Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI DEPARTEMEN HSE
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN

Disusun Oleh:
PIERRE BERNARD CHRISTIAN ROKKO
NPM : 11 06 06641

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada kehadirat Tuhan YME karena atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Kerja Praktek ini dengan tepat pada waktunya.

Banyak ilmu yang penulis dapat dari Kerja Praktek ini yang mana tidak
penulis dapat di bangku perkuliahan. Disini penulis dapat melihat secara
langsung penerapan teori-teori yang diajarkan oleh para dosen teknik industri
dan bagaimana teori tersebut diaplikasikan. Penulis juga bisa melihat secara
langsung teamwork para karyawan di lapangan. Selama melaksanakan Kerja
Praktek ini penulis banyak menerima bantuan yang sangat berarti bagi penulis
dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan kali ini penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah memberikan penjelasan, pengarahan, serta memberikan segala
dukungan dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek dengan
lancar.
2. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan dukungan baik moral
maupun material.
3. V. Ariyono ST., MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
4. Bapak Hasan selaku HR Development Section Head atas pemberian izin
untuk melakukan Kerja Praktek di PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan.
5. Rosnamora H., selaku Senior Officer BP Refinery atas pemberian izin
untuk melakukan Kerja Praktek di bagian HSE PT. Pertamina (Persero)
RU VI Balongan.
6. Bapak Moch. Arifin, selaku pembimbing kegiatan Kerja Praktek di PT.
Pertamina (Persero) RU VI Balongan.
7. Segenap karyawan PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan pada
umumnya dan karyawan bagian HSE pada khususnya yang telah
memberikan kesempatan dan segala fasilitas yang memudahkan penulis
dalam melaksanakan Kerja Praktek.
8. Pak Yanto, selaku yang telah membantu penulis dalam mencari data
9. Teman-teman Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
angkatan 2011 atas dukungan, semangat, dan doanya.
10. Semua pihak yang secara tidak langsung ikut membantu
terselesaikannya laporan Kerja Praktek ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk dijadikan
perbaikan. Semoga laporan ini dapat membantu para pembaca untuk mengenal
lebih dekat mengenai dunia Industri Perminyakan dan dapat dijadikan referensi
untuk dunia pendidikan. Terima kasih.

Balongan, Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI

BAB JUDUL HAL


Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Daftar Isi iii

1 Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Kerja Praktek 2

2 Profil Perusahaan 3
2.1. Sejarah Perusahaan 3
2.2. Struktur Organisasi Perusahaan 5
2.3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 7
2.4. Sumber Daya Manusia 8
2.5. Sarana dan Prasarana 9

3 Tinjauan Sistem Perusahaan 11


3.1. Proses Bisnis Perusahaan 11
3.2. Tugas dan Fungsi HSE 12
3.3. Produk PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan 16
3.4. Proses Produksi 17
3.5. Fasilitas Penunjang Produksi 21

4 Tinjauan Pekerjaan Mahasiswa 23


4.1. Lingkup Pekerjaan 23
4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan 23
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 23
4.4. Hasil Pekerjaan 24

5 Penutup 30
5.1. Kesimpulan 30
5.2. Saran 30

Daftar Pustaka

Lampiran
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


2.1. Unit Proses PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan 9
2.2. Unit Utilities PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan 10
4.1. Contoh Average Used 33
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


2.1. Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan 7
3.1. Struktur Organisasi HSE 12
4.1. Diagram Alis Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 24
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Material Consumable Environmental


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma


Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk
melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY
memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk
mengenali suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan
mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.

Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:

a. Mengenali ruang lingkupperusahaan

b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinyu

c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor


atau pembimbing lapangan

d. Mengamati perilaku sistem

e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis

f. Melaksanakan ujian kerja praktek

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah :

1. Melatih kedisiplinan.

2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan


dalam perusahaan.

3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.

1
4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.

5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di


perusahaan.

6. Mendapatkan pengalaman kerja di dunia industri.

7. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kegiatan Kerja Praktek ini dilaksanakan selama 30 hari kerja, yaitu dimulai sejak
17 April 2017 sampai dengan 2 Juni 2017. Tempat pelaksanaan Kerja Praktek ini
adalah PT. Pertamina RU VI Balongan. Selama pelaksanaan Kerja Praktek ini,
Penulis ditempatkan di Fungsi Health, Safety and Environment bagian
Environment.

2
BAB 2

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan merupakan kilang keenam


dari tujuh kilang direktorat pengolahan PT. Pertamina (persero) dengan kegiatan
bisnis utamanya adalah mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi bentuk-
bentuk BBM (Bahan Bakar Minyak), non-BBM dan Petrokimia. Refinery Unit VI
Balongan mulai beroperasi sejak tahun 1994. Kilang ini berlokasi di kabupaten
Indramayu, provinsi Jawa Barat, sekitar ±200 KM arah timur Jakarta, dengan
wilayah operasi Balongan, Mundu dan Salam Darma.

Dalam kaitan upaya mengamankan kebijakan nasional di bidang energy,


keberadaan kilang Balongan mempunyai makna yang besar, tidak hanya bagi
PT. Pertamina tetapi juga bagi negara. Di satu pihak, ini dapat meningkatkan
kapasitas pengolahan di dalam negeri yang masih sangat dibutuhkan, di lain
pihak ini juga dapat mengatasi kendala sulitnya mengekspor beberapa jenis
minyak di dalam negeri dengan mengolahnya di kilang minyak dalam negeri.

Keberadaan kilang Balongan ini juga merupakan langkah proaktif PT. Pertamina
untuk dapat memanfaatkan peluang ekspor minyak ke mancanegara terutama
kawasan Asia Pasifik. Dari studi kelayakan yang dilakukan, pembangunan kilang
Balongan diadakan dengan sasaran antara lain :

1. Solusi kebutuhan BBM dalam negeri, terutama Jakarta dan sekitarnya.


2. Peningkatan nilai tambah dengan memanfaatkan peluang ekspor.
3. Memecahkan kesulitan pemasaran minyak mentah jenis duri.
4. Pengembangan daerah.

PT. Pertamina (Persero) RU – VI balongan mulai dibangun pada tahun 1990


dengan nama proyek Export Oriented Refinery-I (EXOR-I) yang memiliki tujuan
utama meningkatkan pendapatan negara melalui kegiatan ekspor migas dan
non-migas sesuai dengan kebijakan pemerintah. Produk hasil pengolahan ini

3
pada awalnya diekspor ke Jepang dan Asia Pasifik dengan jumlah produk
mencapai 50% dari hasil produksi, sedangkan sisanya diproyeksikan untuk
memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri di masa mendatang.

Pemilihan lokasi proyeksi EXOR-I di Indramayu didasarkan atas pertimbangan


dampak terhadap lingkungan ang relative lebih kecil dibandingkan dengan
daerah lain, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Selain
itu, pemilihan lokasi juga didasari pertimbangan terhadap aspek ekonomi, social,
dan keamanan ketersediaan BBM sesuai dengan Surat Kementrian Lingkungan
Hidup dan Surat Mentri Pertahanan dan Keamanan No. K/152/M/IV/1989 tanggal
28 April 1989. Berikut adalah beberapa pertimbangan lain dalam pemilihan
proyek EXOR-I :

1. Tersedianya lahan yang cukup, berupa bekas lahan pertanian tadah


hujan dan tambak yang tidak produktif lagi serta dekat dengan jalan raya.
2. Dekat dengan sumber air, yaitu Waduk Salam Darma. Penyaluran air ke
kilang dilakukan dengan menggunakan sistem perpipaan dan
dimanfaatkan untuk menjalankan unit-unit proses produksi.
3. Tersedia sumber gas alam yang dibutuhkan untuk bahan bakar dan
bahan baku dari Operasi Hulu Jawa bagian Barat, karang Ampel, sebesar
18 MMSCFD.
4. Tersedianya saran milik PT. Pertamina (Persero) di sekitar lokasi yang
dapat dimanfaatkanm seprti pelabuhan khusus, tangki crude oil dan
beberapa unit lainnya.
5. Kemudahan transportasi laut untuk impor bahan baku dan ekspor bahan
bakar gas dalam bentuk LPG, belerang dan produk lainnya.
6. Kemudahan mobilisasi tenaga kerja proyek yang terampil karena dekat
dengan kawasan industry Cilacap, Cikampek, dan Cilegon.

Pembangunan proyek EXOR-I dimulai tanggal 1 September 1990 berdasarkan


kesepakatan EPC antara PT. Pertamina dengan konsorsium JGC. Peresmian
awal pembangunan ditandai dengan pemasangan tiang pancang pertama oleh
Direktor Pengolahan PT. Pertamina, Ir. Tabrani Ismail. Selanjutnya, proses
pembangunan proyek ini berlangsung selama 51 bulan dan berakhir pada

4
tanggal 30 November 1994, ditandai dengan diterimanya hasil pelaksanaan
kegiatan pendukung seluruh fasilitas untuk uji coba operasional.

Kilang EXOR-I didesain dengan kapasitas 12.500 BPSD yang mengolah


campuran minyak mentah Duri dan Minas dengan rasio 80% Duri dan 20%
Minas. Produk yang dihasilkan meliputi motor gasoline, ADO, IDO, kerosene,
decan oil, LPG, propylene, dan sulphur. Produk BBM PT. Pertamina (Persero)
RU – VI Balongan memberikan kontribusi sebesar 12,5% terhadap pemenuhan
kebutuhan BBM nasional, khusus untuk Premium (motor gasoline, RON-88)
memberikan kontribusi 26% kebutuhan BBM nasional.

Salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki PT. Pertamina (Persero) RU – VI


Balongan adalah digunakannya teknologi yang bersifat efisien untuk pengolahan
minyak tingkat lanjut (secondary processing) yaitu unit RCC (Residue Catalyc
Cracking) yang direkayasa oelh Universal Oil Product, dan Amine Treatment Unit
serta Sulphur Plant oleh JGC. Dengan beroperasinya PT. Pertamina (Persero)
RU VI Balongan maka pada masa depan akan memberikan prospek bagi :

1. Pertumbuhan operasi hilir yang berada di sekitar kilang akan berdampak


pada operasi kilang.
2. Pengolahan minyak mentah hasil produksi dari Laut Jawa dan sekitarnya.
3. Adanya master plan sistem perpipaan untuk distribusi Pulau Jawa.

2.2 Struktur Organisasi

PT. Pertamina (Persero) RU – VI Balongan dalam melaksanakan tuga


dan tanggung jawab di bawah General Manager sebagai manajemen teratas
yang bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Pengolahan. Struktur
Organisasinya disusun berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama PT.
Pertamina (Persero) No. Kpts-03/E00000/2011-SO. Bentuk organisasi tersebut
dibuat secara hirarki vertical dari mulai General Manager sampai dengan level
Section Head. Sistem ini memudahkan komunikasi internal dan pembagian tugas
serta tanggung jawab sesuai dengan tingkat jabatan.

5
Dalam mengaktualisasikan rencana-rencana untuk pencapaian tujuan
perusahaan General Manager RU VI Balongan membawahi beberapa bidang
seperti yang dijabarkan pada struktur organisasi berikut.

Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan terbagi atas


beberapa bidang yang mempunyai tugas/ fungsi dan tanggung jawab masing-
masing, yaitu :

a. Bidang Perencanaan dan Perekonomian


Berfungsi untuk memonitoring, mengkoordinir agar terlaksananya
ketersediaan minyak mentah menjadi produk BBM dan non-BBM.
b. Bidang Engineering dan Pengembangan
Berfungsi mengevaluasi, menganalisa serta melakukan penelitian dan
pengembangan untuk kehandalan operasi kilang.
c. Bidang keuangan
Mempunyai fungsi dalam pengelolaan pelaksanaan tata usaha keuangan
dalam rangka menunjang kegiatan operasional Unit Pengolahan VI.
d. Bidang Sumber Daya Manusia
Berfungsi menunjang kelancaran operasi dalam hal perencanaan dan
pengembangan, pembinaan, mutasi, remunerasi dan rekrutasi, hubungan
industrial dan kesehatana pekerja, mengatur organisasi serta mengatur
pola hidup sehat.
e. Bidang Sistem Informasi dan Komunikasi
Berfungsi menyelenggarakan komunikasi interen dan exteren kilang
sehingga informasi yang dibutuhkan segera didapat.
f. Bidang Jasadan Sarana Umum
Berfungsi dalam pengelolaan, pengawasan dan pengendalian atas
penerimaan, pengadaan, jasa angkutan alat ringan dan berat serta
kelancaran jasa perkantoran dan jasa perumahan Unit Pengolahan VI
serta distribusi material yang dibutuhkan bagi keperluan kegiatan
operasional kilang.
g. Bidang Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LKKK)
Mempunyai fungsi dalam penyelenggaraan kegiatan keselamatan kerja,
pengendalian kebakaran dan pencemaran lingkungan.
h. Bidang Umum

6
Berfungsi menunjang kegiatan operasi meliputi pelayanan hukun,
keamanan,fasilitas kesehatan kepada karyawan dan keluarganya serta
menjadi perantara hubungan perushaan dan masyarakat sekitarnya.
i. Bidang Kilang
Berfungsi melaksanakan kegiatan pengolahan minyak mentah menjadi
produk BBM dan non-BBM secara efektif dan efisien sesuai dengan
rencana kerja.
j. Bidang Jasa dana Pemeliharaan Kilang
Berfungsi melaksanakan kegiatan pemeliharaan kilang baik preventive
maupun pencegahan untuk keandalan kilang secara efektif dan efisien
sesuai rencana kerja.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan

2.3 Visi, Misi dan Tujuan PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan

7
 Visi :
“Menjadi kilang terkemuka di Asia tahun 2025”
 Misi :
1. Mengolah Crude dan Naphta untuk memproduksi BBM, BBK,
Residu, dan NBBM dan Petkim secara tepat jumlah, mutu,
waktu, dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pasar.
2. Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu
secara aman, handal, efisien, dan berwawasan lingkungan.
3. Mengelola asset RU-VI Balongan secara profesional yang
didukung oleh sistem manajemen yang tangguh berdasarkan
semangat kebersamaan, keterbukaan, dan prinsip saling
menguntungkan.

Tujuan dari PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan

1. Menyelesaikan permasalahan pemasaran minyak mentah (crude oil)


Duri dan Minas.
2. Mengantisipasi kebutuhan produk BBM nasional (terutama daerah
DKI Jakarta, Jawa Barat dan sekitarnya), regional, dan internasional.
3. Menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi.
4. Pengembangan daerah.

2.4 Sumber Daya Manusia

2.4.1 Ketenaga Kerjaan

Sistem yang diterapkan adalah sistem Pegawai Negeri Sipil, dimana pegawainya
akan mendapat jaminan pensiunan. Jamkerja yang berlaku adalah sebagai
berikut :

a. Shift I (day) : pukul 08.00 – 16.00 WIB


b. Shift II (swing) : pukul 16.00 – 24.00 WIB
c. Shift III (night) : pukul 24.00 – 08.00 WIB

Pembagian shift digunakan untuk tempat-ttempat khusus yang memerlukan


keerja rutin 24 jam. Jam kerja shift 8 jam per hari, sehingga pergantian shift
dilakukan 3 kali sehari. Pegawai mendapatkan libur 2 hari dalam 7 hari. Untuk

8
bagian reguler, jam kerjanya mengikuti pegawai negeri, yaitu pukul 07.00 – 16.00
WIB untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Jam erjanya adalah sebagai berikut :

a. Senin – Kamis : 07.00 – 16.00 WIB


b. Istirahat : 11.30 – 12.30 WIB
c. Jumat : 07.00 – 16.00 WIB
d. Istirahat : 11.30 – 13.00 WIB

Untuk sistem upah yang berlaku bagi karyawan adalah sistem upah pegawai
negeri yaitu gaji pokok berdasarkan golongan. Jam kerja selama 1 minggu
adalah 40 jam dan selebihnya dihitung lembur. Perhitungan lembur untuk 1 hari
biasanya 1,5 kali jam kerja. Sedangkan pada hari libur atau hari besar adalah 2
kali jam kerja.

2.5 Sarana dan Prasarana

Kilang minyak PT. Pertamina (Persero) RU – VI Balongan membangun unit-unit


produksi dalam kegiatan proses produksi BBM dan produk-produk unggulan
lainnya, seperti yang terlihat pada Tabel 2.1 berikut.

Unit Proses Kapasitas

CDU (Crude Distillation Unit) 125.000 BPSD

ARHDM (Atmospheric Residu Hydroematalizer) 58.000 BPSD

RCC (Residu Catalytic Cracker) 83.000 BPSD

GO HTU (Gas Oil Hydro Treating Unit) 32.000 BPSD

CAT, COND 13.000 BPSD

LCO HTU (Light Cycle Oil Hydro Treating Unit) 15.000 BPSD

H2 PLANT 76.000 MMSCFD

AMINE SWS (Sour Water System) 30 ton/hari

SULFUR PLANT

Tabel 2.1 Unit Proses PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

9
Beberapa kebutuhan dasar operasi kilang seperti air, listrik, stem, angina,
bertekanan, dan nitrogen dihasilkan di unit utilities. Air dan listrik disamping untuk
kepentingan kilang, juga digunakan bagi perumahan dan perkantoran. Tabel 2.2
memperlihatkan unit utilities yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) RU – VI
Balongan.

Unit Proses Kapasitas

Water Intake Facility (WIF) Salam Darma

Steam Turbin Generator (STG) 22 MW x 5

Emergency Generator 3 MW

Steam Boiler 115 ton/jam x 9

Cooling Water 47.000 ton/jam

Instrument Air 6300 NM3/jam

Nitrogen Plant 7400 NM3/jam

Tabel 2.2 Unit Utilities PT. Pertamina (Persero) RU – VI Balongan

10
BAB 3

TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

3.1. Proses Bisnis Perusahaan

Fungsi HSE RU – VI Balongan merupakan bagian dari struktur organisasi


Refinery Unit VI Balongan, sehingga HSE Manager bertanggung jawab langsung
kepada General Manager Refinery Unit VI Balogan. Penyusunan struktur
organisasi HSE RU – VI Balongan beerdasarkan Surat Keputusan Direktur
Utama membawahi empat Section Head, yakni Environmental, Occupation
Health, Safety dan Fire and Insurance. Selanjutnya masing-masing Section Head
membawahi jabatan Senior Supervisor sampai ke tingkat Supervisor dan HSE
Manager sesuai dengan tugas serta tanggung jawabnya.

Pembentukan struktur organisasi HSE RU – VI Balongan memiliki visi, yaitu


penerapan safety, pencegahan kebakaran dan pencegahan pencemaran
lingkungan adalah tanggung jawab seluruh pekerja, mitra kerja dan kontraktor
atau tamu perusahaan guna mewujudkan kelestarian ekosistem dan keunggulan
produksi kilang yang kompetitif. Sementara, misinya adalah sebagai sumbr dari
keahlian dan pengetahuan, menerbitkan kebijakan atau prosedur dalam sistem
manajemen yang saling terkait dengan bidang lainnya, melaksanakan training
atau pembinaan terhdap seluruh pekerja, mitra kerja dan kontraktor agar
mengintegrasikan kebijakan K3, Prosedur, Praktek Kerja Aman dalam tugas
sehari-hari untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan kebakaran,
pencemaran lingkungan dalam mewujudkan produksi kilang yang aman, efisien
dan ramah lingkungan.

11
Manager HSE

Section Head Section Head Section Head Fire


Section Head Safety
Environment Occupational and Insurance
Health

Senior Supervisor Senior Supervisor


Environment PROPER, ISO, REG
Monitoring Waste and ADM
Management
JR. Engineer II HSE

JR. Engineer I HSE

JR. Officer ISO JR. Officer


System & PROPER Regulation
Compliance

Gambar 3.1 Struktur Organisasi HSE PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

3.2. Tugas dan Fungsi HSE PT. Pertamina (Persero) RU – VI Balongan

Sesuai dengan fungsi kegiatan operasional HSE di PT. Pertamina (Persero) RU


VI balongan, mencakup penyelenggaraan kegiatan keselamatan kerja,
kesehatan kerja, pengendalian kebakaran dan pencemaran lingkungan serta
pembudayaan kesadaran aspek HSE bagi seluruh pekerja di lingkungan PT.
Pertamina (Persero) RU – VI Balongan.

Tugas pokok HSE PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, yaitu:

1. Merumuskan dan mengusulkan pengembangan Kebijakan Perusahaan


mengenai Aspek HSE pada General Manager RU VI serta mengelola

12
penerapannya di semua daerah operasi RU VI serta mengelola
penerapannya di semua daerah operasi RU VI sgar menjadi landasan
kerjayang kuat untuk kehandalan operasi kilang.
2. Memimpin, mengorganisir dan menetapkan kegiatan, sasaran kerja serta
pengembangan STK Fungsi HSE untuk menjamin kelancaran
pelaksanaannya.
3. Mengkoordinir, merumuskan, mengevaluasi, mengendalikan serta
memimpin strategi pencegahan dan penanggulangan kejadian dan
keadaan darurat untuk menjamin penanganan yang tepat, ceat dan aman
sehingga data menekan kerugian perusahaan.
4. Merumuskan dan mengusulkan pelaksanaan bisnis Aspek HSE guna
memperoleh income perusahaan.
5. Mempunyai tanggung jawab terhadap pengelolaan limbah B3, limbah cair
dan emisi udara untuk menjalankan tingkat kepatuhan terhadap regulasi
yang berlaku.

3.2.1 Occupational Health Section


Tugas pokok Occupational Health, yaitu:
a. Memimpin, merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan
mengendalikan serta mengimplementasikan kegiatan Industrial
Hygiene dan Occupational Health Control yang mencakup usulan
Rencana Keja & Anggaran Perusahaan (RKAP), mengkoordinir
usulan ABI dan melaksanakan pengkoordinasian distribusi dan
realisasi ABO, sesuai dengan perundangan atau peraturan
pemerintah dan perusahaan.
b. Mengkoordinasikan data pengawasan dan pengukuran dan
monitoring lingkungan kerja dan sanitary untuk tercapainya kondisi
operasional perusahaan yang aman dan nyaman.
c. Membangun hubungan kerja dengan fungsi atau bagian terkait di RU
VI dalam memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap
lingkungan kerja yang berpotensi terhadap Hazard Physic, kimia,
biologi, ergonomic, dan Phsycology sehingga dapat dilakukan
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK).

13
3.2.2 Safety Section
Tugas pokok Safety Section,yaitu :
a. Mengkoordinir,mengatur, mengontrol, kegiatan yang berkaitan
dengan aspek safety guna meminimalkan resiko diproses kilang.
b. Mengarahkan dan mengontrol pelaksanaan identifikasi, evaluasi, dan
analisis bahaya proses.
c. Mengatur dan mengarahkan pelaksanaan program Safety Award
untuk memotivasi Section dan pekerja dalam penerapan keselamatan
kerja.
d. Sebagai sekretaris pelaksanaan investigasi yang berkaitan dengan
kecelakaan kerja.
e. Mengkoordinir dalam upaya tindakan antisipasi atau pencegahan
terhadap kondisi keadaan darurat sehingga tidak terjadi kecelakaan
kerja.
f. Mengevaluasi, mengatur, mengarahkan pelaksanaan Safety Walk and
Talk (SWAT) dan Management Walk Through (MWT) Pertamina
Pusat.
g. Melakukan aktifitas yang berkaitan dengan peningkatan mutu, berupa
Continous Improvement melalui Nearmiss, suggestion System, Gugus
Kendali Mutu, dan Proyek Kendali Mutu perihal kesisteman HSE.

3.2.3 Environment Section

Tugas pokok Environment Section, yaitu :

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengevaluasi, memperbaharui,


mengembangkan, mengawasi dan mereview implementasi SML,
sehingga memenuhi standard pemenuhan ISO 14001-2004.
b. Mengkoordinasikan, merencanakan, menganalisa, serta
mengevaluasi kegiatan target penurunan kadar masing-masing
parameter limbah cair, padat dan udara sampai dibawah Baku Mutu
Lingkungan dan Program Waste Minimization/Reduction.
c. Melakukan koordinasi dan evaluasi kegiatan Management Review
dalam proses dan strategi pencapaian PROPER peringkat terbaik.
d. Melaksanakan koordinasi dengan lembaga profesi di bidang
lingkungan, institusi pendidikan dan instansi atau badan organisasi
terkait lainnya dalam usaha penyusunan, revisi dan evaluasi AMDAL,

14
RKL & RPL RU VI Balongan serta mengusulkan dan membuat
estimasi studi kajian.

3.2.4 Fire & Insurance Section

Tugas pokok Fire & Insrance Section, yaitu :

a. Mengkoordinir pelaksanaan penganggulangan kebakaran dan


kejadian keadaan darurat guna kelancaran penanggulangan secara
aman dan efektif.
b. Mengkoordinir dan mengarahkan atau mengatur pelaksanaan
investigasi kejadian kebakaran dan keadaan darurat guna
mendapatkan penyebab dan digunakan sebagai data untuk usaha
pencegahan melalui pembelajaran (lesson learned).
c. Mengkoordinir, mengarahkan, mengontrol atau monitoring
pelaksanaan dan Rencana Tindak Lanjut (RTL) rekomendasi dari
pihak asuransi yang dilakukan oleh HSE, Engineering, Maintenance,
Production, Human Resource, General Affairs, Information &
Technology, Financial, dan Marine guna pencapaian status complete
selanjutnya berupaya melalui untuk mencegah terulangnya temuan
dan meminimasi kumulatif temuan baru.
d. Mengkoordinir, merencanakan, mengatur dan mengarahkan kegiatan
pelatihan dalam peluang bisnis aspek HSE agar pelaksanaan
pelatihan dalam peluang bisnis aspek HSE agar pelaksanaan
pelatihan dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
e. Mengkoordinir, merencanakan, mengatur dan mengarahkan
pelaksanaan PM/PdM terhadap sarana atau peralatan
Penanggulangan Kebakaran (PK) agar tercapai kesiapan operasional
dengan performance sesuai standard serta Basic DesignI, meliputi
Main Pump, Fire Truck, Fire Protection System di area proses, tangki
penimbun, gedung serta perumahan.
f. Mengkoordinir, merencanakan, mengatur dan mengontrol program
anggaran pemeliharaan dan pengadaan sarana peralatan serta
material agar terpenuhi stock in hand (minimum requirement) yang
meliputi : Alat Pelindung Diri,Safety Equipment untuk Confined Space,
Safety Instrument, Spare Part sarana penganggulangan kebakran,
sarana penanggulangan pencemaran.

15
g. Mengkoordinir dan meneliti dokumen pekerjaan kontrak dan
monitoring pelaksanaan kontrak sesuai jadwal dan scope pekerjaan
guna mencegah tidak terjadi kerja tambah atau kerja kurang serta
menunjang operasi Fire & Insurance Section.
h. Mengkoordinir dan mengendalikan aktivitas yang berkaitan dengan
peningkatan mutu, berupa Continuous Improvement melalui Near
Miss, Suggestion System, Gugus Kendali Mutu dan Proyek Kendali
Mutu Perihal Kesisteman HSE.

3.3. Produk PT. Pertamina (Persero) RU – VI Balongan

Produk yang dihasilkan kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dibagi


menjadi 5 macam, yaitu :
1. Bahan Bakar Minyak (BBM)
Produk bahan bakar minyak terdiri atas :
a. Premium, memiliki angka oktan minimal 88 yang biasanya digunakan
sebagai bensin untuk bahan bakar bensin.
b. Kerosine, merupakan cairan hidrokarbon.
2. Bahan Bakar Khusus (BBK)
Produk bahan bakar khusus terdiri atas :
a. Pertamax, memiliki angka oktan minimal 92 dan merupakan bahan
bakar yang mampu menjaga mesin selalu tetap bersih dan membuat
kinerja mesin lebih lama.
b. Pertamax Plus, memiliki angka oktan minimal 95. Jenis ini disarankan
digunakan sebagai bahan bakar mesin kendaraan tahun 1992 keatas
(memiliki compression ratio yang tinggi).
c. Pertamina DEX (Diesel Environment Extra), menghasilkan emisi gas
buang yang lebih bersih dan memiliki Catane Index 51 serta Sulphur
Contain <= 300 ppm.
3. Non-Bahan Bakar Minyak (NBBM)
Produk non-bahan bakar minyak terdiri atas :
a. Propylene, digunakan untuk bahan pembuat kosmetik, plastic
(gelas/botol), ban.
b. Liquefied Petroleum Gas (LPG), digunakan sebagai bahan bakar
untuk memasak, penerangan, water heater, gas stoves, dan rice
cooker.

16
c. Minasol
4. Lain-lain
Produk lain-lain terdiri atas :
a. High Octan Mogas Component (HOMC), merupakan produk
intermedia (setengah jadi) yang digunakan kembali untuk melakukan
proses produksi produk lainnya.
b. Decant Oil, digunakan sebagai bahan bakar turbin atau boiler.
5. Refinery Fuel (RF)
Produk RF terdiri atas :
a. RF Oil
b. RF Gas
c. Lean Gas

3.4. Proses Produksi

Secara umum, proses produksi di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan


terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Unit Proses Utama


2. Kilang Langit Biru Balongan/KLBB
3. Unit Proses Pendukung

Berikut adalah penjelasan mengenai bagian proses tersebut :

1. Unit Proses Utama


a. CDU (Crude Distillation Unit)
Unit 11 yaitu CDU merupakan primary processing, yang didesain
untuk mengolah 125.000 BPSD (Barrel Stream per Day). Pada unit ini
komposisi desain crude untuk oengolahan adalah 80% Duri dan 20%
Minas. Seiring berjalannya waktu, kuantitas dari Minas dan Duri
semakin menurun sehingga harus disubstitusi dengan crude lainnya
seperti Banyu Urip, Tiung Biru, Azeri, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, komposisi tersebut diubah menjadi 50% Duri dan 50%
gabungan crude pengganti Minas. CDU memisahkan minyak mentah
menjadi beberapa produk melalui proses pemisahan fisik berdasarkan
perbedaan titik didih dengan proses yang dikenal sebagai distilasi.
Produk yang dihasilkan adalah Straigh Run Naphta, Kerosine, Gasoil,
dan Atmospheric Residue (AR).

17
b. ARHDM (Atmospheric Residue Hydrometallization)
ARHDM merupakan unti untuk mengolah Atmospheric Residue (AR)
dari CDU yang mengandung metal (Ni, V) serta karbon (MCR) dalam
jumlah yang tinggi, menjadi DMAR mengandung metal (Ni, V) dan
karbon (MCR) dalam jumlah yang kecil. ARHDM dirancang untuk
mengolah AR keluaran dari CDU sebesar 58.000 BPSD.
c. RCC (Residue Catalytic Cracker)
RCC meruoakan secondary processing dengan kapasitas 83 BPSD
(505.408 T/H) merupakan salah satu unit RCC yang terbesar di dunia.
Unit ini didesain untuk mengolah Treated Residue (DMAR) dari
ARHDM dan Atmospheric Residue (AR) dari CDU dengan bantuan
katalis. Produk yang dihasilkan dari unit RCC ini merupakan produk
dengan nilai ekonomi yang tinggi seperti LPG, Propylene,
Polygasoline (mogas dengan RON 88), Naphta (RON 92), Light Cycle
Oil (LCO), serta Decant Oil (DCO).
d. GO-HTU (Gas Oil Hydrotreater)
GO-HTU merupakan unit untuk mengolah gas oil yang tidak stabil dan
korosif karena mengandung sulfur dan nitrogen menjadi gas oil yang
memenuhi ketentuan pasar, dengan bantuan katalis dan hidrogen.
Kapasitas GO-HTU yaitu 32.000 BPSD.
e. UGP (Unsaturated Gas Plant)
Unsaturated Gas Plant (UGP) berfungsi untuk memisahkan produk
Overhead Main Column RCC unit (15-C-101) menjadi Stabilized
Gasoline, LPG, dan Non Condensable Lean Gas.
f. LPG Treater
LPG Treater dirancang untuk membersihkan Mixed RCC LPG
sebanyak 22.500 BPSD yang mengandung 30 ppm wt H2S dan 65
ppm wt merkaptan sulfur.
g. PRU (Propylene Recoery Unit)
PRU berfungsi untuk memisahkan dan memproses LPG dari
Unsaturated Gas Plant (UGP) sebagai downstream RCC guna
mendapatkan produk propylene dengan kemurnian tinggi, yang dapat
dipakai sebagai Feed Polypropylene Unit.
h. CCU (Catalytic Condensation Unit)

18
Catalytic Condensation Unit (CCU) didesain untuk mengolah mixed
butanes sebesar 13.000 BPSD dari RCC Complex, dengan dilengkapi
3 unit reactor yang dioperasikan secara parallel. Finished Product
CCU adalah Polygasoline beroktan tinggi serta butane.
i. LCO-HTU (Light Cycle Oil-Hydrotreater)
Light Cycle Oil-Hydrotreater (LCO-HTU) berfungsi untuk
menghilangkan sulfur dan nitrogen dari Untreated LCO tanpa
perubahan billing range yang berarti, agar produk yang dihasilkan
memenuhi persyaratan dan spesifikasi pemasaran.
j. H2 (Hydrogent Plant)
Hydrogen Plant (H2) merupakan plant yang dirancang untuk
memproduksi hidrogen (H2) dengan kemurnian minimal 99.9%
sejumlah 76 MMSCFD. Produk H2 tersebut kemudian disuplai ke
ARHDM, GO-HTU, dan LCO-HTU sebagai make-up H2 dalam proses
hidrogenasi.
k. Amine Treater
Amine Treater dirancang untuk mengolah sour gas serta untuk
menghilangkan kandungan H2S yang terikat dalam sour gas. Proses
yang dipakei adalah SHELL ADIP Process, yang menggunakan
larutan MDEA (Methyl Di-Ethanol Amine) sebagain larutan penyerap.
l. SWS (Sour Water Stripper)
Sour Water Stripper (SWS) mempunyai fungsi utama untuk
membersihkan air sisa proses (sour water) dari sisa minyak dan gas-
gas yang ada (khususnya NH3 dan H2S), sehingga air sisa proses
tersebut menjadi bersih (stripped water) dan dapat dipakai kembali
sebagai air proses.
m. Sulfur Plant
Sulfur Plant adalah unit untuk merecovery sulfur dari acid gas yang
dihasilkan Amine Treater (#23) dan H2S Stripper train no.1 SWS
(#24). Sulfur Plant terdiri dari suatu unit Claus untuk menghasilkan
sulfur, lalu diikuti dengan sulfur flaker dan fasilitas penyimpanan sulfur
padat.
2. Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)
KLBB merupakan unit yang dibuat sebagai terobosan PT. Pertamina
(Persero) untuk mendukung program pemerintah menghapus

19
penggunaan timbal (Pb) pada bensin. Berikut ini adalah bagian-bagian
dari KLBB adalah:
a. NHT (Naphta Hydrotreater)
NHT didesain untuk mengolah 52.000 BPSD (345 m3/H) straight run
naphta yang sebagian besar diimpor dari beberapa Kilang Pertamina
(RU-III, RU-IV, RU-V) dengan menggunakan kapal dari kilang sendiri
(CDU 11)
b. Platformer
Platformer didesain untuk memproses heavy hydrotreated naphta
yang diterima dari unit proses NHT. Tujuan unit proses platformer
untuk menghasilkan aromatic dari naphta dan paraffin untuk
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (motor fuel),
dengan angka oktan yang tinggi (ON minimal 98).
c. Penex
Unit Penex merupakan unit yang bertujuan untuk melakukan proses
catalytic isomerization dari pentanes, hexanes, dan campuran dari
CCR Regeneration Process Unit.
3. Unit Proses Pendukung
a. Utilities
Unit utilities menyediakan beberapa kebutuhan utilities kilang seperti
air, listrik, steam, udara bertekanan, dan nitrogen. Unit ini dilengkpaki
dengan :
b. OM (Oil Movement)
Oil Movement merupakan unit yang melakukan proses akhir dari
proses pengolahan minyak sebelum dikirim ke bagian pemasaran
dalam negeri (PDN). Pada unit ini, semua minyak intermedia
(setengah matang) yang berasal dari unit HSC dan RCC. Selanjutnya
dilakukan proses blending terhadap minyak intermediate tersebut
untuk mengatur angka oktan yang sesuai dengan spesifikasi sehingga
dapat menghasilkan produk yang dapat dikirim ke bagian pemasaran
untuk selanjutnya dipasarkan ke konsumen. Unit OM melakukan
blending dan transfer produk jadi sesuai dengan order dari bagian
Supply Chain.
c. HSE (Health, Safety, and Environment)

20
Aspek keselamatan kerja dan lingkungan merupakanaspek yang
menjadi prioritas utama di RU VI Balongan dalam menjalankan
kegiatan inti bisnisnya. HSE sebagai salah satu fungsi yang terdapat
di RU VI Balongan menjalankan semua program dan kegiatan untuk
mencegah kerugian baik dari segi people, asset, environment,
maupun reputation. HSE dengan empat bagian dibawahnya, yaitu
Occupational Health, Safety, Environment dan Fire and Insurance
melakukan sinergi dalam mempertahankan zero accident dan zero
pollution mengikuti standard an sertifikasi dari OHSA 18001, ISO
14001, dan Manajemen Keselamatan Proses.
d. OPI (Operating Performance Improvement)
OPI adalah program yang merupakan hasil Breakthrough Project
(BTP) Direktorat Pengolahan untuk meningkatkan kualitas seluruh
aspek sistem operasi dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan aspek Technical System dan Non-technical System yang
terintegrasi.
e. Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat untuk menganalisa minyak mentah,
minyak intermediate (setengah jadi), ataupun minyak jadi. Analisa
tersebut akan dilakukan untuk mengetahui apakah minyak yang
dihasilkan telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Hasil analisa
lab kemudian menjadi masukan bagi unit-unit pengolahan minyak
dalam mengontrol proses pengolahan minyak. Analisa yang dilakukan
laboratorium ini bertujuan untuk mengontrol bahan baku.
f. LPG Mundu
Unit ini didesain untuk memproses natural gas sebesar 1000
KNm3/hari menjadi produk LPG.

3.5. Fasilitas Penunjang Produksi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Fasilitas yang menunjang proses pengolahan di RU VI Balongan dijabarkan


sebagai berikut :
1. Storage Facilities/Storage Tank
Merupakan fasilitas berupa tangki yang digunakan untuk proses
penyimpanan bahan baku, produk setengah jadi, maupun produk jadi.

21
a. Tangki Bahan Baku
1) Crude, mengguakan tangki 42-T-101 A/B/C/DE/F/G, 102 A/B
2) Naphta KLBB, menggunakan tangki 42-T-107 A/B/C/D
b. Tangki Intermediate
1) Residue, menggunakan tangki 42-T-104 A/B, 105 A/B
2) Untr. GO, menggunakan tangki 42-T-103 A/B
3) Naphta, menggunakan tangki 42-T-201 A/B
c. Tangki Finished Product
1) Gasoline, menggunakan tangki 42-T-301 A ---- H, 205 A/B, 202
A/B
2) Solar, menggunakan tangki 42-T-303 A/B
3) Kerosine, menggunakan tangki 42-T-302 A/B
4) LPG, menggunakan tangki 42-T-403 A ---- D
5) Decant, menggunakan tangki 42-T-304 A/B, 305 A/B
6) Propylene, menggunakan tangki 402-T-404 A ---- H
2. Lifting Facilities
Merupakan fasilitas yang digunakan untuk mengangkut atau menyalurkan
bahan baku, produk setengah jadi, maupun produk jadi.
a. Single Pipe Morring (SPM)
1) Crude, LSWR Mix, dan Decant Oil menggunakan SPM 150.000 DWT
(deadweight tonnage)
2) Naphta, menggunakan SPM 35.000 DWT
3) HOMC, Premium, Pertamax, Pertamax Plus, menggunakan SPM
17.500 DWT
4) LPG dan Propylene, menggunakan jetty.
b. Truck, digunakan untuk mengangkut LPG, dan Pertadex (Pertamina
DEX).
c. Pipeline, digunakan untuk menyalurkan produk BBM, BBK, dan NBBM.

22
BAB 4

TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

4.1. Lingkup Pekerjaan


Mahasiswa melakukan kerja praktek di PT. Pertamina (Persero) RU-VI
Balongan yang berlokasi di jalan Raya Balongan km 9, Kecamatan
Balongan, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa barat. Pada kerja praktek
ini, mahasiswa ditempatkan pada unit fungsi HSE (Health, Safety and
Environment) di bawah pembimbing lapangan Bp. Moch. Arifin selaku
Section Head Environment PT. Pertamina (Persero) RU – VI Balongan.
Bagian Environment bertugas dalam mengimplementasikan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penerapan, dan pengawasan serta
pelaporannya.

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan


Tanggung jawab mahasiswa selama melakukan kerja praktek, yaitu :
a. Mempelajari tahapan proses dalam manajemen pergudangan HSE
b. Berkeliling lantai produksi untuk mengetahui lebih jelas mengenai
proses produksi dalam pengolahan minyak dan gas.
c. Ikut serta membantu melakukan suatu pekerjaan

Selama pelaksanaan kerja praktek, mahasiswa diberi wewenang oleh


pembimbing antara lain :

a. Diperbolehkan untuk mengamati langsung sistem produksi pada


semua bagian pada PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan.
b. Diperbolehkan membawa Laptop ke dalam kilang untuk menunjang
kegiatan kerja mahasiswa.
c. Diperbolehkan untuk mengambil data dan menggali informasi yang
dibutuhkan.

4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

23
Berikut merupakan langkah-langkah metodologi pelaksanaan pekerjaan
yang dapat dilihat pada diagram alir berikut :

Gambar 4.1. Diagram Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

4.4. Hasil Pekerjaan


4.4.1. Rumusan Masalah
Dari hasil pengamatan yang dilakukan ingin diketahui :
1. Bagaimana implementasi manajemen persediaan Inventory Unit
Environment (HSE) dengan menggunakan metode Re-Order Point?

24
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam penjadwalan restock item sehingga menyebabkan menurunnya
tingkat kualitas manajemen persediaan di PT. Pertamina (Persero)
RU VI Balongan khususnya di Unit Environment (HSE).

4.4.2. Tujuan Pengamatan


Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Ingin menganalisis dan mengevaluasi pengimplementasian
pengendalian persediaan stock inventory di Unit Environment (HSE)
PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan dengan menggunakan
metode Re-Order Point.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kekeliruan penjadwalan
restock item di inventory Unit Environment (HSE) PT. Pertamina
(Persero) RU-VI Balongan.

4.4.3. Dasar Teori


1. Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku
Perencanaan dan pengendalian bahan baku adalah aktivitas untuk
merencanakan pengadaan dan penggunaan bahan baku untuk
mengendalikan persediaan sehingga sasaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai. Dari definisi tersebut, diketahui bahwa objek yang
dikendalikan adalah persediaan. Menurut Terry Hill (2000:103),
persediaan adalah salah satu unsur aktiva lancer yang paling aktif
dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah,
dan dijual kembali. Oleh karena itu, penting sekali bagi suatu
perusahaan industri untuk mengendalikan persediaan bahan bakunya
agar proses produksi yang dilakukan dapat berjalan kontinu.
Dalam Mengendalikan persediaan bahan baku,terdapat beberapa
faktor yang berpengaruh. Semua faktor tersebut saling berkaitan
sehingga akan secara bersamaan mempengaruhi persediaan bahan
baku. Faktor-faktor tersebut terdiri atas :

25
1. Harga Bahan Baku
Faktor ini merupakan perhitungan seberapa besar dana yang
harus perusahaan sediakan untuk investasi dalam pengadaan
persediaan bahan baku.
2. Perkiraan Pemakaian
Sebelum melakukan pengadaan bahan baku, manajemen
harus membuat perkiraaan jumlah bahan baku yang akan
dibutuhkan dalam proses produksi pada suatu periode.
3. Biaya Persediaan
Dalam menentukan besarnya persediaan, perhitungan biaya
persediaan (biaya pesan dan biaya simpan)penting juga untuk
dilakukan.
4. Pemakaian Bahan Baku Aktual
Pemakaian bahan baku actual yang terjadi pada periode yang
lalu merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
karena dengan begitu dapat diketahui seberapa besar tingkat
penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan
serta bagaimana hubungannya dengan perencanaan yang
telah disusun. Hal tersebut harus dilakukan secara terus-
menerus dan dianalisis agar dapat disusun kebutuhan bahan
baku yang mendekati aktual.
5. Leadtime
Leadtime adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat
pemesanan bahan baku sampai datangnya bahan baku
tersebut.
6. Kebijakan Pembelanjaan
Seberapa besar bahan baku akan bergantung pada kebijakan-
kebijakan pembelanjaan dari perusahaan terkait.

Tujuan diadakannya perencanaan dan pengendalian bahan baku adalah :

a. Menjaga agar proses produksi tetap lancar.


b. Melindungi persediaan terhadap pemborosan, kerusakan, dan risiki-
risiko lain.
c. Meminimasi biaya persediaan.

26
Dari poin-poin tujuan diatas, sebenarnya dapat diambil kesimpulan bahwa
tujuan dari perencanaan dan pengendalian bahan baku adalah untuk
menjamin terdapatnya lancar dan biaya persediaan dapat diminimalkan.
Menurut Sofdjan Assauri (1998:184), untuk menjamin hal tersebut,
diperlukan pengawasan pembelian bahan baku yang memenuhi
persyaratan-persyaratan kebutuhan standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dalam kegiatan
pembelian bahan baku tersebut adalah :

1. The Right Quantity (Jumlah yang Tepat)


Mendapatkan jumlah yang tepat atau optimal akan membuat
kegiatan produksi berjalan dengan kontinu dan penanaman modal
untuk kebutuhan bahan baku sesuai dengan yang diperlukan
perusahaan dalam periode yang telah ditetapkan dalam neraca.

2. The Right Quality (Mutu yang Tepat)


Mendapatkan mutu yang tepat sesuai dengan kebutuhan akan
sangat menolong dalam kegiatan produksi.

3. The Right Time (Waktu yang Tepat)


Mendapatkan bahan baku pada waktu yang tepat merupakan hal
yang sangat penting. Apabila bahan baku yang dipesan dating
terlambat, hal tersebut kemungkinan besar akan menghambat
proses produksi apabila perusahaan tidak memiliki persediaan
yang cukup.

4. The Right Price (Harga yang Tepat)


Mendapatkan harga yang tepat maksudnya adalah harga yang
didapatkan sesuai dengan mutu bahan baku yang akan dibeli.

5. The Right Source (Sumber yang Tepat)


Mendapatkan sumber yang tepat maksudnya dapat menentukan
sumber mana yang mampu memenuhi persyaratan kebutuhan
bahan baku yang diinginkan, seperti jumlah mutu, waktu dan
harga.

27
4.4.4. Inventory Listing dalam PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

1. Asumsi-asumsi
Agar penyelesaian permasalahan dapat dilakukan menggunakan
tools yang telah dipelajari di perkuliahan dan untuk mengurangi
kompleksitasnya, digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
a. Jumlah stock material yang dipesan oleh Departemen
Environment sepanjang tahun 2017 yang sedang berjalan dari
bulan Januari hingga April 2017.
b. Lead Time untuk Re-order barang dari supplier ke perusahaan
adalah selama 7 hari.

2. Data-data
 Material Consumable Environmental
Material Consumable Environmental adalah bahan baku yang
digunakan untuk membersihkan keadaan lingkungan kilang yang
tercemar oleh kegiatan produksi di PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan. Jenis material yang disimpan di TPS terdiri dari material
yang biasanya digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak
apabila terjadi kebocoran di area kilang dan sebagainya.

 Safety Stock
Departemen Environment PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan telah menentukan tingkat safety stock/minimum stock
untuk persediaan Material Consumable Environmental, yaitu
setara dengan kebutuhan 45 hari proses pengiriman material.
Sehingga sudah ditentukan oleh departemen Environment, safety
stock tiap material bisa berbeda-beda tergantung dari kebutuhan
material tersebut untuk menunjang kegiatan produksi perusahaan.
Data lengkap bisa dilihat pada lampiran.

 Data Stock Material Consumable Environmental


Data Stock Material Consumable Environmental adalah data yang
berisi informasi tentang jumlah persediaan alat-alat yang dimiliki
divisi HSE Environment untuk membersihkan limbah yang terjadi

28
selama proses produksi. Data ini kemudian akan di-input-kan ke
dalam excel.

4.4.5. Perhitungan excel

a. Inventory Value

Inventory value adalah total harga item yang dimiliki dalam gudang. Rumus untuk
menghitung Inventory value :

Unit Price x Inventory Value

b. Reorder Level

Berikutnya adalah Reorder level. Reorder Level merupakan jumlah item yang
hendak dipesan kembali dari vendor. Untuk mengetahui berapa jumlah yang
harus dipesan kembali, digunakan rumus :

Reorder time in days x Average Used + Minimum Stock

Minimum stock adalah sebagai indikator kapan departemen enviro harus


memesan kembali item yang dibutuhkan dari vendor.

29
BAB 5

PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan kerja praktek adalah :

Pengendalian inventori material consumable bagi perusahaan merupakan


hal yang penting untuk dilakukan, karena cukup mempengaruhi proses
bisnis yang dijalani perusahaan. Apabila jumlahnya terlalu besar maka
akan membebani perusahaan melalui tingginya biaya pengadaan tanpa
memberikan value apapun. Apabila jumlahnya terlalu kecil (dibawah
tingkat minimum stock) maka akan membuat proses bisnis menjadi
terhambat ketika terjadi pencemaran lingkungan di area kilang dan
sekitarnya. Oleh karena itu, agar proses bisnis dapat berjalan dengan
lancar, dibutuhkan suatu metode perencanaan pengadaan consumable
material yang mampu memperkirakan kapan dibutuhkan pengadaan
material untuk mengganti persediaan yang telah digunakan untuk
mempertahankan persediaan sesuai kebijakan minimum stock yang telah
ditetapkan dengan baik. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengendalikan inteventori tersebut adalah dengan menentukan Re-Order
Point. Melalui metode ini dapat dibuat perencanaan pengadaan bahan
baku secara jelas. Disamping itu, metode ini juga sederhana sehingga
mudah untuk dimengerti dan diimplementasikan.

1.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada perusahaan dari hasil penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Dalam penjadwalan pengadaan consumable material environmental
di PT. Pertamina RU VI Balongan sebaiknya juga memperhatikan
biaya pesan setiap material agar keuntungan perusahaan dapat
meningkat.
2. Dalam perawatan peralatan/mesin sebaiknya dilakukan pelatihan bagi
pekerja/mitra kerja yang memiliki bakat di bidang permesinan agar

30
mereka bisa mengawasi proses maintenance peralatan/mesin dengan
baik.

31

Anda mungkin juga menyukai