Unit Kompetensi - 04
Melaksanakan Pengendalian
Pencemaran Udara dari Emisi
1
Melaksanakan
Pengendalian
Pencemaran Udara
dari Emisi
2
Dampak Pencemaran Udara
Mempercepat reaksi kimia, kurangi Kerusakan akut & kronis daun, Karsinogenik, memperlambat
pandangan, korosi metal, kerusakan menyerang sistem pernapasan bagian pertumbuhan pohon, pertumbuhan daun
bangunan, menambah parah sakit atas, korosi metal, merusak bangunan. abnormal
pernapasan
partikulat Hidro karbon
Sulfur oksida
Non CH4
Ambien latar : 0,1 ppb Ambien latar : 0-1 m g/m3
Waktu tinggal : 1-4 hari Waktu tinggal : jam-beberapa hari
manusia
outdoor tumbuhan
f(kuantitas, waktu) udara hewan
Harta benda
Ambien latar : 0,04-0,06 ppm Ambien latar : 0,1 ppb
indoor
Waktu tinggal : beberapa bulan Waktu tinggal : 2-5 hari
Kenyamanan hidup
Karbon Monooksida Nitorgen Oksida
oksidant Peroxyacetyl Nitrate
Sakit kepala, pusing, Kerusakan daun, iritasi mata dan
terabsorbsi dalam darah hidung, korosi metal, pertumbuhan Merubah warna daun
mengurangi penyerapan tidak normal pada tumbuh-tumbuhan. bagian bawah, iritasi mata,
oksigen, merusak proses- ozon hidung dan tenggorokan,
proses dalam otak Merubah warna daun bagian atas, merusak tekstil, gangguan fungsi
mempercepat pecahnya karet, iritasi mata, hidung dan pernapasan
tenggorokan.
Definisi Pengendalian Pencemaran Udara (PPU)
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta
pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber
pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak serta penanggulangan keadaan
darurat
INPUT
• Bahan baku PRODUK
• Bahan penolong PROSES •Produk Utama
• Energi •Produk samping
• Air
Sulfur dioksida (SO2) Pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik baja/logam.
Partikel debu melayang di udara Pabrik gas, pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik semen,
(TSP, PM 10, PM 2,5) tempat pembakaran sampah, pabrik keramik, pabrik peleburan
logam.
Hidrokarbon (HC) kilang minyak.
Nitrogen Oksida (NOx) Pabrik pengolahan asam nitrat, pabrik baja/logam, pabrik pupuk.
Karbon dioksida (CO2) Sisa-sisa pembakaran dari industri
Amoniak (NH3) Pabrik pembuatan amoniak dan pengubahan amoniak (pabrik
pupuk)
Klorine dan Hidrogen klorida Pabrik clorine, pabrik aluminium, pengolahan kembali logam.
Merkaptan Kilang minyak, pabrik pembuatan bubur kertas
Hidrogen Sulfida (H2S) Pembangkit tenaga listrik, pengecoran logam, vulkanisir/tambal ban
dan kegiatan pembakaran batu bara, Rayon
CS2 Rayon
Pengendalian Pencemaran Udara dari
Sumber
Pengolahan
Flue Gas Pengolahan Gas Clean Air
Partikulat
Sumber: https://jeremiasinc.com/
KEBIJAKSANAAN INDUSTRI DALAM PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA
Mengganti/hila
Penghapusan ngin proses
pengoperasian secara potensial
keseluruhan/sebagian menimbulkan
pencemaran
Menambah satu
Modifikasi pabrik
atau lebih proses
Sumber tidak langkah
• Alokasi daerah akan tercemar
bergerak • Pembatasan tingkat tercemar
Relokasi • Membuat peraturan tentang
izin konstruksi baru yang akan
pabrik
dijalankan
• Mengisolasi daerah sekitar
sumber agar
Penerapan tidak dihuni
teknologi
pengendalian Cyclone, EP,
yang tepat Scrubber dll 14
PPU untuk Industri Out put
Udara
Ambien
Input
(Raw
material)
Proses
▪ End-of-Pipe control
− Alat pengendalian partikulat
− Alat pengendalian gas
Source: Kim Oanh, 2006
Permasalahan umum yang sering ditemukan
dalam upaya Pengendalian Pencemaran Udara
• Memasang Alat Ukur Pemantau Yang Meliputi Kadar Dan Laju Alir Volume
Untuk Setiap Cerobong Emisi Yang Tersedia Serta Alat Ukur Arah Dan
Kecepatan Angin ( Bagi Industri Wajib Pasang CEMS)
• Melakukan Pengujian Emisi Setelah Kondisi Proses Stabil ( Untuk Ketel Uap).
25
PENILAIAN KETAATAN PPU
laporan pemenuhan ketentuan dalam Persetujuan Lingkungan;
laporan pemenuhan ketentuan dalam baku mutu Emisi dan baku mutu gangguan;
26
ASPEK KETAATAN PPU
Ketaatan terhadap
04 jumlah data yang 05 Ketaatan terhadap 06 Ketaatan terhadap
ketentuan teknis
dilaporkan baku mutu
27
KOMPETENSIPERSONIL
MERAH BIRU
28
0
2
29
PEMANTAUAN MANUAL
MERAH BIRU
31
KEWAJIBAN PEMANTAUAN CEMS
a. Industri Minyak dan Gas
b. Industri Rayon
c. Industri Pupuk dan Amonium Nitrat
d. Industri Pulp dan Paper
e. Industri Besi dan Baja
f. Industri Tambang
g. Industri Semen
h. Pembangkit dan Proses Penunjang
i. Industri Carbon Black
j. Industri Daur Ulang Baterai Lithium
k. Proses Penunjang Produksi
l. Pengolahan Sampah secara Termal
32
• kewajiban pemantauan sumber Emisi dan/atau titik penaatan yang
CATATAN wajib dipantau mengacu kepada Persetujuan Lingkungan/izin
CATATAN • tungku bakar sawit merupakan sumber Emisi yang wajib dipantau;
KRITERIA
• sumber Emisi tidak wajib dipantau, meliputi:
✓ Internal combustion engine (genset, transfer pump engine):
a) kapasitas < 100 HP (76,5 KVA);
b) beroperasi < 1000 Jam per tahun;
c) yang digunakan untuk kepentingan darurat, kegiatan perbaikan,
kegiatan pemeliharaan < 200 jam per tahun;
d) yang digunakan untuk penggerak derek dan peralatan las; atau
e) berfungsi sebagai cadangan wajib dilakukan pengukuran Emisi
bagi genset atau pembakaran dalam dengan kapasitas dan
spesifikasi sesuai dengan baku mutu Emisi; dan
✓ laboratorium (antara lain exhaust laboratorium fire assay,
laboratorium pengujian bahan baku dan produk);
• kewajiban pemantauan sumber Emisi menggunakan perhitungan neraca
massa wajib bagi Industri pengolahan nikel matte;
34
0
3
KETAATAN
TERHADAP
PARAMETER
35
PEMANTAUAN MANUAL
MERAH BIRU
36
PEMANTAUAN CEMS
MERAH BIRU
37
1. Kewajiban pemantauan parameter di sumber Emisi mengacu
kepada:
a. peraturan perundang-undangan di bidang baku mutu Emisi
spesifik; dan/atau
b. izin pemanfaatan atau pengolahan Limbah B3 bagi Industri
yang melakukan kegiatan pemanfaatan atau pengolahan
Limbah B3.
2. Jika Industri belum mempunyai baku mutu spesifik, kewajiban
CATATAN
KRITERIA
pemantauan parameter di sumber Emisi mengacu kepada:
a. Persetujuan Lingkungan (Amdal atau UKL-UPL); atau
b. Lampiran V-B Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak,
dalam hal dokumen Amdal atau UKL-UPL tidak mencantumkan
baku mutu.
3. Bagi Industri sebagaimana dimaksud pada angka 2, yang telah
memiliki kajian Emisi sumber tidak bergerak yang dilakukan oleh
pihak eksternal yang kompeten, kewajiban pemantauan parameter di
sumber Emisi mengacu kepada kajian tersebut dengan melampirkan
hasil kajian ke dalam pelaporan Emisi melalui SIMPEL.
38
4. Khusus sumber emisi genset bagi industri yang belum
memiliki baku mutu spesifik, mengacu kepada lampiran
I.A Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13
tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
CATATAN
Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan
Gas Bumi.
KRITERIA
5. Khusus Industri rayon parameter yang wajib dipantau harus
mencakup Karbon Disulfida (CS2) dan Hidrogen Sulfida
(H2S) di titik penaatan kualitas udara ambien.
39
7. Kewajiban pemantauan parameter untuk Industri agro, meliputi:
a. sumber Emisi dryer dan kamar asap pada Industri karet dengan ketentuan:
CATATAN
1. untuk pembakaran langsung parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida
(SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Partikulat, dan Amonia (NH3); dan
KRITERIA
2. untuk pembakaran tidak langsung parameter yang diukur meliputi partikulat
dan Amonia (NH3);
b. sumber Emisi dryer pada Industri selain Industri karet dengan ketentuan:
1. untuk pembakaran langsung parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida
(SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Partikulat; dan
2. untuk pembakaran tidak langsung parameter yang diukur hanya partikulat;
c. kamar asap pada pengolahan ikan, parameter yang diukur meliputi Sulfur
Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Partikulat; dan
d. tungku bakar sawit, parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida (SO2),
Nitrogen Dioksida (NO2), dan Partikulat, Hidrogen Klorida (HCL), Gas Klorin
(Cl2), Ammonia (NH3), Hidrogen Fluorida (HF), Hidrogen Sulfida (H2S),
dengan nilai baku mutu Emisi sesuai dengan Lampiran V-B Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
40
0
4
41
PEMANTAUAN MANUAL
MERAH BIRU
a. Tidak melaporkan data pemantauan a. Melaporkan data pemantauan untuk
untuk setiap parameter pada setiap setiap parameter pada setiap sumber
sumber Emisi dan/atau titik penaatan
Emisi dan/atau titik penaatan sesuai
sesuai dengan ketentuan yang
diwajibkan dalam izin dan/atau dengan ketentuan dalam izin dan/atau
peraturan perundang-undangan (100%); peraturan perundang-undangan
b. Tidak melaporkan data perhitungan (100%);
beban Emisi sesuai dengan ketentuan b. Melaporkan data perhitungan beban
dalam izin dan/atau peraturan Emisi sesuai dengan ketentuan dalam
perundang-undangan secara periodik izin dan/atau peraturan perundang-
(100%). undangan secara periodik (100%).
42
PEMANTAUAN CEMS
MERAH • BIRU
a) Tidak melaporkan data pemantauan a) Melaporkan data pemantauan CEMS
CEMS untuk setiap parameter pada untuk setiap parameter pada setiap
setiap sumber Emisi sesuai dengan
ketentuan yang diwajibkan dalam sumber Emisi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan secara yang diwajibkan dalam peraturan
periodik (100%); perundang-undangan secara periodik
b) Tidak melaporkan data perhitungan (100%);
beban Emisi melalui CEMS sesuai
dengan ketentutan yang diwajibkan b) Melaporkan data perhitungan beban
dalam peraturan perundang-undangan Emisi melalui CEMS sesuai dengan
secara periodik (100%). ketentutan yang diwajibkan dalam
peraturan perundang-undangan secara
periodik (100%).
43
1. Kewajiban pelaporan secara periodik dilakukan selama periode
penilaian Proper.
2. Kewajiban pelaporan data pemantauan secara manual tiap
parameter di setiap sumber Emisi paling sedikit dilakukan 1 (satu) CATATAN
KRITERIA
kali dalam 6 (enam) bulan, kecuali untuk:
a. sumber Emisi proses pembakaran dengan:
1. kapasitas desain ≤ 570 KW pelaporan data pemantauan
dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun
(100%);
2. kapasitas desain 570 KW < n < 3 MW pelaporan data
pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun (100%);
b. sumber Emisi yang memiliki izin pemanfaaatan dan/atau
pengolahan pelaporan data pemantauan dilakukan mengikuti
ketentuan izin;
c.sumber Emisi unit ketel uap yang beroperasi < 6 bulan pelaporan
data pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun (100%);
44
3. Kewajiban pelaporan data pemantauan melalui perhitungan neraca
massa tiap parameter yang wajib dilaporkan secara periodik paling
sedikit dilakukan 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan;
CATATAN
secara periodik dilakukan dengan ketentuan tersedia pelaporan
data pemantauan harian setiap 3 (tiga) bulan dengan validitas data
harian berupa data harian yang diperoleh paling sedikit 75% dari
KRITERIA
hasil pembacaan rata-rata tiap jam atau 18 jam data pengukuran
tiap hari;
KETAATAN
TERHADAPBAKU
MUTU
46
PEMANTAUAN MANUAL
MERAH BIRU
47
PEMANTAUANCEMS
MERAH BIRU
48
• Kewajiban pemenuhan baku mutu
bagi pemantauan dengan
menggunakan perhitungan neraca
massa dinyatakan taat apabila hasil
CATATAN perhitungan dilakukan sesuai
dengan:
KRITERIA a) pilihan metodologi
penghitungan beban Emisi;
dan
b) petunjuk teknis operasional
yang disusun dan
disampaikan oleh Usaha
dan/atau Kegiatan (khusus
Industri nikel matte). 49
0
6
KETAATAN
TERHADAP
KE TENTUANTEKNSI
50
BIRU
CATATAN
1. Memenuhi ketentuan teknis cerobong Emisi;
2. Menggunakan jasa laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk
oleh gubernur;
KRITERIA
3. Menggunakan metode pengujian SNI atau metode pengujian lain yang
digunakan secara internasional;
4. Bagi sumber Emisi yang baku mutunya terdapat koreksi oksigen, hasil
pengukuran Emisi wajib terkoreksi dengan oksigen;
5. Semua sumber Emisi non fugitive harus dibuang melalui cerobong;
6. Melakukan perhitungan gas rumah kaca yang dihasilkan bagi Industri
sesuai denganketentuan yang diwajibkan dalam peraturan yang berlaku;
7. Melakukan pencatatan penggunaan genset (jam/bulan) yang berfungsi
sebagai cadangan (back up);
8. Melakukan pencatatan penggunaan boiler (jam/bulan) yang berfungsi
sebagai cadangan (back up);
51
BIRU
Memenuhi ketentuan teknis pengendalian pencemaran udara:
1. Memiliki shelter (ruang analyzer);
2. Memiliki gas analyzer;
3. Jalur dan pipa tidak bocor;
CATATAN
4. Instalasi perpipaan sesuai standar;
5. Memiliki buku panduan CEMS;
6. Memiliki atau melakukan sertifikasi peralatan CEMS dengan pemenuhan
KRITERIA
standar internasional yaitu Quality Assurance Level 1(QAL 1);
7. Memiliki sertifikasi kalibrasi peralatan CEMS oleh eksternal yang
berkompeten setiap 2 (dua) tahun sekali ;
8. Memiliki sistem jaminan mutu (Quality Assurance) dan Pengendalian Mutu
(Quality Control);
9. Lokasi pemasangan CEMS memenuhi ketentuan teknis 8 kali diameter
cerobong dari aliran bawah dan 2 kali diameter cerobong dari aliran atas ;
10. Data hasil pengukuran CEMS telah terkoreksi oksigen;
11. Waktu pembacaan data sesuai dengan deteksi pengukuran;
12. Personal komputer;
52
PEMANTAUAN CEMS
BIRU
Melakukan integrasi sistem pemantauan sumber Emisi wajib CEMS dengan SISPEK dan memastikan
integrasi beroperasi secara normal;
53
• Khusus sumber Emisi yang tidak
diwajibkan untuk melakukan
pengukuran parameter partikulat,
posisi lubang sampling pada
CATATAN
cerobong tidak perlu memenuhi
kaidah 8D dan 2D.
54
ASPEK TITIK
PEMANTAUAN
AMBIEN,
KEBISINGAN,
DAN KEBAUAN
55
KETAATAN TERHADAP
DOKUMEN LINGKUNGAN
Titik Penaatan (lokasi sesuai dengan Persetujuan Lingkungan)
Parameter:
✓ PP Nomor 22 tahun 2001
✓ KepmenLH Nomor 48 tahun 1996 ( Kebisingan )
✓ KepmenLH Nomor 50 tahun 1996 ( Kebauan )
Pelaporan
56
KRITERIA KETAATAN UDARA AMBIEN
TERHADAP LOKASI
MERAH BIRU
Tidak memantau seluruh lokasi Memantau seluruh lokasi sesuai
sesuai dengan Persetujuan dengan Persetujuan Lingkungan
Lingkungan
57
KRITERIA KETAATAN UDARA AMBIEN
TERHADAP PARAMETER
MERAH BIRU
-Tidak memantau seluruh -Memantau seluruh parameter
parameter sesuai dengan sesuai dengan Persetujuan
Persetujuan Lingkungan Lingkungan
-Tidak memantau seluruh -Jika Persetujuan Lingkungan
parameter sesuai PP 22 tahun tidak mengatur parameter
2021 pemantauan mengacu kepada PP
22 tahun 2021
58
BAKU MUTU UDARA AMBIEN
LAMPIRAN VII PP NO 22 TAHUN 2021
59
CATATAN
1. Pengukuran kualitas udara ambien untuk parameter
dibawah ini dianggap valid apabila: KRITERIA
a. partikulat (TSP (Debu), PM10 (Partikel <10 um),
PM2,5 (Partikel < 2,5 um) diukur selama 24 jam; dan
b. Ozon (O3) diukur pada waktu maksimum pukul 11.00
sampai dengan 14.00 waktu setempat.
60
KRITERIA KETAATAN KEBISINGAN
MERAH BIRU
Tidak memantau seluruh lokasi Memantau seluruh lokasi sesuai
sesuai dengan Persetujuan dengan Persetujuan Lingkungan
Lingkungan
61
KRITERIA KETAATAN KEBAUAN
MERAH BIRU
- Tidak memantau seluruh lokasi -Memantau seluruh lokasi sesuai
sesuai dengan Persetujuan dengan Persetujuan Lingkungan
Lingkungan
-Jika Persetujuan Lingkungan
-Tidak memantau seluruh
parameter sesuai dengan tidak mengatur parameter
Persetujuan Lingkungan pemantauan mengacu kepada
-Tidak memantau seluruh Kepmen LH No. 50 Tahun 1996
parameter sesuai Kepmen LH No.
50 Tahun 1996
62
EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
Acuan Guideline IPCC dan PermenLHK Nomor 73 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan
Pelaporan Inventarisasi GRK
Senyawa GRK :
a. karbon dioksida (CO2).
b. metana (CH4).
c. dinitro oksida (N2O).
d. hidrofluorokarbon (HFCs).
e. perfluorokarbon (PFCs).
f. sulfur heksafluorida (SF6).
1. SEKTOR ENERGI
2. SEKTOR PROSES INDUSTRI DAN PENGGUNAAN PRODUK
3. SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PENGGUNAAN LAHAN
4. SEKTOR LIMBAH
5. SEKTOR LAINYA
63
Data aktifitas adalah data mengenai banyaknya aktifitas umat manusia yang terkait dengan banyaknya emisi
GRK. Contoh data aktivitas sektor energi: volume BBM atau berat batubara yang dikonsumsi, banyaknya
minyak yang diproduksi di lapangan migas
Faktor emisi (FE) adalah suatu koefisien yang menunjukkan banyaknya emisi per unit aktivitas (unit aktivitas
dapat berupa volume yang diproduksi atau volume yang dikonsumsi). Untuk Tier-1 faktor emisi yang digunakan
adalah faktor emisi default (IPCC 2006 GL).
Pada metoda Tier-2 data aktivitas yang digunakan dalam perhitungan lebih detil dibanding metoda Tier-1.
Sebagai contoh, pada Tier-1 data aktivitas penggunaan solar sektor transportasi merupakan agregat konsumsi
solar berdasarkan data penjualan di SPBU, tanpa membedakan jenis kendaraan pengguna. Pada Tier-2 data
aktivitas konsumsi solar sektor transportasi dipilah (break down) berdasarkan jenis kendaraan pengguna.
Faktor emisi yang digunakan pada Tier-2 dapat berupa FE default IPCC atau FE yang spesifik berlaku untuk
kasus rata-rata Indonesia atau berlaku pada suatu fasilitas/pabrik tertentu di Indonesia
64
65
Faktor emisi menurut default IPCC dinyatakan dalam satuan
emisi per unit energi yang dikonsumsi (kg GRK/TJ). Di sisi lain
data konsumsi energi yang tersedia umumnya dalam satuan fisik
(ton batubara, kilo liter minyak diesel dll). Oleh karena itu
sebelum digunakan pada Persamaan 2, data konsumsi energi
harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam satuan energi TJ
(Terra Joule) dengan Persamaan 3.
66
67
68
PERHITUNGAN GRK (PROPER)
69
70