Anda di halaman 1dari 19

K3-Identifikasi Bahaya dan Pengendalian

Resiko

Nama : Yunita Puspa Ningrum


NPM : 201610215166
Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko
merupakan salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan
Kerja OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1.

OHSAS atau singkatan dari Occupational Health and Safety


Assessment Series (OHSAS 18001) adalah suatu standard
internasional untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja/ perusahaan. Banyak organisasi di
berbagai Negara telah mengadopsi OHSAS 18001 untuk mendorong
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan
prosedur yang mengharuskan organisasi secara konsisten
mengidentifikasi dan mengendalikan resiko bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja; serta memperbaiki
kinerja dan citra perusahaan.
 Identifikasi Bahaya Merupakan suatu
Bahaya adalah suatu keadaan program kerja yang didalamnya terdapat
yang berpotensi untuk proses mengenali bahaya pada suatu
menimbulkan cidera pada manusia, pekerjaan pada suatu sistem (peralatan,
kerusakan pada peralatan/struktur, tempat kerja, prosedur, aturan, dll.)
kerugian material, menurunkan membuat identifikasi bahaya dan nilai dari
kemampuan/ fungsi tertentu. resiko bahaya tersebut kemudian
melakukan pengendalian terhadap resiko
Resiko adalah ukuran kemungkinan bahaya yang telah teridentifikasi
kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi.
 Identifikasi Risiko adalah usaha untuk
menemukan atau mengetahui risiko–risiko
yang mungkin timbul dalam kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan atau
perorangan.
Apa Tujuan Dilakukan Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Resiko (Job Safety Analysis & Risk
Assessment) ??
 Memantau resiko-resiko bahaya yang jarang diketahui atau beberapa
resiko bahaya yang tidak dihiraukan dalam pekerjaan, padahal beresiko
kecelakaan atau pada kesehatan.
 Menentukan cara laksana kedali bahaya dan mengurangi resiko
kecelakaan.
 Acuan dalam menentukan APD (Alat Pelindung Diri) dan dasar pengajuan
ke Manajemen.
 Tujuan akhir dari program ini adalah menurunkan angka kecelakaan kerja
dan meningkatkan produktifitas
Berikut adalah Lingkaran Identifikasi Bahaya.
•Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan
terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim
(panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.

•Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja
melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact
(melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari
jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan
(toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.

•Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman
penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita
penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-
bahan yang digunakan dalam proses produksi.
•Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan
ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam
melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan
kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun
ketidakserasian antara manusia dan mesin.

•Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-
aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti :
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen
atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta
hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya
tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.

•Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan
peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.
SUMBER BAHAYA
Bahaya bisa berasal dari :
a. Manusia
Dalam hal ini dapat berupa Unsafe Condition (Human Error)
b. Lingkungan
Dalam hal ini dapat berupa bahaya dari Lingkungan Alam dan Lingkungan Buatan
c. Peralatan
Dalam hal ini dapat berupa :
- Bahaya Terpadu (Inherent) Sesuai Fungsinya
- Salah Penggunaan (Kegagalan Manusia)
- Tidak Memenuhi Syarat Keselamatan (Kegagalan Peralatan)
d. Bahan
Dapat berasal dari :
- Bahan Baku, Produksi / Sampingan
- Zat Padat, Cair, Maupun Gas
Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas
operasional Perusahaan ditempat kerja meliputi :
1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggukeselamatan dan kesehatan
kerjatenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang disediakan
Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun bahan/material
yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur
organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.
Pengendalian resiko didasarkan pada
hierarki sebagai berikut :
1.Eliminasi (Menghilangkan sumber bahaya).
2.Substitusi (Mengganti
proses/aktivitas/area/mesin/alat/bahan yang lebih
aman).
3.Perancangan (Modifikasi
proses/aktivitas/area/mesin/alat/bahan yang lebih
aman).
4.Administrasi (Prosedur, Aturan, Rambu dan Tanda
Bahaya).
5.APD (Alat Pelindung Diri).
Upaya Penanggulangan Resiko
 melakukan pemeliharaan dan penyimpanan yang baik terhadap
bahan dan hasil produksi untuk menghindari resiko kecurian dan
kerusakan, mengadakan pendekatan kemanusiaan untuk mencegah
terjadinya pemogokan.
 Mengalihkan memindahkan resiko kepada pihak lain, yaitu dengan
cara mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan
perusahaan asuransi terhadap resiko tertentu, dengan mambayar
sejumlah premi asuransi yang telah ditetapkan, sehingga
perusahaan asuransi akan mengganti kerugian bila betul-betul
terjadi kerugian yang sesuai dengan perjanjian.
Hal –hal yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk
perusahaannya terkait dengan identifikasi resiko :

 a. Mengetahui kemungkinan –kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan harus


berhati –hati atas kemungkinan timbulnya setiap kerugian dan hal ini
merupakan tugas utama seorang manajer risiko.
 b. Memperkirakan frekuensi dan besar kecilnya risiko sehingga dapat
diperkirakan kemungkinan kerugian maksimum dari risiko yang berasal dari
berbagai sumber.
 c. Memutuskan pemakaian metode pengolahan risiko yang terbaik dan paling
ekonomis,apakah dengan jalan menghapuskan, mengurangi, membatasi,
menanggung sendiri, memindahkan atau mengkombinasikan metode–metode
tersebut.
 d. Mengadministrasikan program–program manajemen risiko termasuk
mengadakan penilaian kembali atas program–program, pencatatan–pencatatan
dan lain sebagainya.
Metode/Tahapan untuk melakukan Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Resiko (Job Safety Analysis & Risk Assessment)??
1. Tentukan pekerjaan yang akan diperiksa potensi bahayanya.
– Pekerjaan yang memerlukan JSA&RA adalah pekerjaan yang potensi bahaya yang
berdampak pada kecelakaan kerja
– Merupakan pekerjaan baru dengan potensi bahaya untuk terjadi kecelakaan kerja
– Pekerjaan lama dengan alat-alat baru sehingga menimbulkan perubahan pada langkah
kerja.
2. Pecahkan pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja
– Menetapkan langkah-langkah kerja sederhana yang akan dilaksanakan.
– Batasi secara umum langkah-langkah kerja tersebut, misal : maksimal 10 langkah kerja
3. Tentukan tahap kerja kritis
 Tahap kerja kritis adalah tahap kerja dimana pada tahap tersebut dinilai memiliki
potensi bahaya yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja.
Metode/Tahapan untuk melakukan Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Resiko (Job Safety Analysis & Risk Assessment)??
4. Kenali sumber bahaya
– Sumber bahaya mekanik : Putaran mesin, angkat-angkut, roda gigi, rantai, beban,
handling,dll.
– Sumber bahaya fisik&kimia : Listrik, Tekanan, Vibrasi, Suhu, Kebisingan, bahan kimiadll.
Report this ad
– Pertimbangkan cidera akibat Jatuh, Ledakan, Paparan gas/kimia, asap, regangan otot, dll.
– Pertimbangkan lingkungan kerja, peralatan, rekan kerja.
– pertimbangkan kemungkinan personil yang dapat cidera yaitu pelaksana kerja tersebut atau
rekan kerja.
5. Pengendalian
Tentukan tindakan pengendalian bahaya berdasarkan hirarki pengendalian atau biasa disebut
urutan langkah pengendalian. antara lain :
– Rekayasa teknik yaitu melakukan pengamanan terhadap mesin yang dinilai memiliki bahaya
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
– Administratif yaitu memberikan pelatihan dan sertifikasi, Briefing K3, rotasi kerja, dll.
– Evaluasi cara kerjanya
– Berikan Alat Pelindung diri
Metode/Tahapan untuk melakukan Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Resiko (Job Safety Analysis & Risk Assessment)??
6. Pencatatan
– Urutkan langkah kerja
– Jelaskan langkah kerja
– Pengendalian
– Dokumentasikan JSA&RA pada formulir.

7. Komukasikan
Sosialisasikan kepada pelaksana pekerjaan

8. Tinjau Ulang
Lakukan peninjauan ulang JSA apabila terjadi hal-hal berikut :
– Saat pekerjaan selesai
– Ada sumber bahaya lain teridentifikasi
– Ada metode pekerjaan yang berubah
dari langkah-langkah tersebut sudah bisa dilaksanakan sebuah program JSA&RA idealnya pembuatan JSA&RA dapat dibentuk tim antara
lain :
Report this ad
1. Atasan dari pelaksana pekerjaan
2. perwakilan pekerja yang melakukan pekerjaan
3. Ahli K3 Perusahaan.
DEFINISI JSA dan HIRA
Hazard Identification and Risk Assessment
Job Safety Analisis (JSA) adalah sebuah Determining Control (HIRADC) merupakan
metode mendeskripsikan bahaya dan sebuah metode menilai risiko dari pekerjan-
risiko dari sebuah pekerjaan yang pekerjaanyang ada di perusahaan sehingga
didapatkan prioritas pekerjaan yang mana
dijabarkan secara lebih detail per-step dulu yang harus dikendalikan bahaya nya,
pekerjaan, tetapi di JSA nggak ada karena yang namanya anggaran perusahaan
perhitungan nilai risiko nya. untuk K3 kan pastinya terbatas, jadi harus
tahu mana pekerjaan yang paling memiliki
JSA sering digunakan untuk mengetahui risiko tertinggi. Sebetulnya hiradc sama
dan memberitahu ke pekerja dan dengna jsa, yaitu ada kolom penulisan per-
karyawan tentang bahaya dari setiap step (langkah) pekerjaan kemudian terdapat
bahaya dan risiko nya, tetapi di hiradc ada
langkah /prosedur pekerjaan. Jadi intinya kolom perhitungan tingkah keseringan,
JSA bertujuan memberikan gambaran tingkat keparahan, dan nilai risikonya.
bahaya dan risiko per-step dari suatu HIRADC bertujuan menilai risiko dari
pekerjaan semua pekerjaan yang ada.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai