KEBIJAKAN DAN
DASAR-DASAR K3
Penyelenggara :
TAHUN 2020
KEBIJAKAN K3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada yang
menghendaki terjadinya kecelakaan. Hal tersebut merupakan naluri yang
wajar dan bersifat universal bagi setiap makhluk hidup didunia. Namun
karena adanya perbedaan status sosial antara tenaga kerja dengan
pengusaha sebagai pemberi kerja dalam melakukan hubungan kerja,
terutama pada saat melakukan kontrak perikatan dan hal – hal lain selama
berlangsungnya hubungan kerja, maka diperlukan intervensi pemerintah
untuk memberikan batas minimal yang harus dipenuhi dalam persyaratan
keselamatan dan kesehatan kerja. Batas minimal atau persyaratan minimal
tersebut dituangkan dalam Undang – Undang Keselamatan Kerja No.1 tahun
1970.
C. RUANG LINGKUP
POKOK BAHASAN
Tempat kerja pada dasarnya adalah tempat untuk bekerja dimana terdapat 3
unsur pokok yaitu adanya tenaga kerja, adanya bahaya kerja dan tempat
tersebut digunakan untuk suatu usaha.
Tenaga kerja yang bekerja disini tidak harus selalu berada terus menerus
ditempat kerja tersebut, tetapi dapat juga berada di tempat kerja hanya
bersifat sewaktu – waktu (sewaktu – waktu memasuki ruang kerja untuk
mengontrol, menyetel, menjalankan peralatan dan lain – lain yang kemudian
ditinggalkan kembali).
Yang dimaksudkan dengan digunakan untuk suatu usaha dalam hal ini tidak
harus usaha yang bermotifkan ekonomi atau keuntungan, tetapi dapat juga
merupakan usaha yang bersifat sosial.
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3) adalah personil yang berada
diluar Departemen Tenaga Kerja dan karena mempunyai keahlian tertentu
(khusus) dibidang K3 ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
untuk membantu mengawasi ditaatinya Undang – Undang Keselamatan
Kerja. Dalam prakteknya, pengertian, tugas, dan fungsi Ahli K3 masih sering
menjadi perdebatan baik di kalangan para ahli sendiri maupun antara ahli
dengan pegawai pengawas.
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 4
Tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang Ahli K3 diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02/MEN/1992. Latar
belakang pemikiran atau konsep tentang Ahli K3 adalah karena Departemen
Tenaga Kerja tidak mungkin mampu mengadakan dan membentuk pegawai
pengawas dalam jumlah yang cukup maupun memiliki kemampuan dalam
berbagai bidang keahlian sesuai dengan perkembangan teknologi. Dengan
demikian walaupun pelaksanaan pengawasan telah didesentralisasikan
namun kebijakan nasional K3 tetap berada di tangan Menteri Tenaga Kerja.
Disamping itu tujuan Undang – Undang yang lainnya adalah bahwa setiap
orang lain yang berada di tempat kerja perlu dijamin pula keselamatannya.
Hal ini terkait dengan tanggung jawab dan kewajiban pengurus tempat kerja
yang diberikan oleh Undang – Undang.
Selain itu juga bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien. Hal ini mempunyai hubungan dengan
pengertian atau definisi tentang kecelakaan yang dianut dalam teori
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 5
keselamatan kerja bahwa tidak harus terdapat korban manusia (injury
accident), dan pemahaman setiap gangguan terhadap sumber produksi akan
mengganggu proses produksi dan mengganggu produktivitas yang
direncanakan.
Bila dikaitkan dengan sumber daya manusia adalah bahwa setiap warga
negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan yang diperlukan
agar orang dapat hidup layak bagi kemanusiaan, adalah pekerjaan yang
upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan atau penyakit.
Pasal 9
Undang – Undang No. 1 tahun 1970 mulai berlaku dan diundangkan pada
tanggal 12 Januari 1970 sebagai pengganti dari Veiligheids Reglement (Stbl.
1910 No. 406). Undang – Undang ini adalah sebagai Undang – Undang
pokok yang memuat aturan – aturan dasar atau ketentuan – ketentuan
umum tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat,
didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diatas udara, yang
berbeda di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Selanjutnya akan
dikeluarkan peraturan – peraturan organiknya, terbagi baik atas dasar
pembidangan teknis maupun pembidangan industri secara sektoral.
Sebagaimana yang tertuang dalam pokok – pokok pertimbangan
dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, maka
upaya K3 bertujuan :
Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada ditempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat
Agar sumber – sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien
Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan
Dalam pasal 3 ayat (1) ditetapkan syarat – syarat keselamatan dan kesehatan
kerja. Ketentuan tersebut berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai
melalui persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan pelaksanaan Undang –
Undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970. Sedangkan ayat berikutnya
merupakan escape clausulsebagaimana dengan yang diatur dalam pasal 2
ayat (3). Dengan ketentuan tersebut dapat dirubah rincian yang ada dalam
pasal 3 ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi serta penemuan – penemuan di kemudian hari.
Dalam pasal 4 ayat (2) juga mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis
keselamatan dan kesehatan kerja yang memuat prinsip – prinsip teknis
Demikian juga denga setiap orang yang memasuki tempat kerja, diwajibkan
bagi mereka untuk mentaati semua petunjuk K3 dan memakai alat – alat
perlindungan diri.
H. KETENTUAN PELANGGARAN
B. PENGERTIAN
1. Kesematan dan Kesehatan Kerja
Secara Filosofi : Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususunya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
Secara Keilmuan : Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan, penyakit
akibat kerja, kebakaran, dan pencemaran lingkungan
Secara Etimologi : Suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan
pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki
tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.
2. Keselamatan (Safety)
a. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of accident
loss)
b. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan
(mengontrol) resiko yang tidak bisa diterima (unacceptable risk)
3. Kesehatan (Health)
Derajat / tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of
physiological and psychological well being of the individual)
5. Bahaya (Danger)
Merupakan tingkat bahaya dari suatu kondisi dimana atau kapan
muncul sumber – sumber bahaya. Danger adalah kebalikan dari Aman
atau selamat.
6. Incident
Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit
saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
7. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan yang
menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan dan berakibat cedera
pada manusia, dan atau kerusakan barang, dan atau pencemaran
lingkungan.
Kurang lebih 1700 tahun sebelum Masehi, Raja Hamurabi dari kerajaan
Babylonia dalam kitab Undang – Undangnya menyatakan bahwa :
“Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang dan
pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 18
roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli bangunan
tersebut dibunuh”.
Dalam zaman Mozaik + 5 abad setelah Hamurabi, dinyatakan bahwa
ahli bangunan bertanggung jawab atas keselamatan para pelaksana
dan pekerjanya, dengan menetapkan pemasangan pagar pengaman
pada setiap sisi luar atap rumah.
Kurang lebih 80 tahun sesudah masehi, Pinius seorang ahli
Encyclopedia bangsa Roma mensyaratkan agar pekerja tambang
diharuskan memakai tutup hidup
Tahun 1450 Dominico Fontana diserahi tugas membangun obelisk
ditengah lapangan St. Pieter Roma. Ia selalu mensyaratkan agar para
pekerja memakai topi baja
Sejak revolusi industri di Inggris dimana banyak terjadi kecelakaan dan dapat
banyak membawa korban, pengusaha pada waktu itu berpendapat bahwa hal
tersebut adalah bagian dari resiko pekerjaan dan penderitaan para korban,
karena bagi pengusaha sendiri, hal tersebut dapat dengan mudah
ditanggulangi dengan jalan mempekerjakan tenaga baru. Akhirnya banyak
orang yang berpendapat bahwa membiarkan korban berjatuhan apalagi
tanpa ganti rugi bagi korban dianggap tidak manusiawi. Para pekerja
mendesak pengusaha untuk mengambil langkah – langkah positif untuk
menanggulangi masalah tersebut. Yang diusahakan pertama – tama adalah
memberikan perawatan kepada para korban dimana motifnya berdasarkan
perikemanusiaan.
1949 : Gordon
1967 : Haddon
1978 : Petterson
1980 : Johnson
Apabila kita bicara K3, ada perbedaan prinsip menurut pendekatan sumber
bahaya (hazard), konsekuensi (akibat yang ditimbulkan) dan konsentrasi
kepedulian (bentuk pengendaliannya).
AKIBAT KECELAKAAN
Oleh karena itu setiap perusahaan berusaha untuk menekan dan mengurangi
tingkat kerugian tersebut melalui berbagai program Loss Prevention sampai
program Total Loss Control Management (TLCM) melalui pendekatan disiplin,
rekruitmen security dan kecelakaan kerja.
2. Analisis
Pada tahap analisis adalah proses bagaimana fakta atau masalah yang
ditemukan dapat dipecahkan
Dari hasil analisis suatu masalah dapat saja dihasilkan satu atau lebih
alternatif pemecahan.
4. Pelaksanaan
Apabila sudah dapat ditetapkan alternative pemecahan maka harus
diikuti dengan tindakan atau pelaksanaan dari keputusan penetapan
tersebut. Hal ini merupakan keputusan pimpinan perusahaan.
5. Pengawasan
Merupakan tahapan penting untuk menunjukkan sejauh mana
pelaksanaan atas tindakan koreksi tersebut sesuai dengan rencana dan
tidak terjadi penyimpangan pelaksanaan.
Pada tahapan pengawasan, apabila ditemukan bentuk penyimpangan
dalam pelaksanaan (action) dapat dilakukan analisis kembali, namun
apabila telah sesuai dengan rencana kerja proses analisi tidak
dilakukan lagi.
Peraturan perundangan
Standarisasi
Inspeksi
Riset teknis
Riset medis
Riset psikologis
Riset statistic
Pendidikan
Latihan
Persuasi
Asuransi
Penerapan ke-11 tersebut diatas langsung ditempat kerja
1. Peraturan perundangan
Antara lain melalui :
a. Adanya ketentuan dan syarat – syarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi (up to date)
b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan K3 sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa
c. Penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3
melalui pemeriksaan – pemeriksaan langsung ditempat kerja.
2. Standarisasi
Merupakan suatu ukuran terhadap besaran – besaran / nilai. Dengan
adanya standar K3, karena pada dasarnya baik buruknya K3 ditempat
kerja diketahui melalui pemenuhan standard K3.
3. Inspeksi
Merupakan kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pemeriksaan dan pengujian terhadap tempat kerja, mesin, pesawat,
alat dan instalasi, sejauh mana masalah – masalah ini masih
memenuhi ketentuan dan persyaratan K3
PENUTUP
Modul ini sebagai panduan dan pedoman bagi siapapun untuk memahami
dan melaksanakan K3 sehingga visi K3 yaitu, K3 menjadi kebutuhan dan
budaya masyarakat dapat diwujudkan demi terwujudnya masyarakat industry
yang sejahtera dan berkeadilan.