OPERATOR
CRANE OVERHEAD
DAFTAR ISI
MATERI
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
SALINAN PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
UNDANG - UNDANG NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG
KESELAMATAN KERJA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MENIMBANG :
A. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional.
B. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya.
C. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
D. Bahwa berhubungan dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk
membina norma - norma perlindungan kerja.
E. Bahwa pembinaan norma - norma ini perlu diwujudkan dalam undang - undang
yang memuat ketentuan - ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.
MENGINGAT :
1. Pasal - pasal 5, 20 dan 27 UUD 1945
2. Pasal - pasal 9 dan 10 Undang - undang nomor 14 tahun 1969 tentang ketentuan
- ketentuan pokok mengenai tenaga kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 1969 nomor 55 ). Tambahan lembaran negara nomor 2912 : dengan
persetujuan DPR gotong royong.
MENETAPKAN :
1. Mencabut : Veiligheidsreglement tahun 1910 ( Stbl. No. 406 )
2. Menetapkan : Undang - undang tentang Keselamatan kerja.
BAB I
TENTANG ISTILAH – ISTILAH
Pasal 1
Dalam undang - undang ini yang dimaksudkan dengan :
(1) " Tempat kerja " ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja , atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber - sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2, Termasuk
tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian - bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut.
(2) " Pengurus " ialah orang - orang yang mempunyai tugas memimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
(3) “ Pengusaha " :
1
PT. NUSANTARA TRAISSER
a. Ialah orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri
untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau Badan hukum
termasuk pada ( A ) dan ( B ), Jikalau yang diwakili berkedudukan di luar
Indonesia.
(4) " Direktur " ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang - Undang ini.
(5) " Ahli Keselamatan Kerja " ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departermen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang - undang.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Yang diatur oleh Undang - undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun
diudara, yang berada didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
(2) Ketentuan - ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja
dimana :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran hutan, pengolahan kayu atau bangunan lainnya termasuk
bangunan pengairan, saluran atau terowongan dibawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan .
d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, penbolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakaan, perikanan
dan lapangan kesehatan.
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau
bijih logam lainnya, batu - batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik
dipermukaan atau didalam bumi, maupun didasar perairan.
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik didaratan,
melalui terowongan, dipermukaan air didalam air maupun diudara.
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan dikapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain didalam air.
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan.
j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah.
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau
terpelanting.
2
PT. NUSANTARA TRAISSER
BAB III
SYARAT - SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
(1) Dengan peraturan - perundangan ditetapkan syarat - syarat keselamatan kerja
untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian - kejadian lainnya yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat - alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat timbulnya penyakit
akibat kerja baik fisik maupun non fisik, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat - alat kerja lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
3
PT. NUSANTARA TRAISSER
(2) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam
ayat ( 1 ) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi
serta pendapatan - pendapatan baru dikemudian hari.
Pasal 4
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat - syarat keselamatan kerja
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang, produk tehnis dan aparat produk yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
(2) Syarat - syarat tersebut memuat prinsip - prinsip teknis ilimiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
mencakup bidang konstruksi, bahan pengolahan, dan pembuatan, perlengkapan
alat - alat perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan atau
pembungkusan, pemberian tanda - tanda pengenalan atas bahan, barang,
produk tehnis dan aparat produksi guna menjamin keselamatan barang - barang
itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukan dan keselamatan umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam
ayat ( 1 ) dan ( 2 ) dengan peraturan perundangan ditetapkan siap yang
berkewajiban memenuhi dan menaati syarat - syarat keselamatan tersebut.
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5
(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap undang - undang ini,
sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya. Undang - Undang ini
membantu pelaksanaannya.
(2) Wewenang dan kewajiban Direktur. Pegawai pengawas dan ahli keselamatan
kerja dalam melaksanakan Undang - undang ini diatur dengan peraturan
perundangan.
Pasal 6
(1) Barang siapa tidak menerima keputusan Direktur dapat mengajukan
permohonan banding kepada panitia Banding.
(2) Tata cara permohonan banding, susunan panitia banding, tugas panitia banding
dan lain- lain ditetapkan oleh menteri Tenaga Kerja.
(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat di banding lagi Pasa17.
Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang - undang ini pengusaha harus
membayar restribusi menurut ketentuan - ketentuan yang diatur dengan
peraturan perundangan.
Pasal 8
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat - sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya.
(2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada dibawah
4
PT. NUSANTARA TRAISSER
Pimpinannya secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan
dibenarkan oleh Direktur.
(3) Norma - norma mengenahi pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan
perundang - undangan.
BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a. Kondisi - kondisi dan bahaya - bahaya yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya.
b. Semua pengamanan dan alat - alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerjanya.
c. Alat - alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara - cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah mernahami syarat - syarat
tersebut diatas.
(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja
yang berada dibawa pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan.
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat - syarat dan
ketentuan - ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
dijalankannya.
BAB VI
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 10
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan
Kesehatan Kerja guna rnemperkembangkan kerjasama saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat
- tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka memperlancar usaha
berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain -
lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
BAB VII
KECELAKAAN
Pasal 11
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat
kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
5
PT. NUSANTARA TRAISSER
(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaaan kecelakaan oleh pegawai termaksud
dalam ayat ( 1 ) diatur oleh peraturan Perundangan.
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan peraturan perundang - undangan diatur kewajiban dan hak tenaga kerja
untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai Pengawas dan
atau Ahli Keselamatan Kerja.
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat - syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamtan dan
kcsehatan kerja serta alat - alat perlindunagn diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam batas - batas khusus ditentukan lain oleh pegawai
pengawas dalam batas - batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati semua petunjuk
Keselamatan Kerja dan memakai alat - alat perlindungan diri yang diwajibkan.
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan. Sehelai Undang - undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan pada tempat - tempat kerja yang mudah dilihat dan terbaca dan
menurut petunjuk Pegawai Pengawas atau ahli Keselamatan Kerja.
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar - gambar
Keselamatan Kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada
tempat - tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk Pegawai
pengawas atau ahli Keselamatan Kerja.
c. Menyediakan secara cuma - cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk
yang diperlukan menurut petunjuk Pegawai pengawas atau Ahli Keselamatan
Kerja.
6
PT. NUSANTARA TRAISSER
BAB XI
KETENTUAN - KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal - pasal diatas diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan.
(2) Peraturan perundangan - undangan tersebut pada ayat ( 1 ) dapat memberikan
ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan
selama - lamanya 3 ( tiga ) bulan atau denda setinggi - tingginya Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah).
(3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat - tempat kerja yang sudah ada pada waktu
Undang - undang dimulai berlaku wajib mengusahakan didalam 1 tahun sesudah
Undang - undang mulai berlaku. Untuk memenui ketentuan - ketentuan menurut atau
berdasarkan Undang - undang ini.
Pasal 17
Selama peraturan perundang - undangan ini untuk melaksanakan ketentuan dalam
Undang - undang ini belum dikeluarkan maka peraturan dalam bidang Keselamatan
kerja yang ada pada waktu Undang - undang ini mulai berlaku tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang - undang ini.
Pasal 18
Undang - undang ini disebut Undang - undang Keselamatan Kerja dan mulai berlaku
pada hari diundangkan. Agar supaya setiap dapat mengetahuinya, memerintahkan
mengundangkan Undang - undang ini dengan penempatannya dalam lembaran
Negara Republik Indonesia.
ttd ttd
Alamsah Soeharto
Mayor Jendral TNI Jendral TNI
7
PT. NUSANTARA TRAISSER
8
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
PERMENAKER NO. 8 TAHUN 2020
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBUK INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
9
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
tentang Keselamatan dan Kesehatan Keija Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut;
10
Kementerian Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 411);
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik Indonesia
Tgihun 2015 Nomor 622) sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
MEMUTUSKAN;
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
11
atau di luar pesawatnya, ataupun tidak menggunakan
kemudi dan bergerak di atas landasan, permukaan
maupun rel atau secara terus menerus dengan
menggunakan bantuan ban, atau rantai atau rol.
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebut Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai
negeri sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam
jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut adalah Pengawas
Ketenagakerjaan yang mempunyai keahlian khusus di
bidang K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang
berwenang untuk melakukan kegiatan pembinaan,
pemeriksaan, dan pengujian bidang Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut serta pengawasan dan
pengembangan sistem pengawasan ketenagakerjaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut yang selanjutnya disebut
Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
adalah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dari
luar instansi yang membidangi ketenagakerjaan yang
ditunjuk oleh Menteri untuk melakukan pemeriksaan
dan pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas
memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri.
Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri;
12
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya; atau
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah
Indonesia.
13
pemeriksaan peralatan atau komponen Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.
16. Operator adalah Tenaga Kerja yang mempunyai
kemampuan dan memiliki keterampilan khusus dalam
pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
17. Juru Ikat {rigger) adalah Tenaga Kerja yang
mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan
khusus dalam melakukan pengikatan muatan/barang
dan pengaturan pengoperasiein peralatan angkat.
18. Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Keija yang
selanjutnya disebut Lisensi K3 adalah kartu tanda
kewenangan untuk melaksanakan tugas sebagai
Teknisi, Operator, atau Juru Ikat {rigger) bidang
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
19. Standar Kompetensi Keija Nasional Indonesia yang
selanjutnya disingkat SKKNI adalah rumusan
kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta
sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas
dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
20. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang
membidangi pengawasan ketenagakerjaan dan K3.
21. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 2
14
a. standar nasional Indonesia; dan/atau
b. standar internasionai.
Pasal 3
Pasal 4
15
- 8 -
BAB II
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
16
c. pemakaian atau pengoperasian sesuai dengan
jenis dan kapasitas.
(4) Pemeliharaan dan perawatan Pesawat Angkat, Pesawat
Angkut, dan Alat Bantu Angkat dan Angkut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus:
a. sesuai prosedur pemeliharaan dan perawatan;
b. dilakukan secara berkala;
c. sesuai dengan buku manual yang diterbitkan oleh
pabrik pembuat dan/atau standar yang berlaku;
dan
Bagian Kedua
Bahan
Pasal 6
Pasal 7
17
- 10 -
Bagiain Ketiga
Komponen Utama
Pasal 8
Pasal 9
18
-11 -
Pasal 10
Pasal 11
19
- 12 -
Pasal 12
20
- 13 -
Pasal 13
Pasal 14
21
- 14 -
Pasal 15
Bagian Keempat
Perlengkapan
Pasal 16
22
- 15-
Pasal 17
23
- 16 -
Pasal 18
Bagian Kelima
Pengoperasian
Pasal 19
24
- 17-
Pasal 20
BAB III
PESAWAT ANGKAT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
25
- 18 -
Pasal 22
Bagian Kedua
Dongkrak
Pasal 23
Pasal 24
26
- 19 -
Pasal 25
Pasal 26
Bagian Ketiga
Keran Angkat
Pasal 27
27
- 20 -
Pasai 28
Pasal 29
Pasal 30
28
- 21 -
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
29
- 22 -
30
- 23 -
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
31
- 24 -
Pasal 37
32
- 25 -
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
33
- 26 -
Pasal 41
Pasal 42
34
- 27 -
Pasal 43
Pasal 44
35
- 28 -
Pasal 45
Pasal 46
36
- 29 -
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
37
-30-
Pasal 50
Pasal 51
38
- 31 -
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
Bagian Keempat
Alat Angkat Pengatur Posisi Benda Kerja
Pasal 55
39
-32-
Pasal 56
Bagian Kelima
Personal Platform
Pasal 57
Pasal 58
(1) Passenger hoist selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) juga
memiliki batang bergerigi/berulir, roda gigi {gear), dan
sangkar {basket).
(2) Gondola selain memiliki komponen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) juga memiliki rel,
tiang, lengan yang merupakan arm atau boom, tromol
gulung (drum), motor listrik, dan sangkar {basket).
Pasal 59
40
- 33 -
Pasal 60
Pasal 61
41
- 34 -
Pasal 62
Pasal 63
42
-35-
Pasal 64
Pasal 65
43
- 36 -
Pasal 66
BAB IV
PESAWAT ANGKUT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 67
44
- 37 -
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70
Pasal 71
45
- 38 -
Pasal 72
46
-39-
Pasal 73
Pasal 74
47
- 40 -
Bagian Kedua
Alat Berat
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
48
(2) Dalam menggunakan garpu {fork) pada forklift dilarang
memasang alat tambahan untuk memperpanjang
garpu {fork).
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
49
-42 -
Pasal 81
Pasal 82
Pasal 83
Pasal 84
50
-43 -
Pasal 85
Pasal 86
51
- 44 -
Pasal 87
52
-45-
Pasal 88
Pasal 89
Pasal 90
Bagian Ketiga
Kereta
Pasal 91
Pasal 92
53
-46-
Pasal 93
Pasal 94
54
- 47 -
Pasal 95
Pasal 96
55
- 48 -
Pasal 97
Pasal 98
56
- 49 -
Pasal 99
Pasal 100
57
- 50 -
Pasal 101
Pasal 102
Bagian Keempat
Personal Basket
Pasal 103
Pasal 104
58
- 51 -
Pasal 105
Pasal 106
Pasal 107
59
- 52 -
Bagian Kelima
Truk
Pasal 108
Pasal 109
Pasal 110
60
- 53 -
Pasal 111
Bagian Keenam
Robotik dan Konveyor
Pasal 112
61
- 54 -
Pasal 113
Pasal 114
Pasal 115
62
- 55 -
Pasal 116
Pasal 117
63
- 56 -
Pasal 118
Pasal 119
64
- 57 -
Pasal 120
Pasal 121
65
- 58 -
Pasal 122
Pasal 123
66
- 59 -
BAB V
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 124
Pasal 125
Pasal 126
67
- 60 -
Pasal 127
Pasal 128
68
- 61 -
Bagian Kedua
Sling
Paragraf 1
Umum
Pasal 129
Sling meliputi sling tali kawat baja [wire rope sling), sling
rantai {chain sling), sling sabuk {webbing sling) dan sling
tali serat.
Pasal 130
Paragraf 2
Sling Tali Kawat Baja {Wire Rope Sling)
Pasal 131
69
-62-
(3) Sling tali kawat baja {wire rope sling] dilarang disimpul
dan dibelit.
70
- 63 -
Paragraf 3
Sling rantai [chain sling)
Pasal 132
Paragraf 4
Sling Sabuk (Webbing Sling)
Pasal 133
71
- 64 -
Paragraf 5
Sling Tali Serat (Synthetic Rope Sling)
Pasal 134
72
- 65 -
Bagian Ketiga
Batang Balok {Spreader Bar)
Pasal 135
Bagian Keempat
Balok Pengangkat {Lifting Beam)
Pasal 136
73
-66-
Bagian Kelima
Keranjang Manusia [Personal Basket)
Pasal 137
74
-67-
Pasal 138
Bagian Keenam
Alat Kelengkapan
Pasal 139
75
- 68 -
BAB VI
PERSONEL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 140
76
- 69 -
Pasal 141
Pasal 142
77
- 70 -
Bagian Kedua
Kompetensi Personel K3
Pasal 143
Bagian Ketiga
Penunjukan Teknisi
Pasal 144
Bagian Keempat
Penunjukan Operator Pesawat Angkat
Pasal 145
78
- 71 -
Pasal 146
Pasal 147
79
- 72 -
Pasal 148
80
- 73 -
Pasal 149
Pasal 150
Bagian Kelima
Penunjukan Operator Pesawat Angkut
Pasal 151
81
- 74 -
Pasal 152
Pasal 153
82
- 75 -
Pasal 154
Pasal 155
83
-76-
Pasal 156
Bagian Keenam
Penunjukan Juru Ikat {Rigger)
Pasal 157
Bagian Ketujuh
Penunjukan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat
Dan Pesawat Angkut
Pasal 158
84
- 77 -
Bagian Kedelapan
Tata Cara Memperoleh Lisensi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Pasal 159
85
- 78 -
Bagian Kesembilan
Tata Cara Memperoleh Surat Keputusan Penunjukan Dan
Kartu Tanda Kewenangan
Pasal 160
Pasal 161
86
- 79 -
Bagian Kesepuluh
Perpanjangan Surat Keputusan Penunjukan, Kartu Tanda
Kewenangan dan Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 162
87
- 80 -
Pasal 163
88
- 81 -
Bagian Kesebelas
Tugas Dan Kewenangan Teknisi
Pasal 164
89
-82-
Bagian Keduabelas
Tugas dan Kewenangan Operator
Pasal 165
90
- 83 -
91
- 84 -
Bagian Ketigabelas
Tugas Dan Kewenangan Juru Ikat (Rigger)
Pasal 156
92
- 85 -
Bagian Keempatbelas
Tugas dan Kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut
Pasal 167
93
- 86 -
Bagian Kelimabelas
Kewajiban
Pasal 158
Teknisi berkewajiban:
a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangaji
di bidang K3;
b. melakseinakan standar prosedur kerja aman;
c. membuat laporan hasil pemasangan, pemeliharaan,
perbaikan, dan/atau pemeriksaan
peralatan/komponen Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
d. mengisi buku kerja dan membuat laporan bulanan
sesuai dengan pekeijaan yang telah dilakukan; dan
e. melaporkan kepada atasan langsung mengenai kondisi
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang menjadi
tanggung jawabnya jika tidak aman atau tidak layak
pakai.
Pasal 169
94
- 87 -
Pasal 170
95
- 88 -
Pasal 171
Bagian Keenambelas
Pencabutan
Pasal 172
96
- 89 -
BAB VII
Pasal 173
Pasal 174
d. ulang.
97
-90-
Pasal 175
98
- 91 -
Pasal 176
99
- 92 -
Pasal 177
Pasal 178
Pasal 179
100
- 93 -
Pasal 180
101
- 94 -
Pasal 181
Pased 182
102
- 95 -
Pasal 183
Pasal 184
BAB VIII
PENGAWASAN
Pasal 185
BAB IX
SANKSl
Pasal 186
103
-96-
BABX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 187
Pasal 188
104
- 97 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Juni 2020
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
IDA FAUZIYAH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Juni 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
AYANTI
105
- 98 -
LAMPIRAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
DAFTAR LAMPIRAN
1. KUALIFIKASI OPERATOR
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
IDA FAUZIYAH
DAYANTI
106
-99 -
1. KUALIFIKASI OPERATOR
Pesawat Angkat
overhead crane, overhead travelling crane, hoist crai\e, monorail crane, wall crane, Jib crane,
stacker crane, gantry crane, semi gantry crane, launcher gantry crane, roller gantry crane,
rail mounted gantry crane, rubber tire gantry crane, ship unloader crane, gantry lujfing crane,
container crane
portal crane, ship crane, barge crane, derrick ship crane, dredging crane, ponton crane,
Jloating crane, floating derricks crane, floating ship crane, cargo crane, crawler crane, mobile
crane, lokomotif crane dan/atau railway crane, truck crane, tractor crane, side boom crane,
derrick crane, portal crane, pedestal crane
107
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
PENGETAHUAN DASAR KERAN ANGKAT
PENGETAHUAN DASAR
KERAN ANGKAT
6 Terminologi Operasi
108
Fungsi Keran Angkat
Umum Khusus
F x L k = W x Lb
109
SISTEMATIKA CRANE
Berdasarkan lokasi keran angkat beroperasi
LEPAS PANTAI
DARAT (ONSHORE)
(OFFSHORE)
Penggerak Utama
Sistem Penggerak
110
JENIS KERAN ANGKAT
111
JENIS CRANE OVERHEAD
KONSTRUKSI CRANE
Jenis Single Girder Overhead Crane
10
112
Terminologi Pengoperasian Crane
1 Girder
11
6 Rope reeving
7 Hight of lift
Istilah Operasi
8 Traveling
Crane 9 Traversing
Remote Controle
12
113
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
PENGETAHUAN DASAR MOTOR PENGGERAK
Pengetahuan Dasar
Motor Penggerak
Pembahasan Materi
1 Pengertian
2 Prinsip Kerja
4 Aplikasipada OHC
114
Pengertian
Alat untuk mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik.
115
Jenis-jenis Motor Listrik
Berdasarkan Sumber Tegangan
MOTOR DC
MOTOR AC
Motor AC
Motor Sinkron
Bekerja pada kecepatan tetap dan
konstan pada frekwensi tertentu.
Motor Induksi
Bekerja berdasarkan prinsip kerja
induksi medan magnet antara stator
dan rotor
116
Motor DC
Separately Excited
Motor DC yang sumber arus medan di
suplai dari sumber yang terpisah
Self Excited
Motor DC yang sumber arus
medannya disupply oleh sumber yang
sama dengan sumber kumparan
motor listrik
Bagian-bagian Motor
117
MOTOR LISTRIK PADA OHC
10
118
Motor Penggerak Winch
11
119
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
PENGETAHUAN DASAR LISTRIK
Pengetahuan Dasar
Listrik
Beberapa Pengertian
120
Jaringan Listrik
Kontrol sinyal/alarm
Komponen/Instrumen
Instalasi Penerangan
121
Sumber Arus Listrik
Salah satu sumber tenaga yang dihasilkan oleh turbin atau
generator, listrik menghasilkan :
Gelombang AC disebut gelombang sinus (sine wave) dihasilkan dari putaran rotor pada
generator, nilai pengukuran digambarkan pada grafik tegak lurus dan garis waktu sejajar
5
dengan garis sumbu.
Gelombang Sinus
122
Hukum Ohm
Arus yang mengalir pada konduktor berbanding lurus dengan beda
potensial yang terjadi.
Rumus : E = Beda Potensial
E=IXR I = Arus yang mengalir
R = Tahanan atau hambatan arus
Daya (Power)
Ukuran dalam melakukan usaha atau kerja, simbol P, satuan watt
(joule/detik)
Rumus :
P=EXI
Rangkaian Seri
123
Rangkaian Paralel
Kurang Sehat
Tidak Jasmani dan
Menggunakan Kurang Rohani
Seorang Diri APD pengalaman &
kurang memahami Tidak
aturan yang berlaku menggunakan
Dalam Menggunakan
Pelindung peralatan
keadaan standard
gelap Basah
10
124
Bahaya Kebakaran Listrik
Motor Listrik
Motor AC
JENIS MOTOR
LISTRIK
Motor DC
125
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
SAFETY DEVICE DAN ALAT PELINDUNG DIRI
Perangkat Keselamatan
Kerja
(Safety Device)
dan
ALAT PELINDUNG DIRI
126
Fungsi Perlengkapan Pengaman
Perlengkapan Pengaman
127
Perlengkapan Pengaman
Perlengkapan Pengaman
128
Perlengkapan Pengaman
1 Topi Pengaman
2 Kacamata Pengaman
Pelindung Telinga
3
4 Masker
5 Sarung Tangan
6 Baju kerja
7 Sepatu Pengaman
8
129
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
TALI KAWAT BAJA
Pembahasan Materi
1 Komposisi
2 Bahan
130
Komposisi
131
Inti Tali Kawat Baja
CORE
Diameter
Cara Mengukur Diameter Tali Kawat Baja
132
Bentuk, Jenis dan Konstruksi
JENIS STRAND
Multi Strand
133
Kontruksi Kawat Dalam Strand
6x19 Ordinary, Fiber Core 6x19 Seale, IWRC 6x19 Warrington, Fiber Core 8x25 Filler, IWRC
Identitas
panjang
diameter
Jumlag strand
Jumlah kawat dalam strand
Konstruksi kawat dalam strand
Inti (Independent Wire Rope Core
Jenis dan arah pintalan ( Right Regular Lay)
10
134
Kapasitas Wire Rope
SWL Sling = 8 x D2
Rumus SWL Wire Rope
*SF =5
Safety Factors
Standing Rope : 3
Running Rope : 3,5
Sling :5
Personal Rope : 10
11
Konfirmasi
12
135
Breaking Strength
Kawat Putus
Keausan/Distorsi
Karat/Corosi
Deformasi
14
136
Pemeliharaan Tali Kawat Baja
15
137
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
ALAT BANTU ANGKAT DAN PENGIKATAN
Pembahasan Materi
2 Pengikatan
138
TALI BANTU ANGKAT (SLING)
Terminologi
SYNTETIC
CHAIN
WIRE ROPE
4
139
PEMERIKSAAN SLING
IDENTITAS SHACKLE
140
7
Turnbuckle
Pemeriksaan
141
EYE BOLT
Pemeriksaan
HOOK
Pemeriksaan
Deformasi
Pembukaan mulut hook, maksimal 5 % atau sesuai
dengan petunjuk manufacture.
Aus. Keausan maksimum 10 % atau sesuai
rekomendasi manufacture.
Safety latch tidak bisa menutup dengan normal.
Crack
10
142
SPREADER BAR
Deformasi
Aus. Keausan maksimum 10 % atau
sesuai rekomendasi manufacture.
Korosi
Crack
11
143
JENIS PENGIKATAN BEBAN
13
EFISIENSI SLING
Pengaruh terhadap tegangan kaki sling
14
144
EFISIENSI SUDUT KAKI SLING
0º 60º 120º
T = 1% T = 15% T = 100%
T = 3% T = 40%
f = 1,03 f = 1,40
30º 90º
15
145
PENGIKATAN BRIDLE/VERTIKAL
Perhitungan Efisiensi Sling
17
18
146
PENGIKATAN CHOCKER
19
PENGIKATAN BASKET
20
147
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
SEBAB-SEBAB KECELAKAAN
SEBAB – SEBAB
KECELAKAAN
Penyebab Kecelakaan
148
Faktor Penyebab Kecelakaan
Kesalahan Manusia (Unsafe Action)
149
Faktor Penyebab Kecelakaan
Faktor Lingkungan (Enviroment)
Kecelakaan disebabkan
lingkungan dimana pegawai
melakukan pekerjaannya
sehari-hari pada lingkungan
kerja yang kurang kondusif.
Pencegahan Kecelakaan
150
Menghindari Resiko Kecelakaan
Gunakan Alat Pelindung Diri
151
Menghindari Resiko Kecelakaan
Pastikan kondisi unit
Dalam keadaan layak
10
152
Menghindari Resiko Kecelakaan
11
153
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
MEMPERKIRAKAN BERAT BEBAN
Memperkirakan
Berat Beban
Pembahasan Materi
154
Persiapan Operasi
Kondisi Fisik dan Mental
Forklift
Dongkrak
Balok Kayu
155
Perhitungan Berat Barang
Cargo Manifest
156
Load Weight Estimate
Dasar Perhitungan
Volume Barang
Satuan Ukuran
Konversi pengukuran
1 inch = 25.4 mm
1 feet = 12.0 inch
1m = 3.280 feet
1 yard = 3.0 feet
1 feet = 0.3048m
1 mile = 5,280.0 feet
Ukuran Luas
157
Volume
1 m3 = 35.336 feet3
1 m3 = 16,387.064 Inci3
1 feet = 0.0283 m3
3
1 yard3 = 0.7636 m3
1 m3 = 1,000.0 liter
1 gal (Eng) = 0.004545 m3
1 gal (US) = 0.003785 m3
Ukuran Berat
1 ton (long) = 1,016.04 kg
1 ton (short) = 907.178 kg
1 ton (long) = 2,240.0 lbs
1 ton (short) = 2,000.0 lbs
1 ton (long) = 1.12 ton (short)
1 kg = 2.20462 lbs
1 lbs = 0.453592 kg
1 kg = 5,000.0 karat
1 kg = 35.2793 once
1 once = 0.028349 kg
1 kg = 1,000.0 g
1g = 0.035279 once
1 lbs = 6.0 once
10
158
Beberapa Berat Jenis Material
11
Tebal :
1/4” = 10 lbs
3/8” = 15 lbs
1/2” = 20 lbs
3/4” = 30 lbs
1” = 40 lbs
12
159
Berat besi tuang rata-rata perfeet
Lubang:
4” = 16 lbs
5” = 22 lbs
6” = 30 lbs
8” = 44 lbs
9” = 52 lbs
13
Lubang :
1” = 2 lbs
2” = 5 lbs
3” = 8 lbs
4” = 10 lbs
14
160
Formulasi Luas, Keliling Dan Volume
S
Luas Persegi Panjang = P x L
L S
P
Luas Bujur Sangkar = S x S (sisi)
t
D
a
Luas Lingkaran = 22/7 x r2 atau x 1/4 x D2
Keliling Lingkaran = 2 x 22/7 x r
Volume Balok = P x L x t
S
S
161
Formulasi Isi (Volume)
t
t
Prisma
Tabung
Volume Kerucut =
1/3 x Luas alas x t atau 1/3 x 22/7 x r2 x t
Kerucut
t
Volume Limas =
1/3 x Luas alas x t atau
1/3 x P x L x t
r
Volume Bola = 4/3 x 22/7 x r3
Luas Bola = 4 x 22/7 x r2
162
Contoh Soal 1
Hitung berat plat baja mild, sesuai ukuran gambar berikut
Jawaban
Kalkulasi berat plat baja mild seperti gambar berikut :
Berat plat baja mild = Volume plat x berat baja mild per m³
(lihat tabel berat bahan) = panjang x lebar x tebal x berat
baja mild per m³
= 2,00 x 2,00 x ,020 x 7.840 kg
= 627,2 kg atau 0,627 ton
163
Contoh Soal 2
20 mm
Jawaban Soal 2
Kalkulasi berat pipa baja mild seperti gambar berikut :
Berat pipa baja mild = (Panjang ≈ keliling pipa x lebar x tinggi
lihat lembar potongan pipa pada gambar berikutnya) x (berat baja
mild per m³ lihat tabel berat bahan)
20 mm
164
Jawaban Soal 2
165
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
PENGOPERASIAN AMAN
Pengoperasian Aman
Pembahasan Materi
166
1 Memastikan Lock Device terbuka
Bekerja Sesuai Prosedur Memastikan Kondisi Crane sebelum dan setelah Operasi
167
Ketentuan Operasi
Hindari meninggalkan beban
menggantung lama
Ketentuan Operasi
Area lintasan bebas dari
halangan dan personil
168
Ketentuan Operasi
Rencana Pengangkatan
1 Jenis barang yang diangkat
3 Lokasi pengangkatan
4 Kondisi Lingkungan
Ketentuan Operasi
Uji Fungsi Gerakan Crane,
memastikan tidak terdapat kendala
saat aktivitas pengangkatan.
Hoisting
&
Lowering
169
Pengoperasian Aman
Operator bersertifikat
9
Pengoperasian Aman
Dilarang personil berada
dibawah beban
170
Pengoperasian Aman
Hindari pengangkatan tidak
tugak lurus dan tidak balance
Pengoperasian Aman
Tidak menggunakan hoist
sebagai sling
171
Pengoperasian Aman
Hindari pengangkatan
overload
Fokus Pengoperasian
13
Pengoperasian Aman
Gunakan tagline
14
172
Pengoperasian Aman
Dilarang menggunakan
crane dalam perbaikan
Pengoperasian Aman
16
173
Prosedur Mengakhiri Aktivitas
1 Naikkan Hook
6 Laporkan kelainan/kerusakan
17
174
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management & Safety Training
Masjid Agung Area Blok A-1, Jl. Pagesangan Baru V, Surabaya | Telp. : +6231-8295601, 8295609 Facs. : +6231-8295608
e-mail: marketing@nusantaratraisser.com http://www.nusantaratraisser.com
MATERI
PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN
PEMERIKSAAN &
PEMELIHARAAN
Pembahasan Materi
Pemeriksaan
Pemeliharaan
175
Apa itu
Pemeriksaan ?
| www.ilmumanajemenindustri.com 3
Tujuan Pemeriksaan
Dokumen
Unit/Pesawat
Pencegahan Kerusakan
Keselamatan Kerja
176
Kategori Penggunaan per Bulan
Berat (Heavy)
+Pre-use, Monthly, Quarterly &
Annual Inspection
Sedang (Moderate)
+Pre-use, Quarterly & Annual Inspection
Ringan (Infrequent)
Kategori Pemeriksaan
1 Pre-use Inspection
Sebelum digunakan, pergantian operator dan bila
diperlukan, untuk semua penggunaan.
2 Monthly Inspection
1x per bulan untuk penggunaan berat.
3 Quarterly Inspection
1x per 3 bulan untuk penggunaan sedang dan
berat.
4 Annual Inspection
1x per 12 bulan untuk semua kategori
penggunaan.
API RP 2D | 5th 2003 6
177
Pre-use Inspection
Contoh yang harus diperiksa
Pre-use Inspection
Contoh yang harus diperiksa
178
Pre-use Inspection
Contoh yang harus diperiksa
Pemeriksaan
Setelah Operasi
10
179
Elemen Pemeliharaan
Fasilitas (machine)
Penggantian komponen atau
sparepart (material)
Biaya pemeliharaan (money)
Perencanaan kegiatan
pemeliharaan (method)
Eksekutor pemeliharaan (man)
11
1 Asset
2 Operasional
3 Keselamatan Kerja
Tujuan
Pemeliharaan 4 Produksi
5 Kualitas
6 Biaya
12
180
Pemeliharaan Terencana
Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan terlebih dahulu
Pemeliharaan Pencegahan
(periode waktu tetap atau kriteria tertentu)
Pemeliharaan Terjadwal
(mencegah terjadinya kerusakan & periodik)
Pemeliharaan Prediktif
(sesuai kondisi mesin)
13
Pemeliharaan Darurat
Pemeliharaan Kerusakan
Pemeliharaan Koreksi
14
181
Pemeriksaan dan Pemeliharaan Overhead
Pemeliharan harian
Penerapan Pemeliharan
Terencana Pemeliharaan bulanan
16
182
Safety does not come with
luck. It has to be PREPARED.
183
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan:
NUSANTARA TRAISSER
Technical, Management, & Safety Training
Catatan: