Anda di halaman 1dari 60

IDENTIFIKASI BAHAYA

DALAM PENGENDALIAN
PENCEMARAN
UDARA DARI EMISI

1
KOMPETENSI
1. Ketelitian dalam
mengidentifikasi lokasi dan
jenis bahaya di area
pengendalian pencemaran
udara dari emisi
2. Ketelitian dalam
mengidentifikasi bahan
atau barang yang terdapat
di area pengendalian
pencemaran udara dari
emisi yang berpotensi
menimbulkan bahaya
3. Kecermatan dalam
mengidentifikasi tahapan
operasional peralatan
pengendali pencemaran
udara dari emisi
2
ISTILAH DAN DEFINISI

• Resiko yang dapat diterima : resiko yang telah ditekan sampai pada
tingkat yang dapat diterima sesuai dengan persyaratan hukum dan
kebijakan organisasi
• Audit : suatu proses sistematis, independen dan terdokumentasi
untuk mendapatkan “bukti audit” dan evaluasi obyektivitasnya untuk
menetapkan sejauhmana “kriteria audit” terpenuhi .
• Bahaya : Keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan
kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, kerusakan
lingkungan, atau kombinasi seluruhnya
• Gangguan Kesehatan Kerja : Kondisi yang dapat merusak fisik atau
mental yang timbul dari dan/atau dapat memburuk oleh aktivitas
kerja dan /atau situasi yang berhubungan dengan pekerjaan.

3
ISTILAH DAN DEFINISI
• Insiden : Kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang
menimbulkan atau dapat menimbulkan cedera, penyakit kerja
(tanpa memandang keparahannya) atau kematian.
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Kondisi atau faktor yang
mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pekerja atau pekerja lain (termasuk pekerja
sementara dan kontraktor)
• Obyektif K3 : Obyektif K3 dalam pengertian kinerja K3, yang
ditetapkan sendiri oleh organisasi untuk dicapai
• Obyektif sedapat mungkin harus kuantitatif
• Klausul 4.3.3. mensyaratkan obyektif K3 harus konsisten dengan
kebijakan K3
• Kinerja K3 : hasil terukur dari pengelolaan risiko K3 oleh
organisasi.
4
ISTILAH DAN DEFINISI
• Tindakan Pencegahan : Tindakan untuk menghilangkan penyebab
potensi ketidaksesuaian atau situasi potensial yang tidak diinginkan
lainnya
• Tindakan pencegahan diambil untuk mencegah kejadian
sedangkan tindakan koreksi diambil untuk mencegah terulang
kembali
• Risiko : kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya
atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.
• Tempat Kerja : setiap lokasi fisik dimana kegiatan berkaitan dengan
kerja dilakukan dibawah pengawasan organisasi
• Organisasi dapat memasukkan dalam pertimbangan efek K3
terhadap individu yang melakukan perjalanan atau berpindah
(mengemudi kendaraan, penerbang, pelaut, dll), bekerja pada
lingk. pelanggan atau bekerja di rumah.
5 5
Manajemen K3 vs Manajemen Resiko

✓ Sumber bahaya mengandung risiko yang dapat menimbulkan


insiden terhadap manusia, lingkungan, properti
✓ Organisasi harus menetapkan prosedur tentang HIRARC
(Hazard Identification, Risk Assessment & Risk Control) →
Risk Management

32 6
PENGENDALIAN BAHAYA POTENSIAL ( HAZARDS )

1. Kenali

2. Evaluasi

3. Rencanakan

4. Laksanakan

5. Monitor
7
Teknik Identifikasi Bahaya

✓PASIF
▪ Mengalami secara langsung
▪ Terlambat → kecelakaan terjadi baru melakukan pencegahan
▪ Tidak banyak bahaya terdeteksi
✓ SEMIPROAKTIF
▪ Dari pengalaman orang lain.
▪ Tidak semua bahaya bisa diketahui
▪ Tidak semua kejadian diinformasikan
▪ Sudah menimbulkan kerugian
✓ PROAKTIF
▪ Bersifat preventif → dikendalikan sebelum terjadi kecelakaan
▪ Bersifat continuous improvement
▪ Meningkatkan awareness pekerja setelah mengenali bahaya
▪ Mencegah pemborosan 8
1. KENALI SEMUA PELUANG KERUGIAN

Contoh peluang

- Housekeeping yang kurang baik/ semrawut.


- Perilaku karyawan (sub standard act or communication).
- Penataan material sembarangan.
- Peraturan-peraturan :
• Usang
• Aliran kerja yang tidak efisien.
• Sistim pelaporan yang tidak efektif dan aman.
- Pembelian yang tidak sesuai dengan spesifikasi
9
Cara mengenali hazards

- Melakukan inspeksi rutin / mendadak di tempat kerja

- Mempersiapkan/ membuat Operguide, JSA, JHA,


Safety Audits, HAZOP and HAZAN studies
- Cek standar-standar atau UU tentang
pekerjaan itu,
etc. Juga mencek peraturan-peratutan yang
relevan .
- Menganalisa data kecelakaan.
10
- Melakukan P.M. ( Preventative Maintenance checks )
- Melakukan pengecekan sebelum menjalankan mesin
atau peralatan bermotor.
- Melakukan penilaian risiko.
- Melibatkan karyawan secara aktif dan konstruktif dalam
mengenali seluruh potensi bahaya yang ada di sekitar
tempat kerja.

11
12
13
SUMBER BAHAYA UTAMA POTENSIAL

I. PEOPLE/PROCESS…………………....(P)

II. EQUIPMENT…………………………….(E)

III. MATERIAL………………………………(M)

IV. ENVIRONMENT………………………...(E)

14
I. BAHAYA FISIK POTENSIAL
Setiap benda atau proses yang secara langsung atau per-lahan bisa
mencederai fisik orang ataupun bagiannya.

Bising / suara di atas NAB Vibrasi / getaran

Alat / mesin tanpa pelindung Permukaan yg licin

Benda-2 / obyek penghalang Permukaan panas/dingin

Penerangan tidak memadai Radiasi ionisasi

15
Suara di atas NAB

Sumbernya :
ACGIH :
- Kompressor,
85 dBA -----> 8 hrs
- Mesin-mesin,
90 dBA -----> 4 hrs
- Helikopter,
95 dBA -----> 2 hrs
- Fogging machine.
etc
- Mesin gergaji kayu.

PPE :
- Ear muff
- Ear plug ( corded/ Safety equipment/ tool :
uncorded ) - Noise meter
- Decibel meter.

16
 Peralatan tak berpagar
( pipa panas, dsb )

 Penerangan kurang

17
Identifikasi Bahaya Dalam Pengendalian
Pencemaran Udara
1. Identifikasi potensi bahaya di area kerja
a. Identifikasi lokasi dan jenis bahaya di area sumber emisi
b. Identifikasi bahan atau barang yang terdapat
diarea sumber emisi berpotensi menimbulkan bahaya
c. Identifikasi bahaya pada setiap tahapan Operasional Alat
pengendali pencemaran udara
d. Identifikasi penanganan kecelakan kerja di area
e. Alat pelindung diri (APD) yang harus digunakan

2. Identifikasi potensi bahaya yang terjadi pada proses


pengendalian pencemaran udara dari sumber emisi
pada kondisi tidak normal
a. Inventarisasi proses kegiatan pengendalian pencemaran udaraa dalam
kondisi tidak normal
b. Menentukan tingkat bahaya akibat proses pengendalian pencemaran
udara dalam kondisi tidak normal

18
Identifikasi Bahaya

• Identifikasi potensi bahaya yang terjadi dalam


Pengendalian Pencemaran Udara Akibat
kerusakan alat
• Inventarisasi data log book peralatan
• Inventarisasi data formulir perawatan dan perbaikan
peralatan
• Menentukan tingkat kerusakan peralatan
• Menentukan tingkat bahaya akibat kerusakan peralatan
• Melaporkan hasil identifikasi bahaya
• Penyusunan hasil penentuan identifikasi bahaya dalam PPU
• Melaporkan hasil identifikasi bahaya dalam PPU
19
Identifikasi Bahaya

• Tools untuk manajemen risiko diantaranya


adalah penyusunan Job Safety Analysis (JSA)
atau Hazard Identification, Risk Assesment
and Risk Control (HIRARC)

• JSA disusun oleh pelaksana pekerjaan dan


disetujui oleh kepala/manajer K3L perusahaan
tempat pekerjaan dilakukan (Owner)

20
Contoh JSA

21
22
Informasi tentang pekerjaan:
• Pelaksana Pekerjaan (PT XYZ, nama personil, jabatan,
daftar anggota tim, penanggung jawab) → dapat berupa
kontraktor, unit pelaksana pekerjaan, dll
• Nama Pekerjaan
• Waktu Penyusunan JSA

23
Informasi Tentang Pekerjaan

24
Kolom Otorisasi JSA:
Diisi oleh pemilik Pekerjaan
(Project owner)
• Di review oleh : ……..
(mis. Officer Dept. HSE )
• Disetujui oleh : ………
(mis. Manajer HSE/GM, dll)

25
Kolom Tahapan Pekerjaan:
Berisi tahapan pekerjaan yang dilakukan, misalnya:
1. Menuju lokasi pekerjaan
2. Mempersiapkan peralatan pekerjaan
3. Dst..

26
Identifikasi Bahaya

Kolom Bahaya (Hazard):


Berisi potensi bahaya pada pekerjaan yang
dilakukan, sesuai tahapan pekerjaan yang
dilakukan (pada kolom sebelumnya)

27
Identifikasi Bahaya

28
Identifikasi Akibat

Kolom Akibat (Consequence)


Berisi akibat yang dapat terjadi, sesuai bahaya
yang teridentifikasi (pada kolom sebelumnya)

29
Identifikasi Akibat

30
Identifikasi Risiko Awal (Initial Risk)

Kolom Initial Risk (risiko awal), yaitu


tingkat risiko sebelum diberikan tindakan-
tindakan untuk mengurangi tingkat risiko

31
Identifikasi Risiko Awal (Initial Risk)

• “PR” adalah probability atau besarnya


kemungkinan terjadinya risiko
• “SV” adalah severity atau tingkat keparahan yang
terjadi akibat risiko
• “RR” adalah risk ranking, hasil perkalian antara
nilai PR dan SV 32
Identifikasi Risiko Awal
(Initial Risk)

33
Identifikasi Risiko Awal
(Initial Risk)

1. Tahap pekerjaan 1 : Tingkat risiko awal adalah 9


2. Tahap pekerjaan 2 : Tingkat risiko awal adalah 6 34
Tindakan Pengendalian

Kolom ini berisi tindakan yang harus dilakukan


untuk meminimalisir tingkat probability (PR)
dan tingkat keparahan (SV)

35
Tindakan Pengendalian

36
Penanggung Jawab

37
Risiko Tersisa

Kolom ini berisi perkiraan risiko yang tersisa setelah


dilakukan tindakan pengendalian dan diawasi
pelaksanaannya. Contoh:
1.Residual Risk tahap pekerjaan 1 tersisa 6, dari
initial risk 9
2.Residual Risk tahap pekerjaan 2 tersisa 3, dari
initial risk 6

38
ALARP ("As Low As
Reasonably Practicable“)

• ALARP merupakan evaluasi risiko,


adalah penilaian terhadap satu
resiko apakah masih dapat diterima
berdasarkan standar yang
digunakan atau juga didasarkan
kemampuan perusahaan dalam
menghadapi resiko tersebut
• Pada contoh di atas misalnya pada
risiko 3, maka resiko dapat diterima
sehingga kegiatan dapat dilanjutkan
(masuk ke dalam kategori ALARP) 39
APA
YANG HARUS ANDA
PERBUAT TERHADAP
HAZARDS

?
40
Hirarki Pengendalian Risiko K3

1
Eliminasi
2
Substitusi
3
Rekayasa Teknik
4
Administratif
5
APD

41
a. MENIADAKAN BAHAYA POTENSIAL

Tindakan pertama yang merupakan PRIORITAS I.

Dengan menghilangkan hazards, maka 99% ke-mungkinan


celaka (oleh potensi bahaya tersebut) sudah hilang.

Misalnya :
- Menanam/ mengubur pecahan kaca.
- Menumpulkan/ meratakan tonjolan yang tajam.
- Mengencerkan minyak hingga tidak bisa menyala.
42
b. SUBSTITUSI ( MENGURANGI TINGKAT BAHAYA )

Merupakan pilihan kedua

Dengan substitusi, maka level bahaya diturunkan.

Misalnya :
- Mengganti alat berbahan bakar bensin dengan solar.

- Mengganti gelas stiroform dengan plastik tahan panas.


- Mengganti gasket asbes dengan bahan yang lebih aman.
43
c. ENGINEERING CONTROL

Merupakan prioritas ke-tiga


Dengan pengontrolan teknis maka kemungkinan
terjadinya kecelakaan akibat keteledoran/ kelemahan
teknologi bisa dicegah.

Misalnya :
- Memasang barikade, pita kuning-hitam, dsb.
- Menurunkan posisi orifice hingga pekerja tidak perlu
memanjat. Atau membuat anjungan mini untuk orifice.
- Isolasi enersi, pemasangan enclosure, dsb. 44
d. ADMINISTRATIVE CONTROL

Merupakan prioritas ke-empat


Dengan pengontrolan administrasi maka kemungkinan
terjadinya kecelakaan akibat keteledoran administrasi/
urutan kerja bisa dicegah.
Misalnya :
- Mencatat langkah-2 kerja yang akan dilakukan.
- Mencatat orang MASUK/ KELUAR dalam ENTRY JOB.
- SOP, Ijin kerja, JSA, pengaturan kerja shift, dsb .
- PM mesin, generator, kompressor, dsb.

45
e. PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT

Merupakan prioritas ke-lima atau terakhir.


Meskipun merupakan prirotas terakhir, namun untuk
melindungi diri dari akibat kecelakaan karena faktor manusia (
kecerobohan sendiri atau orang lain ), maka
APD atau PPE tetap sebagai sesuatu yang MUTLAK harus
dikenakan.

46
Mitigasi
Risiko
• Mitigasi risiko yang paling dasar adalah penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD)

• Penggunaan APD diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri

• “Alat Pelindung Diri, selanjutnya disingkat APD, adalah suatu alat


yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja”

47
Alat Pelindung Diri (APD)

1. Safety Helmet/Hard Hat


2. Goggle (Kacamata Pelindung)
3. Ear Plug (Penutup telinga)
4. Masker/respirator
5. Wearpack/Coverall
6. Safety glove (sarung tangan)
7. Safety Shoes
8. Safety harness
48
Alat Pelindung Diri (APD)

• Safety Helmet/Hard Hat


Safety helmet dapat digunakan untuk
mengurangi dampak bahaya dari arah
atas dan samping
Berbahan HDPE (high density
polyethylene)
Standar ANSI/ISEA Z89.1-2014
dan
49
Alat Pelindung Diri (APD)

Safety Goggle (Kacamata Pelindung)


berfungsi untuk melindungi mata dari masuknya debu atau
partikel- partikel, asap, uap, cairan dan kabut yang dapat
menyebabkan iritasi mata atau risiko-risiko yang dapat terjadi
pada mata.

50
Alat Pelindung Diri (APD)

Ear Plug (Penutup telinga)

Berfungsi untuk mengurangi tingkat kebisingan suara


yang terdengar lewat telinga

51
Alat Pelindung Diri
(APD)
Masker/Respirator
untuk melindungi terhirupnya sesuatu yang dapat
membahayakan kesehatan, misalnya menghirup
debu, asap, uap, gas berbahaya dan partikel
berbahaya lainnya yang mungkin ditemukan di
lingkungan kerja

52
Alat Pelindung Diri (APD)
Wearpack/coverall
• Adalah baju kerja untuk melindungi
tubuh dari hal yang dapat
membahayakan atau
mengakibatkan kecelakaan saat
bekerja
• Berfungsi juga sebagai identitas
• Berpola satupotong/terusan untuk
menghindari penggunaan logam
• Memiliki strip berbahan reflective
dan terbuat bahan tahan api

53
Alat Pelindung Diri (APD)
Safety glove (sarung tangan)
▪ Alat pelindung tangan ketika
bekerja di tempat atau kondisi
yang bisa mengakibatkan
cedera tangan: bahan – bahan
kimia berbahaya, benda panas,
dingin, tajam, atau kasar.
▪ Dapat terbuat dari kulit sintetis,
karet, plastik, atau katun sesaui
peruntukan.

54
Alat Pelindung Diri (APD)
Safety Shoes
▪ Tujuan keselamatan pada bagian
kaki.
▪ Mengurangi risiko cedea kaki/jari
kaki dari bahaya tertimpa,
terjatuh, tersandung, terpeleset
▪ Terdapat plat besi/baja pada ujung
punggung sepatu untuk
melindungi jari kaki
▪ Sol sepatu berbahan anti slip
untuk menghindari terpeleset 55
Alat Pelindung Diri (APD)

Safety Harness
▪ digunakan di segala situasi di mana
pekerja bekerja pada ketinggian,
dimana ada kemungkinan untuk jatuh
dari ketinggian lebih dari dua (1.8 m)
meter atau di segala situasi di mana
prosedur kerja menyatakan bahwa
harness harus digunakan
▪ mengurangi risiko terjatuh dari
tempat
berketinggian
▪ Tiga macam harness duduk (dipakai di
kedua pangkal paha), chest harness 56
Pelaporan

▪ Prosedur Pelaporan Insiden berlaku untuk pelaporan dan


investigasi insiden/kecelakaan yang mengakibatkan cedera
karena pekerjaan, sakit, kerusakan pada aset perusahaan,
dan situasi yang potensial mengakibatkan kerugian.
▪ Bertujuan untuk:
– Mendapatkan kronologi kecelakaan yang benar
– Menentukan akar penyebab kejadian kecelakaan kerja
– Menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan dan
tindakan
koreksi yang tepat dapat diambil.
▪ Prosedur dibuat agar investigasi insiden dilakukan secara
sistematis dan dapat menjadi masukan yang berguna bagi
perbaikan sistem. 57
Incident & Accident Report

58
Incident & Accident Report

59
TERIMAKASIH

60

Anda mungkin juga menyukai