Anda di halaman 1dari 9

TUGAS : Analisis Risiko Kesehatan & Keselamatan Kerja

PENGAJAR : dr. Muh. Furqaan Naiem, MSc, Ph.D

MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN


KESELAMATAN KERJA (K3) PADA PEKERJAAN
PENGELASAN
(STUDI KASUS PHOTOKERATITIS)

Jonesius Eden Manoppo


P1000316005

PROGRAM STUDI S3 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
2

STUDI KASUS MANAJEMEN RISIKO PENGELASAN

Studi-studi menunjukkan bahwa kegiatan pengelasan dapat menimbulkan risiko


Photokeratitis. Pada perusahaan perkapalan ini, ditemukan sebanyak 60 % pekerja
bagian produksi yang mengalami Photokeratitis selama 6 bulan terakhir. Gangguan
mata itu diperkirakan terjadi sebagai akibat pemakaian alat pelindung mata yang
tidak sebagaimana seharusnya. Akibat kejadian ini, perusahaan tak dapat memenuhi
jadwal kontrak pembelian, terbuka kemungkinkan mengalami tuntutan hukum dari
pekerja dan mengalami peningkatan biaya perawatan kesehatan. Kejadian ini
mendorong perusahaan untuk memberikan penyuluhan tentang risiko pengelasan
terhadap keselamatan dan kesehatan mata pengelas dan juga melakukan evaluasi
terhadap pemakaian pelindung mata saat pengelasan. Disamping itu, perusahaan (1)
menerima mahasiswa magang yang akan mempraktekkan pemakaian alat pelindung
itu secara benar dan (2) menunjukkan contoh alat pelindung mata yang tepat bagi
kegiatan pengelasan.

Pertanyaan
1. Apabila kejadian Keratitis merupakan risiko kerja pada tukang las, jelaskan jenis
dan tatacara identifikasi hazard terhadap risiko Keratitis itu.
2. Jelaskan pendapat Saudara terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dan
seharusnya dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi risiko itu.
3. Jelaskan pendapat Saudara terhadap upaya yang dilakukan perusahaan kapal itu
untuk memenuhi tujuan utama asesmen risiko
4. Jelaskan undang-undang dan peraturan yang dipatuhi dan yang tidak dipatuhi
masing-masing oleh pengelas dan perusahaan.
5. Kalau perusahaan ini berkeinginan melakukan manajemen risiko, apa saran
Saudara kepada Perusahaan dan Pengelas agar kegiatan itu berjalan efektip
memenuhi tujuan?.

-o0o-
3

JAWABAN

1. Apabila kejadian Keratitis merupakan risiko kerja pada tukang las,


jelaskan jenis dan tatacara identifikasi hazard terhadap risiko
Keratitis itu.

A. Jenis identifikasi hazard yang biasa dilakukan ialah:


a. Pengecekan Data Perusahaan
Perusahaan biasanya memiliki catatan mengenai jumlah dan jenis
dari cidera yang dialami karyawan, dalam hal ini perusahaan tentu
memiliki catatan siapa saja yang mengalami photokeratitis dan kapan
saja terjadinya selama karyawan tersebut bekerja di perusahaan
pengelasan kapal tersebut. Ini bisa dijadikan data dasar untuk
meganalisis ketidakamanan tempat kerja baik itu manusia, peralatan
atau lingkungan kerja.
b. Check List / Daftar Periksa
Metode ini cukup mudah dan sederhana. Hanya butuh membuat
daftar pemeriksaan bahaya di tempat kerja. Namun, dalam
pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal spesifik mengingat beda
tempat beda juga peralatan dan bahaya yang ditimbulkan, selain itu
jika ingin mengembangkan harus dibawah kontrol alhli Analisis Risiko
K3 yang mengerti tempat dan peralatan yang digunakan. Daftar ini
perlu dievaluasi secara berkala terutama bila ditemukan bahaya atau
potensi bahaya baru atau adanya penambahan alat baru. Metode ini
biasaya dilakukan oleh orang yang mengenal betul seluk-beluk tempat
kerjanya.
c. Job Safety Analysis (JSA) Atau Job Hazard Analysis (JHA)
Pengertian JSA menurut OSHA 3071 yaitu metode yang
mempelajari suatu pekerjaan untuk menemukan ptensi hazard yang
terkandung didalamnya. Dengan dikenalnya hazard kerja maka dibuat
prosedure / langkah kerja yang tepat untuk mengurangi atau
menghilangkan bahaya-bahaya tersebut dan mencegah kecelakaan.
JSA harus dilakukan pada setiap pekerjaan yang kritikal. JSA terus
berkembang menyertai setiap proses kegiatan sehingga selalu perlu
disempurnakan.
4

B. Tatacara Identifikasi Hazard


Secara umum prosedur yang biasa dilakukan untuk menentukan
bahaya/hazar ditempat kerja adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data :
a. Denah/Peta Lokasi Perusahaan.
b. Kebijkan K3.
c. Struktur Organisasi Perusahaan.
d. Diagram Alir Proses.
e. Prosedur, Instruksi Kerja serta peralatan yang digunakan.
f. Komposisi Tenaga Kerja.
g. Daftar Fasilitas Umum dan Fasilitas Penunjang Operasional
Perusahaan.
h. Daftar mesin tenaga dan produksi.
i. Daftar pesawat uap dan bejana tekan yang digunakan
j. Daftar alat berat dan kendaraan operasional yang digunakan.
k. Daftar bahan baku.
l. Daftar produk.
m. Daftar sampah, limbah dan emisi yang dihasilkan.
n. Laporan Insiden sebelumnya.
o. Masukan/informasi dari tenaga kerja ataupun pihak ke-3 di luar
Perusahaan.
p. Aktivitas keamanan, lalu-lintas, lingkungan dan situasi darurat.
q. Perizinan, Perundang-undangan dan kontrak dengan pihak ke
tiga.
r. Daftar pihak lain yang beraktivitas di wilayah Perusahaan.
s. Perubahan Manajemen.
2. Melaksanakan observasi lapangan.
3. Melaksanakan identifikasi bahaya berdasarkan faktor bahaya di
tempat kerja (Bahaya keselamatan kerja: Mekanis, Elektrik,
Kebakaran/Ledakan. Bahaya kesehatan kerja : Biologis, Fisik, Kimia,
Ergonomik, Psikologs)
4. Melaksanakan penialaian resiko berdasarkan matriks resiko.
5. Menentukan pengendalian resiko berdasarkan hierarki pengendalian
resiko/bahaya K3 (Eliminasi, Substitusi, perancangan, Administrasi dan
Alat pelindung diri.
5

6. Melaporkan hasil identifikasi bahaya, penilaian resiko dan


pengendalian resiko kepada pimpinan perusahaan.

2. Jelaskan pendapat Saudara terhadap langkah-langkah yang telah


dilakukan dan seharusnya dilakukan oleh perusahaan untuk
mengurangi risiko itu

A. Langkah yang telah dilakukan perusahaan


Perusahaan pengelasan kapal diatas sebenarnya telah menjalankan
manajemen K3 walau belum sesuai dengan standar yang diharapkan,
terbukti dengan adanya evaluasi terhadap kejadian penyakit yang menjadi
bahan identifikasi masalah, kemudian analisis risiko serta upaya
pengendalian dengan penggunaan alat pelindung diri dan upaya
pengendalian sederhana. Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa
perusahaan mengetahui bahaya yang menyebabkan pekerjanya berisiko
terkena photokeratitis, sehingga perusahaan juga mewajibkan pekerjanya
menggunakan pelindung mata dalam bekerja, namun pada kenyataanya
penderita keratitis tetap tinggi yaitu 60% dari total pekerja di bagian
produksi, perusahaan juga telah melakukan analisis risiko sehingga
diperoleh kemungkinan penyebab photokeratitis yaitu penggunaan
pelindung mata tidak sebagaimana mestinya. Upaya penanggulangan
dengan melakukan penyuluhan penggunaan pelindung mata sebagaimana
mestinya sedang direncanakan, jugal dengan menerima mahasiswa
magang yang bisa berfungsi sebagai Role Model dalam hal penggunaan
alat pelindung diri (dalam hal ini pelindung mata) yang sesuai dengan
pekerjaan pengelasan juga cara menggunakan yang baik dan benar.
B. Langkah yang Seharusnya dilakukan Perusahaan
Sejak awal seharusnya perusahaan telah memiliki manajemen K3 yang
kemudian melakukan kegiatan :
1. Klasifiksasi Aktivitas Kerja
Perusahaan seharusnya telah melakukan klasifikasi pekerjaan
berdasarkan berat-ringannya, tingkat risiko bahayanya, sehingga
proses pekerjaan tidak akan terganggu di kemudian hari sehingga
mengganggu proses produksi dan merugikan perusahaan sendiri.
6

2. Identifikasi Hazard
Perusahaan seharusnya telah memiliki data lengkap mengenai Man,
Modal, Method, Material, Manajerial, sehingga sumber bahaya, risiko
sudah diketahui dan bisa dilakukan pencegahan dan penanganan
tepat waktu dan tidak mengganggu proses produksi.
3. Analisis Risiko
Dengan mencatat seluruh hazard dan potensi hazard bisa dihitung
kemungkinan risiko yang ditimbulkan sehingga bisa dibuat prioritas
pencegahan dan penanganan, hal ini bisa meminimalisir kerugian
perusahaan akibat gangguan risiko saat proses produksi.
4. Menentukan Prioritas Tindak Lanjut
Dari hasil analisi risiko bisa didapatkan urutan risiko berdasarkan
besarnya kerugian yang ditimbulkan, daftar ini bisa menunjukkan
bahaya dan risiko mana saja yang membutuhkan penanganan segera
dan paling penting untuk dijerjakan dalam skala waktu.
5. Memilih Sasaran Penting
Dari prioritas tindak lanjut yang disusun bisa dipilih sasaran mana
yang benar-benar membutuhkan perhatian serius dari pihak
perusahaan sehingga bisa meningkatkan proses produksi dan
menekan kerugian dimasa yang akan datang.
6. Menentukan indeks capaian untuk sasaran
Ketika sasaran penting telah dipilih, langkah selanjutnya ialah
menetapkan indeks pengukuran keberhasilan, karna tanpa indeks
tidak bisa mengukur kemajuan pada saat monitoring dan evaluasi.
7. Membuat Program
Berdasarkan Sasaran yang dipilih dan indeks yang ditentukan maka
manajemen K3 perusahaan seharusnya membuat program untuk
dilaksanakan, dari kasus diatas jika saja perusahaan memiliki program
K3 hasil dari urut-urutan sebelumnya maka tidak akan terkesan tiba
masa-tiba akal, atau tidak akan terganggu proses produksinya sampai
melewati batas tender.
8. Menerapkan Program
Program yang telah disusun bersama, kemudian diimplementasikan
dan dikukuhkan dengan kebijakan perusahaan.
9. Tinjauan Program ( Monitoring dan Evaluasi)
7

Program yang telah dijalankan perlu untuk ditinjau


keberlangsungannya apakah sesuai atau memerlukan penyesuaian
dengan keadaan kekinian di perusahaan, monitoring juga tidak hanya
mengukur keberhasilan atau kegagalan program namun bisa dipakai
untuk mengukur kemajuan perusahaaan secara umum.

3. Jelaskan pendapat Saudara terhadap upaya yang dilakukan


perusahaan kapal itu untuk memenuhi tujuan utama asesmen
risiko.

Menurut pendapat saya penilaian risiko yang dilakukan oleh perusahaan


tidaklah berjalan sesuai dengan tatacara atau prosedur yang seharusnya, jika
risiko menjadi nyata di tengah-tengah proses produksi bahkan mengganggu
proses maka bisa dipastikan tidak dilakukan asesmen risiko, tidak pernah
dilakukan penilaian risiko sebelumnya atau walaupun dilakukan maka proses
selanjutnya tidak dijalankan dengan benar, penilaian risiko di tengah jalan
adalah hal yang terlambat, karena pengendalian baru akan dilakukan setelah
perusahaan sudah mengalami kerugian dan keterlambatan proses produksi.
Tujuan utama asesmen risiko ialah mencegah atau mengurangi kerugian
selama proses produksi dan dilakukan sebelum proses produksi, jika
dilakukan di tengah atau dibelakang proses produksi itu bukan lagi asesmen
risiko melainkan sudah msuk dalam upaya tinjauan program yaitu upaya
untuk membuat kerugian tidak bertambah menjadi lebih besar. Namun
sebagai ahli kesehatan masyarakat saya menghargai upaya yang dilakukan
oleh perusahaan kapal tersebut untuk berubah kearah yang lebih baik.
8

4. Jelaskan undang-undang dan peraturan yang dipatuhi dan yang


tidak dipatuhi masing-masing oleh pengelas dan perusahaan.

A. Undang-undang yang dipatuhi dan tidak dipatuhi pengelas


Dipatuhi Tidak Dipatuhi
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja Pasal 12. b Keselamatan Kerja Pasal 12.c,d,e
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No. : Per.01/MEN/1981
Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No.
Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja

Undang-undang yang dipatuhi oleh pengelas ialah mengikuti arahan


perusahaan menggunakan alat pelindung diri seperti terdapat dalam UU
No. 1 Tahun 70 Tentang Keselamatan Kerja Pasal 12 huruf b. Namun
mengabaikan pasal 12 huruf c,d,e dimana pengelas tidak meminta
kepada manajemen cara menggunakan APD yang baik dan benar, selain
itu kewajiban pengelas untuk melaporkan penyakit akibat kerja tidak
dilakukan juga tidak menggunakan haknya seperti yang ada dalam
Permenakertrans RI No.5 Tahun 1996 Tentang MK3.
B. Undang-undang yang dipatuhi dan tidak dipatuhi perusahaan
Dipatuhi Tidak Dipatuhi
Undang-undang No. 1 tahun 1970 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
tentang Keselamatan Kerja Pasal 12. a Keselamatan Kerja Pasal 9
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja Pasal 12.c,d,e
Undang-undang No. 15 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Peraturan Menteri tenaga Kerja R.I. No.
Per.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi tenaga Kerja
Dengan Manfaat Lebih dari Paket
Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No.: Per.03/MEN/1982 Tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No. : Per.01/MEN/1981
Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No.
Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
9

Dari daftar undang-undang yang dipatuhi diatas dapat disaksikan


ketimpangan dalam pelaksanaanya, dimana dari sekian banyak peraturan
mengenai keselamatan kerja dan kesehatan kerja serta ketnagakerjaan
hanya satu aspek yang dipatuhi perusahaan yaitu penggunaan APD
pada karyawan, sedangakan masih dalam pasal yang sama dengan huruf
yang berbeda tidak dipatuhi perusahaan, sehingga kealpaan perusahaan
dalam menjalankan undang-undang ketenagakerjaan dan keselamatan
kerja bisa dituntut. Dari analisis kasus diatas didapati pula bahwa
kemungkinan perusahaan tidak mengikutsertakan karyawan dalam
program jaminan kesehhatan sehingga biaya kesehatan meningkat.

5. Kalau perusahaan ini berkeinginan melakukan manajemen risiko,


apa saran Saudara kepada Perusahaan dan Pengelas agar kegiatan
itu berjalan efektip memenuhi tujuan

Jika perusahaan memiliki keinginan untuk melakukan manajemen risiko


walau terlambat perusahaan harus memulai dari awal yaitu membentuk
komite K3 perusahaan, berkonsultasi dengan para ahli K3, mengidentifikasi
hazard, analisis risiko, menentukan prioritas, sasaran dan tujuan serta
membuat program K3 beserta monitoring dan evaluasi. Untuk meminimalisir
risiko yang ada sekarang tidak memungkinkan melakukan eliminasi sumber
photokeratitis karena pengelasan kapal membutuhkan tenaga mekanis dan
eletrik dalam proses, dan hal itu menimbulkan percikan api yang bisa
membuat trauma di jaringan lunak yang ada pada mata., teknologi yang ada
saat ini belum memungkinkan perusahaan untuk mensubstitusi pengelasan
alat yang tanpa percikan api, jika ada pasti tidak sesuai dengan anggaran
perusahaan, dalam hal mengubah rancangan yang sudah adapun cukup
memberatkan perusahaan, hal yang paling mungkin untuk dilakukan ialah
melakukan pemeriksaan pekerja secara teratur, memberi penyuluhan dan
monitoring penggunaaan APD sebagaimana mestinya, menerapkan sanksi
administratif bagi pekerja yang tidak patuh serta mengikutsertakan karyawan
dalam asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan pekerja.

--------------------------------------&&&---------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai