MODUL
PEMBINAAN K3
OPERATOR BULLDOZER
KARYAWAN :
PT. COGINDO DAYA BERSAMA
PENYELENGGARA
PT. TEHNIK WISNU PRATAMA
Alamat : Jl.Raya Serang KM.4 Kp. Kalahang – Cigadung – Karang tanjung
Pandeglang - Banten
Telpn : 0253 – 5553544 , 081281753177
Email : whardana1998@gmail.com
UNDANG – UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MENIMBANG :
a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional;
b. Bahwa setiap orang lain yang berada ditempat kerja perlu dijamin keselamatannya.
c. Bahwa setiap sumber produksi perlu pakai dan dipergunakan secara aman dan efesien.
d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma
norma perlindungan kerja.
e. Bahwa pembinaan norma – norma itu perlu diwujudkan dalam undang – undang yang memuat
ketentuan – ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat industrialisasi teknik dan tehnologi.
MENGINGAT :
2. Pasal – Pasal 9 dan 10 undang – undang no. 14 tahun 1969 tentang ketentuan –
ketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 1969 No. 55 tambahan lembaran Negara No. 2912)
MEMUTUSKAN :
Ttd
Muhamad Zoer
BAB. I
PASAL. 1
1) Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber – sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2 ;
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian – bagian atau yang berhubungan tempat kerja tersebut.
2) Pengurus ialah : orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung di suatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
3) Pengusaha ialah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan suatu usaha milik sendiri dan untuk
keperluan itu menggunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan suatu usaha bukan
miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
c. Orang atau hokum yang di Indonesia mewakili kedudukan di luar Indonesia.
4) Direktur ialah ; pejabat yang di tunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan
Undang – Undang.
5) Pegawai pengawas ialah ; tenaga teknis keahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6) Ahli Keselamatan Kerja ialah ; tenaga teknis keahlian khusus dari luar Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya
undang – undang ini.
BAB II
RUANG LINGKUP
PASAL 2
1) Yang diatur undang – undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik
di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di
dalam wilayah Hukum Republik Indonesia.
2) Ketentuan- ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana :
a. Dibuat, di coba, dipakai atau dipergunakan alat mesin, pesawat, alat perkakas
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran, atau peledakan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau di simpan
bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau
terowongan dibawah tanah dan sebagainnya atau dimana dilakukan pekerjaan
persiapan.
d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, pertenakan, perikanan, dan lapangan
kesehatan.
e. Dilakukan pertambangan dan pengolahan : emas, perak atau biji logam lainnya, batu
– batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dlam bumi,
maupun di dasar perairan.
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,melalui
terowongan, dipermukaan air, di dalam air atau udara.
g. Dikerjakan bongkar muatan barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun,
atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekrjaan lain didalam air.
i. Dilakukan pekerjaan didalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan.
j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung nahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok hanyut atau terpelanting.
l. Dilakukan pekrjaan dalam tanki, sumur atau lubang.
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu kotoran, api, asap, gas hembusan
angina, cuaca, sinar, atau radiasi, suara atau getaran.
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau timah.
o. Dilakukan pemancaran,penyiaran, atau penerima radio,radar, televise, atau telpon.
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset, ( penelitian )
yang menggunakan alat teknis.
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, di bagi _ bagi atau disalurkan listrik,
gas, minyak, atau air.
r. Diputar fil, dipertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjukan sebagai tempat kerja ruang – ruangan
atau lapangan – lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan
yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut dalam ayat
(2).
BAB. III.
PASAL 3
PASAL 4
BAB. IV
PENGAWASAN
PASAL 5
1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap undang – undang ini sedangkan para
pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja di tugaskan menjalankan pengawasan
langsung terhadap ditaatinya undang – undang ini membantu pelaksanaanya.
2) Wewenang dan kewajiban Direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam
melaksanakan undang – undang ini diatur dengan perundangan.
PASAL 6
1) Barang siapa tidak dapat menerima keputusan Direktur dapat mengajukan permohonan
banding kepada panitia banding.
2) Tata cara permohonan banding menerima, susunan panitia banding, tugas panitia
banding, dan lain – lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
3) Keputusan panitia banding tidak dapat disbanding lagi.
PASAL 7
Untuk pengawasan berdasarkan undang – undang ini pengusaha harus membayar retribusi
menurut ketentua – ketentuan yang akan diatur dengan pengaturan perundangan.
PASAL 8
PEMBINAAN
PASAL 9
1) Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi – kondisi dan bahaya – bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja.
b. Semua pengamanan dan alat – alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya.
c. Alat – alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara – cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat – syarat tersebut diatas.
3) Pengurus di wajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada
dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan.
4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat dan ketentuan –
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya
BAB. VI
PASAL 10
BAB. VII
KECELAKAAN
PASAL 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja
yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat
(1) diatur dengan peraturan perundangan.
BAB. VIII
PASAL 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas – pengawas
atau ahli keselamatan kerja.
b. Memakai alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan.
d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat – syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana pada syarat – syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal – hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas – batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
BAB. XI
BAB 13
Barang siapa akan memasuki tempat kerja diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan.
BAB. X
KEWAJIBAN PENGURUS
PASAL 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpin, semua syarat –
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang – undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada
tempat - tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainya pada tempat – tempat yang mudah
dilihat menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
c. Menyediakan secara cuma- Cuma, se,ua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut disertai dengan petunjuk – petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli – ahli keselamatan kerja.
BAB. XI
PASAL 15
1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal – pasal diatas diatur lebih lanjut dengan
peraturan perundangan.
2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana
atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama – lamanya 3 ( tiga
) bulan atau denda setinggi – tingginya Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah ).
3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
PASAL 16
Pengusaha yang mempengargunakan tempat – tempat kerja yang sudah ada pada waktu
undang – undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan didalam satu tahun sesudah
undang – undang ini dimulai berlaku untuk mwemenuhi ketentuan – ketentuan menurut
atau berdasarkan undang – undang ini.
PASAL 17
PASAL 18
Undang – undang ini disebut “ Undang – undang Keselamatan Kerja “ dan mulai
berlaku mulai hari ini diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya
memerintahkan, pengundangan undang – undang ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
Ttd
SOEHARTO
Jenderal,TNI
Diundang di Jakarta
Ttd
ALAMSJAH
Menimbang :
a. bahwa ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pesawat angkat dan pesawat
angkut sebagai pelaksanaan dari Undang – Undnag Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per 05 / MEN
/ 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Per – 09 / MEN / VII / 2010 tentang Operasi dan Petugas Pesawat
Angkat dan Angkut.
b. bahwa Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per – 05 / MEN / 1985 tentang Pesawat
Angkat dan Angkut,dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per – 09 /
MEN / VII / 2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut sudah tidak
sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan pemenuhan syarat keselamatan dan
kesehatan kerja pesawat angkat dan angkut sehingga perlu diganti.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menerapkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pesawat Angkat dan Angkut.
Mengingat :
1. Pasal 17 ayat ( 3 ) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang – Undang
Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh
Indonesia ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4 ).
3. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918 ).
4. Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4279 ).
5. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166 , Tambahan Lembaran Republik Indonesia
Nomor 4916 ).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselematan dan Kesehatan Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5309 ).
7. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementrian Ketengakerjaan
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19 ).
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan
Pembentukan Rancangan Undang – Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan
Rancangan Peraturan Presiden serta Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri di
Kementerian Ketenagakerjaan ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015Nomor 411 ).
9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Ketenagakerjaan ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 622 )
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Ketangakerjaan
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (
Berita Negara Republik Indoensia Tahun 2019 Nomor 870 ).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut K3 adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
3. Pesawat Angkat adalah pesawat atau peralatan yang dibuat, dan di pasang untuk
mengangkat, menurunkan, mengatur posisi atau menahan benda kerja dan muatan.
4. Pesawat Angkut adalah pesawat atau peralatan yang dibuat dan dikonstruksi untuk
memindahkan benda atau muatan, atau orang secara horizontal, vertkal, diagonal,dengan
menggunakan kemudi baik di dalam atau diluar pesawatnya, ataupun tidak
,menggunakan kemudi dan bergerak dia atas landasan, permukaan maupun rel atau
secara terus menerus dengan menggunakan bantuan lain, atau rantai atau rol.
Pasal 2
1. Pengurus dan Pengusaha wajib menerapkan syarat K3 Pesawat Angkat, Pesawat Angkut
dan Alat Bantu Angkat dan Angkut.
2. Syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini atau standar di bidang Pesawat Angkat , Pesawat Angkut dan Alat
Banttu Angkat dan Angkut.
3. Standar sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) meliputi :
Pasal 3
Pelaksanaan syarat K3 Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan Angkut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan :
a. Melindungi K3 Tenaga Kerja dan orang lain yang berada di Tempat Kerja dari Potensi
bahaya Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan Angkut.
Pasal 4
BAB II
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
1. Perencanaan dan pembuatan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a meliputi :
a. Pembuatan gambar rencana konstruksi / instalasi dan cara kerja
b. Pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan ( welding procedure specification ) dan
pencatatan prosedur kualifikasi ( procedure qualification record ) jika terdapat
bagian utama yang menerima beban yang dilakukan pengelasan.
c. Perhitungan kekuatan konstruksi
d. Pemilihan dan penentuan bahan bagian utama yang menerima beban dan
perlengkapan yang sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan.
2. Pemasangan dan perakitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi :
a. Pembuatan gambar konstruksi pondasi
b. Perhitungna kekuatan konstruksi pondasi
c. Penggunaan bagian utama yang menerima beban dan perlengkapan harus sesuai
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf d.
3. Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Angkat , Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi :
a. Pemeriksaan dan pengujian
b. Penyediaan prosedur pemakaian / pengoperasian
c. Pemakaian atau pengoperasian sesuai dengan jenis dan kapasitas.
5. Pemeliharaan dan perawatan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut serta Alat Bantu Angkat
dan Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus :
a. Sesuai procedure pemelihraan dan perawatan
b. Dilakukan secara berkala
c. Sesuai dengan buku manual yang diterbitkan oleh pabrik pembuat / standar yang
berlaku
d. Dapat memastikan bagian utama yang menerima beban dan perlengkapan berfungsi
secara aman.
6. Perbaikan, perubahan atau modifikasi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi :
a. Pembuatan gambar rencana perbaikan, perubhan atau modifikasi
b. Perhitungan kekuatan konstruksi
c. Pemilihan dan penentuan bahan bagian utama yang menerima beban dan
perlengkapan yang sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan.
Bagian Kedua
Bahan
Pasal 6
Bahan dari Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan Angkut harus
memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan dan standar teknis.
Pasal 7
1. Bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 pada bagian utama yang menerima beban harus :
a. Kuat
b. Tidak cacat
c. Memiliki tanda hasil pengujian dan sertifikat bahan yang diterbitkan lembaga yang
berwenang
2. Bagian utama yang menerima beban sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) antara lain kali
kawat baja, rantai, batang penopang ( girder ) , kait ( hook ) garpu ( fork ) dan baik ( bucket
).
Bagian Ketiga
Komponen Utama
Pasal 8
1. System hidraulik dan system pneumatic sebagaimana dimaksd dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf c
harus memenuhi syarat :
a. Tidak terdapat kebocoran
b. Terawatt
c. Mempunyai factor keamanan paling rendah
d. 12 ( dua belas ) untuk besi ruang
e. 8 ( delapan ) untuk baja tuang
f. 5 ( lima ) untuk baja konstruksi atau baja tempa
2. Minyak hidraulik pada system hidraulik harus mempunyai viskositas sesuai dengan standar
yang berlaku.
3. Tangki pneumatic pada system pneumatic harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan dan standar yang berlaku.
Pasal 10
Pasal 11
1. Motor listrik sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat ( 2 ) hurus b yang menggunakan
sumber tenaga baterai harus dilengkapi dengan penghenti otomatis bila muatan melebihi
beban kerja aman.
2. Motor lsitrik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilarang dioperasikan pada saat
pengisian ulang daya listrik.
3. Baterai sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) harus :
a. Dilakukan pengisian ulang daya listrik pada ruangan khusus
b. Memiliki indicator pasokan daya
c. Memiliki tanda peringatan jika pasokan daya dalam keadaan kritis.
Pasal 12
1. Transmisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf e terdiri atas 3 jenis yaitu :
a. Transmisi roda gigi dengan roda gigi
b. Transmisi sabuk dengan puli
c. Transmisi rantai dengan roda gigi
2. Transmisi roda gigi dengan roda gigi sebagiamana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a harus :
a. Mempunyai factor keamanan paling rendah 5 untuk roda gigi
b. Dilengkapi peralatan untuk mencegah roda gigi atau roda penggerak bergeser dari
posisinya
c. Diberi pelumas dan dilengkapi indicator pelumas
d. Dilengkapi dengan tutup pengaman
3. Transmisi sabuk dengan puli sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf b harus dilengkapi
dengan :
a. Alat pengatur tegangan sabuk
b. Tutup pengaman
4. Transmisi rantai dengan roda gigi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf c harus :
a. Diberi pelumas padat ( grease )
b. Dilengkapi tutup pengaman
Pasal 13
1. Kelabang ( crawler ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf f harus dibuat
daribahan baja untuk bagian roda penggerak ( sprocket ),roda pembawa ( idle roller ) dengan
factor keamanan paling sedikit 6.
2. Kelabang ( crawler ) sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilarang digunakan jika :
a. Pemasangan rantai penggerak tapak ( shoe track ) tidak sesuai procedure
pemasangan.
b. Terdapat tapak ( shoe track ) yang terlepas atau tidak terpasang, bengkok, miring,dan
tidak berputar sempurna pada alurnya.
Pasal 14
1. Roda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf f yang dirancang untuk ban
tanpa diisi gas ( ban mati ) atau diisi gas ( ban hidup ) harus :
a. Memiliki baut yang terpasang dengan kuat diseluruh lubang baut pada velg
b. Memasang roda pada poros roda dengan menggunakan mur dan baut yang sama di
seluruh lubang baut.
2. Roda sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilarang digunakan jika kondisi roda arus,
getas, retak, berlubang pada permukaan ban, memiliki perubahan dimensi baik roda maupun
ban, serta ban yang kedaluarsa.
3. Roda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf f yang terbuat dari baja paduan
atau baja tuang harus :
a. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 6 untuk baja paduan
b. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 8 untuk baja tuang
c. Dilakukan pemasangan dengan menggunakan pasak antara roda dan poros roda dan
dilengkapi dengan pin pengunci.
4. Roda sebagaiamana dimaksud pada ayat ( 3 ) dilarang digunakan jika kondisi roda arus,
retak, dan memiliki perubahan dimensi roda.
Pasal 15
Perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut paling sedikit terdiri atas :
a. Pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
b. Keterangan kapasitas beban maksimum yang diizinkan
c. Alat atau tombol penghenti darurat ( emergency stop )
d. Alat Pengaman
e. Alat Perlindungan
Pasal 17
1. Pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaiamana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf a paling sedikit memuat :
a. Nama pabrik pembuat
b. Tahun pembuatan
c. Model
d. Nomor seri
e. Kapasitas
2. Keterangan kapasitas beban maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b harus
ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas.
3. Alat atau tombol penghenti darurat ( emergency stop ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
huruf c harus mudah dilihat, dijangkau, dan berwarna merah.
4. Alat Pengaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d :
a. Harus dapat memastikan pengamanan terhadap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
b. Tidak dapat terlepas secara tidak sengaja, jika terlepas maka Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut tidak boleh dioperasikan.
c. Mampu bekerja secara otomatis jika Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut bekerja
melebihi batas yang diizinkan
d. Mampu membatasi gaya gerak dan benturan dalam kondisi berbahaya.
4. Alat Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e pada semua bagian yang
bergerak dan berbahaya :
a. Harus dapat memastikan perlindungan terhadap Tenaga Kerja dan orang lain yang
berada di Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan sekitarnya.
b. Harus dipasang pada semua bagian yang bergerak dan berbahaya.
c. Dapat mencegah pendekatan terhadap bagian atau daerah yang berbahaya selama
beroperasi.
d. Tidak menghambat proses pengangkatan proses pengangkatan penurunan,
pengaturan posisi dan pemindahan muatan / barang / orang.
5. Alat Pengaman dan Alat Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 4 ) dan ayat ( 5 )
dilarang dipindahkan atau diubah pada saat beroperasi.
Pasal 18
1. Alat Bantu Angkat dan Angkut harus dilengkapi dengan label nama.
2. Label nama sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) paling sedikit memuat :
a. Nama pabrik pembuat / merk,
b. Kapasitas beban maksimum
Bagian Kelima
Pengoperasian
Pasal 19
BAB III
PESAWAT ANGKAT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
Pasal 22
1) Pemasangan pesawat angkat di atas pondasi atau pada dinding bangunan harus kuat
menahan beban dan memenuhi syarat kontruksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan dan standar yang berlaku.
2) Konstruksi pondasi dan dinding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika menyatu
dengan pondasi bangunan harus sudah direncanakan kekuatannya pada saat pembuatan.
Bagian Kedua
Dongkrak
Pasal 23
Dongkrak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf a selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, juga memiliki silinder angkat, lengan yang merupakan
arm dan motor penggerak dongkrak.
Pasal 24
Pasal 25
1) Lier sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf a harus dilengkapi dengan peralatan
pengaman untuk mencegah agar tidak terjadi benturan antara lier dengan benda kerja.
2) Lier yang digerakan dengan tenaga tangan, berat tuas tidak boleh lebih dari 10 kg
(sepuluh kilo gram ).
Pasal 26
1) Pada proses pengangkatan, operator atau orang lain di tempat kerja dilarang berada
dibawah dongkrak.
2) Pekerjaan yang dilakukan dibawah dongkrak harus menggunakan pengunci atau alat
penyangga ( jackstand )
Bagian Ketiga
Keran Angkat
Pasal 27
Keran angkat sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf b selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam 8 , juga memiliki kolom atau pilar atau menara, batang penyangga
( girder ) , lengan yang merupakan boom , tromol gulung ( drum ) , puli , tali kawat baja , tali
serat , rantai , dan kait ( hook ).
Pasal 28
Kolom atau pilar atau menara keran angkat harus dikonstruksi kuat, sesuai dengan jenis dan
kapasitas keran angkat serta memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan dan standar
yang berlaku.
Pasal 29
1. Batang penyangga ( girder ) yang menerima beban kerja maksimum pada bagian tengahnya ,
tidak boleh mengalami defleksi melebihi :
a. 1/888 ( satu per delapan ratus delapan puluh delapan ) dikali panjang span untuk
jenis tunggal , dan
b. 1/600 ( satu per enam ratus ) dikali panjang span untuk jenis ganda.
2. Batang penyangga ( girder ) harus memiliki alat pencegah benturan yang berfungsi secara
otomatis pada saat di operasikan.
Pasal 30
Pasal 31
1) Tromol gulung (drum ) memiliki ukuran garis tengah paling sedikit 18 ( delapan belas ) kali
diameter tali kawat baja dan / atau 300 ( tiga ratus ) kali diameter tali kawat baja yang
terbesar.
2) Tromol gulung ( Drum ) harus dilengkapi dengan flensa pada setiap ujungnya , paling sedikit
memproyeksikan 2,5 ( dua koma lima ) kali garis tengah tali kawat baja dan / atau 62,5 mm (
enam puluh dua koma lima millimeter ) diukur dari lilitan tali kawat baja terluar.
3) Ujung tali kawat baja pada tromol gulung ( drum ) harus dipasang dengan kuat pada bagian
dalam tromol gulung ( drum ) dan paling sedikit harus dibelit 2 (dua ) kali secara penuh pada
tromol gulung (drum ) saat kait ( hook ) berada pada posisi yang paling rendah.
Pasal 32
1. Puli haarus terbuat dari logam yang tahan terhadap beban kejut atau bahan lain yang
mempunyai kekuatan yang sama.
2. Puli memiliki ukuran garis tengah paling sedikit 18 kali diameter tali kawat baja yang
digunakan.
3. Poros puli harus dilakukan pelumasan secara teratur.
4. Bentuk dan ukuran alur puli harus sesuai dengan jenis dan ukuran tali kawat baja.
Pasal 33
1. Tali serat untuk perlengkapan pengangkat harus dibuat dari serat alam atau sintetis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan dan standar yang berlaku.
2. Tali serat harus digulung pada tromol gulung ( drum ) yang tidak mempunyai permukaan
tajam dan mempunyai alur paling sedikit sebesar diameter tali.
Pasal 35
1. Tali serat sebelum digunakan dan selama dalam pemakaian harus diperiksa.
2. Tali serat dilarang digunakan apabila mengalami kikisan serat yang putus, terkelupas,
berjumbai, perubahan ukuran panjang atau penampang tali, kerusakan pada serat, perubahan
warna, dan kerusakan lainnya.
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
1. Keran angkat yang menggunakan roda dan beroperasi di atas landasan harus memiliki
outrigger untuk menjaga kestabilan yang kuat, rata , stabil dan memenuhi standar.
2. Landasan sebagai tumpuan harus kuat, rata, stabil dan memenuhi standar.
Pasal 40
1. Rumah motor listrik ( stator ) pada keran angkat harus terbuat dari baja tuang dengan factor
keamanan paling rendah 8 dan poros motor listrik harus terbuat dari baja paduan dengan
factor keamanan paling rendah 5.
2. Keran angkat dengan penggerak motor listrik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) harus
dilengkapi :
a. rem otomatis yang mampu menahan muatan pada tromol gulung ( drum ) tali kawat baja,
jika muatan dihentikan
b. System yang dapat mengembalikan secara otomatis tuas atau tombol pengoperasia pada
posisi netral, jika tuas atau tombol tersebut dilepaskan
c. Alat pembatas otomatis yang dapat menghentikan tenaga tarik beban, jika muatan /
barang melewati batas tertinggi yang diizinkan dan melebihi beban kerja yang diizinkan.
d. Rem yang secara efektif ddapat mengerem paling rendah 1,25 beban kerja maksimum
yang diizinkan
e. Alat otomatis yang dapat memberi tanda peringatan yang jelas selama pengoperasian.
Pasal 41
1. Keran angkat yang menggunakan alat pengendali remote control / pendant tersebut harus :
a. Dilengkapi dengan peralatan pengatur gerakan kabel
b. Memiliki penanda arah yang jelas, sesuai gerakan muatan / barang.
2. Keran angkat yang dioperasikan dengan system pengendali dari ruang control, system
pengendali harus dilengkapi monitor yang memberikan informasi pengoperasian.
Pasal 42
Pasal 43
Keran angkat jenis rantai pengangkat ( chain block ) harus dilengkapi dengan :
a. Alat yang dapat mengatur gerakan
b. Alat yang dapat menahan muatan / barang pada saat muatan / barang digantung
c. Tanda naik dan turun
Pasal 44
1. Keran angkat berpindah harus dilengkapi dengan akses kelaur masuk berupa tangga tetap dari
lantai sampai kabin Operator.
2. Keran angkat berpindah yang mempunyai batang penyangga ( girder ) ganda harus dilengkapi
jalan penyeberangan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Paling sedikit 45 cm lebarnya disepanjang kedua sisi jembatan
b. Pada kedua ujung jembatan dapat mempunyai lebar paling sedikit 38 cm
c. Sepanjang sisi jalan kaki yang terbuka harus diebri pagar pengaman dan pengaman
pinggir ( toeboard ).
Pasal 45
Pasal 46
1. Keran dinding ( wall crane / jib crane ) yang dipasang menggunakan pelat pasak pondasi
tiang, harus ditempatkan dan dikaitkan pada pondasi secara kuat.
2. Dalam hal keran dinding ( wall crane / jib crane ) sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
digerakan dengan pengengkol oleh tenaga manusia, pengengkol harus dilengkapi:
a. Pasak pengunci dan ulir pengunci untuk menahan muatan yang digantung jika tuas
pengengkol dilepas
b. Rem untuk menahan turunnya muatan.
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
1. Pengoperasian keran angkat harus menggunakan sandi isyarat yang seragam dan mudah
dimengerti atau menggunakan alat komunikasi lainnya, jika dalam pengangkatan atau
penurunan muatan / barang terdapat rintangan atau halangan yang menutupi pandangan
Operator.
2. Dalam pengoperasian keran angkat, Operator harus :
a. Bekerja berdasarkan siyarat dari juru ikat ( rigger ).
b. Menghentikan operasi keran angkat pada kondisi darurat.
c. Segera membunyikan tanda peringatan dan menurunkan muatannya untuk mengatur
kembali, jika suatu muatan saat diangkat tidak berjalan sebagaimana mestinya.
d. Menghindari pengangkatan muatan melalui atau melintasi orang
e. Menaikkan muatan secara vertical untuk menghindari ayunan pada waktu diangkat
f. Melarang orang lain berada pada muatan atau sling keran angkat sewaktu beroperasi
g. Menghentikan operasi keran angkat jika kecepatan angina melebihi 38 km/jam .
Pasal 50
1. Juru Ikat ( rigger ) dalam pengangkatan muatan / barang harus terlihat oleh Operator.
2. Juru Ikat ( rigger ) sebelum memberikan isyarat untuk menaikkan muatan, harus yakin bahwa :
a. Semua alat bantu angkat dan angkut atau perlengkapan lainnya telah terpasang
sebagaimana mestinya pada muatan yang diangkat.
b. Muatan telah dibuat seimbang.
Pasal 51
1. Operator harus memberi peringatan agar Tenaga Kerja pindah ke tempat yang aman dalam hal
pemindahan muatan berbahaya atau pengangkatan dengan magnet melalui lokasi kerja.
2. Pelaksanaan pemindahan muatan berbahaya atau pengangkatan dengan magnet harys
dihentikan jika Tenaga Kerja belum dapat meninggalkan pekerjaannya diarea yang berbahaya.
3. Muatan berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) berupa logam cair dan bahan
berbahaya sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.
Pasal 52
Dalam hal sedang dilakukan perbaikan atau daerah operasi keran angkat digunakan untuk
aktivitas kerja, dilarang menggantung muatan pada keran angkat / daerah operasi keran angkat.
Pasal 53
Pasal 54
Lintasan operasi keran angkat yang bermuatan harus diberi ruang bebas dengan lebar paling
sedikit 90 cm di kiri dan kanan sepanjang lintasannya.
Bagian Keempat
Alat Angkat Pengatur Posisi Benda Kerja
Pasal 55
Alat angkat pengatur posisi benda kerja sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c selain
memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, juga memiliki pondasi, tiang (
mast ), lengan yang merupakan arm, dan pencengkram ( grapple ).
Pasal 56
1. Pondasi alat angkat pengatur posisi benda kerja harus kuat, rata,stabil dan memenuhi syarat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan atau standar yang berlaku.
2. Tiang ( mast ) , lengan yang merupakan arm harus terbuat dari baja dengan factor keamanan :
a. 8 untuk baja tuang
b. 5 untuk baja paduan
3. Pencengkram ( Grapple ) harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan jneis benda kerja.
Bagian Kelima
Personal Platform
Pasal 57
1. Personal Platform sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
2. Personal platform terdiri atas passenger hoist dan gondola.
Pasal 58
1. Passenger hoist selain memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (
1 ) juga memiliki batang bergerigi / berulir, roda gigi ( geart ) dan sangkar ( basket ).
2. Gondola selain memiliki komponen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat ( 1 ) juga
memiliki rel, tiang, lengan yang merupakan arm atau boom, tromol gulung ( drum ) , motor
listrik dan sangkar ( basket ).
Pasal 59
1. Batang bergerigi / berulir dan roda gigi ( gear ) passenger hoist harus :
a. Terbuat dari baja tuang dengan factor keamanan 5
b. Dipasang pada pondasi dan dinding bangunan secara kuat dan kokoh.
2. Sangkar ( basket ) passenger hoist harus :
a. Terbuat dari bahan yang kuat
b. Memiliki alat pencegah benturan di bagian atas dan bawah sangkar ( basket )
c. Memiliki system otomatis untuk memutus aliran listrik ketika pintu dibuka.
3. Lantai kerja sangkar ( basket ) passenger hoist :
a. Harus terbuat dari bahan anti slip dan tahan korosif
b. Dilarang digunakan apabila mengalami defleksi melebihi 3 mm.
Pasal 60
Pasal 61
1. Rel, tiang lengan yang merupakan arm, atau boom, gondola harus terbuat dari baja dengan
factor keamanan 5.
2. Motor listrik gondola harus :
a. Dipasang dengan kuat
b. Dilakukan pembumian / pertanahan ( grounding )
c. Mempunyai besarnya tegangan listrik yang digunakan tidak melebihi 10 % dari
tegangan jala – jala.
3. Sangkar ( basket ) gondola harus :
a. Terbuat dari baja dengan factor keamanan 5 dan bahan lain dengan kekuatan yang
sama
b. Mempunyai konstruksi yang kuat dan aman
c. Dilengkapi alat pencegah benturan berupa roller dan lapisan bahan untuk sepanjang
bumper sangkar ( basket )
d. Dilengkapi dengan pengaman pinggir ( toeboard ).
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
BAB IV
PESAWAT ANGKUT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 67
Pasal 68
Landasan sebagai tumpuan atau lintasan untuk Pesawat Angkut harus memiliki konstruksi
pondasi yang kuat menahan beban, rata, stabil, dan memenuhi ketentuan peraturan perundang –
undangan dan standar yang berlaku.
Pasal 69
Pasal 70
Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) juga memiliki komponen utama berupa alat
pengendali, kabin Operator atau ruang pengoperasian atau ruang kontrol dan lengan yang
merupakan arm dan boom.
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
1. Pengoperasian Pesawat Angkut pada saat pemuatan, pemindahan dan pembongkaran harus
dijamin tidak terjadi muatan tumpah.
2. Lokasi pengoperasian Pesawat Angkut yang membahayakan harus dilengkapi dengan tanda
peringatan larangan masuk bagi orang yang tidak berkepentingan .
3. Pengoperasian untuk Pesawat Angkut yang tenaga penggeraknya motor bakar harus
dijalankan dengan aman sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan.
4. Pengoperasian untuk Pesawat Angkut yang tenaga penggeraknya motor bakar dilarang
dijalankan di daerah yang terdapat bahaya kebakaran, peledakan dan ruangan tertutup.
Bagian Kedua
Alat Berat
Pasal 75
Alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf a selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki tiang ( mast ) garpu ( fork ) ,
baik ( bucket ) dan pencengkram ( grapple ).
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 79
Pasal 80
Pasal 81
Pasal 82
Setiap orang dilarang menggunakan forklift , liftruck, reach stackers, dan telehandler dengan
tenaga penggerak motor bakar di area kerja yang mempunyai bahan mudah meledak dan dalam
ruangan tertutup.
Pasal 83
Sebelum memuat dan membongkar muatan, rem pada forklift, reach stacker, telehandler dan
sejenisnya harus digunakan dan jika di atas tanjakan, roda harus diberi penahan.
Pasal 84
Jarak bebas sisi lintasan yang dilalui forklift, telehandler, dan sejenisnya paling sedikit :
a. 60 cm diukur dari sisi terluar peasawat atau sisi terluar muatan yang paling lebar jika
digunakan lalu lintas satu arah
b. 90 cm diukur dari sisi terluar diantara dua pesawat atau sisi terluar diantara muatan yang
paling lebar di kedua pesawat jika digunakan lalu lintas 2 arah.
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
Grader pada saat tidak digunakan, pelat penyapu ( blade ) dan garpu pembajak ( scarifier ) harus
dalam kondisi diletakkan tegak lurus terhadap roda pada landasan dan dengan kondisi rem
terkunci.
Pasal 88
Setiap orang dilarang mengoperasikan excavator, dozer, backhoe,dan grader pada area terdapat
pipa bertekanan tinggi dan kabel bertegangan tinggi dibawah tanah.
Pasal 89
1. Pengoperasian concrete pover, asphalt pover, asphalt sprayer,aspalt finisher, compactor roller
/ vibrator roller harus :
a. Diberi pembatas dan rambu peringatan pada area kerja
b. Dilengkapi penerangan yang cukup pada malam hari.
2. Concrete pover , asphalt pover, asphalt sprayer,asphalt finisher, compactor roller / vibrator
roller pada saat tidak digunakan harus diparkir pada tempat yang tidak mengganggu arus lalu
lintas, kabin Operator dan rem dalam kondisi terkunci.
Pasal 90
Alat berat dilarang dioperasikan atau dijalankan secara melintang pada lintasan miring.
Bagian Ketiga
Kereta
Pasal 91
Kereta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 , juga memiliki roda kereta, tali kawat baja,
rantai penggantung , poros dan rel / lintasan.
Pasal 92
Pasal 93
Pasal 95
Pasal 96
1. Rel harus dipasang rel pengaman pada bagian dalam rel dengan jarak tidak lebih dari 25 cm
dari sisi dalam rel , apabila rel :
a. Terpasang di atas jembatan dengan panjang 30 m/ lebih dan memiliki tikungan
b. Memiliki tikungan dengan radius melebihi 250 m dengan lebar 1.435 mm / lebih
c. Memiliki tikungan dengan radius melebihi 400 m dengan lebar kurang dari 1.435 mm.
2. Ujung rel harus dipasang balok penahan benturan.
Pasal 98
1. Pemindahan rel yang menggunakan peralatan tuas wesel dan kawat sinyal harus dipasang Alat
Pengaman pada peralatan tuas wesel untuk mencegah rel tidak berbalik.
2. Tuas wesel harus dikondtruksi dan dipasang dengan kuat untuk mencegah tuas bergeser pada
arah memanjang rel.
Pasal 99
1. Rel diupayakan tidak melewati jalan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan atau pejalan
kaki
2. Rel yang lemintas pada jalan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat menggunakan
jembatan laying atau terowongan.
3. Jika jembatan laying atau terowongan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) belum tersedia,
persilangan lintasan rel dan jalan harus dibuat rata dengan permukaan rel.
4. Persilanagn lintasan rel dan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) harus :
a. Dilengkapi alat pengaman atau penghalang yang diwarnai dengan jelas
b. Dilengkapi sirine dan lampu peringtan
c. Dipasang tanda peringatan “ BAHAYA “ atau “ PERSILANGAN “
d. Dijaga oleh petgas khusus
e. Diberi cahaya atau penanda yang dapat berpendar pada tanda pemberi peringtan , alat
penghalang , semboyan wesel, dan perlengkapan lainnya jika ada penggunaan pada malam
hari.
Pasal 100
1. Jarak antara sisi terluar kereta harus mempunyai ruang bebas dengan ketentuan :
a. Paling sedikit 75 cm antara 2 kereta yang melintas berdampingna atau terhadap bangunan
di sisi rel.
b. Secara vertical paling sedikit :
215 cm ke bangunan atau rintangan lainnya
430 cm ke sumber arus listrik
c. Dipasang tanda ukuran pada tiap sisi bangunan
2. Bangunan , rintangan, atau sumber listrik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf b harus
dipasang tanda ukuran jarak vertical yang mudah terbaca.
Pasal 101
Pasal 102
Kereta gantung , komidi putar, roller coaster dan kereta ayun harus :
a. Dilakukan pembumian / pertanahan ( grounding ) sesuai dengan ketentuan standar
kelistrikan
b. Memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah diberi tanda secara jelas, mudah dibaca
dilengkapi dengan alat pengaman dan alat pelindung.
Bagian Keempat
Personal Basket
Pasal 103
Personal basket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf c selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki lengan yang merupakan boom
dan keranjang ( basket ).
Pasal 104
Pasal 105
Keranjang ( basket ) harus :
a. Terbuat dari baja dengan factor keamanan 5 dan bahan lain dengan kekuatan yang sama
b. Konstruksi harus cukup kuat dan aman
c. Dilengkapi dengan pengaman pinggir ( toeboard )
d. Memiliki pintu penutup yang dapat dikunci dan dibuka secara aman
e. Ketinggian pagar keranjang ( basket ) paling sedikit 1,25 m dari dasar lantai kerja.
Pasal 106
Pasal 107
Setiap orang dilarang mengubah dan memodifikasi personal basket tanpa melaporkan terlebih
dahulu kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang pengawasan ketenagakerjaan.
Bagian Kelima
Truk
Pasal 108
Truk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf d selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki bak dump truck dan
penyambung ( tow ).
Pasal 109
Pasal 111
Bagian Keenam
Robotik dan Konveyor
Pasal 112
1. Robotik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf c selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki pita magnetic / lintasan
2. Konveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf e selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki ban / sabuk , rantai dan
roller.
Pasal 113
Pasal 114
Pasal 115
Pasal 116
Pasal 117
Pasal 118
Pasal 119
Pasal 120
1. Lantai atau teras kerja konveyor pada tempat bongkar dan muat harus dalam kondisi anti slip
2. Lantai atau teras dan tempat jalan kaki disamping konveyor harus bersih dari sampah dan
bahan lain
3. Saluran air pada lantai harus disediakan di sekitar konveyor
4. Penyebrangan pada konveyor harus disediakan jembatan yang memenuhi syarat pada jarak
tidak lebih dari 300 m .
Pasal 121
1. Konveyor tertutup yang digunakan untuk membawa bahan yang dapat terbakar atau meledak
harus dilengkapi dengan lubang pelepas pengaman yang langsung menuju ke udara luar.
2. Lubang pelepas pengaman sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) tidak boleh dihubungkan
dengan cerobong, pipa lubang angina atau saluran asap untuk tujuan lain.
3. Dalam hal konstruksi pembuangan tidak dapat dibuat, saluran lubang pelepas pengaman pada
konveyor harus dilengkapi dengan tutup pelepas.
Pasal 122
1. Konveyor yang digerakkan dengan tenaga mekanik pada tempat bongkar muat, pada akhir
perjalanan dan awal pengambilan dan pada berbagai tempat lain, harus dilengkapi dengan alat
untuk menghentikan mesin atau motor penggerak ban transport dalam keadaan darurat.
2. Konveyor yang membawa muatan pada bidang yang miring harus dilengkapi dengan alat
makanis yang dapat mencegah mesin berbalik dan membawa muatan kembali kea rah tempat
memuat, jika sumber tenaga dihentikan.
3. Jika 2 konveyor atau lebih beroperasi bersama harus dipasang alat pengaman yang dapat
mengatur bekerja sedemikian rupa sehingga kedua konveyor harus berhenti apabila salah satu
konveyor harus berhenti apabila salah satu konveyor tidak dapat bekerja secara terus menerus.
4. Konveyor untuk mengangkut semen, pupuk buatan, serat kayu, pasir atau bahan sejenisnya
harus dilengkapi dengan kilang keruk atau alat lainnya yang sesuai.
5. Konveyor yang ditingallkan dan sering dilalui orang harus dilengkapi dengan tempat jalan
kaki atau teras pada seluruh panjangnya dengan lebar tidak kurang dari 45 cm dan mempunyai
sandaran standard an pagar perlindungan pinggir.
Pasal 123
BAB V
ALAT BANTU ANGKAT DAN ANGKUT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 124
Alat Bantu Anagkat dan Anagkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b meliputi sling,
spreader bar, lifting beam, personal basket, jarring dan alat kelengkapan ( shackle, tumbuckle,
swivel, eyebolt, eyeruts , eyepad hooker, rings, master link, clamp, grapple, dan magnetic lifter ).
Pasal 125
Pasal 126
Pasal 127
1. Pengikatan alat bantu angkat dan angkut harus kuat, aman dan seimbang.
2. Dalam hal pengikatan alat bantu angkat dan angkut tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) harus digunakan tambahan dengan alat kelengkapan berupa shackle,
tumbuckle, swivel,eyebolt,eyenuts,eyepad,hooker,rings, clamp, grapple dan magnetic lifter.
Bagian Kedua
Sling
Paragraph 1
Umum
Pasal 129
Sling meliputi sling tali kawat baja ( wire rope sling) , sling rantai ( chain sling ), sling sabuk (
webbing sling ), dan sling tali serat.
Pasal 130
1. Penggunaan sling dalam pengikatan harus sesuai dengan jenis dan kapasitas.
2. Pengikatan dengan menggunakan lebih dari 1 sling, penempatan sling harus dalam keadaan
seimbang dan sudut kaki sling yang diizinkan paling besar 120 ⁰ .
3. Perpanjangan sling dalam pengikatan harus menggunakan alat kelengkapan berupa tumbuckle,
shackle, link dan rings.
4. Setiap orang dilarang membuat simpul pada sling saat penggunaan sling dalam pengikatan.
Paragraph 2
Sling Tali Kawat Baja ( Wire Rope Sling )
Pasal 131
Paragragf 5
Sling Tali Serat ( Synthetic Rope Sling )
Pasal 134
Bagian Ketiga
Batang Balok ( Spreader bar )
Pasal 135
Bagian Keempat
Balok Pengangkat ( Lifting Beam )
Pasal 136
Bagian Kelima
Keranjang Manusia ( Personal Basket )
Pasal 137
Pasal 138
1. Keranjang manusia ( personal basket ) yang menggunakan tali serat sintetis dan digunakan
dipermukaan atau di atas air harus :
a. Mempunyai factor keamanan 5
b. Dilengkapi dengan pelampung dan tali pengatur ( tag line )
2. Tenaga kerja yang berada di dalam keranjang manusia ( personal basket ) yang bekerja
dipermukaan atau di atas air harus dilengkapi pelampung.
3. Setiap orang dilarang menggunakan keranjang manusia ( personal basket ) yang bekerja
memakai tali serat sintesis jika mengalami :
a. Perubahan warna, terkikis, meleleh atau kerusakan lainnya
b. Pengurangan diameter tali melebihi 10 % dari diameter semula.
Bagian Keenam
Alat Kelengkapan
Pasal 139
Pasal 141
1. Pemasangan dan perakitan, pemeliharaan dan perawatan , perbaikan, dan perubahan atau
modifikasi pesawat angkat dan pesawat angkut harus dilakukan oleh operator dengan
kualifikasi sesuai jenis dan kapasitas pesawat angkat dan pesawat angkut.
2. Pengoperasian pesawat angkat dan pesawat angkut harus dilakukan oleh operator dengan
kualifikasi sesuai jenis dan kapasitas pesawat angkat dan pesawat angkut.
3. Pengoperasian pesawat angkat dan pesawat angkut yang karena kekhususannya harus dibantu
oleh juru ikat ( rigger ).
4. Pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat dan pesawat angkut dilakukan oleh ahli K3 bidang
pesawat angkat dan pesawat angkut dan pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.
Pasal 142
Bagian Kedua
Kompetensi Personel K3
Pasal 143
1. Kompetensi personel K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 ayat ( 3 ) sesuai SKKNI
yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Dalam hal SKKNI sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) belum tersedia, Menteri wajib
menetapkan SKKNI paling lama 2 tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
Bagian Ketiga
Penunjukkan Teknisi
Pasal 144
Teknisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat ( 1 ) harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMK jurusan teknik atau sederajat
b. Memiliki pengalaman paling singkat 2 tahun dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berumur paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya dan memiliki Lisensi K3.
Bagian Keempat
Penunjukan Operator Pesawat Angkat
Pasal 145
Operator Pesawat Angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat ( 1 ) huruf a meliputi
operator:
a. Dongkrak yang terdiri atas Operator lier, dongkrak hidraulik, dongkrak pneumatic, post
lift, truck / car lift, dan peralatan lain yang sejenis.
b. Keran angkat yang terdiri atas Operator overhead crane,overhead traverling crane, hoist
crane, chain block,monorail crane, wall crane / jib crane, stacker crane, gantry crane,
semi gantry crane, laouncher gantry crane , roller gantry crane, rail mounted gantry
crane, rubber tire gantry crane, ship unloader crane, gantry luffing crane, container
crane, portal crane, ship crane, barge crane, derrick ship crane, dredging crane, pontan
crane, floating crane, floating derricjs crane, floating ship crane, cargo crane, crawler
crane, mobile crane, lokomotif crane, side boom crane / crab crane, derrick crane, tower
crane, pedestal crane, hidraulik drilling rig, pilling crane / mesin pancang dan peralatan
lain yang sejenis
c. Alat angkat pengatur posisi benda kerja , yang terdiri atas Operator rotator, raobotik,
takel, dan peralatan lain yang sejenis.
d. Personel platform yang terdiri atas Operator passenger hoist, gondola, dan peralatan lain
yang sejenis.
Pasal 146
Operator dongkrak dan Operator personal platform sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 huruf
a dan huruf d harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan di bidangnya
c. Surat keterangan sehat bekerja dari dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya
f. Memiliki Lisensi K3.
Pasal 147
1. Operator keranm angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 huruf b diklasifikasi sebagai
berikut :
a. Operator kelas III
b. Operator kelas II
c. Operator kelas I
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) tidak berlaku bagi Operator hidrolik drilling
rig, pilling crane / mesin pancang.
Pasal 148
1. Operator keran angkat kelas III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat ( 1 ) huruf a dan
Operator hidraulik drilling rig,pilling crnae / mesin pancang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 147 ayat ( 2 ) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan memiliki Lisensi K3.
2. Operator keran angkat kelas II saebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat ( 1 ) huruf b
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan memiliki Lisensi K3
3. Operator keran angkat kelas I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat ( 1 ) huruf c harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 2 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan memiliki Lisensi K3
Pasal 149
Operator keran angkat kelas III yang berpendidikan SMA atau sederajat dapat ditingkatkan
menjadi Operator keran seingkat kelas II dan Operator keran angkat kelas II dapat ditingkatkan
menjadi Operator keran angkat kelas I dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Berpengalaman sebagai Operator sesuai dengan kelasnya paling singkat 2 tahun terus
menerus
b. Lulus uji Operator keran angkat sesuai dengan kualifikasinya.
Pasal 150
Operator alat angkat jenis pengatur posisi benda kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145
huruf c harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 2 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan memiliki Lisensi K3
Bagian Kelima
Penujukan Operator Pesawat Angkut
Pasal 151
Operator Pesawat Angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat ( 1 0 huruf b meliputi
operator :
a. Alat berat yang terdiri atas Operator forklift, liftruck , reach stackers, telehandler, hand
lift / hand pallet, excavator, excavator grapple, backhoe, loader, dazer, traktor, grader,
concrete, paver,asphalt paver,asphalt sprayer,asphalt finisher, compactor roller/
vibrator roller, dan peralatan lain yang sejenis.
b. Kereta yang terdiri atas Operator kereta gantung, komidi putar, roller coaster, kereta ayun
, lokomotif beserta rangkaiannya dan peralatan lain yang sejenis
c. Personel basket yang terdiri atas Operator manlift / boomlift, scissor lift, hydraoulic
stairs dan peralatan lain yang sejenis.
d. Truk yang terdiri atas operator tractor, truk pengangkut bahan berbahaya, dump truck ,
cargo truck lift, trailer, side loader truck , module transporter, axle transport, car towing
dan peralatan lain yang sejenis
e. Robotic dan konveyor yang terdiri dari Automated Guided Vehicle, sabuk berjalan, ban
berjalan, rantai berjalan dan peralatan lain yang sejenisnya.
Pasal 152
1. Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach stackers dan telehandler sebagaiamana
dimaksud dalam Pasal 151 huruf a diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Operator kelas II dan
b. Opertaor kelas I
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) tidak berlaku bagi Operator hand lift / hand
pallet, excavator , excavator grapple , backhoe, loader, dozer, traktor, grader, concrete paver,
asphalt paver , asphalt sprayer , asphalt finisher, compactor roller / vibrator roller.
Pasal 153
1. Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach stackers, telehandler kelas II sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 152 ayat ( 1 ) huruf a harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3
2. Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach stackers, telehandler kelas I sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 152 ayat ( 1 ) huruf b harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 2 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3
Pasal 154
Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach stackers, telehandler kelas II yang berpendidikan
SMA atau sederajat dapat ditingkatkan menjadi Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach
stackers, telehandler kelas I dengan persyaratan :
a. Berpengalaman sebagai Operator sesuai dengan kelasnya paling singkat 2 tahun terus
menerus dan
b. Lulus uji Operator forklift / liftruck sesuai dengan kualifikasinya.
Pasal 155
Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf c, Pasal 151 huruf d dan Pasal 152 ayat (
2 ) harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3
pasal 156
Operator kereta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf b dan Operator robotic dan
konveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf e, harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 2 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3
Bagian Keenam
Penunjukan Juru Ikat ( Rigger )
Pasal 157
Juru Ikat ( Rigger ) sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 ayat ( 4 ) harus memenuhi
persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3
Bagin Ketujuh
Penunjukan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
Pasal 158
Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141
ayat ( 5 ) harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah diploma III bidang teknik atau sederajat
b. Memiliki rpengalaman paling singkat 2 tahun dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 23 tahun dan
e. Memiliki surat keputusan penunjukan oleh Menteri dan kartu tanda kewenangan
Bagian Kedelapan
Tata Cara Memperoleh Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 159
1. Untuk memperoleh Lisensi K3 Teknisi , Operator atau Juru Ikat ( rigger ) , Pengurus /
Pengusaha mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan :
a. Fotokopi ijazah pendidikan terakhir
b. Surat keterangan berpengalaman kerja sesuai dengan bidngnya masing – masing yang
diterbitkan oleh perusahaan tempat bekerja
c. Surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter
d. Fotopi Kartu Tanda Pengenal
e. Fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya dan
f. Pas photo berwarna ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar dan ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2
lembar
2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan pemeriksaan dokumen dan
evaluasi oleh tim.
3. Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dinyatakan lengkap dan
memenuhi syarat , Direktur Jenderal menerbitkan Lisensi K3.
Bagian Kesembilan
Tata Cara Memperoleh Surat Keputusan Penunjukkan Dan Kartu Tanda Kewenangan
Pasal 160
1. Untuk memperoleh surat keputusan penunjukkan dan kartu tanda kewenangan Ahli K3 Bidang
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut, Pengurus / pengusaha mengajukan permohoan tertulis
kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan :
a. Fotokopi ijazah pendidikan terakhir
b. Surat keterangan berpengalaman kerja bagi ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut yang disediakan oleh perusahaan.
c. Surat keterangan sehat untuk bekerja ( lift to work ) dari dokter
d. Fotokopi kartu tanda penduduk
e. Fotokopi sertifikat kompetensi
f. Laporan praktek kerja lapangan untuk pemeriksaan 15 jenis Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut
g. Pasa photo berwarna ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar dan ukuran 4 x 6 cm sebanyak
2 lembar.
2. Permohon sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan pemeriksaan dokumen dan
evaluasi oleh tim. Dalam hal persyaratan sebagaiamana dimaksud pada ayat ( 1 ) dinyatakan
lengkap dan memenuhi syarat, Direktur Jenderal menerbitkan surat keputusan penunjukkan
dan kartu tanda kewenangan.
Pasal 161
1. Dalam hal sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 140 ayat ( 3 ) belum ada,
dapat menggunakan surat keterangan telah mengikuti pembinaan K3 yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal .
2. Pembinaan K3 sebagimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan sesuai dengan pedoman
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Bagian Kesepuluh
Perpanjangan Surat Keputusan Penunjukkan , Kartu Tanda Kewenangan dan Lisensi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pasal 162
1. Surat Keputusan Penunjukkan dan Kartu tanda kewenangan ahli K3 Bidang Pesawat Angkat
berlaku untuk jangkau waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
2. Lisensi K3 Teknisi, Opertaor dan Juru Ikat ( rigger ) berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan
dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
3. Permohonan perpanjangan Surat Keputusan penunjukan dan kartu tanda kewenangan Ahli K3
Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) diajukan oleh
Pengurus dan Pengusaha kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan :
a. Asli surat keputusan penujukan Ahli K3 yang akan diperpanjang.
b. Asli kartu tanda kewenangan yang akan diperpanjang.
c. Surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter
d. Fotokopi kartu tanda penduduk
e. Fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya
f. Laporan kegiatan selama masa berlaku
g. Pas foto berwarna ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar dan ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2
lembar.
4. Permohonan perpanjangan Lisensi K3 Teknisi, Operator,dan Juru Ikat ( rigger ) sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 2 ) diajukan oleh Pengurus dan Pengusaha kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan :
a. Asli Lisensi K3 yang diperpanjang
b. Surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter
c. Fotokopi kartu tanda penduduk
d. Fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya
e. Laporan kegiatan selama masa berlaku
f. Pas foto berwarna ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar dan ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2
lembar
5. Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) dan ayat ( 4 ) diajukan paling
lambat 30 hari sebelum masa berlakunya berakhir.
Pasal 163
1. Surat keputusan penunjukan , kartu tanda kewenangan, dan lisensi k3 hanya berlaku selama
yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang mengajukan permohonan.
2. Dalam hal operator, teknisi juru ikat ( rigger ) dan ahli bidang pesawat angkat dan pesawat
angkut pindah tempat bekerja sebelum berakhirnya masa berlaku surat keputusan penunjukan,
kartu tanda kewenangan , dan lisensi K3 maka surat keputusan penunjukan, kartu tanda
kewenangan , dan lisensi K3 dapat dilakukan perubahan melalui permohonan dari perusahaan
tempat operator , teknisi , juru ikat (rigger ) , dan ahli K3 bidang pesawat angkat dan pesawat
angkut bekerja.
Bagian kesebelas
Tugas Dan Kewenangan Teknisi
Pasal 164
1. Teknisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 ayat ( 1 ) merupakan Tenaga Kerja yang
memiliki tugas :
a. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan K3 pesawat angkat dan
pesawat angkut.
b. Melaksanakan identifikasi potensi bahaya pemasangan atau perakitan , pemeliharaan /
perawatan , perbaikan , perubahan ataumodifikasi pesawat angkat dan pesawat angkut.
c. Melaksanakan identifikasi potensi bahaya pemasangan atau perakitan , pemeliharaan /
perawatan ,Alat Bantu Angkat dan Angkut serta kelengkapannya.
d. Melaksanakan teknik dan syarat – syarat K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dalam
pemasangan atau perakitan, pemeliharaan / perawatan, perbaikan, perubhan atau
modifikasi dan pemeliharaan Peaswat Angkat dan Pesaawat Angkut dan Alat Bantu
Angkat dan Angkut serta kelengkapannya.
e. Bertanggung jawab atas hasil pemasangan, pemeliharaan, perbaikan dan pemeriksaan
peralatan / komponen Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
2. Teknisi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut berwenang melakukan :
a. Pemasangan , perbaaikan, atau perawatan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
b. Pemeriksaan, penyetelan, dan mengevaluasi keadaan Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut , dan
c. Membantu pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Pengawas
Ketenagakerjaan spesialis dan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
Bagian Keduabelas
Tugas dan Kewenangan Operator
Pasal 165
1. Operator sebagimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat ( 2 ) merupakan Tenaga Kerja yang
memiliki tugas :
a. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan K3 Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
b. Melakukan identifikasi potensi bahaya pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
c. Melakukan teknik dan syarat – syarat K3 pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesewat
Angkut
d. Melakukan pengecekan terhadap kondisi atau kemampuan kerja Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut , Alat Pengaman, dan alat – alat perlengkapan lainnya sebelum
pemgoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Aangkut.
e. Bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
dalam keadaan aman.
2. Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat ( 2 ) berwenang menghentikan Pesawat
Angkat dan Pesawar Angkut jika Alat Pengamn atau perlengkapan Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut tidak berfungsi dengan baik atau rusak.
3. Operator keran angkat kelas I selain berwenanng melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 2 ) juga berwenang:
a. Mengoperasikan keran menara tanpa batasan ketinggian.
b. Mengoperasian keran angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas lebih dari 100 ton, dan
dengan kapasitas lebih dari 100
c. Mengawasi dan membimbing kegiatan Operator kelas II dan Operator kelas III, apabila
perlu didampingi oleh Operator kelas II dan kelas III.
4. Operator keran angkat kelas II selain berwenang melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 2 ) juga berwenang :
a. Mengoperasikan keran angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas lebih dari 25 ton sampai
dengan 100 ton atau tinggi menara sampai dengan 60 m
b. Mengawasi dan membimbing kegiatan Operator kelas III, apabila perlu didampingi oleh
Operator kelas III.
5. Operator keran angkat kelas III selain berwenang melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 2 ) juga berwenang mengoperasikan keran angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas sampai
dengan 25 ton atau tinggi menara samapai dengan 40 m.
6. Operator forklift / lifttruck , rock stackers, reach stackers, telehandler kelas I selain berwenang
melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) juga berwenang :
a. Mengoperasikan forklift / lifttruck , rack stackers, reach stackerr, telehandler , rack
stackers, dengan kapasitas lebih dari 15 ton.
b. Mengawasi dan membimbing kegiatan Operator kelas II.
7. Operator forklift / lifttruck, rack stackers, telehandler kelas II selain berwenang melakukan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) juga berwenang menoperasikan forklift/lifttruck,rack
stackers, reach stackers, telehandler sesuai jenisnya dengan kapasitas sampai dengan 15 ton.
Bagian Ketigabelas
Tugas Dan Kewenangan Juru Ikat ( Rigger )
Pasal 166
1. Juru Ikat ( rigger ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat ( 3 ) merupakan Tenaga Kerja
yang memiliki tugas :
a. Melaksanakan identifikasi potensi bahaya pengikatan benda kerja dan Alat Bantu Angkat
dan Angkut.
b. Melaksanakan tehnik dan syarat – syarat K3 pengikatan benda kerja dalam pencegahan
kecelakaan kerja.
c. Melakukan pemilihan Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat kelengkapannya sesuai
dengan kapasitas beban kerja aman.
d. Melakukan pengecekan terhadap kondisi pengikatan aman dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut serta alat kelengkapannya yang digunakan.
e. Melakukan perawatan Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat kelengkapannya.
2. Juru Ikat ( rigger ) berwenang melakukan :
a. Pengikatan muatan / barang atau bahan sesuai dengan prosedur pengikatan dan hasil
perhitungan.
b. Pemeriksaan Alat Bantu Angkat dan Angkut sebelum digunakan.
c. Pemberian aba – aba pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
Bagian Keempabelas
Tugas dan Kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
Pasal 167
1. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141
ayat ( 4 ) merupakan Tenaga Kerja yang memiliki tugas :
a. Membantu pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan Pesawat Angkat dan
Angkut.
b. Membantu pengawasan ketentuan peraturan perundang – undangan Pesawat Angkat dan
Pesawar Angkut.
c. Melakukan identifikasi, analisa, penilaian, dan pengendalian potensi bahaya Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.
d. Memeriksa dan menganalisa stabilitas
e. Memeriksa , menganalisis, dan menguji Pesawat Angkat dan perlengkapannya.
f. Memeriksa, menganalisis, dan menguji Pesawat Angkut dan perlengkapannya.
g. Memeriksa, menganlisis, dan menguji Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat
kelengkapannya.
h. Melaksanakan pengujian tidak merusak
i. Membuat laporan dan analisis hasil pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
2. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan, pengukuran, dan evaluasi keadaan Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
b. Melakukan pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat.
c. Melakukan pemeriksaan dan pengujian Peaswat Angkut.
d. Melakukan pemeriksaan dan pengujian Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat
kelengkapannya.
e. Memberikan saran perbaikan terhadap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dan
penggunaan Alat Bantu Angkat dan Angkut serta kelengkapannya jika hasil pemeriksaan
berbahaya atau tidak aman atau tidak memenuhi syarat K3.
Bagian Kelimabelas
Kewajiban
Pasal 168
Teknisi berkewajiban :
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan .
b. Melaksanakan standar prosedur kerja aman.
c. Membuat laporan hasil pemasangan, pemeriksaan, perbaikan dan pemeriksaan peralatan /
komponen Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
d. Mengisi buku kerja dan membuat laporan bulanan sesuai dengan pekerjaan yang telah
dilakukan .
e. Melaporkan kepada atasan langsung mengenai kondisi Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut yang menjadi tanggung jawabnya jika tidak aman atau tidak layak pakai.
Pasal 169
Pasal 170
Pasal 171
Bagian Keenambelasan
Pencabutan
Pasal 172
1. Pencabutan surat keputusan penunjukkan dan kartu tanda kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan.
2. Pencabutan Lisensi K3 Teknisi, Operator, dan Juru Ikat ( rigger ) jika yang bersangkutan
terbukti :
a. Melakukan tugasnya tidak sesuai dengan jenis dan kualifikasinya.
b. Melakukan kesalahan, kelalaian, atau kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan
berbahaya atau kecelakaan kerja.
c. Tidak melaksanakan kewajiban yang dipersyaratkan.
BAB VII
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
Pasal 173
Pasal 174
Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 meliputi pemeriksaan dan
pengujian :
a. Pertama
b. Berkala
c. Khusus
d. Ulang
Pasal 175
1. Pemeriksaan dan pengujian pertama sebagaimana dimaskud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf a
dilakukan pada :
a. Pembuatan
b. Pemasangan / perakitan.
c. Perbaikan dan perubahan atau modifikasi.
d. Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang belum pernah dilakukan pemeriksaan dan
pengujian yang akan digunakan atau baru, yang diimpor / yang disewakan.
2. Pemeriksaan dan pengujian pertama sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) meliputi :
a. Pemeriksaan dokumen
b. Pemeriksaan visual
c. Pengukuran teknis / dimensi.
d. Pengujian tidak merusak pada komponen utama / yang menerima beban.
e. Pengujian fungsi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
f. Pengujian beban dinamis dengan memberikan beban secara bertahap hingga 100 %
beban kerja aman.
3. Pengujian beban statis harus dilaksanakan :
a. Paling sedikit 110 % beban kerja aman untuk Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut ,
kecuali untuk keran angkat yang menggunakan girder atau tidak memiliki table beban (
load chart ) paling sedikit 125 % beban kerja aman.
b. Paling sedikit 150 % beban kerja aman secara bertahap untuk dongkrak.
c. Paling sedikit 150 % dan paling besar 200 % beban kerja aman untuk Alat Bantu Angkat
dan Angkut serta alat kelengkapannya.
Pasal 176
1. Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf
b untuk Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dilakukan paling lambat 2 tahun setelah
pemeriksaan dan pengujian pertama dan selanjutnya dilakukan setiap 1 tahun sekali.
2. Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf
b untuk Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat kelengkapannya dilakukan paling lambat 1
tahun sekali.
3. Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat( 2 )
meliputi :
a. Pemeriksaan dokumen
b. Pemeriksaan visual
c. Pengukuran teknis / dimensi
d. Pengujian tidak merusak pada komponen utama dan yang menerima beban
e. Pengujian fungsi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
f. Pengujian beban dinamis dengan memberikan beban secara bertahap hingga 100 % beban
kerja aman
g. Pengujian beban statis harus dilaksanakan :
Paling sedikit 110 % beban kerja aman untuk Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut,
kecuali untuk keran angkat yang menggunakan girder atau tidak memiliki table keran (
load chart ) paling sedikit 125 % beban kerja aman.
Paling sedikit 150 % beban kerja aman secara bertahap untuk jenis dongkrak.
Paling sedikit 150 % dan paling besar 200 % beban kerja aman untuk Alat Bantu Angkat
dan Angkut serta alat kelengkapannya.
Pasal 177
1. Pemeriksaan dan pengujian khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf
c dilakukan setelah terjadi kecelakaan kerja, kebakaran, dan peledakan.
2. Pemeriksaan dan pengujian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan sesuai
dengan ketentuan perundang – undangan.
Pasal 178
1. Pemeriksaan dan pengujian ulang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf d dilakukan jika hasil pemeriksaan dan pengujian
sebelumnya terdapat keraguan.
2. Ketentuan mengenai pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175
dan Pasal 176 berlaku secara mutatis mutandis terhadap pemeriksaan dan pengujian
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) kecuali terhadap pengujian beban statis.
Pasal 179
1. Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 menggunakan contoh
formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Mentri ini.
2. Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dikembangkan sesuai dengan jenis
dan kapasitas Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan Angkut serta
kelengkapannya.
Pasal 180
1. Hasil pemeriksaan dan pengujian kegiatan perencanaan dan perubahan atau modifikasi
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat ( 1 ) harus
dilaporkan ke pimpinan unit yang membidangi pengawasan norma K3 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan .
2. Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175 sampai dengan
Pasal 178 harus dilaporkan ke pemimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan, kecuali
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut rental / penggunaanya lintas provinsi , harus dilaporkan
ke pimpinan unit yang membidangi pengawasan norma K3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
3. Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) wajib dituangkan
dalam surat keterangan memenuhi syarat K3 atau surat keterangan tidak memenuhi syarat K3
yang diterbitkan oleh pimpinan unit yang membidangi pengawsan norma K3 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.
4. Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) wajib dituangkan
dalam suarat keterangan memenuhi syarat K3 atau surat keterangan tidak memenuhi syarat K3
yang diterbitkan oleh pimpinan unit yang membidangi pengawasan ketenagakerjan atau
pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang – undangan .
Pasal 181
1. Surat keterangan yang diterbitkan wajib berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian.
2. Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) berupa surat keterangan memenuhi
syarat K3 atau surat keterangan tidak memenuhi syarat K3.
3. Data teknis yang tercantum pada surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) dapat
dikembangkan sesuai jenis dan kapasitas Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
4. Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) dibuat dalam 3 rangkap dengan
rincian :
a. Lembar pertama , untuk pemilik.
b. Lembar kedua, untuk unit pengawasan ketenagakerjaan setempat.
c. Lembar ketiga, untuk direktorat yang membidangi pengawasan norma K3.
5. Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 182
1. Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang mendapatkan surat keterangan memenuhi
persyaratan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat ( 1 ) diberikan stiker meemnuhi
syarat K3 pada setiap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
2. Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang mendapatkan surat keterangan tidak memenuhi
persyaratan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat ( 2 ) diberikan stiker tidak
memenuhi syarat K3 pada setiap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
3. Stiker memenuhi dan tidak memenuhi syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dan
ayat ( 2 ) menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 183
Pasal 184
1. Pelapoaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) dapat dilakukan
secara elektronik / nonelektronik.
2. Pelaporan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan secara bertahap.
BAB VIII
PENGAWASAN
Pasal 185
Pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri ini di Tempat Kerja dilakasanakan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
BAB IX
SANKSI
Pasal 186
Pengurus dan pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat ( 1 ) dalam Peraturan
Menteri ini dikenakan sanksi sesuai dengan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakejaan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 187
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
ttd
IDA FAUZIYAH
Diundang di Jakarta
Pada tanggal 12 Juni 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
RENI MURSIDAYANTI
NIP. 19720603 199903 2 001
KATA PENGANTAR
Peranan bulldozer dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi juga tidak perlu diragukan
lagi. Dengan berbagai aplikasi pengoperasian bulldozer diantaranya land clearing,
stripping, cut & fill dan sebagainya sampai ke road forming, menjadikan bulldozer salah
satu jenis alat-alat berat yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembangunan bidang
konstruksi.
Dalam pembahasan ini tidak dibatasi pada pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan
dalam pembangunan konstruksi yang meliputi di Bidang Sumber Daya Air, Bidang Jalan
dan Jembatan dan lain-lain.
Unsur-unsur yang terkait tersebut antara lain adalah Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja, Pertolongan Pertama Pada Keelakaan (PPPK). Disamping itu yang terkait
dengan peralatannya itu sendiri, antara lain adalah : Struktur dan Fungsi Bulldozer, Cara
Pengoperasian Alat, Pemeliharaan Alat. Dan yang tak kalah bentingnya dalah Laporan
Harian Operasi.
Unsur-unsur tersebut itulah yang menjadi isi dari modul ini, dan unsur-unsur terebut
merupakan acuan dalam pelatihan Operator Bulldozer sesuai dengan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
.
Dengan demikian barulah dapat diharapkan ia menjadi seorang operator yang mampu
mengoperasikan bulldozer dengan hasil baik.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ………... …….. 1
BAB I dari 22
Informasi Tentang Keselamatan
1.1 ………………. …….. 1 dari 22
Label Bahaya
1.2 ……………………………………. …….. 1 dari 22
Informasi Tentang Bahaya Umun
1.3 …………… …….. 6 dari 22
Mencegah Bahaya Terjepit Dan Terpotong
1.4 ….. …….. 8 dari 22
Mencegah Terjadi Luka Bakar
1.5 ………………… …….. 9 dari 22
Mencegah Bahaya Ledakan Dan 10 dari
1.6 Kebakaran ... …….. 22
Menaiki Dan Menuruni Unit 13 dari
1.7 ……………………. …….. 22
Pintu Darurat 13 dari
1.8 …………………………………….. …….. 22
Sebelum Menghidupkan Engine 13 dari
1.9 ………………. …….. 22
Engine Hidup Tanpa Sengaja 14 dari
1.10 …………………. …….. 22
Menghidupkan Engine 14 dari
1.11 ………………………….. …….. 22
Sebelum Mengoperasikan Unit 14 dari
1.12 ………………... …….. 22
Mengoperasikan Unit 15 dari
1.13 …………………………… …….. 22
Mematikan Engine 15 dari
1.14 ……………………………… …….. 22
Parkir 15 dari
1.15 ……………………………………………... …….. 22
Menurunkan Peralatan Kerja Dengan 16 dari
1.16 Engine 22
Mati
……………………………………………….. ……..
Informasi Suara dan Tingkat Getaran 17 dari
1.17 ………… …….. 22
Ruang Operator Dan Perlindungan 18 dari
1.18 Terhadap 22
Operator
………………………………………….. ……..
Alat Pelindung Diri 20 dari
1.19 ………………………………. …….. 22
ETHOS KERJA DAN ETIKA PROFESI ……………….
BAB II ……..
2.1 Disiplin Kerja …….. 1 dari 17
……………………………………..
Disiplin dan Kompetensi Operator
2.2 …………….. …….. 2 dari 17
Pengawasan dan Sangsi
2.3 ………………………. …….. 5 dari 17
Etika Profesi
2.4 ……………………………………... …….. 5 dari 17
Nilai-Nilai Profesional
2.5 …………………………… …….. 6 dari 17
Kode Etik GAPENSI
2.7 ……………………………. …….. 7 dari 17
Kode Etik HATHI
2.8 ………………………………. …….. 8 dari 17
Undang-Undang Jasa Konstruksi 10 dari
2.9 ……………... …….. 17
STRUKTUR & FUNGSI BULLDOZER
BAB III ………………... …….. 1 dari 25
Komponen Utama
3.1 ………………………………. …….. 1 dari 25
Instrumen dan Kontrol
3.2 ………………………….. …….. 3 dari 25
Skema Power Line 15 dari
3.3 ……………………………… …….. 25
BAB IV
Fungsi Dan Prinsip Kerja Komponen 16 dari
3.4 Bulldozer …….. 25
PEMELIHARAAN BULLDOZER
………………………. …….. 1 dari 53
Pemeliharaan Alat-Alat Berat Secara
4.1 Umum …….. 1dari 53
Pemeliharaan Harian Bulldozer
BAB V 4.2 ……………….. …….. 7 dari 53
Pemeliharaan Berkala 28 dari
4.3 …………………………. …….. 53
Pengetahuan Bahan Bakar Dan Pelumas 37 dari
4.4 …… …….. 53
Materi Uji Kompetensi (Tertulis) Dan 48 dari
4.5 Praktek .. …….. 53
BAB VI PENGOPERASIAN BULDOZER
……………………… …….. 1 dari 34
Pendahuluan
5.1 ……………………………………. …….. 1 dari 34
5.2 Teknik Dasar Pengoperasian Bulldozer …….. 2 dari 34
Teknik Operasi
5.3 …………………………………. …….. 8 dari 34
Material 18 dari
5.4 …………………………………………... …….. 34
Materi Uji Kompetensi (Tertulis) 27 dari
5.5 ………………. …….. 34
SISTEM LAPORAN
…………………………………….. …….. 1 dari 20
Umum
6.1 ……………………………………………. …….. 1 dari 20
Laporan Harian Operasi
6.2 ……………………….. …….. 4 dari 20
Laporan Keselamatan Dan Kesehatan 12 dari
6.3 Kerja ... …….. 20
Materi Uji Kompetensi 18 dari
6.4 ………………………….. …….. 20
BAB I
KESELAMATAN KERJA
Pengoperasian, pelumasan, perawatan atau perbaikan yang tidak benar pada unit ini
akan mengakibatkan cedera atau meninggal.
Jangan mengoperasikan atau melakukan pelumasan, perawatan dan memperbaiki
unit ini sebelum saudara membaca serta mengerti isi dan maksud buku pedoman
tentang pengoperasian, perawatan dan perbaikan.
Informasi, spesifikasi dan gambar-gambar yang termuat di dalam buku ini adalah
informasi yang tersedia pada saat buku ini sedang disusun. Spesifikasi, torsi, tekanan,
pengukuran, gambar-gambar atau bagian-bagian lain dapat berobah sewaktu-waktu.
Di bawah ini terdapat beberapa tanda bahaya spesifik yang dipasang pada
kendaraan. Kenalilah tanda-tanda bahaya tersebut.
Pastikan bahwa tanda-tanda bahaya tersebut dapat dibaca dengan jelas.
Gantilah Label peringatan-Label peringatan yang sudah tidak terbaca.
1.2.1 Dilarang
mengoperasika
Gambar 1
Label peringatan ini terletak di dalam ruang operator.
Gambar
Gambar 3
Gambar 4
Label peringatan ini terletak pada kedua belah kerangka track roller.
Gambar 5
Label peringatanini terletak pada kedua
belah
kerangka
track roller.
Gambar 6
Label peringatan ini ditempatkan di konsol sebelah kanan tempat duduk operator
Gambar 9
Silinder bertek anan tinggi. Semburan dari dalam ak umulator ini dapat
menimbulk an cedera serius atau k ematian. Gunak an cara dan peralatan yang
benar k etik a membongk ar atau mengisi (charging). Isilah hanya dengan gas
nitrogin saja.
Pasanglah sebuah label “JANGAN DIOPERASIKAN” atau label bahaya lain pada
kunci starter atau tuas kendali hidrolis sebelum melakukan pekerjaan perbaikan atau
perawatan.
Bila tidak ada instruksi khusus, sebaiknya lakukan pekerjaan
perawatan seperti berikut
• Turunkan Blade dan tuas kendali pada posisi TAHAN (HOLD).
• Tempatkan transmisi pada posisi netral.
• Aktifkan rem parkir.
• Matikan engine dan ambil kuncinya.
• Matikan kunci pemutus baterai dan ambil kuncinya.
1.3.1. Air dan udara bertekanan
Udara bertekanan bisa membuat cedera. Bila menggunakan udara bertekanan
untuk pembersihan, gunakan pelindung wajah, kaca mata, pakaian pelindung
dan sepatu keselamatan.
1.3.2. Tekanan terjebak
Di dalam sistim hidrolis, tekanan bisa terjebak (trapped pressure).
Membebaskan tekanan yang terjebak dapat mengakibatkan attachment
bergerak. Berhati-hatilah bila melepas sambungan pipa hidrolis (fitting).
Tekanan hidrolis yang tinggi bila dibebaskan dapat mengakibatkan pipa hidrolis
melenting. Semburan pelumas bertekanan tinggi dapat menembus kulit.
1.3.3. Penetrasi cairan
Gunakan karton atau papan untuk memeriksa kebocoran pelumas hidrolis.
Semburan cairan bertekanan meskipun hanya sebesar jarum, bisa menembus
kulit yang mengakibatkan cedera serius atau meninggal. Bila cairan menembus
kulit, hal ini harus ditangani oleh seorang dokter ahli secepatnya.
1.3.4. Tumpahan cairan
Selama melakukan pemeriksaan, pemeliharaan, pengujian, penyetelan serta
perbaikan peralatan pastikan cairan-cairan yang tumpah harus ditampung
secara benar untuk menghindari pencemaran.
Informasi
tentang asbes
Gambar 6
Debu asbes sangat merugikan bagi kesehatan. Hindari menghirup debu yang
tercemar asbes pada saat melakukan penggantian komponen yang mengandung
asbes.
Bila kemungkinan terdapat debu yang mengandung asbes, ikutilah cara-cara di bawah
ini.
• Jangan menggunakan udara bertekanan untuk membersihkan.
• Hindari menggerinda atau menyikat komponen asbes.
• Untuk membersihkan, gunakan cara basah atau menggunakan alat
penghisap debu, yang mempunyai filter partikel berefisiensi tinggi.
• Gunakan ventilasi penghisap (exhaust fan) pada pekerjaan yang
menggunakan mesin permanen.
• Ikuti peraturan serta undang-undang mengenai tempat kerja.
• Ikuti peraturan perlindungan terhadap pencemaran untuk pembuangan
asbes.
• Hindari tempat-tempat yang diperkirakan mengandung debu asbes.
Peralatan dan perlengkapan hidorlis harus diganjal dengan kokoh, bila saudara
sedang bekerja di bawahnya. Jangan mengandalkan silinder hidrolis untuk menahan
peralatan kerja. Peralatan tersebut bisa turun bila tuas kendali tersentuh atau pipa
hidrolisnya bocor.
Jangan menyetel apapun juga pada saat engine hidup, bila tidak ada petunjuk secara
khusus.
Hati-hatilah bila sedang memukul untuk mengeluarkan sebuah pin, karena bisa
melesat dan mengenai orang yang ada di dekatnya.
Gunakan kacamata pelindung bila sedang memukul pin.
Serpihan besi dari sebuah pin yang dipukul bisa terbang dan mencederai orang di
sekitarnya.
1.5 Mencegah Terjadi Luka Bakar
1.5.1. Cairan Pendingin
Pada suhu operasi cairan pendingin sangat panas dan bertekanan. Radiator
dan saluran-salurannya berisi air dan uap panas yang dapat
melukai bila mengenai kulit.
Memeriksa permukaan cairan pendingin hanya
boleh dilakukan setelah engine mati, dan tutup
radiator telah cukup dingin untuk dipegang dengan
tangan telanjang.
Bukalah tutup radiator dengan perlahan-lahan untuk membebaskan tekanan
yang ada di dalam sistim pendingin.
Campuran air pendingin mengandung alkali, bisa membuat cedera bila terkena
kulit, mata atau mulut.
1.5.2. Pelumas
Pelumas dan komponen-komponen yang panas bisa melukai bila tersentuh.
Bukalah penutup tanki pelumas hidrolis bila engine sudah mati, dan tutupnya
sudah cukup dingin bila disentuh dengan tangan telanjang. Bukalah penutup
tanki secara pelan-pelan untuk membebaskan tekanannya.
1.5.3. Baterai
Baterai mengeluarkan gas yang mudah terbakar dan bisa meledak.
Jangan merokok bila sedang memeriksa baterai.
Cairan elektrolit mengandung asam bisa melukai kulit.
Gunakan kacamata pelindung bila memeriksa baterai.
1.6 Mencegah Bahaya Ledakan Dan Kebakaran
semua bahan bakar, sebagian besar minyak pelumas dan beberapa campuran air
pendingin adalah bahan yang mudah terbakar.
Gambar 12
Berhati-hatilah ketika sedang mengisi bahan bakar. Jangan merokok pada saat mengisi
bahan bakar. Jangan mengisi bahan bakar pada sebuah unit di dekat api atau percikan
api. Mengisi bahan bakar harus di tempat terbuka dan
engine harus dimatikan.
Lengkapilah unit saudara dengan alat pemadam api, dan ketahuilah cara
pengggunaanya dengan baik. Pemadam api harus ditaruh di tempat yang
mudah dicapai oleh operator. Lakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara
berkala dengan benar, Ikuti rekomendasi pada plat instruksi.
1.6.2. Ether
Ether adalah suatu cairan yang berbahaya serta mudah terbakar. Menghirup
uap ether atau terkena pada kulit secara berulang-ulang dapat mengakibatkan
luka.
Gunakan ether di tempat yang berventilasi secara baik.
Gunakan ether secara hati-hati dan jauhkan dari api.
Jangan membuang tabung bekas ether sembarangan.
Jangan menaruh tabung ether di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau
bersuhu di atas 40 C.
Buanglah tabung bekas ether di tempat yang aman dan jangan melobangi atau
membakarnya.
Bila saudara sedang di dalam kabin ketika petir menyambar, tetaplah di dalam
kabin.
Bila saudara sedang di luar unit menjauhlah dari unit.
APAR boleh ditempatkan di atas platform sebelah kanan engine hood, tetapi jangan
sampai mengganggu akses ke:
• Tempat berpegang
• Tangga
• Tempat berpijak atau
• Di depan pintu engine
Jangan memasang braket APAR dengan cara mengelas atau mengebor struktur
ROPS.
Menaiki atau menuruni unit melewati tangga yang disediakan. Baik ketika naik atau
turun harus sudah harus
Unit-unit yang menggunakan kabin selalu dilengkapi dengan pintu darurat. Bila pintu
utama tidak dapat dibuka, gunakan jendela sebelah kanan untuk keluar.
Periksalah kondisi sabuk keselamatan dengan teliti. Gantilah bila terdapat tanda-
tanda kerusakan pada sabuk.
Meskipun tidak nampak tanda-tanda kerusakan, disarankan untuk mengganti sabuk
setelah berumur 3 tahun
Atur tempat duduk sehingga saudara bisa menginjak pedal -pedal dengan punggung
menyandar di kursi.
Pastikan bahwa unit dilengkapi dengan lampu-lampu yang memadai dan berfungsi dengan
baik.
Pastikan bahwa tidak ada orang yang sedang bekerja di unit saudara atau di sekitarnya
sebelum menjalankan unit.
Engine hidup tanpa sengaja dapat mencederai orang yang sedang bekerja di unit tersebut.
Matikan kunci batere dan cabutlah kuncinya serta pasanglah tanda “JANGAN
DIOPERASIKAN” pada kunci batere.
MODUL RINGKAS OPERATOR BULLDOZERKlakson, sinyal mundur atau tanda peringatan yang
lain harus berfungsi dengan baik.
Kencangkan sabuk keselamatan dengan baik.
Hubungkan kerangka depan unit dengan bagian belakang menggunakan pengunci
kerangka kemudi (steering frame lock ) bila unit akan diangkat atau diangkut.
Begitu pula bila sedang dilakukan perbaikan.
Operator harus yakin bahwa tidak ada orang di sekitar unit sebelum menjalankan.
Jalankan unit dari ruang operator sambil duduk.
Gerakkan alat-alat kendali hanya pada saat engine hidup.
Cobalah menggerakkan alat-alat kendali, rem dan lain-lain, dengan berjalan pelan-
pelan di tempat yang lapang.
Jangan membawa penumpang bila tidak ada tempat duduk bersabuk keselamatan.
Laporkan kondisi yang perlu diperbaiki yang terjadi saat operasi. Jauhilah jurang,
tebing atau tempat-tempat yang mudah longsor. Hati-hati bila beroperasi di tempat-
tempat yang memungkinkan terbalik. Menuruni atau menaiki bukit secara vertikal lebih
aman dibandingkan dengan berjalan menyisir sisinya.
Usahakan unit tetap bisa dikendalikan dengan baik dan jangan melampaui
kapasitasnya.
1.14 Mematikan Engine
Putarlah kunci ke posisi OFF dan cabut kuncinya. Matikan kunci baterai dan ambil
kuncinya bila unit diparkir dalam jangka waktu yang lama.
Parkirlah di tempat yang datar. Bila terpaksa parkir di lereng, pasanglah ganjal ban.
Gunakan pedal rem servis untuk menghentikan unit.
Jangan menggunakan rem parkir untuk menghentikan unit.
Netralkan transmisi dan aktipkan rem parkir.
Tingkat suara di dalam kabin yang tertutup adalah 75 dB (A) apabila diukur dengan
menggunakan standar “ANSI/SAE J1166 OCT 98”. Ini adalah suatu tingkat paparan
suara siklus kerja. Kabin harus dipasang selalu terawat dengan baik. Pengukuran ini
dilakukan dengan pintu dan jendela tertutup.
Penggunaan pelindung telinga diperlukan bila beroperasi dengan kabin terbuka untuk
waktu yang lama atau di tempat-tempat yang bising. Begitu pula kalau kabin tidak
terawat dengan baik, maka penggunaan pelindung telinga tetap diperlukan.
Saran untuk Mengurangi Tingkat Getaran pada Mesin Pemindah Tanah
Penyetelan mesin harus benar. Pemeliharaan mesin harus benar.
Mengoperasikan mesin dengan halus. Penghalusan permukaan area kerja.
Saran berikut mampu mengurangi tingkat getaran:
1. Gunakan jenis dan ukuran mesin, peralatan dan perlengkapan yang sesuai.
2. Lakukan peliharaan mesin sesuai dengan anjuran pabrik.
a. Ketegangan rante / track
b. Rem dan sistim kemudi.
c. Tuas Kendali, sistim hidrolis dan perangkainya.
3. Rawatlah lokasi kerja dengan baik.
a. Bersihkan batu - batu dan rintangan lain.
b. Timbunlah lobang dan parit.
c. Gunakan unit dan jadwal kerja dalam rangka memelihara area kerja .
4. Gunakan jok yang memenuhi standar “ISO 7096” dan rawatlah jok dengan
baik.
a. Setel jok dan suspensinya sesuai dengan ukuran dan berat operator.
b. Rawat dan periksalah suspensi jok dan mekanisme penyetelnya.
5. Lakukan pengoperasian berikut dengan halus:
a. Berbelok
b. Mengerem
c. Menambah kecepatan
d. Memindah gigi.
6. Operasikan perlengkapan dengan halus.
7. Sesuaikan kecepatan mesin dengan rute-nya untuk mengurangi tingkat
getaran
a. Hindari rintangan dan permukaan yang kasar.
b. Turunkan kecepatan secukupnya di permukaan yang kasar.
8. Mengurangi getaran untuk siklus kerja dan perjalanan panjang.
a. Gunakan unit yang bersuspensi.
b. Gunakan sistim adjustmen pada tempat duduk operator
c. Bila tidak ada sistim berkendaranya, berjalanlah pelan-pelan.
d. Angkutlah unit dengan trailer ke lokasi kerja.
9. Kekurang-nyamanan operator dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor
lain. Saran berikut dapat menambah kenyamanan operator:
Aturlah tempat duduk
a. dan tuas-tuas kendali sesuai
dengan postur tubuh operator.
tubu tida melinti
b. Setel kaca spion supaya h k r ketika
melihatnya.
Beristirahat wakt dudu
c. untuk mengurangi u k yang
terlalu lama.
d. Jangan melompat dari kabin.
e. Mengurangi mengangkat dan mengangku beban berulang-ulang.
f. Kurangi benturan dan kejutan saat olah raga dan rekreasi.
1.18.1. Sarana pelindung bila terbalik (rops) atau sarana pelindung bila tertimpa (fops)
ROPS atau FOPS adalah suatu sarana pelindung yang dipasang di atas kabin
operator dan diikat dengan kuat pada kerangka unit.
Agar struktur ini tetap memenuhi standar maka jika ada penambahan atau
perubahan pada kerangka cabin operator hubungi dealer terdekat.
1.18.2. Sarana pelindung lain
Jenis sarana pelindung lain disesuaikan dengan applikasi unit tersebut.
Lakukan pemeriksaan harian secara teliti untuk memeriksa adanya kerusakan
pada sarana tersebut. Jangan mengoperasikan unit bila terdapat kerusakan
struktur.
Misalnya mesin dengan kanopi terbuka yang dioperasikan di perkayuan, perlu
dipasang ram pelindung khusus untuk menghindari bahaya cabang atau pohon
yang menimpa mesin.
Hampir semua Alat Pelindung Diri yang dipakai pada bidang Industri dan jasa
lain, digunakan juga dalam dunia Konstruksi, karena dunia konstruksi bukan
hanya untuk membangun fasilitas baru tetapi digunakan pula dalam
pemeliharaan dan perbaikan suatu fasilitas yang masih berjalan. Pelindung
tersebut adalah : a. Pelindung Kepala
b. Pelindung Kaki
c. Pelindung Tangan
d. Pelindung Pernafasan;
e. Pelindung pendengaran;
f. Pelindung mata;
g. Tali Pengaman & Sabuk Keselamatan (Safety belt).
2.1.2 Permasalahan
Dengan bertolak pada makna disiplin terurai diatas, ruang lingkup
permasalahan menegakkan disiplin dapat dipertanyakan sebagai berikut:
1. Apakah kaidah atau (fungsi lembaga yang terumuskan dalam tujuan
lembaga, tujuan lembaga terjabarkan dalam program-program kerja,
program-program kerja terdistribusikan pada unit-unit kerja dalam bentuk
uraian kerja) sudah terinci secara jelas, tegas dan mampu berfungsi
sebagai pengendali dalam proses kegiatan
2. Apakah kesadaran warga lembaga dalam menjalankan tugas sudah
menggunakan kaidah-kaidah yang ada sebagai pedoman sudah ada.
3. Apakah sarana dan prasarana sudah mampu mendukung untuk
menegakkan disiplin
4. Apakah kelompok elite di lembaga kita sudah arif (professional) dalam
mengantisipasi dan mengatasi gejala-gejala yang timbul
5. Adakah factor-faktor lain yang mempengaruhi tegaknya disiplin di lembaga
kita.
2.1.3 Langkah-langkah menegakkan disiplin
a. Menata kembali peraturan, tujuan program kerja dan
pendistribusiannya agar terumus secara jelas dan tegas
b. Penataan ulang butir-butir nomor 1, hasilnya harus mampu berfungsi
sebagai pengendali agar proses kegiatan di lembaga kita nampak.
c. Dalam rangka menumbuhkan kesadaran disiplin bawahan dengan
melakukan pendekatan edukatif
1) Ing ngarso sun tulodo
2) Ing madyo mbangun karso
3) Tut wuri Handayani
4) Saling asah, saling asih, saling asuh
5) Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul
d. Mengoptimalkan sarana yang ada dan melengkapi sarana yang belum
ada. Dalam hal ini, harus diketahui terlebih dahulu hasil perolehan butir
nomor 1, 2 dan 3 di atas.
e. Dirumuskan system pengendalian terlebih dahulu dan baru dibentuk unit
kerja yang bidang garapannya sebagai pengendali proses kegiatan
kegiatan yang ada dilembaga.
f. Nilai budaya vertikal oriented harus dibuang jauh-jauh dan sebagai
gantinya adalah nilai budaya organis atau jarring.
g. Untuk menambah wawasan dalam upaya menegakan disiplin di lembaga
kita.
2.2. Disiplin Dan Kompetensi Operator
2.2.1. Penegakkan Disiplin
Menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
a. Persyaratan
Untuk menunjang kompetensi operator tersebut, maka
persyaratan yang dituntut adalah :
• Memahami peraturan perusahaan tentang hak dan kewajiban
operator.
• Memahami peraturan perundang-undangan K3 terutama yang
berhubungan langsung dengan posisi operator alat berat,
• Memahami pedoman pengoperasian dan pemeliharaan harian alat-
alat berat.
• Memahami kedudukan laporan operasi yang harus dibuatnya yang
akan menjadi data utama sebagai dasar pengambilan keputusan
atasan bahkan manajer perusahaan.
b. Usaha yang perlu dilakukan antara lain :
1) Perusahaan
• Melakukan sosialisasi peraturan perusahaan dengan berbagai cara..
• pelatihan khusus atau bimbingan teknik dalam penerapan K3, P3K dan
penanggulangan kebakaran secara teratur.
• Melakukan pelatihan atau penyegaran pengoperasian dan pemeliharaan
alat berat.
• Menyediakanfasilitaskerja termasuk K3 yang
Lengkap dan memenuhi standard
• Menyelenggarakan program/kegiatan yang sifatnya merangsang motivasi
pegawai untuk mematuhi peraturan atau pedoman.
2) Pegawai/operator alat-alat berat
• Berusaha memahami peraturan dalam perusahaan
• Berusaha mendapat kesempatan mengikuti pelatihan yang terkait
dengan tugasnya,
• Berusaha memahami pedoman.
• Berusaha melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin dengan fasilitas
kerja yang memadai, sehingga terjamin keselamatan kerja dan jaminan
sosialnya.
Etik
Etik menentukan sikap yang benar, mereka berkaitan dengan apa yang
″seharusnya“ atau ″harus“ dilakukan. Etik tidak seperti hukum yang harus berkaitan
dengan aturan sikap yang merefleksi prinsip-prinsip dasar yang benar dan yang
salah dan kode-kode moralitas.
Etik didisain untuk memproteksi hak asasi manusia. Dalam seluruh pekerjaan
konstruksi jalan, etik memberi standar profesional kegiatan pelaksanaan konstruksi
jalan; standar-standar ini memberi keamanan dan jaminan bagi pelaksana konstruksi
maupun pengguna jalan (masyarakat).
1. Selalu menjunjung tinggi dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga AKI.
2. Berperilaku sebagai Kontraktor Nasional yang menghormati dan menghargai
profesinya.
3. Bertindak untuk tidak mempengaruhi/memaksakan dalam memenangkan tender
atau mendapatkan kontrak.
4. Bertindak untuk tidak memberi atau menerima imbalan dalam memenangkan
tender atau mendapatkan kontrak.
5. Bertindak untuk tidak mendapatkan harga penawaran dan/atau data tender
sesama anggota yang masih dirahasiakan.
6. Bertindak untuk tidak merubah harga/kondisi penawaran setelah tender ditutup.
7. Bertindak untuk tidak saling membajak tenaga kerja maupun tenaga ahli sesama
anggota.
8. Bertindak untuk menjabat secara sengaja baik langsung maupun tidak langsung
nama baik, kesempatan dan usaha sesama anggota.
9. Berpartisipasi dalam tukar menukar informasi, mengadakan latihan dan
penelitian mengenai syarat-syarat kontrak, Teknologi dan Tata cara pelaksanaan
sebagai bagian dari tanggung jawab kepada masyarakat dan Industri Jasa
Konstruksi.
2.7. Kode Etik GAPENSI
GAPENSI menetapkan Kode Etik yang merupakan pedoman perilaku bagi para
anggota di dalam menghayati dan melaksanakan tugas dan kewajiban masing-
masing, dengan nama “Dasa Brata“, sebagai berikut :
1. Berjiwa Pancasila yang berarti satunya kata dan perbuatan didalam
menghayati dan mengamalkannya
2. Memiliki kesadaran nasional yang tinggi, dengan mentaati semua perundang-
undangan dan peraturan serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela
ataupun melawan hukum
3. Penuh rasa tanggung jawab di dalam menjalankan profesi dan usahanya.
4. Bersikap adil, wajar, tegas, bijaksana dan arif serta dewasa dalam bertindak
5. Tanggap terhadap kemajuan dan selalu beriktiar untuk meningkatkan mutu,
keahlian, kemampuan dan pengabdian masyarakat.
6. Didalam menjalankan usahanya wajib berupaya agar pekerjaan yang
dilaksanakannya dapat berdaya guna dan berhasil guna
7. Mematuhi segala ketentuan ikatan kerja dengan pengguna jasa yang disepakati
bersama
8. Melakukan persaingan yang sehat dan menjauhkan diri dari praktek - praktek
tidak terpuji, apapun bentuk, nama dan caranya
9. Tidak menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang
diberikan kepadanya
10. Memegang teguh disiplin, kesetiakawanan dan solidaritas organisasi.
2.8.3 Sikap
a. Senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat
b. Senantiasa bekerja sesuai dengan kompetensi
c. Senantiasa menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung
jawabkan
d. Senantiasa menghindari pertentangan kepentingan dalam tugas
dan tanggung jawab
e. Senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan
f. Senantiasa memegang teguh kehormatan, integrtas dan martabat
profesi
g. Senantiasa mengembangkan kemampuan profesi
Sesuai ketentuan Anggaran Dasar HATHI, anggota HATHI wajib
menjunjung tinggi dan melaksanakan Kode Etik HATHI
3.1.1. Umum
Berikut ini adalah nama dan letak serta fungsi dari beberapa komponen
bulldozer.
Lift
1 cylinder
2 Fuel tank
3 Sprocket
Track
4 frame
5 Frame
6 Idler
7 Track shoe
8 Blade
9 Ripper
b. Straight dozer
Gambar rDozer
• Memungkinkan blade
diserongkan (angling) dan
dimiringkan (tilting) dari tempat
duduk operator
• Cocok untuk pekerjaan
perataan (grading),
pengisian/penimbunan (back filling),
penghamparan (spreading) dan
Gambar 3.1.3d. Angle tilt Dozer
3.2.1. Umum
3.2.2. Instrumen
Gambar 3.2.2d
Gambar 3.2.2 g
▪
Bila bahan bakar di dalam tangki masih cukup, lampu di daerah hijau
menyala, namun bila kurang warnanya merah.
▪
Isi bahan bakar, setiap selesai beroperasi.
j. Service Meter
Service meter ini menunjukkan berapa banyak jam kerja alat selama
pengoperasian.
Kelompok ini terdiri dari skakelar start (strarting switch), skakelar lampu (lamp
switches) dan skakelar preheating (preheat switch).
Gambar 3.2.3a
Pada posisi ON arus listrik mengalir ke sirkuit pengisian dan sirkuit lampu.
Gambar 3.2.3b
Gambar 3.2.3c
▪
Untuk menghidupkan engine dalam udara/cuaca
dingin, posisikan skakelar preheater pada posisi
ON dan putar kunci kontak pada posisi ON.
Busi pijar akan memanasi udara pemasukan
Gambar 3.2.3d ▪
Setelah
menghidupkan engine pastikan skakelar
preheater pada posisi OFF.
• Untuk menghidupkan engine dalam udara/cuaca dingin, posisikan skakelar
preheater pada posisi ON dan putar kunci kontak pada posisi ON.
• Busi pijar akan memanasi udara pemasukan
Setelah menghidupkan engine pastikan skake- lar preheater berada pada
posisi OFF
3.2.4. Tuas dan Pedal (Levers and pedals) – Merk Dozer tertentu
Tuas dan pedal pada gambar di bawah ini merupakan alat kendali gerakan
bulldozer, baik attachments maupun gerakan unitnya sendiri.
Berbagai tuas (lever) dan pedal pada bulldozer adalah sebagai berikut :
Gambar 3.2.4-1
• No 6 Tuas Blade
• No 8 Tuas Ripper
Gambar 3.2.4-2
a. Tuas Blade
Gambar 3.2.4-a
• No 1 & 3 gerakan naik turun Blade
• No 3 Ripper turun
Gambar 3.2.4-b
Gambar 3.2.4-d
• Peringatan
• Posisi
adalah posisi menahan
(hold). Pisau tetap berhenti dan
mempertahankan posisinya.
(
Gambar 3.2.4-h1 Kendali kendali blade
u
n
t
u • Posisi (3) adalah menurunkan ripper
k
• Biarkan skakelar A yang ada di tengah
r
i
p
Gambar 3.2.4.h3
Ujung tangkai tertekan masuk dan operasikan ripper untuk mengubah sudut ripper (<).
• Posisi (1) mengecilkan sudut ripper
:
• Sudut ripper (<) menjadi lebih kecil
• Posisi (2) hold (tahan) : Ripper tertahan di posisi ini.
• Posisi (3) menaikkan sudut ripper :
• Sudut ripper (>) menjadi besar.
Gambar 3.2.4.i
PERHATIAN
• Bila kedua pedal ditekan bersamaan dengan menginjak di bagian tengah, kedua rem
kiri dan rem kanan bekerja.
• Bila tuas kemudi ditarik
setengah dan pada remnya
ditekan/diinjak pada waktu bersamaan, maka unit akan membelok tajam.
Jangan menaruh kaki pada pedal-pedal dengan tidak seperlunya.
Gambar 3.2.4.j
Gambar 3.2.4.k.
Untuk mendapatkan kondisi duduk yang terbaik, putar knob 4 ke kanan (clock
wise) bagi operator yang ringan.
• Penyetelan posisi sandaran.
Posisi sandaran tempat duduk dapat disetel dengan menarik tuas 5 kemudian
melepaskannya.
Power line bulldozer, merupakan alir tenaga mulai dari pembangkit tenaga sampai ke
penggerak akhir alat tersebut.
Alir tenaga ini sebaiknya diketahui dengan baik oleh setiap operator yang mengoperasikan
alat ini agar mempunyai gambaran komponen-komponen apa saja yang dilalui oleh aliran
tenaga ini, sehingga dapat diharapkan penanganan (pemeliharaan) komponen-komponen
yang dilalui tenaga utama, dapat dilakukan dengan baik sebatas yang menjadi tugas operator
(pengecekan minyak pelumas), untuk mendapatkan hasil yang baik pula
1 = Engine
2 =Kopling Utama (main clutch)
3 =Universal joint
4 =Transmisi
6 = Steering clutch
7 = Steering brake
8 = Track.
Bab ini terbatas hanya pada beberapa komponen utama saja, yaitu engine, power train,
undercarriage, sistem listrik dan sistem hidrolik
3.4.1 Engine
Engine merupakan sumber tenaga umumnya adalah sebuah engine atau motor
bakar diesel 4 langkah, walaupun ada juga yang menggunakan motor diesel 2
langkah, tetapi agak jarang.
Engine berfungsi sebagai penggerak utama (sumber tenaga )
c h
b d
e
f
. b
Gambar 3.4.4
a. Sprocket
b. Front idler
c. Track adjuster
d. Track roller.
e. Track Link
f. Track shoe
g. Carrier roller
h. Track Frame
Under carriage, bagian bawah dari bulldozer yang terdiri dari beberapa
bagian/komponen berfungsi sebagai sarana penggerak unit, maju ataupun mundur,
setelah menerima tenaga dari sumber tenaga utamanya (engine) melalui power train.
a. Sprocket
Sebagai penggerak unit melalui rantai dan sepatu rantai (track link and track
shoe), setelah menerima tenaga dari engine melalui power train.
b. Front idler
Roda bebas/tanpa tenaga, sebagai roda laluan rantai (track) berputar setelah
mendapat tenaga dari sprocket, dan berfungsi untuk mengarahkan track agar
tidak keluar dari track roller.
c. Track adjuster
Bagian alat atau komponen yang digunakan untuk menyetel kekencangan
rantai (track link).
d. Track roller
Bagian atau komponen undercarriage yang berfungsi sebagai penyangga atau
tumpuan unit saat berjalan dan tempat laluan track meluncur ketika berputar.
e. Track link
Track link merupakan suatu rangkaian mata rantai (link) yang berfungsi sebagai
dudukan sepatu-sepatu (shoes) yang menapak ke tanah, yang digunakan oleh
gigi-gigi sprocket.
f. Track shoe
Track shoe merupakan bagian dari komponen bulldozer (under carriage) yang
digunakan bulldozer untuk menapak di tanah (atau material lain), untuk
mendapatkan ground pressure yang sesuai dengan kondisi tanah, untuk
mendapatkan traksi yang sesuai dengan kondisi beban dorong/potong
g. Carrier roller
Carrier roller berfungsi sebagai penyangga track link di atas track frame,
sekaligus juga mengarahkan rail track link agar link tetap berada pada idler dan
sprocket.
h. Track frame
Rangka track roller (track roller frame) berfungsi sebagai tempat bertumpu
komponen-komponen under carriage yang lain.
Kebutuhan tenaga/arus listrik tersebut disediakan oleh batere atau accu dengan
kapasitas sesuai dengan besarnya daya engine.
Untuk menjaga agar isi batere tetap mencukupi maka batere harus selalu diisi
kembali. Pengisian batere ini dilakukan selama pengoperasian atau selama engine
hidup, yang dilakukan dengan generator atau alternator. Dalam hal ini generator
ataupun alternator berfungsi sebagai penyedia jasa atau arus (current) listrik untuk
pengisian batere dan keperluan lain seperti lampu dan sistem monitor.
Prinsip Kerja :
Pada sistem listrik alat-alat berat, dapat dibedakan tiga unsur pokok, yaitu :
1) semua beban atau keperluan daya listrik (current) diberikan hanya oleh batere
saja (sendirian).
Gambar 3.4.6
Biasanya pemberian tenaga hidrolik termaksud diatur tidak dalam satu sirkuit, tapi
beberapa sirkuit yang terpisah.
Prinsip kerja sistem hidrolik sederhana pada contoh sirkuit di atas, adalah sebagai
berikut :
1) Bila pompa hidrolik diberi tenaga putar (berputar) maka akan menghasilkan aliran
tekanan minyak hidrolik pada sisi out put nya
2) Tekanan minyak hidrolik kemudian diatur arahnya oleh Katup Pengarah (Control
Valve)
3) Tergantung dari posisi katup, tekanan dapat dialirkan ke sisi bawah piston silinder
(sehingga beban terdorong ke atas), atau dialirkan ke sisi atas piston silinder
(sehingga beban terdorong ke bawah), ataupun dialirkan kembali ke tangki
minyak hidrolik (beban pada tempatnya)
4) Relief valve berguna sebagai pengaman sistem
BAB IV
PEMELIHARAAN BULDOZER
4.1.1 Umum
Apabila sebuah alat berat dipergunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, sesuai
dengan jenis alat berat yang bersangkutan, atau alat tersebut dioperasikan, maka
sejalan dengan bertambahnya jam kerja alat atau jam operasi, kondisi alat akan
menurun, karena kondisi komponen-komponen geraknya menurun, sejalan dengan
meningkatnya jumlah jam operasi alat.
Bila kondisi alat berat termaksud terus menurun maka performansi atau unjuk kerjanya
juga menurun, yang pada gilirannya produksi alat juga menurun.
Bila penurunan kondisi alat tersebut berlangsung terus sejalan dengan jumlah jam
pengoperasian maka akhirnya akan sampai pada suatu titik dimana biaya
pengoperasian alat dan produksi alat menjadi tidak sesuai lagi dalam arti biaya
produksi mulai lebih besar dari produksinya. Dengan kata umum, alat sudah tidak
ekonomis lagi atau umur ekonominya sudah habis atau terlampaui.
Agar alat tersebut mempunyai umur ekonomis yang lebih panjang atau penurunan
kondisi alat tidak terlalu cepat atau dapat dihambat, maka perlu dilakukan langkah-
langkah agar komponen-komponen alat kondisinya
dapat lebih lama bertahan. Langkah tersebut adalah kegiatan pemeliharaan alat berat.
Dengan demikian maka pemeliharaan alat-alat berat dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan usaha untuk menjaga atau mempertahankan agar kondisi alat dapat tetap
baik, selama mungkin sampai suatu batas tertentu, break even point, untuk
mendapatkan umur ekonomis alat yang cukup panjang.
4.1.2 Maksud dan Tujuan Pemeliharaan
Dari uraian tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud dari
pemeliharaan alat-alat berat pada umumnya adalah untuk
Cakupan pemeliharaan alat-alat berat adalah cukup luas, mulai dari preventive
maintenance, corrective maintenance, kemudian periodic maintenance, schedule
maintenance dan sebagainya, termasuk semua pekerjaan yang terkait dan
berhubungan dengan perawatan dan perbaikan, misalnya penyetelan dan
pengetesan.
Berbagai jenis atau macam pemeliharaan dapat digambarkan dalam bentuk bagan.
Dengan gambaran pemeliharaan dalam bentuk bagan berikut masalah pemeliharaan
dapat lebih mudah dilihat.
Bagan
Pemelihara
an
a. Manual Book
1) Suku Cadang
Gunakan selalu suku cadang asli (genuine parts) bila memerlukan
penggantian.
2) Minyak Pelumas
4.2.1 Umum
Pemeliharaan atau perawatan harian (daily maintenance), harus dilakukan setiap hari
oleh operator Bulldozer sebelum mengoperasikan, selama mengoperasikan dan
setelah mengoperasikan bulldozer. Tugas ini merupakan tugas yang melekat pada
jabatan operator yang wajib dilaksanakannya sehingga diperlukan disiplin yang tinggi
dalam pelaksanaannya, baik menyangkut disiplin waktu maupun disiplin dalam
pelaksanaannya.
Tugas operator dalam pemeliharaan alat-alat berat dibatasi hanya pemeliharaan
harian saja.
Sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan dalam pemeliharaan harian ini adalah
berupa pemeriksaan atau pengecekan-pengecekan, sebagian kecil berupa
penambahan minyak pelumas, bahan bakar (tergantung sistem kerjanya), air batere
dan juga penceratan atau pembuangan air dan endapan di tangki bahan bakar dan
pemisah air (water separator). Sedangkan kegiatan penyetelan yang mempergunakan
kunci (tools) tidak dilakukan (dilakukan oleh mekanik).
Dalam memberikan penjelasan lebih rinci dan untuk memberikan gambaran yang
lebih luas dalam setiap kegiatan pemeliharaan harian ini tergantung kepada merk dan
type Bulldozer yang akan dioperasikan oleh operator untuk itu dalam penjelasan
kepada operator harus disesuaikan dengan alatnya masing-masing, dan untuk
penjelsan selanjutnya akan disajikan contoh ilustrasi dari beberapa tipe bulldozer
(DI55A-3, DI55A-2).
Peringatan !
1) Kebocoran minyak atau bahan bakar, atau kumpulan barang mudah terbakar
disekitar bagian-bagian bertemperatur tinggi seperti muffler
Gambar : 4.2.3-a
Catatan :
Lakukan pemeriksaan minyak pelumaas, engine dalam keadaan engine
mati
Periksa bahwa tekanan minyak pelumas engine dan meter temperatur air
keduanya berada di daerah hijau
Buka tutup pengisian minyak
Gb. 4.2.3.c1
d. Pemeriksaan Level Minyak Power Train
Catatan :
Bila memeriksa minyak sebelum mulai operasi, periksa dalam keadaan engine
mati dan gunakan sisi COLD STOP. Bisa juga diperiksa setelah engine hidup dan
temperatur minyak power train tinggi; dalam hal ini hidupkan engine pada putaran
idling dan gunakan sisi dipstick HOT IDLING.
Catatan :
2) Isibahanbakarmelalui
lubang pengisian F secukupnya. Jangan sampai terlalu penuh (limpas)
3) Tutup dan kencangkan tutup lubang pengisian bahan bakar dengan baik
Gambar 4.2.3.2.e1)
Catatan :
Bila lubang pernapasan (1) pada tutup lubang pengisian tersumbat, tekanan di dalam
tangki akan turun dan bahan bakar tidak akan mengalir.
Gambar 4.2.3.f-1
Gambar : 4.2.3.e-2
g. Pembuangan Air dan Endapan Dalam Water Separator (Pemisah Air) Water
separator akan memisahkan air yang tercampur bahan bakar. Bila pelampung (2)
berada diatas garis merah (1), keluarkan air sesuai prosedur berikut :
Gambar 4.2.3.f
Gambar 4.2.3i-1
Bila level berada di bawah tanda L, tambahkan minyak engine (damper case
menggunakan engine oil juga) melalui pemegang dipstick (dipstick holder)
5) Bila minyak di atas tanda H, buka tutup lubang pemeriksaan (2) di tengah dasar
(bottom center) dari kotak power train, dan buang kelebihan minyak melalui tutup
lubang penceratan (1) dari peredam engine (engine dumper). Setelah minyak
dikurangi, periksa lagi level minyak.
Catatan :
● Pemeriksaan minyak dilakukan dengan keadaan engine mati
● Sebelum pemeriksaan, tempatkan alat di tempat datar.
Peringatan !
Bila membuka tutup lubang pengisian, kemungkinan minyak akan menyemprot
keluar, karenanya matikan engine dan tunggu sampai temperatur minyak turun,
kemudian kendurkan tutup dengan perlahan untuk membuang tekanan minyak
sebelum membuka tutup.
Catatan :
Jangan menambah minyak jika level minyak di atas garis H. Hal ini akan merusak
peralatan hidrolik dan menyebabkan minyak menyemprot keluar.
1) Turunkan blade ke tanah, matikan engine dan tunggu kira-kira 5 menit sebelum
memeriksa minyak.
Peringatan !
Bila minyak ditambah sampai di atas tanda H, matikan engine dan tunggu agar
minyak hidrolik mendingin. Kemudian buka tutup ubang pencerat (drain plug)
P kendurkan katup pencerat (drain valve) (1), dan buang minyak kelebihan.
3) Setelah selesai
pemeriksaan, pember- sihan dan penggantian,
tekan tombol (knob) dust indicator (1) untuk
mengem- balikan piston warna merah ke
posisinya semula.
Gambar 4.3,2.j
Gambar 4.3.2k
Pemeriksaan pedal rem terutama ditujukan kepada langkah pedal (brake pedal
travel )
Gambar 4.3.2l
m. Pemeriksaan Kabel-Kabel Listrik
Periksa kemungkinan hubungan kabel yang lepas atau ada hubungan singkat. Periksa
juga terminal untuk kemungkinan ada yang kendur atau lepas.
Putar tombol (knob) (2) untuk mendapatkan skala beban yang sesuai dengan
berat operator. Skala beban dapat disetel antara 50 – 120 kg.
Catatan :
Jika anda menginginkan tempat duduk yang lebih lunak, putar pengatur
beban ke skala beban yang lebih kecil, dan sebaliknya.
Tarik tuas (3), setel sandaran pada posisi yang mudah untuk
mengoperasikan bulldozer, kemudian lepaskan tuas.
Catatan :
Bila menyetel/merebahkan sandaran ke belakang, periksa ruangan di belakang
dan setel pada posisi yang cocok (suitable).
● Bila tuas ( 4 ) ditarik, penyetelan sudut tempat duduk bagian depan dapat
dilakukan (ada 5 tingkat).
Untuk menaikkan tempat duduk bagian depan, biarkan tuas tetap ditarik ke
atas
Untuk menurunkan tempat duduk bagian depan, biarkan tuas ditarik ke
bawah.
● Bila tuas (5) ditarik, penyetelan sudut tempat duduk bagian belakang dapat
dilakukan (ada 5 tingkat).
Tarik tuas (4) dan (5) bergantian dan setel sudutnya. Setelah disetel sesuai dengan
yang diinginkan, lepaskan tuas dan kunci (Penyetelan ketinggian ada 5 tingkat, 60
mm).
Gerakkan tuas (6) ke belakang untuk melepaskan kunci, kemudian putar tempat
duduk ke kanan dengan tangan.
PEMELIHARAAN BULLDOZER
Peringatan !
Sebelum memakai sabuk pengaman, periksa braket dan sabuk kemungkinan
kondisinya tidak normal.
● Pasang sabuk pada badan anda tanpa tekukan. Setel panjang sabuk pada gesper
dan pada lidah sehingga gesper berada di tengah badan anda.
● Bila sabuk tergores, atau ada yang rusak ataupun memanjang, gantilah segera.
Catatan :
● Bila lampu-lampu tidak menyala, mengkin ada kerusakan atau ada yang putus di
monitor, laporkan.
Peringatan :
Periksa apakah tidak ada orang atau penghalang lain di daerah sekeliling,
kemudian bunyikan klakson dan start engine.
Catatan :
Jangan menstart engine lebih dari 20 detik, Jika
engine distart tidak mau hiodup, hentikan start,
tunggu 2 menit, baru mulai menstart lagi.
Peringatan :
Bila peralatan kerja dioperasikan tanpa pemanasan mesin yang cukup, tenaga engine belum
normal akan mengakibatkan gerakan peralatan kerja menjadi lambat, dan mungkin gerakannya
tidak sesuai dengan keinginan operator, sehingga lakukan pemanasan (warming up) sebelum
Bulldozer dioperasikan.
Catatan :
1) Pada waktu temperatur minyak hidrolik masih rendah, jangan melakukan
pengoperasian atau menggerakan tuas dengan cepat.
PEMELIHARAAN BULLDOZER
Lakukan pemanasan terlebih dahulu. Hal ini akan meningkatan umur penggunaan
alat.
2) Jangan segera menambah kecepatan engine sebelum pemanasan engine selesai.
Jangan menjalankan engine pada putaran rendah secara terus menerus lebih dari
20 menit, karena akan mengakibatkan kebocoran minyak pelumas dari pipa suplay
turbocharger. Bila diperlukan engine pada putaran idling, berikan beban terus
menerus (time to time) untuk menaikkan putaran engine sampai putaran sedang atau
jalankan engine pada putaran sedang.
Kondisi Normal
Setelah engine hidup lakukan hal-hal berikut :
● Tarik tuas kendali gas (bahan bakar) ( 1 ) , ke posisi tengah antara LOW IDLING dan
HIGH IDLING dan jalankan engine
pada putaran sedang selama kurang-lebih 5 menit tanpa beban (pemanasan engine).
Gambar : 4.2.6 Pemeriksaan setelah engine hidup.
3) Bila tuas kendali peralatan kerja tersentuh, peralatan kerja akan bergerak tiba-
tiba, ini dapat menimbulkan kecelakaan.
Karenanya sebelum meninggalkan tempat duduk, selalu pasang tuas pengaman
pada posisi LOCK secara pasti.
Catatan :
Gambar 4.2.8
Peeriksaan setelah operasi
PEMELIHARAAN BULLDOZER
Bila rem ditekan/injak sementara putaran engine tinggi atau alat berjalan dengan
kecepatan tinggi, cakram rem mungkin menimbulkan suara selip.
Bisa engine langsung dimatikan tanpa cooling down, umur pemakaian engine
lebih pendek.
Khususnya bila engine over heated, jangan engine langsung dimatikan, tetapi
engine pada putaran rendah (idle) untuk mendinginkan secara bertahap, kemudian
matikan.
● Tempatkantuasgas
(kendali bahan bakar) (1) di
posisi LOW IDLING dan
jalankan engine pada putaran
low idling selama kira-kira 5
PEMELIHARAAN BULLDOZER
● Cabut kunci.
Gambar 4.2.8.c Pemeriksaan
setelah selesai operasi
e. Penguncian (Locking)
tutup radiator
tutup tangki bahan bakar
tutup tangki minyak hidrolik
4.3.1 Umum
Sebagaimana telah dijelaskan pada termasuk pemeliharaan pencegahan kelompok
periodik maintenance atau juga dengan periodic service.
Bab 2, pemeliharaan berkala ini atau preventive maintenance pada pemeliharaan berkala yang
disebut
Berbeda dengan pemeliharaan harian, dimana interval atau selang waktunya adalah
10 jam atau satu hari, sehingga harus dilaksanakan tiap hari, sehingga oleh karenanya
disebut pemeliharaan harian, pada pemeliharaan berkala ini selang waktu (periode)
yang dimaksudkan adalah lebih dari 10 jam, umumnya mulai dari 250 jam service.
Sebagai catatan ada beberapa tipe
ARAAN BULLDOZER
bulldozer ada yang memakai interval 50 jam service, tetapi ini masuk dalam kelompok
pemeliharaan harian.
Pemeliharaan berkala ini bukan menjadi tugas operator, tetapi menjadi tugas para
mekanik (mekanik service), namun demikian para operator wajib untuk mengetahuinya.
Selang waktu, atau periode, atau interval pelaksanaan pemeliharaan bulldozer ini adalah :
• 250 jam service
• 500 jam service
• 1000 jam service
• 2000 jam service
• 4000 jam service.
Termasuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan (service) pada 250 jam service pertama,
yang berbeda dengan kegiatan pemeliharaan pada setiap 250 jam service selanjutnya.
Kegiatan pemeliharaan pada setiap periode atau selang waktu, mencakup kegiatan
pemeliharaan yang harus dilaksanakan pada setiap periode atau
selang waktu sebelumnya. Jadi pelaksanaan kegiatan misalnya pada periode 1000 jam
operasi, maka yang dikerjakan disamping kegiatan pada setiap 1000 jam juga semua
kegiatan yang harus dilakukan pada setiap 500 dan 250 jam service.
Kegiatan pemeliharaan berkala yang harus dilakukan, termasuk 250 jam service pertama
dan bila diperlukan, adalah :
PEMELIHARAAN BULLDOZER
(Angle dozer)
gandar (yoke) pendukung silinder angkat (4 tempat)
as pendukung silinder angkat (2 silinder)
(Ripper)
pena bawah silinder tilt (2 tempat)
pena bawah silinder angkat (2 tempat)
pena ujung batang torak (rod) silinder tilt (2 tempat)
pena ujung batang torak (rod) silinder angkat (2 tempat)
PEMELIHARAAN BULLDOZER
2) Periksa jumlah (level) minyak di kotak penggerak akhir (final drive), tambah
minyak
3) Periksa jumlah (level) air batere (elektrolit)
d. Periksa , setel kekencangan tali penggerak alternator (alternator drive belt
tension)
4) Ganti minyak pelumas engine di karter (oil pan), ganti saringan minyak
5) Cek kinerja (performance) rem.
11) Cek, bersihkan saringan bahan bakar m. Gemuki batang penyetel idler
12) Periksa baut-baut pengikat ROPS, mungkin kendur.
g. Bila diperlukan
1) Bersihkan bagian dalam sistem pendingin
2) Periksa, periksa dan ganti elemen pembersih udara (air cleaner)
3) Periksa kekencangan track (track tension)
PEMELIHARAAN BULLDOZER
4.4.1 Umum
Disamping itu perlu pula mengetahui jenis bahan pelumas yang seharusnya dipakai
dalam alat-alat berat yang dioperasikannya, khususnya menyangkut kekentalannya
sehingga akan menjadi lebih hati-hati dalam memilih atau menggunakan pelumas
tersebut dapat mengingatkan mekanik yang menanganinya, bila ada kesalahan.
Jenis bahan bakar yang dipakai dalam penggunaan alat-alat berat adalah solar yang
pada saat sekarang dan untuk waktu yang akan datang dituntut berbagai persyaratan
antara lain :
• Memiliki nilai pembakaran yang tinggi sehingga penggunaannya lebih irit/hemat
• Menghasilkan gas buang yang lebih bersih, sehingga tidak menimbulkan polusi
Untuk menjaga agar kinerja mesin tinggi dengan tingkat penggunaan bahan bakar
yang irit/hemat, maka dituntut konstruksi mesin yang memiliki sistem bahan bakar
bertekanan tinggi dan komponen mesin yang sangat presisi seperti :
Dan akibat konstruksi yang presisi tersebut akan sangat sensitif terhadap air dan
kotoran sehingga bahan bakar harus selalu bersih dari kontaminasi air dan juga
kotoran (debu, dan sebagainya).
Untuk menghasilkan gas buang yang bersih, selain tuntutan teknis diatas, juga
bahan bakar yang dipakai harus memenuhi syarat sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh pabrik, dan sewaktu-waktu harus dianalisa di laboratorium.
a. Penyimpanan
1) Solaryangbaru
diterima ditampung pada tangki penyimpanan
dan biarkan selama kurang lebih 24 jam untuk
mengendapkan kotoran dan air yang terkandung didalamnya.
ambar : 542.a Saringan Bahan Bakar
o
2) Posisi tangki penyimpanan sebaiknya dibuat miring sekitar 3 dan dipasang
keran pembuang kotoran dan air pada bagian terendah dari tangki
penyimpanan.
3) Setiap pagi buang kotoran dan air dari
tangki melalui keran pembuang.
b. Pengisian
1) Pengisian solar kedalam tangki alat-alat berat dilakukan
segera setelah selesai dioperasikan.
2) Pada waktu pengisian hindarkan dari tercampur
c. Penggantian filter
1) Penggantian filter bahan
bakar dilakukan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Klasifikasi minyak pelumas engine ini dinyatakan dengan API Service, yaitu :
1) Minyak Pelumas API Service kategori CG-4 untuk tugas motor diesel 4
langkah tugas berat
API Service category CG-4 menggambarkan pelumas yang dipergunakan
dalam motor diesel 4 langkah dengan kecepatan tinggi yang dipergunakan
baik dalam tugas berat di jalan bebas hambatan (0,05% bahan bakar berkadar
belerang berat).
Pelumas ini secara khusus efektif dalam motor yang didesain untuk
memenuhi standar emisi gas buang AS dan dapat juga dipergunakan
untuk motor yang mensyaratkan API Service Categories CF-4, CE dan
CD.
2) Minyak Pelumas API Service kategori CH-4 untuk tugas motor diesel 4
langkah tugas berat
API Service Category CH-4 diperkenalkan pada tanggal 1 Desember 1998,
untuk motor diesel 4 langkah kecepatan tinggi
yang didesain untuk memenuhi standar emisi gas buang tahun 1998.
Pelumas CH-4 secara khusus disenyawakan untuk digunakan dengan bahan
bakar dengan kadar belerang yang berkisar sampai 0,5% berat, dan dapat
digunakan sebagai pengganti pelumas CD, CE, CF-4 dan CG-4.
3) Minyak Pelumas API Service kategori CI-4-2002 untuk tugas motor diesel
4 langkah tugas berat
Persyaratan kinerja CI-4 menggambarkan pelumas tersebut dipergunakan
untuk motor diesel 4 langkah tugas berat yang dirancang untuk memenuhi
standar emisi gas buang 2002.
Pelumas ini khususnya sangat efektif untuk menjaga ketahanan motor (engine
durability), dimana Exhaust Gas Recirculation (EGR) dan komponen emisi gas
buang lainnya dapat dipergunakaan.
Pelumas CI-4 sangat hebat kinerjanya terutama bagi pelumas yang memenuhi
API CH-4, CG-4 dan CF-4.
PEMELIHARAAN BULLDOZER
Perlu diperhatikan
Demikian juga untuk keperluan sistem transmisi dan sistem hidrolik diperlukan
jenis minyak pelumas yang bermutu baik, dan untuk keperluan itu pihak pabrik
telah memberikan rekomendasi jenis pelumas yang dianjurkan untuk dipakai.
Yang perlu diperhatikan oleh operator adalah :
• Pemeriksaan harian terhadap jumlah dan kondisi minyak transmisi
dan minyak hidrolik
• Penambahan bila diperlukan.
PEMELIHARAAN BULLDOZER
c. (Gemuk) Grease
Zat pendingin (coolant) menjaga suhu dalam sistem pendinginan berada pada suhu kerja
yang tepat.
Zat pendingin dapat berupa air, dan sebaiknya harus yang bersih dan sangat dianjurkan
yang mutunya dapat diminum. Misalnya air sungai tidak dianjurkan untuk dipakai karena
banyak mengandung zat kapur dan kotoran lain, karena bila dipakai akan menyebabkan
sistem pendingin cepat tersumbat yang menyebabkan overheating dan merusak engine
Ada beberapa macam additive yang dapat meningkatkan mutu zat pendingin, dan ada yang
menggunakan zat pendingin khusus seperti Extended Life Coolant yang dipakai pada Merk
Caterpillar
RANGKUMAN
1. Pemeliharaan merupakan langkah usaha untuk mempertahankan kondisi alat-alat berat atau
meningkatkan kembali kondisi alat yang sudah menurun agar dapat dicapai unsur ekonomis
yang selama mungkin.
2. Lingkup pemeliharaan alat cukup luas, terdiri dari berbagai jenis pemeliharaan, mulai dari
preventive maintenance, corrective maintenance, kemudian periodic maintenance dan
sebagainya termasuk penyetelan dan pengetesan. Suku cadang yang dipergunakan suku
cadang asli (genuine), dan penggunaan minyak pelumas mengikuti rekomendasi pabrik.
4. Pemeliharaan berkala yang harus dilakukan dengan jangka waktu (interval) tertentu, mulai dari
setiap 250 jam operasi, 500, 1000, 2000 dan 4000 jam operasi bukan menjadi tugas operator,
tetapi tugas mekanik. Namun demikian operator perlu mengetahuinya.
5. Pengetahuan bahan bakar dan pelumas diberikan kepada operator agar operator tahu, paling
tidak dapat membedakan bahan-bahan yang bersih dan tercemar, begitu pula tentang minyak
pelumas.
Kegiatan pemeliharaan dan pengoperasian alat-alat berat selalu berhubungan dengan minyak
pelumas dan bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan adalah solar yang perlu memenuhi
syarat, memenuhi nilai pembakaran yang tinggi, menghasilkan gas buang yang bersih. Untuk
menjaga kebersihan bahan bakar harus disimpan dengan cara yang baik, demikian pula
pengisian dilakukan dengan cara yang benar pula. Beberapa persyaratan minyak pelumas
perlu
dipenuhi , antara lain tidak terbakar pada suhu tinggi dan mampu menahan tekanan tinggi.
Minyak pelumas transmisi dan minyak hidrolik harus dari jenis yang baik.
Biasanya pihak pabrik telah memberikan rekomendasinya.
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
BAB V
PENGOPERASIAN BULDOZER
Pendahuluan
Umum
Halaman 1 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Halaman 2 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
CATATAN :Untuk menghindari kerusakan engine, matikan engine segera bila 10 detik
kemudian indikator tekanan pelumas engine belum padam.
a. Biarkan engine hidup pada putaran rendah selama kurang lebih 5 menit.
b. Jaga agar permukaan pelumas hidrolis dan power train agar tetap pada antara
ADD dan garis FULL.
c. Indikator sistim pengisian batere harus padam. Bila saat engine hidup indikator ini
masih menyala, matikan engine dan perbaiki segera.
d. Panaskan pelumas hidrolis dengan cara menggerak-gerakkan tuas-tuas kendali
hidrolis pada putaran engine sedang (1300 rpm)
e. Perhatikan suara dan getaran yang tidak normal serta amatilah semua indikator
dan meter-meter.
Halaman 3 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
a. Hidupkan engine.
b. Angkatlah semua Attachment.
c. Injaklah pedal rem servis (tanda panah)
d. Bebaskan rem parkir
e. Sementara rem servis ditahan, tempatkan transmisi gigi 2 pada posisi MAJU.
f. Turunkan setelan kecepatan travel sampai kecepatan terendah menggunakan
roda jari.
g. Secara bertahap naikkan putaran engine sampai maksimal. Unit tidak bergerak.
h. Pindahkan tuas pemilih arah ke posisi NETRAL.
i. Turunkan putaran engine, aktipkan rem partkir. Turunkan implemen.
Halaman 4 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
pemanasan (warming up) secukupnya, baik engine maupun sistem lain yang
0
memerlukan pemanasan (suhu operasi) sekitar 70 s.d 90 C Kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan sampai menghidupkan engine, atau persiapan menghidupkan engine
sampai engine hidup dan siap beroperasi, dimasukkan dalam pemeliharaan sebelum
operasi (Periksa Modul Pemeliharaan Bulldozer).
Gambar 1
Halaman 5 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Gambar 2
6. Putarlah tuas pemindah arah ke depan (5) untuk menjalankan unit MAJU.
Gambar 3
7. Bebaskan rem servis dan naikkan putaran engine sesuai dengan kebutuhan.
8. Jalankan unit maju untuk mendapatkan pandangan yang jelas.
CATATAN : Perpindahan gigi transmisi dengan putaran engine tinggi dapat saja
dilakukan pada bulldozer dengan sistim transmisi powershift.
Halaman 6 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Gambar 4
Namun demi kenyamanan operator dan agar usia pakai komponen-komponen power
train lebih optimum, disarankan untuk menghentikan unit sebelum melakukan
perobahan arah.
Gambar 5
Halaman 7 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
7. Untuk menaikkan atau menurunkan gigi tekanlah switch pemilih gigi (2).
Halaman 8 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
MENGGUSUR LANGSUNG - Untuk mendapatkan hasil gusuran yang baik,
pertahankanlah kedalamam pemotongan. Isilah blade dan dorong ke tempat
pembuangan.
Gambar 8
▪
Usahakan agar engine tetap bertenaga pada putaran tinggi (hight iddle).
▪
tidak boleh slip.
▪
Apabila terpaksa harus berbelok dengan membawa beban, gunakan tilt
Gambar
Mulailahmenggusurdariujung tempat pembuangan, lalu mundurlah seperti pada gambar
(A). Dengan cara ini didapatkan penggusuran menurun dan membawa material di tempat
rata.
Sementara cara menggusur (B) kurang efisien, karena dozer membawa muatan mendaki, dan
tidak bisa membuat alur.
Halaman 10 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Jangan memotong bagian bawah tebing berlebihan karena akan mempertajam tebing.
Gambar 13
kecepatan engine naik terlalu tinggi.
Untuk mendorong buangan dari dump truk, tempatkan dozer tegak lurus terhadap
tempat pembuangan. Doronglah material ke jurang dengan menyisakan material
dipinggirnya sebagai tanggul. Hati-hati terhadap material yang jatuh dari truk.
Gambar 14
Halaman 11 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Gambar 15
Gambar Gambar 16
Halaman 12 dari 34
Membongkar Tunggul
Gambar 18
Gambar 19
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Halaman 14 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Tiga batang bajak cocok pada material jenis ini. Gunakan bajak berganda untuk
memecahkan material sesuai dengan ukuran yang diinginkan tanpa mambuat track slip.
Gunakan dua batang bajak untuk memecahkan material dengan ukuran kecil.
Bila engine keberatan atau tracknya slip, gunakan satu batang bajak saja.
Gambar 21
Gunakan bajak tunggal untuk material yang keras atau material yang cenderung
berbongkah-bongkah besar.
Tempatkan batang bajak di tengah bila membajak dengan bajak tunggal
Gambar 22
Halaman 15 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Gambar 2
Gambar 24
Gambar 3
Ripper jenis ini baik sudut shank maupun panjangnya bisa disetel.
• Sudut ripper harus diatur bervariasi untuk mendapatkan hasil maksimal pada setiap alur
bajakan
Sebelum ripper ditancapkan ke dalam tanah, setel shank pada
posisi vertikal. Posisi ini memudahkan penetrasi shank ke dalam tanah. Setelan sudut shank
berbeda-beda tergantung masing-masing material yang di bajak.
Tarik shank ke depan (shank in) untuk memecahkan bongkahan tanah yang besar.
Dorong shank ke luar (shank out) seperlunya untuk memberi jarak antara shank
dengan material, bila materialnya terlalu keras
Gambar 4
Gambar 7
Gambar 27
Bajakan dangkal bila material akan dimuat oleh scraper, dan bajakan dalam bila akan
didorong oleh dozer itu sendiri atau dimuat oleh excavator
Setel panjang shank secukupnya agar terdapat jarak yang cukup antara permukaan
tanah dan beam.
o Dual Tilt (Blade dengan Kemiringan Ganda)
• Posisi tilt ke depan (A) untuk meningkatkan penetrasi blade dalam, agar pemuatan
lebih cepat.
• Posisi tilt ke belakang (B) untuk membawa muatan. Pada posisi ini blade tidak
menggali,
sehingga bulldozer dapat berjalan lebih ringan.
• Posisidump(C)untuk
mempercepat pembuangan material, terutama untuk material yang lengket.
Gambar 28
5.4 Material
5.4.1 Umum
Gambar (1) memperlihatkan posisi maksimal sistim tilt tunggal (blade miring).
Gambar (2) memperlihatkan posisi maksimal sistim tilt ganda.
Gunakan tilt ganda untuk membelokkan unit bila sedang menggusur untuk mengurangi
enggunaan steering clutch, agar tenaga bulldozer tidak berkurang.
Pada pengoperasian alat –alat berat, termasuk diantaranya pengoperasian
bulldozer, akan ditemui berbagai jenis material yang harus dikerjakan. Tiap jenis
material uang satu mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda dengan jenis material
yang lain.
Dengan perbedaan sifat fisik tersebut, maka tiap jenis material akan memberikan
pengaruh yang berbeda pada pekerjaan yang selanjutnya yang akan memberi
pengaruh pada hasil pekerjaan material tersebut, menyangkut kualitas maupun
produktifitasnya.
Oleh karena itu para operator alat-alat berat, termasuk operator bulldozer,, perlu
kiranya mengetahui jenis-jenis material termasuk sifat-sifat fisiknya. Bahkan tidak
hanya para operator saja, akan tetapi juga pihak-pihak lain yang terkait dengan
pengoperasian alat-alat berat.
5.4.2 Jenis-Jenis Materialberbagai jenis material dapat ditemui di alam kita ini, seperti
misalnya bauksit, karnosit/bijih uranium, lempung/tanah liat, batu bara, granit dan lain
sebagainya.
Namun dalam bahasan ini dibatasi pada jenis material yang dikerjakan dengan alat-
alat berat pada umumnya, dan khususnya yang dikerjakan dengan bulldozer
berkaitan dengan kekerasan material sehubungan dengan kemampuan ripper
bulldozer.
Berikut ini adalah sebagian jenis material yang dikerjakan dengan alat-alat berat
pada umumnya, sedangkan daftar selanjutnya adalah jenis material yang dapat dan
tidak dapat dikerjakan dengan ripper bulldozer :
1. Pasir (sand)
2. Tanah biasa (soil)
3. Tanah liat (clay)
4. Tanah berpasir (sandy soil
5. Gravel (kerikil)
6. Batu kapur, batu pasir. pasir batu
7. Cadas lunak
8. Cadas (rock)
9. Batu cadas, kapur keras
10. Granit
11. Endapan organik, dan lain-lain
Beberapa jenis material yang dapat dikerjakan bulldozer dengan ripper; adalah sebagai
berikut
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Sifat-sifat fisik tersebut merupakan faktor penting dalam kaitannya dengan pemilihan
attchment apa yang perlu dipergunakan dalam pengoperasian bulldozer, serta
produksi yang akan dicapai, dan sebagainya. Beberap difat fisik material adalah
sebagai berikut :
1. Pengembangan/penyusutan material
2. Berat material
3. Bentuk material
4. Kohesivitas Material
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
5. Kekerasan Material
6. Daya dukung
a. Pengembangan/penyusutan material
3
Tanah 1000 x 1.25 = 1250 x 0.72 = 900 m
3
Gravel 1000 x 1.25 = 1250 x 0.91 = 1.030 m
3
Batu Lunak 1000 x 1.25 = 1250 x 0.74 = 1.220 m
Dalam perhitungan produksi peralatan, material yang didorong /digusur dengan blade,
atau yang dimuat dengan bucket, kemudian digelar/di-spreading adalah dalam kondisi
gembur (loose). Untuk menghitung suatu volume tanah asli yang telah terurai karena
digali atau melakukan pemadatan dari material yang sudah gembur, perlu dikalikan
dengan faktor yang disebut faktor konversi.
Faktor tersebut adapat dengan mudah dibaca pada tabel faktor konversi.
Contoh :
Bila 500 BCM (Bank Cubic Metre) tanah biasa digemburkan maka :
Halaman 23 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
b. Berat material
Berat adalah sifat fisik dari setiap meterial yang akan mempengaruhi kepada
kemampuan alat untuk mendorong, mengangkut, mengangkat dan sebagainya,
seperti contoh sebagai berikut :
Suatu alat berat waktu mengangkat material dengan berat 1,5 t/m3 alat dapat
bekerja denga baik, tapi pada saat mengangkat dengan berat 3,6 t/m3 ternyata
alat mengalami kesulitan karena berat beban sehingga gerakkannya menjadi
terganggu
c. Bentuk material
Yang dimaksud dengan bentuk dalam sifat fisik material ini adalah bentuk butiran
dari material yang terjadi akibat terurai dari bentuk aslinya, yang akan berpengaruh
terhadap kemampuan bucket atau blade menampung material tersebut.
Material yang butirannya seragam cenderung dapat mengisi rongga udara,
sehingga volumenya sebanding atau sama dengan volume bukcet, sedangkan
material yang berbongkah-bongkah akan lebih kecil volumenya dari volume bucket,
karena pada material ini akan terbentuk rongga-rongga udara yang mengisi
sebagian isi bucket.
Berapa besar volume material yang dapat ditampung dalam suatu ruangan dapat
dihitung dengan cara memberikan angka koreksi yang disebut Faktor Muat atau
Bucket Factor atau Pay Load Factor.
d. Kohesivitas material
Sifat lain dari material adalah kehesivitas-nya, yaitu daya lekat atau kemampuan
untuk saling mengikat diantara buti-butir material tersebut.
Halaman 24 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Sedangkan material dengan kohesivitas yang kurang baik, bila menempati suatu
ruangan (bukcet) akan sukar menggunung, cenderung rata (peres/ struck),
misalnya pasir.
e. Kekerasan material
Material yang keras akan lebih sukar untuk digali atau dikupas oleh alat berat,
sehingga dapat menurunkan produktivitas alat.
Pada umumnya material yang tergolong keras adalah batu-batuan yang dalam
pekerjaan pemindahan tanah perlu penanganan khusus, misalnya dengan Ripping
atau bahkan dengan peledakan terlebih dahulu.
Batuan dalam pengertian pemindahan tanah antara lain :
Nilai kekerasan material diukur dengan menggunakan Ripper Meter atau Seismic
Test Meter, dan hasil dari test ini akan dapat menentukan jenis ripper yang cocok
untuk pengerjaan material tersebut.
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat yang berada
diatasnya. Apabila suatu alat berada diatas tanah, maka alat tersebut akan
memberikan daya tekan yang disebut “ground pressure”, yang besarnya berat alat
didistribusikan kapada luas track atau ban yang kontak dengan tanah
(GVW/Ground Contact Area, satuannya kg/cm2). Biasanya telah diberikan dari
pabrik pembuat alat-alat berat untuk masing-masing jenis dan type alat.
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
Ground Pressure
(daya
tekan)
2
Ground Bearing
(daya dukung tanah)
Daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran/test langsung di lapangan,
dengan menggunakan alat test yaitu antara lain dengan Cone Penetro Test, yang hasilnya
dinyatakan suatu angka index.
Halaman 26 dari 34
SISTEM PELAPORAN
BAB VI
SISTEM LAPORAN
6.1 Umum
Peranan laporan dalam kegiatan pengoperasian alat-alat berat tidak dapat diabaikan begitu saja, karena
laporan merupakan bagian dari sistem pengoperasian, merupakan bagian dari administrasi
pengoperasian alat-alat berat.
Dengan laporan banyak hal dari pengoperasian alat-alat berat mulai dari pemakaian bahan bakar,
minyak pelumas dan sebagainya, jam kerja alat, kelainan atau kerusakan yang terjadi sampai ke
produksi alat. Karenanya itu akan berguna dalam pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan alat-alat
berat.
Hal tersebut menjadi tidak berguna manakala sistem laporan tidak berjalan. Termasuk dalam sistem
laporan di sini adalah laporan itu sendiri, unit-unit terkait serta pengiriman atau penyampaian serta
umpan balik.
Laporan dibuat dengan maksud memberikan informasi kepada semua bagian atau unit kerja terkait
berbagai hal mengenai pengoperasian alat-alat berat yang sekiranya diperlukan sesuai dengan tugas
masing-masing, termasuk untuk unit alatnya sendiri sementara tujuannya adalah agar semua bagian
atau unit kerja terkait dapat menyiapkan diri dan mengambil langkah-langkah seperlunya untuk
mendukung pelaksanaan pengoperasian alat sehingga dapat lancar dan berhasil dengan baik yang
pada dasarnya membantu kelancaran pekerjaan dan keberhasilan proyek.
Pada dasarnya laporan operasi alat-alat berat dapat dibedakan dalam 3 jenis laporan, yaitu
laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.
Laporan ini dibuat setiap hari, dibuat oleh dan menjadi tanggung jawab operator alat berat
yang bersangkutan.
Laporan harian ini, mencakup berbahagai hal mengenai pengoperasian alat serta alatnya
sendiri, seperti misalnya tipe alat, jenis pekerjaan, pelaksanaan
pengoperasian, pemakaian bahan, jenis kerusakan yang terjadi, dan sebagainya, yang
disebutkan secara rinci. Semua laporan berawal dari laporan harian ini, atau berawal dari data
yang tercantum dalam laporan harian ini. Oleh karenanya bila terjadi kesalahan dalam laporan
ini, terutama data pengoperasian akan dapat menyebabkan salahnya laporan-laporan yang lain,
ini berarti informasi yang disampaikan tidak benar.
Laporan harian lebih dikenal dengan LHO, atau laporan operasi (selanjutnya akan dibahas pada
bab lain).
Laporan ini dibuat setiap minggu atau selang waktu satu minggu. Laporan ini merupakan hasil
olahan laporan harian.
Data pengoperasian alat dari laporan harian yang diterima oleh Foreman atau pengawas atau
pejabat yang ditunjuk diolah (kompilasi, evaluasi), menghasilkan informasi mengenai
diantaranya :
▪
Pemakaian bahan ( bahan bakar, minyak pelumas, dan sebagainya)
▪
Kinerja alat
▪
Produktivitas
▪
Hambatan operasi
▪
Efisiensi kerja alat.
Informasi tersebut dipergunakan untuk penyusunan Laporan Mingguan. Disamping itu informasi
juga dipergunakan untuk tindakan turun tangan.
Laporan Mingguan tidak selalu dibuat, tergantung unit Kerjanya, lebih-lebih tergantung dari
tingkat keperntingannya atau urgensinya.
Misalnya bila pekerjaan memerlukan pengawasan atau pemonitoran yang ketat, karena
pekerjaan merupakan crash program.
Bila laporan mingguan tidak dibuat maka data Laporan Harian diolah oleh Pejabat atau institusi
yang ditentukan untuk menghasilkan berbagai informasi (sama seperti pada Laporan
mingguan).
Laporan Bulanan (atau Laporan Mingguan) dikirim kepada dan diolah oleh pejabat atasannya,
berupa informasi atau masukan manajemen untuk pimpinan atau Kepala Institusi.
Laporan-laporan yang dibuat atau disusun (Laporan Harian, Laporan Mingguan/ Bulanan),
secara hirarkhis disampaikan kepada unit-unit atasan. Laporan harus disampaikan dengan tepat
waktu dan tepat kirim.
a. Tepat Waktu
Dengan tepat waktu, dimaksudkan bahwa laporan harus disampaikan sesuai dengan waktu
yang tidak ditetapkan, sesuai dengan jenis laporannya.
▪
Laporan harian disampaikan setiap hari, pada harii yang bersangkutan atau paling
lambat sehari sesudahnya atau disampaikan batas akhir yang
ditentukan
▪
Laporan mingguan, disamapaikan pada akhir minggu yang bersangkutan, atau sesuai
dengan yang ditentukan
▪
Laporan Bulanan, disampaikan pada tiap akhir bulan.
b. Tepat Kirim
Tepat kirim, dimaksudkan bahwa laporan harus dikirim dan disampaikan kepada para
pejabat pada bagian-bagian atau unit-unit kerja terkait atau institusi lain yang ditentukan,
menurut jenis dan tingkat hirarkinya. Misalnya Laporan Harian dikirim dan disampaikan
kepada atasan langsung operator atau pengawas pekerjaan atau pejabat yang ditentukan,
bukan dikirim langsung ke Unit Produksi, misalnya. Demikian pada laporan Bulanan (yang
dibuat oleh para Foreman atau pengawas lapangan, atau yang lainnya) dikirim ke Pelaksana
Lapangan, bukan langsung ke kepala Proyek, dan seterusnya.
Unit terkait adalah unit-unit kerja atau bagian-bagian atau institusi-institusi yang berada di
dalam organisasi pelaksanaan pekerjaan atau organisasi proyek, yang diberi tugas untuk
menangani atau harus diberi data atau informasi pekerjaan pengoperasian alat, yang
selanjutnya memberi informasi ataupun umpan balik kepada unit kerja lain yang
memerlukannya.
Unit-unit terkait ini antara Unit kerja/Proyek yang satu dengan lainnya bisa saja berbeda,
tergantung dari manjemen yang dipakai.
Laporan atau informasi yang diterima atau yang ditangani unit-unit termaksud berbeda- beda,
seperti misalnya Foreman/Pengawas menerima dan menangani laporan rinci dari operator,
sedangkan Pelaksana menerima dan menangani laporan yang sudah diolah dan tidak rinci,
demikian pula unit kerja Peralatan atau Unit Produksi, sementara bagian logistik (suplai) tidak
menerima informasi dalam bentuk laporan, tetapi menerima permintaan bahan, yang asal-
usulnya juga dari olahan laporan operasi.
Dari setiap level pengolahan/penanganan laporan diharapkan adanya umpan balik bagi level
bawahnya yang sekiranya berguna untuk suatu perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan
lapangan.
Misalnya dari Foreman atau Pengawas yang menerima laporan Harian langsung dari operator,
memberikan petunjuk agar pemakaian bahan bakar dapat lebih irit, setelah ditemukan (dari
hasil olahan/evaluasi) dari laporan harian, bahwa pemakaian bahan bakar agak boros.
Demikian pula misalnya terlihat bahwa kemajuan pekerjaan pengoperasian agak lambat, perlu
diberikan solusinya (umpan balik).
Laporan Harian Operasi merupakan titik awal dari berbagai informasi pengoperasian alat-alat berat,
berbagai data mengenai pengoperasian alat-alat berat. Berbagai data mengenai pengoperasian alat,
termasuk data alat dan pekerjaan, disajikan melalui laporan ini. Laporan harian operasi ini menjadi
tugas dan tanggung jawab Operator alat yang bersangkutan.
Dengan demikan peranan Operator dalam menangani administrasi pengoperasian alat, yang kemudian
menjadi informasi, menjadi cukup kelihatan. Kesalahan atau ketidak benaran dalam memasukan data,
dapat berakibat cukup besar dalam pelaksanaan pengoperasian alat, dalam pelaksanaan pekerjaan.
Oleh karena itu operator dituntut, disamping menyajikan data secara akurat juga harus jujur, apa
adanya.
Laporan harian operasi berisi berbagai macam hal yang berhubungan dengan pengoperasian
alat, pengoperasian bulldozer. Mungkin saja terjadi sedikit perbedaan isi laporan diantara
laporan dari Unit Kerja atau Perusahaan yang satu dengan yang lainnya, namun pada dasarnya
hampir sama, seperti diantaranya :
Laporan harian operasi pada umumnya mempunyai bentuk yang mudah dikerjakan, yaitu
bentuk formulir. Dengan demikian untuk suatu laporan, formulir telah didesain/dirancang
sesuai dengan kebutuhan, dan selalu diusahakan agar mudah dan sederhana dalam
pengisiannya, untuk menghindari kesalahan-kesalahan pengisian.
Laporan dalam bentuk surat selalu dihindari. Tujuannya adalah agar tidak terlalu membebani
operator dan mengurangi kemungkinan terjadi kesalahan.
Pengisian dilakukan dengan memperhatikan materi yang ada di dalam formulir laporan
termasuk satuan-satuan yang harus diisikan. Sebagian diantaranya ada
yang harus diisi dengan angka, dengan huruf, sebagian lainnya diisi dengan tanda-tanda saja,
misalnya tanda (x) atau semacam huruf v ( ).
Pengisian laporan harus mengikuti petunjuk pengisian, baik petunjuk lengkap maupun petunjuk
sebagian saja.
Hal ini penting karena petunjuk pengisian tersebut besar artinya ; bila tidak mengikuti petunjuk
atau menyalahi petunjuk, maka laporan dapat menjadi salah besar misalnya petunjuk pengisian
mengharuskan diisi dengan satuan m (meter), tetapi diisikan dengan km (x1000), atau km/jam
diisi dengan mil/jam, dan sebagainya. Oleh karena itu ikuti petunjuk atau cara pengisian dari
formulir yang bersangkutan.
Petunjuk pengisian formulir atau form laporan harian operasi diberikan secara rinci bagaimana
mengisikan data pengoperasian alat kedalam form LHO.
Sebagai contoh, berikut ini diberikan Form LHO beserta petunjuk pengisiannya.
1) Nama Pekerjaan
Diisi nama pekerjaan yang dilakukan pada Proyek termaksud, misalnya :
• Stripping atau pengupasan top soil, atau;
2) Lokasi
Diisi nama tempat pekerjaan dilakukan, misalnya :
• Curug
• Teluk Jambe
• dsb.
3) Tanggal
• 25 april 2007
• dsb.
4) Jenis Alat
Diisi jenis alat yang dipergunakan, misalnya :
• Bulldozer
• Wheel loader
• dsb.
5) Merek / Type
Diisi merek dan tipe dari alat berat yang dipergunakan, misalnya :
Diisi Nomor registrasi alat, sesuai dengan yang diberikan oleh pemilik alat/unit kerja,
misalnya :
• BD 2001/005
• dsb.
7) Hour Meter (awal)
Diisi dengan penunjukan angka pada service merer, sebelum mulai bekerja, misalnya :
• 0025751.
8) Hour Meter (akhir)
Diisi dengan penunjuk angka pada service meter, setelah selesai bekerja, misalnya :
• 0002792.
9) Nama Operator
Diisi dengan nama operator yang bertugas, misalnya :
• Badu
• Amir.
10) Jenis Material
• Kering atau
• Basah bekas hujan semalam.
12) Bahan Bakar (ltr)
Diisi jumlah pemakaian bahan bakar pada hari yang bersangkutan, dalam liter.
13) Pelumas Engine, Pelumas Transmisi, Minyak hidrolik, Minyak Pelumas Power Train (ltr)
Masing-masing diisi jumlah minyak yang ditambahkan, dalam liter, pada hari yang
bersangkutan, diisi dengan angka.
14) Minyak Lain (ltr)
Diisi dengan jumlah tambahan minyak lainnya, dalam liter, pada hari yang bersangkutan,
diisi dengan angka.
15) Air Accu
Diisi dengan jumlah air accu, dalam liter, pada hari yang bersangkutan.
16) Lain-Lain
Diisi dengan jumlah pemakain bahan lain, pada hari yang bersangkutan.
17) Air Pendingin
Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai berkaitan dengan temperatur air pendingin
misalnya bila temperatur air pendingin normal, berilah tanda pada kolom normal, bila
temperatur air pendingin tinggi / engine panas, berilah tanda pada kolom Tidak Normal.
Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan tekanan minyak pelumas
engine
19) Pelumas Transmisi
Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan temperatur minyak.
20) Pelumas Power Train
Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan temperatur minyak.
21) Minyak Hidrolik
Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan temperatur minyak.
22) Ampere Meter
Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan pengisian accu.
23) Siang (Pukul), Malam (Pukul)
Angka-angka pada kolom Pukul menunjukan jam operasi alat dan jam tidak operasi alat.
Berilah tanda √ di belakang angka-angka bila alat beroperasi, dan berilah tanda X di
belakang angka-angka bila alat tidak beroperasi.
Misalnya, alat (bulldozer) beroperasi mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00, kemudian
pukul sebelas berhenti karena ada gangguan teknis dan mulai lagi pukul 12.00 sampai dengan
pukul 16.00. Pada malam harinya bekerja lagi mulai pukul 19.00 sampai pukul 21.00.
Pengisiannya adalah, di belakang angka 07.00, 08.00,09.00,10.00, 12.00,13.00,
14.00,15.00,16.00,19.00, 20.00 dan 21.00 diberi tanda √ , sedangkan di belakang angka 11.00
diberi tanda X.
24) Waktu
Kolom-kolom waktu ini diisi dengan lamanya kegiatan, dalam jam dan menit. Dengan contoh
di atas maka sejajar dengan tanda √ diisi 1 dan 0. Demikian pula di belakang tanda X.
Bila misalnya ketika mulai bekerja lagi tidak tepat pada pukul 12.00, tetapi pukul 12.30 maka
sejajar dengan tanda √ pada angka 12.00 diisi dengan 0 dan 30.
25) Keterangan
Pada kolom-kolom ini diisi degan kondisi kerja, seperti operasi, rusak/perbaikan, menunggu
perintah, sesuai dengan kenyataan, sejajar dengan waktu masing-masing.
26) Jenis Kerusakan
Diisi dengan jenis kerusakan yang terjadi, misalnya blade retak atau sambungan pipa hidrolik
bocor, dan sebagainya.
27) Produksi
Kolom-kolom Produksi diisi dengan jenis pekerjaan dan hasil kerja atau produksinya, pada hari
yang bersangkutan :
3
1. Cut & fill – 5 m
2
2. Stripping – 200 m
3. dsb.
o Harus diingat bahwa dari data yang anda laporkan akan menjadi bahan pengambilan
keputusan manajemen bahkan mungkin tingkat
manajemen puncak
o Harus diingat bahwa betapa pentingnya data yang anda laporkan, dan dituntut untuk
mengisinya dengan benar dan penuh tanggung jawab
o Biasakan untuk selalu mencatat semua kegiatan anda dan hasilnya tuangkan dalam
laporan sesuai dengan yang diminta.
Disamping laporan-laporan yang sudah dibahas sebelumnya ini, ada suatu laporan khusus yang harus
dibuat. Pada setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan/proyek, yaitu laporan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja).
Laporan K3 ini dibuat oleh operator bulldozer dan pelaksana lapangan, yang harus dibuat dan dikirim
ke atasan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan (periodic atau setiap memakai pekerjaan
baru).
Pada dasarnya laporan ini memberikan informasi, sejauh mana K3 ditempat kerjanya dilaksanakan,
baik oleh operator maupun oleh pelaksana sesuai dengan lingkup tugas masing-masing.
Dengan laporan ini diharapkan setiap petugas memberikan perhatian kepada segala sesuatu yang
berkaitan dengan K3 sehingga kecelakaan dapat dihindarkan dan kalaupun masih saja terjadi maka
akan dapat ditelusuri dengan tidak terlalu sulit, ditemukan penyebabnya dan dilakukan perbaikan-
perbaikan sistem pencegahan kecelakaan, untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Pada setiap pelaksanaan pekerjaan hampir selalu ada potensi kecelakaan yang setiap saat bisa
muncul dan menimbulkan kecelakaan. Potensi ini perlu diketahui adanya oleh para pelaksana
dilapangan, terutama para operator, sehingga yang bersangkutan masing-masing dapat lebih
waspada dan dapat menghindari terjadinya kecelakaan.
Daftar simak tersebut berisi potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja pada setiap
langkah pekerjaan berdasarkan kondisi kerja dan lingkungannya.
Daftar simak keselamatan kerja ini ada 2 macam yaitu daftar simak yang harus dibuat dan
ditanda tangani oleh operator dan daftar simak yang dibuat dan ditanda tangani oleh
pelaksana lapangan.
Pada dasarnya daftar simak pertama (yang dibuat oleh operator) adalah menginformasikan
kegiatan dan penyediaan sarana yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang
telah dilakukan. Sementara yang lainnya
Daftar simak dirancang (didesain) berupa formulir isian yang cukup mudah cara mengisinya.
Untuk daftar simak potensi kecelakaan diisi dengan memberi tanda (misalnya X, atau ) pada
kolom yang sesuai dengan potensi kecelakaan kerjanya (berada pada kolom keterangan)
untuk setiap langkah kerjanya.
Untuk daftar simak kecelakaan kerja, dilakukan dengan memberi tanda (misalnya X, atau )
pada kolom-kolom yang tersedia sesuai dengan senyatanya (ya, atau tidak), sebagai jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan pada kolom Daftar Pertanyaan.
Dari sedikit uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa laporan K3 pada hakekatnya adalah
merupakan informasi mengenai pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja disuatu
tempat pelaksanaan kegiatan pekerjaan/proyek pada setiap tahap pelaksanaan pekerjaan,
dengan menggunakan daftar simak (cek list) mengenai potensi kecelakaan kerja dan
keselamatan kerjanya.
Sebagai contoh disajikan salah satu bentuk laporan harian operasi beserta petunjuk
pengisiannya (Periksa Bab 3, butir 3.5) dan laporan K3, sebagai berikut.