Anda di halaman 1dari 39

MODUL PEMBINAAN

CALON AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UMUM


(AK3U)

KEBIJAKAN DAN
DASAR-DASAR K3

Penyelenggara :

MASTER MANAGEMENT INSTITUTE (MMI)


PT. ASNOR MANAJEMEN INDONESIA

DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN K3

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2020
KEBIJAKAN K3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada yang
menghendaki terjadinya kecelakaan. Hal tersebut merupakan naluri yang
wajar dan bersifat universal bagi setiap makhluk hidup didunia. Namun
karena adanya perbedaan status sosial antara tenaga kerja dengan
pengusaha sebagai pemberi kerja dalam melakukan hubungan kerja,
terutama pada saat melakukan kontrak perikatan dan hal – hal lain selama
berlangsungnya hubungan kerja, maka diperlukan intervensi pemerintah
untuk memberikan batas minimal yang harus dipenuhi dalam persyaratan
keselamatan dan kesehatan kerja. Batas minimal atau persyaratan minimal
tersebut dituangkan dalam Undang – Undang Keselamatan Kerja No.1 tahun
1970.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 1


B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat memahami
tentang Undang – Undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970.
2. Khusus
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat menjelaskan
dasar hukum yang digunakan untuk melandasi dilakukannya :
a. Pemeriksaan data atau indikator pelaksanaan K3 secara umum
berupa pemasangan poster – poster K3, tanda – tanda peringatan,
petunjuk K3 yang dipasang ditempat kerja.
b. Pemeriksaan adanya Standards Operation Procedure (SOP):
- Kerja aman, keadaan darurat;
- Lembar UUKK No.1 tahun 1970;
- Fasilitas P3K
c. Pemeriksaan :
- Perijinan K3 yang berupa ijin / sertifikat / pengesahan
pemakaian peralatan yang diatur melalui Peraturan /
Keputusan Menteri Tenaga Kerja (dan Transmigrasi);
- Sertifikat keahlian yang harus dimiliki oleh jabatan tertentu
ditempat kerja (operator pesawat uap, pesawat angkat
angkut (crane, forklift, sekretaris P2K3)
d. Pengamanan terhadap :
- Sumber – sumber bahaya sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Peraturan / Keputusan Menteri Tenaga Kerja
(dan Transmigrasi);
- Pintu – pintu darurat tersedia dengan cukup dan dipasang
dengan konstruksi yang benar sesuai dengan ketentuan dan
standard;

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pembahasan modul ini meliputi dasar hukum yang


digunakan pegawai pengawas dalam melakukan identifikasi sumber
bahaya, pemeriksaan umum persyaratan K3, pemeriksaan perijinan,
pemeriksaan pelaksanaan pengamanan yang diwajibkan ditempat kerja.
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 2
BAB II

POKOK BAHASAN

A. PENGERTIAN / ISTILAH TEMPAT KERJA

Tempat kerja dirumuskan sebagai tiap ruangan, tertutup atau terbuka,


bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber –
sumber bahaya sebagaimana dirinci dalam pasal 2 Undang – Undang
Keselamatan Kerja.

Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan


sekelilingnya yang merupakan bagian – bagian atau yang berhubungan
dengan tempat kerja.

Tempat kerja pada dasarnya adalah tempat untuk bekerja dimana terdapat 3
unsur pokok yaitu adanya tenaga kerja, adanya bahaya kerja dan tempat
tersebut digunakan untuk suatu usaha.

Tenaga kerja yang bekerja disini tidak harus selalu berada terus menerus
ditempat kerja tersebut, tetapi dapat juga berada di tempat kerja hanya
bersifat sewaktu – waktu (sewaktu – waktu memasuki ruang kerja untuk
mengontrol, menyetel, menjalankan peralatan dan lain – lain yang kemudian
ditinggalkan kembali).

Yang dimaksudkan dengan digunakan untuk suatu usaha dalam hal ini tidak
harus usaha yang bermotifkan ekonomi atau keuntungan, tetapi dapat juga
merupakan usaha yang bersifat sosial.

Beberapa pengertian lainnya yang terkait dengan tempat kerja :

Yang dimaksudkan dengan Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas


memimpin langsung suatu tempat kerja atau bagian tempat kerja yang
berdiri sendiri. Dalam Undang – Undang Keselamatan Kerja, pengurus
tempat kerjalah yang berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan semua ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerjanya. Pengurus dalam pengertian umum adalah puncuk pimpinan

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 3


tertinggi di suatu tempat kerja dan mempunyai wewenang untuk
memutuskan tentang apa yang ada di tempat kerja tersebut.

Yang dimaksudkan dengan pengusaha berbeda dengan pengurus.


Pengusaha adalah orang atau badan hukum yang memiliki atau mewakili
pemilik suatu tempat kerja. Ada kalanya pengusaha dan pengurus
merupakan satu orang, hal ini dapat terjadi pada perusahaan berskala kecil.

Pengertian direktur sebagaimana yang diuraikan dalam pasal Undang –


Undang cukup jelas. Namun demikian dalam praktek operasionalnya yang
dimaksudkan dengan direktur adalah Direktur Jenderal Bina Hubungan
Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma Kerja (sekarang Direktur Jenderal
Bina Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan) sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep. 79/MEN/1977.

Pegawai Pengawas, dalam pengertian pegawai pengawas perlu dijelaskan


yang dimaksudkan dengan berkeahlian khusus. Berkeahlian khusus dalam
hal ini artinya menguasai pengetahuan dasar dan praktis dalam bidang K3.
Pengetahuan tersebut tidak cukup hanya diperoleh dari praktek dan
pengalaman kerja saja, tetapi juga harus dilengkapi pengetahuan yang
diperoleh melalui proses pendidikan. Oleh karena itu, untuk menjadi
pegawai pengawas terlebih dahulu harus mengikuti proses pendidikan
tertentu. Ketentuan tentang persyaratan dan penunjukan pegawai pengawas
diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi
No. 03/MEN/1978. Dalam perkembangannya, pegawai pengawas K3
merupakan bagian atau spesialisasi tersendiri dari sistem pengawasan
ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 03/MEN/1984.

Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3) adalah personil yang berada
diluar Departemen Tenaga Kerja dan karena mempunyai keahlian tertentu
(khusus) dibidang K3 ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
untuk membantu mengawasi ditaatinya Undang – Undang Keselamatan
Kerja. Dalam prakteknya, pengertian, tugas, dan fungsi Ahli K3 masih sering
menjadi perdebatan baik di kalangan para ahli sendiri maupun antara ahli
dengan pegawai pengawas.
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 4
Tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang Ahli K3 diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02/MEN/1992. Latar
belakang pemikiran atau konsep tentang Ahli K3 adalah karena Departemen
Tenaga Kerja tidak mungkin mampu mengadakan dan membentuk pegawai
pengawas dalam jumlah yang cukup maupun memiliki kemampuan dalam
berbagai bidang keahlian sesuai dengan perkembangan teknologi. Dengan
demikian walaupun pelaksanaan pengawasan telah didesentralisasikan
namun kebijakan nasional K3 tetap berada di tangan Menteri Tenaga Kerja.

B. TUJUAN UNDANG – UNDANG KESELAMATAN KERJA

Tujuan Undang – Undang Keselamatan Kerja adalah bahwa setiap tenaga


kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.

Pengertian dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan terkait dengan


komitmen negara sebagaimana tertuang dalam pasal 27 ayat (2) UUD 1945.
Pemahaman tentang meningkatkan produksi serta produktivitas nasional
adalah bahwa produktivitas nasional akan meningkat apabila produktivitas
individu juga meningkat. Peningkatan produktivitas nasional diperlukan
untuk meningkatkan Gross National Product (GNP) atau GDP. Secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa GNP dibagi dengan jumlah penduduk
adalah pendapatan rata – rata penduduk (Income Per Capita). Dengan
demikian apabila Income Per Capita naik, maka berarti tingkat kesejahteraan
juga naik.

Disamping itu tujuan Undang – Undang yang lainnya adalah bahwa setiap
orang lain yang berada di tempat kerja perlu dijamin pula keselamatannya.
Hal ini terkait dengan tanggung jawab dan kewajiban pengurus tempat kerja
yang diberikan oleh Undang – Undang.

Selain itu juga bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien. Hal ini mempunyai hubungan dengan
pengertian atau definisi tentang kecelakaan yang dianut dalam teori
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 5
keselamatan kerja bahwa tidak harus terdapat korban manusia (injury
accident), dan pemahaman setiap gangguan terhadap sumber produksi akan
mengganggu proses produksi dan mengganggu produktivitas yang
direncanakan.

C. DASAR HUKUM UNDANG – UNDANG KESELAMATAN KERJA


1. Undang – Undang Dasar 1945 (Pasal 27 ayat 2)

Landasan hukum peraturan perundangan di Indonesia adalah Undang –


Undang Dasar 1945. Di bidang ketenagakerjaan, khususnya dibidang
keselamatan dan kesehatan kerja mengacu pada pasal 27 ayat (2) yang
menyatakan bahwa : “Tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Bila dikaitkan dengan sumber daya manusia adalah bahwa setiap warga
negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan yang diperlukan
agar orang dapat hidup layak bagi kemanusiaan, adalah pekerjaan yang
upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan atau penyakit.

2. Undang – Undang No. 14 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok


Mengenai Ketenagakerjaan

Seperti disebutkan dalam konsiderasi Undang – Undang ini adalah bahwa


tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan
masyarakat untuk mencapai tujuan terpenting dari pembangunan yaitu
kesejahteraan masyarakat termasuk tenaga kerja. Untuk itu tenaga kerja
sebagai pelaksana pembangunan harus dijamin haknya dan diatur
kewajibannya serta dikembangkan daya gunanya. Khususnya dalam hal
pembinaan perlindungan tenaga kerja diatur dalam Bab IV pasal 9 dan 10,
sebagai berikut :

Pasal 9

“Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,


kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama”.
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 6
Pasal 10

“Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi :

 Norma keselamatan kerja


 Norma kesehatan dan hygiene perusahaan
 Norma kerja
 Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal
kecelakaan kerja.

Pengertian pembinaan norma dalam hal ini pemerintah mempunyai


kewajiban untuk menyusun kebijaksanaan yang dapat dituangkan dalam
bentuk peraturan dan ketentuan pelaksanannya, serta melakukan upaya agar
segala ketentuan tersebut dapat dijalankan.

Peraturan – peraturan lainnya yang berkaitan dengan K3 :

 Undang – Undang No. 1 tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya


Undang – Undang Kerja Tahun 1948 No. 12
 Undang – Undang Uap (Stoom Ordonantie, Stbl. No.225 Tahun 1930)

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 7


 Undang – Undang Timah Putih Kering (Loodwit Ordonantie, Stbl No.
509 Tahun 1931)
 Undang – Undang Petasan (Stbl No. 143, Tahun 1932 jo Stbl No. 9
Tahun 1930)
 Undang – Undang Rel Industri (Industrie Baan Ordonantie, Stbl No.
593, Tahun 1938)
 Undang – Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO
No. 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor – Kantor
 Undang – Undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja

D. RUANG LINGKUP UNDANG – UNDANG KESELAMATAN KERJA NO. 1


TAHUN 1970

Undang – Undang No. 1 tahun 1970 mulai berlaku dan diundangkan pada
tanggal 12 Januari 1970 sebagai pengganti dari Veiligheids Reglement (Stbl.
1910 No. 406). Undang – Undang ini adalah sebagai Undang – Undang
pokok yang memuat aturan – aturan dasar atau ketentuan – ketentuan
umum tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat,
didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diatas udara, yang
berbeda di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Selanjutnya akan
dikeluarkan peraturan – peraturan organiknya, terbagi baik atas dasar
pembidangan teknis maupun pembidangan industri secara sektoral.
Sebagaimana yang tertuang dalam pokok – pokok pertimbangan
dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, maka
upaya K3 bertujuan :

 Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada ditempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat
 Agar sumber – sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien
 Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan

Master ManagementInstitute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 8


Asas nationaliteit yang digunakan dalam Undang – Undang No. 1 tahun 1970
memberlakukan Undang – Undang Keselamatan Kerja kepada setiap warga
Negara yang berada di wilayah hukum Indonesia (termasuk wilayah kedutaan
Indonesia di luar negeri dan terhadap kapal – kapal yang berbendara
Indonesia). Asas territorial memberlakukan Undang – Undang Keselamatan
Kerja sebagaimana hukum pidana lainnya kepada setiap orang yang berada
di wilayah / territorial Indonesia, termasuk warga Negara asing yang tinggal
di Indonesia (kecuali yang mendapatkan kekebalan diplomatik)

Ruang lingkup pemberlakuan Undang – Undang Keselamatan Kerja dibatasi


dengan adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap
tempat kerja, yaitu :

 Tempat kerja dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha,


 Adanya tenaga kerja yang bekerja disana,
 Adanya bahaya kerja ditempa itu.

Dengan demikian yang diatur dalam Undang – Undang Keselamatan Kerja


ialah keselamatan dan kesehatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di
darat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diatas udara
yang berada di dalam wilayah hukum Republik Indonesia.Dengan demikian
tempat kerja dimanapun berada, selama masih dalam wilayah hukum
Republik Indonesia, baik milik swasta (dalam negeri ataupun asing) maupun
perorangan atau milik Pemerintah diberlakukan segala ketentuan yang ada
dalam Undang – Undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970.

Setiap tempat kerja sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pasal 2 ayat


(2) dimana didalamnya terdapat bahaya kerja yang berhubungan dengan :

 Keadaan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan lain sebagainya


 Lingkungan kerja
 Sifat pekerjaan
 Cara kerja
 Proses

Ketentuan pasal 2 ayat (3) merupakan escape clausul dalam menetapkan


ruang lingkup tambahan apabila diperlukan di kemudian hari dan belum
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 9
diatur oleh Undang – Undang Keselamatan Kerja. Karena dimungkinkan
untuk waktu yang akan datang ditemukan tempat kerja baru selain yang
terinci pada ayat (2) yaitu sehubungan dengan perkembangan teknik dan
teknologi.

Disamping memahami ketentuan yang dirumuskan dalam pasal 2, juga


harus diperhatikan penjelasan pasal 2 yang ada.Dalam penjelasan pasal 2
diisyaratkan bahwa peraturan organik sebagai peraturan pelaksanaan
Undang – Undang Keselamatan Kerja digolongkan dalam pembidangan
teknis dan sektoral, baik dalam bentuk peraturan pemerintah maupun
peraturan menteri.

E. SYARAT – SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dalam pasal 3 ayat (1) ditetapkan syarat – syarat keselamatan dan kesehatan
kerja. Ketentuan tersebut berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai
melalui persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan pelaksanaan Undang –
Undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970. Sedangkan ayat berikutnya
merupakan escape clausulsebagaimana dengan yang diatur dalam pasal 2
ayat (3). Dengan ketentuan tersebut dapat dirubah rincian yang ada dalam
pasal 3 ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi serta penemuan – penemuan di kemudian hari.

Syarat – syarat keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan sejak tahap


perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Dengan demikian sangat jelas dapat
dipahami sifat preventif dari Undang – Undang Keselamatan Kerja dan
merupakan salah satu perbedaan yang bersifat prinsipil bila dibandingkan
dengan Undang – Undang yang digantikannya.

Dalam pasal 4 ayat (2) juga mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis
keselamatan dan kesehatan kerja yang memuat prinsip – prinsip teknis

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 10


ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas,
dan praktis

F. PEMBINAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Undang – Undang Keselamatan Kerja mengatur tentang kewajiban pengurus


dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan di tempat kerjanya.
Kewajiban tersebut meliputi :

1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan


fisik baik secara awal bagi tenaga kerja yang baru diterimanya
ataupun dipindahkan ke lain bagian ataupun lain pekerjaan.
2. Memeriksakan kesehatan sebagaimana tersebut dalam butir 1 secara
berkala pada semua tenaga kerjanya. Disamping untuk mengetahui
kemampuan fisik dan kondisi mental tenaga kerja, maka pemeriksaan
berkala ini dimaksudkan untuk mendeteksi secara dini timbulnya
penyakit akibat kerja. Ketentuan ini juga menunjukkan sifat preventif
dari Undang – Undang Keselamatan Kerja.
3. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus dilakukan oleh dokter
pemeriksa atau penguji kesehatan tenaga kerja sesuai dengan
peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02/MEN/1980
dan untuk meningkatkan kondisi kesehatan kerja tenaga kerja secara
umum, pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai
dengan ketentuan didalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 03/MEN/1982
4. Menunjukkan dan menjelaskan pada tenaga kerja baru tentang :
 Kondisi – kondisi dan bahaya – bahaya serta yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya,
 Semua pengamanan dan alat – alat perlindungan yang
diharuskan dikenakan dalam tempat kerjanya,
 Alat – alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan,
 Cara – cara kerja dan sikap kerja yang aman dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 11
5. Hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah
Ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat – syarat
tersebut diatas.
6. Melakukan pembinaan bagi tenaga kerjanya secara berkala tentang :
a. Pencegahan kecelakaan,
b. Pemberantasan kebakaran,
c. Pertolongan pertama pada kecelakaan,
d. Hal – hal lain dalam rangka meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerjanya,

Kewajiban lainnya meliputi:

1. Memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat dan ketentuan –


ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat yang dijalankannya.
2. Membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
di tempat kerjanya sesuai dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.04/MEN/1987.
3. Melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
Tata cara pelaporan kecelakaan kerja tersebut sesuai dengan
peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1998.
4. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya
semua syarat – syarat keselamatan kerja diwajibkan pada tempat –
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pengawal
pengawas atau Ahli K3.
5. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya pada tempat – tempat yang mudah dilihat dan
dibaca menurut menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan dan kesehatan kerja.

Disamping kewajiban pengurus tempat kerja juga diatur tentang kewajiban


pengusaha untuk membayar retribusi pengawasan K3. Selain mengatur
kewajiban pengurus dan pengusaha, Undang – Undang keselamatan kerja
juga mengatur tentang kewajiban tenaga kerja yang meliputi :

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 12


1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau Ahli K3,
2. Memakai alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan,
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat K3 yang diwajibkan,
4. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3 yang
diwajibkan,
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat – syarat K3
serta alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya,
kecuali dalam hal – hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas – batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.

Demikian juga denga setiap orang yang memasuki tempat kerja, diwajibkan
bagi mereka untuk mentaati semua petunjuk K3 dan memakai alat – alat
perlindungan diri.

G. PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang – Undang


Keselamatan Kerja, sedangkan pegawai pengawas dan Ahli K3 ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang – Undang K3
dan membantu pelaksanaannya. Untuk itu maka wewenang dan kewajiban
direktur, pegawai pengawas dan Ahli K3 dalam melaksanakan Undang –
Undang ditetapkan dalam peraturan perundang – undangan.

Wewenang dan kewajiban direktur ditetapkan dalam Peraturan Menteri


Tenaga Kerja No. Kep. 79/MEN/1977 dan wewenang dan kewajiban pegawai
pengawas ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
03/MEN/1978. Sedangkan untuk Ahli K3 ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 02/MEN/1992.

Terkait dengan wewenang direktur dalam melaksanakan Undang – Undang


Keselamatan Kerja, diatur tentang lembaga banding yang disebut dengan
Panitia Banding. Ketentuan menetapkan bahwa barang siapa yang tidak
menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan banding
kepada Panitia Banding. Tata cara permohonan banding, susunan panitia,
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 13
dan lain – lainnya sebagai upaya hukum dan mekanisme penyelesaian
persoalan apabila ada yang tidak puas ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Keputusan dari Panitia Banding bersifat final dan tidak dapat dibanding
kembali.

Pegawai pengawas dan Ahli K3 meskipun dalam Undang – Undang


Keselamatan Kerja mempunyai kedudukan yang sama, namun dalam
pelaksanaannya sehari – hari terdapat perbedaan antara wewenang pegawai
pegawas dengan Ahli K3

H. KETENTUAN PELANGGARAN

Undang – Undang juga memberikan ancaman pidana bagi pelanggarannya.


Tindak pidana tersebut digolongkan dengan pidana pelanggaran. Ancaman
hukuman dari pelanggaran ketentuan Undang – Undang Keselamatan Kerja
adalah hukuman kurungan selama – lamanya 3 bulan atau denda setingginya
Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah). Proses projustisia dilaksanakan sesuai
dengan Undang – Undang No.8 tahun 1981 tentang KUHAP.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 14


I. PERATURAN PELAKSANAAN

Peraturan pelaksanaan Undang – Undang Keselamatan Kerja dapat


dikelompokkan menjadi 2, yaitu Peraturan Pelaksanaan yang bersumber dari
Velleigheidsreglement (VR) 1910 berupa peraturan khusus yang masih
diberlakukan berdasarkan pasal 17 Undang – Undang Keselamatan Kerja
sendiri sebagai peraturan organiknya. Peraturan pelaksanaan tersebut
dikeluarkan dalam pembidangan teknis dan sektoral.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 15


DASAR – DASAR K3
A. DASAR HUKUM
1. Undang – Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Undang – Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

B. PENGERTIAN
1. Kesematan dan Kesehatan Kerja
 Secara Filosofi : Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususunya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
 Secara Keilmuan : Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan, penyakit
akibat kerja, kebakaran, dan pencemaran lingkungan
 Secara Etimologi : Suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan
pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki
tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.

2. Keselamatan (Safety)
a. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of accident
loss)
b. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan
(mengontrol) resiko yang tidak bisa diterima (unacceptable risk)

3. Kesehatan (Health)
Derajat / tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of
physiological and psychological well being of the individual)

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 16


4. Aman (Safe)
Suatu kondisi dimana atau kapan munculnya sumber bahaya telah
dapat dikendalikan ke tingkat yang memadai, dan ini adalah kebalikan
dari Bahaya (Danger).

5. Bahaya (Danger)
Merupakan tingkat bahaya dari suatu kondisi dimana atau kapan
muncul sumber – sumber bahaya. Danger adalah kebalikan dari Aman
atau selamat.

6. Incident
Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit
saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

7. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan yang
menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan dan berakibat cedera
pada manusia, dan atau kerusakan barang, dan atau pencemaran
lingkungan.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 17


BAB III
POKOK BAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi


kebutuhan hidupnya manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami
kecelakaan dalam bentuk cedera atau luka. Dengan akal pikirannya mereka
berusahan mencegah terulangnya kecelakaan serupa dan ia dapat mencegah
kecelakaan kerja secara preventif.

Selama pekerjaan masih dikerjakan secara perorangan atau dalam


kelompok, maka usaha pencegahan tidaklah sulit. Sifat demikian segera
berubah, tatkala setelah revolusi industri dimulai, yakni sewaktu umat
manusia dapat memanfaatkan hukum alam dan dipelajari sehingga menjadi
ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan secara praktis.

Penerapan ilmu pengetahuan tersebut dimulai pada abad ke-18


dengan munculnya industri tenun, penemuan ketel uap untuk keperluan
industri. Tenaga uap sangat bermanfaat bagi dunia industri, namun
pemanfaatannya juga mengandung resiko terhadap peledakan karena
adanya tekanan.

Selanjutnya menyusul revolusi listrik, revolusi tenaga atom dan


penemuan – penemuan baru di bidang teknik dan teknologi yang sangat
bermanfaat bagi manusia. Disamping manfaat tersebut, pemanfaatan teknik
dan teknologi dapat merugikan dalam bentuk resiko terhadap kecelakaan
apabila tidak diikuti dengan pemikiran tentang upaya keselamatan dan
kesehatannya.

Sebagai gambaran tentang sejarah perkembangan keselamatan dan


kesehatan kerja dapat disampaikan sebagai berikut :

 Kurang lebih 1700 tahun sebelum Masehi, Raja Hamurabi dari kerajaan
Babylonia dalam kitab Undang – Undangnya menyatakan bahwa :
“Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang dan
pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 18
roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli bangunan
tersebut dibunuh”.
 Dalam zaman Mozaik + 5 abad setelah Hamurabi, dinyatakan bahwa
ahli bangunan bertanggung jawab atas keselamatan para pelaksana
dan pekerjanya, dengan menetapkan pemasangan pagar pengaman
pada setiap sisi luar atap rumah.
 Kurang lebih 80 tahun sesudah masehi, Pinius seorang ahli
Encyclopedia bangsa Roma mensyaratkan agar pekerja tambang
diharuskan memakai tutup hidup
 Tahun 1450 Dominico Fontana diserahi tugas membangun obelisk
ditengah lapangan St. Pieter Roma. Ia selalu mensyaratkan agar para
pekerja memakai topi baja

Peristiwa sejarah tersebut menggambarkan bahwa masalah keselamatan dan


kesehatan manusia pekerja menjadi perhatian ahli pada waktu itu.

Sejak revolusi industri di Inggris dimana banyak terjadi kecelakaan dan dapat
banyak membawa korban, pengusaha pada waktu itu berpendapat bahwa hal
tersebut adalah bagian dari resiko pekerjaan dan penderitaan para korban,
karena bagi pengusaha sendiri, hal tersebut dapat dengan mudah
ditanggulangi dengan jalan mempekerjakan tenaga baru. Akhirnya banyak
orang yang berpendapat bahwa membiarkan korban berjatuhan apalagi
tanpa ganti rugi bagi korban dianggap tidak manusiawi. Para pekerja
mendesak pengusaha untuk mengambil langkah – langkah positif untuk
menanggulangi masalah tersebut. Yang diusahakan pertama – tama adalah
memberikan perawatan kepada para korban dimana motifnya berdasarkan
perikemanusiaan.

Pada tahun 1900 di Amerika Serikat diberlakukan Undang – Undang Worker


Compensation Law dimana disebutkan bahwa tidak memandang apakah
kecelakaan tersebut terjadi akibat kesalahan si korban atau tidak, yang
bersangkutan akan mendapatkan ganti rugi jika terjadi dalam pekerjaan.
Undang – Undang ini menandai permulaan usaha pencegahan kecelakaan
yang lebih terarah.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 19


Di Inggris pada mulanya aturan perundangan yang hampir sama telah juga
diberlakukan, namun harus dibuktikan bahwa kecelakaan kerja tersebut
bukanlah terjadi karena kesalahan si korban. Jika terbukti bahwa kecelakaan
yang terjadi adalah akibat kesalahan atau kelalaian si korban, maka ganti
rugi tidak akan diberikan. Karena pekerja berada pada posisi yang lemah,
maka pembuktian salah tidaknya pekerja yang bersangkutan selalu
merugikan korban. Akhirnya peraturan perundangan tersebut diubah tanpa
memandang apakah si korban salah atau tidak. Berlakunya peraturan
perundangan tersebut dianggap sebagai permulaan dari gerakan
keselamatan kerja, yang membawa angin segar dalam usaha pencegahan
kecelakaan industri.

HW. Heinrich dalam bukunya yang terkenal “Industrial Accident Prevention”


(1931), dianggap sebagai suatu titik awal, yang bersejarah bagi semua
gerakan keselamatan kerja yang teroganisir secara terarah. Pada hakekatnya,
prinsip – prinsip yang dikemukakan Heinrich di tahun 1931 adalah unsur
dasar bagi program keselamatan yang berlaku saat ini.

Dalam perkembangannya banyak ahli menyampaikan Teori Domino yang


berbeda namun mengacu pada prinsip HW. Heinrich. Para ahli
mengembangkan bahwa faktor penyebab kecelakaan bukan saja dari faktor
Unsafe Act dan Unsafe Condition saja, tetapi sudah mengarah pada
ketidakmampuan manajemen (Lack of Control Management) bahkan pada
saat ini faktor penyebab kecelakaan adalah ketimpangan system (Lack of
System).

Dengan demikian pelaksanaan K3 bukan melalui pendekatan parsial tetapi


sudah harus menerapkan K3 berdasarkan kesisteman yaitu Sistem
Manajemen K3 yang dilaksanakan secara holistik dan komprehensif. Di
tingkat perusahaan, K3 bukan hanya menjadi tanggung jawab Ahli K3,
bagian K3 dll, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua pihak di
perusahaan.

Dibawah ini kita gambarkan perkembangan K3 sampai saat ini :

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 20


Dari sisi akibat kecelakaan kerja bukan hanya dalam bentuk cairan manusia
tapi berupa kerugian baik langsung maupun tidak langsung.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 21


BAB IV

FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN

Kejadian kecelakaan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab


didalam usaha produksi dalam melibatkan tenaga kerja, mesin dan
peralatan, bahan – bahan yang digunakan dan berinteraksi satu sama lain
dalam bentuk proses produksi. Interaksi ketiga faktor tersebut akan
mempengaruhi tingkat keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja.
Dalam hal ini dapat berdampak pada kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
kebakaran, peledakan maupun pencemaran lingkungan kerja sebagaimana
dijelaskan pada gambar dibawah ini :

Logika terjadinya kecelakaan dapat digambarkan berdasarkan adanya faktor


– faktor penyebab tersebut yang merupakan hubungan mata rantai sebab
akibat yang dijelaskan berdasarkan Domino Theory Model (Domino Squen)
sebagai berikut :

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 22


Domino Theory model ini dikembangkan oleh beberapa ahli antara lain :

1931 : HW. Heinrich

1949 : Gordon

1967 : Haddon

1970 : Frank Bird JR

1972 : Wiggles Worth

1976 : Bird and Lotus

1978 : Petterson

1980 : Johnson

1985 : Bird and German

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 23


Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 24
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 25
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 26
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 27
Dari Domino Theory Model juga digambarkan mengenai faktor penyebab
tidak langsung dalam bentuk sumber bahaya dari perbuatan tidak aman
(unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition)

Menurut penjelasan pasal 2 Undang – Undang No.1 tahun 1970 sumber


bahaya berkaitan dengan :

1) Mesin, pesawat, alat, instalasi dan bahan


2) Lingkungan kerja
3) Proses produksi
4) Cara kerja
5) Sifat pekerjaan

Apabila kita bicara K3, ada perbedaan prinsip menurut pendekatan sumber
bahaya (hazard), konsekuensi (akibat yang ditimbulkan) dan konsentrasi
kepedulian (bentuk pengendaliannya).

Walaupun terdapat perbedaan tersebut pada akhirnya Keselamatan dan


Kesehatan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan (ibarat 2 sisi

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 28


mata uang). Pelaksanaan K3 harus sinergi dan seiring sejalan keduanya
merupakan bagian integral dari sistem perlindungan tenaga kerja.

Gambar dibawah ini menunjukkan K3 ditinjau dari aspek sumber bahaya,


konsekuensi, dan konsentrasi pengendaliannya.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 29


BAB V

AKIBAT KECELAKAAN

Berdasarkan pengertian kecelakaan dijelaskan bahwa kecelakaan


mengakibatkan cedera dan kerusakan harta benda yang dapat menimbulkan
kerugian, baik bagi si korban beserta keluarganya dalam bentuk penderitaan
dan kerugian bagi perusahaan.

Bagi perusahaan modern semua bentuk kerugian (loss) tidak diinginkan


terjadi karena akan mempengaruhi berbagai hal seperti menurunnya tingkat
keuntungan (profit), kompetensi pasar (trade competition) sampai kepada
reputasi dan nama baik perusahaan.

Oleh karena itu setiap perusahaan berusaha untuk menekan dan mengurangi
tingkat kerugian tersebut melalui berbagai program Loss Prevention sampai
program Total Loss Control Management (TLCM) melalui pendekatan disiplin,
rekruitmen security dan kecelakaan kerja.

Menurut Berg kerugian akibat kecelakaan kerja digambarkan sebagai teori


gunung es (Ice Berg) yang menyatakan bahwa kerugian yang langsung terjadi
jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya yang tidak langsung dan hal
ini pada umumnya tidak disadari oleh para pengusaha.
Gambar berikut ini sebagai ilustrasi tentang kerugian akibat kecelakaan
kerja.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 30


BAB VI

PRINSIP DASAR PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

Pencegahan kecelakaan kerja merupakan inti dari program pelaksanaan K3


yang terencana, terpadu, terkoordinasi dan pengawasan yang terarah yang
didasarkan dengan urutan aktivitas.

Pelaksanaan pencegahan kecelakaan yang didasarkan pada suatu basis


filosofi yang meliputi basis kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan,
dan unjuk kerja K3

Pencegahan kecelakaan ditunjukkan pada kemaslahatan umat manusia


(humanity), menjamin agar setiap pekerja tetap selamat dan sehat dalam
menjalankan tugasnya.

Tingkat kemajuan dan produktivitas perusahaan dengan indikasi tidak


terjadinya kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan

Bagi Negara, pelaksanaan K3 akan memberikan dukungan terhadap


pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mewujudkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dan tercapainya masyarakat adil dan makmur.

Banyak para ahli menyampaikan konsepnyna, namun pada prinsipnya


mempunyai kesamaan pandangan terhadap konsen pencegahan kecelakaan
kerja. Konsep – konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 31


Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 32
Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 33
Gambar tersebut diatas menggambarkan tahapan pencegahan kecelakaan
(accident prevention) yang dapat dijelaskan secara umum sebagai berikut :

1. Menemukan Fakta / Masalah


Masalah adalah bentuk penyimpangan / deviasi dari suatu rencana,
standard atau peraturan perundangan. Dengan demikian masalah
dalam K3 adalah sumber bahaya (hazard), karena sumber bahaya
merupakan bentuk ketidaksesuaian dengan standar / peraturan
perundangan. Proses menemukan masalah / fakta kita kenal dengan
identifikasi sumber bahaya dengan cara inspeksi, survey, observasi
atau investigasi

2. Analisis
Pada tahap analisis adalah proses bagaimana fakta atau masalah yang
ditemukan dapat dipecahkan

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 34


Pada tahap analisis pada umumnya harus dapat dikenali berbagai hal
antara lain :
- Sebab utama masalah tersebut
- Tingkat kekerapannya
- Lokasi
- Kaitannya dengan manusia maupun kondisi

Dari hasil analisis suatu masalah dapat saja dihasilkan satu atau lebih
alternatif pemecahan.

3. Pemilihan / penetapan alternatif / pemecahan


Dari berbagai alternative pemecahan perlu diadakan seleksi untuk
ditetapkan satu pemecahan yang benar – benar efektif dan efisien
serta dapat dipertanggungjawabkan

4. Pelaksanaan
Apabila sudah dapat ditetapkan alternative pemecahan maka harus
diikuti dengan tindakan atau pelaksanaan dari keputusan penetapan
tersebut. Hal ini merupakan keputusan pimpinan perusahaan.

5. Pengawasan
Merupakan tahapan penting untuk menunjukkan sejauh mana
pelaksanaan atas tindakan koreksi tersebut sesuai dengan rencana dan
tidak terjadi penyimpangan pelaksanaan.
Pada tahapan pengawasan, apabila ditemukan bentuk penyimpangan
dalam pelaksanaan (action) dapat dilakukan analisis kembali, namun
apabila telah sesuai dengan rencana kerja proses analisi tidak
dilakukan lagi.

Dari berbagai pendapat para ahli tentang tahapan pencegahan kecelakaan


tersebut tidak mengikat, artinya perusahaan dapat memilih contoh mana
yang paling tepat disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 35


Menurut International Labour Organisation (ILO), langkah – langkah yang
dapat ditempuh untuk mencegah kecelakaan antara lain :

 Peraturan perundangan
 Standarisasi
 Inspeksi
 Riset teknis
 Riset medis
 Riset psikologis
 Riset statistic
 Pendidikan
 Latihan
 Persuasi
 Asuransi
 Penerapan ke-11 tersebut diatas langsung ditempat kerja

1. Peraturan perundangan
Antara lain melalui :
a. Adanya ketentuan dan syarat – syarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi (up to date)
b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan K3 sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa
c. Penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3
melalui pemeriksaan – pemeriksaan langsung ditempat kerja.
2. Standarisasi
Merupakan suatu ukuran terhadap besaran – besaran / nilai. Dengan
adanya standar K3, karena pada dasarnya baik buruknya K3 ditempat
kerja diketahui melalui pemenuhan standard K3.
3. Inspeksi
Merupakan kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pemeriksaan dan pengujian terhadap tempat kerja, mesin, pesawat,
alat dan instalasi, sejauh mana masalah – masalah ini masih
memenuhi ketentuan dan persyaratan K3

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 36


4. Riset
Riset yang dilakukan dapat meliputi antara lain : teknis, medis,
psikologis, dan statistik. dimaksudkan antara lain untuk menunjang
tingkat kemajuan bidang K3 sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik dan teknologi.
5. Pendidikan dan Latihan
Sangat penting untuk meningkatkan kesadaran akan arti pentingnya
K3, disamping untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan
keterampilan K3.
6. Persuasi
Merupakan suatu cara pendekatan K3 secara pribadi dengan tidak
menerapkan dan memaksakan melalui sanksi – sanksi.
7. Asuransi
Dapat ditetapkan dengan pembayaran premi yang lebih rendah
terhadap perusahaan yang memenuhi syarat K3 dan mempunyai
tingkat kekerapan dan keparahan kecelakaan yang kecil di
perusahaannya.
8. Penerapan K3 ditempat kerja
Langkah – langkah tersebut harus dapat diaplikasikan ditempat kerja
dalam upaya memenuhi syarat – syarat K3 ditempat kerja.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 37


BAB VII

PENUTUP

Dalam konteks ketenagakerjaan, K3 merupakan bagian integral dari sistem


perlindungan tenaga kerja yang dalam pelaksanaannya diatur dalam
peraturan perundang – undangan. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban
pengusaha / pengawas tempat kerja untuk melaksanakannya dalam upaya
menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya.

Disamping itu pelaksanaan K3 akan menekan dan mengurangi tingkat


kerugian akibat kecelakaan kerja, sehingga dapat dicapai produksi dan
produktivitas yang diinginkan oleh perusahaan, apalagi saat ini K3 menjadi
suatu persyaratan bisnis suatu usaha. Maju mundurnya suatu usaha juga
ditentukan dari pelaksanaan K3 diperusahaan.

Modul ini sebagai panduan dan pedoman bagi siapapun untuk memahami
dan melaksanakan K3 sehingga visi K3 yaitu, K3 menjadi kebutuhan dan
budaya masyarakat dapat diwujudkan demi terwujudnya masyarakat industry
yang sejahtera dan berkeadilan.

Master Management Institute | Modul Ahli K3 Umum | Prinsip Dasar K3 38

Anda mungkin juga menyukai