Anda di halaman 1dari 6

Catatan Penerapan Hygiene di perusahaan serta

dampak toxic nya

POLITEKNIK DIGITAL BOASH INDONESIA

TEKNOLOGI REKAYASA INDUSTRI OTOMOTIF

ELIEV FAJAR ALMAIDA

A01220018
Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dalam
implementasi HI,dimana urutan tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang
tidak berakhir (selama aktivitas industry berjalan). Ruang lingkup hygiene industry terdiri
dari :

1) Antisipasi

Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja.
Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja. Adapun tujuan
dari anntisipasi adalah :

· Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko
yang nyata

· Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area
dimasuki

· Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau
suatu area dimasuki

Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :

· Pengumpulan Informasi

· Melalui studi literature

· Mempelajari hasil penelitian

· Dokumen-dokumen perusahaan

· Survey lapangan

· Analisis dan diskusi

· Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten

· Pembuatan Hasil

Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko
yangndapat dikelompokkan:

– Berdasarkan lokasi atau unit


– Berdasarkan kelompok pekerja

– Berdasarkan jenis potensi bahaya

– Berdasarkan tahapan proses produksi dll

2) Rekognisi

Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan
lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan
suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita
melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi,
dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .

Adapun tujuan dari rekognisi adalah :

· Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola
pajanan, besaran)

· Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko

· Mengetahui pekerja yang berisiko

3) Evaluasi

Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel dan


analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan
kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar
yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada
atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya ,
serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.

Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :

· Untuk mengetahui tingkat risiko

· Untuk mengetahui pajanan pada pekerja

· Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)

· Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan

· Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja


· Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik

4) Pengontrolan

Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:

1. Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta


menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya
2. Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan
mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah
beberapa
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang
diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
3. Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan
menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari
pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
4. Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor
lingkungan kerja selain pekerja Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang
ditimbulkan.Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang
kurang berbahaya Proses kerja ditempatkan terpisah, Menempatan ventilasi
local/umum.
5. Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja Pengaturan schedule kerja atau
meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya
6. Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian.

Jenis-jenis alat pelindung diri Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ
tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya :

- Mata

Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas,
uap dan radiasi. APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.

-Telinga

Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.

APD: ear plug, ear muff, canal caps.

- Kepala

Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar.
APD: helmet, bump caps.
- Pernapasan

Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).

APD: respirator, breathing apparatus

- Tubuh

Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair,
semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi.

APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.

- Tangan dan Lengan

Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik,
bahan kimia, infeksi kulit. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.

- Kaki

Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia dan
logam cair, aberasi. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.

Potensi bahaya faktor fisika dan factor kimia yang terjadi dalam hygiene industry

Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja(occupational health
hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia.

1. Bahaya Fisik :

Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan panas, getaran,
radiasi .

2. Bahaya Kimia

Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO.

Dapat menimbulkan atau menyebabkan :

. Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi
kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada
alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas,
peradangan dan oedema ( bengkak )

Contoh :
Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts,
amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.

 Racun Sistemik

Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau
sistem tubuh. Contoh :

− Otak : pelarut, lead,mercury, manganese

− Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide

− Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers

− Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons

− Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

Anda mungkin juga menyukai