Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk
kerugian baik terhadap manusia , maupun yang berhubungan dengan
peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara
langsung dan tidak langsung (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2016).
Kesehatan kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jabatan, pencegahan penyimpanan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan
manusia dan manusia dengan jabatannya (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2016).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang
selanjutnya disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien,pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

B. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari
manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktifitas proses kerja di
Rumah Sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat,

4
5

aman dan nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah
Sakit(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
C. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Definisi
Menurut OSHA (2002) dalam Ilmy Alfa Baetin Nurul (2020)
Job Safety Analysis adalah sebuah analisis bahaya pada suatu
pekerjaan adalah teknik yang memfokuskan pada tugas pekerjaan
sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi
sebuah insiden atau kecelakaan kerja. Memfokuskan pada
hubungan antara pekerja, tugas, alat dan lingkungan kerja.
Idealnya adalah setelah dilakukannya identifikasi bahaya yang
tidak dapat dikendalikan, tentunya akan diambil tindakan atau
langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi mereka
ke tingkat risiko yang dapat diterima oleh pekerja.
Analisa keselamatan kerja atau yang biasa disebut dengan
Job Safety Analysis (JSA) adalah kegiatan pemeriksaan
sistematis pekerjaan, yang tujuannya untuk mengidentifikasi
potensi bahaya, menilai tingkat risiko, dan mengevaluasi langkah-
langkah yang telah dilakukan untuk mengendalikan risiko.
2. Metode job safety analysis
Menurut Friend dan Kohn (2006) dalam Ilmy Alfa Baetin Nurul
(2020) metode JSA dibagi sebagi berikut :
a. Metode observasi
Metode pertama dalam Job SafetyAnalysisadalah
wawancara observasi untuk menetukan langkah-langkah kerja
dan bahaya yang dihadapi yang bertujuan untuk melakukan
pengumpulan data terkait tempat kerja, lingkungan kerja, jam
kerja, dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di tempat kerja.
6

b. Metode diskusi
Metode yang kedua ini biasa digunakan untuk pekerjaan
yang jarang dilakukan. Metode ini biasa diterapkan pada
pekerja-pekerja yang sudah selesai bekerja dan membiarkan
para pekerja bertukar pikiran tentang langkah-langkah
pekerjaan dan potensi bahaya yang ada
c. Metode meninjau kembali prosedur yang sudah ada
Metode yang terakhir ini dapat digunakan ketika proses
sedang berlangsung dan para pekerja tidak bisa bersama-
sama. Semua orang yang berpartisipasi pada proses ini dapat
menuliskan ide-ide tentang langkah-langkah dan potensi
bahaya yang ada di ruang lingkup pekerjaan para pekerja
3. Tujuan job safety analysis
Penerapan JSA harus dilakukan secara proaktif dimana fokus
untuk penerapan JSA berlandaskan pada pemeriksaan pekerjaan
dan bukan pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut. JSA dapat
digunakan untuk respon terhadap peningkatan cedera atau sakit,
akan tetapi proses identifikasi bahaya dan penetapan tindakan
(CCOHS, 2001)
Menurut Tarwaka (2014) tujuan untuk jangka panjang dari
program JSA ini diharapkan pekerja dapat ikut berperan aktif
dalam pelaksanaan JSA, sehingga dapat menanam kepedulian
pekerja terhadap kondisi lingkungan disekitar tempat kerja yang
berfungsi untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman
dan meminimalisasi kondisi tidak aman (unsafe condition)
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk atau situasi atau
tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera
pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. menurut WHO
analisis bahaya adalah suatu pendekatan ilmiah, rasional,
sistematik untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan
bahaya.
7

4. Manfaat melaksanakan job safety analysis


a. Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan
prosedur kerja efisien
b. Membuat kontak keselamatan pekerja
c. Mempersiapkan observasi keselamatan terencana
d. Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru
e. Memberikan instruksi pre jib untuk pekerjaan luar biasa
f. Meninjau prosedur kerja setelah kecelakaan
g. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan
dalam metode kerja
h. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan ditempat
kerja
i. Mengurangi absen
j. Meningkatkan produktivitas
k. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah
5. Tahapan pembuatan job safety analysis
a. Memilih pekerjaan
Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk
mempunyai prioritas dan harus dianalisa terlebih dahulu. Hal
yang perlu diperhatikan saat memilih pekerjaan yaitu :
1) Frekuensi kecelakaan
2) Tingkat cedera yang yang menyebabkan cacat
3) Kekerasan potensi
4) Pekerjaan baru
5) Mendekati bahaya
b. Menguraikan suatu pekerjaan
Langkah-langkah dalam menguraikan pekerjaan yaitu :
1) Pilihlah pekerjaan yang benar untuk melakukan observasi
2) Pilihlah pekerjaan yang berpengalaman, mampu dan
kooperatif sehingga mampu berbagi ide.
8

3) Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA kepada pekerja


4) Observasi performa pekerja terhadap pekerja dan tulis
langkah dasar JSA
5) Rekaman video pekerjaan dapat digunakan untuk
peninjauan di masa mendatang.
6) Pertanyakan langkah awal pekerjaan dilanjutkan langkah
selanjutnya dan seterusnya.
c. Mengidentifikasi bahaya dan potensi kecelakaan kerja
Cara identifikasi bahaya dan potensi kecelakaan kerja :
1) Adakah bahaya mogok, akan mogok atau kontak yang
berbahaya dengan obyek pekerjaan.
2) Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman
3) Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkut,
menekuk atau memutar yang dilakukan berakibat
ketegangan.
4) Adakah potensi tergelincir atau tersandung
5) Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada du tempat
tinggi
6) Dapatkah pekerja mencegah bahaya saat kontak dengan
sumber listrik dan kontak putus
7) Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan dan
kesehatan
8) Adakah konsentrasi gas beracun, asap , kabut, uap , debu,
panas atau radiasi
9) Adakah bahaya ledakan
d. Membuat penyelesaian
Langkah terakhir dalam JSA adalah mengembangkan
prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadian atau
potensi kecelakaan. Hal yang perlu diperhatikan saat membuat
penyelesaian yaitu :
1) Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan
9

2) Mengubah kondisi fisik yang menimbulkan bahaya


3) Mengubah prosedur kerja
4) Mengurangi frekuensi pekerjaan
D. Penerapan K3 di Tempat Kerja
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan no 5 tahun 2018
tempat kerja adalah tiap runagn atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja berkerja atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya termasuk semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan
bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 66 Tahun 2016 rumah
sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap
keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah
sakit. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 66 Tahun 2016 setiap
rumah sakit wajib menyelenggarakan K3RS meliputi membentuk dan
mengembangkan SMK3 rumah sakit dan menerapkan standar K3RS.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit
meliputi :
1. Penetapan kebijakan K3RS
2. Perencanaan K3RS
3. Pelaksanaan rencana K3RS
4. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS
Penerapan K3 memiliki 3 tujuan dalam pelaksanaannya
berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
10

Kerja. 3 (tiga) tujuan utama penerapan K3 berdasarkan Undang-


Undang No 1 Tahun 1970 tersebut antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan
orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
Menurut Wirawan I Made Ady (2017) Manfaat penerapan K3 di
rumah sakit yaitu :
1. Mencegah penyakit akibat kerja
2. Mencegah kecelakaan akibat kerja
3. Meningkatkan produktivitas kerja
4. Mencegah kehilangan tenaga kerja potensial
5. Meningkatkan kualitas pelayanan
6. Kepuasan pasien, pekerja dan manajemen
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit :

1) Identifikasi Hazard di Rumah Sakit

Faktor fisik, kimia, biologis, psikososial, ergonomi merupakan


faktor risiko yang harus dikontrol. Identifikasi didasarkan kepada
setiap bagian yang menunjang aktifitas di RSUD Margono Soekarjo
Purwokerto.

2) Pencegahan dan Kontrol


Mengembangkan program untuk mencegah hazard yang
dijumpai tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi petugas
kesehatan. Memberikan alat pelindung diri bagi setiap tenaga
kesehatan yang ada di Rumah Sakit Margono Soekarjo. Alat
pelindung diri dapat digunakan untuk menghindari hazard
menimbulkan masalah. Salah satu sumber risiko adalah dari faktor
lingkungan kerja rumah sakit.
11

3) Tanggap Darurat
Mengingat banyaknya faktor risiko yang ada di rumah sakit
dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan ataupun penyakit
akibat kerja. Maka dari itu pengamanan pada setiap kondisi perlu
dilaksanakan. Seperti potensi terjadinya kebakaran maka RSUD
Margono menyediakan APAR disetiap ruangan.
4) Health Surveillance & Monitoring
Monitoring kesehatan dan lingkungan kerja perlu dilaksanakan
di RSUD Margono Soekarjo.
E. Pelaksanaan Audit SMK3
1. Definisi
Menurut Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 audit
SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen
terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk
mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan
dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan no 66 tahun 2016
pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS sebagaimana dimaksud
melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal
SMK3 Rumah Sakit
2. Audit Internal SMK3
Audit digunakan untuk meninjau dan menilai kinerja dan
efektivitas SMK3 Perusahaan. Audit internal dilaksanakan oleh
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
mengetahui dimana Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja telah diterapkan dan dipelihara secara tepat.
Pelaksanaan audit didasarkan pada hasil audit (audit-audit)
sebelumnnya. Hasil penilaian risiko juga menjadi dasar dalam
menentukan frekuensi pelaksanaan audit internal pada sebagian
aktivitas operasional perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau
bagian mana saja yang memerlukan perhatian manajemen
12

Perusahaan terkait risiko K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan


(Pasha Fathur Hamnur, 2015)
3. Audit Eksternal SMK3
Adalah audit SMK3 yang dilaksanakan oleh lembaga audit
yang ditunjuk Meneteri dalam rangka penilaian penerapan SMK3
di Rumah Sakit (Pasha Fathur Hamnur, 2015).
4. Elemen Audit SMK3
a. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen
b. Strategi Pendokumentasian
c. Peninjauan Ulang Desain dan Kontrak
d. Pengendalian Dokumen
e. Pembelian
f. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
g. Standar Pemantauan
h. Pelaporan dan Perbaikan Keuangan
i. Pengelolaan Material dan Pemindahannya
j. Pengumpulan dan Penggunaan Data
k. Pemeriksaan Sistem Manajemen
l. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan (Pasha
Fathur Hamnur, 2015).
5. Tujuan Audit Program K3
a. Memperkuat program dan standar organisasi.
b. Mengingatkan manajer pada setiap tingkatan untuk
mendorong perbaikan kinerja.
c. Laporan audit dapat mengupayakan perbaikan dan perhatian
terhadap kondisi substandard.
d. Mendapat informasi pada saat yang tepat sebelum kejadian
yang merugikan terjadi, sehingga dapat melakukan kontrol utk
perbaikan pada tingkat awal.
e. Identifikasi terhadap kelemahan program.
f. Memberi kesempatan pada kelompok atau individu untuk
13

g. Saling mengenal dan saling memperkuat


h. Memperkuat kemampuan manajemen
i. Meningkatkan keterlibatan manajemen dalam pelaksanaan
program
j. Fokus pada kinerja sebagai motivasi manajemen.
k. Memberi kesempatan pada upaya dan kontribusi setiap
pekerja dalam melaksanakan prinsip sistem manajemen K3
(Pasha Fathur Hamnur, 2015).
6. Mekanisme Audit K3 Rumah Sakit
Pelaksanaan audit didasarkan pada hasil penilaian risiko dari
aktivitas operasional Rumah Sakit dan hasil audit sebelumnya.
Hasil penilaian risiko juga menjadi dasar dalam menentukan
pelaksanaan audit internal. Pelaksanaan audit internal mencakup
seluruh area dan aktivitas dalam ruang lingkup penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja. Pelaksanaan
audit internal secara umum minimal satu kali dalam kurun waktu
satu tahun dari audit internal sebelumnya (Pasha Fathur Hamnur,
2015).

Anda mungkin juga menyukai