Anda di halaman 1dari 192

UTAMAKAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL
PEMBINAAN K3
OPERATOR BULLDOZER
KARYAWAN :
PT. COGINDO DAYA BERSAMA

PENYELENGGARA
PT. TEHNIK WISNU PRATAMA
Alamat : Jl.Raya Serang KM.4 Kp. Kalahang – Cigadung – Karang tanjung
Pandeglang - Banten
Telpn : 0253 – 5553544 , 081281753177
Email : whardana1998@gmail.com
UNDANG – UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENIMBANG :

a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional;

b. Bahwa setiap orang lain yang berada ditempat kerja perlu dijamin keselamatannya.

c. Bahwa setiap sumber produksi perlu pakai dan dipergunakan secara aman dan efesien.

d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma
norma perlindungan kerja.

e. Bahwa pembinaan norma – norma itu perlu diwujudkan dalam undang – undang yang memuat
ketentuan – ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat industrialisasi teknik dan tehnologi.

MENGINGAT :

1. Pasal – Pasal 5, 20 dan 27 Undang – Undang Dasar 1945

2. Pasal – Pasal 9 dan 10 undang – undang no. 14 tahun 1969 tentang ketentuan –
ketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 1969 No. 55 tambahan lembaran Negara No. 2912)

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong

MEMUTUSKAN :

1. Mencabut Veilighheidsreglement tahun 1910 (st bl. No. 406)


2. Menetapkan Undang – undang tentang Keselamatan Kerja
PENGESYAHKAN :

TERBITAN UNDANG – UNDANG N0. 1 TAHUN 1970 tentang KESELAMATAN KERJA


serta TERJEMAHAN dalam BAHASA INGGRIS, DISYAHKAN untuk DIEDARKAN dan
DIPAKAI

Jakarta, 3 MEI 1972


DEPARTEMEN TENAGA KERJA
DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA – NORMA
KESELAMATAN KERJA,HYGIENE
PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA
DIREKTUR

Ttd

Muhamad Zoer
BAB. I

TENTANG ISTILAH – ISTILAH

PASAL. 1

Dalam undang – undang ini yang dimaksud dengan :

1) Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber – sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2 ;
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian – bagian atau yang berhubungan tempat kerja tersebut.
2) Pengurus ialah : orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung di suatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
3) Pengusaha ialah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan suatu usaha milik sendiri dan untuk
keperluan itu menggunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan suatu usaha bukan
miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
c. Orang atau hokum yang di Indonesia mewakili kedudukan di luar Indonesia.
4) Direktur ialah ; pejabat yang di tunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan
Undang – Undang.
5) Pegawai pengawas ialah ; tenaga teknis keahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6) Ahli Keselamatan Kerja ialah ; tenaga teknis keahlian khusus dari luar Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya
undang – undang ini.

BAB II

RUANG LINGKUP

PASAL 2

1) Yang diatur undang – undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik
di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di
dalam wilayah Hukum Republik Indonesia.
2) Ketentuan- ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana :
a. Dibuat, di coba, dipakai atau dipergunakan alat mesin, pesawat, alat perkakas
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran, atau peledakan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau di simpan
bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau
terowongan dibawah tanah dan sebagainnya atau dimana dilakukan pekerjaan
persiapan.
d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, pertenakan, perikanan, dan lapangan
kesehatan.
e. Dilakukan pertambangan dan pengolahan : emas, perak atau biji logam lainnya, batu
– batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dlam bumi,
maupun di dasar perairan.
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,melalui
terowongan, dipermukaan air, di dalam air atau udara.
g. Dikerjakan bongkar muatan barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun,
atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekrjaan lain didalam air.
i. Dilakukan pekerjaan didalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan.
j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung nahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok hanyut atau terpelanting.
l. Dilakukan pekrjaan dalam tanki, sumur atau lubang.
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu kotoran, api, asap, gas hembusan
angina, cuaca, sinar, atau radiasi, suara atau getaran.
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau timah.
o. Dilakukan pemancaran,penyiaran, atau penerima radio,radar, televise, atau telpon.
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset, ( penelitian )
yang menggunakan alat teknis.
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, di bagi _ bagi atau disalurkan listrik,
gas, minyak, atau air.
r. Diputar fil, dipertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjukan sebagai tempat kerja ruang – ruangan
atau lapangan – lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan
yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut dalam ayat
(2).

BAB. III.

SYARAT – SYARAT KESELAMATAN KERJA

PASAL 3

1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja untuk :


a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian – kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat – alat pelindung diri pada pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya oenyakit akibat kerja baik physic, maupum
psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara proses kerja.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,tanaman, atau
barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi tambah tinggi.
2) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1)
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan tehnologi serta pendpatan –
pendapatan baru dikemudian hari.

PASAL 4

1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja dalam


perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peradaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2) Syarat – syarat tersebut memuat prinsip – prinsip. Teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan
ketentuan yang di susun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang
konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat – alat perlindungan,
pengujian, pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda – tanda
pengenal atas bahan, barang produk teknis dan aparat produksi guna menjamin
keselamatan barang – barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya
dengan keselamatan umum.
3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1)
dan (2): dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi
dan mentaati syarat – syarat keselamatan tersebut.

BAB. IV

PENGAWASAN

PASAL 5

1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap undang – undang ini sedangkan para
pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja di tugaskan menjalankan pengawasan
langsung terhadap ditaatinya undang – undang ini membantu pelaksanaanya.
2) Wewenang dan kewajiban Direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam
melaksanakan undang – undang ini diatur dengan perundangan.
PASAL 6

1) Barang siapa tidak dapat menerima keputusan Direktur dapat mengajukan permohonan
banding kepada panitia banding.
2) Tata cara permohonan banding menerima, susunan panitia banding, tugas panitia
banding, dan lain – lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
3) Keputusan panitia banding tidak dapat disbanding lagi.
PASAL 7

Untuk pengawasan berdasarkan undang – undang ini pengusaha harus membayar retribusi
menurut ketentua – ketentuan yang akan diatur dengan pengaturan perundangan.

PASAL 8

1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, komdisi mental dan kemampuan


fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai sifat –
sifat pekerjaan yang akan diberikan kepadanya.
2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya,
secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
3) Norma – norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan dan
perundangan.
BAB. V

PEMBINAAN

PASAL 9

1) Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi – kondisi dan bahaya – bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja.
b. Semua pengamanan dan alat – alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya.
c. Alat – alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara – cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat – syarat tersebut diatas.
3) Pengurus di wajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada
dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan.
4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat dan ketentuan –
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya
BAB. VI

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA

PASAL 10

1) Menteri tenaga kerja berwenang membentuk panitia Keselamatan dan Kesehatan


Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif
dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat – tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam rangka memperlancar usaha produksi.
2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain – lainnya
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

BAB. VII

KECELAKAAN

PASAL 11

1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja
yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat
(1) diatur dengan peraturan perundangan.

BAB. VIII

KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA

PASAL 12

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas – pengawas
atau ahli keselamatan kerja.
b. Memakai alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan.
d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat – syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana pada syarat – syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal – hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas – batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
BAB. XI

KEWAJIBAN MEMASUKI TEMPAT KERJA

BAB 13

Barang siapa akan memasuki tempat kerja diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan.

BAB. X

KEWAJIBAN PENGURUS

PASAL 14

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpin, semua syarat –
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang – undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada
tempat - tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainya pada tempat – tempat yang mudah
dilihat menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
c. Menyediakan secara cuma- Cuma, se,ua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut disertai dengan petunjuk – petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli – ahli keselamatan kerja.

BAB. XI

KETENTUAN – KETENTUAN PENUTUP

PASAL 15

1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal – pasal diatas diatur lebih lanjut dengan
peraturan perundangan.
2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana
atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama – lamanya 3 ( tiga
) bulan atau denda setinggi – tingginya Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah ).
3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

PASAL 16

Pengusaha yang mempengargunakan tempat – tempat kerja yang sudah ada pada waktu
undang – undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan didalam satu tahun sesudah
undang – undang ini dimulai berlaku untuk mwemenuhi ketentuan – ketentuan menurut
atau berdasarkan undang – undang ini.
PASAL 17

Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam undang – undang


ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada
waktu undang – undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan undang – undang.

PASAL 18

Undang – undang ini disebut “ Undang – undang Keselamatan Kerja “ dan mulai
berlaku mulai hari ini diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya
memerintahkan, pengundangan undang – undang ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

Pada tanggal Januari 1970

Presiden Republik Indonesia

Ttd

SOEHARTO

Jenderal,TNI

Diundang di Jakarta

Pada tanggal 12 Januari 1970

Sekertaris Negara Republik Indonesia

Ttd

ALAMSJAH

Mayor Jenderal TNI


MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 08 TAHUN 2020
TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT
ANGKUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :

a. bahwa ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pesawat angkat dan pesawat
angkut sebagai pelaksanaan dari Undang – Undnag Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per 05 / MEN
/ 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Per – 09 / MEN / VII / 2010 tentang Operasi dan Petugas Pesawat
Angkat dan Angkut.
b. bahwa Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per – 05 / MEN / 1985 tentang Pesawat
Angkat dan Angkut,dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per – 09 /
MEN / VII / 2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut sudah tidak
sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan pemenuhan syarat keselamatan dan
kesehatan kerja pesawat angkat dan angkut sehingga perlu diganti.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menerapkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pesawat Angkat dan Angkut.

Mengingat :

1. Pasal 17 ayat ( 3 ) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang – Undang
Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh
Indonesia ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4 ).
3. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918 ).
4. Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4279 ).
5. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166 , Tambahan Lembaran Republik Indonesia
Nomor 4916 ).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselematan dan Kesehatan Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5309 ).
7. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementrian Ketengakerjaan
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19 ).
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan
Pembentukan Rancangan Undang – Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan
Rancangan Peraturan Presiden serta Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri di
Kementerian Ketenagakerjaan ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015Nomor 411 ).
9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Ketenagakerjaan ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 622 )
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Ketangakerjaan
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (
Berita Negara Republik Indoensia Tahun 2019 Nomor 870 ).

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN TENTANG KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut K3 adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
3. Pesawat Angkat adalah pesawat atau peralatan yang dibuat, dan di pasang untuk
mengangkat, menurunkan, mengatur posisi atau menahan benda kerja dan muatan.
4. Pesawat Angkut adalah pesawat atau peralatan yang dibuat dan dikonstruksi untuk
memindahkan benda atau muatan, atau orang secara horizontal, vertkal, diagonal,dengan
menggunakan kemudi baik di dalam atau diluar pesawatnya, ataupun tidak
,menggunakan kemudi dan bergerak dia atas landasan, permukaan maupun rel atau
secara terus menerus dengan menggunakan bantuan lain, atau rantai atau rol.

5. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas


Ketenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam jabatan
fungsional pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan.
6. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut adalah
Pengawas Ketenagkerjaan yang mempunyai keahlian khusus dibidang K3 Pesawat
Angkat dan Angkut yang berwenang untuk melakukan kegiatan pembinaan,
pemeriksaan, dan pengujian bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut serta
pengawasan dan pengembangan system pengawasan ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.
7. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
yang selanjutnya disebut Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Angkut adalah tenaga
teknis yang berkeahlian khusus dari luar instansi yang membidangi ketenagakerjaan yang
ditunjuk oleh Menteri untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan
Angkut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
8. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
9. Pengusaha adalah :
10. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri.
11. Orang perseorangan , persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya
12. Orang perseorangan , persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan diluar
wilayah Indonesia.
13. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan / jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
14. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana Tenaga Kerja bekerja, atau yang sering dimasuki Tenaga Kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya.
15. Alat Bantu Angkat dan Angkut adalah alat yang berfungsi untuk mengikat benda kerja
atau muatan ke Pesawat Angkat dan Angkut pada proses pengangkatan, pengangkutan,
pemindahan dan penurunan benda kerja atau muatan .
16. Alat Pengaman adalah alat perlengkapan yang dipasang permanen pada Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut guna menjamin pemakaian pesawat tersebut dapat bekerja dengan
aman.
17. Alat Perlindungan adalah alat perlengkapan yang dipasang pada Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut yang berfungsi untuk melindungi Tenaga Kerja terhadap kecelakaan
yang ditimbulkan.
18. Alat Pelindung Diri yang selanjutnya disingkat APD adalah alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya di Tempat Kerja.
19. Teknisi adalah Tenaga Kerja yang berfungsi melakukan pemasangan , pemeliharaan ,
perbaikan dan pemeriksaan peralatan dan komponen Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
20. Operator adalah Tenaga Kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan
khusus dalam pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
21. Juru Ikat ( rigger ) adalah Tenaga Kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki
keterampilan khusus dalam melakukan pengikatan muatan / barang dan pengaturan
pengoperasian peralatan angkat.
22. Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Lisensi K3 adalah
kartu tanda kewenangan untuk melaksanakan tugas sebagai Teknisi, Operator, atau juru
ikat ( rigger ) bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
23. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SKKKNI
adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan , keterampilan dan
keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan .
24. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang membidangi pengawasan
ketenagakerjaan dan K3.
25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan.

Pasal 2

1. Pengurus dan Pengusaha wajib menerapkan syarat K3 Pesawat Angkat, Pesawat Angkut
dan Alat Bantu Angkat dan Angkut.
2. Syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini atau standar di bidang Pesawat Angkat , Pesawat Angkut dan Alat
Banttu Angkat dan Angkut.
3. Standar sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) meliputi :

a. Standar nasional Indonesia dan


b. Standar Internasional

Pasal 3

Pelaksanaan syarat K3 Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan Angkut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan :
a. Melindungi K3 Tenaga Kerja dan orang lain yang berada di Tempat Kerja dari Potensi
bahaya Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan Angkut.

b. Menjamin dan memastikan keamanan dan keselamatan Pesawat Angkat , Pesawat


Angkut dan Alat Bantu Angkat dan Angkut.
c. Menciptakan Tempat kerja yang aman dan sehat untuk meningkatkan produktivitas.

Pasal 4

Peraturan Menteri ini mengatur mengenai syarat – syarat K3 dalam :


a. Perencanaan, pembuatan, pemasangan dan perakitan, pemakaian atau pengoperasian,
pemeliharaan dan perawatan, perbaikan, perubahan atau modifikasi serta pemeriksaan
dan perawatan, perbaikan , perubahan atau modifikasi serta pemeriksaan dan pengujian
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut .
b. Perencanaan , pembuatan, pemakaian , pemeliharaan dan perawat serta pemeriksaan dan
pengujian Alat Bantu Angkat dan Angkut.

BAB II

SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PESAWAT ANGKAT,


PESAWAT ANGKUT, DAN ALAT BANTU ANGKAT DAN ANGKUT

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5

1. Perencanaan dan pembuatan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a meliputi :
a. Pembuatan gambar rencana konstruksi / instalasi dan cara kerja
b. Pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan ( welding procedure specification ) dan
pencatatan prosedur kualifikasi ( procedure qualification record ) jika terdapat
bagian utama yang menerima beban yang dilakukan pengelasan.
c. Perhitungan kekuatan konstruksi
d. Pemilihan dan penentuan bahan bagian utama yang menerima beban dan
perlengkapan yang sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan.
2. Pemasangan dan perakitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi :
a. Pembuatan gambar konstruksi pondasi
b. Perhitungna kekuatan konstruksi pondasi
c. Penggunaan bagian utama yang menerima beban dan perlengkapan harus sesuai
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf d.
3. Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Angkat , Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi :
a. Pemeriksaan dan pengujian
b. Penyediaan prosedur pemakaian / pengoperasian
c. Pemakaian atau pengoperasian sesuai dengan jenis dan kapasitas.
5. Pemeliharaan dan perawatan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut serta Alat Bantu Angkat
dan Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus :
a. Sesuai procedure pemelihraan dan perawatan
b. Dilakukan secara berkala
c. Sesuai dengan buku manual yang diterbitkan oleh pabrik pembuat / standar yang
berlaku
d. Dapat memastikan bagian utama yang menerima beban dan perlengkapan berfungsi
secara aman.
6. Perbaikan, perubahan atau modifikasi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi :
a. Pembuatan gambar rencana perbaikan, perubhan atau modifikasi
b. Perhitungan kekuatan konstruksi
c. Pemilihan dan penentuan bahan bagian utama yang menerima beban dan
perlengkapan yang sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan.

Bagian Kedua
Bahan

Pasal 6

Bahan dari Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan Angkut harus
memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan dan standar teknis.

Pasal 7

1. Bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 pada bagian utama yang menerima beban harus :
a. Kuat
b. Tidak cacat
c. Memiliki tanda hasil pengujian dan sertifikat bahan yang diterbitkan lembaga yang
berwenang
2. Bagian utama yang menerima beban sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) antara lain kali
kawat baja, rantai, batang penopang ( girder ) , kait ( hook ) garpu ( fork ) dan baik ( bucket
).

Bagian Ketiga
Komponen Utama
Pasal 8

1. Komponen Utama Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut meliputi :


a. Rangka utama
b. Instalasi listrik
c. System hidraulik / system pneumatic
d. Motor penggerak
e. Transmisi
f. Kelabang ( crawler ) / roda
2. Komponen utama sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a, huruf c, dan huruf f harus
mempunyai konstruksi yang kuat sesuai dengan fungsi dan kapasitas.
3. Instalasi listrik sebagaiamana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf b harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan dan standar di bidang kelistrikan.
Pasal 9

1. System hidraulik dan system pneumatic sebagaimana dimaksd dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf c
harus memenuhi syarat :
a. Tidak terdapat kebocoran
b. Terawatt
c. Mempunyai factor keamanan paling rendah
d. 12 ( dua belas ) untuk besi ruang
e. 8 ( delapan ) untuk baja tuang
f. 5 ( lima ) untuk baja konstruksi atau baja tempa

2. Minyak hidraulik pada system hidraulik harus mempunyai viskositas sesuai dengan standar
yang berlaku.
3. Tangki pneumatic pada system pneumatic harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan dan standar yang berlaku.

Pasal 10

1. Motor penggerak sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf d harus


ditempatkan pada posisi atau tempat yang mudah dijangkau untuk pemeriksaan dan
perawatan .
2. Motor penggerak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) terdiri atas :
a. Motor bakar
b. Motor listrik
c. Motor bakar sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) huruf a harus :
d. Dilakukan pengendalian pada gas buang
e. Diberikan isolasi pada knalpot
f. Dilengkapi dudukan mesin ( engine mounting ) yang dapat meredam getaran
g. Dilengkapi dengan alat penunjuk atau indicator sesuai dengan jenis, tipe dan model yang
mudah dilihat, dibaca, dan memenuhi syarat.
3. Motor listrik sebagaiamana dimaksud pada ayat ( 2 ) huruf b harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan dan standar di bidang kelistrikan.

Pasal 11

1. Motor listrik sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat ( 2 ) hurus b yang menggunakan
sumber tenaga baterai harus dilengkapi dengan penghenti otomatis bila muatan melebihi
beban kerja aman.
2. Motor lsitrik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilarang dioperasikan pada saat
pengisian ulang daya listrik.
3. Baterai sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) harus :
a. Dilakukan pengisian ulang daya listrik pada ruangan khusus
b. Memiliki indicator pasokan daya
c. Memiliki tanda peringatan jika pasokan daya dalam keadaan kritis.

Pasal 12

1. Transmisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf e terdiri atas 3 jenis yaitu :
a. Transmisi roda gigi dengan roda gigi
b. Transmisi sabuk dengan puli
c. Transmisi rantai dengan roda gigi
2. Transmisi roda gigi dengan roda gigi sebagiamana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a harus :
a. Mempunyai factor keamanan paling rendah 5 untuk roda gigi
b. Dilengkapi peralatan untuk mencegah roda gigi atau roda penggerak bergeser dari
posisinya
c. Diberi pelumas dan dilengkapi indicator pelumas
d. Dilengkapi dengan tutup pengaman
3. Transmisi sabuk dengan puli sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf b harus dilengkapi
dengan :
a. Alat pengatur tegangan sabuk
b. Tutup pengaman
4. Transmisi rantai dengan roda gigi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf c harus :
a. Diberi pelumas padat ( grease )
b. Dilengkapi tutup pengaman

Pasal 13

1. Kelabang ( crawler ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf f harus dibuat
daribahan baja untuk bagian roda penggerak ( sprocket ),roda pembawa ( idle roller ) dengan
factor keamanan paling sedikit 6.
2. Kelabang ( crawler ) sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilarang digunakan jika :
a. Pemasangan rantai penggerak tapak ( shoe track ) tidak sesuai procedure
pemasangan.
b. Terdapat tapak ( shoe track ) yang terlepas atau tidak terpasang, bengkok, miring,dan
tidak berputar sempurna pada alurnya.

3. Tapak ( shoe track ) pada kelabang ( crawler ) harus :


a. Mampu menahan Pesawat Angkat atau Pesawat Angkut beserta muatannya
b. Terpasang dengan kuat
c. Mempunyai ketegangan rantai penggerak yang diatur dengan tensioner untuk
mencegah keluar dari dudukan.

Pasal 14

1. Roda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf f yang dirancang untuk ban
tanpa diisi gas ( ban mati ) atau diisi gas ( ban hidup ) harus :
a. Memiliki baut yang terpasang dengan kuat diseluruh lubang baut pada velg
b. Memasang roda pada poros roda dengan menggunakan mur dan baut yang sama di
seluruh lubang baut.
2. Roda sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilarang digunakan jika kondisi roda arus,
getas, retak, berlubang pada permukaan ban, memiliki perubahan dimensi baik roda maupun
ban, serta ban yang kedaluarsa.
3. Roda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) huruf f yang terbuat dari baja paduan
atau baja tuang harus :
a. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 6 untuk baja paduan
b. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 8 untuk baja tuang
c. Dilakukan pemasangan dengan menggunakan pasak antara roda dan poros roda dan
dilengkapi dengan pin pengunci.
4. Roda sebagaiamana dimaksud pada ayat ( 3 ) dilarang digunakan jika kondisi roda arus,
retak, dan memiliki perubahan dimensi roda.

Pasal 15

1. Baut pengikat yang digunakan pada seluruh komponen utama harus :


a. Mempunyai kelebihan ulir yang cukup untuk pengencang.
b. Dilengkapi mur, gelang pegas atau pengunci ( spi ) yang efektif.
2. Baut pengikat sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilengkapi dengan kontra mur jika
diperlukan.
Bagian keempat
Perlengkapan
Pasal 16

Perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut paling sedikit terdiri atas :
a. Pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
b. Keterangan kapasitas beban maksimum yang diizinkan
c. Alat atau tombol penghenti darurat ( emergency stop )
d. Alat Pengaman
e. Alat Perlindungan

Pasal 17

1. Pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaiamana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf a paling sedikit memuat :
a. Nama pabrik pembuat
b. Tahun pembuatan
c. Model
d. Nomor seri
e. Kapasitas
2. Keterangan kapasitas beban maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b harus
ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas.
3. Alat atau tombol penghenti darurat ( emergency stop ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
huruf c harus mudah dilihat, dijangkau, dan berwarna merah.
4. Alat Pengaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d :
a. Harus dapat memastikan pengamanan terhadap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
b. Tidak dapat terlepas secara tidak sengaja, jika terlepas maka Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut tidak boleh dioperasikan.
c. Mampu bekerja secara otomatis jika Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut bekerja
melebihi batas yang diizinkan
d. Mampu membatasi gaya gerak dan benturan dalam kondisi berbahaya.

4. Alat Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e pada semua bagian yang
bergerak dan berbahaya :
a. Harus dapat memastikan perlindungan terhadap Tenaga Kerja dan orang lain yang
berada di Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan sekitarnya.
b. Harus dipasang pada semua bagian yang bergerak dan berbahaya.
c. Dapat mencegah pendekatan terhadap bagian atau daerah yang berbahaya selama
beroperasi.
d. Tidak menghambat proses pengangkatan proses pengangkatan penurunan,
pengaturan posisi dan pemindahan muatan / barang / orang.
5. Alat Pengaman dan Alat Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 4 ) dan ayat ( 5 )
dilarang dipindahkan atau diubah pada saat beroperasi.

Pasal 18

1. Alat Bantu Angkat dan Angkut harus dilengkapi dengan label nama.
2. Label nama sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) paling sedikit memuat :
a. Nama pabrik pembuat / merk,
b. Kapasitas beban maksimum
Bagian Kelima
Pengoperasian
Pasal 19

1. Pengoperasian Pesawat Angkat dan Angkut harus :


a. Dilengkapi dengan tanda peringatan operasi yang efektif.
b. Dilengkapi dengan lampu penerangan yang efektif jika dioperasikan pada malam hari di
luar ruangan
c. Disediakan pencahayaan yang cukup jika dioperasikan di dalam ruangan
2. Pandangan Operator baik di dalam kabin maupun diruang kendali tidak boleh terhalang dan
harus dapat memandang luas ke sekeliling lintasan atau gerakan operasi.
3. Alat pengendali pengoperasian baik yang konvensional maupun yang dikontrol menggunakan
program computer harus dibuat dan dipasang secara aman dan mudah dijangkau oleh Operator
Pasal 20

Dalam mengoperasikan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dilarang :


a. Mengangkat dan mengangkut melebihi beban maksimum yang diizinkan
b. Melakukan gerakan secara tiba – tiba yang dapat menimbulkan beban kejut baik dalam
keadaan bermuatan atau tidak
c. Membawa atau mengangkut penumpang melebihi jumlah yang kursi yang tersedia.

BAB III
PESAWAT ANGKAT
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 21

Pesawat Angkat sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi :


a. Dongkrak, terdiri atas dongkrak hidraulik, dongkrak pneumatic , dongkrak post lift,
dongkrak truck / car lift, lier, dan peralatan lain yang sejenis.
b. Keran angkat, terdiri atas overhead crane, overhead traverling crane, hoist crane, chain
b;lock, monorail crane, wall crane / jib crane, stacker crane, gantry crane, semi gantry
crane, laouncher gantry crane, roller gantry crane, rail mounted gantry crane, rubber
tire gantry crane, ship unloader crane, gantry huffing crane, container crnae, portal
crnae, ship crane, barge crane, derrick ship crane, dredging crnae, pontin crane,floating
crane,floating derricks crane, floating ship crane, cargo crane, crawler crane, mobile
crane , lokomotif crane dan railway crane , trusck crane,tractor crane, side boom crane /
crab crane, derrick crane, tower crane, pedestal crane, hidraulik drilling rig, pilling
crane / mesin pancang dan peralatan lain yang sejenis.
c. Alat angkat pengatur posisi benda kerja, terdiri atas rotator, robotic, takel dan peralatan
lain yang sejenis
d. Personal platform terdiri atas passenger hoist, gondola dan peralatan lain yang sejenis.

Pasal 22

1) Pemasangan pesawat angkat di atas pondasi atau pada dinding bangunan harus kuat
menahan beban dan memenuhi syarat kontruksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan dan standar yang berlaku.
2) Konstruksi pondasi dan dinding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika menyatu
dengan pondasi bangunan harus sudah direncanakan kekuatannya pada saat pembuatan.
Bagian Kedua
Dongkrak

Pasal 23

Dongkrak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf a selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, juga memiliki silinder angkat, lengan yang merupakan
arm dan motor penggerak dongkrak.

Pasal 24

1. Silinder angkat harus :


a. Dibuat dari bahan logam.
b. Dibuat dengan faktor keamanan paling rendah :
c. 12 ( dua belas ) untuk besi tuang
d. 8 ( delapan ) untuk baja tuang , atau
e. 5 ( lima ) untuk baja.
f. Ditempatkan pada pondasi secara kuat dan kokoh, dan
g. Dilengkapi dengan alat yang dapat mengembalikan tuas kontrolnya secara otomatis ke
posisi netral, jika tuas pada tali control lepas.
2. Lengan yang merupakan arm pada dongkrak harus dilengkapi dengan alat tumpuan benda
kerja ( saddle ) dan pengunci arm.
3. Motor penggerak dongkrak harus :
a. Ditempatkan pada posisi terlindung dari cairan, dan
b. Dilengkapi dengan pengunci dan diberi pelumasan.

Pasal 25

1) Lier sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf a harus dilengkapi dengan peralatan
pengaman untuk mencegah agar tidak terjadi benturan antara lier dengan benda kerja.
2) Lier yang digerakan dengan tenaga tangan, berat tuas tidak boleh lebih dari 10 kg
(sepuluh kilo gram ).

Pasal 26

1) Pada proses pengangkatan, operator atau orang lain di tempat kerja dilarang berada
dibawah dongkrak.
2) Pekerjaan yang dilakukan dibawah dongkrak harus menggunakan pengunci atau alat
penyangga ( jackstand )

Bagian Ketiga
Keran Angkat

Pasal 27

Keran angkat sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf b selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam 8 , juga memiliki kolom atau pilar atau menara, batang penyangga
( girder ) , lengan yang merupakan boom , tromol gulung ( drum ) , puli , tali kawat baja , tali
serat , rantai , dan kait ( hook ).
Pasal 28

Kolom atau pilar atau menara keran angkat harus dikonstruksi kuat, sesuai dengan jenis dan
kapasitas keran angkat serta memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan dan standar
yang berlaku.

Pasal 29

1. Batang penyangga ( girder ) yang menerima beban kerja maksimum pada bagian tengahnya ,
tidak boleh mengalami defleksi melebihi :
a. 1/888 ( satu per delapan ratus delapan puluh delapan ) dikali panjang span untuk
jenis tunggal , dan
b. 1/600 ( satu per enam ratus ) dikali panjang span untuk jenis ganda.
2. Batang penyangga ( girder ) harus memiliki alat pencegah benturan yang berfungsi secara
otomatis pada saat di operasikan.
Pasal 30

1. Lengan yang merupakan Boom harus :


a. Dilengkapi dengan indicator pembaca sudut kemiringan untuk beban maksimum yang
mudah terlihat dan terbaca oleh Operator kecuali untuk keran menara ( tower crane )
b. Memiliki system penghenti yang berfungsi secara otomatis jika sudut kemiringan
mencapai batas maksimal, dan
c. Digunakan sesuai dengan buku petunjuk pabrik pembuat.
2. Alat pencegah terjadinya benturan antara Boom dengan muatan / barang yang diangkat harus
dapat berfungsi secara otomatis pada saat di operasikan.

Pasal 31

1) Tromol gulung (drum ) memiliki ukuran garis tengah paling sedikit 18 ( delapan belas ) kali
diameter tali kawat baja dan / atau 300 ( tiga ratus ) kali diameter tali kawat baja yang
terbesar.
2) Tromol gulung ( Drum ) harus dilengkapi dengan flensa pada setiap ujungnya , paling sedikit
memproyeksikan 2,5 ( dua koma lima ) kali garis tengah tali kawat baja dan / atau 62,5 mm (
enam puluh dua koma lima millimeter ) diukur dari lilitan tali kawat baja terluar.
3) Ujung tali kawat baja pada tromol gulung ( drum ) harus dipasang dengan kuat pada bagian
dalam tromol gulung ( drum ) dan paling sedikit harus dibelit 2 (dua ) kali secara penuh pada
tromol gulung (drum ) saat kait ( hook ) berada pada posisi yang paling rendah.

Pasal 32

1. Puli haarus terbuat dari logam yang tahan terhadap beban kejut atau bahan lain yang
mempunyai kekuatan yang sama.
2. Puli memiliki ukuran garis tengah paling sedikit 18 kali diameter tali kawat baja yang
digunakan.
3. Poros puli harus dilakukan pelumasan secara teratur.
4. Bentuk dan ukuran alur puli harus sesuai dengan jenis dan ukuran tali kawat baja.

Pasal 33

1 Tali kawat baja harus :


a. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 5 kali beban maksimum.
b. Diberi pelumas yang tidak mengandung asam atau alkali
c. Diperiksa pada waktu pemasangan pertama, setiap kali sebelum dioperasikan dan 1
kali dalam seminggu.
Pasal 34

1. Tali serat untuk perlengkapan pengangkat harus dibuat dari serat alam atau sintetis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan dan standar yang berlaku.
2. Tali serat harus digulung pada tromol gulung ( drum ) yang tidak mempunyai permukaan
tajam dan mempunyai alur paling sedikit sebesar diameter tali.

Pasal 35

1. Tali serat sebelum digunakan dan selama dalam pemakaian harus diperiksa.
2. Tali serat dilarang digunakan apabila mengalami kikisan serat yang putus, terkelupas,
berjumbai, perubahan ukuran panjang atau penampang tali, kerusakan pada serat, perubahan
warna, dan kerusakan lainnya.

Pasal 36

1. Rantai yang digunakan untuk pengangkatan harus :


a. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan atau standee yang berlaku
b. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 4 kali beban maksimum
c. Diganti jika :
d. Salah satu mata rantai mengalami perubahan panjang lebih dari 5 % dari ukurab panjang
mata rantai semula
e. Pengausan mata rantai satu sama lainnya melebihi 10 % dari diameter rantai semula.
3. Rantai pada blok rantai pengangkat ( chain block ) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Dibuat dari besi tempa atau baja tempa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
– undangan dan standar yang berlaku
b. Memiliki factor keamanan paling sedikit 5
c. Jenis dan ukuran rantai yang digunakan harus sesuai dengan sprocket.
4. Rantai sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dinormalkan secara berkala untuk
mengembalikan struktur logam / metal pada kondisi semula setiap :
a. 6 bulan untuk rantaiberdiameter tidak lebih dari 2,5 mm
b. 6 bulan untuk rantai yang digunakan untuk mengangkut logam cair
c. 12 bulan untuk rantai selain yang dimaksud pada huruf a dan huruf b.
5. Rantai dilarang :
a. Dipukul walaupun untuk maksud meluruskan atau memasang pada tempatnya
b. Disilang dipelintir, dikusutkan untuk dibuat simpul
c. Ditarik bila terhimpit beban
d. Dijatuhkan dari suatu ketinggian
e. Diberi beban kejutan
f. Digunakan untuk mengikat muatan / barang
6. Rantai yang rusak dapat digunakan kembali setelah dilakukan perbaikan oleh orang yang
memiliki kompetensi di bidang perbaikan rantai.

Pasal 37

1. Kait ( hook ) harus :


a. Dibuat dari baja yang dipanaskan dan dipadatkan atau dari bahan lain yang
mempunyai kekuatan yang sama
b. Dilengkapi dengan kunci pengaman
c. Direncanakan dengan factor keamanan paling rendah 5.
2. Kait ( hook ) tidak dapat digunakan apabila terdapat :
a. Pengurangan dimensi melebihi 10 % dari dimensi awal.
b. Perubahan bukaan mulut kait melebihi 5 % dari dimensi awal.

Pasal 38

1. Kait elektromagnetik ( electrpmagnetic hook ) harus :


a. Mempunyai rangkaian listrik magnet dalam keadaan baik dan tahanan isolasi
diperiksa secara teratur.
b. Mempunyai sakelar alat control magnet dan dilengkapi pengaman untuk mencegah
tersentuh secara tidak sengaja ke posisi arus listrik putus ( off ).
2. Ketentuan mengenai penggunaan kait elektromagnetik ( electromagnetic hook ) dalam
pengoperasian keran angkat sebagai berikut :
a. Saat mengangkat, puli dan bobot imbang kabel magnetnya tidak boleh mengendur
b. Tidak boleh dibiarkan menggantung di udara jika sedang tidak digunakan dan harus
diturunkan ke tanah atau ke tempat yang telah disediakan
c. Harus dilepas jika keran angkat akan digunakan untuk operasi lain yang tidak
menggunakan magnet.

Pasal 39

1. Keran angkat yang menggunakan roda dan beroperasi di atas landasan harus memiliki
outrigger untuk menjaga kestabilan yang kuat, rata , stabil dan memenuhi standar.
2. Landasan sebagai tumpuan harus kuat, rata, stabil dan memenuhi standar.

Pasal 40

1. Rumah motor listrik ( stator ) pada keran angkat harus terbuat dari baja tuang dengan factor
keamanan paling rendah 8 dan poros motor listrik harus terbuat dari baja paduan dengan
factor keamanan paling rendah 5.
2. Keran angkat dengan penggerak motor listrik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) harus
dilengkapi :
a. rem otomatis yang mampu menahan muatan pada tromol gulung ( drum ) tali kawat baja,
jika muatan dihentikan
b. System yang dapat mengembalikan secara otomatis tuas atau tombol pengoperasia pada
posisi netral, jika tuas atau tombol tersebut dilepaskan
c. Alat pembatas otomatis yang dapat menghentikan tenaga tarik beban, jika muatan /
barang melewati batas tertinggi yang diizinkan dan melebihi beban kerja yang diizinkan.
d. Rem yang secara efektif ddapat mengerem paling rendah 1,25 beban kerja maksimum
yang diizinkan
e. Alat otomatis yang dapat memberi tanda peringatan yang jelas selama pengoperasian.

Pasal 41

1. Keran angkat yang menggunakan alat pengendali remote control / pendant tersebut harus :
a. Dilengkapi dengan peralatan pengatur gerakan kabel
b. Memiliki penanda arah yang jelas, sesuai gerakan muatan / barang.
2. Keran angkat yang dioperasikan dengan system pengendali dari ruang control, system
pengendali harus dilengkapi monitor yang memberikan informasi pengoperasian.

Pasal 42

1. Kabin Operator yang digunakan pada keran angkat harus :


a. Dirancang untuk memudahkan pandangan Operasi pada daerah pengoperasian
b. Memiliki jendela pada semua sisinya yang dapat dibuka ke atas dan ke bawah serta
pintu yang dapat dibuka ke arah ke luar
c. Dilengkapi dengan setiap pelindung dan sabuk pengaman
2. Ruang control yang digunakan pada keran angkat harus :
a. Berada pada posisi yang dapat melihat keran angkat
b. Memiliki dinding bagian depan dari bahan yang transparan
c. Memiliki peraturan dan penerangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan atau standar yang berlaku.
3. Kabin Operator dan ruang control sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) , harus
dilengkapi alat pemadam api ringan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
atau standar yang berlaku.
4. Kabin Operator dan ruang control sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dan ayat ( 2 ) dilarang
dimasuki oleh orang yang tidak berwenang.

Pasal 43

Keran angkat jenis rantai pengangkat ( chain block ) harus dilengkapi dengan :
a. Alat yang dapat mengatur gerakan
b. Alat yang dapat menahan muatan / barang pada saat muatan / barang digantung
c. Tanda naik dan turun

Pasal 44

1. Keran angkat berpindah harus dilengkapi dengan akses kelaur masuk berupa tangga tetap dari
lantai sampai kabin Operator.
2. Keran angkat berpindah yang mempunyai batang penyangga ( girder ) ganda harus dilengkapi
jalan penyeberangan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Paling sedikit 45 cm lebarnya disepanjang kedua sisi jembatan
b. Pada kedua ujung jembatan dapat mempunyai lebar paling sedikit 38 cm
c. Sepanjang sisi jalan kaki yang terbuka harus diebri pagar pengaman dan pengaman
pinggir ( toeboard ).
Pasal 45

Keran Lokomotif ( locomotif crane ) harus :


a. Dilengkapi dengan penyambung otomatis pada kedua ujung kereta angkutnya dan dapat
dilepas dari setiap ujung sisinya.
b. Mempunyai ruang kemudi tersendiri dan menyatu dengan kabin, dilengkapi tangga yang
memiliki pegangan tangan
c. Memiliki jarak antara meja putar dengan permukaan kereta angkut ( gerbong ) sebagai
dudukan paling sedikit 35 cm
d. Dihubungtanahkan ( grounding ) untuk keran lokomotif ( locomotif crane ) tenaga listrik.

Pasal 46

1. Keran dinding ( wall crane / jib crane ) yang dipasang menggunakan pelat pasak pondasi
tiang, harus ditempatkan dan dikaitkan pada pondasi secara kuat.
2. Dalam hal keran dinding ( wall crane / jib crane ) sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
digerakan dengan pengengkol oleh tenaga manusia, pengengkol harus dilengkapi:
a. Pasak pengunci dan ulir pengunci untuk menahan muatan yang digantung jika tuas
pengengkol dilepas
b. Rem untuk menahan turunnya muatan.
Pasal 47

1. Keran menara ( tower crane ) harus dilengkapi dengan :


a. Daftar atau alat sejenisnya yang dapat menunjukkan perbandingan keseimbangan
antara posisi berat muatan dan posisi bobot imbangnya.
b. Instalasi penyalur petir yang pembumiannya harus disatukan dengan pembumian
keran menara ( tower crane )
c. Penerangan yang cukup disepanjang lengan ( boom) jika dioperasikan pada malam
hari .
2. Bobot imbang pada keran menara ( tower crane ) harus terpasang pada posisi vertical dan
mempunyai keterangan berat.

Pasal 48

Untuk mencegah benturan / memudahkan pekerja dalam melakukan pekerjaan, pemasangan


keran angkat dalam ruangan harus memiliki ruang bebas yang cukup antara titik tertinggi keran
angkat tersebut dengan konstruksi bagian atas bangunan dan antara bagian – bagian keran angkat
dengan tembok, pilar atau bangunan tetap lainnya.

Pasal 49

1. Pengoperasian keran angkat harus menggunakan sandi isyarat yang seragam dan mudah
dimengerti atau menggunakan alat komunikasi lainnya, jika dalam pengangkatan atau
penurunan muatan / barang terdapat rintangan atau halangan yang menutupi pandangan
Operator.
2. Dalam pengoperasian keran angkat, Operator harus :
a. Bekerja berdasarkan siyarat dari juru ikat ( rigger ).
b. Menghentikan operasi keran angkat pada kondisi darurat.
c. Segera membunyikan tanda peringatan dan menurunkan muatannya untuk mengatur
kembali, jika suatu muatan saat diangkat tidak berjalan sebagaimana mestinya.
d. Menghindari pengangkatan muatan melalui atau melintasi orang
e. Menaikkan muatan secara vertical untuk menghindari ayunan pada waktu diangkat
f. Melarang orang lain berada pada muatan atau sling keran angkat sewaktu beroperasi
g. Menghentikan operasi keran angkat jika kecepatan angina melebihi 38 km/jam .

Pasal 50

1. Juru Ikat ( rigger ) dalam pengangkatan muatan / barang harus terlihat oleh Operator.
2. Juru Ikat ( rigger ) sebelum memberikan isyarat untuk menaikkan muatan, harus yakin bahwa :
a. Semua alat bantu angkat dan angkut atau perlengkapan lainnya telah terpasang
sebagaimana mestinya pada muatan yang diangkat.
b. Muatan telah dibuat seimbang.

Pasal 51

1. Operator harus memberi peringatan agar Tenaga Kerja pindah ke tempat yang aman dalam hal
pemindahan muatan berbahaya atau pengangkatan dengan magnet melalui lokasi kerja.
2. Pelaksanaan pemindahan muatan berbahaya atau pengangkatan dengan magnet harys
dihentikan jika Tenaga Kerja belum dapat meninggalkan pekerjaannya diarea yang berbahaya.
3. Muatan berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) berupa logam cair dan bahan
berbahaya sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.
Pasal 52

Dalam hal sedang dilakukan perbaikan atau daerah operasi keran angkat digunakan untuk
aktivitas kerja, dilarang menggantung muatan pada keran angkat / daerah operasi keran angkat.

Pasal 53

Jika keran angkat beroperasi tanpa muatan :


a. Juru Ikat ( rigger ) harus mengaitkan sling pada kait ( hook ) secara kuat sebelum
bergerak
b. Operator harus menaikkan kait ( hook ) secukupnya agar tidak menyentuh orang dan
benda yang berada pada daerah tersebut.

Pasal 54

Lintasan operasi keran angkat yang bermuatan harus diberi ruang bebas dengan lebar paling
sedikit 90 cm di kiri dan kanan sepanjang lintasannya.

Bagian Keempat
Alat Angkat Pengatur Posisi Benda Kerja

Pasal 55

Alat angkat pengatur posisi benda kerja sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c selain
memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, juga memiliki pondasi, tiang (
mast ), lengan yang merupakan arm, dan pencengkram ( grapple ).

Pasal 56

1. Pondasi alat angkat pengatur posisi benda kerja harus kuat, rata,stabil dan memenuhi syarat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan atau standar yang berlaku.
2. Tiang ( mast ) , lengan yang merupakan arm harus terbuat dari baja dengan factor keamanan :
a. 8 untuk baja tuang
b. 5 untuk baja paduan
3. Pencengkram ( Grapple ) harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan jneis benda kerja.

Bagian Kelima
Personal Platform

Pasal 57

1. Personal Platform sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
2. Personal platform terdiri atas passenger hoist dan gondola.

Pasal 58

1. Passenger hoist selain memiliki komponen utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (
1 ) juga memiliki batang bergerigi / berulir, roda gigi ( geart ) dan sangkar ( basket ).
2. Gondola selain memiliki komponen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat ( 1 ) juga
memiliki rel, tiang, lengan yang merupakan arm atau boom, tromol gulung ( drum ) , motor
listrik dan sangkar ( basket ).
Pasal 59

1. Batang bergerigi / berulir dan roda gigi ( gear ) passenger hoist harus :
a. Terbuat dari baja tuang dengan factor keamanan 5
b. Dipasang pada pondasi dan dinding bangunan secara kuat dan kokoh.
2. Sangkar ( basket ) passenger hoist harus :
a. Terbuat dari bahan yang kuat
b. Memiliki alat pencegah benturan di bagian atas dan bawah sangkar ( basket )
c. Memiliki system otomatis untuk memutus aliran listrik ketika pintu dibuka.
3. Lantai kerja sangkar ( basket ) passenger hoist :
a. Harus terbuat dari bahan anti slip dan tahan korosif
b. Dilarang digunakan apabila mengalami defleksi melebihi 3 mm.

Pasal 60

Passenger hoist harus dilengkapi dengan :


a. Alat pengendali gerakan
b. Alat pencegah beban lebih
c. Penerangan paling sedikit 50 lux.

Pasal 61

1. Rel, tiang lengan yang merupakan arm, atau boom, gondola harus terbuat dari baja dengan
factor keamanan 5.
2. Motor listrik gondola harus :
a. Dipasang dengan kuat
b. Dilakukan pembumian / pertanahan ( grounding )
c. Mempunyai besarnya tegangan listrik yang digunakan tidak melebihi 10 % dari
tegangan jala – jala.
3. Sangkar ( basket ) gondola harus :
a. Terbuat dari baja dengan factor keamanan 5 dan bahan lain dengan kekuatan yang
sama
b. Mempunyai konstruksi yang kuat dan aman
c. Dilengkapi alat pencegah benturan berupa roller dan lapisan bahan untuk sepanjang
bumper sangkar ( basket )
d. Dilengkapi dengan pengaman pinggir ( toeboard ).

Pasal 62

Gondola harus dilengkapi dengan :


a. Alat pengendali yang berada di dalam sangkar
b. Pembaca arah dan kecepatan angina
c. Tali pengaman ( life line ) yang terikat pada struktur bangunan

Pasal 63

1. Pemasangan gondola temporer harus :


a. Sesuai dengan penggunaan yang telah ditentukan
b. Papda penunjang ( support ) di lantai teratas ( rooftop ) atau menggunakan bobot
imbang dan tiang ( mast ) diperkuat dengan tali penguat ( pendant ) yang dikaitkan
pada angkur yang terpasang di struktur bangunan.
c. Mempunyai jarak yang cukup antara dinding teratas dengan tiang gondola ( mast )
untuk menghindari sentuhan.
2. Pemasangan gondola permanen harus :
a. Sesuai dengan penggunaan yang telah ditentukan
b. Di atas rel lintasan gondola secara kuat dan dilengkapi dengan pengunci, rel lintasan
harus dipasang secara kuat pada support di lantai roof top.
c. Mempunyai jarak yang cukup antara dinding teratas dengan tiang gondola ( mast )
untuk menghindari sentuhan
d. Diberi ruang bebas antara dinding dengan jarak paling sedikit 90 cm dari sisi luar
sangkar ( basket ) kecuali sisi yang dimaksud pada ayat ( 2 ) huruf b.

Pasal 64

Pemasangan sangkar ( basket ) gondola harus :


a. Diikat secara kuat pada tali kawat baja penarik dengan klem pengikat
b. Mempunyai klem dengan kuat listrik paling sedikit 1,5 kali tali kawat baja apenarik
c. Mempunyai klem pengikat dengan factor keamanan paling sedikit 5.

Pasal 65

Pengoperasian gondola harus :


a. Tidak melebihi beban maksimum yang diizinkan
b. Dioperasikan oleh Operator gondola yang dilengkapi dengan body harness dan dipasang
atau diikat pada life line gondola.
c. Dinaikkan atau diturunkan secara perlahan, tidak menimbulkan beban kejut
d. Bebas dari rintangan / hambatan pada tali baja penggantungnya.
e. Dioperasikan tidak mengalami kemiringan sangkar ( basket ) melebihi 15⁰
f.
Pasal 66

Setiap orang dilarang :


a. Mengubah dan memodifikasi gondola tanpa melaporkan terlebih dahulu kepada unit
kerja pengawasan ketenagakerjaan.
b. Menggantungkan sangkar ( basket ) gondola pada arm yang belum terpasang dengan
sempurna.
c. Mengoperasikan gondola, apabila kecepatan angina melebihi 32 km/ jam
d. Menggunakan gondola, apabila kerangka lantai kerja sangkar ( basket) gondola
mengalami defleksi melebihi 1/60 dari panjang kerangka lantai kerja sangkar ( basket )
gondola.

BAB IV
PESAWAT ANGKUT
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 67

Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi :


a. Alat nerat terdiri atas forklift, lifttruck, reach stackers, telehandler, hand lift / hand pallet,
excavator, excavator grapple, backhoe, loader, dozer, traktor, grader, concrete pover,
asphalt paver, asphalt sparyer,aspalt finisher, compactor roller / vibrator roller dan
peralatan lain yang sejenis.
b. Kereta terdiri atas kereta gantung, komidi putar, roller coaster, kereta ayun, lokomotif
beserta rangkainnya dan peralatan lain yang sejenis.
c. Personal basket terdiri atas manilift / boomlift, scissor lift, hydraulic stairs dan peralatan
lain yang sejenis.
d. Truk terdiri atas tractor, truk pengangkut bahan berbahaya , dump truck, cargo truck, lift
, trailer, side loader truck, madule transporter, axle transport, car towing dan peralatan
lain yang sejenis.
e. Robotic dan konveyor terdiri atas Automated Guided Vehicle, sabuk berjalan, ban
berjalan,rantai berjalan dan peralatan lain yang sejenis.

Pasal 68

Landasan sebagai tumpuan atau lintasan untuk Pesawat Angkut harus memiliki konstruksi
pondasi yang kuat menahan beban, rata, stabil, dan memenuhi ketentuan peraturan perundang –
undangan dan standar yang berlaku.

Pasal 69

Penempatan Pesawat Angkut pada area kerja harus :


a. Dalam kondisi stabil dan seimbang untuk menghindari terguling, terjungkal, terjungkit,
dan terperosok.
b. Memiliki ruang gerak yang cukup dan bebas dari rintangan agar tidak membahayakan
orang disekitarnya.

Pasal 70

Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) juga memiliki komponen utama berupa alat
pengendali, kabin Operator atau ruang pengoperasian atau ruang kontrol dan lengan yang
merupakan arm dan boom.

Pasal 71

1. Alat pengendali yang meliputi tuas, setir, dan tombol harus :


a. Dibuat seragam dalam fungsi , gerak dan warnanya.
b. Didesain ergonomis dan aman bagi Operator.
2. Alat pengendali dengan system komputerisasi harus dilengkapi monitor yang memberikan
informasi pengoperasian.
3. Alat pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) harus :
a. Mudah dioperasikan dan dipahami oleh Operator
b. Dilengkapi dengan symbol atau tanda yang memiliki keterangan pengoperasian.

Pasal 72

1. Kabin Operator harus :


a. Dirancang untuk memudahkan pandangan Operator pada daerah pengoperasian
b. Dilengkapi dengan atap pelindung yang dapat melindungi Operator dari perubahan
cuaca dan kemungkinan tertimpa suatu benda
c. Dilengkapi sabuk pengaman yang mampu menahan tekanan kejut.
2. Ruang pengoperasian yang menyatu dengan Pesawat Angkut harus :
a. Mempunyai tempat atau panel untuk penempatan alat pengendali pengoperasian
b. Dilengkapi Alat Perlindungan
c. Memberikan kenyaman dan kemudahan aktivitas / gerak Operator
3. Ruang kontrol harus :
a. Berada di dekat Pesawat Angkut untuk memudahkan pemantauan operasi kecuali
untuk lokomotif dan konveyor.
b. Memiliki ventilasi dan penerangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
udangan atau standar yang berlaku.
4. Kabin Operator, ruang pengoperasian atau ruang kontrol harus dilengkapi :
a. Tanda peringatan larangan masuk bagi orang yang tidak berwenang
b. Alat pemadam api ringan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
atau standar yang berlaku.

Pasal 73

Lengan yang merupakan arm dan boom harus :


a. Digunakan sesuai dengan buku petunjuk pabrik pembuat
b. Memiliki system penghenti yang berfungsi secara otomatis jika sudut kemiringan
mencapai batas maksimal
c. Memiliki alat pencegah terjadinya benturan yang berfungsi secara otomatis

Pasal 74

1. Pengoperasian Pesawat Angkut pada saat pemuatan, pemindahan dan pembongkaran harus
dijamin tidak terjadi muatan tumpah.
2. Lokasi pengoperasian Pesawat Angkut yang membahayakan harus dilengkapi dengan tanda
peringatan larangan masuk bagi orang yang tidak berkepentingan .
3. Pengoperasian untuk Pesawat Angkut yang tenaga penggeraknya motor bakar harus
dijalankan dengan aman sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan.
4. Pengoperasian untuk Pesawat Angkut yang tenaga penggeraknya motor bakar dilarang
dijalankan di daerah yang terdapat bahaya kebakaran, peledakan dan ruangan tertutup.

Bagian Kedua
Alat Berat

Pasal 75

Alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf a selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki tiang ( mast ) garpu ( fork ) ,
baik ( bucket ) dan pencengkram ( grapple ).

Pasal 76

Tiang ( mast ) pada forklift harus :


a. Mampu menahan benda kerja sesuai dengan standar yang berlaku
b. Mampu menahan rantai penggerak garpu ( fork )
c. Dilengkapi pembatas ( stopper ) pada titik pengangkatan tertinggi
d. Dilengkapi tempat dudukan sandaran muatan ( back rest ).

Pasal 77

1. Garpu ( fork ) pada forklift :


a. Harus dibuat dengan factor keamanan paling rendah 3.
b. Tidak mengalami defleksi melebihi sebesar 1/33 dikali panjang garpu.
c. Tidak diluruskan dan dilakukan pengelasan pada garpu yang mengalami bengkok / patah.
d. Tidak mengalami penipisan garpu lebih dari 10 % .
e. Harus dilengkapi pengatur dan pengunci posisi pada dudukan jika forklift menggunakan
fork ganda.
f. Tidak mengalami perbedaan ketinggian lebih dari 3% dari panjang garpu apabila forklift
menggunakan garpu ( fork ) ganda.
2. Dalam menggunakan garpu ( fork ) pada forklift dilarang memasang alat tambahan untuk
memperpanjang garpu ( fork ).
Pasal 78

1. Bak ( bucket ) untuk loader, excavator , backhoe,dan shovel harus :


a. Digunakan sesuai jenis, bentuk, dimensi dan kapasitasnya.
b. Dibuat dari bahan baja karbon sedang, dengan kadar C : 0,3 – 0,6 % dan factor keamanan
paling sedikit 6.
c. Dilengkapi dengan penahan muatan / barang pada sisi depan , samping dan belakang.
2. Pemasangan bak ( bucket ) harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
atau standar yang berlaku.

Pasal 79

1. Dilarang menggunakan bak ( bucket ) pada kondisi keropos / retak.


2. Setiap orang dilarang :
a. Menggunakan bak ( bucket ) pada kondisi keropos / retak.
b. Menggunakan bak ( bucket ) pada loader, excavator, backhoe, dan shovel yang tidak
dilengkapi pengunci pin penghubung dengan linkage pada arm.

Pasal 80

1. Pencengkram ( grapple ) harus :


a. Dirancang sesuai jenis penggunaan baik bentuk, dimensi, kapasitas maupun jenis
material / muatannya.
b. Dibuat dari bahan karbon sedang dengan kadar C: 0,3 – 0,6 % dan factor keamanan
paling sedikit 6
c. Memiliki baut yang terpasang dengan kuat diseluruh dudukan.
2. Pemasangan pencengkram ( grapple ) harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan atau standar yang berlaku.
3. Dilarang menggunakan pencengkram ( grapple ) pada kondisi :
a. Dimensi beban kerja / dimensi muatan tidak sesuai dengan kapasitas cengkeraman
b. Baut pengencang tidak lengkap.
c.

Pasal 81

Landasan forklift , lift truck, reach stackers dan telehandler :


a. Harus dikonstruksi cukup kuat dan rata
b. Harus mempunyai tanda area lintasan
c. Tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam
d. Tidak mempunyai tanjakan / turunan yang terjal yang dapat mengganggu keseimbangan

Pasal 82

Setiap orang dilarang menggunakan forklift , liftruck, reach stackers, dan telehandler dengan
tenaga penggerak motor bakar di area kerja yang mempunyai bahan mudah meledak dan dalam
ruangan tertutup.

Pasal 83

Sebelum memuat dan membongkar muatan, rem pada forklift, reach stacker, telehandler dan
sejenisnya harus digunakan dan jika di atas tanjakan, roda harus diberi penahan.
Pasal 84

Jarak bebas sisi lintasan yang dilalui forklift, telehandler, dan sejenisnya paling sedikit :
a. 60 cm diukur dari sisi terluar peasawat atau sisi terluar muatan yang paling lebar jika
digunakan lalu lintas satu arah
b. 90 cm diukur dari sisi terluar diantara dua pesawat atau sisi terluar diantara muatan yang
paling lebar di kedua pesawat jika digunakan lalu lintas 2 arah.

Pasal 85

1. Forklift pada saat dioperasikan dalam keadaan berjalan :


a. Garpu ( fork ) atau permukaan bagian bawah muatan harus berjarak paling tinggi 15 cm
diukur dari permukaan landasan.
b. Harus berjarak paling dekat 10 m dari bagian belakang kendaraan yang ada didepannya.
2. Forklift pada saat sedang tidak digunakan harus diletakkan pada landasan yang rata tanpa ada
kemiringan dengan kondisi rem terkunci dan garpu sisi terbawah menempel pada permukaan
landasan.
3. Forklift dilarang digunakan untuk lain selain untuk mengangkat, mengangkut dan meletakkan
muatan / barang.
4. Forklift jenis telehandler dan reach stacher dikecualikan dari ketentuan pada ayat ( 1 ) huruf a.

Pasal 86

1. Pengoperasian loader, excavator , bachoe, shovel dan sejenisnya harus :


a. Berada pada landasan yang cukup keras untuk menjaga kestabilan
b. Tetap pada posisi stabil di lokasi kerja baik dalam kondisi tanjakan mau turunan
c. Dihindari pengangkatan / pengisian muatan mealalui atau melintasi kabin truk yang akan
diisi muatan.
2. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dalam pengoperasian excavator :
a. Posisi lengan yang merupakan arm dan boom harus diatur pada saat berpindah lokasi
pengerukan untuk mencegah ketidakstabilan.
b. Bagian depan maupun belakang harus dipastikan posisinya agar tidak bergerak kea rah
yang salah pada saat akan berpindah secara horizontal
c. Posisi arm dan boom terpanjang antara sisi terluar bak ( bucket ) dengan dinding /
struktur bangunan harus ditempatkan paling dekat 60 cm.
3. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dalam pengoperasian loader saat
mengangkut muatan, jarak antara sisi terbawah bak ( busket ) dengan permukaan landasan
paling rendah 30 cm dan paling tinggi 90 cm .
4. Loader pada saat sedang tidak digunakan harus diletakkan pada landasan yang rata tanpa ada
kemiringan dengan kondisi rem terkunci dan sisi terluar bak ( bucket ) menempel pada
permukaan landasan.
5. Excavator pada saat sedang tidak digunakan harus diletakkan pada landasan yang rata tanpa
ada kemiringan dengan kondisi rem terkunci dan sisi terluar bucket menempel pada
permukaan landasan dan kabin pada posisi sejajar dengan kedua kelabang ( crawler ).

Pasal 87

Grader pada saat tidak digunakan, pelat penyapu ( blade ) dan garpu pembajak ( scarifier ) harus
dalam kondisi diletakkan tegak lurus terhadap roda pada landasan dan dengan kondisi rem
terkunci.
Pasal 88

Setiap orang dilarang mengoperasikan excavator, dozer, backhoe,dan grader pada area terdapat
pipa bertekanan tinggi dan kabel bertegangan tinggi dibawah tanah.

Pasal 89

1. Pengoperasian concrete pover, asphalt pover, asphalt sprayer,aspalt finisher, compactor roller
/ vibrator roller harus :
a. Diberi pembatas dan rambu peringatan pada area kerja
b. Dilengkapi penerangan yang cukup pada malam hari.
2. Concrete pover , asphalt pover, asphalt sprayer,asphalt finisher, compactor roller / vibrator
roller pada saat tidak digunakan harus diparkir pada tempat yang tidak mengganggu arus lalu
lintas, kabin Operator dan rem dalam kondisi terkunci.

Pasal 90

Alat berat dilarang dioperasikan atau dijalankan secara melintang pada lintasan miring.

Bagian Ketiga
Kereta

Pasal 91

Kereta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 , juga memiliki roda kereta, tali kawat baja,
rantai penggantung , poros dan rel / lintasan.

Pasal 92

1. Roda kereta harus :


a. Terbuat dari baja tuang cukup kuat, tidak dapat dan memenuhi ketentuan peraturan
perundang – undangan atau standar yang berlaku.
b. Memiliki factor kemananan 8
c. Tidak terdapat sambungan las.
2. Pemasangan roda kereta harus menggunakan pasak antara roda dan poros roda dan dilengkapi
dengan pin pengunci.

Pasal 93

1. Tali kawat baja penggantung harus :


a. Terbuat dari baja yang mempunyai factor keamanan paling sedikit 12
b. Memiliki inti tali kawat baja jenis IWRC ( Independent Wire Rope Core )
c. Tahan terhadap korosi
d. Fleksibel dan mampu menahan momen punter
e. Diperiksa pada waktu pemasangan pertama, setiap hari sebelum dioperasikan dan 1 kali
dalam seminggu.
2. Pemasangan tali kawat baja penggantung harus menggunakan klem
3. Tali kawat baja dilarang :
a. Memiliki sambungan dan simpul
b. Digunakan jika terdapat perubahan bentuk ( deformasi ) dan putus.
Pasal 94

1. Rantai penggantung harus :


a. Terbuat dari baja paling sedikit grade 80 dengan factor keamanan paling rendah 5
b. Tahan terhadap korosi
c. Mampu menahan beban kejut
d. Diperiksa pada waktu pemasangan pertama, setiap hari sebelum dioperasikan dan 1 kali
dalam seminggu
2. Pemasangan rantai penggantung harus menggunakan shakle atau alat pengunci sejenis lainnya.
3. Rantai penggantung dilarang digunakan jika terdapat perubahan bentuk ( deformasi ).

Pasal 95

1. Poros kereta harus :


a. Terbuat dari baja dengan factor keamanan 6
b. Mampu menahan tegangan tumpu, dan momen punter
2. Poros roda kereta harus :
a. Terbuat dari baja dengan factor keamanan 6
b. Mampu menahan gaya aksial, gaya radial, momen lengkung, dan momen punter.

Pasal 96

1. Rel atau lintasan harus :


a. Terbuat dari bahan baja dengan factor keamanan 6
b. Kuat menahan gaya gesek dan tegangan tumpu
c. Tahan terhadap korosi
d. Dikonstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan atau standar yang
berlaku
e. Dilakukan pemeriksaan dalam waktu tertentu
f. Dilengkapi dengan jalur lintas bebas pada kedua sisinya paling sedikit :
 2,35 m di kiri kanan as jalan rel untuk jalur lurus
 2,55 m untuk jalur lengkung dengan jari – jari kurang dari atau sama dengan 300 m
 2,45 m untuk jalur lengkung dengan jari – jari lebih dari 300 m
 2,15 m di kiri kanan as jalan rel untuk jembatan dan terowongan pada jalur lurus dan
jalur lengkung.
2. Rel pemutar kereta harus dilengkapi dengan alat pengunci untuk mencegah rel pemutar kereta
bergerak.
Pasal 97

1. Rel harus dipasang rel pengaman pada bagian dalam rel dengan jarak tidak lebih dari 25 cm
dari sisi dalam rel , apabila rel :
a. Terpasang di atas jembatan dengan panjang 30 m/ lebih dan memiliki tikungan
b. Memiliki tikungan dengan radius melebihi 250 m dengan lebar 1.435 mm / lebih
c. Memiliki tikungan dengan radius melebihi 400 m dengan lebar kurang dari 1.435 mm.
2. Ujung rel harus dipasang balok penahan benturan.

Pasal 98

1. Pemindahan rel yang menggunakan peralatan tuas wesel dan kawat sinyal harus dipasang Alat
Pengaman pada peralatan tuas wesel untuk mencegah rel tidak berbalik.
2. Tuas wesel harus dikondtruksi dan dipasang dengan kuat untuk mencegah tuas bergeser pada
arah memanjang rel.
Pasal 99

1. Rel diupayakan tidak melewati jalan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan atau pejalan
kaki
2. Rel yang lemintas pada jalan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat menggunakan
jembatan laying atau terowongan.
3. Jika jembatan laying atau terowongan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) belum tersedia,
persilangan lintasan rel dan jalan harus dibuat rata dengan permukaan rel.
4. Persilanagn lintasan rel dan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) harus :
a. Dilengkapi alat pengaman atau penghalang yang diwarnai dengan jelas
b. Dilengkapi sirine dan lampu peringtan
c. Dipasang tanda peringatan “ BAHAYA “ atau “ PERSILANGAN “
d. Dijaga oleh petgas khusus
e. Diberi cahaya atau penanda yang dapat berpendar pada tanda pemberi peringtan , alat
penghalang , semboyan wesel, dan perlengkapan lainnya jika ada penggunaan pada malam
hari.

Pasal 100

1. Jarak antara sisi terluar kereta harus mempunyai ruang bebas dengan ketentuan :
a. Paling sedikit 75 cm antara 2 kereta yang melintas berdampingna atau terhadap bangunan
di sisi rel.
b. Secara vertical paling sedikit :
 215 cm ke bangunan atau rintangan lainnya
 430 cm ke sumber arus listrik
c. Dipasang tanda ukuran pada tiap sisi bangunan
2. Bangunan , rintangan, atau sumber listrik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf b harus
dipasang tanda ukuran jarak vertical yang mudah terbaca.

Pasal 101

1. Jaringan listrik pada kereta listrik harus meemnuhi standar kelistrikan


2. Jaringan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) harus dilengkapi dengan tanda
peringatan “ BAHAYA “ yang mudah terlihat dan terbaca pada kontak yang terbuka.

Pasal 102

Kereta gantung , komidi putar, roller coaster dan kereta ayun harus :
a. Dilakukan pembumian / pertanahan ( grounding ) sesuai dengan ketentuan standar
kelistrikan
b. Memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah diberi tanda secara jelas, mudah dibaca
dilengkapi dengan alat pengaman dan alat pelindung.

Bagian Keempat
Personal Basket

Pasal 103

Personal basket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf c selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki lengan yang merupakan boom
dan keranjang ( basket ).
Pasal 104

Lengan yang merupakan boom harus :


a. Terbuat dari baja dengan factor keamanan paling sedikit 5
b. Memiliki system penghenti yang berfungsi secara otomatis apabila sudut kemiringan
mencapai batas maksimal.

Pasal 105
Keranjang ( basket ) harus :
a. Terbuat dari baja dengan factor keamanan 5 dan bahan lain dengan kekuatan yang sama
b. Konstruksi harus cukup kuat dan aman
c. Dilengkapi dengan pengaman pinggir ( toeboard )
d. Memiliki pintu penutup yang dapat dikunci dan dibuka secara aman
e. Ketinggian pagar keranjang ( basket ) paling sedikit 1,25 m dari dasar lantai kerja.

Pasal 106

1. Pengoperasian personal basket dilakukan dengan ketentuan :


a. Tidak melebihi beban maksimum yang diizinkan
b. Dioperasikan oleh Operator personal basket yang dilengkapi dengan body harness
c. Dinaikkan / diturunkan secara perlahan , tidak menimbulkan kejutan
d. Bebas dari rintangan / hambatan
2. Dilarang mengoperasikan personal basket :
a. Pada area atau tempat kerja yang miring
b. Apabila kecepatan angina melebihi 32 km / jam

Pasal 107

Setiap orang dilarang mengubah dan memodifikasi personal basket tanpa melaporkan terlebih
dahulu kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang pengawasan ketenagakerjaan.

Bagian Kelima
Truk

Pasal 108

Truk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf d selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki bak dump truck dan
penyambung ( tow ).

Pasal 109

1. Bak dump truck harus :


a. Digunakan sesuai dengan jenis muatan dan kapasitasnya
b. Dibuat dari bahan baja karbon sedang dengan kadar C : 0,3 – 0,6 % dan factor keamanan
paling sedikit 6
c. Dilengkapi dengan penahan muatan / barang pada sisi de[an, samping dan belakang.
2. Bak dump truck dilarang digunakan apabila :
a. Keropos / retak
b. Tidak dilengkapi pin pengunci pada silinder hidraulik
c. Tidak dilengkapi kanopi pelindung tumpahan material.
3. Pemasangan bak dump truck harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan /
standar yang berlaku.
Pasal 110

1. Batang penyambung ( tow ) harus :


a. Dirancang sesuai dengan daya tarik atau daya dorong truk meliputi bentuk, dimensi dan
kapasitas
b. Dibuat dari bahan baja dengan factor keamanan paling sedikit 5
2. Pemasangan bola pengikat ( hitch ball ) pada batang penyambung ( tow ) truk / benda yang
ditarik atau didorong harus pada posisi di atas dan dilengkapi atau pin pengunci.
3. Dilarang menggunakan batang penyambung ( tow ) pada kondisi mengalami perubahan
bentuk lebih besar dari 5 ⁰ dari pangkal.
4. Dilarang menggunakan bola pengikat ( hitch ball ) pada penyambung batang ( tow ) apabila
mengalami perubahan posisi horizontal lebih besar dari 1⁰ atau 25 mm diukur dari permukaan
batang penyambung dengan bola pengikat ( hitch ball ).

Pasal 111

1. Pengoperasian truk harus :


a. Dilakukan pada permukaan landasan yang rata dan tidak miring saat memuat dan
menurunkan muatan
b. Dipastikan sisi belakang bebas dari orang pada saat menurunkan muatan dengan cara
memiringkan bak ( bucket )
2. Muatan pada bak ( bucket ) tidak boleh melebihi tinggi dinding bak ( bucket )
3. Gerakan bak ( bucket ) dump truck pada saat menurunkan muatan harus dilakukan secara
perlahandengan memeperhatikan berat dan volume muatan.
4. Dilarang menggerakkan truk pada saat memuat dan menurunkan muatan.

Bagian Keenam
Robotik dan Konveyor
Pasal 112

1. Robotik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf c selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki pita magnetic / lintasan
2. Konveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf e selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 70 juga memiliki ban / sabuk , rantai dan
roller.
Pasal 113

Pita magnetic / lintasan harus :


a. Dapat terbaca dengan jelas oleh sensor pada Automated Guided Vehicle
b. Bebas dari rintangan yang dapat menghalangi sinyal antara pita magnetic ke sensor pada
Automated Guided Vehicle.

Pasal 114

1. Automated Guided Vehicle harus :


a. Memiliki alat pengaman untuk menjaga tetap berada diatas lintasannya sesuai dengan
arah yang telah ditetapkan
b. Dilengkapi dengan sensor pembaca lokasi ( global positioning system )
c. Dielngkapi dengan sensor ( laser scanner ) yang dapat menghentikan secara otomatis
apabila lintasan terhalang oleh manusia atau benda lain.
2. Area kerja Automated Guided Vehicle harus :
a. Tersedia kamera pengawas dan monitor yang dapat menjangkau seluruh area
pengoperasian
b. Diawasi oleh Operator melalui monitor
c. Diberi rambau dan penanda lintasan operasi

Pasal 115

1. Pengoperasian Automated Guited Vehicle harus :


a. Diperiksa oleh Operator, khususnya perangkat keras dan perangkat lunak sebelum
dioperasikan
b. Dapat dikendalikan secara manual apabila dalam pengoperasiannya terjadi kegagalan
system operasi otomatis
2. Automated Guited Vehicle dilarang digunakan untuk :
a. mengangkat bahan berbahaya
b. mengangkut material yang melebihi ukuran yang direncanakan
3. setiap orang dilarang melewati / menghalangi Automated Guited Vehicle yang sedang
beroperasi

Pasal 116

1. Ban / sabuk yang digunakan harus :


a. Mempunyai dimensi sesuai dengan jenis dan kapasitas muatan / barang
b. Terbuat dari bahan kuat, tahan terhadap tegangan tarik dan perubahan bentuk
2. Khusus untuk pemindahan makanan, ban / sabuk harus terbuat dari bahan food grade sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan atau standar yang berlaku.
3. Pemasangan ban / sabuk harus dipasatikan terpasang denagn kencang dan tegangan merata
untuk mencegah slip.
4. Setiap orang dilarang menggunakan ban / sabuk yang mengalami sobek memanjang lebih
besar dari 10 % dari panjang, dan sobek melintang.

Pasal 117

1. Rantau yang digunakan harus :


a. Mempunyai dimensi sesuai dengan jenis dan kapasitas muatan / barang
b. Dibuat dari bahan yang kuat dan mampu menahan muatan / tegangan tumpu
c. Dilengkapi dengan pin penghubung dan pengunci
2. Pemasangan rantai pada rangka konveyor harus kencang dan tegangan merata untuk mencegah
lepasnya mata rantai.
3. Setiap orang dilarang menggunakan rantai apabila mengalami perubhan bentuk lebih dari 10 %
dari panjang rantai yang terpasang.

Pasal 118

1. Roller yang digunakan harus :


a. Mempunyai dimensi sesuai dengan jenis dan kapasitas muatan / barang
b. Dibuat dari bahan yang kuat, mampu menahan muatan / tegangan lengkung dan
memiliki permukaan yang rata.
2. Pemasangan roller pada rangka konveyor harus tegak lurus pada bidang dudukan dan
dilengkapi bantalan ( bearing ).
3. Setiap orang dilarang menggunakan roller apabila :
a. Mengalami perubahan bentuk lebih dari 10 % dari jumlah roller yang terpasang
b. Bantalan mengalami kerusakan.

Pasal 119

1. Konstruksi mekanis konveyor harus :


a. Kuat dana aman untuk menunjang muatan yang telah ditetapkan bagiannya atau
beban kerja aman
b. Dapat meniadakan titik – titik geser yang berbahaya antara bagian – bagian yang
bergerak dengan benda kerja atau muatan yang berpindah ataupun tetap dan
dilengkapi alat pelindungan.
2. Konveyor harus dilengkapi dengan :
a. System pengereman yang mampu menahan dengan aman pada posisi turun , miring
dan vertical karena gaya garvitasi.
b. Alat penanda beban lebih yang harus berfungsi dan mudah diketahui
c. System pelumasan otomatis
3. Konveyor yang tidak tertutup yang dilalui Tenaga Kerja, melewati di atas jalan, Tempat kerja
dan jembatan, pada bagian bawahnya harus dipasang alat pelindung berupa tutup pengaman
yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.6 m .
4. Jika konveyor membentang sampai pada tempat yang tidak kelihatan dari pos kontrol, harus
dilengkapi dengan sirine atau lampu materi dan harus dibunyikan oleh Operator sebelum
menjalankan mesin.
5. Jika tinggi ujung pengisian konveyor kurang dari 1 m di atas lantai, harus diberi pagar
pelindung.

Pasal 120

1. Lantai atau teras kerja konveyor pada tempat bongkar dan muat harus dalam kondisi anti slip
2. Lantai atau teras dan tempat jalan kaki disamping konveyor harus bersih dari sampah dan
bahan lain
3. Saluran air pada lantai harus disediakan di sekitar konveyor
4. Penyebrangan pada konveyor harus disediakan jembatan yang memenuhi syarat pada jarak
tidak lebih dari 300 m .

Pasal 121

1. Konveyor tertutup yang digunakan untuk membawa bahan yang dapat terbakar atau meledak
harus dilengkapi dengan lubang pelepas pengaman yang langsung menuju ke udara luar.
2. Lubang pelepas pengaman sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) tidak boleh dihubungkan
dengan cerobong, pipa lubang angina atau saluran asap untuk tujuan lain.
3. Dalam hal konstruksi pembuangan tidak dapat dibuat, saluran lubang pelepas pengaman pada
konveyor harus dilengkapi dengan tutup pelepas.

Pasal 122

1. Konveyor yang digerakkan dengan tenaga mekanik pada tempat bongkar muat, pada akhir
perjalanan dan awal pengambilan dan pada berbagai tempat lain, harus dilengkapi dengan alat
untuk menghentikan mesin atau motor penggerak ban transport dalam keadaan darurat.
2. Konveyor yang membawa muatan pada bidang yang miring harus dilengkapi dengan alat
makanis yang dapat mencegah mesin berbalik dan membawa muatan kembali kea rah tempat
memuat, jika sumber tenaga dihentikan.
3. Jika 2 konveyor atau lebih beroperasi bersama harus dipasang alat pengaman yang dapat
mengatur bekerja sedemikian rupa sehingga kedua konveyor harus berhenti apabila salah satu
konveyor harus berhenti apabila salah satu konveyor tidak dapat bekerja secara terus menerus.
4. Konveyor untuk mengangkut semen, pupuk buatan, serat kayu, pasir atau bahan sejenisnya
harus dilengkapi dengan kilang keruk atau alat lainnya yang sesuai.
5. Konveyor yang ditingallkan dan sering dilalui orang harus dilengkapi dengan tempat jalan
kaki atau teras pada seluruh panjangnya dengan lebar tidak kurang dari 45 cm dan mempunyai
sandaran standard an pagar perlindungan pinggir.
Pasal 123

1. Setiap orang dilarang menaiki konveyor


2. Setiap orang dilarang untuk mencoba menyetel atau untuk memperbaiki perlengkapan
konveyor tanpa menghentikan dahulu sumber tenaganya dan mengunci tuas atau tombol
dalam keadaan berhenti.
3. Tenaga kerja dilarang berdiri dikerangka penahan konveyor terbuka pada saat memuat atau
memindahkan barang atau pada saat membersihkan rintangan.

BAB V
ALAT BANTU ANGKAT DAN ANGKUT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 124

Alat Bantu Anagkat dan Anagkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b meliputi sling,
spreader bar, lifting beam, personal basket, jarring dan alat kelengkapan ( shackle, tumbuckle,
swivel, eyebolt, eyeruts , eyepad hooker, rings, master link, clamp, grapple, dan magnetic lifter ).

Pasal 125

Alat bantu angkat dan angkut harus :


a. Dilengkapi keterangan kapasitas beban kerja aman yang diizinkan
b. Dilengkapi kunci pengaman khusus alat bantu angkat dan angkat jenis klem pelat dan
klem jepit.
c. Dibuat dengan factor keamanan paling rendah 5 kecuali untuk sling rantai ( chain sling ).

Pasal 126

1. Penggunaan alaat bantu angkat dan angkut harus :


a. Diperiksa terlebih dahulu oleh Juru Ikat ( rigger ) sebelum digunakan untuk pengikatan
benda kerja atau muatan.
b. Sesuai dengan jenis dan kapasitas.
c. Mempunyai jarak paling sedikit 5 m dari sumber listrik bertegangan tinggi untuk jenis
personal basket dan yang terbuat dari logam
d. Dilakukan pencatatan dengan menggunakan buku catatan penggunaan ( log book ) yang
memuat jenis, jumlah dan tanggal pemeriksaan dan pengujian
2. Alat bantu angkat dan angkut harus :
a. Dilakukan perawatan secara berkas sesuai dengan buku panduan pabrik pembuat
b. Disimpan pada tempat khusus yang melindungi dari panas, cairan, bahan berbahaya dan
memiliki sirkulasi udara yang baik
c. Dimusnahkan sesuai dengan prosedur pemusnahan bila telah mengalami perubahan
bentuk, warna, cacat kerusakan, dan tidak memenuhi syarat.

Pasal 127

1. Alat bantu angkat dan angkut dilarang digunakan apabila :


a. Mengalami perubahan bentuk dan warna
b. Cacat / rusak
c. Kecepatan angina melebihi 38 km / jam
2. Setiap orang dilarang membawa / memindahkan alat bantu angkat dan angkut dengan cara
diseret.
Pasal 128

1. Pengikatan alat bantu angkat dan angkut harus kuat, aman dan seimbang.
2. Dalam hal pengikatan alat bantu angkat dan angkut tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) harus digunakan tambahan dengan alat kelengkapan berupa shackle,
tumbuckle, swivel,eyebolt,eyenuts,eyepad,hooker,rings, clamp, grapple dan magnetic lifter.

Bagian Kedua
Sling
Paragraph 1
Umum
Pasal 129

Sling meliputi sling tali kawat baja ( wire rope sling) , sling rantai ( chain sling ), sling sabuk (
webbing sling ), dan sling tali serat.

Pasal 130

1. Penggunaan sling dalam pengikatan harus sesuai dengan jenis dan kapasitas.
2. Pengikatan dengan menggunakan lebih dari 1 sling, penempatan sling harus dalam keadaan
seimbang dan sudut kaki sling yang diizinkan paling besar 120 ⁰ .
3. Perpanjangan sling dalam pengikatan harus menggunakan alat kelengkapan berupa tumbuckle,
shackle, link dan rings.
4. Setiap orang dilarang membuat simpul pada sling saat penggunaan sling dalam pengikatan.

Paragraph 2
Sling Tali Kawat Baja ( Wire Rope Sling )
Pasal 131

1. Sling tali kawat baja ( wire rope sling ) harus :


a. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 5
b. Dibuat pada kedua ujung dengan cara diklem, dipres denagn soket dan dianyam ( splice ).
2. Pengurangan ukuran diameter sling tali kawat baja ( wire rope sling ) tidak boleh melebihi 5 %
dari diameter semula.
Paragraph 3
Sling Rantai ( Chain sling )
Pasal 132

1. Sling rantai ( chain sling ) harus :


a. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 4
b. Dibuat pada kedua ujungnya dengan cara pengelasan antara mata rantai dengan hook,
hooker, ring atau dengan cara menggunakan pin.
2. Perubahan panjang mata rantai sling rantai ( chain sling ) tidak lebih dari 5 % dari ukuran
panajng mata rantai semula.
3. Pengausan mata rantai satu sama lainnya tidak melebihi 10 % dari diameter rantai semula.
4. Sling rantai ( chain sling ) dilarang :
a. Dipukul walupun untuk maksud meluruskan atau memasang pada tempatnya
b. Disilang dipelintir, dikusustkan, untuk dibuat simpul.
c. Ditarik bila terhimpit beban
d. Dijatuhkan dari suatu ketinggian
e. Diberi beban kejutan
f. Digunakan pada temperature di atas 204 ⁰ C dan di bawah – 40 ⁰C .
5. Sling rantai ( chain sling ) yang rusak dapat digunakan kembali setelah dilakukan perbaikan
oleh orang yang memiliki kompetensi di bidang perbaikan rantai.
Paragraph 4
Sling Sabuk ( Webbing Sling )
Pasal 133

1. Sling sabuk ( webbing sling ) harus :


a. Mempunyai factor keamanan paling sedikit
b. Dianyam atau dijahit pada kedua ujung
2. Sling sabuk ( webbing sling ) dilarang digunakan jika :
a. Mengalami perubahan warna, sobek, putus jahitan, terkikis, berlubang , meleleh atau
kerusakan lainnya
b. Pernah terbakar, terkena zat asam
c. Temperature di atas 90 ⁰ C dan dibawah - 40⁰ C .

Paragragf 5
Sling Tali Serat ( Synthetic Rope Sling )
Pasal 134

1. Sling tali serat ( synthetic rope sling ) harus :


a. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 5
b. Dianyam ( splice ) pada kedua ujungnya
2. Pengurangan diameter sling tali serat ( synthetic rope sling ) tidak boleh melebihi 10 % dari
diameter semula.
3. Sling tali serat ( synthetic rope sling ) dilarang digunakan jika :
a. Mengalami perubahan warna, terkikis, meleleh atau kerusakan lainnya.
b. Terkena bagian yang tajam dari thimble atau komponen lainnya yang berkarat.
c. Temperature di atas 90 ⁰ C dan dibawah – 40 ⁰ C .

Bagian Ketiga
Batang Balok ( Spreader bar )
Pasal 135

1. Batang balok ( Spreader bar ) harus :


a. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 6 untuk batang baja dan untuk rantai
mempunyai factor keamanan paling sedikit 4
b. Dilengkapi pengait pada batang baja bagian atas maupun bawah sebagai tempat sling
rantai ( chain sling ).
2. Penempatan pengait harus pada titik keseimbangan batang balok ( Spreader bar ).
3. Batang balok dapat dibuat dari baja pejal, H – beam, dan direncanakan mampu menahan beban
maksimum yang diizinkan.
4. Batang balok ( Spreader bar ) dilarang digunakan jika mengalami retak,melengkung dan
keropos.
5. Sling rantai ( chain sling ) pada batang balok ( spreader bar ) harus sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132.

Bagian Keempat
Balok Pengangkat ( Lifting Beam )
Pasal 136

1. Balok pengangkat ( lifting beam ) harus :


a. Mempunyai faaktor keamanan paling asedikit 6 untuk balok baja dan untuk rantai
mempunyai factor keamanan paling sedikit 4
b. Dilengkapi pengait pada balok baja bagian atas maupun bawah sebagai tempat hook
crane, sling rantai ( chain sling ) , sling tali kawat baja ( wire rope sling ), pencengkram
( grapple ) kait ( hooker ) dan magnetic lifter.
2. Penempatan pengait harus pada titik keseimbangan batang balok pengangkat.
3. Balok pengangkat ( lifting beam ) dapat dibuat dari baja pejal, H – beam dan direncanakan
mampu menahan beban maksimum yang diizinkan.
4. Batang balok pengangkat dilarang digunakan jika mengalami retak, melengkung dan keropos.
5. Sling rantai ( chain sling ) pada balok pengangkat ( lifting beam ) harus sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132.

Bagian Kelima
Keranjang Manusia ( Personal Basket )
Pasal 137

1. Keranjang manusia ( personal basket ) yang terbuat dari baja harus :


a. Mempunyai konstruksi kuat dan aman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan atau standar yang berlaku.
b. Mempunyai factor keamanan paling sedikit 5
c. Dilengkapi dengan pengaman pinggir ( toeboard )
d. Memiliki pintu penutup yang dapat dikunci dan dibuka secara aman
e. Memiliki atap pelindung yang dilengkapi dengan pengait
f. Dirancang dengan tinggi paling sedikit 2 m dari lantai kerja.
2. Tenaga kerja yang berada di dalam keranjang manusia ( personal basket ) harus dilengkapi full
body horness.
3. Setiap orang dilarang menggunakan keranjang manusia ( personal basket ) yang terbuat dari
baja yang mengalami keropos, karat, retak pada bagian rangka dan lantai kerjanya.

Pasal 138

1. Keranjang manusia ( personal basket ) yang menggunakan tali serat sintetis dan digunakan
dipermukaan atau di atas air harus :
a. Mempunyai factor keamanan 5
b. Dilengkapi dengan pelampung dan tali pengatur ( tag line )
2. Tenaga kerja yang berada di dalam keranjang manusia ( personal basket ) yang bekerja
dipermukaan atau di atas air harus dilengkapi pelampung.
3. Setiap orang dilarang menggunakan keranjang manusia ( personal basket ) yang bekerja
memakai tali serat sintesis jika mengalami :
a. Perubahan warna, terkikis, meleleh atau kerusakan lainnya
b. Pengurangan diameter tali melebihi 10 % dari diameter semula.

Bagian Keenam
Alat Kelengkapan
Pasal 139

1. Alat kelengkapan berupa : shackle,tumbuckle,swivel,eyebalt,eyenuts,eyepad,hooker,rings,master


link, dan clamp harus :
a. Digunakan sesuai dengan jenis, kapasitas, bentuk muatan
b. Dilakuakan pemilihan sesuai dengan jenis alat bantu angkat dan angkut dalam pengikatan
kecuali jaring.
2.Setiap orang dilarang menggunakan alat kelengkapan berupa shackle,
tumbuckle,swivel,eyebalt,eyenuts,eyepad,hooker,tings,masker link,dan clamp jika mengalami :
a. Perubahan dimensi 10 % dari dimensi semula.
b. Perubahan bentuk , kerusakan ulir, retak dan korosi.
3. Alat kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) harus dimusnahkan.
BAB VI
PERSONEL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 140

1. Pemasangan dan perakitan, pemakaian atau pengoperasian , pemeliharaan dan perawatan ,


perbaikan , perubahan atai modifikasi, serta pemeriksaan dan pengujian harus dilakukan oleh
personel yang mempunyai kompetensi dan kewenanngan di bidang K3 Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
2. Personel sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) meliputi :
a. Teknisi
b. Operator
c. Juru Ikat ( rigger )
d. Ahli K3 bidang pesawat angkat dan pesawat angkut
3. Kompetensi personel sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) harus dilakukan dengan sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan .
4. Kewenangan personel teknisi, operator dan juru ikat ( rigger ) sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 2 ) huruf a, huruf b dan huruf c harus dibuktikan dengan Lisensi K3.
5. Kewenangan personel ahli K3 bidang pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 2 ) huruf d dibuktikan dengan surat keputusan penujukan dan kartu tanda kewenangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan .

Pasal 141

1. Pemasangan dan perakitan, pemeliharaan dan perawatan , perbaikan, dan perubahan atau
modifikasi pesawat angkat dan pesawat angkut harus dilakukan oleh operator dengan
kualifikasi sesuai jenis dan kapasitas pesawat angkat dan pesawat angkut.
2. Pengoperasian pesawat angkat dan pesawat angkut harus dilakukan oleh operator dengan
kualifikasi sesuai jenis dan kapasitas pesawat angkat dan pesawat angkut.
3. Pengoperasian pesawat angkat dan pesawat angkut yang karena kekhususannya harus dibantu
oleh juru ikat ( rigger ).
4. Pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat dan pesawat angkut dilakukan oleh ahli K3 bidang
pesawat angkat dan pesawat angkut dan pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.

Pasal 142

1. Operator sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 141 ayat ( 2 ) meliputi :


a. Operator Pesawat Angkat
b. Operator Pesawat Angkut
2. Kualifikasi Operator sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Kedua
Kompetensi Personel K3
Pasal 143

1. Kompetensi personel K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 ayat ( 3 ) sesuai SKKNI
yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Dalam hal SKKNI sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) belum tersedia, Menteri wajib
menetapkan SKKNI paling lama 2 tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
Bagian Ketiga
Penunjukkan Teknisi
Pasal 144

Teknisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat ( 1 ) harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMK jurusan teknik atau sederajat
b. Memiliki pengalaman paling singkat 2 tahun dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berumur paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya dan memiliki Lisensi K3.

Bagian Keempat
Penunjukan Operator Pesawat Angkat
Pasal 145

Operator Pesawat Angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat ( 1 ) huruf a meliputi
operator:
a. Dongkrak yang terdiri atas Operator lier, dongkrak hidraulik, dongkrak pneumatic, post
lift, truck / car lift, dan peralatan lain yang sejenis.
b. Keran angkat yang terdiri atas Operator overhead crane,overhead traverling crane, hoist
crane, chain block,monorail crane, wall crane / jib crane, stacker crane, gantry crane,
semi gantry crane, laouncher gantry crane , roller gantry crane, rail mounted gantry
crane, rubber tire gantry crane, ship unloader crane, gantry luffing crane, container
crane, portal crane, ship crane, barge crane, derrick ship crane, dredging crane, pontan
crane, floating crane, floating derricjs crane, floating ship crane, cargo crane, crawler
crane, mobile crane, lokomotif crane, side boom crane / crab crane, derrick crane, tower
crane, pedestal crane, hidraulik drilling rig, pilling crane / mesin pancang dan peralatan
lain yang sejenis
c. Alat angkat pengatur posisi benda kerja , yang terdiri atas Operator rotator, raobotik,
takel, dan peralatan lain yang sejenis.
d. Personel platform yang terdiri atas Operator passenger hoist, gondola, dan peralatan lain
yang sejenis.

Pasal 146

Operator dongkrak dan Operator personal platform sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 huruf
a dan huruf d harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan di bidangnya
c. Surat keterangan sehat bekerja dari dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya
f. Memiliki Lisensi K3.

Pasal 147

1. Operator keranm angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 huruf b diklasifikasi sebagai
berikut :
a. Operator kelas III
b. Operator kelas II
c. Operator kelas I
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) tidak berlaku bagi Operator hidrolik drilling
rig, pilling crane / mesin pancang.
Pasal 148

1. Operator keran angkat kelas III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat ( 1 ) huruf a dan
Operator hidraulik drilling rig,pilling crnae / mesin pancang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 147 ayat ( 2 ) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan memiliki Lisensi K3.
2. Operator keran angkat kelas II saebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat ( 1 ) huruf b
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan memiliki Lisensi K3
3. Operator keran angkat kelas I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ayat ( 1 ) huruf c harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 2 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan memiliki Lisensi K3

Pasal 149

Operator keran angkat kelas III yang berpendidikan SMA atau sederajat dapat ditingkatkan
menjadi Operator keran seingkat kelas II dan Operator keran angkat kelas II dapat ditingkatkan
menjadi Operator keran angkat kelas I dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Berpengalaman sebagai Operator sesuai dengan kelasnya paling singkat 2 tahun terus
menerus
b. Lulus uji Operator keran angkat sesuai dengan kualifikasinya.

Pasal 150

Operator alat angkat jenis pengatur posisi benda kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145
huruf c harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 2 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan memiliki Lisensi K3

Bagian Kelima
Penujukan Operator Pesawat Angkut
Pasal 151

Operator Pesawat Angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat ( 1 0 huruf b meliputi
operator :
a. Alat berat yang terdiri atas Operator forklift, liftruck , reach stackers, telehandler, hand
lift / hand pallet, excavator, excavator grapple, backhoe, loader, dazer, traktor, grader,
concrete, paver,asphalt paver,asphalt sprayer,asphalt finisher, compactor roller/
vibrator roller, dan peralatan lain yang sejenis.
b. Kereta yang terdiri atas Operator kereta gantung, komidi putar, roller coaster, kereta ayun
, lokomotif beserta rangkaiannya dan peralatan lain yang sejenis
c. Personel basket yang terdiri atas Operator manlift / boomlift, scissor lift, hydraoulic
stairs dan peralatan lain yang sejenis.
d. Truk yang terdiri atas operator tractor, truk pengangkut bahan berbahaya, dump truck ,
cargo truck lift, trailer, side loader truck , module transporter, axle transport, car towing
dan peralatan lain yang sejenis
e. Robotic dan konveyor yang terdiri dari Automated Guided Vehicle, sabuk berjalan, ban
berjalan, rantai berjalan dan peralatan lain yang sejenisnya.

Pasal 152

1. Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach stackers dan telehandler sebagaiamana
dimaksud dalam Pasal 151 huruf a diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Operator kelas II dan
b. Opertaor kelas I
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) tidak berlaku bagi Operator hand lift / hand
pallet, excavator , excavator grapple , backhoe, loader, dozer, traktor, grader, concrete paver,
asphalt paver , asphalt sprayer , asphalt finisher, compactor roller / vibrator roller.

Pasal 153

1. Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach stackers, telehandler kelas II sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 152 ayat ( 1 ) huruf a harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3
2. Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach stackers, telehandler kelas I sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 152 ayat ( 1 ) huruf b harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 2 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3
Pasal 154

Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach stackers, telehandler kelas II yang berpendidikan
SMA atau sederajat dapat ditingkatkan menjadi Operator forklift / liftruck , rack stackers, reach
stackers, telehandler kelas I dengan persyaratan :
a. Berpengalaman sebagai Operator sesuai dengan kelasnya paling singkat 2 tahun terus
menerus dan
b. Lulus uji Operator forklift / liftruck sesuai dengan kualifikasinya.

Pasal 155

Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf c, Pasal 151 huruf d dan Pasal 152 ayat (
2 ) harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMP / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3
pasal 156

Operator kereta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf b dan Operator robotic dan
konveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf e, harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 2 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 20 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3

Bagian Keenam
Penunjukan Juru Ikat ( Rigger )
Pasal 157

Juru Ikat ( Rigger ) sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 ayat ( 4 ) harus memenuhi
persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah SMA / sederajat
b. Berpengalaman paling singkat 1 tahun membantu pelayanan dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 19 tahun
e. Memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya dan
f. memiliki Lisensi K3

Bagin Ketujuh
Penunjukan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
Pasal 158

Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141
ayat ( 5 ) harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah diploma III bidang teknik atau sederajat
b. Memiliki rpengalaman paling singkat 2 tahun dibidangnya
c. Sehat untuk bekerja menurut keterangan dokter
d. Berusia paling rendah 23 tahun dan
e. Memiliki surat keputusan penunjukan oleh Menteri dan kartu tanda kewenangan

Bagian Kedelapan
Tata Cara Memperoleh Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 159

1. Untuk memperoleh Lisensi K3 Teknisi , Operator atau Juru Ikat ( rigger ) , Pengurus /
Pengusaha mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan :
a. Fotokopi ijazah pendidikan terakhir
b. Surat keterangan berpengalaman kerja sesuai dengan bidngnya masing – masing yang
diterbitkan oleh perusahaan tempat bekerja
c. Surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter
d. Fotopi Kartu Tanda Pengenal
e. Fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya dan
f. Pas photo berwarna ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar dan ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2
lembar
2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan pemeriksaan dokumen dan
evaluasi oleh tim.
3. Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dinyatakan lengkap dan
memenuhi syarat , Direktur Jenderal menerbitkan Lisensi K3.

Bagian Kesembilan
Tata Cara Memperoleh Surat Keputusan Penunjukkan Dan Kartu Tanda Kewenangan

Pasal 160

1. Untuk memperoleh surat keputusan penunjukkan dan kartu tanda kewenangan Ahli K3 Bidang
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut, Pengurus / pengusaha mengajukan permohoan tertulis
kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan :
a. Fotokopi ijazah pendidikan terakhir
b. Surat keterangan berpengalaman kerja bagi ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut yang disediakan oleh perusahaan.
c. Surat keterangan sehat untuk bekerja ( lift to work ) dari dokter
d. Fotokopi kartu tanda penduduk
e. Fotokopi sertifikat kompetensi
f. Laporan praktek kerja lapangan untuk pemeriksaan 15 jenis Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut
g. Pasa photo berwarna ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar dan ukuran 4 x 6 cm sebanyak
2 lembar.
2. Permohon sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan pemeriksaan dokumen dan
evaluasi oleh tim. Dalam hal persyaratan sebagaiamana dimaksud pada ayat ( 1 ) dinyatakan
lengkap dan memenuhi syarat, Direktur Jenderal menerbitkan surat keputusan penunjukkan
dan kartu tanda kewenangan.
Pasal 161

1. Dalam hal sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 140 ayat ( 3 ) belum ada,
dapat menggunakan surat keterangan telah mengikuti pembinaan K3 yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal .
2. Pembinaan K3 sebagimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan sesuai dengan pedoman
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Bagian Kesepuluh
Perpanjangan Surat Keputusan Penunjukkan , Kartu Tanda Kewenangan dan Lisensi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pasal 162

1. Surat Keputusan Penunjukkan dan Kartu tanda kewenangan ahli K3 Bidang Pesawat Angkat
berlaku untuk jangkau waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
2. Lisensi K3 Teknisi, Opertaor dan Juru Ikat ( rigger ) berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan
dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
3. Permohonan perpanjangan Surat Keputusan penunjukan dan kartu tanda kewenangan Ahli K3
Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) diajukan oleh
Pengurus dan Pengusaha kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan :
a. Asli surat keputusan penujukan Ahli K3 yang akan diperpanjang.
b. Asli kartu tanda kewenangan yang akan diperpanjang.
c. Surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter
d. Fotokopi kartu tanda penduduk
e. Fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya
f. Laporan kegiatan selama masa berlaku
g. Pas foto berwarna ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar dan ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2
lembar.
4. Permohonan perpanjangan Lisensi K3 Teknisi, Operator,dan Juru Ikat ( rigger ) sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 2 ) diajukan oleh Pengurus dan Pengusaha kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan :
a. Asli Lisensi K3 yang diperpanjang
b. Surat keterangan sehat untuk bekerja dari dokter
c. Fotokopi kartu tanda penduduk
d. Fotokopi sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya
e. Laporan kegiatan selama masa berlaku
f. Pas foto berwarna ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar dan ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2
lembar
5. Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) dan ayat ( 4 ) diajukan paling
lambat 30 hari sebelum masa berlakunya berakhir.

Pasal 163

1. Surat keputusan penunjukan , kartu tanda kewenangan, dan lisensi k3 hanya berlaku selama
yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang mengajukan permohonan.
2. Dalam hal operator, teknisi juru ikat ( rigger ) dan ahli bidang pesawat angkat dan pesawat
angkut pindah tempat bekerja sebelum berakhirnya masa berlaku surat keputusan penunjukan,
kartu tanda kewenangan , dan lisensi K3 maka surat keputusan penunjukan, kartu tanda
kewenangan , dan lisensi K3 dapat dilakukan perubahan melalui permohonan dari perusahaan
tempat operator , teknisi , juru ikat (rigger ) , dan ahli K3 bidang pesawat angkat dan pesawat
angkut bekerja.

Bagian kesebelas
Tugas Dan Kewenangan Teknisi
Pasal 164

1. Teknisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 ayat ( 1 ) merupakan Tenaga Kerja yang
memiliki tugas :
a. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan K3 pesawat angkat dan
pesawat angkut.
b. Melaksanakan identifikasi potensi bahaya pemasangan atau perakitan , pemeliharaan /
perawatan , perbaikan , perubahan ataumodifikasi pesawat angkat dan pesawat angkut.
c. Melaksanakan identifikasi potensi bahaya pemasangan atau perakitan , pemeliharaan /
perawatan ,Alat Bantu Angkat dan Angkut serta kelengkapannya.
d. Melaksanakan teknik dan syarat – syarat K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dalam
pemasangan atau perakitan, pemeliharaan / perawatan, perbaikan, perubhan atau
modifikasi dan pemeliharaan Peaswat Angkat dan Pesaawat Angkut dan Alat Bantu
Angkat dan Angkut serta kelengkapannya.
e. Bertanggung jawab atas hasil pemasangan, pemeliharaan, perbaikan dan pemeriksaan
peralatan / komponen Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
2. Teknisi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut berwenang melakukan :
a. Pemasangan , perbaaikan, atau perawatan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
b. Pemeriksaan, penyetelan, dan mengevaluasi keadaan Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut , dan
c. Membantu pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Pengawas
Ketenagakerjaan spesialis dan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
Bagian Keduabelas
Tugas dan Kewenangan Operator
Pasal 165

1. Operator sebagimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat ( 2 ) merupakan Tenaga Kerja yang
memiliki tugas :
a. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan K3 Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
b. Melakukan identifikasi potensi bahaya pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
c. Melakukan teknik dan syarat – syarat K3 pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesewat
Angkut
d. Melakukan pengecekan terhadap kondisi atau kemampuan kerja Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut , Alat Pengaman, dan alat – alat perlengkapan lainnya sebelum
pemgoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Aangkut.
e. Bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
dalam keadaan aman.
2. Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat ( 2 ) berwenang menghentikan Pesawat
Angkat dan Pesawar Angkut jika Alat Pengamn atau perlengkapan Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut tidak berfungsi dengan baik atau rusak.
3. Operator keran angkat kelas I selain berwenanng melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 2 ) juga berwenang:
a. Mengoperasikan keran menara tanpa batasan ketinggian.
b. Mengoperasian keran angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas lebih dari 100 ton, dan
dengan kapasitas lebih dari 100
c. Mengawasi dan membimbing kegiatan Operator kelas II dan Operator kelas III, apabila
perlu didampingi oleh Operator kelas II dan kelas III.
4. Operator keran angkat kelas II selain berwenang melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 2 ) juga berwenang :
a. Mengoperasikan keran angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas lebih dari 25 ton sampai
dengan 100 ton atau tinggi menara sampai dengan 60 m
b. Mengawasi dan membimbing kegiatan Operator kelas III, apabila perlu didampingi oleh
Operator kelas III.
5. Operator keran angkat kelas III selain berwenang melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 2 ) juga berwenang mengoperasikan keran angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas sampai
dengan 25 ton atau tinggi menara samapai dengan 40 m.
6. Operator forklift / lifttruck , rock stackers, reach stackers, telehandler kelas I selain berwenang
melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) juga berwenang :
a. Mengoperasikan forklift / lifttruck , rack stackers, reach stackerr, telehandler , rack
stackers, dengan kapasitas lebih dari 15 ton.
b. Mengawasi dan membimbing kegiatan Operator kelas II.
7. Operator forklift / lifttruck, rack stackers, telehandler kelas II selain berwenang melakukan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) juga berwenang menoperasikan forklift/lifttruck,rack
stackers, reach stackers, telehandler sesuai jenisnya dengan kapasitas sampai dengan 15 ton.

Bagian Ketigabelas
Tugas Dan Kewenangan Juru Ikat ( Rigger )
Pasal 166

1. Juru Ikat ( rigger ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat ( 3 ) merupakan Tenaga Kerja
yang memiliki tugas :

a. Melaksanakan identifikasi potensi bahaya pengikatan benda kerja dan Alat Bantu Angkat
dan Angkut.
b. Melaksanakan tehnik dan syarat – syarat K3 pengikatan benda kerja dalam pencegahan
kecelakaan kerja.
c. Melakukan pemilihan Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat kelengkapannya sesuai
dengan kapasitas beban kerja aman.
d. Melakukan pengecekan terhadap kondisi pengikatan aman dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut serta alat kelengkapannya yang digunakan.
e. Melakukan perawatan Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat kelengkapannya.
2. Juru Ikat ( rigger ) berwenang melakukan :
a. Pengikatan muatan / barang atau bahan sesuai dengan prosedur pengikatan dan hasil
perhitungan.
b. Pemeriksaan Alat Bantu Angkat dan Angkut sebelum digunakan.
c. Pemberian aba – aba pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.

Bagian Keempabelas
Tugas dan Kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
Pasal 167

1. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141
ayat ( 4 ) merupakan Tenaga Kerja yang memiliki tugas :
a. Membantu pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan Pesawat Angkat dan
Angkut.
b. Membantu pengawasan ketentuan peraturan perundang – undangan Pesawat Angkat dan
Pesawar Angkut.
c. Melakukan identifikasi, analisa, penilaian, dan pengendalian potensi bahaya Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut.
d. Memeriksa dan menganalisa stabilitas
e. Memeriksa , menganalisis, dan menguji Pesawat Angkat dan perlengkapannya.
f. Memeriksa, menganalisis, dan menguji Pesawat Angkut dan perlengkapannya.
g. Memeriksa, menganlisis, dan menguji Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat
kelengkapannya.
h. Melaksanakan pengujian tidak merusak
i. Membuat laporan dan analisis hasil pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
2. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan, pengukuran, dan evaluasi keadaan Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
b. Melakukan pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat.
c. Melakukan pemeriksaan dan pengujian Peaswat Angkut.
d. Melakukan pemeriksaan dan pengujian Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat
kelengkapannya.
e. Memberikan saran perbaikan terhadap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dan
penggunaan Alat Bantu Angkat dan Angkut serta kelengkapannya jika hasil pemeriksaan
berbahaya atau tidak aman atau tidak memenuhi syarat K3.

Bagian Kelimabelas
Kewajiban
Pasal 168

Teknisi berkewajiban :
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan .
b. Melaksanakan standar prosedur kerja aman.
c. Membuat laporan hasil pemasangan, pemeriksaan, perbaikan dan pemeriksaan peralatan /
komponen Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
d. Mengisi buku kerja dan membuat laporan bulanan sesuai dengan pekerjaan yang telah
dilakukan .
e. Melaporkan kepada atasan langsung mengenai kondisi Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut yang menjadi tanggung jawabnya jika tidak aman atau tidak layak pakai.

Pasal 169

1. Operator Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut :


a. Mematuhi ketentuan peraturan perundang – undangan di bidang K3.
b. Melaksanakan standar prosedur kerja aman.
c. Tidak meninggalkan tempat / ruang kerja pengoperasian Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut selama tenaga penggerak bekerja.
d. Mengkoordinasikan Operator kelas II dan Operator kelas III bagi Operator kelas I, dan
Operator kelas II mengawasi dan mengkoordinasikan Operator kelas III.
e. Mengisi buku kerja dan membuat lapoarna harian selama mengoperasikan Pesawar
Angkut.
f. Segera melaporkan kepada atasan jika Alat Pengaman atau perlengkapan Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut tidak berfungsi dengan baik atau rusak.
2. Juru Ikat ( rigger ) berkewajiban :
a. Mematuhi peraturan perundang – undangan di bidang K3.
b. Melaksanakan standar prosedur pengikatan aman.
c. Mengisi buku kerja dan membuat laporan harian sesuai dengan pekerjaan yang telah
dilakukan .

Pasal 170

Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut berkewajiban :


a. Mematuhi ketentuan peraturan perundang – undangan di bidang K3.
b. Menyusun rencana kerja pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut .
c. Membuat analisis kemampuan dan kinerja Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
d. Menyusun tindakan pengamanan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
e. Membuat laporan hasil pemeriksaan dan pengujian.

Pasal 171

1. Pengurus dan Pengusaha dilarang memperkerjakan :


a. Teknisi, Operator, dan Juru Ikat ( rigger ) yang tidak memiliki Lisensi K3 .
b. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang tidak memiliki surat
keputusan penunjukan dan kartu tanda kewenangan.
2. Pengurus dan Pengusaha harus menyediakan buku kerja yang berisi rekaman kegiatan.
3. Pengurus dan Pengusaha wajib melakukan pemeriksaan buku kerja Teknisi, Operator dan Juru
Ikat ( rigger ) yang berada di bawah pimpinannya setiap 3 bulan sekali.
4. Buku kerja sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) menggunakan format sebagimana tercantum
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Keenambelasan
Pencabutan
Pasal 172

1. Pencabutan surat keputusan penunjukkan dan kartu tanda kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan.
2. Pencabutan Lisensi K3 Teknisi, Operator, dan Juru Ikat ( rigger ) jika yang bersangkutan
terbukti :
a. Melakukan tugasnya tidak sesuai dengan jenis dan kualifikasinya.
b. Melakukan kesalahan, kelalaian, atau kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan
berbahaya atau kecelakaan kerja.
c. Tidak melaksanakan kewajiban yang dipersyaratkan.

BAB VII
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
Pasal 173

1. Setiap kegiatan perencanaan , pembuatan, pemasangan dan perakitan, pemakaian atau


pengoperasian, perbaikan, perubahan atau modifikasi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
2. Setiap kegiatan perencanaan, pembuatan, pemakaian,Alat Bantu Angkat dan Angkut harus
dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
3. Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) harus
dilakukan oleh :
a. Pengawasan Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
b. Penguji K3 yang mempunyai kompetensi di bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
c. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
4. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) harus sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri ini / standar Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.

Pasal 174

Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 meliputi pemeriksaan dan
pengujian :
a. Pertama
b. Berkala
c. Khusus
d. Ulang

Pasal 175

1. Pemeriksaan dan pengujian pertama sebagaimana dimaskud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf a
dilakukan pada :
a. Pembuatan
b. Pemasangan / perakitan.
c. Perbaikan dan perubahan atau modifikasi.
d. Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang belum pernah dilakukan pemeriksaan dan
pengujian yang akan digunakan atau baru, yang diimpor / yang disewakan.
2. Pemeriksaan dan pengujian pertama sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) meliputi :
a. Pemeriksaan dokumen
b. Pemeriksaan visual
c. Pengukuran teknis / dimensi.
d. Pengujian tidak merusak pada komponen utama / yang menerima beban.
e. Pengujian fungsi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
f. Pengujian beban dinamis dengan memberikan beban secara bertahap hingga 100 %
beban kerja aman.
3. Pengujian beban statis harus dilaksanakan :
a. Paling sedikit 110 % beban kerja aman untuk Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut ,
kecuali untuk keran angkat yang menggunakan girder atau tidak memiliki table beban (
load chart ) paling sedikit 125 % beban kerja aman.
b. Paling sedikit 150 % beban kerja aman secara bertahap untuk dongkrak.
c. Paling sedikit 150 % dan paling besar 200 % beban kerja aman untuk Alat Bantu Angkat
dan Angkut serta alat kelengkapannya.

Pasal 176

1. Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf
b untuk Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dilakukan paling lambat 2 tahun setelah
pemeriksaan dan pengujian pertama dan selanjutnya dilakukan setiap 1 tahun sekali.
2. Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf
b untuk Alat Bantu Angkat dan Angkut serta alat kelengkapannya dilakukan paling lambat 1
tahun sekali.
3. Pemeriksaan dan pengujian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat( 2 )
meliputi :
a. Pemeriksaan dokumen
b. Pemeriksaan visual
c. Pengukuran teknis / dimensi
d. Pengujian tidak merusak pada komponen utama dan yang menerima beban
e. Pengujian fungsi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
f. Pengujian beban dinamis dengan memberikan beban secara bertahap hingga 100 % beban
kerja aman
g. Pengujian beban statis harus dilaksanakan :
 Paling sedikit 110 % beban kerja aman untuk Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut,
kecuali untuk keran angkat yang menggunakan girder atau tidak memiliki table keran (
load chart ) paling sedikit 125 % beban kerja aman.
 Paling sedikit 150 % beban kerja aman secara bertahap untuk jenis dongkrak.
 Paling sedikit 150 % dan paling besar 200 % beban kerja aman untuk Alat Bantu Angkat
dan Angkut serta alat kelengkapannya.

Pasal 177

1. Pemeriksaan dan pengujian khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf
c dilakukan setelah terjadi kecelakaan kerja, kebakaran, dan peledakan.
2. Pemeriksaan dan pengujian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan sesuai
dengan ketentuan perundang – undangan.

Pasal 178

1. Pemeriksaan dan pengujian ulang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 174 ayat ( 1 ) huruf d dilakukan jika hasil pemeriksaan dan pengujian
sebelumnya terdapat keraguan.
2. Ketentuan mengenai pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175
dan Pasal 176 berlaku secara mutatis mutandis terhadap pemeriksaan dan pengujian
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) kecuali terhadap pengujian beban statis.

Pasal 179

1. Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 menggunakan contoh
formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Mentri ini.
2. Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dikembangkan sesuai dengan jenis
dan kapasitas Pesawat Angkat, Pesawat Angkut dan Alat Bantu Angkat dan Angkut serta
kelengkapannya.
Pasal 180

1. Hasil pemeriksaan dan pengujian kegiatan perencanaan dan perubahan atau modifikasi
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat ( 1 ) harus
dilaporkan ke pimpinan unit yang membidangi pengawasan norma K3 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan .
2. Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175 sampai dengan
Pasal 178 harus dilaporkan ke pemimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan, kecuali
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut rental / penggunaanya lintas provinsi , harus dilaporkan
ke pimpinan unit yang membidangi pengawasan norma K3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
3. Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) wajib dituangkan
dalam surat keterangan memenuhi syarat K3 atau surat keterangan tidak memenuhi syarat K3
yang diterbitkan oleh pimpinan unit yang membidangi pengawsan norma K3 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.
4. Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) wajib dituangkan
dalam suarat keterangan memenuhi syarat K3 atau surat keterangan tidak memenuhi syarat K3
yang diterbitkan oleh pimpinan unit yang membidangi pengawasan ketenagakerjan atau
pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang – undangan .

Pasal 181

1. Surat keterangan yang diterbitkan wajib berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian.
2. Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) berupa surat keterangan memenuhi
syarat K3 atau surat keterangan tidak memenuhi syarat K3.
3. Data teknis yang tercantum pada surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) dapat
dikembangkan sesuai jenis dan kapasitas Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
4. Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) dibuat dalam 3 rangkap dengan
rincian :
a. Lembar pertama , untuk pemilik.
b. Lembar kedua, untuk unit pengawasan ketenagakerjaan setempat.
c. Lembar ketiga, untuk direktorat yang membidangi pengawasan norma K3.
5. Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 182

1. Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang mendapatkan surat keterangan memenuhi
persyaratan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat ( 1 ) diberikan stiker meemnuhi
syarat K3 pada setiap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
2. Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang mendapatkan surat keterangan tidak memenuhi
persyaratan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat ( 2 ) diberikan stiker tidak
memenuhi syarat K3 pada setiap Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
3. Stiker memenuhi dan tidak memenuhi syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dan
ayat ( 2 ) menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 183

Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan harus menyampaikan laporan reakpitulasi surat


keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 kepada Direktorat Jenderal yang
membidangi pengawasan ketenagakerjaan setiap 3 bulan.

Pasal 184

1. Pelapoaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) dapat dilakukan
secara elektronik / nonelektronik.
2. Pelaporan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan secara bertahap.

BAB VIII
PENGAWASAN
Pasal 185

Pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri ini di Tempat Kerja dilakasanakan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

BAB IX
SANKSI
Pasal 186

Pengurus dan pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat ( 1 ) dalam Peraturan
Menteri ini dikenakan sanksi sesuai dengan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakejaan.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 187

Pada saat Peraturan Menateri ini mulai berlaku :


a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05 / MEN / 1985 tentang Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 09 / MEN / VII / 2010
tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut ( Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 340 ).
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 452 / M / BW / 1996 tentang Pemakaian Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut Jenis Rental,dicabut dan dinyatakan tdak berlaku.
d.
Pasal 188

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang menghubungkan, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 8 Juni 2020

MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

ttd

IDA FAUZIYAH

Diundang di Jakarta
Pada tanggal 12 Juni 2020

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPBULIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 609

Plt. KEPALA BIRO HUKUM,

RENI MURSIDAYANTI
NIP. 19720603 199903 2 001
KATA PENGANTAR

Kehadiran alat-alat berat, termasuk bulldozer, dalam pelaksanaan pembangunan


khususnya di bidang konstruksi, juga bidang-bidang lain seperti pertambangan (mining)
dan pertanian (agreculture), tidak dapat ditolak lagi.

Peranan bulldozer dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi juga tidak perlu diragukan
lagi. Dengan berbagai aplikasi pengoperasian bulldozer diantaranya land clearing,
stripping, cut & fill dan sebagainya sampai ke road forming, menjadikan bulldozer salah
satu jenis alat-alat berat yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembangunan bidang
konstruksi.

Dalam pembahasan ini tidak dibatasi pada pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan
dalam pembangunan konstruksi yang meliputi di Bidang Sumber Daya Air, Bidang Jalan
dan Jembatan dan lain-lain.

Sebelum mengoperasikan alat berat, seorang operator harus memahami dan


menguasai unsur-unsur yang terkait dengan keselamatan baik alat, operatornya
maupun kepada produksi dari alat.

Unsur-unsur yang terkait tersebut antara lain adalah Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja, Pertolongan Pertama Pada Keelakaan (PPPK). Disamping itu yang terkait
dengan peralatannya itu sendiri, antara lain adalah : Struktur dan Fungsi Bulldozer, Cara
Pengoperasian Alat, Pemeliharaan Alat. Dan yang tak kalah bentingnya dalah Laporan
Harian Operasi.

Unsur-unsur tersebut itulah yang menjadi isi dari modul ini, dan unsur-unsur terebut
merupakan acuan dalam pelatihan Operator Bulldozer sesuai dengan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
.
Dengan demikian barulah dapat diharapkan ia menjadi seorang operator yang mampu
mengoperasikan bulldozer dengan hasil baik.
DAFTAR ISI

Halaman
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ………... …….. 1
BAB I dari 22
Informasi Tentang Keselamatan
1.1 ………………. …….. 1 dari 22
Label Bahaya
1.2 ……………………………………. …….. 1 dari 22
Informasi Tentang Bahaya Umun
1.3 …………… …….. 6 dari 22
Mencegah Bahaya Terjepit Dan Terpotong
1.4 ….. …….. 8 dari 22
Mencegah Terjadi Luka Bakar
1.5 ………………… …….. 9 dari 22
Mencegah Bahaya Ledakan Dan 10 dari
1.6 Kebakaran ... …….. 22
Menaiki Dan Menuruni Unit 13 dari
1.7 ……………………. …….. 22
Pintu Darurat 13 dari
1.8 …………………………………….. …….. 22
Sebelum Menghidupkan Engine 13 dari
1.9 ………………. …….. 22
Engine Hidup Tanpa Sengaja 14 dari
1.10 …………………. …….. 22
Menghidupkan Engine 14 dari
1.11 ………………………….. …….. 22
Sebelum Mengoperasikan Unit 14 dari
1.12 ………………... …….. 22
Mengoperasikan Unit 15 dari
1.13 …………………………… …….. 22
Mematikan Engine 15 dari
1.14 ……………………………… …….. 22
Parkir 15 dari
1.15 ……………………………………………... …….. 22
Menurunkan Peralatan Kerja Dengan 16 dari
1.16 Engine 22
Mati
……………………………………………….. ……..
Informasi Suara dan Tingkat Getaran 17 dari
1.17 ………… …….. 22
Ruang Operator Dan Perlindungan 18 dari
1.18 Terhadap 22
Operator
………………………………………….. ……..
Alat Pelindung Diri 20 dari
1.19 ………………………………. …….. 22
ETHOS KERJA DAN ETIKA PROFESI ……………….
BAB II ……..
2.1 Disiplin Kerja …….. 1 dari 17
……………………………………..
Disiplin dan Kompetensi Operator
2.2 …………….. …….. 2 dari 17
Pengawasan dan Sangsi
2.3 ………………………. …….. 5 dari 17
Etika Profesi
2.4 ……………………………………... …….. 5 dari 17
Nilai-Nilai Profesional
2.5 …………………………… …….. 6 dari 17
Kode Etik GAPENSI
2.7 ……………………………. …….. 7 dari 17
Kode Etik HATHI
2.8 ………………………………. …….. 8 dari 17
Undang-Undang Jasa Konstruksi 10 dari
2.9 ……………... …….. 17
STRUKTUR & FUNGSI BULLDOZER
BAB III ………………... …….. 1 dari 25
Komponen Utama
3.1 ………………………………. …….. 1 dari 25
Instrumen dan Kontrol
3.2 ………………………….. …….. 3 dari 25
Skema Power Line 15 dari
3.3 ……………………………… …….. 25
BAB IV
Fungsi Dan Prinsip Kerja Komponen 16 dari
3.4 Bulldozer …….. 25
PEMELIHARAAN BULLDOZER
………………………. …….. 1 dari 53
Pemeliharaan Alat-Alat Berat Secara
4.1 Umum …….. 1dari 53
Pemeliharaan Harian Bulldozer
BAB V 4.2 ……………….. …….. 7 dari 53
Pemeliharaan Berkala 28 dari
4.3 …………………………. …….. 53
Pengetahuan Bahan Bakar Dan Pelumas 37 dari
4.4 …… …….. 53
Materi Uji Kompetensi (Tertulis) Dan 48 dari
4.5 Praktek .. …….. 53
BAB VI PENGOPERASIAN BULDOZER
……………………… …….. 1 dari 34
Pendahuluan
5.1 ……………………………………. …….. 1 dari 34
5.2 Teknik Dasar Pengoperasian Bulldozer …….. 2 dari 34
Teknik Operasi
5.3 …………………………………. …….. 8 dari 34
Material 18 dari
5.4 …………………………………………... …….. 34
Materi Uji Kompetensi (Tertulis) 27 dari
5.5 ………………. …….. 34
SISTEM LAPORAN
…………………………………….. …….. 1 dari 20
Umum
6.1 ……………………………………………. …….. 1 dari 20
Laporan Harian Operasi
6.2 ……………………….. …….. 4 dari 20
Laporan Keselamatan Dan Kesehatan 12 dari
6.3 Kerja ... …….. 20
Materi Uji Kompetensi 18 dari
6.4 ………………………….. …….. 20
BAB I
KESELAMATAN KERJA

1.1 Informasi Tentang Keselamatan

Pada umumnya kecelakaan yang menyangkut pengoperasian perawatan serta


perbaikan, terjadi karena kesalahan di dalam memahami aturan dasar keselamatan,
atau tindakan pencegahan.
Seringkali sebuah kecelakaan bisa dicegah dengan cara mengenali situasi-situasi
yang berpotensi bahaya sebelum kecelakaan terjadi.
Seorang operator harus selalu waspada
untuk menghadapi situasi yang
membahayakan. Selain itu setiap operator
harus sudah mendapatkan pelatihan yang
cukup, terampil serta diperlengkapi dengan
sarana pelindung secara layak.

Pengoperasian, pelumasan, perawatan atau perbaikan yang tidak benar pada unit ini
akan mengakibatkan cedera atau meninggal.
Jangan mengoperasikan atau melakukan pelumasan, perawatan dan memperbaiki
unit ini sebelum saudara membaca serta mengerti isi dan maksud buku pedoman
tentang pengoperasian, perawatan dan perbaikan.

Tindakan pencegahan dan peringatan-peringatan tentang keselamatan tertulis di


dalam buku ini, serta dipasang di unit. Bila peringatan-peringatan ini tidak diikuti, bisa
membuat saudara atau orang lain mengalami cedera atau bahkan meninggal dunia.

Peringatan-peringatan itu berupa “SIMBOL PERHATIAN” diikuti oleh kata


“PERINGATAN” seperti pada gambar di bawah ini.
Arti peringatan di atas adalah :

PERHATIAN! WASPADALAH! MENYANGKUT


KESELAMATAN
SAUDARA!
Pesan yang tertulis di bawah peringatan tersebut menjelaskan potensi bahaya,
ditampilkan berupa tulisan atau gambar.

Sedangkan pengoperasian yang dapat menimbulkan kerusakan kendaraan ditandai


dengan Label peringatan ”CATATAN” pada buku ini atau di kendaraan.
Buku ini tidak bisa memuat potensi bahaya yang mungkin timbul secara menyeluruh.
Untuk itu bila perlengkapan, prosedur, metode kerja atau teknik pengoperasian tidak
direkomendasikan secara khusus di dalam buku ini, saudara harus yakin bahwa hal
tersebut tidak berbahaya bagi saudara maupun orang lain. Saudara harus yakin
bahwa prosedur perawatan, perbaikan maupun pelumasan tidak membuat kendaraan
ini menjadi tidak aman untuk dioperasikan.

Informasi, spesifikasi dan gambar-gambar yang termuat di dalam buku ini adalah
informasi yang tersedia pada saat buku ini sedang disusun. Spesifikasi, torsi, tekanan,
pengukuran, gambar-gambar atau bagian-bagian lain dapat berobah sewaktu-waktu.

1.2 Label Bahaya

Di bawah ini terdapat beberapa tanda bahaya spesifik yang dipasang pada
kendaraan. Kenalilah tanda-tanda bahaya tersebut.
Pastikan bahwa tanda-tanda bahaya tersebut dapat dibaca dengan jelas.
Gantilah Label peringatan-Label peringatan yang sudah tidak terbaca.

1.2.1 Dilarang
mengoperasika
Gambar 1
Label peringatan ini terletak di dalam ruang operator.

Jangan mengoperasik an atau bek erja pada k endaran ini sebelum


membaca dan memahami instruk si dan peringatan-peringatan yang terdapat
di dalam Buk u Pedoman Pengoperasian dan Perawatan.

Kesalahan dalam mengik uti instruk si atau tidak menghirauk an peringatan


bisa mengak ibatk an cedera atau k ematian.

1.2.2 Kesalahan di dalam penyambungan kabel jumper

Label peringatan ini terletak pada penutup


kotak batere di frame depan sebelah kiri.
Label peringatan ini juga terdapat pada
kotak batere.

Gambar

Bahaya Ledak an! Kesalahan penyambungan k abel jumper dapat menyebabk ab


batere meledak dan mencederai. Batere serie k emungk inan ditempatk an pada lok
asi yang terpisah. Untuk melak uk an penyambungan yang benar, ik utilah buk u
petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian.
1.2.3 Jangan mengebor atau mengelas struktur rops/fops
Label peringatan ini terletak di sebelah kiri belakang ROPS. Kerusakan
struktur, pernah terbalik, modifikasi perobahan
atau perbaikan secara tidak layak pada struktur ini
akan memperngaruhi kemampuan
perlindungan terhadap operator.
Jangan mengebor atau mengelas struktur ini.

Gambar 3

1.2.4 Silinder bertekanan tinggi

Gambar 4
Label peringatan ini terletak pada kedua belah kerangka track roller.

Silinder Bertek anan Tinggi.


Grease yang k eluar dari relief valve bertek anan tinggi dapat menembus k
ulit dan menimbulk an cedera. Jangan mencoba untuk melihat grease yang
sedang k eluar. Lihatlah k ek endoran track yang terjadi atau lihat silinder
penyetel-nya.
1.2.5 Recoil Spring

Gambar 5
Label peringatanini terletak pada kedua
belah
kerangka
track roller.

Gulungan pegas bertek anan apabila terlepas dan mengenai manusia ak an


menimbulk an cedera serius bahk an meninggal. Untuk menghindari
terjadinya k ecelak aan, gunak an cara dan peralatan yang benar k etik a
melepas atau memasangnya
1.2.6 Unit Injector
Label peringatan ini
ditempatkan pada setiap
valve dcover.

Gambar 6

Bahaya tersengat listrik ! Sistim injek si


ini menggunak an arus listrik bertegangan 90 -
120 volt.

1.2.7 Akumulator Hidrolis


Label peringatan ini ditempatkan di konsol sebelah kanan tempat duduk operator
Gambar 7

Label peringatan ini ditempatkan di konsol sebelah kanan tempat duduk operator

Di dalam ak umulator dan pipa-pipanya terdapat tek anan yang tinggi.


Membongk ar atau melepask an sambungan sementara masih bertek anan
dapat menimbulk an cedera serius bahk an meninggal. Ik uti instruk si pada
buk u petunjuk pemeliharaan.

Gambar 9

Label peringatan ini ditempatkan pada akumulator. Akumulator ini verada

disebelah kanan operator ditempatkan di belakang tiang ROPS. Gambar 9

Silinder bertek anan tinggi. Semburan dari dalam ak umulator ini dapat
menimbulk an cedera serius atau k ematian. Gunak an cara dan peralatan yang
benar k etik a membongk ar atau mengisi (charging). Isilah hanya dengan gas
nitrogin saja.

1.3 Informasi Tentang Bahaya Umum

Pasanglah sebuah label “JANGAN DIOPERASIKAN” atau label bahaya lain pada
kunci starter atau tuas kendali hidrolis sebelum melakukan pekerjaan perbaikan atau
perawatan.
Bila tidak ada instruksi khusus, sebaiknya lakukan pekerjaan
perawatan seperti berikut
• Turunkan Blade dan tuas kendali pada posisi TAHAN (HOLD).
• Tempatkan transmisi pada posisi netral.
• Aktifkan rem parkir.
• Matikan engine dan ambil kuncinya.
• Matikan kunci pemutus baterai dan ambil kuncinya.
1.3.1. Air dan udara bertekanan
Udara bertekanan bisa membuat cedera. Bila menggunakan udara bertekanan
untuk pembersihan, gunakan pelindung wajah, kaca mata, pakaian pelindung
dan sepatu keselamatan.
1.3.2. Tekanan terjebak
Di dalam sistim hidrolis, tekanan bisa terjebak (trapped pressure).
Membebaskan tekanan yang terjebak dapat mengakibatkan attachment
bergerak. Berhati-hatilah bila melepas sambungan pipa hidrolis (fitting).
Tekanan hidrolis yang tinggi bila dibebaskan dapat mengakibatkan pipa hidrolis
melenting. Semburan pelumas bertekanan tinggi dapat menembus kulit.
1.3.3. Penetrasi cairan
Gunakan karton atau papan untuk memeriksa kebocoran pelumas hidrolis.
Semburan cairan bertekanan meskipun hanya sebesar jarum, bisa menembus
kulit yang mengakibatkan cedera serius atau meninggal. Bila cairan menembus
kulit, hal ini harus ditangani oleh seorang dokter ahli secepatnya.
1.3.4. Tumpahan cairan
Selama melakukan pemeriksaan, pemeliharaan, pengujian, penyetelan serta
perbaikan peralatan pastikan cairan-cairan yang tumpah harus ditampung
secara benar untuk menghindari pencemaran.

Informasi
tentang asbes

Gambar 6

Debu asbes sangat merugikan bagi kesehatan. Hindari menghirup debu yang
tercemar asbes pada saat melakukan penggantian komponen yang mengandung
asbes.
Bila kemungkinan terdapat debu yang mengandung asbes, ikutilah cara-cara di bawah
ini.
• Jangan menggunakan udara bertekanan untuk membersihkan.
• Hindari menggerinda atau menyikat komponen asbes.
• Untuk membersihkan, gunakan cara basah atau menggunakan alat
penghisap debu, yang mempunyai filter partikel berefisiensi tinggi.
• Gunakan ventilasi penghisap (exhaust fan) pada pekerjaan yang
menggunakan mesin permanen.
• Ikuti peraturan serta undang-undang mengenai tempat kerja.
• Ikuti peraturan perlindungan terhadap pencemaran untuk pembuangan
asbes.
• Hindari tempat-tempat yang diperkirakan mengandung debu asbes.

1.3.5. Membuang Barang Bekas Secara Benar

Membuang barang-barang bekas secara


sembarangan dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Barang bekas yang berbahaya harus
Gambar 11 dibuang sesuai dengan peraturan setempat.
Gunakan drum yang tidak bocor untuk menampung cairan. Jangan
menumpahkan cairan berbahaya ke tanah atau ke sumber mata air.

1.4 Mencegah Bahaya Terjepit Dan Terpotong

Pasanglah batang pengunci antara kerangka depan dan belakang, sebelum


melakukan perbaikan di area tersebut.

Peralatan dan perlengkapan hidorlis harus diganjal dengan kokoh, bila saudara
sedang bekerja di bawahnya. Jangan mengandalkan silinder hidrolis untuk menahan
peralatan kerja. Peralatan tersebut bisa turun bila tuas kendali tersentuh atau pipa
hidrolisnya bocor.

Jangan menyetel apapun juga pada saat engine hidup, bila tidak ada petunjuk secara
khusus.
Hati-hatilah bila sedang memukul untuk mengeluarkan sebuah pin, karena bisa
melesat dan mengenai orang yang ada di dekatnya.
Gunakan kacamata pelindung bila sedang memukul pin.
Serpihan besi dari sebuah pin yang dipukul bisa terbang dan mencederai orang di
sekitarnya.
1.5 Mencegah Terjadi Luka Bakar
1.5.1. Cairan Pendingin
Pada suhu operasi cairan pendingin sangat panas dan bertekanan. Radiator
dan saluran-salurannya berisi air dan uap panas yang dapat
melukai bila mengenai kulit.
Memeriksa permukaan cairan pendingin hanya
boleh dilakukan setelah engine mati, dan tutup
radiator telah cukup dingin untuk dipegang dengan
tangan telanjang.
Bukalah tutup radiator dengan perlahan-lahan untuk membebaskan tekanan
yang ada di dalam sistim pendingin.
Campuran air pendingin mengandung alkali, bisa membuat cedera bila terkena
kulit, mata atau mulut.

1.5.2. Pelumas
Pelumas dan komponen-komponen yang panas bisa melukai bila tersentuh.
Bukalah penutup tanki pelumas hidrolis bila engine sudah mati, dan tutupnya
sudah cukup dingin bila disentuh dengan tangan telanjang. Bukalah penutup
tanki secara pelan-pelan untuk membebaskan tekanannya.
1.5.3. Baterai
Baterai mengeluarkan gas yang mudah terbakar dan bisa meledak.
Jangan merokok bila sedang memeriksa baterai.
Cairan elektrolit mengandung asam bisa melukai kulit.
Gunakan kacamata pelindung bila memeriksa baterai.
1.6 Mencegah Bahaya Ledakan Dan Kebakaran

semua bahan bakar, sebagian besar minyak pelumas dan beberapa campuran air
pendingin adalah bahan yang mudah terbakar.

Kebocoran atau tumpahan bahan bakar pada


permukaan yang panas dapat mengakibatkan
kebakaran.

Gambar 12
Berhati-hatilah ketika sedang mengisi bahan bakar. Jangan merokok pada saat mengisi
bahan bakar. Jangan mengisi bahan bakar pada sebuah unit di dekat api atau percikan
api. Mengisi bahan bakar harus di tempat terbuka dan
engine harus dimatikan.

Jangan merokok di tempat baterai yang sedang diisi


(charging) atau di tempat-tempat di mana bahan yang
mudah terbakar disimpan.

Batere-batere yang dihubungkan secara seri mungkin


di tempatkan pada lokasi terpisah. Bila menggunakan
baterai pembantu, hubungkan kabel positip (+) dengan
kutub positip (+) terminal baterai pembantu dengan
solenoide starter, dan kabel negatip (-) batere
pembantu dengan terminal negatip (-) motor starter.
Bila tidak dilengkapi terminal negatip, hubungkan
dengan bersihkan dan kencangkan semua
sambungan-sambungan kabel listrik dan perbaiki
kabel-kabel yang terkelupas.
Simpanlah pelumas dan bahan bakar di tempat
yang aman dengan label yang jelas.
Simpanlah majun yang mengandung pelumas dan
bahan bakar di dalam tempat yang aman.
Jangan mengelas pipa-pipa pelumas atau bahan
bakar sebelum komponen-komponen tersebut dibersihkan dengan baik.
Bersihkan kotoran-kotoran yang mudah terbakar agar tidak menumpuk di unit.
Jangan menaruh unit di dekat api terbuka.
Pelindung saluran gas buang (muffler) harus dipasang dengan baik.

1.6.1. Alat pemadam api

Lengkapilah unit saudara dengan alat pemadam api, dan ketahuilah cara
pengggunaanya dengan baik. Pemadam api harus ditaruh di tempat yang
mudah dicapai oleh operator. Lakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara
berkala dengan benar, Ikuti rekomendasi pada plat instruksi.
1.6.2. Ether

Ether adalah suatu cairan yang berbahaya serta mudah terbakar. Menghirup
uap ether atau terkena pada kulit secara berulang-ulang dapat mengakibatkan
luka.
Gunakan ether di tempat yang berventilasi secara baik.
Gunakan ether secara hati-hati dan jauhkan dari api.
Jangan membuang tabung bekas ether sembarangan.
Jangan menaruh tabung ether di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau
bersuhu di atas 40 C.
Buanglah tabung bekas ether di tempat yang aman dan jangan melobangi atau
membakarnya.

1.6.3. Pipa-pipa dan slang


Jangan membengkokkan pipa-pipa atau saluran bertekanan tinggi. Segera
perbaiki pipa-pipa pelumas atau bahan bakar yang bocor atau kendor.
Memeriksa semua pipa atau saluran-saluran secara teliti dan gantilah bila
terdapat tanda-tanda seperti berikut:
• Ujung sambungan bocor atau rusak.
• Lapisan pembungkusnya terkelupas atau terpotong dan lapisan
penguatnya kelihatan.
• Lapisan pembungkusnya menggelembung sebagian.

1.6.4. Bahaya tersambar petir


Bila ada petir menyambar di sekitar unit, maka operator jangan mencoba untuk
:
• Menaiki unit.
• Menuruni unit.

Bila saudara sedang di dalam kabin ketika petir menyambar, tetaplah di dalam
kabin.
Bila saudara sedang di luar unit menjauhlah dari unit.

1.6.5. Lokasi alat pemadam api ringan (APAR)

APAR boleh ditempatkan di atas platform sebelah kanan engine hood, tetapi jangan
sampai mengganggu akses ke:
• Tempat berpegang
• Tangga
• Tempat berpijak atau
• Di depan pintu engine

Jangan memasang braket APAR dengan cara mengelas atau mengebor struktur
ROPS.

1.7 Menaiki Dan Menuruni Unit

Menaiki atau menuruni unit melewati tangga yang disediakan. Baik ketika naik atau
turun harus sudah harus

1.8 Pintu Darurat

Unit-unit yang menggunakan kabin selalu dilengkapi dengan pintu darurat. Bila pintu
utama tidak dapat dibuka, gunakan jendela sebelah kanan untuk keluar.

1.9 Sebelum Menghidupkan Engine

Periksalah kondisi sabuk keselamatan dengan teliti. Gantilah bila terdapat tanda-
tanda kerusakan pada sabuk.
Meskipun tidak nampak tanda-tanda kerusakan, disarankan untuk mengganti sabuk
setelah berumur 3 tahun
Atur tempat duduk sehingga saudara bisa menginjak pedal -pedal dengan punggung
menyandar di kursi.
Pastikan bahwa unit dilengkapi dengan lampu-lampu yang memadai dan berfungsi dengan
baik.
Pastikan bahwa tidak ada orang yang sedang bekerja di unit saudara atau di sekitarnya
sebelum menjalankan unit.

1.10 Engine Hidup Tanpa Sengaja

Engine hidup tanpa sengaja dapat mencederai orang yang sedang bekerja di unit tersebut.
Matikan kunci batere dan cabutlah kuncinya serta pasanglah tanda “JANGAN
DIOPERASIKAN” pada kunci batere.

1.11 Menghidupkan Engine


Jangan menghidupkan engine atau menggerakkan alat -alat kendali bila terdapat label
“TANDA BAHAYA” di unit.
Tempatkan tuas kendali di posisi HOLD sebelum menghidupkan engine.
• Tempatkan tuas transmisi pada posisi NETRAL.
• Aktifkan rem parkir.
• Hidupkan engine di tempat terbuka atau tempat yang
berventilasi baik.
1.12 Sebelum Mengoperasikan Unit

Singkirkan orang-orang yang ada di sekitar unit.


Singkirkan rintangan-rintangan yang ada di sekitar unit. Hati-hatilah terhadap kabel,
parit, pematang dll.
Kaca pintu dan jendela harus bersih dan pintu harus dikunci dengan baik.
Aturlah posisi kaca spion agar dapat melihat kebelakang dengan baik.

MODUL RINGKAS OPERATOR BULLDOZERKlakson, sinyal mundur atau tanda peringatan yang
lain harus berfungsi dengan baik.
Kencangkan sabuk keselamatan dengan baik.
Hubungkan kerangka depan unit dengan bagian belakang menggunakan pengunci
kerangka kemudi (steering frame lock ) bila unit akan diangkat atau diangkut.
Begitu pula bila sedang dilakukan perbaikan.

1.13 Mengoperasikan Unit

Operator harus yakin bahwa tidak ada orang di sekitar unit sebelum menjalankan.
Jalankan unit dari ruang operator sambil duduk.
Gerakkan alat-alat kendali hanya pada saat engine hidup.
Cobalah menggerakkan alat-alat kendali, rem dan lain-lain, dengan berjalan pelan-
pelan di tempat yang lapang.
Jangan membawa penumpang bila tidak ada tempat duduk bersabuk keselamatan.
Laporkan kondisi yang perlu diperbaiki yang terjadi saat operasi. Jauhilah jurang,
tebing atau tempat-tempat yang mudah longsor. Hati-hati bila beroperasi di tempat-
tempat yang memungkinkan terbalik. Menuruni atau menaiki bukit secara vertikal lebih
aman dibandingkan dengan berjalan menyisir sisinya.
Usahakan unit tetap bisa dikendalikan dengan baik dan jangan melampaui
kapasitasnya.
1.14 Mematikan Engine

Putarlah kunci ke posisi OFF dan cabut kuncinya. Matikan kunci baterai dan ambil
kuncinya bila unit diparkir dalam jangka waktu yang lama.
Parkirlah di tempat yang datar. Bila terpaksa parkir di lereng, pasanglah ganjal ban.
Gunakan pedal rem servis untuk menghentikan unit.
Jangan menggunakan rem parkir untuk menghentikan unit.
Netralkan transmisi dan aktipkan rem parkir.

1.16 Menurunkan Peralatan Kerja Dengan Engine Mati

Pastikan bahwa tidak ada orang di sekitar unit.


CATATAN : Untuk unit yang menggunakan kendali elektrohidrolis, kunci starter harus
pada posisi ON.
Dorong semua tuas ke depan untuk menurunkan bowl ke tanah atau ke lantai trailer.
Tuas akan kembali ke posisi HOLD bila dilepaskan.

1.17 Informasi Suara Dan Tingkat Getaran

Tingkat suara di dalam kabin yang tertutup adalah 75 dB (A) apabila diukur dengan
menggunakan standar “ANSI/SAE J1166 OCT 98”. Ini adalah suatu tingkat paparan
suara siklus kerja. Kabin harus dipasang selalu terawat dengan baik. Pengukuran ini
dilakukan dengan pintu dan jendela tertutup.
Penggunaan pelindung telinga diperlukan bila beroperasi dengan kabin terbuka untuk
waktu yang lama atau di tempat-tempat yang bising. Begitu pula kalau kabin tidak
terawat dengan baik, maka penggunaan pelindung telinga tetap diperlukan.
Saran untuk Mengurangi Tingkat Getaran pada Mesin Pemindah Tanah
Penyetelan mesin harus benar. Pemeliharaan mesin harus benar.
Mengoperasikan mesin dengan halus. Penghalusan permukaan area kerja.
Saran berikut mampu mengurangi tingkat getaran:
1. Gunakan jenis dan ukuran mesin, peralatan dan perlengkapan yang sesuai.
2. Lakukan peliharaan mesin sesuai dengan anjuran pabrik.
a. Ketegangan rante / track
b. Rem dan sistim kemudi.
c. Tuas Kendali, sistim hidrolis dan perangkainya.
3. Rawatlah lokasi kerja dengan baik.
a. Bersihkan batu - batu dan rintangan lain.
b. Timbunlah lobang dan parit.
c. Gunakan unit dan jadwal kerja dalam rangka memelihara area kerja .
4. Gunakan jok yang memenuhi standar “ISO 7096” dan rawatlah jok dengan
baik.
a. Setel jok dan suspensinya sesuai dengan ukuran dan berat operator.
b. Rawat dan periksalah suspensi jok dan mekanisme penyetelnya.
5. Lakukan pengoperasian berikut dengan halus:
a. Berbelok
b. Mengerem
c. Menambah kecepatan
d. Memindah gigi.
6. Operasikan perlengkapan dengan halus.
7. Sesuaikan kecepatan mesin dengan rute-nya untuk mengurangi tingkat
getaran
a. Hindari rintangan dan permukaan yang kasar.
b. Turunkan kecepatan secukupnya di permukaan yang kasar.
8. Mengurangi getaran untuk siklus kerja dan perjalanan panjang.
a. Gunakan unit yang bersuspensi.
b. Gunakan sistim adjustmen pada tempat duduk operator
c. Bila tidak ada sistim berkendaranya, berjalanlah pelan-pelan.
d. Angkutlah unit dengan trailer ke lokasi kerja.
9. Kekurang-nyamanan operator dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor
lain. Saran berikut dapat menambah kenyamanan operator:
Aturlah tempat duduk
a. dan tuas-tuas kendali sesuai
dengan postur tubuh operator.
tubu tida melinti
b. Setel kaca spion supaya h k r ketika
melihatnya.
Beristirahat wakt dudu
c. untuk mengurangi u k yang
terlalu lama.
d. Jangan melompat dari kabin.
e. Mengurangi mengangkat dan mengangku beban berulang-ulang.
f. Kurangi benturan dan kejutan saat olah raga dan rekreasi.

1.18 Ruang Operator Dan Perlindungan Terhadap Operator

1.18.1. Sarana pelindung bila terbalik (rops) atau sarana pelindung bila tertimpa (fops)
ROPS atau FOPS adalah suatu sarana pelindung yang dipasang di atas kabin
operator dan diikat dengan kuat pada kerangka unit.
Agar struktur ini tetap memenuhi standar maka jika ada penambahan atau
perubahan pada kerangka cabin operator hubungi dealer terdekat.
1.18.2. Sarana pelindung lain
Jenis sarana pelindung lain disesuaikan dengan applikasi unit tersebut.
Lakukan pemeriksaan harian secara teliti untuk memeriksa adanya kerusakan
pada sarana tersebut. Jangan mengoperasikan unit bila terdapat kerusakan
struktur.
Misalnya mesin dengan kanopi terbuka yang dioperasikan di perkayuan, perlu
dipasang ram pelindung khusus untuk menghindari bahaya cabang atau pohon
yang menimpa mesin.

1.19 Alat Pelindung Diri (APD)


1.19.1 Jenis alat pelindung

Hampir semua Alat Pelindung Diri yang dipakai pada bidang Industri dan jasa
lain, digunakan juga dalam dunia Konstruksi, karena dunia konstruksi bukan
hanya untuk membangun fasilitas baru tetapi digunakan pula dalam
pemeliharaan dan perbaikan suatu fasilitas yang masih berjalan. Pelindung
tersebut adalah : a. Pelindung Kepala
b. Pelindung Kaki
c. Pelindung Tangan
d. Pelindung Pernafasan;
e. Pelindung pendengaran;
f. Pelindung mata;
g. Tali Pengaman & Sabuk Keselamatan (Safety belt).

1.19.2 Hal hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD


• Alat Pelindung Diri akan berfungsi dengan sempurna apabila dipakai secara baik
dan benar.
• Sediakanlah Alat Pelindung Diri yang sudah teruji dan telah memiliki SNI atau
standar internasional lainnya yang diakui.
• Pakailah alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun
pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu singkat.
• Alat Pelindung Diri harus dipakai dengan tepat dan benar.
• Jadikanlah memakai alat pelindung diri menjadi kebiasaan. Ketidak nyamanan
dalam memakai alat pelindung diri jangan dijadikan alasan untuk menolak
memakainya
• Alat Pelindung Diri tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya kalau memang terasa
tidak nyaman dipakai laporkan kepada atasan atau pemberi kewajiban
pemakaian alat tersebut.
• Alat Pelindung Diri dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
• Semua pekerja,pengunjung dan mitra kerja ke proyek konstruksi harus memakai
alat pelindung diri yang diwajibkan seperti Topi Keselamatan dll.
2.1. Disiplin Kerja
2.1.1 Pengertian
Disiplin adalah suatu sikap yang menunjukan kesediaan untuk mematuhi, dan
mendukung nilai kaidah atau peraturan yang berlaku dalam suatu masyarakat
tertentu dan kurun waktu tertentu. Kriteria disiplin :
a. Menepati yaitu Salah satu wujud seseorang itu patuh pada kaidah
atau peraturan.
b. Mendukung adalah sikap partisipasi aktif dalam melaksanakan nilai
dan kaidah (fungsi, tugas atau uraian kerja).
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka menumbuh-
kembangkan partisipasi adalah :
1. Identifikasi dan klasifikasi jenis-jenis partisipasi
2. Mewadahipartisipasiagar kegairahan berpartisipasi
tidak melayang, misalnya wadah partisipasi buah pikiran dapat
membentuk : rapat mingguan, briefing, seminar dan penataran

2.1.2 Permasalahan
Dengan bertolak pada makna disiplin terurai diatas, ruang lingkup
permasalahan menegakkan disiplin dapat dipertanyakan sebagai berikut:
1. Apakah kaidah atau (fungsi lembaga yang terumuskan dalam tujuan
lembaga, tujuan lembaga terjabarkan dalam program-program kerja,
program-program kerja terdistribusikan pada unit-unit kerja dalam bentuk
uraian kerja) sudah terinci secara jelas, tegas dan mampu berfungsi
sebagai pengendali dalam proses kegiatan
2. Apakah kesadaran warga lembaga dalam menjalankan tugas sudah
menggunakan kaidah-kaidah yang ada sebagai pedoman sudah ada.
3. Apakah sarana dan prasarana sudah mampu mendukung untuk
menegakkan disiplin
4. Apakah kelompok elite di lembaga kita sudah arif (professional) dalam
mengantisipasi dan mengatasi gejala-gejala yang timbul
5. Adakah factor-faktor lain yang mempengaruhi tegaknya disiplin di lembaga
kita.
2.1.3 Langkah-langkah menegakkan disiplin
a. Menata kembali peraturan, tujuan program kerja dan
pendistribusiannya agar terumus secara jelas dan tegas
b. Penataan ulang butir-butir nomor 1, hasilnya harus mampu berfungsi
sebagai pengendali agar proses kegiatan di lembaga kita nampak.
c. Dalam rangka menumbuhkan kesadaran disiplin bawahan dengan
melakukan pendekatan edukatif
1) Ing ngarso sun tulodo
2) Ing madyo mbangun karso
3) Tut wuri Handayani
4) Saling asah, saling asih, saling asuh
5) Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul
d. Mengoptimalkan sarana yang ada dan melengkapi sarana yang belum
ada. Dalam hal ini, harus diketahui terlebih dahulu hasil perolehan butir
nomor 1, 2 dan 3 di atas.
e. Dirumuskan system pengendalian terlebih dahulu dan baru dibentuk unit
kerja yang bidang garapannya sebagai pengendali proses kegiatan
kegiatan yang ada dilembaga.
f. Nilai budaya vertikal oriented harus dibuang jauh-jauh dan sebagai
gantinya adalah nilai budaya organis atau jarring.
g. Untuk menambah wawasan dalam upaya menegakan disiplin di lembaga
kita.
2.2. Disiplin Dan Kompetensi Operator
2.2.1. Penegakkan Disiplin
Menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Operator Bulldozer, seorang operator bulldozer mempunyai tugas/uraian


jabatan : Mengoperasikan bulldozer dengan benar dan aman, melaksanakan
pemeliharaan harian sesuai petunjuk pemeliharaan dan membuat laporan
operasi.
Dari uraian jabatan tersebut diatas, operator bulldozer memiliki kompetensi
yang terdiri dari unit-unit kompetensi sebagai berikut :

1). Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama


pemeliharaan dan pengoperasian bulldozer.
2). Melaksanakan pemeliharaan harian bulldozer sesuai dengan
petunjuk pemeliharaan.

3). Melaksanakan pengoperasian bulldozer sesuai dengan aplikasi dan


teknik operasi yang benar untuk jenis pekerjaan konstruksi tersebut
dengan produksi minimal
65% dari standar produk
4). Melaksanakan pengoperasian bulldozer sesuai dengan aplikasi dan
teknik operasi yang benar untuk jenis pekerjaan konstruksi tertentu
dengan produksi minimal
75% dari standard produk

2.2.2. Dilihat dari ranah/domain pengetahuan (knowledge)

a. Persyaratan
Untuk menunjang kompetensi operator tersebut, maka
persyaratan yang dituntut adalah :
• Memahami peraturan perusahaan tentang hak dan kewajiban
operator.
• Memahami peraturan perundang-undangan K3 terutama yang
berhubungan langsung dengan posisi operator alat berat,
• Memahami pedoman pengoperasian dan pemeliharaan harian alat-
alat berat.
• Memahami kedudukan laporan operasi yang harus dibuatnya yang
akan menjadi data utama sebagai dasar pengambilan keputusan
atasan bahkan manajer perusahaan.
b. Usaha yang perlu dilakukan antara lain :

1) Perusahaan
• Melakukan sosialisasi peraturan perusahaan dengan berbagai cara..
• pelatihan khusus atau bimbingan teknik dalam penerapan K3, P3K dan
penanggulangan kebakaran secara teratur.
• Melakukan pelatihan atau penyegaran pengoperasian dan pemeliharaan
alat berat.
• Menyediakanfasilitaskerja termasuk K3 yang
Lengkap dan memenuhi standard
• Menyelenggarakan program/kegiatan yang sifatnya merangsang motivasi
pegawai untuk mematuhi peraturan atau pedoman.
2) Pegawai/operator alat-alat berat
• Berusaha memahami peraturan dalam perusahaan
• Berusaha mendapat kesempatan mengikuti pelatihan yang terkait
dengan tugasnya,
• Berusaha memahami pedoman.
• Berusaha melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin dengan fasilitas
kerja yang memadai, sehingga terjamin keselamatan kerja dan jaminan
sosialnya.

2.2.3. Dilihat dari ranah/domain keterampilan (psikomotorik)


Dari sisi psikomotorik lebih dominan kepada penerapan dari apa-apa yang
dipersyaratkan dalam persyaratan pengetahuan, yang antara lain terdiri :
a. Mematuhi ketentuan yang tercantum dalam peraturan perusahaan..

b. Menerapkan peraturan dan ketentuan K3 dengan benar,


c. Menerapkan prosedur pengoperasian dan pemeliharaan dengan benar,
dengan dasar motivasi yang tinggi,
d. Demikian juga dengan pengoperasian yang benar, maka selain dampak
kerusakan karena pengaruh operasi akan berkurang, juga hasil yang akan
dicapai akan meningkat.
e. Membuat laporan operasi sesuai dengan prosedur

2.2.4. Dilihat dari ranah/domain sikap (efektif)


Sikap/perilaku ini menggambarkan kemampuan dalam menyesuaikan dengan situasi kerja,
baik yang sudah terbiasa ataupun situasi baru. Setiap unit kerja memiliki kaidah atau
peraturan yang memerlukan penyesuaian setiap pegawai, sehingga sikap kerja seseorang
akan mempengaruhi sejauh mana mampu mematuhi dengan benar peraturan yang
berlaku tersebut.
Dalam pelaksanaanya dapat diuraikan antara lain sebagai berikut :
a. Mematuhi peraturan perusahaan yang terkait dengan kewajiban dan hak
pegawai,
b. Menerapkan K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku,
c. Melaksanakan prosedur pemeliharaan alat-alat berat dengan benar sesuai
kedudukannya sebagai operator,
d. Melaksanakan prosedur pengoperasian alat-alat berat dengan benar sesuai
dengan aplikasinya.
2.3. Pengawasan dan Sanksi
Suatu peraturan akan efektif bila disertai dengan pengawasan dan sanksi secara adil
bagi siapapun yang melakukan pelanggaran.
Oleh karena itu pihak manajemen perlu melakukan tindakan pengawasan sesuai
dengan prosedur pengawasan serta pemberian sanksi kepada pegawai yang
melakukan pelanggaran dan diberlakukan secara adil.
2.4. Etika Profesi

Dalam profesionalitas pelaku konstruksi jalan harus ditingkatkan kesadaran


terhadap nilai, kepercayaan dan sikap yang mendukung seseorang dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya, dimana Etik
termasuk kedalam pelaksanaan kegiatan konstruksi dilapangan; pelaku-pelaku jasa
konstruksi harus tampil dengan Etik yang tinggi, untuk dapat menghasilkan
pekerjaan yang sesuai dengan standar dan spesifikasi yang diberikan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi seorang Operator Bulldozer perlu
suatu Etik atas perilaku moral dan keputusan yang menghormati lingkungan dalam
kegiatan jasa konstruksi, dengan kata lain seorang Operator Bulldozer perlu
mempunyai nilai moralitas, yang berarti sikap, karakter atau tindakan apa yang
benar dan salah serta apa yang harus dikerjakannya sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya untuk hidup di lingkungan sosial mereka dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut.
Masing-masing orang misalnya Mandor Alat-alat Berat, Operator Bulldozer, Pekerja,
Konsultan Pengawas atau Direksi Teknik dan masyarakat di lingkungan pekerjaan,
mempunyai serangkaian nilai yang dimiliki masing- masing individu; masing-masing
individu menggabungkan nilai pribadi ke dalam suatu sistem sebagai suatu hasil
dan sikap yang saling mempengaruhi dan saling merefleksikan pengalaman dan
intelegensinya sehingga terbentuk suatu kegiatan secara sinergi.
2.5. Nilai-Nilai Profesional

Pelaksana Konstruksi, merupakan suatu profesi yang didasarkan pada perhatian,


nilai profesional berkaitan dengan kompetensi, dimana nilai- nilai moral yang
universal dikembangkan menjadi kode etik profesi yang didasarkan pada
pengalaman dalam setiap pelaksanaan konstruksi jalan di beberapa tempat/wilayah.

Etik
Etik menentukan sikap yang benar, mereka berkaitan dengan apa yang
″seharusnya“ atau ″harus“ dilakukan. Etik tidak seperti hukum yang harus berkaitan
dengan aturan sikap yang merefleksi prinsip-prinsip dasar yang benar dan yang
salah dan kode-kode moralitas.
Etik didisain untuk memproteksi hak asasi manusia. Dalam seluruh pekerjaan
konstruksi jalan, etik memberi standar profesional kegiatan pelaksanaan konstruksi
jalan; standar-standar ini memberi keamanan dan jaminan bagi pelaksana konstruksi
maupun pengguna jalan (masyarakat).

2.6. Kode Etik Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI)

1. Selalu menjunjung tinggi dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga AKI.
2. Berperilaku sebagai Kontraktor Nasional yang menghormati dan menghargai
profesinya.
3. Bertindak untuk tidak mempengaruhi/memaksakan dalam memenangkan tender
atau mendapatkan kontrak.
4. Bertindak untuk tidak memberi atau menerima imbalan dalam memenangkan
tender atau mendapatkan kontrak.
5. Bertindak untuk tidak mendapatkan harga penawaran dan/atau data tender
sesama anggota yang masih dirahasiakan.
6. Bertindak untuk tidak merubah harga/kondisi penawaran setelah tender ditutup.
7. Bertindak untuk tidak saling membajak tenaga kerja maupun tenaga ahli sesama
anggota.
8. Bertindak untuk menjabat secara sengaja baik langsung maupun tidak langsung
nama baik, kesempatan dan usaha sesama anggota.
9. Berpartisipasi dalam tukar menukar informasi, mengadakan latihan dan
penelitian mengenai syarat-syarat kontrak, Teknologi dan Tata cara pelaksanaan
sebagai bagian dari tanggung jawab kepada masyarakat dan Industri Jasa
Konstruksi.
2.7. Kode Etik GAPENSI

GAPENSI menetapkan Kode Etik yang merupakan pedoman perilaku bagi para
anggota di dalam menghayati dan melaksanakan tugas dan kewajiban masing-
masing, dengan nama “Dasa Brata“, sebagai berikut :
1. Berjiwa Pancasila yang berarti satunya kata dan perbuatan didalam
menghayati dan mengamalkannya
2. Memiliki kesadaran nasional yang tinggi, dengan mentaati semua perundang-
undangan dan peraturan serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela
ataupun melawan hukum
3. Penuh rasa tanggung jawab di dalam menjalankan profesi dan usahanya.
4. Bersikap adil, wajar, tegas, bijaksana dan arif serta dewasa dalam bertindak
5. Tanggap terhadap kemajuan dan selalu beriktiar untuk meningkatkan mutu,
keahlian, kemampuan dan pengabdian masyarakat.
6. Didalam menjalankan usahanya wajib berupaya agar pekerjaan yang
dilaksanakannya dapat berdaya guna dan berhasil guna
7. Mematuhi segala ketentuan ikatan kerja dengan pengguna jasa yang disepakati
bersama
8. Melakukan persaingan yang sehat dan menjauhkan diri dari praktek - praktek
tidak terpuji, apapun bentuk, nama dan caranya
9. Tidak menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang
diberikan kepadanya
10. Memegang teguh disiplin, kesetiakawanan dan solidaritas organisasi.

2.8. Kode Etik HATHI


2.8.1 Latar Belakang
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000 tentang usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi mengisyaratkan bahwa asosiasi profesi wajib
memiliki dan menjunjung tinggi kode etik profesi.
HATHI sebagai asosiasi profesi memiliki Kode Etik yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga
HATHI.
Kode Etik HATHI diturunkan dari visi tentang norma dan nilai luhur anggota
HATHI dalam melaksanakan semua kegiatan profesinya.
2.8.2 Kaidah Dasar
a. Mengutamakan keluhuran budi
b. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat
c. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan
keahlian profesional teknik keairan

2.8.3 Sikap
a. Senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat
b. Senantiasa bekerja sesuai dengan kompetensi
c. Senantiasa menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung
jawabkan
d. Senantiasa menghindari pertentangan kepentingan dalam tugas
dan tanggung jawab
e. Senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan
f. Senantiasa memegang teguh kehormatan, integrtas dan martabat
profesi
g. Senantiasa mengembangkan kemampuan profesi
Sesuai ketentuan Anggaran Dasar HATHI, anggota HATHI wajib
menjunjung tinggi dan melaksanakan Kode Etik HATHI

2.8.4 Tata Laku Anggota


Pemilik sertifikat HATHI adalah anggota HATHI. Karenanya pemilik sertifikat
HATHI wajib tunduk dan menjunjung tinggi kode etik HATHI. Pelanggaran
terhadap kode etik HATHI dapat mengakibatkan sanksi
pencabutan keanggotaan HATHI yang pada akhirnya secara hukum akan
menggugurkan kepemilikan sertifikat HATHI.

2.8.5 Kode Etik Asosiasi Perusahaan Pengelola Alat-Alat


Berat/Alat-Alat Konstruksi Indonesia (APPAKSI)
Asosiasi Perusahaan Pengelola Alat Berat/Alat Konstruksi Indonesia
mempunyai kode etik yang merupakan pedoman perilaku bagi para
anggotanya didalam mengemban dan melaksanakan tugas dan kewajiban
didalam paransertanya ikut mensukseskan pembangunan Nasional yaitu :
a. Memiliki kesadaran Nasional yang tinggi dengan mentaati ketentuan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, menghidari diri dari
perbuatan-perbuatan tercela ataupun melawan hukum.
b. Menghargai dan menghormati masyarakat pemberi tugas dengan
mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.
c. Bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan profesinya serta
senantiasa menepati janji yang telah dinyatakan/diucapkan.
d. Dalam melaksanakan tugas/pekerjaan tidak semata-mata hanya
mengejar keuntungan akan tetapi wajib berupaya agar pekerjaan yang
dilaksanakan benar- benar dapat bermanfaat bagi masyarakat.
e. Senantiasa berupaya menjaga dan meningkatkan mutu, kemampuan
dan pengetahuan dalam pelaksanaan profesinya.
f. Menghormati dan menghargai setiap usaha rekan-rekan seprofesi
dengan tidak melakukan persaingan yang tidak sehat.
g. Bersikap bijaksana, adil serta mampu menyimpan rahasia.
h. Tidak menyalah gunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan
yang tidak diberikan kepadanya.
i. Menjunjung tinggi disiplin, kesetiakawanan dan senantiasa
mempertebal rasa solidaritas organisasi.

2.9. Undang-Undang Jasa Konstruksi


2.9.1 Umum
Lahirnya undang-undang jasa konstruksi memberikan angin
segar
untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Tahun 1999 lahirlah
Undang-Undang Jasa Konstruksi dan telah diikuti
dengan aturan
pelaksanaannya, yaitu PP. No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, PP. No. 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi serta PP. No. 30 Tahun 2000
tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
Dengan undang-undang tersebut dimaksudkan agar terwujud iklim usahya
yang kondusif dalam rangka peningkatan kemampuan usaha jasa
konstruksi nasional, seperti :
• terbentuknya kepranataan usaha
• dukungan pengembangan usaha
• berkembangnya partisipasi masyarakat
• terselenggaranya pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat dalam penyelengaraan pekerjaan
konstruksi
• adanya masyarakat jasa konstruksi yang terdiri dari unsur asosiasi
perusahaan maupun asosiasi profesi.
2.9.2 Tanggung Jawab Profesional
Bagi anggota suatu asosiasi, sebagai tenaga profesional harus bertindak
berdasarkan Kode Etik Asosiasi yang bersangkutan.
Bentuk sanksi yang dilaksanakan dalam rangka perwujudan tanggung
jawab dalam pelaksanaan pekerjaan dapat berupa sanksi profesi, sanksi
administratif, sanksi pidana, maupun ganti rugi.
Sanksi profesi berupa : peringatan tertulis, pencabutan keanggotaan
asosiasi dan pencabutan sertifikat ketrampilan atau keahlian kerja. Sanksi
administratif berupa : peringatan tertulis, memasukkannya dalam daftar
pembatasan/larangan kegiatan atau pencabutan sertifikat ketrampilan
atau keahlian kerja.
Tanggung jawab profesional dapat ditampilkan dalam bentuk bagan
sebagai berikut :

TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL


STRUKTUR & FUNGSI BULLDOZER

3.1 Komponen Utama

3.1.1. Umum

Sebagaimana alat-alat berat yang lain bulldozer mempunyai berbagai komponen,


sebagian dapat dimasukkan sebagai komponen utama atau bagian-bagian utama
dimana komponen yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan membentuk
suatu sistem, menjadi unit bulldozer.
Nama, letak atau lokasi, fungsi dan prinsip kerja komponen tersebut perlu dikenali
oleh operator bulldozer sehingga dapat mengoperasikan dan melakukan
pemeliharaan yang menjadi tugasnya sehingga operator dapat mengoperasikan
bulldozer secara efektip dan efisien :

3.1.2. Nama dan Letak Komponen Utama (Lay Out)

Berikut ini adalah nama dan letak serta fungsi dari beberapa komponen
bulldozer.

Lift
1 cylinder
2 Fuel tank
3 Sprocket
Track
4 frame
5 Frame
6 Idler
7 Track shoe
8 Blade
9 Ripper

Gambar 3.1.2 Letak Komponen Utama


Gambar 3.2. Letak Komponen Utama

3.1.3. Beberapa Jenis Blade


a. Straight-tilt dozer

Gambar 3.1.3a. Jenis Straitht-tilt Dozer

b. Straight dozer

Gambar rDozer

• Memiliki tenaga besar (panjang pemotongan)


• Memiliki penetrasi yang bagus (agresif)
• Memiliki tenaga besar untuk penanganan material berat
• Fungsi tilt blade ini meningkatkan produktivitas
• Sesuai untuk pemotongan dan dorongan dengan aga penuh.
• Memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan straight tilt dozer
• Tanpa tilt
• Blade dapat disetel lurus atau menyerong (angled) ke kedua sisi
• Berguna untuk konstruksi jalan, penimbunan, dan ebagainya.
Gambar 3.1.3c. Angle Dozer

d. Power angle tilt dozer

• Memungkinkan blade
diserongkan (angling) dan
dimiringkan (tilting) dari tempat
duduk operator
• Cocok untuk pekerjaan
perataan (grading),
pengisian/penimbunan (back filling),
penghamparan (spreading) dan
Gambar 3.1.3d. Angle tilt Dozer

3.2 Instruments & Controls

3.2.1. Umum

Instruments and Controls ini merupakan bagian penting kaitanya


dengan pengawasan dan pengendalian unit dalam pengoperasian
bulldozer.
Instrumen merupakan alat pemonitoran bagi operator selama
pengoperasian sehingga operator dapat mengetahui hal-hal yang
tidak normal. Instrumen ini berupa meter-meter, gauge dan alat
pemonitor lainnya temasuk skakelar-skakelar (switches).
Sedang Controls merupakan alat kendali operasi yang harus dikuasai
oleh operator yang bersangkutan.

3.2.2. Instrumen

Instrumen terdiri dari kelompok lampu monitor (Monitor Lamps Group),


kelompok meter (Meter Group) dan kelompok skakelar (Switch
Group). Kesemuanya itu berada di panel monitor di ruang operator.
Tampilan monitor pada panel dari tipe bulldozer yang satu bisa berbeda,
dengan yang lainnya
Berbagai monitor dari kelompok-kelompok monitor tersebut beserta
fungsi dan prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :

a. Engine Water Temperatur Gauge


Alat meteran ini menginformasikan kondisi suhu air pendingin engine.
• Bila indikator atau jarum penunjuk
berada di daerah hijau
selama pengoprasian, berarti
temperatur air pendingin adalah normal.
• Setelah engine distart dan hidup,
lakukan pemanasan engine (Warming Up)
sampai jarum penunjuk bergerak dan
Gambar 3.2.2a. water temperature
berada di daerah warna hijau.
• Bila jarum penunjuk bergerak ke daerah warna merah, berarti
temperatur air pendingin engine terlalu panas, turunkan putaran
engine sampai pada putaran idle (low idling) sampai jarum penunjuk
bergerak dan berada di daerah warna hijau

b. Engine Oil Pressure Lamp (Lampu peringatan tekanan minyak


pelumas engine)

Gambar 3.2.2b. water temperature


• Lampu ini menunjukkan tekanan dari
minyak pelumas engine. Dalam keadaan
tekanan minyak
pelumas normal, lampu ini tidak
menyala (mati) bila lampu menyala,
menunjukkan tekanan nya minyak pelumas
engine turun (rendah), matikan segera
engine.

Gambar 3.2.1b. water temperature

c. Charge Lamp (Lampu pengisian)

• Lampu ini menunjukan kondisi pengisian


alter nator.

• Bila kunci kontak diputar ke posisi ON,


lampu ini menyala. Pengisian

Gambar 3.2.2c water temperatur


d. Radiator Coolant Level ( Indikator level pendingin radiator) Berupa
lampu tanda meng-isyaratkan kecukupan air dalam radiator.

• Indikator ini menunjukkan


• Bila air pendingin engine di radiator rendah
lampu ini akan menyala, periksa dan
tambahkan air pendingin seperlunya.

Gambar 3.2.2d

e. Engine Coolant Temperatur

Indikator ini memberi tanda temperatur air pendingin

• Bila temperatur air pendingin engine naik (


di atas batas normal ) lampu monitor ini
akan menyala. Turunkan putaran engine
sampai putaran idle rendah, tunggu
sampai
Gambar 3.2.1e lampu hijau di meter
temperatur air pendingin
menyala.

f. Temperatur oli Power Train


• Indikator ini menunjukkan naiknya
temperatur oli torque converter atau
power train
• Bila temperatur oli torque
converter naik (melebihi batas
Gambar 3.2.2f.1
normal), lampu akan menyala.

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 5 DARI 25STRUKTUR


DAN FUNGSI

• Bila demikian, turunkan putaran engine


sampai lampu hijau pada meter temperature
powertrain menyala

Gambar 3.2.2f2 meter


temp
g. Fuel Gauge (Meteran bahan bakar)
Meter ini berfungsi sebagai penunjuk jumlah bahan bakar di tangki
• Huruf F menunjukkan bahan bakar di dalam
tangki masih penuh.

Huruf E menunjukkan bahan bakar di dalam tangki


bahan bakar kosong atau sudah harus ditambah.

Gambar 3.2.2 g


Bila bahan bakar di dalam tangki masih cukup, lampu di daerah hijau
menyala, namun bila kurang warnanya merah.

Isi bahan bakar, setiap selesai beroperasi.

h. Engine Preheater Indikator

Untuk memudahkan hidupnya engine ketika dilakukan start, pada ruang


pembakaran diberi pemanasan terlebih dahulu (preheating). Indikator Preheater
memberikan tanda petunjuk tentang pemanasan awal ini.
1) Lampu tanda akan menyala
selama pemanasan berlangsung.

2) Lampu tanda akan mati bila


pemanasan tidak cukup (pemanasan berhenti)
bila skakelar pijar dilepas
3) Lampu monitor akan menyala
bila pemanasan dilakukan.

Lampu ini berhubungan dengan


semua
lampu peringatan.
• Lampu peringatan
temperatur pendingin
engine.
• Lampu pengisian batere.

• Lampu peringatan tekanan oli


Gambar 3.2.2i
engine.
• Lampu peringatan temperatur minyak transmisi.
• Bila salah satu lampu peringatan menyala, maka lampu ini
menyala disertai bunyi bel (buzzer).

j. Service Meter

Service meter ini menunjukkan berapa banyak jam kerja alat selama
pengoperasian.

• Meter ini akan terus berjalan selama


engine hidup, walaupun alat tidak
berjalan.
• Selama engine hidup lampu pilot
hijau menyala, menunjukkan service
meter
terus
berjal
Gambar 3.2.2 j

3.2.3. Switch Group (Kelompok Skakelar)

Kelompok ini terdiri dari skakelar start (strarting switch), skakelar lampu (lamp
switches) dan skakelar preheating (preheat switch).

a. Starting Switch (Skakelar/switch)


Starting switch ini bisa juga disebut kunci kontak

• Kunci ini dipergunakan untuk men-start engine (kunci kontak)

Pada posisi ini (OFF) tidak ada


sirkuit listrik yang bekerja.

Gambar 3.2.3a
Pada posisi ON arus listrik mengalir ke sirkuit pengisian dan sirkuit lampu.

Pada posisi Start, motor starter akan memutar engine.

Lepaskan kunci kontak setelah engine hidup.

Pada posisi heat, pemanasan ruang bakar (pre heating) berjalan,


khusus untuk pemanasan secara manual (temperatur di bawah - 200),

b. Head Lamp Switch (Skakelar lampu besar)

• Bila skakelar ini dihidupkan lampu besar


dan lampu panel menyala.

Gambar 3.2.3b

c. Lampu kerja / Rear Lamp (Lampu kerja dan lampu belakang)

• Bila skakelar ini dihidupkan lampu kerja


sebelah kanan dan sebelah kiri menyala.

Gambar 3.2.3c

d. Skakelar Pemanas Awal (Preheater switch)

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 8 DARI 25


STRUKTUR DAN FUNGSI


Untuk menghidupkan engine dalam udara/cuaca
dingin, posisikan skakelar preheater pada posisi
ON dan putar kunci kontak pada posisi ON.
Busi pijar akan memanasi udara pemasukan
Gambar 3.2.3d ▪
Setelah
menghidupkan engine pastikan skakelar
preheater pada posisi OFF.
• Untuk menghidupkan engine dalam udara/cuaca dingin, posisikan skakelar
preheater pada posisi ON dan putar kunci kontak pada posisi ON.
• Busi pijar akan memanasi udara pemasukan
Setelah menghidupkan engine pastikan skake- lar preheater berada pada
posisi OFF

3.2.4. Tuas dan Pedal (Levers and pedals) – Merk Dozer tertentu

Tuas dan pedal pada gambar di bawah ini merupakan alat kendali gerakan
bulldozer, baik attachments maupun gerakan unitnya sendiri.
Berbagai tuas (lever) dan pedal pada bulldozer adalah sebagai berikut :

• No 1 adalah Tuas Bahan bakar • No 2

adalah Tuas Kemdui • No 3 adalah Tuas

Transmisi • No Tuas pengunci Transmisi

Gambar 3.2.4-1

• No 5 Tuas pengunci Rem

• No 6 Tuas Blade

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 9 DARI 25


STRUKTUR DAN FUNGSI

• No 7 Tombol pengunci Tuas Blade dan


Tuas Ripper

• No 8 Tuas Ripper

• No 9 Tombol pengunci Rem

Gambar 3.2.4-2

a. Tuas Blade

Gambar 3.2.4-a
• No 1 & 3 gerakan naik turun Blade

• No 2 & 4 gerakan Hold dan Float

• No A gerakan Tilt Blade ke kanan

• No B gerakan Tilt Blade ke kiri b. Tuas Ripper


• No 1 Ripper naik

• No 2 Ripper Tertahan / Hold

• No 3 Ripper turun

Gambar 3.2.4-b

c. Tuas Kemudi (Streering lever) Merk Dozer tertentu

• Untuk membelokan bulldozer ke kiri atau ke


kanan dengan halus, tarik tuas kemudi kiri atau
ke kanan setengah saja.
• Bila tuas kiri atau kanan terus ditarik secara
penuh bulldozer akan belok
ke kiri atau ke kanan dengan tajam.
Gambar 3.2.4-c
STRUKTUR DAN FUNGSI

d. Tuas Pemindah Gigi (Gear shitt lever)

• Untuk memiliki tingkat kecepatan (1, 2, atau 3)


baik maju atau mundur, dengan mudah dapat
dilakukan dengan mengeser tuas ini ke posisi
yang di inginkan.

Gambar 3.2.4-d

e. Tuas Pengaman (Safety lever)

• Peringatan

Bila Unit berhenti untuk sementara, pastikan tuas


pemindah gigi berada di posisi netral dan pastikan
tuas pengaman Transmisi ke posisi ” Lock
Gambar 3.2’4-e

f. Tuas Pengunci Rem (Break lock lever)


Tuas ini digunakan untuk mengunci pedal rem bila unit di parkir.

• Bila bulldozer di parkir kuncilah pedal rem


dengan benar.

• Bila memasang atau melepas kunci rem,


pastikan engine tetap hidup.

Gambar 3.2.4-f Tuan pengunci rem

Memasang kunci rem sementara engine berhenti/mati


adalah berbahaya. Gaya pengereman berkurang bila booster tidak
bekerja. Terutama harus hati-hati bila parkir di Slope atau ketika unit
di angkut dengan trailer.

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 11 DARI 25


STRUKTUR DAN FUNGSI

g. Tuas Kendali Blade (Blade control lever)

• Tuas kendali ini merupakan tuas tunggal (single


stick) yang dapat menggerakkan pisau (blade)
pada berbagai posisi, hanya dengan
menggerakkan dan menempatkan

Gambar 3.2.4-g Kendali kendali blade • posisi tuas sesuai yang


dikehendaki.

• Posis  adalah posisi


mengangkat pisau (raise)

• Posisi
 adalah posisi menahan
(hold). Pisau tetap berhenti dan
mempertahankan posisinya.

Gambar 3.2.4-g Kendali kendali blade


• Posisi  adalah posisi
menurunkan (lower).

• Posisi  adalah posisi


mengapung (float), dimana pisau
akan dengan mudah bergerak bila
mendapat gaya dari luar.
• Posisi A adalah posisi mengangkat
pisau (raise)

Gambar 3.2.4-g Kendali kendali blade Posisi B adalah memiringkan
pisau ke kiri (left tilt).

• Pisau dapat dimiringkan pada segala posisi kekiri atau

kekanan  sampai . 


• Tuas hendaknya segera dikembalikan ke posisi Hold pada akhir
langkah silinder tilt.
• Jangan memiringkan pisau (tilting) bila pisau berada di posisi atas
atau posisi bawah.

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 12 DARI 25


STRUKTUR DAN FUNGSI

h. Tuas Kendali Ripper (Ripper control lever)


Tuas ini dipergunakan untuk mengoperasikan r
i
p Posisi (1) adalah menaikkan ripper
p Posisi (2) adalah menahan ripper e
r

(
Gambar 3.2.4-h1 Kendali kendali blade

u
n

t
u • Posisi (3) adalah menurunkan ripper
k
• Biarkan skakelar A yang ada di tengah
r
i
p

Gambar 3.2.4-h2 Kendali kendali blade

Gambar 3.2.4.h3
Ujung tangkai tertekan masuk dan operasikan ripper untuk mengubah sudut ripper (<).
• Posisi (1) mengecilkan sudut ripper
:
• Sudut ripper (<) menjadi lebih kecil
• Posisi (2) hold (tahan) : Ripper tertahan di posisi ini.
• Posisi (3) menaikkan sudut ripper :
• Sudut ripper (>) menjadi besar.

Gambar 3.2.4.i

PERHATIAN
• Bila kedua pedal ditekan bersamaan dengan menginjak di bagian tengah, kedua rem
kiri dan rem kanan bekerja.
• Bila tuas kemudi ditarik
setengah dan pada remnya
ditekan/diinjak pada waktu bersamaan, maka unit akan membelok tajam.
Jangan menaruh kaki pada pedal-pedal dengan tidak seperlunya.

j. Pedal Perlambatan (Decelerator pedal)


Pedal ini digunakan untuk mengurangi kecepatan/putaran engine, melalui
pengaturan tuas kendali bahan bakar :

• Bila pedal ditekan (diinjak dengan kaki) putaran


engine berkurang/turun.
• Bila pedal di injak penuh maka putaran engine
turun 800–850 rpm.

Gambar 3.2.4.j

PERHATIAN : Bila menjalankan bulldozer ke atas slope dan sampai di


puncak, atau membuang tanah ke
jurang, alat akan naik kecepatannya akibat hilangnya beban
secara mendadak. Kurangi kecepatan alat dengan menginjak
pedal perlambatan.
k. Tempat Duduk Operator (Operator’s Seat)

Untuk mendapatkan kenyamanan yang maksimal bagi operator dalam


mengoperasikan bulldozer, maka tempat duduk operator dapat disetel sesuai
dengan ukuran fisik operator.
STRUKTUR DAN FUNGSI

• Mengatur arah tempat duduk, Bisa di atur posisi


nya sesuai postur tubuh
• Penyetelan tinggi tempat duduk.

• Bisa di atur posisi nya sesuai ketinggian


kaki nya

• Penyetelan maju / mundur.


• Penyetelan tempat duduk berkenaan dengan
berat operator.

Gambar 3.2.4.k.

Untuk mendapatkan kondisi duduk yang terbaik, putar knob 4 ke kanan (clock
wise) bagi operator yang ringan.
• Penyetelan posisi sandaran.
Posisi sandaran tempat duduk dapat disetel dengan menarik tuas 5 kemudian
melepaskannya.

3.3 Skema Power Line

Power line bulldozer, merupakan alir tenaga mulai dari pembangkit tenaga sampai ke
penggerak akhir alat tersebut.
Alir tenaga ini sebaiknya diketahui dengan baik oleh setiap operator yang mengoperasikan
alat ini agar mempunyai gambaran komponen-komponen apa saja yang dilalui oleh aliran
tenaga ini, sehingga dapat diharapkan penanganan (pemeliharaan) komponen-komponen
yang dilalui tenaga utama, dapat dilakukan dengan baik sebatas yang menjadi tugas operator
(pengecekan minyak pelumas), untuk mendapatkan hasil yang baik pula

3.3.1. Gambar Skema Aliran Tenaga


Gambar skema aliran tenaga (power line) bulldozer berikut :

1 = Engine
2 =Kopling Utama (main clutch)
3 =Universal joint
4 =Transmisi

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 15 DARI 25


STRUKTUR DAN FUNGSI

5 = Bevel gear pinion

6 = Steering clutch

7 = Steering brake

8 = Track.

3.4 Fungsi Dan Prinsip Kerja Komponen Bulldozer

Bab ini terbatas hanya pada beberapa komponen utama saja, yaitu engine, power train,
undercarriage, sistem listrik dan sistem hidrolik

3.4.1 Engine
Engine merupakan sumber tenaga umumnya adalah sebuah engine atau motor
bakar diesel 4 langkah, walaupun ada juga yang menggunakan motor diesel 2
langkah, tetapi agak jarang.
Engine berfungsi sebagai penggerak utama (sumber tenaga )

3.4.2 Power Train


Tenaga engine dipindahkan ke semua bagian yang memerlukan tenaga tersebut.
Pemindahan tenaga, dari sumber tenaga ke penggerak ahir (Power Train /pemindah
tenaga),

3.4.3 Fungsi Power Train


Secara umum power train sebagai pemindah tenaga engine sampai ke final drive,
mempunyai fungsi untuk :

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 16 DARI 25


STRUKTUR DAN FUNGSI

Memutus dan menghubungkan tenaga


Memilih dan merubah kecepatan gerak unit, atau
Memilih torsi yang sesuai untuk mendapatkan tenaga yang diperlukan Mengatur
gerakan maju atau mundur unit.

3.4.4 Under Carriage (Kerangka Bawah)

Under carriage bulldozer adalah komponen-komponen bawah bulldozer,


termasuk di dalamnya adalah :

c h

b d
e
f
. b
Gambar 3.4.4

a. Sprocket

b. Front idler

c. Track adjuster

d. Track roller.

e. Track Link

f. Track shoe

g. Carrier roller

h. Track Frame

Under carriage, bagian bawah dari bulldozer yang terdiri dari beberapa
bagian/komponen berfungsi sebagai sarana penggerak unit, maju ataupun mundur,
setelah menerima tenaga dari sumber tenaga utamanya (engine) melalui power train.

Fungsi dari masing-masing komponen tersebut adalah :

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 17 DARI 25


STRUKTUR DAN FUNGSI

a. Sprocket
Sebagai penggerak unit melalui rantai dan sepatu rantai (track link and track
shoe), setelah menerima tenaga dari engine melalui power train.

b. Front idler
Roda bebas/tanpa tenaga, sebagai roda laluan rantai (track) berputar setelah
mendapat tenaga dari sprocket, dan berfungsi untuk mengarahkan track agar
tidak keluar dari track roller.
c. Track adjuster
Bagian alat atau komponen yang digunakan untuk menyetel kekencangan
rantai (track link).

d. Track roller
Bagian atau komponen undercarriage yang berfungsi sebagai penyangga atau
tumpuan unit saat berjalan dan tempat laluan track meluncur ketika berputar.
e. Track link
Track link merupakan suatu rangkaian mata rantai (link) yang berfungsi sebagai
dudukan sepatu-sepatu (shoes) yang menapak ke tanah, yang digunakan oleh
gigi-gigi sprocket.
f. Track shoe
Track shoe merupakan bagian dari komponen bulldozer (under carriage) yang
digunakan bulldozer untuk menapak di tanah (atau material lain), untuk
mendapatkan ground pressure yang sesuai dengan kondisi tanah, untuk
mendapatkan traksi yang sesuai dengan kondisi beban dorong/potong

Mengingat fungsinya tersebut maka untuk bulldozer dipergunakan beberapa


macam sepatu/shoes, yang berkaitan dengan ukuran (lebar/sempit, tebal/tipis,
dsb.) serta model (single grouser, double grouser, dsb.)

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 18 DARI 25


STRUKTUR DAN FUNGSI

g. Carrier roller

Carrier roller berfungsi sebagai penyangga track link di atas track frame,
sekaligus juga mengarahkan rail track link agar link tetap berada pada idler dan
sprocket.

h. Track frame
Rangka track roller (track roller frame) berfungsi sebagai tempat bertumpu
komponen-komponen under carriage yang lain.

3.4.5 Sistem Listrik (Starting Motor)


Tenaga listrik bulldozer khususnya diperlukan untuk motor starter, yang dipergunakan
untuk start engine, lampu-lampu, yang dipergunakan sebagai penerangan diwaktu
malam dan sistem monitor yaitu : meter, gauge, lampu peringatan termasuk buzer,
dan lain sebagainya.

Kebutuhan tenaga/arus listrik tersebut disediakan oleh batere atau accu dengan
kapasitas sesuai dengan besarnya daya engine.
Untuk menjaga agar isi batere tetap mencukupi maka batere harus selalu diisi
kembali. Pengisian batere ini dilakukan selama pengoperasian atau selama engine
hidup, yang dilakukan dengan generator atau alternator. Dalam hal ini generator
ataupun alternator berfungsi sebagai penyedia jasa atau arus (current) listrik untuk
pengisian batere dan keperluan lain seperti lampu dan sistem monitor.

Prinsip Kerja :
Pada sistem listrik alat-alat berat, dapat dibedakan tiga unsur pokok, yaitu :

Penyedia/penyimpan arus : batere

Pemberi/pensuplai arus : generator/alternator

Pemakaian arus (beban) : motor starter, lampu-lampu, sistem


monitor.

1) semua beban atau keperluan daya listrik (current) diberikan hanya oleh batere
saja (sendirian).

3.4.6 Sistem Hidrolik

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 19 DARI 25


STRUKTUR DAN FUNGSI

Sistem hidrolik di bulldozer diperlukan oleh karena untuk gerakan – gerakan


attachment (blade, ripper), untuk sistem kemudi (steering sistem). Untuk hal tersebut
diperlukan pompa-pompa hidrolic, katup-katup hidrolik (valves), actuator (silinder
hidrolik) dan komponen lainnya, yang semuanya tersusun dalam suatu sistem, sistem
hidrolik.

Gambar 3.4.6

Biasanya pemberian tenaga hidrolik termaksud diatur tidak dalam satu sirkuit, tapi
beberapa sirkuit yang terpisah.

Prinsip kerja sistem hidrolik sederhana pada contoh sirkuit di atas, adalah sebagai
berikut :

1) Bila pompa hidrolik diberi tenaga putar (berputar) maka akan menghasilkan aliran
tekanan minyak hidrolik pada sisi out put nya
2) Tekanan minyak hidrolik kemudian diatur arahnya oleh Katup Pengarah (Control
Valve)
3) Tergantung dari posisi katup, tekanan dapat dialirkan ke sisi bawah piston silinder
(sehingga beban terdorong ke atas), atau dialirkan ke sisi atas piston silinder
(sehingga beban terdorong ke bawah), ataupun dialirkan kembali ke tangki
minyak hidrolik (beban pada tempatnya)
4) Relief valve berguna sebagai pengaman sistem

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 20 DARI 25


PEMELIHARAAN BULLDOZER

BAB IV
PEMELIHARAAN BULDOZER

4.1 Pemeliharaan Alat-Alat Berat Secara Umum

4.1.1 Umum

Apabila sebuah alat berat dipergunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, sesuai
dengan jenis alat berat yang bersangkutan, atau alat tersebut dioperasikan, maka
sejalan dengan bertambahnya jam kerja alat atau jam operasi, kondisi alat akan
menurun, karena kondisi komponen-komponen geraknya menurun, sejalan dengan
meningkatnya jumlah jam operasi alat.
Bila kondisi alat berat termaksud terus menurun maka performansi atau unjuk kerjanya
juga menurun, yang pada gilirannya produksi alat juga menurun.

Bila penurunan kondisi alat tersebut berlangsung terus sejalan dengan jumlah jam
pengoperasian maka akhirnya akan sampai pada suatu titik dimana biaya
pengoperasian alat dan produksi alat menjadi tidak sesuai lagi dalam arti biaya
produksi mulai lebih besar dari produksinya. Dengan kata umum, alat sudah tidak
ekonomis lagi atau umur ekonominya sudah habis atau terlampaui.

Agar alat tersebut mempunyai umur ekonomis yang lebih panjang atau penurunan
kondisi alat tidak terlalu cepat atau dapat dihambat, maka perlu dilakukan langkah-
langkah agar komponen-komponen alat kondisinya
dapat lebih lama bertahan. Langkah tersebut adalah kegiatan pemeliharaan alat berat.

Dengan demikian maka pemeliharaan alat-alat berat dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan usaha untuk menjaga atau mempertahankan agar kondisi alat dapat tetap
baik, selama mungkin sampai suatu batas tertentu, break even point, untuk
mendapatkan umur ekonomis alat yang cukup panjang.
4.1.2 Maksud dan Tujuan Pemeliharaan
Dari uraian tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud dari
pemeliharaan alat-alat berat pada umumnya adalah untuk

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 2 DARI 53


PEMELIHARAAN BULLDOZER

mempertahankan kondisi ekonomis alat-alat berat, baik kondisi teknis


maupun kinerjanya, melalui kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh
operator dan mekanik alat-alat berat.
Sedangkan tujuannya adalah untuk :
Menjaga agar alat selalu siap operasi
Mempertahankan dan bila mungkin memperpanjang umur ekonomis
Mencegah terjadinya kerusakan sebelum waktunya
Meningkatkan efisiensi kerja
Menghemat biaya operasi.

4.1.3 Lingkup Pemeliharaan Alat-Alat Berat

Cakupan pemeliharaan alat-alat berat adalah cukup luas, mulai dari preventive
maintenance, corrective maintenance, kemudian periodic maintenance, schedule
maintenance dan sebagainya, termasuk semua pekerjaan yang terkait dan
berhubungan dengan perawatan dan perbaikan, misalnya penyetelan dan
pengetesan.

Berbagai jenis atau macam pemeliharaan dapat digambarkan dalam bentuk bagan.
Dengan gambaran pemeliharaan dalam bentuk bagan berikut masalah pemeliharaan
dapat lebih mudah dilihat.

Bagan
Pemelihara
an

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 3 DARI 53


PEMELIHARAAN BULLDOZER

a) Pemeliharan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Pemeliharaan ini dilaksanakan sebelum alat atau komponen alat mengalami


kerusakan. Ketika kondisi alat/komponen alat masih berfungsi, tetapi sudah dapat
diperkirakan atau sampai pada batas kemampuannya, maka dilakukan
pemeliharaan (perbaikan atau penggantian), agar kondisi dan kinerja
(performance) alat tidak menjadi turun.

Preventive maintenance ini ada tiga macam, yaitu : o


Pemeliharaan berkala (Periodic maintenance) o Pemeliharaan
terencana (Schedule overhaul)
o Pemeliharaan berdasarkan kondisi (Condition based maintenance).

1) Pemeliharaan Berkala (Periodic Maintenance)


Pemeliharaan ini dilaksanakan secara berkala, pada waktu-waktu dengan
interval atau selang waktu tertentu. Pemeliharaan ini terdiri dari kegiatan
inspeksi dan service.

(a) Pemeliharaan berkala Periodic inspection)


Pada pemeliharaan ini lebih bersifat inspeksi atau pemeriksaan yaitu
pemeriksaan yang dilakukan tiap hari, sehingga disebut pemeliharaan
harian (daily maintenance) dan yang dilaksanakan mingguan (setiap 50
jam).
(b) Servis berkala (Periodic service)
Pemeliharaan ini bisa disebut servis terhadap alat berat secara berkala,
yaitu setiap :
o 250 jam
o 500 jam
o 1000 jam
o 2000 jam
o 4000 jam.

2) Overhaul Terencana (Schedule Overhaul)


Pemeliharaan ini lebih bersifat perbaikan (atau penggantian komponen)
terhadap komponen-komponen utama alat, mulai dari

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 4 DARI 53


PEMELIHARAAN BULLDOZER

engine dan sistem pemindah dayanya (torque converter, transmisi, steering


clutch, final drive, dan sebagainya).

3) Pemeliharaan Berdasarkan Kondisi (Condition Based


Maintenance) Pemeliharaan ini dilaksanakan berdasarkan kondisi alat berat
yang bersangkutan.

Sebelum dilaksanakan pemeliharaan, alat diperiksa dulu secara rinci dan


teliti secara keseluruhan, termasuk pemeriksaan minyak pelumasnya.

Hasil pemeriksan dipergunakan untuk menentukan langkah selanjutnya,


dapat :
- Diperbaiki/repair
- Dioverhaul
- Scraps
- Trade In (Unit Exchange).

b) Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan ini adalah pemeliharaan yang dilakukan diluar schedule


(direncanakan), dimaksudkan untuk mempertahankan agar alat berat dapat
dioperasikan kembali. Termasuk disini adalah break down maintenance
(pemeliharaan atau perbaikan yang dilakukan karena alat mengalami kerusakan).

4.1.4 Petunjuk Umum Pemeliharaan


Pelaksanaan pemeliharan alat-alat berat memerlukan dukungan perangkat
pemeliharaan yang standar yang menyangkut tata cara (manual) dan sumber daya.
Tata cara (manual) biasanya telah disiapkan oleh pabrik pembuatnya, sedangkan
sumber daya harus disiapkan oleh pengguna alat yang antara lain meliputi sarana
bengkel, penyediaan suku cadang dan bahan serta ketersediaan sumber daya
manusia yang memiliki kualifikasi pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

a. Manual Book

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 5 DARI 53


PEMELIHARAAN BULLDOZER

Pelaksanaan pemeliharaan bulldozer harus mengikuti petunjuk yang diberikan


oleh pabrik pembuat bulldozer tersebut yang dituangkan dalam Operation and
Maintenance Manual.
Jangan mencoba melakukan kegiatan yang tidak ada pedomannya.

b. Tempat Pelaksanaan Pemeliharaan


Tempat pelaksanaan pemeliharaan harus diusahakan tempat yang kuat/keras,
datar dan bersih serta memiliki tools yang lengkap.

c. Tenaga Operator dan Mekanik


Sebaiknya operator yang akan diserahi tugas untuk mengoperasikan bulldozer
telah mengalami pelatihan yang dibutuhkan untuk melengkapi operator dengan
pengetahuan dan keterampilan dalam pengoperasian dan perawatan bulldozer
yang sangat dibutuhkan di lapangan selama mengoperasikan bulldozer. Demikian
juga mekanik yang akan diserahi tugas melakukan pemeliharaan, harus memiliki
cukup waktu untuk belajar (dalam pelatihan) dan praktek lapangan sehingga
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lengkap dalam melaksanakan
tugasnya memelihara bulldozer.
Disisi lain dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, operator dan mekanik
sesuai dengan posisinya masing-masing akan dapat melaksanakan kerjasama
merawat/memelihara bulldozer dalam kondisi disiplin yang tinggi menerapkan
tatacara/prosedur pemeliharaan dengan baik dan benar.

d. Pencatatan Service Meter


Untuk dapat dilaksanakan pemeliharaan, khususnya servis berkala, maka service
meter harus dicatat dan dilaporkan tiap hari. Bila telah sampai waktu
pemeliharaan berkala pengoperasian bulldozer harus segera dihentikan dan
dilakukan pemeliharaan yang sesuai dengan interval waktu yang ditentukan.

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 6 DARI 53


PEMELIHARAAN BULLDOZER

e. Penggunaan Suku Cadang dan Minyak Pelumas

1) Suku Cadang
Gunakan selalu suku cadang asli (genuine parts) bila memerlukan
penggantian.

2) Minyak Pelumas

(a) Gunakan minyak pelumas yang telah direkomendasikan pabrik dan


sesuaikan dengan kondisi suhu udara setempat.
(b) Gunakan minyak pelumas dan gemuk/grease yang bersih

(c) Demikian juga tempat penyimpanannya harus bersih, jauhkan material


dan kotoran lainnya dari minyak pelumas dan gemuk
(d) Penggantian minyak pelumas :

• Bila mengganti minyak pelumas agar dilakukan ditempat yang bersih


untuk menjaga material dan kotoran lainnya tercampur dengan
minyak.
• Periksa minyak pelumas yang akan diganti dan filter dari partikel
material atau material asing, bila terdapat dalam jumlah cukup banyak
maka perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga mekanik ahli.

4.2 Pemeliharaan Harian Bulldozer

4.2.1 Umum
Pemeliharaan atau perawatan harian (daily maintenance), harus dilakukan setiap hari
oleh operator Bulldozer sebelum mengoperasikan, selama mengoperasikan dan
setelah mengoperasikan bulldozer. Tugas ini merupakan tugas yang melekat pada
jabatan operator yang wajib dilaksanakannya sehingga diperlukan disiplin yang tinggi
dalam pelaksanaannya, baik menyangkut disiplin waktu maupun disiplin dalam
pelaksanaannya.
Tugas operator dalam pemeliharaan alat-alat berat dibatasi hanya pemeliharaan
harian saja.

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 7 DARI 53


PEMELIHARAAN BULLDOZER

Sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan dalam pemeliharaan harian ini adalah
berupa pemeriksaan atau pengecekan-pengecekan, sebagian kecil berupa
penambahan minyak pelumas, bahan bakar (tergantung sistem kerjanya), air batere
dan juga penceratan atau pembuangan air dan endapan di tangki bahan bakar dan
pemisah air (water separator). Sedangkan kegiatan penyetelan yang mempergunakan
kunci (tools) tidak dilakukan (dilakukan oleh mekanik).

4.2.2 Kegiatan Pemeliharaan Harian


Secara garis besar kegiatan pemeliharaan harian meliputi :

a. Pemeriksaan dengan mengelilingi bulldozer (walk around inspection) untuk


meyakinkan tidak ada kelainan pada komponen, baut yang longgar, keausan atau
keretakan pada blade, kebocoran bahan bakar dan pelumas
b. Memeriksa dan menambah bahan bakar, air pendingin, minyak pelumas dan air
accu
c. Membersihkan dari kotoran dan terutama bahan yang berbahaya terhadap
manusia (operator dan mekanik) dan alat (Bulldozer)
d. Melakukan penceratan bahan bakar untuk mengeluarkan air dan endapan
kotoran.

Dalam memberikan penjelasan lebih rinci dan untuk memberikan gambaran yang
lebih luas dalam setiap kegiatan pemeliharaan harian ini tergantung kepada merk dan
type Bulldozer yang akan dioperasikan oleh operator untuk itu dalam penjelasan
kepada operator harus disesuaikan dengan alatnya masing-masing, dan untuk
penjelsan selanjutnya akan disajikan contoh ilustrasi dari beberapa tipe bulldozer
(DI55A-3, DI55A-2).

4.2.3 Pemeliharaan Sebelum Menghidupkan Engine

a. Pemeriksaan Dengan Mengelilingi Alat (Walk Arround Inspection) Kegiatan


ini merupakan kegiatan wajib yang harus dilakukan oleh seorang operator
bulldozer sebelum menghidupkan engine

Peringatan !
1) Kebocoran minyak atau bahan bakar, atau kumpulan barang mudah terbakar
disekitar bagian-bagian bertemperatur tinggi seperti muffler

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 8 DARI 53


PEMELIHARAAN BULLDOZER

engine atau turbocharger, dapat menyebabkan kebakaran


Periksa dengan teliti dan bersihkan

2) Jangan naik-turun alat/bulldozer dari belakang. Posisi posisi ini berbahaya


karena mudah terpeleset dan anda tidak dapat dilihat dari ruang operator.
Pergunakan selalu pegangan tangan (hand rail) dan tempat pijakan (step)
disebelah samping, bila naik-turun alat/bulldozer.

(a) Periksa peralatan kerja (work equipment), silinder, sambungan (linkage)


dan pipa-pipa karet (hoes) untuk kemungkinan terjadi retak,
longgar/aus
(b) Bersihkan kotoran dan debu disekitar engine, batere, radiator. Periksa dan
bersihkan juga bahan (material) yang mudah terbakar (daun kering,
rerumputan, ranting, dsb.)
(c) Periksa kebocoran air dan minyak di sekitar engine, kebocoran air dari
sistem pendingin
(d) Periksa kebocoran minyak dari kotak power train, kotak penggerak akhir,
tangki hidrolik, pipa-pipa (hose) dan sambungan-sambungan
(e) Periksa under carriage (track, sprocket, idler, guard) dari kemungkinan
terjadi kerusakan, aus, baut-baut longgar, atau kebocoran minyak dari rol-
rol
(f) Periksa tempat pegangan (hand rails) untuk kemungkinan ada kerusakan
atau baut yang kendur
(g) Periksa kemungkinan ada kerusakan pada meter-meter (gauges), lampu-
lampu pada instrumen panel, baut-baut yang kendur
(h) Periksa sabuk keselamatan (seat belt) dan klem-klem pemasangnya
(mounting clamps).

Bila ditemukan ada kelainan atau kerusakan, laporkan untuk


perbaikannya.

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 9 DARI 53


PEMELIHARAAN BULLDOZER

Walk arround inspection

Gambar : 4.2.3-a

b. Memeriksa dan Menambah Air Pendingin


Peringatan !
Jangan membuka tutup radiator kecuali sangat diperlukan. Untuk
memeriksa air pendingin engine, periksalah tangki cadangan (radiator
reserve tank) pada saat engine dingin.
1) Buka tutup samping engine
pada sisi samping kiri
chasis, dan periksa
permukaan air pendingin
pada tangki cadangan
radiator (1) berada pada
posisi antara tanda FULL
dan LOW. Bila
permukaannya berada
dibawah tanda LOW agar
ditambah.
2) Periksa dan harus yakin bahwa dalam
air pendingin

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 10 DARI 53


PEMELIHARAAN BULLDOZER

tidak tercampur oli atau


benda asing lainnya.
3) Setelah menambah air pendingin,
pasang kembali tutup tangki cadangan
radiator dengan baik.
4) Apabila penambahan air pendingin lebih
banyak dari
biasanya, periksa kalau ada kebocoran
pada saluran pendingin.
5) Bila terpaksa harus
membuka tutup pengisian
radiator

Jangan pernah membuka tutup radiator manakala engine masih panas


(temperatur kerja). Biarkan engine mendingin sampai tutup pengisian radiator
cukup dingin untuk dipegang dengan tangan.
Buka tutup pengisian radiator dengan perlahan untuk membuang tekanan.

c. Memeriksa Level Minyak Pelumas Engine. Sebelum melakukan


pemeriksaan minyak pelumas engine, tempatkan Bulldozer pada tempat yang
rata/datar.

1. periksariksa (level) dengan permukaan minyak


pelumas menggunakan dipstick (G).

2) Buka tutup samping engine pada sisi samping chasis.

3) Cabut dipstick (G), dan bersihkan dengan


kain/majun yang bersih.
4) Agar diperiksa fisik minyak pelumas
dari kemungkinan tercampur air atau
ada
material halus dalam minyak pelumas.
Laporkan kepada pengawas bila hal itu
terjadi.
5) Masukkan kembali dipstick
(G) ke dalam tempatnya semula,
kemudian cabut kembali
6) Level minyak pelumas
harus
be
rada
pa
da
po
sisi
antara tanda H dan L
Bila level minyak pelumas berada dibawah tanda L, tambahkan minyak
pelumas melalui tempat pengisian (F)
7) Apabila level minyak pelumas berada diatas tanda H, keluarkan kelebihan
minyak pelumas melalui katup pengeluaran (drain valve) (P) dan periksa
kembali level minyak pelumas
8) Apabila level minyak pelumas telah benar, kuatkan kembali tutup pengisian
dengan baik.

Catatan :
Lakukan pemeriksaan minyak pelumaas, engine dalam keadaan engine
mati

Apabila pemeriksaan dilakukan setelah Bulldozer dioperasikan, tunggu


sekitar 15 menit setelah engine dimatikan sebelum dilakukan pemeriksaan
Bila menambah minyak cabut dulu dipstick dari tempatnya untuk membuang
udara dalam carter/oil pan.

Ada tipe engine lain yang memungkinkan pemeriksaan minyak pelumas


dilakukan juga ketika engine hidup.
Dalam hal ini dipstick mempunyai ukuran pada kedua sisi pada ujungnya.

PELATIHAN BULLDOZER HALAMAN 12 DARI


53PEMELIHARAAN BULLDOZER
Untuk mengecek minyak pelumas dalam keadaan engine hidup, lakukan
sebagai berikut :

Periksa bahwa tekanan minyak pelumas engine dan meter temperatur air
keduanya berada di daerah hijau
Buka tutup pengisian minyak

Baca oil level gauge (dipstick) pada


permukaan bertanda ENGINE IDLING
(level minyak harus berada di antara max.
dan min.

Gb. 4.2.3.c1
d. Pemeriksaan Level Minyak Power Train

1) Cabut dipstick G , bersihkan minyak


dengan kain/majun yang bersih
2) masukkan kembali dipstick ke dalam
tempatnya
3) semula, kemudian cabut kembali
4) Level minyak harus berada di antara tanda H dan L pada dipstick
Tanda level minyak ada pada kedua sisi dipstick. Satu sisi untuk temperatur
rendah (Cold stop), sisi yang lain untuk temperatur tinggi (Hot idling).

Catatan :

Bila memeriksa minyak sebelum mulai operasi, periksa dalam keadaan engine
mati dan gunakan sisi COLD STOP. Bisa juga diperiksa setelah engine hidup dan
temperatur minyak power train tinggi; dalam hal ini hidupkan engine pada putaran
idling dan gunakan sisi dipstick HOT IDLING.

4) Bila minyak di atas tanda H, buka tutup lubang


pencerat (1) pada bagian bawah (bottom) kiri
dari kotak power train, cabut pipa
pencerat (1) kemudian kendurkan tutup lubang
pencerat dan keluarkan minyak yang
berlebih; periksa level minyak Gambar 4.2.3 d-4)
kembali.
5) Bila level minyak telah benar
kencangkan tutup lubang
pengisian minyak dengan baik.

Catatan :

Bila melakukan pemeriksaan minyak, posisi Gambar 4.2.3.d-5


unit bersudut (tidak datar)
pindahkan alat ke tempat yang datar sebelum
melakukan pemeriksaan.

e. Pemeriksaan Bahan Bakar Peringatan


!
Bila mengisi bahan bakar (solar), jangan sampai terlalu penuh sehingga luber
(tumpah), karena dapat mengakibatkan kebakaran atau permukaan menjadi
licin. Bersihkan segera.

1) Buka tutup lubang pengisian dan periksa level bahan bakar


dengan melihat batang penduga G

2) Isibahanbakarmelalui
lubang pengisian F secukupnya. Jangan sampai terlalu penuh (limpas)

3) Tutup dan kencangkan tutup lubang pengisian bahan bakar dengan baik

Gambar 4.2.3.2.e1)

Catatan :
Bila lubang pernapasan (1) pada tutup lubang pengisian tersumbat, tekanan di dalam
tangki akan turun dan bahan bakar tidak akan mengalir.

Bersihkan lubang secara teratur.


f. Penceratan (Drain) Air dan Endapan Dari Tangki Bahan Bakar

Kendurkan tutup pencerat (1) pada bagian bawah


(bottom) dari tangki bahan bakar dan cerat (drain)
atau buang endapan dan air bersama dengan
bahan bakar.

Gambar 4.2.3.f-1

Gambar : 4.2.3.e-2

g. Pembuangan Air dan Endapan Dalam Water Separator (Pemisah Air) Water
separator akan memisahkan air yang tercampur bahan bakar. Bila pelampung (2)
berada diatas garis merah (1), keluarkan air sesuai prosedur berikut :

1) Buka/longgarkan sumbat (plug)


(3) dan buang air dan kotoran
yang terkumpul sampai pelampung mencapai
dasar
2) Kuatkan kembali sumbat pengeluaran (3).

Gambar 4.2.3.f

h. Pemeriksaan Air Batere (Accu)


Air batere (battery electrolyte) mengandung asam belerang, dan batere mengandung
gas hidrogen, sehingga harus hati-hati dalam menanganinya.

1) Gunakan safety glasses dan sarung tangan, bila menangani batere.

Matikan engine setiap akan melakukan pemeriksaan atau membersihkan


batere.
2) Buka tutup batere tiap sel dan periksa permukaan air batere-nya
3) Bersihkan batere dari kotoran
4) Periksa ikatan pool batere dan ikatan batere
5) Untuk batere MF (maintenance free), pemeriksaan air batere tidak dilakukan.

i. Periksa Level Minyak Damper Case

1) Buka tutup samping engine (1) pada sebe-


lah kiri alat
2) Cabut dipstick G periksa kemungkinan minyak
tercampur

Gambar 4.2.3i-1

air atau kotoran lain. Bersihkan minyak


dengan kain/majun bersih

3) Masukkan kembali dipstick ke tempat


semula sepenuhnya, kemudian cabut lagi
keluar

4) Level minyak harus berada di


antara tanda Gambar 4.2.3.i-2

H dan L pada dipstick G

Bila level berada di bawah tanda L, tambahkan minyak engine (damper case
menggunakan engine oil juga) melalui pemegang dipstick (dipstick holder)

5) Bila minyak di atas tanda H, buka tutup lubang pemeriksaan (2) di tengah dasar
(bottom center) dari kotak power train, dan buang kelebihan minyak melalui tutup
lubang penceratan (1) dari peredam engine (engine dumper). Setelah minyak
dikurangi, periksa lagi level minyak.

Catatan :
● Pemeriksaan minyak dilakukan dengan keadaan engine mati
● Sebelum pemeriksaan, tempatkan alat di tempat datar.

j. Pemeriksaan Level Minyak Hidrolik

Peringatan !
Bila membuka tutup lubang pengisian, kemungkinan minyak akan menyemprot
keluar, karenanya matikan engine dan tunggu sampai temperatur minyak turun,
kemudian kendurkan tutup dengan perlahan untuk membuang tekanan minyak
sebelum membuka tutup.
Catatan :

Jangan menambah minyak jika level minyak di atas garis H. Hal ini akan merusak
peralatan hidrolik dan menyebabkan minyak menyemprot keluar.
1) Turunkan blade ke tanah, matikan engine dan tunggu kira-kira 5 menit sebelum
memeriksa minyak.

Minyak adalah mencukupi


bila level minyak ada diantara H dan L dalam lubang pemeriksaan (sight
gauge) G

2) Bila level di bawah tanda L, tambahkan minyak engine melalui pengisian F


lubang.

Peringatan !
Bila minyak ditambah sampai di atas tanda H, matikan engine dan tunggu agar
minyak hidrolik mendingin. Kemudian buka tutup ubang pencerat (drain plug)
P kendurkan katup pencerat (drain valve) (1), dan buang minyak kelebihan.

k. Pemeriksaan Dust Indicator

Dust indicator adalah suatu alat untuk mengetahui


kondisi saringan udara, apakah masih bersih atau
sudah kotor tertutup debu.
1) Buka tutup samping engine di sebelah kiri
chasis, dan periksa apakah piston warna
merah tidak muncul/kelihatan di bagian
transparan dari dust indicator (1).
2) Bila piston berwarna merah muncul/ terlihat,
bersihkan atau ganti elemennya segera (atau
laporkan kepada mekanik yang bertugas)

3) Setelah selesai
pemeriksaan, pember- sihan dan penggantian,
tekan tombol (knob) dust indicator (1) untuk
mengem- balikan piston warna merah ke
posisinya semula.

Gambar 4.3,2.j
Gambar 4.3.2k

Pemeriksaan pedal rem terutama ditujukan kepada langkah pedal (brake pedal
travel )

Injak pedal rem sampai habis, ukur langkahnya

Langkah pedal rem antara 65 – 85 mm

Bila ada kelainan, laporkan.

Gambar 4.3.2l
m. Pemeriksaan Kabel-Kabel Listrik
Periksa kemungkinan hubungan kabel yang lepas atau ada hubungan singkat. Periksa
juga terminal untuk kemungkinan ada yang kendur atau lepas.

Periksa dengan teliti pada bagian : Batere


Motor starter
Alternator.
PEMELIHARAAN BULLDOZER

4.2.4 Persiapan Sebelum Menghidupkan Engine

a. Penyetelan tempat duduk Peringatan !



Setel posisi tempat duduk pada awal setiap shift atau bila ganti operator

Setel tempat duduk sehingga operator dapat menginjak pedal rem secara
penuh dengan posisi badan bersandar pada sandaran tempat duduk.

A. Penyetelan tempat duduk ke depan dan ke


belakang

Gerakkan/tarik tuas (1) ke kanan, setel


tempat duduk pada posisi yang diinginkan,
lepaskan kembali tuas

B. Penyetelan berkaitan dengan


Gambar 4.2.4a
berat operator

Putar tombol (knob) (2) untuk mendapatkan skala beban yang sesuai dengan
berat operator. Skala beban dapat disetel antara 50 – 120 kg.

Catatan :
Jika anda menginginkan tempat duduk yang lebih lunak, putar pengatur
beban ke skala beban yang lebih kecil, dan sebaliknya.

C. Penyetelan sudut sandaran


(reclining angle)
PEMELIHARAAN BULLDOZER

Tarik tuas (3), setel sandaran pada posisi yang mudah untuk
mengoperasikan bulldozer, kemudian lepaskan tuas.

Catatan :
Bila menyetel/merebahkan sandaran ke belakang, periksa ruangan di belakang
dan setel pada posisi yang cocok (suitable).

D. Penyetelan sudut tempat duduk

● Bila tuas ( 4 ) ditarik, penyetelan sudut tempat duduk bagian depan dapat
dilakukan (ada 5 tingkat).

Untuk menaikkan tempat duduk bagian depan, biarkan tuas tetap ditarik ke
atas
Untuk menurunkan tempat duduk bagian depan, biarkan tuas ditarik ke
bawah.

● Bila tuas (5) ditarik, penyetelan sudut tempat duduk bagian belakang dapat
dilakukan (ada 5 tingkat).

Untuk menaikkan tempat duduk bagian belakang, biarkan tuas di ditarik ke


kiri dan
Untuk menurunkan tempat duduk bagian belakang, biarkan tuas tetap ditarik
dan berikan berat badan anda ke tempat duduk bagian belakang.

E. Penyetelan ketinggian (vertical height) tempat duduk

Tarik tuas (4) dan (5) bergantian dan setel sudutnya. Setelah disetel sesuai dengan
yang diinginkan, lepaskan tuas dan kunci (Penyetelan ketinggian ada 5 tingkat, 60
mm).

F. Penyetelan arah tempat duduk

Gerakkan tuas (6) ke belakang untuk melepaskan kunci, kemudian putar tempat
duduk ke kanan dengan tangan.
PEMELIHARAAN BULLDOZER

Arah tempat duduk dapat dirubah ke


0

b. Penyetelan Sabuk Pengaman (Safety Belt)

Peringatan !
Sebelum memakai sabuk pengaman, periksa braket dan sabuk kemungkinan
kondisinya tidak normal.

Kencangkan sabuk dan lepaskan dengan cara sebagai berikut :

● Setel tempat duduk sehingga pedal rem dapat


diinjak operator

● Setelah memposisikan tempat duduk setel


tambatan tempat duduk (1).
Dengan tempat duduk
bebas (tidak diduduki),
Kencangkan sedikit sabuk atas
tempat duduk dan pasangkan
pengikatan. Periksalah jangan
sampai ada tekukan atau Gambar 4.2.4.b
lipatan

● Duduklah di tempat duduk. Pegang gesper ( 2 ) dan masukkan lidah ke dalam


gesper (3)
Periksa bahwa sabuk telah terkunci, dengan menariknya.

● Bila melepas sabuk, angkat ujung tuas gesper untuk melepaskannya.

● Pasang sabuk pada badan anda tanpa tekukan. Setel panjang sabuk pada gesper
dan pada lidah sehingga gesper berada di tengah badan anda.

Setel panjang sabuk dengan cara sebagai berikut :


PEMELIHARAAN BULLDOZER

● Untuk memendekkan sabuk, tarik ujung bebas


sabuk pada bagian gesper maupun lidah

● Untuk memanjangkan, tarik


sabuk sambil memegangnya pada suatu sudut
kanan terhadap gesper atau lidah

● Bila mengoperasikan bulldozer


yang dilengkapi dengan ROPS (Roll Over
Protective Structure), pastikan untuk
menggunakan sabuk
pengaman

● Periksalah baut-baut pengikat sabuk pada


chasis kemungkinan kendur. Kencangkan
kembali setiap ada baut yang kendur

● Bila sabuk tergores, atau ada yang rusak ataupun memanjang, gantilah segera.

c. Pemeriksaan Sebelum Menghidupkan Engine Peringatan :


Apabila tuas kendali tersentuh secara tidak sengaja, peralatan kerja akan bergerak secara
tiba-tiba. Apabila meningalkan ruang operator, selalu aktifkan tuas pengunci (safety lock
lever) dengan benar pada posisi LOCK.

1) Periksa bahwa pedal rem terkunci dengan tuas


parkir (1).

Bila tuas ini tidak berada pada posisi terkunci


(LOCK), engine tidak dapat di-start
Gambar 4.2.4.c-1 dst sebelum
menghidupkan engine
PEMELIHARAAN BULLDOZER

Bila tuas parkir (1) berada pada posisi LOCK,


Joytick (2) akan kembali ke netral walaupun
tadinya berada pada posisi Forward ataupun
Reverse.

2) Periksa bahwa Joystick (2)


berada pada posisi 1st.

3) Periksa bahwa pisau (blade) turun/berada di


tanah dan tuas kendali blade (5) berada pada
posisi HOLD. Bila berada di posisi FLOAT,
engine tidak dapat di-start.

4) Periksa bahwa ripper berada di tanah.

5) Periksa bahwa tuas pengaman ( 4 ) terkunci


(Locked)

Bila tuas pengaman (4)


terkunci, tuas kendali blade kembali ke posisi
HOLD, walaupun sedang ada pada posisi
FLOAT.

6) Lakukan pengetesan instrumen (lampu monitor,


lampu peringatan)
PEMELIHARAAN BULLDOZER

Masukkan kunci kontak


ke dalam skakelar switch
(starting switch) (1).

Putar starting switch (1)


ke posisi ON

Periksa bahwa semua


lampu monitor menyala selama 3 detik,
lampu peringatan menyala selama 2 detik
dan buzzer berbunyi selama 1 detik
Periksa semua skakelar
(switches) dan semua lampu-
lampu.

Catatan :
● Bila lampu-lampu tidak menyala, mengkin ada kerusakan atau ada yang putus di
monitor, laporkan.

4.2.5 Menghidupkan Engine

Peringatan :
Periksa apakah tidak ada orang atau penghalang lain di daerah sekeliling,
kemudian bunyikan klakson dan start engine.

Catatan :
Jangan menstart engine lebih dari 20 detik, Jika
engine distart tidak mau hiodup, hentikan start,
tunggu 2 menit, baru mulai menstart lagi.

● Tarik tuas kendali gas (bahan bakar) (1), ke posisi


tengah antara LOW IDLING dan HIGH IDLING
PEMELIHARAAN BULLDOZER

● Masukkan kunci kontak ke skakelar start


(starting/switches) ( 2 ) dan putar kunci ke posisi start,
kemudian engine hidup

● Bila engine tidak hidup lepas kunci, otomatis kembali


ke posisi ON.

4.2.6 Pemeriksaan Setelah Engine Hidup

Peringatan :

Emergency stop Gambar 4.2.5.


Meghidupkan engine
Bila terdapat getaran yang tidak normal atau
indikator tekanan minyak pelumas tidak berfungsi
dengan baik, matikan engine segera

Bila peralatan kerja dioperasikan tanpa pemanasan mesin yang cukup, tenaga engine belum
normal akan mengakibatkan gerakan peralatan kerja menjadi lambat, dan mungkin gerakannya
tidak sesuai dengan keinginan operator, sehingga lakukan pemanasan (warming up) sebelum
Bulldozer dioperasikan.

Catatan :
1) Pada waktu temperatur minyak hidrolik masih rendah, jangan melakukan
pengoperasian atau menggerakan tuas dengan cepat.
PEMELIHARAAN BULLDOZER

Lakukan pemanasan terlebih dahulu. Hal ini akan meningkatan umur penggunaan
alat.
2) Jangan segera menambah kecepatan engine sebelum pemanasan engine selesai.

Jangan menjalankan engine pada putaran rendah secara terus menerus lebih dari
20 menit, karena akan mengakibatkan kebocoran minyak pelumas dari pipa suplay
turbocharger. Bila diperlukan engine pada putaran idling, berikan beban terus
menerus (time to time) untuk menaikkan putaran engine sampai putaran sedang atau
jalankan engine pada putaran sedang.

Kondisi Normal
Setelah engine hidup lakukan hal-hal berikut :
● Tarik tuas kendali gas (bahan bakar) ( 1 ) , ke posisi tengah antara LOW IDLING dan
HIGH IDLING dan jalankan engine
pada putaran sedang selama kurang-lebih 5 menit tanpa beban (pemanasan engine).
Gambar : 4.2.6 Pemeriksaan setelah engine hidup.

setelah pemanasan selesai, cek meteran-meteran dan lampu-lampu peringatan


untuk memastikan bekerja dengan baik Periksa/cek warna gas bekas, suara, atau
getaran.
Periksa/cek kemungkinan ada kebocoran minyak, air atau bahan bakar Bila ada yang
tidak normal laporkan ke atasan untuk perbaikannya.
4.2.7 Pemeriksaan Selama PengoperasianPerhatian !
Bekerjanya system pada engine, hidrolik, kelistrikan atau komponen lainnya dapat
mengalami gangguan selama alat dioperasikan.
PEMELIHARAAN BULLDOZER

a. Perhatikan/pantau semua indikator (instrumen) pada panel monitor untuk mendeteksi


adanya kelainan (tidak berfungsi dengan baik)

b. Perhatikan/pantau pergerakan dari attachment, untuk mendeteksi adanya kelainan


operasinya atau adanya kerusakan
c. Lakukan tindakan yang diperlukan sesuai dengan prosedur bila terdapat kelainan atau
kerusakan.

4.2.8 Pemeriksaan Setelah Selesai Pengoperasian

a. Menghentikan dan Parkir Alat Peringatan :

1) Hindarkan berhenti mendadak


2) Bila menghentikan alat, pilih tempat yang datar dan keras, hindari tempat
yang berbahaya.
Bila terpaksa harus memarkir bulldozer di tempat turunan/tanjakan (karena tidak ada
tempat yang rata), tempatkan tuas parkir pada posiosi LOCK dan ganjal track shoes
dengan balok, turunkan blade ke tanah.

3) Bila tuas kendali peralatan kerja tersentuh, peralatan kerja akan bergerak tiba-
tiba, ini dapat menimbulkan kecelakaan.
Karenanya sebelum meninggalkan tempat duduk, selalu pasang tuas pengaman
pada posisi LOCK secara pasti.

● Injak pedal rem ( 1 ) untuk menghentikan


alat

Catatan :
Gambar 4.2.8
Peeriksaan setelah operasi
PEMELIHARAAN BULLDOZER

Bila rem ditekan/injak sementara putaran engine tinggi atau alat berjalan dengan
kecepatan tinggi, cakram rem mungkin menimbulkan suara selip.

Turunkan putaran engine atau lambatkan gerakan


alat dengan
menginjak pedal perlambatan (declerator pedal) (3)
sebelum menginjak rem.

● Tempatkan joy stick (3) pada posisi netral


dan pindahkan gigi ke gigi I

● Pasang tuas kunci rem parkir


(4) untuk mengunci rem.

● Operasikantuas kendali blade ( 5 ) dan tuas


kendali ripper (6) ke posisi LOWER, turunkan
blade dan ripper ke tanah

● Pasang tuas kendali blade


dan tuas kendali ripper pada posisi HOLD

● Kunci tuas kendali blade dan tuas kendali


ripper dengan tuas pengaman (7).
PEMELIHARAAN BULLDOZER

b. Pemeriksaan Setelah Selesai Bekerja


Pergunakan meter-meter dan lampu-lampu peringatan untuk pemeriksaan :

• Periksa temperatur air pendingin engine

• Periksa ketinggian minyak pelumas.


Gambar 4.2.8.b Pemeriksaan
setelah selesai operasi

• Periksa level bahan bakar

• Periksa temperatur minyak transmisi.

c. Mematikan Engine Perhatikan.

Bisa engine langsung dimatikan tanpa cooling down, umur pemakaian engine
lebih pendek.
Khususnya bila engine over heated, jangan engine langsung dimatikan, tetapi
engine pada putaran rendah (idle) untuk mendinginkan secara bertahap, kemudian
matikan.

● Tempatkantuasgas
(kendali bahan bakar) (1) di
posisi LOW IDLING dan
jalankan engine pada putaran
low idling selama kira-kira 5
PEMELIHARAAN BULLDOZER

menit, untuk pen- dinginan engine secara


bertahap

● Putar kunci kontak (starting


switch) ke posisi OFF dan matikan engine

● Cabut kunci.
Gambar 4.2.8.c Pemeriksaan
setelah selesai operasi

d. Pemeriksaan Setelah Engine Mati

● Jalanlah mengelilingi alat dan periksa semua peralatan kerja (work


equipment/attachment), under carriage, kemungkinan ada yang rusak. Periksa juga
kebocoran minyak dan air.
Bila ditemukan ada yang tidak normal laporkan.
• Isi tangki bahan bakar
• Periksa ruangan engine dari kertas dan reruntuhan. Bersihkan kertas- kertas dan
reruntuhan untuk menghindari kebakaran.
• Bersihkan lumpur yang menempel di under carriage.

e. Penguncian (Locking)

Untuk mencegah tindakan pengrusakan ada kunci-


kunci di tempat-tempat berikut : Tempat-tempat
yang dapat dikunci dengan kunci kontak (Starting
switch key) :

Gambar 4.2.8 d. Pengunci Alat


PEMELIHARAAN BULLDOZER

• tutup engine kiri dan kanan (1)


• Tutup pemeriksaan batere (2)
• Tutup pemeriksaan tangki bahan bakar dan katup pencerat (drain valve) (3)
• Pembuka (opener) pintu kabin (bulldozer yang dilengkapi dengan kabin)
• Tutup dengan kunci (5)

tutup radiator
tutup tangki bahan bakar
tutup tangki minyak hidrolik

lubang pernafasan (breather)


tangki minyak hidrolik

tutup lubang pengisian


minyak power train.
● Tutup atas kap pada depan kabin
(tutup filter AC)

4.3 Pemeliharaan Berkala

4.3.1 Umum
Sebagaimana telah dijelaskan pada termasuk pemeliharaan pencegahan kelompok
periodik maintenance atau juga dengan periodic service.
Bab 2, pemeliharaan berkala ini atau preventive maintenance pada pemeliharaan berkala yang
disebut
Berbeda dengan pemeliharaan harian, dimana interval atau selang waktunya adalah
10 jam atau satu hari, sehingga harus dilaksanakan tiap hari, sehingga oleh karenanya
disebut pemeliharaan harian, pada pemeliharaan berkala ini selang waktu (periode)
yang dimaksudkan adalah lebih dari 10 jam, umumnya mulai dari 250 jam service.
Sebagai catatan ada beberapa tipe
ARAAN BULLDOZER

bulldozer ada yang memakai interval 50 jam service, tetapi ini masuk dalam kelompok
pemeliharaan harian.

Pemeliharaan berkala ini bukan menjadi tugas operator, tetapi menjadi tugas para
mekanik (mekanik service), namun demikian para operator wajib untuk mengetahuinya.

4.3.2 Selang Waktu Atau Periode Pemeliharaan Berkala


Standar waktu yang dipakai untuk pelaksanaan pemeliharaan berkala ini adalah jam
operasi atau jam service, yang harus dibaca pada Service Hour Meter.

Selang waktu, atau periode, atau interval pelaksanaan pemeliharaan bulldozer ini adalah :
• 250 jam service
• 500 jam service
• 1000 jam service
• 2000 jam service
• 4000 jam service.

Termasuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan (service) pada 250 jam service pertama,
yang berbeda dengan kegiatan pemeliharaan pada setiap 250 jam service selanjutnya.
Kegiatan pemeliharaan pada setiap periode atau selang waktu, mencakup kegiatan
pemeliharaan yang harus dilaksanakan pada setiap periode atau
selang waktu sebelumnya. Jadi pelaksanaan kegiatan misalnya pada periode 1000 jam
operasi, maka yang dikerjakan disamping kegiatan pada setiap 1000 jam juga semua
kegiatan yang harus dilakukan pada setiap 500 dan 250 jam service.

4.3.3 Kegiatan Pemeliharaan Berkala Yang Harus Dilakukan

Kegiatan pemeliharaan berkala yang harus dilakukan, termasuk 250 jam service pertama
dan bila diperlukan, adalah :
PEMELIHARAAN BULLDOZER

a. Pemeliharaan setiap 250 Jam Service


1) Penggemukan
gemuki pulley kipas, (1 tempat)
gemuki pena batang perata (equalizer bar side ini (4 tempat)

(Power tilt dozer)


(yoke) penyangga gandar/batang silinder angkat (4 tempat)
as penahan/silinder angkat (2 tempat)
lengan pisau (blade arm) (2 tempat)
sambungan peluru silinder tilt (Tilt cylinder ball joint) (1 tempat)
batang tengah pisau (Blade center link) (1 tempat)
sambungan peluru penahan tilt (Tilt brace ball joint( (1 tempat)
blade center link (1 tempat)
tilt brace thread (1 tempat)
ulir penahan tilt (1 tempat).

(Power tilt – Power pitch dozer)


gandar/batang penyangga silinder angkat (4 tempat)
as penyangga silinder angkat (2 tempat)
lengan pisau (blade arm) (2 tempat)
sambungan peluru silinder tilt (1 tempat)
sambungan peluru (ball joint) silinder pitch
blade center link (1 tempat).

(Angle dozer)
gandar (yoke) pendukung silinder angkat (4 tempat)
as pendukung silinder angkat (2 silinder)

ulir penahan tilt (2 tempat).

(Ripper)
pena bawah silinder tilt (2 tempat)
pena bawah silinder angkat (2 tempat)
pena ujung batang torak (rod) silinder tilt (2 tempat)
pena ujung batang torak (rod) silinder angkat (2 tempat)
PEMELIHARAAN BULLDOZER

pena lengan (arm pin) depan (2 tempat) pena lengan


(arm pin) belakang (2 tempat).

2) Periksa jumlah (level) minyak di kotak penggerak akhir (final drive), tambah
minyak
3) Periksa jumlah (level) air batere (elektrolit)
d. Periksa , setel kekencangan tali penggerak alternator (alternator drive belt
tension)
4) Ganti minyak pelumas engine di karter (oil pan), ganti saringan minyak
5) Cek kinerja (performance) rem.

b. Pemeliharaan setiap 500 Jam Service


1) Ganti filter bahan bakar
2) Ganti elemen filter minyak power train
3) Ganti elemen pernafasan (breather) tangki hidrolik.

c. Pemeliharaan setiap 1000 Jam Operasi


1) Ganti minyak di bak Power Train (Power train case), bersihkan saringan-
saringan (pompa power train, pompa pembilas)
2) Ganti minyak di bak penggerak mula (final drive)

3) Periksa silinder suspensi kabin

4) Bersihkan lubang pernafasan (breather) kotak p[ower train (1 tempat)

5) Bersihkan pernafasan tangki hidrolik (1 tempat)

6) Lumasi universal joint (2 tempat)

7) Ganti penahan korosi (corrotion resistor, catridge)

8) Cek semua bagian penguat (tighening)

9) Gemuki rangkaian (assembly) pully


10) Periksa, bersihkan saringan bahan bakar k. Gemuki, bersihkan saringan
bahan bakar
PEMELIHARAAN BULLDOZER

11) Cek, bersihkan saringan bahan bakar m. Gemuki batang penyetel idler
12) Periksa baut-baut pengikat ROPS, mungkin kendur.

d. Pemeliharaan setiap 2000 Jam Service


1) Ganti minyak hidrolik dalam tangki, ganti elemen filter minyak hidrolik
2) Periksa play rotor turbocharger
3) Bersihkan, periksa turbocharger
4) Bersihkan elemen pernafasan engine
5) Periksa peredam getaran
6) Periksa alternator, motor starter
7) Periksa celah katup engine (clearance), setel
8) Ganti oli di damper case, bersihkan damper breather
9) Gemuki pena batang pengaman (equalizer bar center pin).

e. Pemeliharaan setiap 4000 Jam Service


1) Periksa pompa air
2) Periksa pulley fan dan pulley tekanan (fan pilley dan tension pulley).

f. Pemeliharaan 250 Jam Service Pertama


1) Ganti filter bahan bakar
2) Ganti elemen filter minyak power train
3) Ganti minyak di bak power train, bersihkan saringan
4) Ganti minyak di kotak final drive
5) Ganti minyak di tangki hidrolis, ganti elemen saringan minyak hidrolik
6) Periksa celah katup engine, dan setel.

g. Bila diperlukan
1) Bersihkan bagian dalam sistem pendingin
2) Periksa, periksa dan ganti elemen pembersih udara (air cleaner)
3) Periksa kekencangan track (track tension)
PEMELIHARAAN BULLDOZER

4) Periksa dan kencangkan baut-baut sepatu track


5) Periksa listrik pemanas udara pemasukan
6) Balik dan ganti ujung akhir (end bits) dan mata pisau (cutting edges)
7) Ganti tali kipas (fan belt)
8) Bersihkan dan periksa sirip-sirip radiator
9) Ganti tali AC
10) Bersihkan dan periksa sirip-sirip pendingin minyak hidrolik
11) Setel kelonggaran idler
12) Periksa minyak under carriage
13) Bersihkan saringan udara AC
14) Periksa, setel AC
15) Periksa engsel pintu kabin
16) Ganti pengaman pintu kabin
17) Ganti sikat air (wipper blade).
PEMELIHARAAN BULLDOZER

4.4 Pengetahuan Bahan Bakar Dan Pelumas

4.4.1 Umum

Kegiatan pemeliharaan dan pengoperasian alat-alat berat akan selalu berhubungan


dengan minyak pelumas dan bahan bakar, sehingga seorang operator sebaiknya
memiliki pengetahuan mengenai bahan bakar dan minyak pelumas tersebut, paling
sedikit mengetahui bagaimana cara menangani dengan benar kedua jenis material
tersebut, dan dapat membedakan bahan bakar dan minyak pelumas yang masih
bersih dan yang sudah tercampur dengan kotoran (terkontaminasi).

Disamping itu perlu pula mengetahui jenis bahan pelumas yang seharusnya dipakai
dalam alat-alat berat yang dioperasikannya, khususnya menyangkut kekentalannya
sehingga akan menjadi lebih hati-hati dalam memilih atau menggunakan pelumas
tersebut dapat mengingatkan mekanik yang menanganinya, bila ada kesalahan.

4.4.2 Bahan Bakar

Jenis bahan bakar yang dipakai dalam penggunaan alat-alat berat adalah solar yang
pada saat sekarang dan untuk waktu yang akan datang dituntut berbagai persyaratan
antara lain :
• Memiliki nilai pembakaran yang tinggi sehingga penggunaannya lebih irit/hemat
• Menghasilkan gas buang yang lebih bersih, sehingga tidak menimbulkan polusi
Untuk menjaga agar kinerja mesin tinggi dengan tingkat penggunaan bahan bakar
yang irit/hemat, maka dituntut konstruksi mesin yang memiliki sistem bahan bakar
bertekanan tinggi dan komponen mesin yang sangat presisi seperti :

o Pompa bahan bakar (fuel pump)


o Injector yang memiliki lubang penyemprotan sangat halus o Filter
yang memiliki daya saring yang kuat.
PEMELIHARAAN BULLDOZER

Dan akibat konstruksi yang presisi tersebut akan sangat sensitif terhadap air dan
kotoran sehingga bahan bakar harus selalu bersih dari kontaminasi air dan juga
kotoran (debu, dan sebagainya).

Untuk menghasilkan gas buang yang bersih, selain tuntutan teknis diatas, juga
bahan bakar yang dipakai harus memenuhi syarat sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh pabrik, dan sewaktu-waktu harus dianalisa di laboratorium.

Dalam mempertahankan kondisi bahan bakar yang bersih tersebut, perlu


diperhatikan dalam penanganan bahan bakar tersebut, yaitu :

a. Penyimpanan
1) Solaryangbaru
diterima ditampung pada tangki penyimpanan
dan biarkan selama kurang lebih 24 jam untuk
mengendapkan kotoran dan air yang terkandung didalamnya.
ambar : 542.a Saringan Bahan Bakar

o
2) Posisi tangki penyimpanan sebaiknya dibuat miring sekitar 3 dan dipasang
keran pembuang kotoran dan air pada bagian terendah dari tangki
penyimpanan.
3) Setiap pagi buang kotoran dan air dari
tangki melalui keran pembuang.

b. Pengisian
1) Pengisian solar kedalam tangki alat-alat berat dilakukan
segera setelah selesai dioperasikan.
2) Pada waktu pengisian hindarkan dari tercampur

Gambar : 542.b Tangki Bahan Bakar


PEMELIHARAAN BULLDOZER

kotoran dan air dan jauhkan


sumber api yang membahayakan
3) Setiap pagi sebelum menghidupkan engine,
buang endapan kotoran dan air dari tangki
melalui keran pembuang (yang telah
tersedia).

c. Penggantian filter
1) Penggantian filter bahan
bakar dilakukan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.

2) Pemasangan filter dilakukan tanpa


mengisikan terlebih dahulu solar
kedalamnya. Gunakan pompa tangan (feed
pump) untuk mengisi solar
kedalam filter sekaligus membuang udara
dari sistem bahan bakar.
3) Jangan pernah memakai filter yang dicuci kemudian dipasang kembali

4) Filter bekas harus dirusak dan dibuang.

4.4.3 Minyak Pelumas (Oil)


PEMELIHARAAN BULLDOZER

Oil/minyak pelumas dibutuhkan untuk melumasi bagian/komponen mesin yang


bergerak dan harus memilki sifat-sifat yang khusus tahan terhadap perubahan suhu
dan tekanan yang sangat tinggi.

a. Minyak Pelumas engine (Engine Oil)

Para produsen minyak pelumas dan produsen alat-alat berat terus


mengembangkan jenis engine oil ini untuk dapat dipakai pada berbagai kondisi
engine dengan daya kerja yang optimal, dan beberapa sifat minyak pelumas
yang bermutu adalah :

Tidak terbakar pada suhu tinggi


Mampu menahan tekanan tinggi
Menjamin terjadinya pembakaran yang bersih sehingga
menghaluskan suara mesin
Mencegah terjadinya kerak/jelaga
Irit penggunaannya/tidak boros.

Klasifikasi minyak pelumas engine ini dinyatakan dengan API Service, yaitu :

• Engine oil generasi terdahulu dengan klasifikasi API service CC atau CD


• Pada pengembangan terakhir yang dipakai klasifikasi API service CG dan CH

1) Minyak Pelumas API Service kategori CG-4 untuk tugas motor diesel 4
langkah tugas berat
API Service category CG-4 menggambarkan pelumas yang dipergunakan
dalam motor diesel 4 langkah dengan kecepatan tinggi yang dipergunakan
baik dalam tugas berat di jalan bebas hambatan (0,05% bahan bakar berkadar
belerang berat).

Pelumas CG-4 memberikan perlindungan yang efektif atas deposit piston


bertemperatur tinggi, keausan, korosi, pembentukan busa, stabilitas
oksidasi dan akumulasi jelaga.
PEMELIHARAAN BULLDOZER

Pelumas ini secara khusus efektif dalam motor yang didesain untuk
memenuhi standar emisi gas buang AS dan dapat juga dipergunakan
untuk motor yang mensyaratkan API Service Categories CF-4, CE dan
CD.

2) Minyak Pelumas API Service kategori CH-4 untuk tugas motor diesel 4
langkah tugas berat
API Service Category CH-4 diperkenalkan pada tanggal 1 Desember 1998,
untuk motor diesel 4 langkah kecepatan tinggi
yang didesain untuk memenuhi standar emisi gas buang tahun 1998.
Pelumas CH-4 secara khusus disenyawakan untuk digunakan dengan bahan
bakar dengan kadar belerang yang berkisar sampai 0,5% berat, dan dapat
digunakan sebagai pengganti pelumas CD, CE, CF-4 dan CG-4.

3) Minyak Pelumas API Service kategori CI-4-2002 untuk tugas motor diesel
4 langkah tugas berat
Persyaratan kinerja CI-4 menggambarkan pelumas tersebut dipergunakan
untuk motor diesel 4 langkah tugas berat yang dirancang untuk memenuhi
standar emisi gas buang 2002.

Pelumas ini merupakan senyawa yang dapat dipergunakan untuk semua


bahan bakar diesel yang berkisar kandungan belerangnya sampai 0,05%
beratnya.

Pelumas ini khususnya sangat efektif untuk menjaga ketahanan motor (engine
durability), dimana Exhaust Gas Recirculation (EGR) dan komponen emisi gas
buang lainnya dapat dipergunakaan.

Perlindungan yang optimum ini diberikan untuk pengontrolan corrosive wear


tendencies, stabilitas suhu rendah dan tinggi, soot handling properties, piston
deposit control valve train wear, oxidative thickening, foaming dan viscocity
loss due to shear.

Pelumas CI-4 sangat hebat kinerjanya terutama bagi pelumas yang memenuhi
API CH-4, CG-4 dan CF-4.
PEMELIHARAAN BULLDOZER

Untuk penggunaan klasifikasi yang lebih rendah, agar dilakukan penggantian


oli legih cepat , misalnya biasanya menggunakan engine oil dengan API
Service CD, maka bila menggunakan Engine Oil dengan API Serice CC
penggantiannya hrus lebih cepat.

Disamping klasifikasi minyak pelumas engine yang dinyatakan dengan API


Service sebagaimana diutaraka di atas, ada klasifikasi lain lagi yaitu klasifikasi
berdasarkan Viscositas, atau klasifikasi Viskositas. Sistem umum yang dipakai
semula ditetapkan oleh Society of Automotive Engineers (SAE) dan sekarang
sistem ini dicakup oleh SAE Recommended Practice. Dewasa ini dikenal
minyak pelumas berderajat tunggal (mono
grade) dan minyak pelumas berderajat ganda, yang ditunjukkan dengan dua
angka derajat SAE. Angka pertama
0 0
menunjukkan viskositas SAE W pada 17,8 C dan yang kedua pada 98,9 C.

Perlu diperhatikan

• Pengisian atau penambahan :


- Bersih dari air dan kotoran
- Jangan mencampur dari merk dan grade yang berbeda
- Jumlah dalam oil pan harus tepat
• Penggantian filter
Bila mengganti engine oil sekaligus diganti elemen filter.

b. Minyak pelumas transmisi dan minyak hidrolik

Demikian juga untuk keperluan sistem transmisi dan sistem hidrolik diperlukan
jenis minyak pelumas yang bermutu baik, dan untuk keperluan itu pihak pabrik
telah memberikan rekomendasi jenis pelumas yang dianjurkan untuk dipakai.
Yang perlu diperhatikan oleh operator adalah :
• Pemeriksaan harian terhadap jumlah dan kondisi minyak transmisi
dan minyak hidrolik
• Penambahan bila diperlukan.
PEMELIHARAAN BULLDOZER

c. (Gemuk) Grease

Gemuk digunakan untuk mencegah keausan akaibat gesekan dan meredam


suara gesekan pada joint/sambungan
Yang perlu diperhatikan oleh operator adalah :
Lakukan penggemukan pada titik-titik yang ditentukan sesuai dengan
petunjuk
Bila beroperasi didaerah berlumpur atau terendam air, lakukan
penggemukan tiap hari
Periksa setiap niple
Bersihkan gemuk lama yang keluar karena terdorong oleh gemuk yang baru
dimasukan pada saat penggemukan.

4.4.4 Pendingin (Coolant)

Zat pendingin (coolant) menjaga suhu dalam sistem pendinginan berada pada suhu kerja
yang tepat.
Zat pendingin dapat berupa air, dan sebaiknya harus yang bersih dan sangat dianjurkan
yang mutunya dapat diminum. Misalnya air sungai tidak dianjurkan untuk dipakai karena
banyak mengandung zat kapur dan kotoran lain, karena bila dipakai akan menyebabkan
sistem pendingin cepat tersumbat yang menyebabkan overheating dan merusak engine
Ada beberapa macam additive yang dapat meningkatkan mutu zat pendingin, dan ada yang
menggunakan zat pendingin khusus seperti Extended Life Coolant yang dipakai pada Merk
Caterpillar

Yang Perlu diperhatikan operator :


Periksa level air pendingin setiap hari
Penambahan menggunakan air bersih
Periksa sirip radiator dari kotoran atau penyumbatan
Periksa dari kebocoran pada sistem
Bila terjadi overheating, jalankan engine pada low idling sampai suhu kembali normal,
kemudian matikan engine dan tunggu sampai dingin baru periksa dan tambahkan air
pendingin.
0. 1MELIHARAAN BULLDOZER

PEMILIHAN MINYAK PELUMAS BERDASAR MERK PRODUSEN

Engine Oil Anti Freeze


NO Supplier (CD, CE, or CF-4) SAE Gear Oil Grease Coollent
10W, 30, 40 (GL-4 or GL-5) SAE80, (Lithium-Base) (Ethylene Glicol
10W30, 15W-40 90, 140 Base)

1 KOMATSU EO10-CD EO30- GO 90 G2-LI G2-LI-S AF–ACLAF–


CD EO10-30 CD GO 140 (Lithium Base) DTL AF – DTC
EO15-40CD (Winter, one
season type)

2 AGIP Diesel Sigma S Rotra MP GR MU/EP -


Superdiesel Multi
grade
Sigma Turbo

3 BP Vanellus C3 Gear oil EP Enegrease Antifreeze


Hypogear EP LS-EP2

4 CALTEX RPM delo 400 Universal thuban Marfak all AF Engine


RPM delo 450 Universal thuban EP Purpose 2 Coolant
Ultra-duty grease 2

5 CASTROL Turbomax RX EP, Hypoy B EPX, MS3 Anti Freeze


Super CRD Hypoy C Hypoy, Spheerol Coolant
EPL2

6 CATERPILLA R Cat DEO 15W-40 Cat TDTO Extended Life


CG-4 (Transmission/ Drive Coolant
Train Oil)

7 GULF Superduty Motor oil Multypurpose GulfcrownEP2 Antifreeze and


Superduty Plus Gear lubricant GulfcrownEP Special coolant

8 MOBIL Delvac 1300 Mobilube GX Mohlux EP2


Delvac Super Mobilube HD Mobilgrease77
10W-30, 15W-40 Mobilgrease
Special

9 PERTAMINA Meditran SX SAE15W-44 Transilk-HD


CG-4 SAE 10W,30,50

10 EXXON Essolube D3 Gear Oil GP Gear Beacon EP2 Allseason


(ESSO) Essolube XD-3 Oil GX coolant
Essolube XD-3 Extra
Esso heavy duty
PEMELIHARAAN BULLDOZER

RANGKUMAN

1. Pemeliharaan merupakan langkah usaha untuk mempertahankan kondisi alat-alat berat atau
meningkatkan kembali kondisi alat yang sudah menurun agar dapat dicapai unsur ekonomis
yang selama mungkin.

2. Lingkup pemeliharaan alat cukup luas, terdiri dari berbagai jenis pemeliharaan, mulai dari
preventive maintenance, corrective maintenance, kemudian periodic maintenance dan
sebagainya termasuk penyetelan dan pengetesan. Suku cadang yang dipergunakan suku
cadang asli (genuine), dan penggunaan minyak pelumas mengikuti rekomendasi pabrik.

3. Pemeliharaan harian merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan secara


umum, dilaksanakan setiap hari oleh operator, mulai dari pengecekan/pemeriksaan sebelum
men-start engine, menghidupkan engine, pemeriksaan setelah engine hidup, kemudian
pemeriksaan setelah operasi sampai ke parkir dan mematikan engine.

4. Pemeliharaan berkala yang harus dilakukan dengan jangka waktu (interval) tertentu, mulai dari
setiap 250 jam operasi, 500, 1000, 2000 dan 4000 jam operasi bukan menjadi tugas operator,
tetapi tugas mekanik. Namun demikian operator perlu mengetahuinya.

5. Pengetahuan bahan bakar dan pelumas diberikan kepada operator agar operator tahu, paling
tidak dapat membedakan bahan-bahan yang bersih dan tercemar, begitu pula tentang minyak
pelumas.
Kegiatan pemeliharaan dan pengoperasian alat-alat berat selalu berhubungan dengan minyak
pelumas dan bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan adalah solar yang perlu memenuhi
syarat, memenuhi nilai pembakaran yang tinggi, menghasilkan gas buang yang bersih. Untuk
menjaga kebersihan bahan bakar harus disimpan dengan cara yang baik, demikian pula
pengisian dilakukan dengan cara yang benar pula. Beberapa persyaratan minyak pelumas
perlu
dipenuhi , antara lain tidak terbakar pada suhu tinggi dan mampu menahan tekanan tinggi.
Minyak pelumas transmisi dan minyak hidrolik harus dari jenis yang baik.
Biasanya pihak pabrik telah memberikan rekomendasinya.
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

BAB V
PENGOPERASIAN BULDOZER

Pendahuluan

Umum

Dalam pelaksanaan pembangunan pada umumnya dan pembangunan di bidang


Sumber Daya Air, kehadiran alat-alat berat tidak dapat dipungkiri lagi, karena
memang alat-alat berat diperlukan, bahkan untuk beberapa pekerjaan alat-alat
berat menjadi ujung tombaknya.
Pada penggunaan alat-alat berat dibidang Sumber Daya Air, juga bidang-bidang
lain, pengoperasian adalah merupakan kegiatan utama disamping pemeliharaan
yang berfungsi sebagai penjaga kondisi alat agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
Hasil yang diinginkan dari pengoperasian alat-alat berat ini tentu saja produksi
yang baik, mencakup kualitas maupun kuantitasnya.
Beberapa hal yang mempengaruhi produksi termaksud diantaranya adalah teknik-
teknik operasi baik teknik dasar maupun teknik aplikasi pengoperasiannya.
Penggunaan alat-alat berat yang dilakukan anpa didasari dengan teknik-teknik
operasi yang benar, atau bahkan dilakukan dengan teknik-teknik operasi yang
salah, sulit diharapkan untuk dapat memberikan hasil atau produksi yang baik
seperti yang diinginkan, bahkan sebaliknya disamping menghasilkan produksi
yang tidak baik tetapi juga menyebabkan alat menjadi rusak atau umur alat
menjadi pendek.

5.1.2 Cakupan Materi

Dengan harapan bahwa pengoperasian alat-alat berat khususnya bulldozer dapat


memberikan hasil yang baik seperti yang diinginkan, maka materi pembelajaran
pengoperasian bulldozer ini mencakup berbagai hal, tidak hanya inti
pengoperasian, tetapi juga yang terkait dengan pengoperasian.
Hal-hal termaksud adalah teknik dasar pengoperasian, persiapan operasi, teknik-
teknik aplikasi, jenis material dan perhitungan produksi.

Halaman 1 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

Dengan hal-hal tersebut, didukung dengan pelaksanaan pemeliharaan yang baik,


sesuai dengan ketentuan atau manual pemeliharaan, maka keinginan termaksud
di atas diharapkan dapat tercapai.

5.2 Teknik Dasar Pengoperasian Bulldozer

5.2.1. Menghidupkan engine

a. Tempatkan kunci pemutus batere pada posisi HIDUP.

b. Tempatkan tuas pemilih arah ke posisi NETRAL (4).

Halaman 2 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

c. Governor switch pada posisi low idle ( kura – kura )


d. Aktipkan rem parkir (panah atas) dan bebaskan kunci rem parkir (panah bawah).
e. Tempatkan tuas kendali hidrolis pada posisi TAHAN.
f. Tempatkan kunci engine pada posisi HIDUP. Bila kunci engine berada di posisi
HIDUP maka sistim monitor akan melakukan pengujian fungsi secara otomatis.
g. Bila pengujian telah selesai dengan baik, putarlah kunci kontak ke KANAN (posisi
start) untuk menghidupkan engine.

5.2.2. Setelah Engine Hidup

CATATAN :Untuk menghindari kerusakan engine, matikan engine segera bila 10 detik
kemudian indikator tekanan pelumas engine belum padam.

a. Biarkan engine hidup pada putaran rendah selama kurang lebih 5 menit.
b. Jaga agar permukaan pelumas hidrolis dan power train agar tetap pada antara
ADD dan garis FULL.

c. Indikator sistim pengisian batere harus padam. Bila saat engine hidup indikator ini
masih menyala, matikan engine dan perbaiki segera.
d. Panaskan pelumas hidrolis dengan cara menggerak-gerakkan tuas-tuas kendali
hidrolis pada putaran engine sedang (1300 rpm)
e. Perhatikan suara dan getaran yang tidak normal serta amatilah semua indikator
dan meter-meter.

Halaman 3 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

f. Periksa semua meter, lampu-lampu peringatan dan indikator-indikator secara


berkala selama pengoperasian.
g. Periksalah tangki pelumas hidrolis. Permukaannya harus berada di antara garis
ADD dan “FULL”

5.2.3. MENGUJI REM

Pengujian rem dilakukan melalui prosedur sbb :


a. Pastikan area di sekeliling unit bebas dari orang yang tidak berkepentingan.
b. Lakukan perngujian fungsi Rem di tempat kering dan datar.
c. Gunakan sabuk keselamatan.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Hidupkan engine.
b. Angkatlah semua Attachment.
c. Injaklah pedal rem servis (tanda panah)
d. Bebaskan rem parkir
e. Sementara rem servis ditahan, tempatkan transmisi gigi 2 pada posisi MAJU.
f. Turunkan setelan kecepatan travel sampai kecepatan terendah menggunakan
roda jari.
g. Secara bertahap naikkan putaran engine sampai maksimal. Unit tidak bergerak.
h. Pindahkan tuas pemilih arah ke posisi NETRAL.
i. Turunkan putaran engine, aktipkan rem partkir. Turunkan implemen.

5.2.4. PERSIAPAN UNIT

Persiapan operasi disini adalah kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sebelum


melakukan gerakan-gerakan dasar operasi, yang dimulai setelah engine siap operasi
dalam arti engine telah dihidupkan dan dilakukan

Halaman 4 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

pemanasan (warming up) secukupnya, baik engine maupun sistem lain yang
0
memerlukan pemanasan (suhu operasi) sekitar 70 s.d 90 C Kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan sampai menghidupkan engine, atau persiapan menghidupkan engine
sampai engine hidup dan siap beroperasi, dimasukkan dalam pemeliharaan sebelum
operasi (Periksa Modul Pemeliharaan Bulldozer).

5.2.5. MENJALANKAN MESIN

Untuk menghindari kecelakaan, jauhkan orang-orang yang berada di sekitar unit.


Jagalah agar unit tetap terkendali setiap saat.
Kenali ukuran unit agar dapat mempertahankan jarak yang aman.
Kurangi kecepatan unit bila sedang bergerak di tempat yang sempit.
Pillihlah gigi yang sesuai sebelum menmasuki turunan. Jangan memindah gigi ketika
sedang di turunan.

Gambar 1

1. Atur tempat duduk.


2. Kencangkan sabuk keselamatan.
3. Angkat blade dan ripper sampai posisi aman untuk berjalan.
4. Injaklah pedal rem servis.
5. Bebaskan rem parkir (panah atas).

Halaman 5 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

Gambar 2

6. Putarlah tuas pemindah arah ke depan (5) untuk menjalankan unit MAJU.

Gambar 3

7. Bebaskan rem servis dan naikkan putaran engine sesuai dengan kebutuhan.
8. Jalankan unit maju untuk mendapatkan pandangan yang jelas.

5.2.6. MEROBAH ARAH dan KECEPATAN

CATATAN : Perpindahan gigi transmisi dengan putaran engine tinggi dapat saja
dilakukan pada bulldozer dengan sistim transmisi powershift.

Halaman 6 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

Gambar 4

Namun demi kenyamanan operator dan agar usia pakai komponen-komponen power
train lebih optimum, disarankan untuk menghentikan unit sebelum melakukan
perobahan arah.

Gambar 5

1. Injaklah pedal deselerator.


2. Netralkan transmisi.
3. Injak pedal rem untuk menghentikan unit.
4. Setelah unit berhenti, pindahkan arah dengan memutar tuas (1) ke belakang untuk
menjalankan unit MUNDUR.
5. Lepaskan rem servis.
6. Naikkan kecepatan engine dengan cara melepaskan pedal deselerator.

Halaman 7 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

7. Untuk menaikkan atau menurunkan gigi tekanlah switch pemilih gigi (2).

5.3 Teknik Operasi

5.3.1. Pemilihan Gigi Transmisi


PEMILIHAN GIGI TRANSMISI -
Memaksimalkan sejumlah
pekerjaan akan terpenuhi dengan
pemilihan gigi yang cocok untuk
setiap beban.
Dengan beban tertentu, unit akan
bergerak lebih cepat bila
menggunakan gigi kesatu daripada
gigi yang lebih tinggi (lihat gambar
6).
Apabila gigi dinaikkan ke gigi
yang lebih tinggi ternyata
Gambar 1
gerakan unit melambat,
kembalikan ke gigi yang lebih
rendah.

5.3.2. Blade Miring kekanan

Bulldozer dengan blade yang dapat


diserongkan (angle blade) sangat cocok
untuk penggusuran melebar, menimbun
parit, atau menggusur ke satu sisi sambil
tetap berjalan maju, misalnya memotong
tebing dan membuang materialnya ke arah
jurang.
Gambar 7

5.3.3. Menggusur Langsung (Stright Dozing)

Halaman 8 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER
MENGGUSUR LANGSUNG - Untuk mendapatkan hasil gusuran yang baik,
pertahankanlah kedalamam pemotongan. Isilah blade dan dorong ke tempat
pembuangan.

Gambar 8

Usahakan agar engine tetap bertenaga pada putaran tinggi (hight iddle).

tidak boleh slip.

Apabila terpaksa harus berbelok dengan membawa beban, gunakan tilt

blade (jangan menggunakan steering)


Apabila saudara sedang melakukan pekerjaan perataan, mengisi blade sampai
penuh hasilnya lebih rata dibanding dengan mengisi blade hanya sebagian.

5.3.4. Menggusur di Dalam Alur (Slot Dozing)

MENGGUSUR di DALAM ALUR - Slot


dozing adalah metode menggusur
dengan menjebak material di dalam
parit. Dengan cara ini, material yang
diangkut menjadi lebih banyak, kerena
tumpahan-nya tertahan oleh dinding
parit.

Kedalaman parit jangan sampai melebihi tinggi bla


Gambar 9

Gambar
Mulailahmenggusurdariujung tempat pembuangan, lalu mundurlah seperti pada gambar
(A). Dengan cara ini didapatkan penggusuran menurun dan membawa material di tempat
rata.

Sementara cara menggusur (B) kurang efisien, karena dozer membawa muatan mendaki, dan
tidak bisa membuat alur.

Bila menggusur dalam beberapa parit


sejajar, sisa tanggul sebaiknya
digusur dari arah belakang (gambar
11). Hal ini memungkinkan operator
untuk
tetap mempertahankan kedalaman
parit.
Tebal tanggul sebaiknya tidak
lebih dari 1/3 lebar blade.

MENGGUSUR di LERENG - Jika


memungkinkan, bekerjalah secara
vertikal. Metode ini lebih aman dari pada
bekerja secara horisontal.
Berhati-hati bila bekerja di lereng agar
tidak terbalik.
Bila unit tergelincir ke samping, segera
putar traktor ke arah menurun dengan
blade di atas. Bila
bekerja di lereng, mulailah bekerja dari bagian tertinggi ke bagian yang lebih
rendah. Buanglah material gusuran ke bawah untuk meningkatkan stabilitas.

Halaman 10 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

Jangan memotong bagian bawah tebing berlebihan karena akan mempertajam tebing.

5.3.6. Mendaki dan Menuruni Lereng

Gambar 13
kecepatan engine naik terlalu tinggi.

5.3.7. Menimbun Jurang

DI PENDAKIAN dan PENURUNAN - Kurangilah kecepatan menggunakan rem servis sebelum


memulai mengoreksi kemudi.
Bila mengendarai unit kosong di turunan, engine jangan sampai mengalami overspeed.
Perhatikan tachometer dan gunakan rem sejak mulai menurun untuk mencegah

Untuk mendorong buangan dari dump truk, tempatkan dozer tegak lurus terhadap
tempat pembuangan. Doronglah material ke jurang dengan menyisakan material
dipinggirnya sebagai tanggul. Hati-hati terhadap material yang jatuh dari truk.

Gambar 14

5.3.8. Membuat Parit Bentuk V

Halaman 11 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

MEMBUAT PARIT BENTUK V

Tempatkan ujung blade yang rendah di


tengah-tengah parit. Berhati-hatilah terhadap
tanah yang lunak.
Gusurlah sampai didapatkan kedalaman
yang diinginkan.

Gambar 15

5.3.9. Membersihkan Lahan (Land Clearing)

Gambar Gambar 16

1. Buang dahan-dahan kering. Potonglah akar di seberang arah robohnya pohon.

2. Potonglah akar-akar di kiri dan kanan pohon

3. Dekati pohon perlahan-


lahan sampai blade menempel ke pohon. Doronglah pohon dambil
mengangkat blade. Buatlah tanggul di depan pohon bila perlu tumpuan unit yang lebih
tinggi.

4. Hentikan dorongan bila


sudah pohon mulai tumbang.

Halaman 12 dari 34
Membongkar Tunggul

Pastikan bahwa akar-akarnya sudah terpotong. Angkatlah blade sambil mendorong.

Gambar 18

5.3.11. Mendorong Scraper

1. Tempelkan blade secara merata ke push block.


2. Bulldozer tidak boleh berjalan
lebih cepat dari pada kecepatan scraper.
3. Usahakan untuk mendorong secara lurus.
4. Blade jangan sampai mengenai ban.
5. Jangan mengangkat bagian belakang scraper.
Bila pemuatan telah selesai, bantulah scraper untuk keluar dari tempat pemuatan

Gambar 19
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

5.3.12. Membajak (Ripping)

1. Gunakan gigi transmisi satu saat membajak.


2. Gunakan deselerator untuk menyesuaikan daya tarik agar track tidak slip.
3. Bajaklah sedalam mungkin tanpa mebuat track slip.
4. Ukuran bongkahan ditentukan oleh kedalaman dan lebarnya alur.

CATATAN : Angkatlah ripper sebelum mundur.


Jangan berbelok saat shank masih tertanam.

• Bajak Berganda (Multi Shank Ripper)


• Bajak berganda diharapkan mampu menghasilkan produksi yang lebih tinggi pada
batuan keras, padat dan batuan lepas.
• Bajak berganda dengan satu bajak di tengah tidak dimaksudkan untuk
mendapatkan produksi yang tinggi.
• Mungkin ada keperluan khusus
dimana batang bajak ditempatkan di
bagian pinggir beam. Dalam hal ini
operator
harus berhati-hati untuk menempatkan
batang bajak pada posisi terpendek, dan
menjalankan bulldozer dengan pelan-
pelan. Ripper beam tidak dirancang
untuk bekerja dengan
Gambar 20 tenaga penuh bila batang bajak
di tempatkan di pinggir.
• Bajak berganda Caterpillar tidak dirancang untuk aplikasi pembajakan dalam.
• Bila perlu pembajakan dalam, gunakan bajak tunggal.
• Tanah Keras, Permukaan Keras, Lempung, Shale atau Kerikil
Bersemen

Halaman 14 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

Tiga batang bajak cocok pada material jenis ini. Gunakan bajak berganda untuk
memecahkan material sesuai dengan ukuran yang diinginkan tanpa mambuat track slip.

Batuan Pecah, Rekahan atau Permukaan Lemah

Gunakan dua batang bajak untuk memecahkan material dengan ukuran kecil.
Bila engine keberatan atau tracknya slip, gunakan satu batang bajak saja.

Batuan Padat, Granit dan


Material Sulit di Bajak

Gambar 21

Gunakan bajak tunggal untuk material yang keras atau material yang cenderung
berbongkah-bongkah besar.
Tempatkan batang bajak di tengah bila membajak dengan bajak tunggal

• Sudut Bajak yang Bisa


Disetel (Adjustable
Ripper

Gambar 22

Halaman 15 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

Gambar 2

Gambar 24

Gambar 3
Ripper jenis ini baik sudut shank maupun panjangnya bisa disetel.

• Sudut ripper harus diatur bervariasi untuk mendapatkan hasil maksimal pada setiap alur
bajakan
Sebelum ripper ditancapkan ke dalam tanah, setel shank pada
posisi vertikal. Posisi ini memudahkan penetrasi shank ke dalam tanah. Setelan sudut shank
berbeda-beda tergantung masing-masing material yang di bajak.

Turunkan shank sambil berjalan maju.


Bila kedalaman pembajakan yang diinginkan sudah tercapai, tarik shank ke depan (shank in)
untuk mendapatkan sudut pembajakan yang tepat.

Tarik shank ke depan (shank in) untuk memecahkan bongkahan tanah yang besar.
Dorong shank ke luar (shank out) seperlunya untuk memberi jarak antara shank
dengan material, bila materialnya terlalu keras

Gambar 4

Gambar 7

Gambar 27
Bajakan dangkal bila material akan dimuat oleh scraper, dan bajakan dalam bila akan
didorong oleh dozer itu sendiri atau dimuat oleh excavator
Setel panjang shank secukupnya agar terdapat jarak yang cukup antara permukaan
tanah dan beam.
o Dual Tilt (Blade dengan Kemiringan Ganda)
• Posisi tilt ke depan (A) untuk meningkatkan penetrasi blade dalam, agar pemuatan
lebih cepat.
• Posisi tilt ke belakang (B) untuk membawa muatan. Pada posisi ini blade tidak
menggali,
sehingga bulldozer dapat berjalan lebih ringan.
• Posisidump(C)untuk
mempercepat pembuangan material, terutama untuk material yang lengket.

Gambar 28
5.4 Material
5.4.1 Umum
Gambar (1) memperlihatkan posisi maksimal sistim tilt tunggal (blade miring).
Gambar (2) memperlihatkan posisi maksimal sistim tilt ganda.
Gunakan tilt ganda untuk membelokkan unit bila sedang menggusur untuk mengurangi
enggunaan steering clutch, agar tenaga bulldozer tidak berkurang.
Pada pengoperasian alat –alat berat, termasuk diantaranya pengoperasian
bulldozer, akan ditemui berbagai jenis material yang harus dikerjakan. Tiap jenis
material uang satu mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda dengan jenis material
yang lain.
Dengan perbedaan sifat fisik tersebut, maka tiap jenis material akan memberikan
pengaruh yang berbeda pada pekerjaan yang selanjutnya yang akan memberi
pengaruh pada hasil pekerjaan material tersebut, menyangkut kualitas maupun
produktifitasnya.
Oleh karena itu para operator alat-alat berat, termasuk operator bulldozer,, perlu
kiranya mengetahui jenis-jenis material termasuk sifat-sifat fisiknya. Bahkan tidak
hanya para operator saja, akan tetapi juga pihak-pihak lain yang terkait dengan
pengoperasian alat-alat berat.
5.4.2 Jenis-Jenis Materialberbagai jenis material dapat ditemui di alam kita ini, seperti
misalnya bauksit, karnosit/bijih uranium, lempung/tanah liat, batu bara, granit dan lain
sebagainya.
Namun dalam bahasan ini dibatasi pada jenis material yang dikerjakan dengan alat-
alat berat pada umumnya, dan khususnya yang dikerjakan dengan bulldozer
berkaitan dengan kekerasan material sehubungan dengan kemampuan ripper
bulldozer.
Berikut ini adalah sebagian jenis material yang dikerjakan dengan alat-alat berat
pada umumnya, sedangkan daftar selanjutnya adalah jenis material yang dapat dan
tidak dapat dikerjakan dengan ripper bulldozer :
1. Pasir (sand)
2. Tanah biasa (soil)
3. Tanah liat (clay)
4. Tanah berpasir (sandy soil
5. Gravel (kerikil)
6. Batu kapur, batu pasir. pasir batu
7. Cadas lunak
8. Cadas (rock)
9. Batu cadas, kapur keras
10. Granit
11. Endapan organik, dan lain-lain
Beberapa jenis material yang dapat dikerjakan bulldozer dengan ripper; adalah sebagai
berikut
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

5.4.3 Sifat-Sifat Fisik Material

Sebagaimana telah disinggung di bagian depan bahwa dalam mengoperasikan alat-


alat berat atau dalam pengerjaan material dengan alat-alat berat di lapangan akan
ditemui berbagai jenis material dengan sifat-sifat fisiknya yang berbeda.

Sifat-sifat fisik tersebut merupakan faktor penting dalam kaitannya dengan pemilihan
attchment apa yang perlu dipergunakan dalam pengoperasian bulldozer, serta
produksi yang akan dicapai, dan sebagainya. Beberap difat fisik material adalah
sebagai berikut :

1. Pengembangan/penyusutan material
2. Berat material
3. Bentuk material
4. Kohesivitas Material
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

5. Kekerasan Material
6. Daya dukung

a. Pengembangan/penyusutan material

Yang dimaksud dengan pengembangan material adalah perubahan berupa


penambahan atau pengurangan volume material/ tanah yang terjadi akibat dari
perubahan bentuk dari aslinya.
Keadaan material terbagi dalam 3 keadaan yaitu :

Bank (keadaan asli)


Loose (keadaan lepas/terurai)
Compacted (keadaan padat)

3
Tanah 1000 x 1.25 = 1250 x 0.72 = 900 m
3
Gravel 1000 x 1.25 = 1250 x 0.91 = 1.030 m
3
Batu Lunak 1000 x 1.25 = 1250 x 0.74 = 1.220 m

ASLI LEPAS PADAT

1) Keadaan asli (bank)


Kedaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan,
dinamakan keadaan asli (bank), dan dalam keadaan seperti ini butiran-butiran
yang dikandungnya masih terkonsolidasi dengan baik.
Ukuran dinyatakan dalam BCM = Bank Cubic

Metre atau BCY = Bank Cubic Yar


BAB V PEGOPERSIAN DOZER

2) Keadaan Gembur (Loose)


Material yang telah digali dari tempat aslinya akan mengalami perubahan
volume yaitu mengembang yang disebabkan adanya penambahan rongga
udara diantara butiran- butiran material. Dengan demikian volumenya akan
menjadi lebih besar.
Keadaan ini akibat adanya pekerjaan terhadap material tersebut, sehingga
kedaannya menjadi terurai atau gembur, misalnya pekerjaan penggalian
dengan excavator atau alat lainnya
Ukuran dinyatakan dalam LCM = Loose Cubic Metre
atau LCY = Loose Cubic Yard

3) Keadaan Padat (Compacted)


Keadaan ini akan dialami oleh material yang dipadatkan. Perubahan volume
terjadi karena adanya penyusutan rongga udara diantara butiran material
tersebut dan dengan demikian volumenya akan berkurang.
Perubahan terjadi karena material yang gembur (terurai/loose) mendapat
pekerjaan pemadatan, misalnya dipadatkan dengan road roller.
Ukuran dinyatakan dalam CCM = Compact Cubic Metre
atau
CCY = Compact Cubic Yard.

Dalam perhitungan produksi peralatan, material yang didorong /digusur dengan blade,
atau yang dimuat dengan bucket, kemudian digelar/di-spreading adalah dalam kondisi
gembur (loose). Untuk menghitung suatu volume tanah asli yang telah terurai karena
digali atau melakukan pemadatan dari material yang sudah gembur, perlu dikalikan
dengan faktor yang disebut faktor konversi.
Faktor tersebut adapat dengan mudah dibaca pada tabel faktor konversi.
Contoh :

Bila 500 BCM (Bank Cubic Metre) tanah biasa digemburkan maka :

Volume tanah gembur = Vol.tanah asli x factor


BAB V PEGOPERSIAN DOZER

500 x 1,25 = 625 LCM (Loose Cubic Metre)

Dan bila tanah tersebut dipadatkan, maka

Volume tanah padat = Vol. Gembur x faktor


= 625 x 0,72 = 450 CCM (Compacted Cubic Metre)

TABEL FAKTOR KONVERSI VOLUME MATERIAL

JENIS MATERIAL KONDISI PERUBAHAN KONDISI


KONDI KONDISI KONDISI
SI GEMBUR PADAT
ASLI

ASLI GEMBUR 1, 1,11 0,99


TANAH BERPASIR PADAT 0 1,00 0,80
0 1,17 1,00
0

ASLI GEMBUR 1, 1,25 0,90


CLAY/TANAH BIASA PADAT 0 1,00 0,72
0 1,39 1,00
0

ASLI GEMBUR 1, 1,25 0,90


CLAY/TANAH LIAT PADAT 0 1,00 0,63
0 1,59 1,00
0

GRAVELY ASLI GEMBUR 1, 1,18 1,08


SOIL/TANAH PADAT 0 1,00 0,91
BERKERIKIL 0 1,09 1,00
0,

ASLI GEMBUR 1, 1,13 1,03


GRAVEL/KERIKIL PADAT 0 1,00 0,91
0 1,10 1,00
0

KERIKIL BESAR ASLI GEMBUR 1, 1,42 1,29


DAN PADAT PADAT 0 1,00 0,91
0 1,10 1,00
0

PECAHAN BATU KAPUR, ASLI GEMBUR 1, 1,65 1,22


BATU PASIR, CADAS PADAT 0 1,00 0,74
LUNAS, SIRTU 0 1,35 1,00
0

PECAHAN GRANIT, ASLI GEMBUR 1, 1,70 1,31


BASALT, CADAS KERAS PADAT 0 1,00 0,77
0 1,30 1,00
0

PECAHAN ASLI GEMBUR 1, 1,75 1,40


CADAS, PADAT 0 1,00 0,80
BROCKEN 0 1,24 1,00
ROCK 0

LEDAKAN BATU CADAS, ASLI GEMBUR 1, 1,80 1,30


KAPUR KERAS PADAT 0 1,00 0,72
0 1,38 1,00
0,

Halaman 23 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

KETERANGAN : (A) ASLI/BANK


(B) GEMBUR/LOOSE
(C) PADAT/COMPACTED

b. Berat material
Berat adalah sifat fisik dari setiap meterial yang akan mempengaruhi kepada
kemampuan alat untuk mendorong, mengangkut, mengangkat dan sebagainya,
seperti contoh sebagai berikut :
Suatu alat berat waktu mengangkat material dengan berat 1,5 t/m3 alat dapat
bekerja denga baik, tapi pada saat mengangkat dengan berat 3,6 t/m3 ternyata
alat mengalami kesulitan karena berat beban sehingga gerakkannya menjadi
terganggu

c. Bentuk material

Yang dimaksud dengan bentuk dalam sifat fisik material ini adalah bentuk butiran
dari material yang terjadi akibat terurai dari bentuk aslinya, yang akan berpengaruh
terhadap kemampuan bucket atau blade menampung material tersebut.
Material yang butirannya seragam cenderung dapat mengisi rongga udara,
sehingga volumenya sebanding atau sama dengan volume bukcet, sedangkan
material yang berbongkah-bongkah akan lebih kecil volumenya dari volume bucket,
karena pada material ini akan terbentuk rongga-rongga udara yang mengisi
sebagian isi bucket.
Berapa besar volume material yang dapat ditampung dalam suatu ruangan dapat
dihitung dengan cara memberikan angka koreksi yang disebut Faktor Muat atau
Bucket Factor atau Pay Load Factor.

d. Kohesivitas material

Sifat lain dari material adalah kehesivitas-nya, yaitu daya lekat atau kemampuan
untuk saling mengikat diantara buti-butir material tersebut.

Material dengan kohesivitas tinggi akan menggunung (heaped), dan dengan


demikian volume dari material ini akan lebih besar dari volume ruangan yang
ditempatinya, misalnya tanah liat.

Halaman 24 dari 34
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

Sedangkan material dengan kohesivitas yang kurang baik, bila menempati suatu
ruangan (bukcet) akan sukar menggunung, cenderung rata (peres/ struck),
misalnya pasir.

e. Kekerasan material

Material yang keras akan lebih sukar untuk digali atau dikupas oleh alat berat,
sehingga dapat menurunkan produktivitas alat.
Pada umumnya material yang tergolong keras adalah batu-batuan yang dalam
pekerjaan pemindahan tanah perlu penanganan khusus, misalnya dengan Ripping
atau bahkan dengan peledakan terlebih dahulu.
Batuan dalam pengertian pemindahan tanah antara lain :

Batuan beku : sifat keras, padat, pejal dan kokoh.


Batuan sedimen : merupakan pelapisan dari yang lunak sampai yang keras.
Batuan metamorf : umumnya perlapisan dari yang keras, padat dan tidak
teratur.

Nilai kekerasan material diukur dengan menggunakan Ripper Meter atau Seismic
Test Meter, dan hasil dari test ini akan dapat menentukan jenis ripper yang cocok
untuk pengerjaan material tersebut.

f. Daya dukung tanah

Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat yang berada
diatasnya. Apabila suatu alat berada diatas tanah, maka alat tersebut akan
memberikan daya tekan yang disebut “ground pressure”, yang besarnya berat alat
didistribusikan kapada luas track atau ban yang kontak dengan tanah
(GVW/Ground Contact Area, satuannya kg/cm2). Biasanya telah diberikan dari
pabrik pembuat alat-alat berat untuk masing-masing jenis dan type alat.
BAB V PEGOPERSIAN DOZER

Ground Pressure
(daya
tekan)
2

Ground Bearing
(daya dukung tanah)

Daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran/test langsung di lapangan,
dengan menggunakan alat test yaitu antara lain dengan Cone Penetro Test, yang hasilnya
dinyatakan suatu angka index.

BEBERAPA JENIS MATERIAL DAN DAYA DUKUNG

JENIS MATERIAL DAYA DUKUNG


2
PASIR & TANAH 0,5 kg/cm
TANAH LIAT : 2
1,0 kg/cm 2
LEMBAB 2,0 kg/cm2
SEDANG 4,0 kg/cm
KERING
PASIR : 2
2,0 kg/cm 2
MURNI KERING 4,0 kg/cm
PADAT KERING 2
KERIKIL : PADAT LEKAT 8,0 kg/cm
CADAS : 2
5,0 kg/cm 2
SEDIKIT LEPAS 24,0 kg/cm
PADAT LEKAT

Halaman 26 dari 34
SISTEM PELAPORAN

BAB VI
SISTEM LAPORAN

6.1 Umum

Peranan laporan dalam kegiatan pengoperasian alat-alat berat tidak dapat diabaikan begitu saja, karena
laporan merupakan bagian dari sistem pengoperasian, merupakan bagian dari administrasi
pengoperasian alat-alat berat.

Dengan laporan banyak hal dari pengoperasian alat-alat berat mulai dari pemakaian bahan bakar,
minyak pelumas dan sebagainya, jam kerja alat, kelainan atau kerusakan yang terjadi sampai ke
produksi alat. Karenanya itu akan berguna dalam pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan alat-alat
berat.

Hal tersebut menjadi tidak berguna manakala sistem laporan tidak berjalan. Termasuk dalam sistem
laporan di sini adalah laporan itu sendiri, unit-unit terkait serta pengiriman atau penyampaian serta
umpan balik.

6.1.1 Maksud dan Tjuan

Laporan dibuat dengan maksud memberikan informasi kepada semua bagian atau unit kerja terkait
berbagai hal mengenai pengoperasian alat-alat berat yang sekiranya diperlukan sesuai dengan tugas
masing-masing, termasuk untuk unit alatnya sendiri sementara tujuannya adalah agar semua bagian
atau unit kerja terkait dapat menyiapkan diri dan mengambil langkah-langkah seperlunya untuk
mendukung pelaksanaan pengoperasian alat sehingga dapat lancar dan berhasil dengan baik yang
pada dasarnya membantu kelancaran pekerjaan dan keberhasilan proyek.

6.1.2 Jenis Laporan

Pada dasarnya laporan operasi alat-alat berat dapat dibedakan dalam 3 jenis laporan, yaitu
laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.

6.1.3 Laporan Harian

Laporan ini dibuat setiap hari, dibuat oleh dan menjadi tanggung jawab operator alat berat
yang bersangkutan.

Laporan harian ini, mencakup berbahagai hal mengenai pengoperasian alat serta alatnya
sendiri, seperti misalnya tipe alat, jenis pekerjaan, pelaksanaan

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 1 DARI 20


SISTEM PELAPORAN

pengoperasian, pemakaian bahan, jenis kerusakan yang terjadi, dan sebagainya, yang
disebutkan secara rinci. Semua laporan berawal dari laporan harian ini, atau berawal dari data
yang tercantum dalam laporan harian ini. Oleh karenanya bila terjadi kesalahan dalam laporan
ini, terutama data pengoperasian akan dapat menyebabkan salahnya laporan-laporan yang lain,
ini berarti informasi yang disampaikan tidak benar.

Laporan harian lebih dikenal dengan LHO, atau laporan operasi (selanjutnya akan dibahas pada
bab lain).

6.1.4 Laporan Mingguan

Laporan ini dibuat setiap minggu atau selang waktu satu minggu. Laporan ini merupakan hasil
olahan laporan harian.

Data pengoperasian alat dari laporan harian yang diterima oleh Foreman atau pengawas atau
pejabat yang ditunjuk diolah (kompilasi, evaluasi), menghasilkan informasi mengenai
diantaranya :


Pemakaian bahan ( bahan bakar, minyak pelumas, dan sebagainya)

Kinerja alat

Produktivitas

Hambatan operasi

Efisiensi kerja alat.

Informasi tersebut dipergunakan untuk penyusunan Laporan Mingguan. Disamping itu informasi
juga dipergunakan untuk tindakan turun tangan.

Laporan Mingguan tidak selalu dibuat, tergantung unit Kerjanya, lebih-lebih tergantung dari
tingkat keperntingannya atau urgensinya.

Misalnya bila pekerjaan memerlukan pengawasan atau pemonitoran yang ketat, karena
pekerjaan merupakan crash program.

6.1.5 Laporan Bulanan

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 2 DARI 20


SISTEM PELAPORAN

Bila laporan mingguan tidak dibuat maka data Laporan Harian diolah oleh Pejabat atau institusi
yang ditentukan untuk menghasilkan berbagai informasi (sama seperti pada Laporan
mingguan).

Laporan Bulanan (atau Laporan Mingguan) dikirim kepada dan diolah oleh pejabat atasannya,
berupa informasi atau masukan manajemen untuk pimpinan atau Kepala Institusi.

6.1.6 Pengiriman/Penyampaian Laporan

Laporan-laporan yang dibuat atau disusun (Laporan Harian, Laporan Mingguan/ Bulanan),
secara hirarkhis disampaikan kepada unit-unit atasan. Laporan harus disampaikan dengan tepat
waktu dan tepat kirim.
a. Tepat Waktu

Dengan tepat waktu, dimaksudkan bahwa laporan harus disampaikan sesuai dengan waktu
yang tidak ditetapkan, sesuai dengan jenis laporannya.

Laporan harian disampaikan setiap hari, pada harii yang bersangkutan atau paling
lambat sehari sesudahnya atau disampaikan batas akhir yang
ditentukan

Laporan mingguan, disamapaikan pada akhir minggu yang bersangkutan, atau sesuai
dengan yang ditentukan

Laporan Bulanan, disampaikan pada tiap akhir bulan.

b. Tepat Kirim

Tepat kirim, dimaksudkan bahwa laporan harus dikirim dan disampaikan kepada para
pejabat pada bagian-bagian atau unit-unit kerja terkait atau institusi lain yang ditentukan,
menurut jenis dan tingkat hirarkinya. Misalnya Laporan Harian dikirim dan disampaikan
kepada atasan langsung operator atau pengawas pekerjaan atau pejabat yang ditentukan,
bukan dikirim langsung ke Unit Produksi, misalnya. Demikian pada laporan Bulanan (yang
dibuat oleh para Foreman atau pengawas lapangan, atau yang lainnya) dikirim ke Pelaksana
Lapangan, bukan langsung ke kepala Proyek, dan seterusnya.

6.1.7 Unit Kerja Terkait

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 3 DARI 20


SISTEM PELAPORAN

Unit terkait adalah unit-unit kerja atau bagian-bagian atau institusi-institusi yang berada di
dalam organisasi pelaksanaan pekerjaan atau organisasi proyek, yang diberi tugas untuk
menangani atau harus diberi data atau informasi pekerjaan pengoperasian alat, yang
selanjutnya memberi informasi ataupun umpan balik kepada unit kerja lain yang
memerlukannya.

Unit-unit terkait ini antara Unit kerja/Proyek yang satu dengan lainnya bisa saja berbeda,
tergantung dari manjemen yang dipakai.

Laporan atau informasi yang diterima atau yang ditangani unit-unit termaksud berbeda- beda,
seperti misalnya Foreman/Pengawas menerima dan menangani laporan rinci dari operator,
sedangkan Pelaksana menerima dan menangani laporan yang sudah diolah dan tidak rinci,
demikian pula unit kerja Peralatan atau Unit Produksi, sementara bagian logistik (suplai) tidak
menerima informasi dalam bentuk laporan, tetapi menerima permintaan bahan, yang asal-
usulnya juga dari olahan laporan operasi.

6.1.8 Umpan Balik / Tindak Lanjut

Dari setiap level pengolahan/penanganan laporan diharapkan adanya umpan balik bagi level
bawahnya yang sekiranya berguna untuk suatu perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan
lapangan.

Misalnya dari Foreman atau Pengawas yang menerima laporan Harian langsung dari operator,
memberikan petunjuk agar pemakaian bahan bakar dapat lebih irit, setelah ditemukan (dari
hasil olahan/evaluasi) dari laporan harian, bahwa pemakaian bahan bakar agak boros.

Demikian pula misalnya terlihat bahwa kemajuan pekerjaan pengoperasian agak lambat, perlu
diberikan solusinya (umpan balik).

6.2 Laporan Harian Operasi

Laporan Harian Operasi merupakan titik awal dari berbagai informasi pengoperasian alat-alat berat,
berbagai data mengenai pengoperasian alat-alat berat. Berbagai data mengenai pengoperasian alat,
termasuk data alat dan pekerjaan, disajikan melalui laporan ini. Laporan harian operasi ini menjadi
tugas dan tanggung jawab Operator alat yang bersangkutan.

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 4 DARI 20


SISTEM PELAPORAN

Dengan demikan peranan Operator dalam menangani administrasi pengoperasian alat, yang kemudian
menjadi informasi, menjadi cukup kelihatan. Kesalahan atau ketidak benaran dalam memasukan data,
dapat berakibat cukup besar dalam pelaksanaan pengoperasian alat, dalam pelaksanaan pekerjaan.

Oleh karena itu operator dituntut, disamping menyajikan data secara akurat juga harus jujur, apa
adanya.

6.2.1 Isi Laporan

Laporan harian operasi berisi berbagai macam hal yang berhubungan dengan pengoperasian
alat, pengoperasian bulldozer. Mungkin saja terjadi sedikit perbedaan isi laporan diantara
laporan dari Unit Kerja atau Perusahaan yang satu dengan yang lainnya, namun pada dasarnya
hampir sama, seperti diantaranya :

a. Data proyek (nama, lokasi, dsb)


b. Data alat (jenis, merek/type, tahun pembuatan, kapasitas,dsb)
c. Kondisi alat
d. Rincian pekerjaan (jenis pekerjaan, waktu pelaksanaan, dsb)
e. Hasil pekerjaan (lebar, panjang, dalam galian, dsb)
f. Pemakaian bahan (bahan bakar, minyak pelumas, minyak hidrolik, dsb)
g. Dan lain sebagainya.

6.2.2 Bentuk Laporan

Laporan harian operasi pada umumnya mempunyai bentuk yang mudah dikerjakan, yaitu
bentuk formulir. Dengan demikian untuk suatu laporan, formulir telah didesain/dirancang
sesuai dengan kebutuhan, dan selalu diusahakan agar mudah dan sederhana dalam
pengisiannya, untuk menghindari kesalahan-kesalahan pengisian.

Laporan dalam bentuk surat selalu dihindari. Tujuannya adalah agar tidak terlalu membebani
operator dan mengurangi kemungkinan terjadi kesalahan.

6.2.3 Cara Mengisi Laporan

Pengisian dilakukan dengan memperhatikan materi yang ada di dalam formulir laporan
termasuk satuan-satuan yang harus diisikan. Sebagian diantaranya ada

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 5 DARI 20


SISTEM PELAPORAN

yang harus diisi dengan angka, dengan huruf, sebagian lainnya diisi dengan tanda-tanda saja,
misalnya tanda (x) atau semacam huruf v ( ).

Pengisian laporan harus mengikuti petunjuk pengisian, baik petunjuk lengkap maupun petunjuk
sebagian saja.

Hal ini penting karena petunjuk pengisian tersebut besar artinya ; bila tidak mengikuti petunjuk
atau menyalahi petunjuk, maka laporan dapat menjadi salah besar misalnya petunjuk pengisian
mengharuskan diisi dengan satuan m (meter), tetapi diisikan dengan km (x1000), atau km/jam
diisi dengan mil/jam, dan sebagainya. Oleh karena itu ikuti petunjuk atau cara pengisian dari
formulir yang bersangkutan.

6.2.4 Petunjuk Pengisian

Petunjuk pengisian formulir atau form laporan harian operasi diberikan secara rinci bagaimana
mengisikan data pengoperasian alat kedalam form LHO.
Sebagai contoh, berikut ini diberikan Form LHO beserta petunjuk pengisiannya.

1) Nama Pekerjaan
Diisi nama pekerjaan yang dilakukan pada Proyek termaksud, misalnya :
• Stripping atau pengupasan top soil, atau;

• Cut&fill, pemotongan tanah di daerah dengan level tinggi, didorong kedaerah


dengan level rendah (untuk mengurug/menimbun)
• dsb.

2) Lokasi
Diisi nama tempat pekerjaan dilakukan, misalnya :

• Curug
• Teluk Jambe
• dsb.
3) Tanggal

Diisi tanggal pada hari pekerjaan dilakukan, misalnya :

• 31 Desember 1990, atau

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 6 DARI 20


SISTEM PELAPORAN

• 25 april 2007
• dsb.
4) Jenis Alat
Diisi jenis alat yang dipergunakan, misalnya :

• Bulldozer
• Wheel loader
• dsb.
5) Merek / Type
Diisi merek dan tipe dari alat berat yang dipergunakan, misalnya :

• Komatsu WA 30-1, (Wheel loader) atau


• Caterpillar, Bulldozer D7G
• dsb.
6) Nomor Registrasi

Diisi Nomor registrasi alat, sesuai dengan yang diberikan oleh pemilik alat/unit kerja,
misalnya :

• BD 2001/005
• dsb.
7) Hour Meter (awal)

Diisi dengan penunjukan angka pada service merer, sebelum mulai bekerja, misalnya :
• 0025751.
8) Hour Meter (akhir)

Diisi dengan penunjuk angka pada service meter, setelah selesai bekerja, misalnya :
• 0002792.
9) Nama Operator
Diisi dengan nama operator yang bertugas, misalnya :

• Badu
• Amir.
10) Jenis Material

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 7 DARI 20


SISTEM PELAPORAN

Diisi dengan jenis material yang dikerjakan, misalnya ;

• Tanah merah lengket, atau


• Sirtu.
11) Diisi dengan kondisi lapangan yang dikerjakan, misalnya ;

• Kering atau
• Basah bekas hujan semalam.
12) Bahan Bakar (ltr)
Diisi jumlah pemakaian bahan bakar pada hari yang bersangkutan, dalam liter.
13) Pelumas Engine, Pelumas Transmisi, Minyak hidrolik, Minyak Pelumas Power Train (ltr)

Masing-masing diisi jumlah minyak yang ditambahkan, dalam liter, pada hari yang
bersangkutan, diisi dengan angka.
14) Minyak Lain (ltr)

Diisi dengan jumlah tambahan minyak lainnya, dalam liter, pada hari yang bersangkutan,
diisi dengan angka.
15) Air Accu
Diisi dengan jumlah air accu, dalam liter, pada hari yang bersangkutan.
16) Lain-Lain
Diisi dengan jumlah pemakain bahan lain, pada hari yang bersangkutan.
17) Air Pendingin

Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai berkaitan dengan temperatur air pendingin
misalnya bila temperatur air pendingin normal, berilah tanda pada kolom normal, bila
temperatur air pendingin tinggi / engine panas, berilah tanda pada kolom Tidak Normal.

18) Pelumas Engine

Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan tekanan minyak pelumas
engine
19) Pelumas Transmisi

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 8 DARI 20


SISTEM PELAPORAN

Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan temperatur minyak.
20) Pelumas Power Train

Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan temperatur minyak.
21) Minyak Hidrolik

Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan temperatur minyak.
22) Ampere Meter
Diisi dengan tanda √ pada kolom yang sesuai, berkaitan dengan pengisian accu.
23) Siang (Pukul), Malam (Pukul)

Angka-angka pada kolom Pukul menunjukan jam operasi alat dan jam tidak operasi alat.

Berilah tanda √ di belakang angka-angka bila alat beroperasi, dan berilah tanda X di
belakang angka-angka bila alat tidak beroperasi.

Misalnya, alat (bulldozer) beroperasi mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00, kemudian
pukul sebelas berhenti karena ada gangguan teknis dan mulai lagi pukul 12.00 sampai dengan
pukul 16.00. Pada malam harinya bekerja lagi mulai pukul 19.00 sampai pukul 21.00.
Pengisiannya adalah, di belakang angka 07.00, 08.00,09.00,10.00, 12.00,13.00,

14.00,15.00,16.00,19.00, 20.00 dan 21.00 diberi tanda √ , sedangkan di belakang angka 11.00
diberi tanda X.
24) Waktu

Kolom-kolom waktu ini diisi dengan lamanya kegiatan, dalam jam dan menit. Dengan contoh
di atas maka sejajar dengan tanda √ diisi 1 dan 0. Demikian pula di belakang tanda X.
Bila misalnya ketika mulai bekerja lagi tidak tepat pada pukul 12.00, tetapi pukul 12.30 maka
sejajar dengan tanda √ pada angka 12.00 diisi dengan 0 dan 30.

25) Keterangan

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 9 DARI 20


SISTEM PELAPORAN

Pada kolom-kolom ini diisi degan kondisi kerja, seperti operasi, rusak/perbaikan, menunggu
perintah, sesuai dengan kenyataan, sejajar dengan waktu masing-masing.
26) Jenis Kerusakan

Diisi dengan jenis kerusakan yang terjadi, misalnya blade retak atau sambungan pipa hidrolik
bocor, dan sebagainya.
27) Produksi

Kolom-kolom Produksi diisi dengan jenis pekerjaan dan hasil kerja atau produksinya, pada hari
yang bersangkutan :
3
1. Cut & fill – 5 m
2
2. Stripping – 200 m
3. dsb.

6.2.5 Perhatian Bagi Operator Bulldozer

o Harus diingat bahwa dari data yang anda laporkan akan menjadi bahan pengambilan
keputusan manajemen bahkan mungkin tingkat
manajemen puncak

o Harus diingat bahwa betapa pentingnya data yang anda laporkan, dan dituntut untuk
mengisinya dengan benar dan penuh tanggung jawab

o Harus diingat bahwa keterlambatan penyampaian laporan akan berdampak terlambatnya


informasi yang sampai ke tingkat manajemen, yang mungkin akan merugikan karyawan
termasuk anda sendiri. Untuk itu harus disiplin agar laporan tepat waktu

o Biasakan untuk selalu mencatat semua kegiatan anda dan hasilnya tuangkan dalam
laporan sesuai dengan yang diminta.

PELATIHAN OPERATOR BULLDOZER HALAMAN 10 DARI 20


M PELAPORAN

6.3 Laporan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Disamping laporan-laporan yang sudah dibahas sebelumnya ini, ada suatu laporan khusus yang harus
dibuat. Pada setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan/proyek, yaitu laporan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja).

Laporan K3 ini dibuat oleh operator bulldozer dan pelaksana lapangan, yang harus dibuat dan dikirim
ke atasan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan (periodic atau setiap memakai pekerjaan
baru).

Pada dasarnya laporan ini memberikan informasi, sejauh mana K3 ditempat kerjanya dilaksanakan,
baik oleh operator maupun oleh pelaksana sesuai dengan lingkup tugas masing-masing.

Dengan laporan ini diharapkan setiap petugas memberikan perhatian kepada segala sesuatu yang
berkaitan dengan K3 sehingga kecelakaan dapat dihindarkan dan kalaupun masih saja terjadi maka
akan dapat ditelusuri dengan tidak terlalu sulit, ditemukan penyebabnya dan dilakukan perbaikan-
perbaikan sistem pencegahan kecelakaan, untuk menghindari terjadinya kecelakaan.

6.3.1. Daftar Simak Potensi Kecelakaan Kerja

Pada setiap pelaksanaan pekerjaan hampir selalu ada potensi kecelakaan yang setiap saat bisa
muncul dan menimbulkan kecelakaan. Potensi ini perlu diketahui adanya oleh para pelaksana
dilapangan, terutama para operator, sehingga yang bersangkutan masing-masing dapat lebih
waspada dan dapat menghindari terjadinya kecelakaan.

Daftar simak tersebut berisi potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja pada setiap
langkah pekerjaan berdasarkan kondisi kerja dan lingkungannya.

6.3.2. Daftar Simak Keselamatan Kerja

Daftar simak keselamatan kerja ini ada 2 macam yaitu daftar simak yang harus dibuat dan
ditanda tangani oleh operator dan daftar simak yang dibuat dan ditanda tangani oleh
pelaksana lapangan.

Pada dasarnya daftar simak pertama (yang dibuat oleh operator) adalah menginformasikan
kegiatan dan penyediaan sarana yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang
telah dilakukan. Sementara yang lainnya

PELATIHAN OPERATOR BULDOZER Halaman 12 dari 20


SISTEM PELAPORAN

(yang ditanda tangani oleh pelaksana lapangan) menginformasikan mengenai pengawasan


sejauh mana sarana atau perlengkapan keselamatan kerja telah dipergunakan secara benar.

6.3.3. Bentuk dan Cara Pengisian Daftar Simak

Daftar simak dirancang (didesain) berupa formulir isian yang cukup mudah cara mengisinya.
Untuk daftar simak potensi kecelakaan diisi dengan memberi tanda (misalnya X, atau ) pada
kolom yang sesuai dengan potensi kecelakaan kerjanya (berada pada kolom keterangan)
untuk setiap langkah kerjanya.

Untuk daftar simak kecelakaan kerja, dilakukan dengan memberi tanda (misalnya X, atau )
pada kolom-kolom yang tersedia sesuai dengan senyatanya (ya, atau tidak), sebagai jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan pada kolom Daftar Pertanyaan.

Dari sedikit uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa laporan K3 pada hakekatnya adalah
merupakan informasi mengenai pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja disuatu
tempat pelaksanaan kegiatan pekerjaan/proyek pada setiap tahap pelaksanaan pekerjaan,
dengan menggunakan daftar simak (cek list) mengenai potensi kecelakaan kerja dan
keselamatan kerjanya.

6.3.4. Contoh Laporan

Sebagai contoh disajikan salah satu bentuk laporan harian operasi beserta petunjuk
pengisiannya (Periksa Bab 3, butir 3.5) dan laporan K3, sebagai berikut.

PELATIHAN OPERATOR BULDOZER Halaman 13 dari 20

Anda mungkin juga menyukai