Anda di halaman 1dari 70

3.4.

Unit Kompetensi - 04

Melaksanakan Pengendalian
Pencemaran Udara dari Emisi

1
Melaksanakan
Pengendalian
Pencemaran Udara
dari Emisi

2
Dampak Pencemaran Udara
Mempercepat reaksi kimia, kurangi Kerusakan akut & kronis daun, Karsinogenik, memperlambat
pandangan, korosi metal, kerusakan menyerang sistem pernapasan bagian pertumbuhan pohon, pertumbuhan daun
bangunan, menambah parah sakit atas, korosi metal, merusak bangunan. abnormal
pernapasan
partikulat Hidro karbon
Sulfur oksida
Non CH4
Ambien latar : 0,1 ppb Ambien latar : 0-1 m g/m3
Waktu tinggal : 1-4 hari Waktu tinggal : jam-beberapa hari
manusia
outdoor tumbuhan
f(kuantitas, waktu) udara hewan
Harta benda
Ambien latar : 0,04-0,06 ppm Ambien latar : 0,1 ppb
indoor
Waktu tinggal : beberapa bulan Waktu tinggal : 2-5 hari
Kenyamanan hidup
Karbon Monooksida Nitorgen Oksida
oksidant Peroxyacetyl Nitrate
Sakit kepala, pusing, Kerusakan daun, iritasi mata dan
terabsorbsi dalam darah hidung, korosi metal, pertumbuhan Merubah warna daun
mengurangi penyerapan tidak normal pada tumbuh-tumbuhan. bagian bawah, iritasi mata,
oksigen, merusak proses- ozon hidung dan tenggorokan,
proses dalam otak Merubah warna daun bagian atas, merusak tekstil, gangguan fungsi
mempercepat pecahnya karet, iritasi mata, hidung dan pernapasan
tenggorokan.
Definisi Pengendalian Pencemaran Udara (PPU)
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta
pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber
pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak serta penanggulangan keadaan
darurat

• Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau


penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara;

Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara adalah upaya


sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk Menjaga Mutu
Udara
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DALAM
PP 41 TAHUN 1999
Klasifikasi
UDARA

Emisi Ambien Gangguan

Sumber Sumber tidak kebauan


Ruangan Lingkungan
Bergerak bergerak

Udara yang Udara yang Udara dalam Udara bebas dipermukaan


bumi pada lapisan
kebisingan
diemisikan dari diemisikan dari ruangan
kendaraan bermotor setiap kegiatan (Hyperkes) troposfer, yang dibutuhkan
yang mengeluarkan dan dapat mempengaruhi
emisi dari kesehatan manusia, makhluk Getaran
sumbernya hidup dan unsur lingkungan
Fugitive Emission hidup lainnya
– Emisi yang Keluar Dari Ruang
Proses Produksi ( Exhaust)
– Dari kebocoran Pipa Gas/Bahan
Kimia
– Pengolahan Air Limbah
– Penyimpanan Bahan
Pemantauan Baku/Kimia Pemantauan
Manual Kontinyu
KEGIATAN INDUSTRI
1. EMISI ( gas dan partikel)
2. UDARA AMBIENT (fugitive)
3. GANGGUAN
• Kebisingan
• Getaran
• Kebauan

INPUT
• Bahan baku PRODUK
• Bahan penolong PROSES •Produk Utama
• Energi •Produk samping
• Air

1. LIMBAH CAIR ( B3 DAN NON B3)


2. LIMBAH PADAT ( B3 DAN NON B3)
3. DRYER
4. INSINERATOR
EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

No. SUMBER EMISI JENIS KEGIATAN/USAHA

1. Boiler Seluruh jenis Kegiatan/usaha


2. Genzet Seluruh jenis Kegiatan/usaha
3. Diesel Engine Seluruh jenis Kegiatan/usaha
4. Uap Proses Produksi PLTP
5. Flare dari Proses Produksi: Eksplorasi dan Produksi Migas ; Pengilangan
LNG Dan LPG Terpadu ; Pengilangan Minyak
Bumi
6. Gathering Station Gas Vent dari Eksplorasi dan Produksi Migas
Proses Produksi
7. Gas Processing Plant dari Proses Eksplorasi dan Produksi Migas ; Pengilangan
Produksi LNG Dan LPG Terpadu
8, Gas Vent on Glycol Dehidration Eksplorasi dan Produksi Migas
Unit dari Proses Produksi
9. Storage Vessel dari Proses Eksplorasi dan Produksi Migas
Produksi
Bahan pencemar udara dari industri.
Parameter Sumber Pencemar

Sulfur dioksida (SO2) Pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik baja/logam.
Partikel debu melayang di udara Pabrik gas, pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik semen,
(TSP, PM 10, PM 2,5) tempat pembakaran sampah, pabrik keramik, pabrik peleburan
logam.
Hidrokarbon (HC) kilang minyak.

Nitrogen Oksida (NOx) Pabrik pengolahan asam nitrat, pabrik baja/logam, pabrik pupuk.
Karbon dioksida (CO2) Sisa-sisa pembakaran dari industri
Amoniak (NH3) Pabrik pembuatan amoniak dan pengubahan amoniak (pabrik
pupuk)
Klorine dan Hidrogen klorida Pabrik clorine, pabrik aluminium, pengolahan kembali logam.
Merkaptan Kilang minyak, pabrik pembuatan bubur kertas

Hidrogen Sulfida (H2S) Pembangkit tenaga listrik, pengecoran logam, vulkanisir/tambal ban
dan kegiatan pembakaran batu bara, Rayon

CS2 Rayon
Pengendalian Pencemaran Udara dari
Sumber

Pengolahan
Flue Gas Pengolahan Gas Clean Air
Partikulat

• Duct • Scrubber (wet/dry) • Wet scrubber • Cerobong


System • ESP • Incinerator
• Cyclone, etc • Fotokatalitik, etc

Sumber: https://jeremiasinc.com/
KEBIJAKSANAAN INDUSTRI DALAM PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA

1. Membuat kebijaksanaan energi dalam penggunaan bahan


bakar yang lebih bersih bagi lingkungan hidup;
2. Mengembangkan tekhnologi bersih dalam proses industri yang
terencana;
3. Menerapkan Sistim Manajemen Mutu, Lingkungan dan K3
4. Mengikuti Proper
5. Peningkatan penaatan lingkungan hidup yang lebih baik.
Pengendalian pencemaran udara (Untuk memperoleh kualitas udara yang dapat diterima,
sangat penting untuk meminimisasi polutan dengan Better Acceptable Technology Economic
Acceptable (BATEA)

Mengganti/hila
Penghapusan ngin proses
pengoperasian secara potensial
keseluruhan/sebagian menimbulkan
pencemaran
Menambah satu
Modifikasi pabrik
atau lebih proses
Sumber tidak langkah
• Alokasi daerah akan tercemar
bergerak • Pembatasan tingkat tercemar
Relokasi • Membuat peraturan tentang
izin konstruksi baru yang akan
pabrik
dijalankan
• Mengisolasi daerah sekitar
sumber agar
Penerapan tidak dihuni
teknologi
pengendalian Cyclone, EP,
yang tepat Scrubber dll 14
PPU untuk Industri Out put

Udara
Ambien
Input
(Raw
material)
Proses

PPU di Input : - Mengunakan BBM low sulfur


- Menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas)
- Menggunakan Bahan Bakar rendah heavy metal
PPU di proses :
Menggunakan Teknologi ramah lingkungan contoh Gasifikasi pirolisis atau
desulfurisasi

PPU di out put :


Untuk mengurangi PM dengan EP (Elekrostatik Precipitator), Bag Filter,
CycloneUntuk mengurangi SO2 dengan FGD (Flue Gas Desulfurisasi) 15
Petro Refinery
kimia

Genset Boiler pabrik


Boiler
gula
plywood
16
17
18
19
Pendekatan Penurunan
Emisi
▪ Cleaner production – Pencegahan, Perencanaan
• Pergantian bahan bakar, bahan baku
• Pergantian teknologi
• Peningkatan inspeksi dan pemeliharaan
• Prosedur operasi – koordinasi produksi
• Perubahan produk
• On-site reuse
• Good house keeping

▪ End-of-Pipe control
− Alat pengendalian partikulat
− Alat pengendalian gas
Source: Kim Oanh, 2006
Permasalahan umum yang sering ditemukan
dalam upaya Pengendalian Pencemaran Udara

• Tidak Semua Emisi Dikelola/Dikendaliakan Serta


Dibuang Melalui Cerobong.
• Tidak Memiliki Lubang Pengambilan Sampel Emisi
• Posisi Lubang Sampling Tidak Sesuai Aturan
• Cerobong Emisi Tidak Dilengkapi Sarana Pengendalian
Pencemaran Udara
• Tidak Semua Cerobong Dipantau
• Periode Pemantauan
• Parameter Yang Dipantau Tidak Sesuai Dengan
Parameter Baku Mutu
• Tidak Melaporkan Kejadian Darurat
Data Dan Informasi Yang Mendukung dalam Kegiatan PPU

• Profil Industri ( Alamat, Struktur Organisasi)


• Layout Industri
• Jenis Bahan Baku Yang Digunakan
• Kondisi Operasi Produksi ( Kesesuaian Dengan Izin-izin)
• Proses Produksi ( Diagram Alir Proses Produksi)
• Kapasitas Produksi Pada Saat Pengawasan
• Sumber –Sumber Kegiatan Yang Menghasilkan Emisi
• Karakteristik Limbah Yang Dihasilkan Dari Masing- Masing Kegiatan.
• Kondisi Sarana Dan Prasarana Pengendali Pencemaran Udara
• Teknologi Pengendali Limbah Pencemaran Udara ) Jumlah Cerobong ,
Jenis Pengendali Masing Masing Sumber
• Kondisi Lingkungan Didalam Maupun Disekitar Kegiatan
• Ketaatan Terhadap Baku Mutu Emisi Udara
• Ketaatan Terhadap Persyaratan Teknis
• Ketaatan Terhadap Kelengkapan Administrasi
• Ketaatan Terhadap Persyaratan Yang Tercantum Dalam Izin.
• Sistem Tanggap Darurat
• Progres Hasil Pengawasan Terdahulu/Surat Perintah /Paksaan Perintah
Melakukan Tindakan Tertentu Atau Sanksi Adminitrasi Yang Diberikan
Pada Industri Tersebut.
Kewajiban Penanggung Jawab Usaha Dalam
Pengendalian Pencemaran Udara
• Membuang Emisi Gas Melalui Cerobong Yang Dilengkapi Sarana Pendukung
Dan Alat Pengaman Sesuai Dengan Peraturan Yang Berlaku.

• Memasang Alat Ukur Pemantau Yang Meliputi Kadar Dan Laju Alir Volume
Untuk Setiap Cerobong Emisi Yang Tersedia Serta Alat Ukur Arah Dan
Kecepatan Angin ( Bagi Industri Wajib Pasang CEMS)

• Melakukan Pencatatan Harian Emisi Yang Dikeluarkan Dari Setiap Cerobong


Emisi ( Bagi Industri Wajib Pasang CEMS).

• Melakukan Pengujian Emisi Yang Dikeluarkan Setiap Cerobong Paling Sedikit 2


( Dua)kali Selama Periode Operasi Setiap Tahun Bagi Ketel Uap Yang
Beroperasi Selama 6 ( Enam) Bulan Atau Lebih.

• Melakukan Pengujian Emisi Yang Dikeluarkan Setiap Cerobong Paling Sedikit 1


( Satu) Kali Selama Periode Operasi Setiap Tahun Bagi Ketel Uap Yang
Beroperasi Kurang Dari 6 ( Enam) Bulan.

• Menggunakan Laboratorium Yang Terakreditasi


LANJUTAN

• Melakukan Pengujian Emisi Setelah Kondisi Proses Stabil ( Untuk Ketel Uap).

• Menyampaikan Laporan Hasil Pemantauan Kulitas Emisi Setiap Cerobong


Kepada Bupati/Walikota Dengan Tembusan Kepada Gubernur Dan Menteri
Sekurang-kurangnya Sekali Dalam 3( Tiga) Bulan ( Bagi Industri Wajib Pasang
Cem).

• Menyampaikan Laporan Hasil Analisa Pengujian Kepada Bupati /Walikota


Dengan Tembusan Kepada Gubernur Dan Menteri Paling Sedikit 1(satu) Kali
Dalam 6 Bulan Sesuai Format

• Melaporkan Kejadian Tidak Normal Dan/Atau Keadaan Darurat Yang


Mengakibatkan Baku Mutu Emisi Dilampaui serta Rincian Upaya
Penangnulangannya Kepada Bupati/Wali Kota Dengan Tembusan Kepada
Gubernur Dan Menteri
KETAATAN PPU DALAM PROPER
(Acuan Permen LH 1 Tahun 2021)

25
PENILAIAN KETAATAN PPU
laporan pemenuhan ketentuan dalam Persetujuan Lingkungan;

laporan pemenuhan ketentuan dalam pemantauan Emisi dan gangguan;

laporan pemenuhan ketentuan dalam baku mutu Emisi dan baku mutu gangguan;

dokumen yang menerangkan kompetensi personil Pengendalian Pencemaran Udara;

dokumen ketentuan teknis yang dipersyaratkan;

26
ASPEK KETAATAN PPU

Ketaatan terhadap Ketaatan


01 Kompetensi
personil
02 sumber emisi dan 03 terhadap
titik penaatan parameter

Ketaatan terhadap
04 jumlah data yang 05 Ketaatan terhadap 06 Ketaatan terhadap
ketentuan teknis
dilaporkan baku mutu

27
KOMPETENSIPERSONIL

MERAH BIRU

Tidak mempunyai personil Memiliki personil yang


yang bertanggung jawab bertanggung jawab dan
dan kompeten dalam kompeten dalam
Pengendalian Pencemaran Pengendalian Pencemaran
Udara. Udara.

28
0
2

• KETAATAN TERHADAP SUMBER EMSI


DAN TITIK PENAATAN

29
PEMANTAUAN MANUAL
MERAH BIRU

Tidak melakukan Melakukan pemantauan


pemantauan terhadap terhadap
seluruh sumber Emisi seluruh sumber Emisi
dan/atau titik penaatan dan/atau titik penaatan
secara manual atau secara manual atau
menggunakan neraca menggunakan perhitungan
massa sesuai dengan yang neraca massa sesuai dengan
diwajibkan dalam izin ketentuan yang diwajibkan
dan/atau peraturan dalam izin dan/atau
perundang-undangan peraturan
(< 100%). perundangundangan (100%).
30
PEMANTAUAN CEMS
MERAH BIRU

a) Tidak melakukan a) Melakukan pemantauan


pemantauan terhadap terhadap seluruh sumber
seluruh sumber Emisi Emisi yang wajib CEMS;
wajib CEMS; dan dan
b) Terdapat sumber Emisi b) Seluruh sumber Emisi
wajib CEMS yang tidak yang wajib CEMS
terintegrasi melalui terintegrasi melalui
SISPEK (< 100%). SISPEK (100%).

31
KEWAJIBAN PEMANTAUAN CEMS
a. Industri Minyak dan Gas
b. Industri Rayon
c. Industri Pupuk dan Amonium Nitrat
d. Industri Pulp dan Paper
e. Industri Besi dan Baja
f. Industri Tambang
g. Industri Semen
h. Pembangkit dan Proses Penunjang
i. Industri Carbon Black
j. Industri Daur Ulang Baterai Lithium
k. Proses Penunjang Produksi
l. Pengolahan Sampah secara Termal
32
• kewajiban pemantauan sumber Emisi dan/atau titik penaatan yang
CATATAN wajib dipantau mengacu kepada Persetujuan Lingkungan/izin

KRITERIA pemanfaatan dan/atau pengolahan dan/atau ketentuan peraturan


perundang-undangan di bidang Pengendalian Pencemaran Udara.

• sumber Emisi dan titik penaatan yang wajib dipantau meliputi:


a) sumber Emisi kegiatan proses dan utilitas;
b) titik penaatan kualitas udara ambien;
c) titik penaatan kualitas kebisingan; dan/atau
d) titik penaatan kualitas kebauan;

• khusus untuk Industri Manufaktur, Prasarana, Jasa dan Agro


Industri meliputi:
a) sumber Emisi yang berasal dari proses kimia wajib dipantau;
dan
b) cerobong yang hanya mengeluarkan uap air tidak wajib
dipantau; 33
• dryer di Industri agro merupakan sumber Emisi yang wajib dipantau;

CATATAN • tungku bakar sawit merupakan sumber Emisi yang wajib dipantau;

KRITERIA
• sumber Emisi tidak wajib dipantau, meliputi:
✓ Internal combustion engine (genset, transfer pump engine):
a) kapasitas < 100 HP (76,5 KVA);
b) beroperasi < 1000 Jam per tahun;
c) yang digunakan untuk kepentingan darurat, kegiatan perbaikan,
kegiatan pemeliharaan < 200 jam per tahun;
d) yang digunakan untuk penggerak derek dan peralatan las; atau
e) berfungsi sebagai cadangan wajib dilakukan pengukuran Emisi
bagi genset atau pembakaran dalam dengan kapasitas dan
spesifikasi sesuai dengan baku mutu Emisi; dan
✓ laboratorium (antara lain exhaust laboratorium fire assay,
laboratorium pengujian bahan baku dan produk);
• kewajiban pemantauan sumber Emisi menggunakan perhitungan neraca
massa wajib bagi Industri pengolahan nikel matte;

34
0
3

KETAATAN
TERHADAP
PARAMETER

35
PEMANTAUAN MANUAL

MERAH BIRU

Tidak melakukan pemantauan Melakukan pemantauan


terhadap seluruh parameter terhadap seluruh parameter
sesuai dengan ketentuan dalam sesuai dengan ketentuan dalam
izin dan/atau perundang- izin dan/atau peraturan
undangan (<100%) perundang-undangan (100%)

36
PEMANTAUAN CEMS

MERAH BIRU

a) Tidak melakukan a) Melakukan pemantauan


pemantauan terhadap terhadap seluruh parameter
seluruh parameter wajib wajib CEMS; dan
CEMS; dan b) Seluruh parameter wajib
b) Terdapat parameter wajib CEMS terintegrasi melalui
CEMS yang tidak SISPEK (100%).
terintegrasi melalui SISPEK
(<100%)

37
1. Kewajiban pemantauan parameter di sumber Emisi mengacu
kepada:
a. peraturan perundang-undangan di bidang baku mutu Emisi
spesifik; dan/atau
b. izin pemanfaatan atau pengolahan Limbah B3 bagi Industri
yang melakukan kegiatan pemanfaatan atau pengolahan
Limbah B3.
2. Jika Industri belum mempunyai baku mutu spesifik, kewajiban
CATATAN
KRITERIA
pemantauan parameter di sumber Emisi mengacu kepada:
a. Persetujuan Lingkungan (Amdal atau UKL-UPL); atau
b. Lampiran V-B Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak,
dalam hal dokumen Amdal atau UKL-UPL tidak mencantumkan
baku mutu.
3. Bagi Industri sebagaimana dimaksud pada angka 2, yang telah
memiliki kajian Emisi sumber tidak bergerak yang dilakukan oleh
pihak eksternal yang kompeten, kewajiban pemantauan parameter di
sumber Emisi mengacu kepada kajian tersebut dengan melampirkan
hasil kajian ke dalam pelaporan Emisi melalui SIMPEL.
38
4. Khusus sumber emisi genset bagi industri yang belum
memiliki baku mutu spesifik, mengacu kepada lampiran
I.A Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13
tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak

CATATAN
Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan
Gas Bumi.

KRITERIA
5. Khusus Industri rayon parameter yang wajib dipantau harus
mencakup Karbon Disulfida (CS2) dan Hidrogen Sulfida
(H2S) di titik penaatan kualitas udara ambien.

6. Kewajiban perhitungan neraca massa wajib untuk Industri


pengolahan nikel matte dengan parameter Sulfur Dioksida
(SO2).

39
7. Kewajiban pemantauan parameter untuk Industri agro, meliputi:
a. sumber Emisi dryer dan kamar asap pada Industri karet dengan ketentuan:

CATATAN
1. untuk pembakaran langsung parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida
(SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Partikulat, dan Amonia (NH3); dan

KRITERIA
2. untuk pembakaran tidak langsung parameter yang diukur meliputi partikulat
dan Amonia (NH3);
b. sumber Emisi dryer pada Industri selain Industri karet dengan ketentuan:
1. untuk pembakaran langsung parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida
(SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Partikulat; dan
2. untuk pembakaran tidak langsung parameter yang diukur hanya partikulat;
c. kamar asap pada pengolahan ikan, parameter yang diukur meliputi Sulfur
Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Partikulat; dan
d. tungku bakar sawit, parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida (SO2),
Nitrogen Dioksida (NO2), dan Partikulat, Hidrogen Klorida (HCL), Gas Klorin
(Cl2), Ammonia (NH3), Hidrogen Fluorida (HF), Hidrogen Sulfida (H2S),
dengan nilai baku mutu Emisi sesuai dengan Lampiran V-B Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.

40
0
4

• KETAATAN TERHADAP JUMLAH


DATAYANG DLAPORKANI

41
PEMANTAUAN MANUAL
MERAH BIRU
a. Tidak melaporkan data pemantauan a. Melaporkan data pemantauan untuk
untuk setiap parameter pada setiap setiap parameter pada setiap sumber
sumber Emisi dan/atau titik penaatan
Emisi dan/atau titik penaatan sesuai
sesuai dengan ketentuan yang
diwajibkan dalam izin dan/atau dengan ketentuan dalam izin dan/atau
peraturan perundang-undangan (100%); peraturan perundang-undangan
b. Tidak melaporkan data perhitungan (100%);
beban Emisi sesuai dengan ketentuan b. Melaporkan data perhitungan beban
dalam izin dan/atau peraturan Emisi sesuai dengan ketentuan dalam
perundang-undangan secara periodik izin dan/atau peraturan perundang-
(100%). undangan secara periodik (100%).

42
PEMANTAUAN CEMS
MERAH • BIRU
a) Tidak melaporkan data pemantauan a) Melaporkan data pemantauan CEMS
CEMS untuk setiap parameter pada untuk setiap parameter pada setiap
setiap sumber Emisi sesuai dengan
ketentuan yang diwajibkan dalam sumber Emisi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan secara yang diwajibkan dalam peraturan
periodik (100%); perundang-undangan secara periodik
b) Tidak melaporkan data perhitungan (100%);
beban Emisi melalui CEMS sesuai
dengan ketentutan yang diwajibkan b) Melaporkan data perhitungan beban
dalam peraturan perundang-undangan Emisi melalui CEMS sesuai dengan
secara periodik (100%). ketentutan yang diwajibkan dalam
peraturan perundang-undangan secara
periodik (100%).

43
1. Kewajiban pelaporan secara periodik dilakukan selama periode
penilaian Proper.
2. Kewajiban pelaporan data pemantauan secara manual tiap
parameter di setiap sumber Emisi paling sedikit dilakukan 1 (satu) CATATAN
KRITERIA
kali dalam 6 (enam) bulan, kecuali untuk:
a. sumber Emisi proses pembakaran dengan:
1. kapasitas desain ≤ 570 KW pelaporan data pemantauan
dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun
(100%);
2. kapasitas desain 570 KW < n < 3 MW pelaporan data
pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun (100%);
b. sumber Emisi yang memiliki izin pemanfaaatan dan/atau
pengolahan pelaporan data pemantauan dilakukan mengikuti
ketentuan izin;
c.sumber Emisi unit ketel uap yang beroperasi < 6 bulan pelaporan
data pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun (100%);

44
3. Kewajiban pelaporan data pemantauan melalui perhitungan neraca
massa tiap parameter yang wajib dilaporkan secara periodik paling
sedikit dilakukan 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan;

4. Kewajiban pelaporan data pemantauan secara terus-menerus


menggunakan CEMS di sumber Emisi yang wajib dilaporkan

CATATAN
secara periodik dilakukan dengan ketentuan tersedia pelaporan
data pemantauan harian setiap 3 (tiga) bulan dengan validitas data
harian berupa data harian yang diperoleh paling sedikit 75% dari

KRITERIA
hasil pembacaan rata-rata tiap jam atau 18 jam data pengukuran
tiap hari;

5. Penghitungan beban Emisi dilakukan dengan cara:


a.mengalikan konsentrasi dengan laju alir dan jam operasi untuk
pemantauan Emisi dengan cara terus-menerus dan/atau manual;
dan/atau
b.membandingkan jumlah penggunaan sulfur dalam proses
pengolahan dan pengoperasian mesin penunjang produksi
dengan jumlah sulfur yang terdapat dalam produk dan limbah
per ton produksi sulfida nikel untuk pemantauan Emisi dengan
cara penghitungan neraca massa; 45
0
5

KETAATAN
TERHADAPBAKU
MUTU

46
PEMANTAUAN MANUAL
MERAH BIRU

Data hasil pemantauan manual Data hasil pemantauan manual


dan/atau perhitungan neraca massa dan/atau perhitungan neraca massa
memenuhi < 100% (kurang dari memenuhi 100% (seratus persden)
seratus persen) ketaatan baku mutu ketaatan baku mutu untuk setiap
untuk setiap parameter pada setiap parameter pada setiap sumber Emisi
sumber Emisi sesuai dengan sesuai dengan ketentuan yang
ketentuan yang diwajibkan dalam diwajibkan dalam izin dan/atau
izin dan/atau peraturan perundang- peraturan perundang-undangan.
undangan.

47
PEMANTAUANCEMS
MERAH BIRU

data rata-rata harian hasil pemantauan data rata-rata harian hasil


CEMS untuk setiap parameter pada setiap pemantauan CEMS untuk setiap
sumber Emisi, setiap 3 (tiga) bulan parameter pada setiap sumber
memenuhi < 95% ketaatan baku mutu
sesuai dengan yang diwajibkan dalam
Emisi, setiap 3 (tiga) bulan
ketentuan izin dan/atau peraturan memenuhi ≥ 95% ketaatan baku
perundang-undangan. mutu sesuai dengan yang
diwajibkan dalam ketentuan izin
dan/atau peraturan perundang-
undangan.

48
• Kewajiban pemenuhan baku mutu
bagi pemantauan dengan
menggunakan perhitungan neraca
massa dinyatakan taat apabila hasil
CATATAN perhitungan dilakukan sesuai
dengan:
KRITERIA a) pilihan metodologi
penghitungan beban Emisi;
dan
b) petunjuk teknis operasional
yang disusun dan
disampaikan oleh Usaha
dan/atau Kegiatan (khusus
Industri nikel matte). 49
0
6

KETAATAN
TERHADAP
KE TENTUANTEKNSI

50
BIRU

Memenuhi ketentuan teknis pengendalian pencemaran udara:

CATATAN
1. Memenuhi ketentuan teknis cerobong Emisi;
2. Menggunakan jasa laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk
oleh gubernur;

KRITERIA
3. Menggunakan metode pengujian SNI atau metode pengujian lain yang
digunakan secara internasional;
4. Bagi sumber Emisi yang baku mutunya terdapat koreksi oksigen, hasil
pengukuran Emisi wajib terkoreksi dengan oksigen;
5. Semua sumber Emisi non fugitive harus dibuang melalui cerobong;
6. Melakukan perhitungan gas rumah kaca yang dihasilkan bagi Industri
sesuai denganketentuan yang diwajibkan dalam peraturan yang berlaku;
7. Melakukan pencatatan penggunaan genset (jam/bulan) yang berfungsi
sebagai cadangan (back up);
8. Melakukan pencatatan penggunaan boiler (jam/bulan) yang berfungsi
sebagai cadangan (back up);

Memenuhi sanksi administrasi sampai batas waktu yang ditentukan.

51
BIRU
Memenuhi ketentuan teknis pengendalian pencemaran udara:
1. Memiliki shelter (ruang analyzer);
2. Memiliki gas analyzer;
3. Jalur dan pipa tidak bocor;

CATATAN
4. Instalasi perpipaan sesuai standar;
5. Memiliki buku panduan CEMS;
6. Memiliki atau melakukan sertifikasi peralatan CEMS dengan pemenuhan

KRITERIA
standar internasional yaitu Quality Assurance Level 1(QAL 1);
7. Memiliki sertifikasi kalibrasi peralatan CEMS oleh eksternal yang
berkompeten setiap 2 (dua) tahun sekali ;
8. Memiliki sistem jaminan mutu (Quality Assurance) dan Pengendalian Mutu
(Quality Control);
9. Lokasi pemasangan CEMS memenuhi ketentuan teknis 8 kali diameter
cerobong dari aliran bawah dan 2 kali diameter cerobong dari aliran atas ;
10. Data hasil pengukuran CEMS telah terkoreksi oksigen;
11. Waktu pembacaan data sesuai dengan deteksi pengukuran;
12. Personal komputer;

52
PEMANTAUAN CEMS
BIRU

Memenuhi ketentuan teknis pengendalian pencemaran udara:

13. Memastikan peralatan CEMS beroperasi secara normal;


14. Apabila CEMS rusak :
✓ Melakukan perbaikan paling sedikit dalam waktu ≤ 1 (satu) tahun dan menyampaikan rencana
perbaikan;
✓ selama perbaikan wajib melakukan pemantauan manual kualitas Emisi setiap 3 (tiga) bulan sekali,
pemantauan manual dilakukan terhitung 21(dua puluh satu) hari setelah CEMS tidak beroperasi;
✓ Jika CEMS belum beroperasi secara normal lebih dari 1 tahun maka melakukan pemantauan
manual kualitas Emisi setiap 1 (satu) bulan sekali;

Melakukan integrasi sistem pemantauan sumber Emisi wajib CEMS dengan SISPEK dan memastikan
integrasi beroperasi secara normal;

53
• Khusus sumber Emisi yang tidak
diwajibkan untuk melakukan
pengukuran parameter partikulat,
posisi lubang sampling pada

CATATAN
cerobong tidak perlu memenuhi
kaidah 8D dan 2D.

KRITERIA • Cerobong internal combustion


engine (genset) dengan diameter
dalamnya
• Untuk kawasan Industri wajib
menghitung gas rumah kaca yang
dihasilkan dalam satu kawasan.

54
ASPEK TITIK
PEMANTAUAN
AMBIEN,
KEBISINGAN,
DAN KEBAUAN

55
KETAATAN TERHADAP
DOKUMEN LINGKUNGAN
Titik Penaatan (lokasi sesuai dengan Persetujuan Lingkungan)

Parameter:
✓ PP Nomor 22 tahun 2001
✓ KepmenLH Nomor 48 tahun 1996 ( Kebisingan )
✓ KepmenLH Nomor 50 tahun 1996 ( Kebauan )

Pelaporan

56
KRITERIA KETAATAN UDARA AMBIEN
TERHADAP LOKASI

MERAH BIRU
Tidak memantau seluruh lokasi Memantau seluruh lokasi sesuai
sesuai dengan Persetujuan dengan Persetujuan Lingkungan
Lingkungan

57
KRITERIA KETAATAN UDARA AMBIEN
TERHADAP PARAMETER

MERAH BIRU
-Tidak memantau seluruh -Memantau seluruh parameter
parameter sesuai dengan sesuai dengan Persetujuan
Persetujuan Lingkungan Lingkungan
-Tidak memantau seluruh -Jika Persetujuan Lingkungan
parameter sesuai PP 22 tahun tidak mengatur parameter
2021 pemantauan mengacu kepada PP
22 tahun 2021

58
BAKU MUTU UDARA AMBIEN
LAMPIRAN VII PP NO 22 TAHUN 2021

59
CATATAN
1. Pengukuran kualitas udara ambien untuk parameter
dibawah ini dianggap valid apabila: KRITERIA
a. partikulat (TSP (Debu), PM10 (Partikel <10 um),
PM2,5 (Partikel < 2,5 um) diukur selama 24 jam; dan
b. Ozon (O3) diukur pada waktu maksimum pukul 11.00
sampai dengan 14.00 waktu setempat.

60
KRITERIA KETAATAN KEBISINGAN

MERAH BIRU
Tidak memantau seluruh lokasi Memantau seluruh lokasi sesuai
sesuai dengan Persetujuan dengan Persetujuan Lingkungan
Lingkungan

61
KRITERIA KETAATAN KEBAUAN
MERAH BIRU
- Tidak memantau seluruh lokasi -Memantau seluruh lokasi sesuai
sesuai dengan Persetujuan dengan Persetujuan Lingkungan
Lingkungan
-Jika Persetujuan Lingkungan
-Tidak memantau seluruh
parameter sesuai dengan tidak mengatur parameter
Persetujuan Lingkungan pemantauan mengacu kepada
-Tidak memantau seluruh Kepmen LH No. 50 Tahun 1996
parameter sesuai Kepmen LH No.
50 Tahun 1996

62
EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)
Acuan Guideline IPCC dan PermenLHK Nomor 73 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan
Pelaporan Inventarisasi GRK

Senyawa GRK :
a. karbon dioksida (CO2).
b. metana (CH4).
c. dinitro oksida (N2O).
d. hidrofluorokarbon (HFCs).
e. perfluorokarbon (PFCs).
f. sulfur heksafluorida (SF6).

1. SEKTOR ENERGI
2. SEKTOR PROSES INDUSTRI DAN PENGGUNAAN PRODUK
3. SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PENGGUNAAN LAHAN
4. SEKTOR LIMBAH
5. SEKTOR LAINYA

63
Data aktifitas adalah data mengenai banyaknya aktifitas umat manusia yang terkait dengan banyaknya emisi
GRK. Contoh data aktivitas sektor energi: volume BBM atau berat batubara yang dikonsumsi, banyaknya
minyak yang diproduksi di lapangan migas

Faktor emisi (FE) adalah suatu koefisien yang menunjukkan banyaknya emisi per unit aktivitas (unit aktivitas
dapat berupa volume yang diproduksi atau volume yang dikonsumsi). Untuk Tier-1 faktor emisi yang digunakan
adalah faktor emisi default (IPCC 2006 GL).

Pada metoda Tier-2 data aktivitas yang digunakan dalam perhitungan lebih detil dibanding metoda Tier-1.
Sebagai contoh, pada Tier-1 data aktivitas penggunaan solar sektor transportasi merupakan agregat konsumsi
solar berdasarkan data penjualan di SPBU, tanpa membedakan jenis kendaraan pengguna. Pada Tier-2 data
aktivitas konsumsi solar sektor transportasi dipilah (break down) berdasarkan jenis kendaraan pengguna.
Faktor emisi yang digunakan pada Tier-2 dapat berupa FE default IPCC atau FE yang spesifik berlaku untuk
kasus rata-rata Indonesia atau berlaku pada suatu fasilitas/pabrik tertentu di Indonesia

64
65
Faktor emisi menurut default IPCC dinyatakan dalam satuan
emisi per unit energi yang dikonsumsi (kg GRK/TJ). Di sisi lain
data konsumsi energi yang tersedia umumnya dalam satuan fisik
(ton batubara, kilo liter minyak diesel dll). Oleh karena itu
sebelum digunakan pada Persamaan 2, data konsumsi energi
harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam satuan energi TJ
(Terra Joule) dengan Persamaan 3.

Contoh: konsumsi minyak solar 1000 liter, nilai kalor minyak


solar 36x10-6 TJ/liter maka konsumsi minyak solar dalam TJ
adalah:

66
67
68
PERHITUNGAN GRK (PROPER)

69
70

Anda mungkin juga menyukai