hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan
cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi.
Sedangkan kemungkinan potensi bahaya sering disebut resiko
2.dalam pererapanya metode HIRADC dan pererapan JSA dilakukan untuk minghindari resiko dari
bahaya yang timbul agar tujusn dantarget nihil kecelakaan kerja tercapai dengan melakukan
identifikasi bahaya, penilaian resiko, melakukan pengendalian resiko.
3.ERP atau Emergency Response Plan adalah suatu perencanaan kesigapan tanggap darurat yang
mencakup pengantisipasian bencana memalui pengorganisasiam serta melalui langkah langkah yang
tepat dan berdaya guna
5. A. Mudah Terbakar
B.Mudah Meledak
C.Beracun
D. Tegangan Tinggi
E. Bahaya Biologi
6. Safety Induction adalah sebuah penjelasan dan pengarahan tentang k# yang berkaitan dengan
potensi bahaya, pengendalian bahaya, alat pelindung diri(APD) yang diwajibkan, tanggap darurat,
dan tata cara penyelamatan pada suatu pertemuan. Safety induction diperuntukan kepada seluruh
karyawan yang berada dalam lingkup kerja
Diperlukan apabila pekerja, baik seluruh atau sebagian tubuh harus memasuki dan melakukan
pekerjaan diruang terbatas atau tertutup, seperti bejana, silo, tangki, bak, lubang galian dengan
kedalaman lebih 1,3 meter atau saluran tertutup lain yang terdapat gas,debu,uap,atau fume
yang berbahaya.
Diperlukan apabila akan melakukan perbaikan pemeliharaan, perbaikan, atau pemeriksaan yang
berhubungan dengan kelistrikan atau instrumen yang berpotensi memiliki resiko bahaya
sengatan listrik.
5. Spesial Permit
Diperlukan apabila akan melaksanakan pekerjaan melibatkan kondisi berbahaya, seperti bekerja
dengan paparan bahan radioaktif, bekerja di ketinggian, penggalian, lockout dan tagout, atau
melaksanakan pekerjaan dengan tingkat potensi bahaya tinggi lainya.
8. Dalam kegiatan inspeksi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), objek-objek yang harus diinspeksi
meliputi:
1. Fasilitas dan peralatan kerja, seperti mesin, peralatan tangan, dan alat pelindung diri.
3. Proses kerja, termasuk prosedur operasional, penggunaan bahan kimia, dan pengelolaan limbah.
4. Kebijakan dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan di tempat kerja.
6. Kondisi keamanan fasilitas, seperti sistem pemadam kebakaran, tangga darurat, dan jalur
evakuasi.
Inspeksi K3 bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, mengevaluasi risiko, dan menetapkan
langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
9. Unsafe Action (Tindakan Tidak Aman) adalah tindakan yang dilakukan oleh individu yang dapat
menyebabkan cedera atau kecelakaan, sementara Unsafe Condition (Kondisi Tidak Aman) adalah
kondisi atau situasi di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan cedera atau kecelakaan.
Contohnya, sebuah Unsafe Action bisa saja berupa tidak menggunakan alat pelindung diri saat
bekerja dengan bahan berbahaya, sedangkan Unsafe Condition mungkin adalah lantai yang licin di
area kerja yang tidak diberi tanda peringatan.
10. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2008, tugas seorang
petugas P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) termasuk:
1. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan atau kejadian darurat di tempat kerja.
2. Menangani korban kecelakaan dengan memberikan penanganan medis sederhana sesuai
dengan keahlian yang dimilikinya.
3. Melakukan tindakan darurat untuk menjaga keadaan korban hingga mendapat penanganan
medis lebih lanjut.
4. Mengawasi dan memastikan ketersediaan fasilitas P3K dan peralatan medis yang diperlukan
di tempat kerja.
5. Melakukan pelaporan dan pencatatan kejadian kecelakaan serta tindakan pertolongan
pertama yang telah dilakukan.
11. Menurut (OSHA) Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team) memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
12. Menurut (OSHA), berikut adalah beberapa Alat Pelindung Diri (APD) lengkap yang diperlukan
untuk pekerjaan di ketinggian:
1. Faktor Fisik: Seperti suhu ekstrim, kebisingan, getaran, dan tekanan fisik yang berlebihan.
2. Faktor Biologis: Misalnya, paparan terhadap mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri,
dan jamur yang dapat menyebabkan penyakit infeksi.
3. Faktor Ergonomi: seperti posisi duduk yang buruk, penggunaan alat kerja yang tidak sesuai,
atau tugas-tugas fisik yang berulang-ulang.
4. Faktor Psikososial: Termasuk stres kerja, tekanan waktu yang tinggi, konflik interpersonal,
dan lingkungan kerja yang tidak mendukung secara emosional.
5. Faktor Lingkungan Kerja: Seperti kondisi sanitasi yang buruk, polusi udara di tempat kerja,
atau paparan asap rokok dari rekan kerja.
6. Faktor Psikologis: ketidakpuasan kerja, dan kurangnya motivasi, yang dapat berkontribusi
terhadap stres dan gangguan mental.
14. Pemeriksaan kesehatan di tempat kerja dapat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan, risiko
kesehatan yang terkait, dan persyaratan regulasi setempat. Penting untuk perusahaan untuk
menyesuaikan program pemeriksaan kesehatan mereka sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
tempat kerja mereka, serta memastikan bahwa pemeriksaan dilakukan oleh tenaga medis yang
berkualifikasi.
Misal:
18. Mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat pekerjaan, mengurangi resiko biaya
pengobatan dan hilangnya waktu kerja. Meningkatkan Perbaikan kinerja K3LL secara
berkesinambungan bagi perusahaan dan kontraktor dengan mengatur program K3LL yang efektif
pada kontrak
19. Incident (Insiden): Secara umum, "incident" mengacu pada kejadian atau situasi yang hampir
menyebabkan atau memiliki potensi untuk menyebabkan cedera, kerusakan,
atau gangguan, tetapi tidak menyebabkan cedera atau kerusakan aktual.
20. Metode fishbone diagram analysis, metode 5 why analysis, metode SCAT