Standar OSHA
Sistem manajemen K3 yang baik tidak hanya melihat salah satu bahaya dan
pengendalian saja, tapi membuat sebuah sistem atau prosedur yang tepat
yang memungkinkan semua bahaya dan risiko di tempat kerja teridentifikasi
dan pengendaliannya dilaksanakan secara berkelanjutan.
Berikut langkah-langkah identifikasi bahaya dan penilaian risiko berdasarkan
standar OSHA, di antaranya:
1. Kumpulkan semua informasi mengenai bahaya yang ada di tempat
kerja
Kumpulkan, atur, dan tinjau segala informasi tentang bahaya di tempat
kerja untuk menentukan potensi bahaya yang mungkin ada atau
kemungkinan pekerja terpapar atau berpotensi terpapar bahaya tersebut.
Informasi terkait bahaya yang tersedia di tempat kerja biasanya meliputi:
Panduan manual pengoperasian mesin dan peralatan
Material Safety Data Sheet (MSDS) yang disediakan oleh produsen
bahan kimia
Laporan inspeksi langsung di lapangan dan laporan inspeksi dari
lembaga pemerintah atau tim audit
Catatan kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebelumnya, serta
laporan investigasi kecelakaan kerja
Catatan dan laporan kompensasi pekerja yang mengalami kecelakaan
atau terkena penyakit akibat kerja
Pola kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang sering terjadi
Hasil pemantauan terkait paparan, penilaian kebersihan industri
(industrial hygiene), dan rekam medis pekerja
Program K3 yang ada mencakup lockout/tagout, ruang terbatas,
proses manajemen keselamatan, alat pelindung diri (APD) dll.
Saran dan masukan dari pekerja, termasuk survei atau notulen pada
pertemuan komite K3
Hasil analisis Job Hazard Analysis (JHA), juga dikenal sebagai Job
Safety Analysis (JSA).
2. Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi
bahaya yang ada di tempat kerja
Kemungkinan besar bahaya akan muncul seiring dengan adanya perubahan
area/proses kerja, mesin atau peralatan tidak memadai, pengabaian
tindakan pemeliharaan/perbaikan, atau tata graha yang tidak terlaksana
dengan baik.
Meluangkan waktu untuk memeriksa area kerja secara langsung dan berkala
dapat membantu Anda mengidentifikasi adanya bahaya baru atau bahaya
yang timbul berulang kali, untuk segera dilakukan pengendalian sebelum
terjadi kecelakaan kerja.
Catatan:
Banyak bahaya yang dapat diidentifikasi menggunakan metode sederhana.
Pekerja dapat menjadi sumber informasi utama dan sangat berguna dalam
identifikasi bahaya, terutama jika mereka dilatih tentang cara
mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko.
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan
atau gangguan lainnya.
4. Lakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi
Insiden di tempat kerja ─ termasuk kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja, near-misses dan laporan tentang bahaya lainnya ─ memberikan
indikasi yang jelas tentang di mana bahaya berada.
Dengan menyelidiki insiden dan membuat laporan secara menyeluruh, Anda
akan dengan mudah mengidentifikasi bahaya yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan sesuatu yang fatal di masa mendatang. Tujuan investigasi
adalah untuk menemukan akar penyebab insiden atau faktor-faktor yang
memengaruhi bahaya, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Demikian pula, investigasi kecelakaan yang baik bukan mencari siapa yang
salah dalam insiden, tetapi bagaimana memperbaiki kesalahan tersebut agar
kejadian serupa tidak terulang kembali.
Catatan:
Sesuai regulasi PERMENAKER No. PER.03/MEN/1998 tentang tata cara
pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, laporan kecelakaan kerja dari
pimpinan unit perusahaan selanjutnya disampaikan kepada Departemen
Tenaga Kerja setempat dalam waktu 2x24 jam. Dapat disampaikan secara
lisan sebelum dilaporkan secara tertulis.
5. Lakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan situasi darurat
dan aktivitas non-rutin
Perlu Anda pahami, keadaan darurat dapat menghadirkan bahaya yang bisa
menimbulkan risiko serius bagi pekerja. Aktivitas non-rutin, seperti inspeksi,
pemeliharaan, atau perbaikan juga dapat menghadirkan potensi bahaya.
Rencana dan prosedur perlu dikembangkan untuk merespons secara tepat
dan aman terhadap bahaya yang dapat diduga terkait dengan keadaan
darurat dan aktivitas non-rutin.
6. Kelompokkan sifat bahaya yang teridentifikasi, tentukan langkah-
langkah pengendalian sementara, dan tentukan prioritas bahaya
yang perlu pengendalian secara permanen
Langkah berikutnya adalah menilai dan memahami bahaya yang
teridentifikasi dan jenis-jenis kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang
dapat timbul akibat bahaya tersebut. Informasi ini dapat digunakan untuk
mengembangkan tindakan pengendalian sementara dan menentukan
prioritas bahaya mana saja yang butuh tindakan pengendalian permanen.
Catatan:
"Risiko" adalah akibat atau konsekuensi dari bahaya dan paparan. Dengan
demikian risiko dapat dikurangi dengan mengendalikan atau menghilangkan
bahaya atau dengan mengurangi paparan yang mengenai pekerja. Penilaian
risiko membantu pengurus memahami bahaya yang ada di tempat kerja
mereka dan memprioritaskan bahaya untuk segera dilakukan pengendalian
secara permanen.