Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO


KECELAKAAN DI LINGKUNGAN KERJA
“JOB SAFETY ANALISIS”
“diajukan guna memenuhi persyaratan acara praktikum keselamatan kerja”

Disusun oleh :

GOLONGAN A / Kelompok 1

1. Fatimatuz Zahrotur Robi’ah NIM. A41160113


2. Shella Eva Maria Dhena NIM. A41160133
3. Nur Hidayat Putra NIM. A41160307
4. Munthaha Budy Laksono NIM. A41160335
5. Risky Nurfitriani Susanti NIM. A41160346
6. Wahyu Fajar Prasetyo NIM. A41160400
7. Feri Firmansyah NIM. A41160445
8. Wena Lindi Malinda NIM. A41160543

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Data dari International Labour Organization (ILO) tahun 2011 mencatat 2,3
juta pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau sakit
akibat pekerjaan per tahun dan setiap harinya terjadi sekitar enam ribu kecelakaan
kerja yang mengakibatkan korban fatal di dunia. Sedangkan berdasarkan data
BPJS Ketenaga kerjaan tahun 2014, di Indonesia sendiri secara rata-rata dalam
sehari tercatat 397 kasus kecelakaan kerja/hari, sedangkan pekerja mengalami
kecacatan tercatat 25 kasus/hari, cacat total 1 kasus/ hari dan korban meninggal
dunia 9 kasus/hari. Berdasarkan data diatas tingkat kecelakaan kerja di Indonesia
masih tergolong tinggi. Padahal telah banyak peraturan perundang-undangan yang
mengatur bagaimana syarat dan ketentuan kesehatan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat. Salah satunya pada UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional.
Pada perundangan lainnya disebutkan, Pasal 87 ayat 1 UU No 13 tahun
2003 menegaskan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dimaksud
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur,
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna teciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif.
Berdasarkan mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan
melakukan Job Safety Analysis (JSA) yaitu satu sistem penilaian resiko dan
identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi bahaya
yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan/tugas yang dilakukan tenaga kerja
atau analisa keselamatan pekerjaan merupakan suatu cara/metode yang digunakan
untuk memeriksa dan menemukan bahaya-bahaya sebelumnya diabaikan dalam
merancang tempat kerja, fasilitas/alat kerja, mesin yang digunakan dan proses
kerja.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum :
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerjadan
menganalisis pengukuran hasil usaha keselamatan dan kesehatan kerja
berdasarkan banyaknya insiden yang terjadi pada alat mesin pertanian.
2. Menganalisis pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada alat mesin
pertanian.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerjadan menganalisis pengukuran hasil usaha keselamatan dan kesehatan
kerja berdasarkan banyaknya insiden yang terjadi pada alat mesin pertanian.
2. Untuk dapat menganalisis pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada
alat mesin pertanian.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Job Safety Analysis (JSA)


Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menangulangi kondisi bahaya
sebelum kontak adalah dengan pembuatan JSA. JSA atau sering disebut Analisa
Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu sistem penilaian resiko dan
identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi bahaya
yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan/tugas yang dilakukan tenaga kerja
atau analisa keselamatan pekerjaan merupakan suatu cara/metode yang digunakan
untuk memeriksa dan menemukan bahaya-bahaya sebelumnya diabaikan dalam
merancang tempat kerja, fasilitas/alat kerja, mesin yang digunakan dan proses
kerja (Lintas Solusi Prima, 2008).
Job Safety Analysis merupakan salah satu usaha dalam menganalisa tugas
dan prosedur yang ada di suatu industri. JSA didefinisikan sebagai metode
mempelajari suatu pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya dan potensi
insidenyang berhubungan dengan setiap langkah, mengembangkan solusi yang
dapat menghilangkan dan mengkontrol bahaya serta insiden.
JSA merupakan salah satu langkah utama dalam analisa bahaya
dankecelakaan dalam usaha menciptakan keselamatan kerja. Bila bahaya telah
dikenali maka dapat dilakukan tindakan pengendalian yang berupa perubahan
fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat mereduksi bahaya kerja. Dalam
pelaksanaannya, prosedur analisa keselamatan kerja memerlukan latihan,
pengawasan dan penulisan uraian kerja yang dikenal sebagai JSA untuk
mempermudah pengertian prosedur kerja pada karyawan (Soeripto,1998).
Hal-hal positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA, adalah (Adi Satria
Abadi, 2007):
a. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan
b. Sebagai alat kontak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru
c. Melakukan review pada Job prosedur setelah terjadi kecelakaan
d. Memberikan pre job intruction pada pekerjaan yang baru
e. Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan
f. Meninjau ulang SOP sesudah kecelakaan atau nearmiss accident terjadi.
Dalam pembuatan JSA, terdapat teknik yang dapat memudahkan
pengerjaannya, yaitu (Adi Satria Abadi, 2007):
a. Memilih orang yang tepat untuk melakukan pengamatan, misalnya orang
yang
b. berpengalaman dalam pengerjaan, mampu dan mau bekerja sama dan
saling
c. tukar pikiran dan gagasan.
d. Apabila orang tersebut tidak paham akan perannya dalam pembuatan JSA,
e. maka diberi pengarahan dahulu tentang maksud dan tujuan pembuatan
JSA.
f. Bersama orang tersebut melakukan pengamatan/pengawasan terhadap
g. pekerjaan dan mencoba untuk membagi atau memecahkan pekerjaan
tersebut
h. menjadi beberapa langkah dasar.
i. Mencatat pekerjaan tersebut setelah membagi pekerjaan tersebut.
j. Memeriksa dengan seksama dan mendiskusikan hasil tersebut ke bagian
k. section head yang diamati.

2.2 Tujuan Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)


Tujuan pelaksanaan JSA secara umum bertujuan untuk
mengidentifikasipotensi bahaya disetiap aktivitas pekerjaan sehingga tenaga kerja
diharapkan mampu mengenali bahaya tersebut sebelum terjadi kecelakaan atau
penyakit akibat kerja.
Dan sebagai tujuan jangka panjang dari program JSA ini diharapkan
tenaga kerja dapat ikut berperan aktif dalam pelaksanan JSA, sehingga dapat
menanamkan kepedulian tenaga kerja terhadap kondisi lingkungan kerjanya guna
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman dan meminimalisasi kondisi
tidak aman (unsafe condition) dan perilaku tidak aman (unsafe action) (Tarwaka,
2008).
2.3Manfaat Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)
Pelaksanaan JSA mempunyai manfaat dan keuntungan sebagai berikut :
a. Dapat digunakan untuk memberikan pelatihan atau training
mengenaiprosedur kerja dengan lebih aman dan efisien.
b. Memberikan training kepada tenaga kerja/karyawan baru.
c. Memberikan Pre-job instruction pada pekerjaan yang tidak tetap.
d. Melakukan review pada job prosedur setelah terjadi kecelakaan.
e. Melakukan studi terhadap pekerjaan untuk memungkinan
dilakukanimprovement metode kerja.
f. Identifikasi pengaman apa saja yang perlu dipakai saat bekerja
g. Meningkatkan produktifitas kerja dan tingkah laku positif mengenai safety.

2.4 Langkah-langkah dalam menyusunJob Safety Analysis (JSA)


Didalam melaksanakan program JSA, terdapat empat langkah dasar yang
harus dilakukan, yaitu :
a. Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis
Langkah pertama dari kegiatan pembuatan JSA adalah mengidentifikasi
pekerjaan yang dianggap kritis. Langkah ini sangat menentukan keberhasilan
program ini. Hal ini didasarkan pada program klasik yaitu masalah waktu untuk
menganalisa setiap tugas disuatu perusahaan. Untuk keluar dari masalah tersebut,
diperlukan usaha untuk identifikasi pekerjaan/tugas kritis dengan cara
mengklarifikasi tugas yang mempunyai dampak terhadap kecelakaan/melihat dari
daftar statistik kecelakaan, apakah itu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan
harta benda, cidera pada manusia, kerugian kualitas dan kerugian produksi. Hasil
dari identifikasi tersebut tergantung pada tingkat kekritisan dari kegiatan yang
berlangsung.
Dalam menentukan pekerjaan/tugas kritis atau tidak didasarkan pada
(Tarwaka,2008) :
1. Frekuensi kecelakaan
Pekerjaan yang sering menyebabkan terjadinya kecelakaan
merupakansasaran dari JSA. Semakin tinggi kekerapan terjadinya
kecelakaan makin diperlukan pembuatan JSA untuk pekerjaan tersebut
2. Kecelakaan yang mengakibatkan luka
Setiap pekerjaan yang memiliki potensi untuk mengakibatkan luka
baikluka yang dapat menyebabkan cacat sementara atau luka yang
menyebabkan cacat tetap.
3. Pekerjaan dengan potensi kerugian yang tinggi
Perubahan pekerjaan dapat menimbulkan perubahan pola kerja
sehinggadapat menimbulkan kecelakan di lingkungan kerja.
4. Pekerjaan baru
Perubahan peralatan atau menggunakan mesin baru dapat
menyebabkantimbulnya kecelakaan. JSA perlu segera dibuat setelah
penggunaan mesin baru. Analisa tersebut tidak boleh ditunda sehingga
dapat menyebabkan terjadi nearmiss atau kecelakaan terlebih dahulu
b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar
Dari setiap pekerjaan diatas dapat dibagi menjadi beberapa bagian
atautahapan yang beruntun yang pada akhirnya dapat digunakan/dimanfaatkan
menjadi suatu prosedur kerja. Tahap-tahap ini nantinya akan dinilaikeefektifannya
dan potensi kerugian yang mencakup aspek keselamatan, kualitas dan produksi.
Tahapan kerja dapat diartikan bagian atau rangkaian dari
keseluruhanpekerjaan, ini bukan berarti bahwa kita harus menulis/membuat daftar
dari detail pekerjaan yang sekecil-kecilnya pada uraian kerja tersebut.
Untuk mengetahui tahapan pekerjaan diperlukan observasi
kelapangan/tempat kerja untuk mengamati secara langsung bagaimana suatu
pekerjaan dilakukan. Dari proses tersebut dapat kita ketahui aspek
aspek/langkahlangkah kerja apa yang perlu kita cantumkan.
Dalam membuat/menulis langkah-langkah kerja tidak terdapat
standartyang pasti harus sedetail apa suatu langkah kerja harus ditulis. Proses
yang efektif dalam proses penyusunan tahapan pekerjaan ini adalah memasukkan
semuatahapan kerja utama yang kritis. Setelah melakukan observasi dicek
kembali dan diskusikan kepada foreman/section head yang bersangkutan untuk
keperluan evaluasi dan mendapatkan persetujuan tentang apa yang dilakukan
dalam pembuatan JSA.
c. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan
Dari proses pembuatan tahapan pekerjaan, secara tidak langsung akan dapat
menganalisa/mengidentifikasi dampak/bahaya apa saja yang disebabkan atau ada
dari setiap langkah kerja tersebut. Dari proses yang diharapkan kondisi resiko
bagaimanapun diharapkan dapat dihilangkan atau minimalkan sampai batas yang
dapat diterima dan ditoleransikan baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan
standart/hukum.
Bahaya disini dapat diartikan sebagai suatu benda, bahan atau kondisiyang
bisa menyebabkan cidera, kerusakan dan atau kerugian (kecelakaan). Identifikasi
potensi bahaya merupakan alat manajemen untuk mengendalikan kerugian dan
bersifat proaktif dalam upaya pengendalian bahaya di lapangan/ tempat kerja.
Dalam hal ini tidak ada seorang pun yang dapat meramalkan seberapa parah atau
seberapa besar akibat/kerugian yang akan terjadi jika suatu insiden terjadi, namun
identifikasi bahaya ini dimaksudkan untuk mencegahterjadinya insiden dengan
melakukan upaya-upaya tertentu.
Untuk melakukan identifikasi yang efektif, diperlukan hal-hal seperti
dibawah ini :
1) Melakukan pengamatan secara dekat.
2) Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang diamati.
3) Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang.
4) Melakukan dialog dengan operator yang dinilai berpengalaman
dalampekerjaan yang diamati.
d. Mengendalikan bahaya
Langkah terakhir dalam pembuatan JSA adalah mengembangkan suatu
prosedur kerja yang aman yang dapat dianjurkan untuk mencegah terjadinya suatu
kecelakaan. Solusi yang dapat dikembangkan antara lain :
1. Mencari cara baru untuk melakukan pekerjaan tersebut
Untuk menemukan cara baru dalam melaksanakan pekerjaan,
tentukantujuan kerjanya dan selanjutnya buat analisa berbagai macam cara
untukmencapai tujuan ini dengan melihat cara mana yang paling aman.
Pertimbangkan penghematan pekerjaan yang menggunakan alat dan
perkakas.
2. Merubah kondisi fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan.
Jika cara baru tidak ditemukan, maka pada tiap langkah pekerjaan
dapatmenimbulkan pertanyaan “perubahan kondisi fisik (seperti perubahan
peralatan, material, perkakas, desain mesin, letak atau lokasi) apa yang
akan mencegah timbulnya kecelakaan”. Apabila tindakan perubahan yang
telah ditemukan, pelajari dengan teliti dan hati-hati untuk menentukan
keuntungan lainnya, misalnya hasil produksi lebih besar atau penghematan
waktu yang terjadi akan tumbuh dengan perubahan ini. Keuntungan
tersebut harus digaris bawahi jika ingin mengusulkan perubahan kepada
manajemen yang lebih tinggi.
3. Menghilangkan bahaya yang masih ada dengan mengganti atau
merubah prosedur kerja.
Dalam merubah prosedur kerja, perlu dipertanyakan pada tiap potensi
bahaya “apa yang harus dilakukan oleh pekerja untuk menghilangkan
bahaya atau mencegah timbulnya kecelakaan? lalu “bagaimana cara
melakukannya?”. Pengawas yang berpengalaman biasanya dapat
menjawab pertanyan tersebut. Dalam menjawab, yang perlu diperhatikan
adalah jawaban harus jelas dan spesifik jika prosedur yang baru menjadi
bagus. Tindakan pencegahan bersifat umum seperti “Hati-hati”,
”waspadalah” tidak berguna.
4. Mengurangi frekuensi dari tindakan perbaikan atau pekerjaan service
Dalam industri seringkali kondisi membutuhkan tindakan koreksi
secaraberulang-ulang. Untuk mengurangi kebutuhan koreksi perlu
dipertanyakan “apayang dapat dilakukan untuk menghilangkan akibat dari
kondisi yang memerlukanperbaikan atau kebutuhan service”. Apabila
akibat tidak dihilangkan maka perlu ditanyakan ”adakah sesuatau yang
perlu dilakukan untuk mengurangi akibatakibat dari suatu kondisi itu?”.
Contohnya suatu keadaan mesin menimbulkan getaran kuat, apabila
getaran tersebut dihilangkan maka bagian-bagian mesin akan bertahan
lama dengan frekuensi perawatan yang sedikit. Pengurangan frekuensi
pekerjaan akan membatasi pemaparan dan akan membantu keselamatan
pekerja.
5. Meninjau kembali rancangan pekerjaan yang ada
Suatu pekerjaan dalam industri akan mempengaruhi pekerjaan lainnyayang
merupakan keseluruhan proses kerja. Dalam perkembangannya, akan ada 0
perubahan pada proses maupun metode yang baru. Untuk itu perlu
mengadakan peninjauan ulang terhadap prosedur kerja yang masih relevan
dengan proses kerja yang mengalami perubahan. Rancangan perubahan ini
harus ditinjau ulang dan didiskusikan, tidak hanya dengan pekerja yang
terlibat tetapi harus dengan assisten, supervisor dan semua yang terlibat
dalam pembuatan JSA. Perlu diadakan chek dan diuji usulan perubahan
dengan mereka yang melakukan pekerjaan. Selain itu mempertimbangkan
usulan perbaikan dan penyelesaian. Diskusi ini dapat meningkatkan
kesadaran tentang bahaya-bahaya yang ada dan prosedur kerja yang aman
bagi keselamatan. Peninjauan ini akan lebih efektif apabila dilakukan
secara berkala.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum teknik pengendalian bahaya JSA dilaksanakan pada hari Rabu,
27 Maret 2019 di laboratorium Teknik Produksi Benih Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yakni :
a. Blanko JSA
b. Alat Tulis

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini, sebagai berikut:
a. Praktikan mendengarkan penjelasan dari teknisi
b. Praktikan mengidentifikasi potensi bahaya mulai dari tahap pekerjaan,
bahaya, resiko, pengendalian dan penanggung jawab.
c. Praktikan membuat laporan hasil identifikasi potensi bahaya.
4.2 Pembahasan
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menangulangi kondisi bahaya
sebelum kontak dengan pembuatan JSA. JSA atau sering disebut Analisa
Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu sistem penilaian resiko dan
identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi bahaya
yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan/tugas yang dilakukan tenaga kerja.
Job Safety Analysis merupakan salah satu usaha dalam menganalisa tugas dan
prosedur yang ada di suatu industri. JSA merupakan salah satu langkah utama
dalam analisa bahaya dan kecelakaan dalam usaha menciptakan keselamatan
kerja. Bila bahaya telah dikenali maka dapat dilakukan tindakan pengendalian
yang berupa perubahan fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat mereduksi
bahaya kerja
Dalam praktikum hasil penilaian resiko JSA di bagian laboratorium Alat dan
Mesin Politeknik Negeri Jember, dapat menganalisis tahap pekerjaannya ,bahaya,
resiko, pengendalian dan tanggung jawab yang mungkin terjadi dari potensi dan
factor-faktor tersebut. Analisis yang diperoleh antara lain :

4.2.1 Desikator
Tahap pekerjaan dalam pengooperasian desikator : menyiapkan tempat
untuk desikator, membuka tutup desikator, memasukkan bahan akan didinginkan,
menutup tutup desikator. Penempatan desikator pada meja yang tidak permanen
dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti tersenggol kemudian desikator
menimpa kaki pekerja, oeh karena itu peletakan desikator harus pada meja
permanen agar tidak mudah tergoyang dan tersenggol. Selain akibat kerja
menimpa kaki pekerja juga akan terjadi kerusakan pada desikator yang harganya
lumayan mahal sehingga menyebabkan resiko kerugian yang cukup tinggi.
Dalam hal ini yang bertanggung jawab Pekerja, HSE department dan Supervisior
4.2.2 Penempatan oli pada dirijen plastic
Tahap pekerjaan : Mencari tempat yang sesuai dengan penyimpanan oli ,
menutup tutup oli dengan rapat. Oli merupakan bahan yang dibutuhkan oleh
mesin seperti traktor, namun apabila oli tersebut diletakkan pada posisi yang tidak
sesuai apalagi tercecer di lantai maka hal tersebut akan menjadi resiko kecelakaan
kerja misalnya terpeleset dan dapat menyebabkan kecelakaan yang cukup serius
seperti tulang ekor patah. Oleh karena itu oli oli yang tercecer di lantai tersebut
harus segera dibersihkan agar tidak ada korban yang mersakan akibat dari oli
tersebut, misalkan di lap menggunakan kain atau di pel agar oli tersebut hilang.
Apabila penempatan tidak sesuai akan terkena tending pekerja menyebabkan
lantai licin sehingga pekerja mudah terjatuh atau terpeleset. Dalam pemilihan
bahan penyimpanan tidak sesuai akan mudah menyebabkan memuai sehingga
akan meledak dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti lantai licin sehingga
menyebabkan pekerja terpeleset atau terjatuh. Selain akibat kerja pekerja terjatuh
atau terpeleset juga akan terjadi resiko kerugian untuk membeli oli kembali.
Dalam hal ini yang bertanggung jawab Pekerja dan Supervisior.

4.2.3 Blower
Tahap pekerjaan : menghubungkan ke stopkontak dan mengatur kecepatan
blower. Dalam melaksanakan pekerjan ini terlebih dahulu melihat kondisi alat,
kabel yang berkarat dan tidak tertutup dapat menimbulkan kecelakaan kerja
seperti tersetrum aliran listrik hal ini dapat membahayakan manusia yang bekerja
di sekitar tersebut. Lebih parahnya lagi bahaya yang ditimbulkan oleh alat ini
terutama pada listrik yakni terjadi percikan api yang memicu kebakaran, oleh
karena itu tindakan yang tepat dibutuhkan dalam menangani resiko kecelakaan ini
seperti mengganti kabel yang telah tidak tertutup sehingga aman digunakan.
Dalam hal ini yang bertanggung jawab Pekerja, HSE department dan Supervisior
4.2.4 Hand traktor
Tahap pekerjaan : Pengecekan oli dan bahan bakar, menghidupkan mesin
penggerak, memasang singkal untuk mencacah tanah. Sebelum menghidupkan
mesin pengecekaan oli dan bahan bakar sangat penting dilakukan. Standart
operasional proseedur (SOP) merupakan suatu hal yang wajib dan perlu di
lengkapi pada setiap mesin-mesin baik itu ketika mesin dalam keadaan mati atau
tidak beroperasi ataupun saat beroperasi karena dikhawatirkan orang-orang yang
belum mengenal mesin tersebut menyentuh hal hal yang dapat membahayakan
dirinya ataupun membahayakan bagi mesin tersebut seperti terjadi kerusakan pada
mesin ataupun kecelakaan pada manusia . kemudian juga diidentifikasi pada
mesin ini tuas masih dalam keadaan on atau tidak pada netral sehingga beresiko
nantinya pada saat menghidupkan mesin. Dalam hal ini yang bertanggung jawab
Pekerja, HSE department dan Supervisior

4.2.5 Timbangan Analitic yang tidak sesuai penempatannya


Tahap pekerjaan : menyiapkan alat dan bahan, memasukkan bahan yang
akan di timbang. Penempatan timbangan analitic pada meja yang tidak permanen
dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti tersenggol (pecah) kemudian
timbangan analitic jatuh dan menimpa kaki pekerja, oeh karena itu peletakan
desikator dan timbangan analitic harus pada meja permanen agar tidak mudah
tergoyang dan tersenggol. Selain akibat kerja menimpa kaki pekerja juga akan
terjadi kerusakan pada timbangan analitic yang harganya lumayan mahal sehingga
menyebabkan resiko kerugian yang cukup tinggi. Dalam hal ini yang bertanggung
jawab Pekerja, HSE department dan Supervisior

4.2.6 Gas Elpigi


Tahap pekerjaan : Penempatan LPG, pemasangan selang LPG. Gas elpigi
dibutuhkan untuk kegiatan memasak, namun pada lab alsin hal ini sangat fatal
akibatnya jika penaruhannya sembarangan, karena dikhawatirkan gas tersebut
akan meledak dan akan melukai pekerja yang sedang berada di ruangan tersebut,
lebih parahnya lagi akan mengakibatkan kebakaran yang akan merugikan semua
pihak terlebih instansi yang akan menanggung semua perbaikan pada lab tersebut,
oleh karena itu peletakan gas elpigi harus sesuai yakni tepat berada di dapur atau
tepat memasak lainnya. Dalam hal ini yang bertanggung jawab Pekerja, dan
Supervisior.

4.2.7 Tidak tersedia APAR (Alat Pemadam Api Ringan)


Tahap pekerjaan : Peletakkan apar, pengecekan ketersediaan isi apar. APAR
sangat penting dan harus diletakkan pada setiap tempat yang berpotensi kebakaran
seperti ruang lab Alsin oleh karena itu Alat ini harus tersedia di ruangan tersebut.
Lab alsin ini terdiri dari 2 ruang yang berbeda walaupun masih terhubung, namun
karena dipisahkan oleh pintu maka APAR juga garus tersedia 2 karena jika terjadi
kebakaran pada ruangan yang tidak tersedia APAR maka akhirnya akan sulit
untuk mamadamkan api sehingga resikonya api tersebut akan semakin besar yang
dapat menyebabkan kebakaran pada pekerja dan kerugian yang cukup tinggi.
Dalam hal ini yang bertanggung jawab Pekerja, HSE department dan Supervisior

4.2.8 Compresor
Tahap pekerjaan : Mengetahui SOP (standar Operasional kerja),
menempatkan pada bidang yang datar, memastikan tabung compressor terisi.
Standart operasional proseedur (SOP) merupakan suatu hal yang wajib dan perlu
di lengkapi pada setiap mesin-mesin baik itu ketika mesin dalam keadaan mati
atau tidak beroperasi ataupun saat beroperasi karena dikhawatirkan orang-orang
yang belum mengenal mesin tersebut menyentuh hal hal yang dapat
membahayakan dirinya ataupun membahayakan bagi mesin tersebut seperti terjadi
kerusakan pada mesin ataupun kecelakaan pada manusia . kemudian juga
diidentifikasi pada mesin memastikan tabung compressor terisi. Dalam hal ini
yang bertanggung jawab Pekerja, HSE department dan Supervisior

4.2.9 Tangga
Tahap pekerjaan : Peletakan Tangga Pada posisi yang tidak Tepat. Tangga
memang dibuthkan ketika akan menggapai suatu hal yang tinggi, namun
peletakannya ketika tidak diguanakan juga harus tepat dan sesuai karena jika tidak
resiko yang mungkin akan timbul yakni pekerja akan tertimpa tanga yang akan
menyebabkan cedera yang cukup serius jika bagian yang terjatuhi adalah bagian
kepala serta tidak menggunakan pelindung kepala. Oleh karena itu safety harus
selalu diguanakan ketika bekerja dan dalam hal ini adalah helm keselamatan kerja.
Dalam hal ini yang bertanggung jawab Pekerja dan Supervisior

4.2.10 Atap
Tahap pekerjaan : Pengecekan atap secara berskala. Bahaya kejatuhan atap
(Atap mulai Ambles). Bahaya ini disebabkan karena atap di bagian depan lab
alsin sudah ambles dan harus diperbaiki karena para mahasiswa maupun pengajar
terus berlalu lalang di daerah tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan
yang cukup serius apabila atap tersebut mengenai salah satu orang baik itu
mahasiswa ataupun dosen pengajar. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan yang
cepat agar tidak terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan nantinya. Dalam hal ini
yang bertanggung jawab Pekerja dan Supervisior

4.2.11 Lantai
Tahap pekerjaan : Membuatan lantai , membersihkan lantai.Lantai Tidak
Rata (Bahaya Tersandung) dan apabila tidak dilakukan pembersihan secara rutin
akan mengakibatkan lantai licin. Dengan kondisi lantai yang tidak rata dan licin
hal ini dapat menyebabkan kecelakaan seperti tersandung, dan objek yang
merasakan akibatnya adalah manusia itu sendiri. Walaupun resiko kecelakaan
kerja ini dibilang tidak begitu serius namun hal ini dapat menyebabkan ketidak
nyamanan saat kerja di lab alat mesin sehingga dibutuhkan langkah yang tepat
yakni dengan meratakan lantai agar tidak terjadi kecelakaan tersandung baik itu
mahasiswa maupun dosen pengajar. Dalam hal ini yang bertanggung jawab
Pekerja dan Supervisior
4.2.12 Penataan ruangan
Tahap pekerjaan : Penataan ruangan dengan rapi. Penataan Lab. Yang
kurang memadai. Dalam gudang atau tempat penyimpanan alat-alat pertanian
khsususnya traktor harus di letakkan dengan keadaan rapi dan tertata dengan baik
agar tidak merusak traktor tersebut dan mudah dalam melakukan perawatan alat,
jka penataan alat traktor tidak tertata dengan rapi apalagi dengan ruang yang
sempit maka resiko kecelakaan kerja akan semakin tinggi seperti pegawai yang
melakukan perawatan pada traktor dapat tersangkut pada rotary yang dapat
menyebabkan kecelakaan ringan atau cidera yang ringan, namun walaupun ringan
hal tersebut harus segera di lakukan kegiatan penangan seperti memberikan ruang
yang cukup antar traktor agar kecelakaan kerja dapat di hindari. . Dalam hal ini
yang bertanggung jawab Pekerja dan Supervisior.

4.2.13 Rice planter


Tahap pekerjaan : Pengecekan oli dan bahan bakar, mengetahui Standart
operasional proseedur (SOP), menghidupkan mesin rice planter. Sebelum
menghidupkan mesin pengecekaan oli dan bahan bakar sangat penting dilakukan.
Standart operasional proseedur (SOP) merupakan suatu hal yang wajib dan perlu
di lengkapi pada setiap mesin-mesin baik itu ketika mesin dalam keadaan mati
atau tidak beroperasi ataupun saat beroperasi karena dikhawatirkan orang-orang
yang belum mengenal mesin tersebut menyentuh hal hal yang dapat
membahayakan dirinya ataupun membahayakan bagi mesin tersebut seperti terjadi
kerusakan pada mesin ataupun kecelakaan pada manusia . kemudian juga
diidentifikasi pada mesin ini tuas masih dalam keadaan on atau tidak pada netral
sehingga beresiko nantinya pada saat menghidupkan mesin. Dalam hal ini yang
bertanggung jawab Pekerja, HSE department dan Supervisior

4.2.14 Rotary
Tahap pekerjaan : Peletakan rotary yang kurang tepat. Rotary merupakan
salah satu bagian pada traktor yang berfungsi untuk menghaluskan tanah, namun
apabila sedang tidak beroperasi atau pada saat digudang rotary ini harus
diletakkan pada posisi yang sesuai atau tempat yang sesuai agar tidak
menimbulkan resiko yang dapat menyebabkan kecelakaan bagi manusia,
peletakan rotari yang kurang tepat di lab alsin dapat menyebabkan pekerja atau
mahasiswa dapat tersandung ketika melakukan praktikum di lab alsin tersebut,
oleh karena itu rotary harus diletakkan pada posisi yang aman dan tidak
menimbulkan resiko kecelkaan seprti diletakkan pada tempat khsusu yang tidak
sering dilewati mahasiswa. Dalam hal ini yang bertanggung jawab Pekerja dan
Supervisior.

4.2.15 Mesin penggerek prototep


Tahap pekerjaan : Penempatan Mesin penggerek prototep, menutup mesin
penggerek prototep. Mesin penggerek prototep dengan kabel yang tidak tertutup,
berkarat pada colokan. Kabel yang berkarat dan tidak tertutup dapat menimbulkan
kecelakaan kerja seperti tersetrum aliran listrik hal ini dapat membahayakan
manusi yang bekerja di sekitar tersebut. Lebih parahnya lagi bahaya yang
ditimbulkan oleh alat ini terutama pada listrik yakni terjadi percikan api yang
memicu kebakaran, oleh karena itu tindakan yang tepat dibutuhkan dalam
menangani resiko kecelakaan ini seperti mengganti kabel yang telah tidak tertutup
sehingga aman digunakan. Dalam hal ini yang bertanggung jawab Pekerja dan
Supervisior.

4.2.16 Selang
Tahap pekerjaan : Menempatkan selang dengan sesuai. Kecelakaan yang
ditimbulkan dengan peletakan selang yang tidak teratur adalah bahaya tersandung,
yang dapat menyebabkan kecelakaan ringan seperti tangan berdarah maupun lutut,
oleh karena itu peletakan selang harus tertata artinya setelah menggunakan selang
diletakkan kembali pada tempat yang sesuai dan digulung agar tidak tercecer dan
berbahaya bagi semua manusia. Dalam hal ini yang bertanggung jawab Pekerja
dan Supervisior.
4.2.17 Stop kontak
Tahap pekerjaan : Peletakan Stop kontak yang kurang tepat. Stop kontak
memang sangat diperukan dalam kegiatan sehari hari untuk mengisi daya listrik
baik itu handphone, laptop dan lain sebgainya, namun peletakan stop kontak yang
tidak tepat juga dapat menyebabkan resiko kerja yakni tersetrum yang dapat
menyebabkan kecelakaan yang cukup serius jika tidak ditangani dengan tepat,
oleh karena tu diharapkan dengan ini peletakan stop kontak harus lebih tertata
sehingga tidak ada kejadian yang nantinya tidak diinginkan. Dalam hal ini yang
bertanggung jawab Pekerja dan Supervisior.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan disimpulkan bahwasanya :
1. Resiko bahaya kecelakaan ditempat kerja sangat banyak sekali dan beragam,
baik itu disebabkan oleh alat, bahan kimia ataupun oleh orangnya sendiri atau
manusianya sendiri yang mengoperasikan tidak sesuai dengan SOP yang telah
diberikan.
2. Kecelakaan akibat kerja dapat dihindari dengan melakukan identifikasi terlebih
dahulu terhadap lingkungan sekitar sehingga tau dan paham apa yang harus
dikerjakan dan dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan akibat kerja. Identifikasi
untuk menangulangi kondisi bahaya sebelum kontak dengan pembuatan JSA.
JSA atau sering disebut Analisa Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu
sistem penilaian resiko dan identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaan
ditekankan pada identifikasi bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan
pekerjaan/tugas yang dilakukan tenaga kerja. Job Safety Analysis merupakan
salah satu usaha dalam menganalisa tugas dan prosedur yang ada di suatu
industri

5.2 Saran
Dengan mengetahui adanya kecelakaan kerja diharapkan mahasiswa lebih
hati hati dalam melakukan suatu kegiatan agar tidak menimbulkan kecelakaan
kerja yang merugikan diri sendiri maupun orang lain dan gunakanlah safety serta
bekerja sesuai dengan SOP yang telah berlaku dan ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Lintas Solusi Prima, 2008. Job Safety Analysis. Jakarta.

PT. Adi Satria Abadi, 2007. Peningkatan Produktifitas Industri. Yogyakarta : PT.
Adi Satria Abadi

Soeripto, 1995. Penerapan Hiperkes di Perusahaan. Jakarta : Badan Perencanaan


dan Pengembangan Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja.

Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi


K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Offset.

Anda mungkin juga menyukai