DI DEPARTEMEN HSE
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN
Disusun Oleh:
PIERRE BERNARD CHRISTIAN ROKKO
NPM : 11 06 06641
Puji dan syukur penulis ucapkan pada kehadirat Tuhan YME karena atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Kerja Praktek ini dengan tepat pada waktunya.
Banyak ilmu yang penulis dapat dari Kerja Praktek ini yang mana tidak
penulis dapat di bangku perkuliahan. Disini penulis dapat melihat secara
langsung penerapan teori-teori yang diajarkan oleh para dosen teknik industri
dan bagaimana teori tersebut diaplikasikan. Penulis juga bisa melihat secara
langsung teamwork para karyawan di lapangan. Selama melaksanakan Kerja
Praktek ini penulis banyak menerima bantuan yang sangat berarti bagi penulis
dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan kali ini penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah memberikan penjelasan, pengarahan, serta memberikan segala
dukungan dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek dengan
lancar.
2. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan dukungan baik moral
maupun material.
3. V. Ariyono ST., MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
4. Bapak Hasan selaku HR Development Section Head atas pemberian izin
untuk melakukan Kerja Praktek di PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan.
5. Rosnamora H., selaku Senior Officer BP Refinery atas pemberian izin
untuk melakukan Kerja Praktek di bagian HSE PT. Pertamina (Persero)
RU VI Balongan.
6. Bapak Moch. Arifin, selaku pembimbing kegiatan Kerja Praktek di PT.
Pertamina (Persero) RU VI Balongan.
7. Segenap karyawan PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan pada
umumnya dan karyawan bagian HSE pada khususnya yang telah
memberikan kesempatan dan segala fasilitas yang memudahkan penulis
dalam melaksanakan Kerja Praktek.
8. Pak Yanto, selaku yang telah membantu penulis dalam mencari data
9. Teman-teman Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
angkatan 2011 atas dukungan, semangat, dan doanya.
10. Semua pihak yang secara tidak langsung ikut membantu
terselesaikannya laporan Kerja Praktek ini.
Penulis
DAFTAR ISI
1 Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Kerja Praktek 2
2 Profil Perusahaan 3
2.1. Sejarah Perusahaan 3
2.2. Struktur Organisasi Perusahaan 5
2.3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 7
2.4. Sumber Daya Manusia 8
2.5. Sarana dan Prasarana 9
5 Penutup 30
5.1. Kesimpulan 30
5.2. Saran 30
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah :
1. Melatih kedisiplinan.
1
4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
Kegiatan Kerja Praktek ini dilaksanakan selama 30 hari kerja, yaitu dimulai sejak
17 April 2017 sampai dengan 2 Juni 2017. Tempat pelaksanaan Kerja Praktek ini
adalah PT. Pertamina RU VI Balongan. Selama pelaksanaan Kerja Praktek ini,
Penulis ditempatkan di Fungsi Health, Safety and Environment bagian
Environment.
2
BAB 2
Keberadaan kilang Balongan ini juga merupakan langkah proaktif PT. Pertamina
untuk dapat memanfaatkan peluang ekspor minyak ke mancanegara terutama
kawasan Asia Pasifik. Dari studi kelayakan yang dilakukan, pembangunan kilang
Balongan diadakan dengan sasaran antara lain :
3
pada awalnya diekspor ke Jepang dan Asia Pasifik dengan jumlah produk
mencapai 50% dari hasil produksi, sedangkan sisanya diproyeksikan untuk
memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri di masa mendatang.
4
tanggal 30 November 1994, ditandai dengan diterimanya hasil pelaksanaan
kegiatan pendukung seluruh fasilitas untuk uji coba operasional.
5
Dalam mengaktualisasikan rencana-rencana untuk pencapaian tujuan
perusahaan General Manager RU VI Balongan membawahi beberapa bidang
seperti yang dijabarkan pada struktur organisasi berikut.
6
Berfungsi menunjang kegiatan operasi meliputi pelayanan hukun,
keamanan,fasilitas kesehatan kepada karyawan dan keluarganya serta
menjadi perantara hubungan perushaan dan masyarakat sekitarnya.
i. Bidang Kilang
Berfungsi melaksanakan kegiatan pengolahan minyak mentah menjadi
produk BBM dan non-BBM secara efektif dan efisien sesuai dengan
rencana kerja.
j. Bidang Jasa dana Pemeliharaan Kilang
Berfungsi melaksanakan kegiatan pemeliharaan kilang baik preventive
maupun pencegahan untuk keandalan kilang secara efektif dan efisien
sesuai rencana kerja.
2.3 Visi, Misi dan Tujuan PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
7
Visi :
“Menjadi kilang terkemuka di Asia tahun 2025”
Misi :
1. Mengolah Crude dan Naphta untuk memproduksi BBM, BBK,
Residu, dan NBBM dan Petkim secara tepat jumlah, mutu,
waktu, dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pasar.
2. Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu
secara aman, handal, efisien, dan berwawasan lingkungan.
3. Mengelola asset RU-VI Balongan secara profesional yang
didukung oleh sistem manajemen yang tangguh berdasarkan
semangat kebersamaan, keterbukaan, dan prinsip saling
menguntungkan.
Sistem yang diterapkan adalah sistem Pegawai Negeri Sipil, dimana pegawainya
akan mendapat jaminan pensiunan. Jamkerja yang berlaku adalah sebagai
berikut :
8
bagian reguler, jam kerjanya mengikuti pegawai negeri, yaitu pukul 07.00 – 16.00
WIB untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Jam erjanya adalah sebagai berikut :
Untuk sistem upah yang berlaku bagi karyawan adalah sistem upah pegawai
negeri yaitu gaji pokok berdasarkan golongan. Jam kerja selama 1 minggu
adalah 40 jam dan selebihnya dihitung lembur. Perhitungan lembur untuk 1 hari
biasanya 1,5 kali jam kerja. Sedangkan pada hari libur atau hari besar adalah 2
kali jam kerja.
LCO HTU (Light Cycle Oil Hydro Treating Unit) 15.000 BPSD
SULFUR PLANT
9
Beberapa kebutuhan dasar operasi kilang seperti air, listrik, stem, angina,
bertekanan, dan nitrogen dihasilkan di unit utilities. Air dan listrik disamping untuk
kepentingan kilang, juga digunakan bagi perumahan dan perkantoran. Tabel 2.2
memperlihatkan unit utilities yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) RU – VI
Balongan.
Emergency Generator 3 MW
10
BAB 3
11
Manager HSE
Tugas pokok HSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, yaitu:
12
penerapannya di semua daerah operasi RU VI serta mengelola
penerapannya di semua daerah operasi RU VI sgar menjadi landasan
kerjayang kuat untuk kehandalan operasi kilang.
2. Memimpin, mengorganisir dan menetapkan kegiatan, sasaran kerja serta
pengembangan STK Fungsi HSE untuk menjamin kelancaran
pelaksanaannya.
3. Mengkoordinir, merumuskan, mengevaluasi, mengendalikan serta
memimpin strategi pencegahan dan penanggulangan kejadian dan
keadaan darurat untuk menjamin penanganan yang tepat, ceat dan aman
sehingga data menekan kerugian perusahaan.
4. Merumuskan dan mengusulkan pelaksanaan bisnis Aspek HSE guna
memperoleh income perusahaan.
5. Mempunyai tanggung jawab terhadap pengelolaan limbah B3, limbah cair
dan emisi udara untuk menjalankan tingkat kepatuhan terhadap regulasi
yang berlaku.
13
3.2.2 Safety Section
Tugas pokok Safety Section,yaitu :
a. Mengkoordinir,mengatur, mengontrol, kegiatan yang berkaitan
dengan aspek safety guna meminimalkan resiko diproses kilang.
b. Mengarahkan dan mengontrol pelaksanaan identifikasi, evaluasi, dan
analisis bahaya proses.
c. Mengatur dan mengarahkan pelaksanaan program Safety Award
untuk memotivasi Section dan pekerja dalam penerapan keselamatan
kerja.
d. Sebagai sekretaris pelaksanaan investigasi yang berkaitan dengan
kecelakaan kerja.
e. Mengkoordinir dalam upaya tindakan antisipasi atau pencegahan
terhadap kondisi keadaan darurat sehingga tidak terjadi kecelakaan
kerja.
f. Mengevaluasi, mengatur, mengarahkan pelaksanaan Safety Walk and
Talk (SWAT) dan Management Walk Through (MWT) Pertamina
Pusat.
g. Melakukan aktifitas yang berkaitan dengan peningkatan mutu, berupa
Continous Improvement melalui Nearmiss, suggestion System, Gugus
Kendali Mutu, dan Proyek Kendali Mutu perihal kesisteman HSE.
14
RKL & RPL RU VI Balongan serta mengusulkan dan membuat
estimasi studi kajian.
15
g. Mengkoordinir dan meneliti dokumen pekerjaan kontrak dan
monitoring pelaksanaan kontrak sesuai jadwal dan scope pekerjaan
guna mencegah tidak terjadi kerja tambah atau kerja kurang serta
menunjang operasi Fire & Insurance Section.
h. Mengkoordinir dan mengendalikan aktivitas yang berkaitan dengan
peningkatan mutu, berupa Continuous Improvement melalui Near
Miss, Suggestion System, Gugus Kendali Mutu dan Proyek Kendali
Mutu Perihal Kesisteman HSE.
16
c. Minasol
4. Lain-lain
Produk lain-lain terdiri atas :
a. High Octan Mogas Component (HOMC), merupakan produk
intermedia (setengah jadi) yang digunakan kembali untuk melakukan
proses produksi produk lainnya.
b. Decant Oil, digunakan sebagai bahan bakar turbin atau boiler.
5. Refinery Fuel (RF)
Produk RF terdiri atas :
a. RF Oil
b. RF Gas
c. Lean Gas
17
b. ARHDM (Atmospheric Residue Hydrometallization)
ARHDM merupakan unti untuk mengolah Atmospheric Residue (AR)
dari CDU yang mengandung metal (Ni, V) serta karbon (MCR) dalam
jumlah yang tinggi, menjadi DMAR mengandung metal (Ni, V) dan
karbon (MCR) dalam jumlah yang kecil. ARHDM dirancang untuk
mengolah AR keluaran dari CDU sebesar 58.000 BPSD.
c. RCC (Residue Catalytic Cracker)
RCC meruoakan secondary processing dengan kapasitas 83 BPSD
(505.408 T/H) merupakan salah satu unit RCC yang terbesar di dunia.
Unit ini didesain untuk mengolah Treated Residue (DMAR) dari
ARHDM dan Atmospheric Residue (AR) dari CDU dengan bantuan
katalis. Produk yang dihasilkan dari unit RCC ini merupakan produk
dengan nilai ekonomi yang tinggi seperti LPG, Propylene,
Polygasoline (mogas dengan RON 88), Naphta (RON 92), Light Cycle
Oil (LCO), serta Decant Oil (DCO).
d. GO-HTU (Gas Oil Hydrotreater)
GO-HTU merupakan unit untuk mengolah gas oil yang tidak stabil dan
korosif karena mengandung sulfur dan nitrogen menjadi gas oil yang
memenuhi ketentuan pasar, dengan bantuan katalis dan hidrogen.
Kapasitas GO-HTU yaitu 32.000 BPSD.
e. UGP (Unsaturated Gas Plant)
Unsaturated Gas Plant (UGP) berfungsi untuk memisahkan produk
Overhead Main Column RCC unit (15-C-101) menjadi Stabilized
Gasoline, LPG, dan Non Condensable Lean Gas.
f. LPG Treater
LPG Treater dirancang untuk membersihkan Mixed RCC LPG
sebanyak 22.500 BPSD yang mengandung 30 ppm wt H2S dan 65
ppm wt merkaptan sulfur.
g. PRU (Propylene Recoery Unit)
PRU berfungsi untuk memisahkan dan memproses LPG dari
Unsaturated Gas Plant (UGP) sebagai downstream RCC guna
mendapatkan produk propylene dengan kemurnian tinggi, yang dapat
dipakai sebagai Feed Polypropylene Unit.
h. CCU (Catalytic Condensation Unit)
18
Catalytic Condensation Unit (CCU) didesain untuk mengolah mixed
butanes sebesar 13.000 BPSD dari RCC Complex, dengan dilengkapi
3 unit reactor yang dioperasikan secara parallel. Finished Product
CCU adalah Polygasoline beroktan tinggi serta butane.
i. LCO-HTU (Light Cycle Oil-Hydrotreater)
Light Cycle Oil-Hydrotreater (LCO-HTU) berfungsi untuk
menghilangkan sulfur dan nitrogen dari Untreated LCO tanpa
perubahan billing range yang berarti, agar produk yang dihasilkan
memenuhi persyaratan dan spesifikasi pemasaran.
j. H2 (Hydrogent Plant)
Hydrogen Plant (H2) merupakan plant yang dirancang untuk
memproduksi hidrogen (H2) dengan kemurnian minimal 99.9%
sejumlah 76 MMSCFD. Produk H2 tersebut kemudian disuplai ke
ARHDM, GO-HTU, dan LCO-HTU sebagai make-up H2 dalam proses
hidrogenasi.
k. Amine Treater
Amine Treater dirancang untuk mengolah sour gas serta untuk
menghilangkan kandungan H2S yang terikat dalam sour gas. Proses
yang dipakei adalah SHELL ADIP Process, yang menggunakan
larutan MDEA (Methyl Di-Ethanol Amine) sebagain larutan penyerap.
l. SWS (Sour Water Stripper)
Sour Water Stripper (SWS) mempunyai fungsi utama untuk
membersihkan air sisa proses (sour water) dari sisa minyak dan gas-
gas yang ada (khususnya NH3 dan H2S), sehingga air sisa proses
tersebut menjadi bersih (stripped water) dan dapat dipakai kembali
sebagai air proses.
m. Sulfur Plant
Sulfur Plant adalah unit untuk merecovery sulfur dari acid gas yang
dihasilkan Amine Treater (#23) dan H2S Stripper train no.1 SWS
(#24). Sulfur Plant terdiri dari suatu unit Claus untuk menghasilkan
sulfur, lalu diikuti dengan sulfur flaker dan fasilitas penyimpanan sulfur
padat.
2. Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)
KLBB merupakan unit yang dibuat sebagai terobosan PT. Pertamina
(Persero) untuk mendukung program pemerintah menghapus
19
penggunaan timbal (Pb) pada bensin. Berikut ini adalah bagian-bagian
dari KLBB adalah:
a. NHT (Naphta Hydrotreater)
NHT didesain untuk mengolah 52.000 BPSD (345 m3/H) straight run
naphta yang sebagian besar diimpor dari beberapa Kilang Pertamina
(RU-III, RU-IV, RU-V) dengan menggunakan kapal dari kilang sendiri
(CDU 11)
b. Platformer
Platformer didesain untuk memproses heavy hydrotreated naphta
yang diterima dari unit proses NHT. Tujuan unit proses platformer
untuk menghasilkan aromatic dari naphta dan paraffin untuk
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (motor fuel),
dengan angka oktan yang tinggi (ON minimal 98).
c. Penex
Unit Penex merupakan unit yang bertujuan untuk melakukan proses
catalytic isomerization dari pentanes, hexanes, dan campuran dari
CCR Regeneration Process Unit.
3. Unit Proses Pendukung
a. Utilities
Unit utilities menyediakan beberapa kebutuhan utilities kilang seperti
air, listrik, steam, udara bertekanan, dan nitrogen. Unit ini dilengkpaki
dengan :
b. OM (Oil Movement)
Oil Movement merupakan unit yang melakukan proses akhir dari
proses pengolahan minyak sebelum dikirim ke bagian pemasaran
dalam negeri (PDN). Pada unit ini, semua minyak intermedia
(setengah matang) yang berasal dari unit HSC dan RCC. Selanjutnya
dilakukan proses blending terhadap minyak intermediate tersebut
untuk mengatur angka oktan yang sesuai dengan spesifikasi sehingga
dapat menghasilkan produk yang dapat dikirim ke bagian pemasaran
untuk selanjutnya dipasarkan ke konsumen. Unit OM melakukan
blending dan transfer produk jadi sesuai dengan order dari bagian
Supply Chain.
c. HSE (Health, Safety, and Environment)
20
Aspek keselamatan kerja dan lingkungan merupakanaspek yang
menjadi prioritas utama di RU VI Balongan dalam menjalankan
kegiatan inti bisnisnya. HSE sebagai salah satu fungsi yang terdapat
di RU VI Balongan menjalankan semua program dan kegiatan untuk
mencegah kerugian baik dari segi people, asset, environment,
maupun reputation. HSE dengan empat bagian dibawahnya, yaitu
Occupational Health, Safety, Environment dan Fire and Insurance
melakukan sinergi dalam mempertahankan zero accident dan zero
pollution mengikuti standard an sertifikasi dari OHSA 18001, ISO
14001, dan Manajemen Keselamatan Proses.
d. OPI (Operating Performance Improvement)
OPI adalah program yang merupakan hasil Breakthrough Project
(BTP) Direktorat Pengolahan untuk meningkatkan kualitas seluruh
aspek sistem operasi dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan aspek Technical System dan Non-technical System yang
terintegrasi.
e. Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat untuk menganalisa minyak mentah,
minyak intermediate (setengah jadi), ataupun minyak jadi. Analisa
tersebut akan dilakukan untuk mengetahui apakah minyak yang
dihasilkan telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Hasil analisa
lab kemudian menjadi masukan bagi unit-unit pengolahan minyak
dalam mengontrol proses pengolahan minyak. Analisa yang dilakukan
laboratorium ini bertujuan untuk mengontrol bahan baku.
f. LPG Mundu
Unit ini didesain untuk memproses natural gas sebesar 1000
KNm3/hari menjadi produk LPG.
21
a. Tangki Bahan Baku
1) Crude, mengguakan tangki 42-T-101 A/B/C/DE/F/G, 102 A/B
2) Naphta KLBB, menggunakan tangki 42-T-107 A/B/C/D
b. Tangki Intermediate
1) Residue, menggunakan tangki 42-T-104 A/B, 105 A/B
2) Untr. GO, menggunakan tangki 42-T-103 A/B
3) Naphta, menggunakan tangki 42-T-201 A/B
c. Tangki Finished Product
1) Gasoline, menggunakan tangki 42-T-301 A ---- H, 205 A/B, 202
A/B
2) Solar, menggunakan tangki 42-T-303 A/B
3) Kerosine, menggunakan tangki 42-T-302 A/B
4) LPG, menggunakan tangki 42-T-403 A ---- D
5) Decant, menggunakan tangki 42-T-304 A/B, 305 A/B
6) Propylene, menggunakan tangki 402-T-404 A ---- H
2. Lifting Facilities
Merupakan fasilitas yang digunakan untuk mengangkut atau menyalurkan
bahan baku, produk setengah jadi, maupun produk jadi.
a. Single Pipe Morring (SPM)
1) Crude, LSWR Mix, dan Decant Oil menggunakan SPM 150.000 DWT
(deadweight tonnage)
2) Naphta, menggunakan SPM 35.000 DWT
3) HOMC, Premium, Pertamax, Pertamax Plus, menggunakan SPM
17.500 DWT
4) LPG dan Propylene, menggunakan jetty.
b. Truck, digunakan untuk mengangkut LPG, dan Pertadex (Pertamina
DEX).
c. Pipeline, digunakan untuk menyalurkan produk BBM, BBK, dan NBBM.
22
BAB 4
23
Berikut merupakan langkah-langkah metodologi pelaksanaan pekerjaan
yang dapat dilihat pada diagram alir berikut :
24
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam penjadwalan restock item sehingga menyebabkan menurunnya
tingkat kualitas manajemen persediaan di PT. Pertamina (Persero)
RU VI Balongan khususnya di Unit Environment (HSE).
25
1. Harga Bahan Baku
Faktor ini merupakan perhitungan seberapa besar dana yang
harus perusahaan sediakan untuk investasi dalam pengadaan
persediaan bahan baku.
2. Perkiraan Pemakaian
Sebelum melakukan pengadaan bahan baku, manajemen
harus membuat perkiraaan jumlah bahan baku yang akan
dibutuhkan dalam proses produksi pada suatu periode.
3. Biaya Persediaan
Dalam menentukan besarnya persediaan, perhitungan biaya
persediaan (biaya pesan dan biaya simpan)penting juga untuk
dilakukan.
4. Pemakaian Bahan Baku Aktual
Pemakaian bahan baku actual yang terjadi pada periode yang
lalu merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
karena dengan begitu dapat diketahui seberapa besar tingkat
penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan
serta bagaimana hubungannya dengan perencanaan yang
telah disusun. Hal tersebut harus dilakukan secara terus-
menerus dan dianalisis agar dapat disusun kebutuhan bahan
baku yang mendekati aktual.
5. Leadtime
Leadtime adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat
pemesanan bahan baku sampai datangnya bahan baku
tersebut.
6. Kebijakan Pembelanjaan
Seberapa besar bahan baku akan bergantung pada kebijakan-
kebijakan pembelanjaan dari perusahaan terkait.
26
Dari poin-poin tujuan diatas, sebenarnya dapat diambil kesimpulan bahwa
tujuan dari perencanaan dan pengendalian bahan baku adalah untuk
menjamin terdapatnya lancar dan biaya persediaan dapat diminimalkan.
Menurut Sofdjan Assauri (1998:184), untuk menjamin hal tersebut,
diperlukan pengawasan pembelian bahan baku yang memenuhi
persyaratan-persyaratan kebutuhan standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dalam kegiatan
pembelian bahan baku tersebut adalah :
27
4.4.4. Inventory Listing dalam PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
1. Asumsi-asumsi
Agar penyelesaian permasalahan dapat dilakukan menggunakan
tools yang telah dipelajari di perkuliahan dan untuk mengurangi
kompleksitasnya, digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
a. Jumlah stock material yang dipesan oleh Departemen
Environment sepanjang tahun 2017 yang sedang berjalan dari
bulan Januari hingga April 2017.
b. Lead Time untuk Re-order barang dari supplier ke perusahaan
adalah selama 7 hari.
2. Data-data
Material Consumable Environmental
Material Consumable Environmental adalah bahan baku yang
digunakan untuk membersihkan keadaan lingkungan kilang yang
tercemar oleh kegiatan produksi di PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan. Jenis material yang disimpan di TPS terdiri dari material
yang biasanya digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak
apabila terjadi kebocoran di area kilang dan sebagainya.
Safety Stock
Departemen Environment PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan telah menentukan tingkat safety stock/minimum stock
untuk persediaan Material Consumable Environmental, yaitu
setara dengan kebutuhan 45 hari proses pengiriman material.
Sehingga sudah ditentukan oleh departemen Environment, safety
stock tiap material bisa berbeda-beda tergantung dari kebutuhan
material tersebut untuk menunjang kegiatan produksi perusahaan.
Data lengkap bisa dilihat pada lampiran.
28
selama proses produksi. Data ini kemudian akan di-input-kan ke
dalam excel.
a. Inventory Value
Inventory value adalah total harga item yang dimiliki dalam gudang. Rumus untuk
menghitung Inventory value :
b. Reorder Level
Berikutnya adalah Reorder level. Reorder Level merupakan jumlah item yang
hendak dipesan kembali dari vendor. Untuk mengetahui berapa jumlah yang
harus dipesan kembali, digunakan rumus :
29
BAB 5
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan kerja praktek adalah :
1.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada perusahaan dari hasil penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Dalam penjadwalan pengadaan consumable material environmental
di PT. Pertamina RU VI Balongan sebaiknya juga memperhatikan
biaya pesan setiap material agar keuntungan perusahaan dapat
meningkat.
2. Dalam perawatan peralatan/mesin sebaiknya dilakukan pelatihan bagi
pekerja/mitra kerja yang memiliki bakat di bidang permesinan agar
30
mereka bisa mengawasi proses maintenance peralatan/mesin dengan
baik.
31