yang berwenang
(authority person) dan pekerja yang terlibat di lapangan.
Apa saja jenis-jenis izin kerja yang biasanya dibuat sebelum memulai pekerjaan?
Jenis izin kerja ditentukan berdasarkan sifat pekerjaan yang akan dilakukan dan bahaya yang
harus dikontrol atau dihilangkan. Pasalnya satu jenis izin kerja tidak selalu berlaku untuk
berbagai kegiatan dan lokasi pekerjaan. Berikut jenis-jenis izin kerja yang paling sering
digunakan di tempat kerja:
Izin kerja pekerjaan panas (hot work permit) – Diperlukan apabila akan
melaksanakan pekerjaan panas, contohnya: pengelasan, pemotongan dengan api, pengeboran
logam, dan sandblasting.
Izin kerja pekerjaan dingin (cold work permit) – Diperlukan apabila akan
melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan perbaikan, pemeliharaan, atau
konstruksi yang sifatnya tidak rutin (sesuai ketentuan pekerjaan tersebut) dan tidak
menggunakan peralatan yang dapat menimbulkan api terbuka atau sumber nyala. Contohnya
pengecatan, pekerjaan bangunan, dan pekerjaan sipil.
Izin kerja memasuki ruang terbatas (confined space entry permit) – Diperlukan
apabila akan memasuki dan melakukan pekerjaan di ruang terbatas, seperti silo, tanki, atau
saluran tertutup.
Izin kerja pekerjaan listrik (electrical work permit) – Diperlukan apabila akan
melakukan perbaikan, pemeliharaan, atau pemeriksaan yang berhubungan dengan kelistrikan.
Izin kerja khusus (special permit) – Diperlukan apabila akan melaksanakan pekerjaan
melibatkan kondisi berbahaya, seperti bekerja dengan paparan bahan radioaktif, bekerja di
ketinggian, penggalian, atau melaksanakan pekerjaan dengan tingkat potensi bahaya tinggi
lainnya.
Informasi apa saja yang harus tercantum dalam surat izin kerja?
Surat izin kerja harus memuat beberapa informasi mencakup:
Jenis atau format izin kerja tidak mencakup semua potensi bahaya
Prosedur penerbitan izin kerja tidak memadai
Orang yang menandatangani izin kerja tidak memeriksa kondisi operasi di lapangan,
apakah sumber energi berbahaya sudah benar-benar diisolasi atau pengujian atmosfer sudah
dilakukan
Pekerja tidak mengikuti atau memahami persyaratan izin kerja, terutama perihal masa
berlaku izin kerja
Manajemen K3 perusahaan tidak melakukan audit terhadap sistem izin kerja
Izin kerja baru dibuat setelah pekerjaan dimulai atau sedang berlangsung
Petugas yang bertanggung jawab tidak memeriksa kondisi operasi di lapangan setelah
izin dikeluarkan
Sistem izin kerja yang terlalu rumit
Intinya, izin kerja merupakan alat yang efektif untuk membantu mengidentifikasi dan
mengendalikan bahaya, mencegah cedera, dan menghindari kecelakaan fatal di tempat kerja.
Semua pekerja harus memahami persyaratan izin kerja dan mengapa izin kerja diperlukan
sebelum memulai pekerjaan.