Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT. AJINOMOTO INDONESIA

Sintiya Yulidavin Patria

140607975

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOYAKARTA

2018

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan bimbingan_nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek dan dapat menyelesaikan
pembuatan laporan akhir Kerja Praktek ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk menunjang pemahaman dari
berbagai teori mata kuliah yang telah diambil oleh mahasiswa. Akhir kata
penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah turut membantu
selama kerja praktek ini berlangsung, yaitu kepada:
1. Ibu M Chandra Dewi K., S.T., M.T. selaku dosen pembimbing Kerja Praktek.

2. PT AJINOMOTO Indonesia, Mojokerto Factory yang telah memberikan penulis


kesempatan untuk melaksanakan kegiatan kerja praktek disana.

3. Bapak Djoko Siswanto selaku pembimbing Kerja Praktek

4. Ayah, Ibu dan Saudara saya yang telah mendukung dan memotivasi saya
selama melaksanakan Kerja Praktek.

5. Febri Artha Nugroho yang telah membantu saya selama berada di Jawa Timur
dan memotvasi saya dalam pelaksanaan kerja praktek

6. Teman- Teman seangkatan kerja praktek yang telah bekerja sama selama
proses kerja praktek di PT Ajinomoto

7. Teman-Teman Kampus yang selalu memotivasi Saya selama melaksanakan


Kerja Praktek dan penyelesaian laporan Kerja Praktek.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis

Kiranya dengan terselesainya laporan ini, dapat membantu semua pihak yang
membacanya dan dapat diambil manfaatnya. Penulis juga menyadari dalam
pembuatan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca.

Yogyakarta, Mei 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

BAB JUDUL HAL


Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Surat Keterangan Pelaksanaan Kerja Praktek iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 2
2 Tinjauan Umum Perusahaan
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan 3
2.2. Struktur organisasi 5

2.3. Manajemen Perusahaan 11

3 Tinjauan Sistem Perusahaan


3.1. Proses Bisnis 14
3.2. Produk yang Dihasilkan 14
3.3. Proses Produksi 17
4 Tinjauan Pekerjaan Mahasiswa
4.1 Lingkup Pekerjaan 25
4.2 Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan 26
4.3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 28
4.4 Hasil Pekerjaan (Metode Perusahaan dan Berdasarkan Teori) 30
4.1 Hasil Pekerjaan Mahasiswa 34
5 Penutup
5.1 Kesimpulan 46
5.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN 48

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pembagian Shift Kerja 12


Tabel 4.1. Perbandingan Cara Penyelesaian 33
Tabel 4.2. Data Tingkat Purity Tepung Tapioka dari Supplier A 34
Tabel 4.3. Lanjutan 35
Tabel 4.4. Data Tingkat Purity Tepung Tapioka dari Supplier B 35
Tabel 4.5. Lanjutan 36
Tabel 4.6. Data Tingkat Purity Tepung Tapioka dari Supplier C 36
Tabel 4.7. Lanjutan 37
Tabel 4.8. Data Tingkat Purity Tepung Tapioka dari Supplier D 38
Tabel 4.9. Pengolahan data Supplier A 39
Tabel 4.10. Pengolahan data Supplier B 40
Tabel 4.11. Pengolahan data Supplier C 42
Tabel 4.12. Pengolahan data Supplier D 43

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Lokasi PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto 2


Gambar 1.2. Gedung PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto 2
Gambar 2.1. Logo PT Ajinomoto Indonesia 4
Gambar 2.2. Struktur Organisasi 6
Gambar 3.1. Berbagai Produk Utama PT Ajinomoto Indonesia 16
Gambar 3.2. Berbagai Produk Sampingan PT Ajinomoto Indonesia 17
Gambar 3.3. Morfologi Kristal Asam glutamate α-crystal dan (ii) β- crystals 21
Gambar 4.1. Flowchart Metodologi Pelaksanaan Tugas pada Area QC 28
Gambar 4.2. Peta Kendali X Bar 39
Gambar 4.3. Peta Kendali R 40
Gambar 4.4. Peta Kendali X Bar 41
Gambar 4.5. Peta Kendali R 41
Gambar 4.6. Peta Kendali X Bar 42
Gambar 4.7. Peta Kendali R 43
Gambar 4.8. Peta Kendali X Bar 44
Gambar 4.9. Peta Kendali R 44

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan
kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang
kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali
suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan
etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.

Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:
a. Mengenali ruang lingkup perusahaan
b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan
d. Mengamati perilaku sistem
e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
f. Melaksanakan ujian kerja praktek

1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.

1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Paktek ini dilaksanakan terhitung dari tanggal 18 Desember 2017 sampai
dengan 27 Januari 2018 di PT Ajinomoto Indonesia yang beralamat di 110, Jl.
Raya Mlirip, Mlirip, Jetis, Mojokerto, Jawa Timur 61352. Penulis ditempatkan
didepartement Quality Control PPC untuk material.

Gambar 1.1 Lokasi PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto

Gambar 1.2 Gedung PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto.

Sumber : https://www.google.co.id/maps/

2
BAB 2

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2. 1. Sejarah Singkat Perusahaan


MSG dengan menggunakan bahan baku asam glutamat kering yang
Berawal dari sebuah penemuan besar di Jepang, Dr. Kikunae Ikeda pada tahun
1908 yang menemukan sumber rasa gurih dari kaldu rumput laut (Kombu). Rasa
gurih tersebut kemudian dinamakan Umami. Produk bumbu masakan yang
dipercaya sebagai sumber rasa umami muncul dengan merk AJI-NO-MOTO®
setahun kemudian. AJI-NO-MOTO® sampai saat ini telah digunakan selama 100
tahun dan beredar luas hampir di 100 wilayah dan negara. AJI-NO-MOTO® dapat
bertahan lama dipergunakan oleh masyarakat luas karena selalu mengutamakan
kepercyaan dan kesetiaan konsumen. Di Indonesia, keeksistensian AJI-NO-
MOTO® sudah mencapai 40 tahun sehingga telah membuktikan bahwa Ajinomoto
adalah perusahaan yang pantas dipercaya.

Perusahaan ini dapat dengan cepat berkembang ke negara lainnya, dengan


Ajinomoto U.S.A., Inc diresmikan pada tahun 1956. Ajinomoto telah menjadi
perusahaan konglomerat yang bergerak ke bidang lainnya, meskipun tetap fokus
pada industri makanan. PT. Ajinomoto Indonesia adalah perusahaan yang selalu
berusaha mengikuti perkembangan kebutuhan manusia dengan fokus produk
bumbu olahan yang dapat dibuktikan dengan munculnya produk baru yang
diproduksi oleh PT. Ajinomoto Indonesia seperti halnya Masako, Saori, Sajiku,
Mayumi dan juga produk olahan minuman fermentasi. Hasil sampingan dari proses
produksi pun diolah menjadi produk baru yang memiliki nilai jual seperti pupuk cair
dan produk pakan ternak.

Tahun 1908, produksi asam glutamat secara komersial telah dirintis oleh Prof.
Ikunae Ikeda yang bekerja sama dengan pemilik modal Sabaruzukei Suzuki,
sehingga berdirilah Ajinomoto Co. Inc. Perusahaan tersebut pada awalnya
produksi asam glutamat dilakukan dengan menggunakan bahan baku gluten dari
gandum atau kedelai dengan cara hidrolisa.

Tahun 1957 ditemukan bahan pengganti kombu yaitu molasses (tetes tebu) yang
merupakan hasil samping dari pabrik gula. Asam glutamat mulai diproduksi
dengan cara fermentasi aerob menggunakan bakteri corynebacterium
glutamicum, dengan molasses atau beet molasses sebagai medium fermentasi.

3
Pada akhirnya pada tahun 1969, perusahaan ini mendirikan pabrik besar di
Indonesia yang berlokasi di kabupaten Mojokerto, Jawa Timur hingga saat ini. PT.
Ajinomoto Indonesia mulai melakukan ekspansi di beberapa wilayah karena
permintaan yang melebihi kapasitas produksi dari pabrik utama yang berlokasi
Mojokerto.

Tahun 1970, PT. Ajinomoto Indonesia mulai memproduksi diimpor dari Jepang.
PT. Ajinomoto Indonesia baru bisa memproduksi MSG secara keseluruhan dari
bahan baku dasar molasses pada tahun 1972. Pabrik ini didirikan untuk
memproduksi diantaranya masako, tahun (1999) sajiku, tahun (2005) saori, tahun
(2012) mayumi.

Pada tahun 2011 PT Ajinomoto mengembangkan pabrik yaitu didirikannya pabrik


di Karawang tetapi pada pabrik ini hanya memproduksi masako saja. PT.
Ajinomoto terbagi menjadi 3 perusahaan yaitu PT. Ajinomoto Indonesia, PT.
Ajinex Internasional, dan PT. Ajinomoto Sales Insonesia.

Gambar 2.1. Logo PT. Ajinomoto Indonesia

Sumber : https://www.ajinomoto.co.id

2.1. 1. Pencapaian dari PT. Ajinomoto Indonesia


Berikut adalah sertifikat dan pencapaian yang diraih oleh PT. Ajinomoto Indonesia:
a. Sertifikat yang Dimiliki
i. Sertifikat ISO 9001 untuk jaminan mutu
ii. Sertifikat Sistem Jaminan Halal dari MUI
iii. Sertifikat Halal dari MUI
iv. ISO 14001 untuk manajemen lingkungan
v. ISO 22000 untuk keamanan pangan
vi. OHSAS 18001 untuk manajemen K3 dari badan sertifikasi SGS dengan
akreditasi UKAS (United Kingdom Accreditation Service).

4
2. 2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara bagian
dan posisi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian
aktivitas kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas sampai batas-
batas tertentu (Umar, 2008). Menurut Sukoco (2007), saat ini terdapat tujuh
macam struktur organisasi yang biasa dijumpai dalam suatu organisasi, yaitu
struktur garis, struktur garis dan staff, struktur fungsional, struktur lini dan
fungsional, struktur lini, fungional, dan staf, struktur komite, dan struktur matrik.

2.2.2 Bagan Struktur Organisasi


PT. Ajinomoto Indonesia merupakan perusahaan yang berasal dari Jepang,
sehingga ciri-ciri manajemen jepang sangat mempengaruhi struktur organisasi
perusahaan. Tipe organisasi gemenschaft, yaitu tipe ke-masyarakatan yang
menonjol dalam sifat kebersamaan kelompok, sangat nampak dalam struktur
organisasi PT. Ajinomoto Indonesia yaitu cenderung berbentuk garis dan staf.
Hubungan pimpinan langsung dan memiliki rantai perintah yang jelas dan mengalir
ke bawah melalui tingkatan-tingkatan management. Organisasi staf memiliki
kelompok tersendiri yang terdiri dari para ahli yang memiliki fungsi utama
memberikan sarana dan pelayanan pada fungsi garis, dimana staf departemen
tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan utama dalam organisasi atau
departemen.

Dalam struktur organisasi yang dimiliki oleh PT. Ajinomoto Indonesia dipimpin oleh
Vice Presdient Director dan Factory Manager Director dimana kedudukan ini diisi
oleh orang Jepang. Didalam struktur organisasi tersebut, terdapat 4 kelompok
yang terbagi dalam beberapa departemen dan terbagi lagi ke dalam seksi yang
lebih spesifik.

5
Gambar 2.2 Struktur Organisasi

6
2.2.1 Deskripsi Pekerjaan setiap Departemen
Berikut adalah deskripsi tugas dan wewenang dari masing-masing departemen
yang ada di PT. Ajinomoto Indonesia untuk Mojokerto Factory.
1. Vice Presindent Director
a. Bertanggung jawab atas jalannya perusahaan
b. Menentukan alur kebijakan baik intern maupun ekstern
c. Merumuskan dan mengembangkan rencana produksi yang meliputi
jumlah dan kualitas produksi, pemakaian bahan baku, tenaga kerja dan
lain-lainnya.
d. Mengambil tindakan yang mendukung kelanjutan produksi
e. Mengangkat dan memberhentikan karyawan
2. Manager Pabrik (Factory Manager)
a. Menentukan keputusan yang berhubungan dengan desain dari sistem
produksi pabrik yang bersangkutan.
b. Menentukan keputusan yang berhubungan dengan operasi dan
pengendalian sistem tersebut baik dalam jangka waktu panjang maupun
pendek.
3. Wakil Manager Pabrik (Vice Factory Manager)
Membantu kerja dari manager pabrik dalam menjalankan tugas-tugasnya
termasuk memberikan saran dan mengambil keputusan-keputusan penting.
4. Departement I Planning
a. Departemen Quality assurance and Planning (QA & P)
Departemen ini terdiri dari dua seksi, yaitu seksi inspeksi dan seksi
laboratorium. Seksi inspeksi menangani pengawasan dan pengendalian
mutu lapangan. Seksi laboratorium menangani pengendalian mutu
dalam laboratorium dengan menganalisa sampel yang dikirim dari
lapangan. Analisa laboratorium akan menganalisis jika ditemukan
penyimpangan, maka seksi ini segera menghubungi petugas lapangan
untuk mengantisipasi/menangani penyimpangan tersebut.
b. Departemen Fisik dan Distribusi (Physical and Distribution)
Departemen ini menangani hal-hal yang berhubungan dengan
penyimpanan produksi dan distribusi produk. Departemen ini dibagi
menjadi dua seksi yaitu :
i. Seksi Eksport dan Import

7
Bertanggung jawab atas persiapan dokumen dan administrasi serta
pengiriman barang sampai ke tangan pemesan. Demikian juga
halnya jika perusahaan mengimport bahan untuk produksi maupun
peralatan.
ii. Seksi Pergudangan (Warehouse)
Seksi ini bertanggung jawab atas penyimpanan bahan baku utama,
bahan pembantu maupun produk jadi MSG yang dihasilkan dalam
bentuk curah maupun MSG yang siap dipasarkan dalam bentuk
produk jadi lainnya.
c. Departemen Pengadaan (Purchase)
Seksi ini bertanggung jawab atas perencanaan produksi perusahaan
yang meliputi jumlah produksi yang disesuaikan dengan permintaan
pasar dan distribusi produk jadi serta mengendalikan proses produksi
dan bertanggung jawab atas pengadaan bahan baku utama, bahan
pembantu serta peralatan yang berhubungan dengan proses produksi.
5. Departemen II Food Ingredient
a. Departemen Produksi 1 (P1)
Departemen produksi mempunyai lima seksi yang bertanggung jawab
terhadap proses produksi MSG mulai tetes tebu sampai bentuk kristal
MSG serta proses produksi untuk produksi lainnya. Setiap seksi
bertugas pada satu unit produksi tertentu.
i Seksi H1 Decalsification yang bertugas mempersiapkan bakteri,
menyiapkan tetes tebu dari pabrik gula hingga menjadi TCM yang
siap digunakan dalam proses fermentasi (proses dekalsifikasi)
ii Seksi H2 Fermentation bertugas dalam proses fermentasi tetes
tebu hingga menjadi asam glutamat
iii Seksi H4 Isolation, bertugas memproduksi asam glutamat menjadi
NL (pada proses isolasi)
iv Seksi H5 dan H6 Purifikasi, bertugas untuk menangani unit
purifikasi yang merupakan tahap akhir proses produksi pembuatan
MSG. Adapun proses purifikasi ini meliputi : netralisasi, dekolorisasi
II, separasi II dan pengeringan.
b. Departemen Utility (P5)
Departemen ini menangani penyediaan utilitas seperti steam, listrik dan
air. Departemen ini juga bertanggung jawab terhadap distribusinya

8
untuk tiap departemen yang memerlukannya. Termasuk juga listrik dan
air untuk kebutuhan sehari-hari.
c. Departemen WWT & By Production (P6)
Departemen ini menangani limbah sebagai usaha pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan dan pemanfaatan hasil samping. Departemen
ini terdiri dari dua seksi, yaitu seksi amina serta seksi lingkungan dan
polusi. Seksi amina mengolah limbah cairan yang tidak dapat
dikristalkan lagi yang berasal dari departemen produksi 1 seksi H5 dan
H6 (seksi purifikasi). Bagian lingkungan dan polusi menangani limbah
cair berupa air yang dipergunakan dalam proses untuk selanjutnya
dikembalikan ke sungai Brantas.
6. Departemen III Food Product
d. Departemen Food Production 1
Departemen yang bertanggung jawab memproduksi MASAKO dan
menangani pengemasan. Dibagi menjadi 2 seksi yaitu seksi Bulk
Masako dan seksi pack Masako
e. Departement Food Production 2
Departemen yang bertanggung jawab memproduksi Sajiku dan ekstrak
daging sebagai bahan baku masako, dibagi menjadi 2 yaitu seksi EMO
(Extraction Meat Powder) dan seksi Sajiku
f. Departemen Food Production 3
Departemen yang bertanggung jawab melakukan pengemasan MSG
serta fasilitas yang dibutuhkan. Dibagi menjadi 4 seksi yaitu seksi P & Q
Control, Seksi Production, seksi Facility dan seksi Management System
g. Departemen Food Production 4
Departemen yang bertanggung jawab untuk menangani percetakan
(printing), produksi bahan-bahan pengemas dan percetakan label pada
bahan pengemas.
7. Departemen IV General Administration
h. Departemen Umum dan Personalia (General and Personal)
Departemen ini menangani hal-hal yang sifatnya umum dan diluar
proses produksi. Departemen ini terdiri atas :
i Seksi Personalia

9
Seksi personalia menangani masalah recruitment karyawan serta
seleksi penempatan, gaji karyawan dan pembinaan organisasi
intern.
ii Seksi Masalah Umum
Hal-hal yang berhubungan dengan perijinan, kesehatan pekerja, dan
kesejahteraan karyawan, transportasi, keamanan dan lingkungan
hidup.
i. Departemen Keuangan dan Akuntansi (Finance and Accounting)
Depertemen Keuangan dan akuntansi bertugas merencanakan
keuangan perusahaan, administrasi perusahaan serta akuntansi
perusahaan. Departemen ini juga bertanggung jawab pada pengelolaan
keuangan perusahaan.
8. I-Tec Food
Merupakan pusat penelitian mengenai produk makanan PT. Ajinomoto
Indonesia. Terdiri dari 4 departemen, yaitu :
a. Departemen mesin dan pemeliharaan (Engineering and Maintenance)
Departemen ini menangani usaha perawatan, perbaikan dan
penyediaan suku cadang. Departemen ini terdiri dari 3 seksi :
1. Seksi pemeliharaan (Maintenance)
Seksi ini bertugas menangani pemeliharaan energi, serta sarana
pendukung lainya.
2. Seksi kontruksi (Construction)
Seksi ini menangani masalah-masalah pengadaan mesin-mesin
baru maupun modifikasi mesin ataupun penambahan gudang
baru. Seksi ini berhubungan dengan investasi dan pengembangan
perusahaan.
3. Seksi peralatan (instrumentasi)
Seksi ini bertanggung jawab terhadap pembuatan dan
pemeliharaan peralatan pabrik.
b. Departemen Packing and Printing
c. Departemen Food Development
d. Departemen Expansion Project

10
2. 3. Manajemen Perusahaan
Pada sub bab ini, menjelaskan mengenai visi dan misi yang dimiliki oleh
perusahaan, ketenagakerjaan, pemasaran produk, dan keselamatan kerja pada
PT. Ajinomoto Indonesia.

2.3. 1. Visi dan Misi Perusahaan


Menjadi basis kekuatan Grup Ajinomoto untuk memanfaatkan kesempatan bisnis
di pasar Islam dengan menciptakan produk - produk / bisnis yang unik dalam
bidang makanan (utamanya difokuskan pada segmen bumbu masak) yang dapat
merealisasikan filosofi "Eat Well Live Well" sehingga bisnis kita akan membuat
lingkungan di bumi lebih terpelihara.

2.3. 2. Ketenagakerjaan
PT Ajinomoto Indonesia merupakan salah satu perusahaan besar yang ada di
Indonesia yang tentunya memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup banyak.
Menurut Sirait (2006) tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi atau
sumber daya yang sangat penting untuk menghasilkan barang dan jasa yang
bermutu. PT Ajinomoto Indonesia sangat memperhatikan faktor tenaga kerja mulai
dari sistem perekrutan hingga penjaminan tenaga kerja.
a. Sumber Daya manusia
Jumlah tenaga kerja yang ada di PT. Ajinomoto Indonesia berjumlah sekitar
1944 orang yang terbagi menjadi dua level yaitu level manajemen dan level
karyawan
1. Level manajemen terbagi menjadi staf jepang dan staf Indonesia
2. Level karyawan yang terbagi dua yaitu karyawan regular dan karyawan
harian. Karyawan reguler memiliki tingkatan jabatan yang terdiri atas
i. Forman (F) untuk karyawan field non shift atau supervisor (S) untuk
karyawan non field
ii. Asistent Formen A (AFA) atau Asistent Supervisor (AS)
iii. Asistent Formen B (AFB) atau Asistent Supervisor (AFB)
iv. Change head
Jam kerja di PT. Ajinomoto disesuaikan dengan pekerjaannya karyawan
dibagi menjadi karyawan lapangan (karyawan shift dan karyawan non shift)
atau karyawan non lapangan. Karyawan non shift dan non field perusahaan
memberlakukan lima hari kerja yang dimulai pukul 07.00-16.00 sementara
untuk karyawan lapangan shift memiliki jadwal kerja berikut

11
Tabel 2.1 Pembagian Shift Kerja
Shift Jam Karyawan
1 07.00 -15.00

2 15.00 – 23.00

3 23.00 – 07.00

Sistem shift diterapkan secara bergilir dalam setiap kelompok pada shift
tersebut.
a. Fasilitas
Untuk menunjang berbagai kegiatan PT Ajinomoto Indonesia di bidang non
produksi, didirikan beberapa fasilitas yang memadai, yaitu:
1. Kantin perusahaan
PT. Ajinomoto Indonesia menyediakan fasilitas kantin yang ditujukan
kepada karyawan sebagai pemenuhan kebutuhan primer seperti
diadakannya jatah makan dan minum. Kantin tersebut buka selama 24
jam dikarenakan proses produksi pada PT Ajinomoto juga 24 jam dengan
waktu istrirahat secara bergilir.
2. Fasilitas kesehatan (poliklinik dan general medical check up)
PT Ajinomoto Indonesia juga memiliki fasilitas kesehatan yang dapat
dimanfaatkan sebagai pertolongan pertama ketika terjadinya kecelakaan
kerja.
3. Fasilitas olahraga (sport hall dan recreation house)
PT Ajinomoto memiliki cukup lengkap fasilitas olahraga yang ditujukan
kepada karyawan seperti lapangan tenis, lapangan bola, lapangan volly,
dan lapangan senam. Fasilitas olahraga ini biasanya digunakan pada
saat sport day yang diadakan setiap tahun.
4. Fasilitas ibadah (masjid dan musola)
PT Ajinomoto memberikan fasilitas masjid yang digunakan oleh karyawan
untuk menjalankan ibadah sholat.
5. Locker Karyawan
Locker karyawan diberikan untuk karyawan khususnya bagian produksi
untuk meletakkan barang-barang pribadi.
6. Dapur

12
Dapur disediakan oleh perusahaan disetiap departemen, dapur yang
disediakan hanya berukuran kecil sekedar untuk membuat minum bagi
karyawan.
7. Tempat Fotocopy
8. Tempat parkir
9. Pos keamanan
10. Koperasi Karyawan (Kopkar) “Artha Guna”
Selain itu, terdapat pula berbagai organisasi yang mendukung kegiatan di
PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory yaitu:
i. Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)
ii. Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan Minuman
(FSP-RTMM)
iii. Persatuan Istri Karyawan Ajinomoto (Periska)

2.3. 3. Pemasaran Produk


Pemasaran dari hasil produk PT Ajinomoto Indonesia dilakukan berdasarkan
klasifikasi pasar yang berbeda karena pada PT Ajinomoto Indonesia menyediakan
berbagai ukuran yang akan dipasarkan dari ukuran perusahaan hingga ukuran
rumah tangga. Pemasaran dilakukan dengan menggunakan teknologi seperti
memasang iklan pada televisi dan media cetak sehingga masyarakat semakin
mengenal produk yang dihasilkan oleh PT. Ajinomoto Indonesia.

13
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

3.1. Proses Bisnis (Lampiran 1)

3.2. Produk Yang Dihasilkan


PT. Ajinomoto Indonesia memproduksi berbagai macam produk di bidang pangan
guna memenuhi kebutuhan skala rumah tangga sampai dengan industri HOREKA
(Hotel Restaurant Kering). Produk utama sebagai bahan bumbu masakan,
perusahaan ini juga menghasilkan produk sampingan sebagai bentuk pengolahan
limbah yang dihasilkan selama proses produksi.

3.2.1 Produk Utama Bumbu Masakan

a. Monosodium glutamate (MSG)


MSG merupakan produk utama yang dihasilkan PT Ajinomoto Indonesia
dengan merk dagang AJI-NO-MOTO® dan dijual dengan berbagai ukuran
baik di dalam maupun luar negeri. AJI-NO-MOTO® merupakan bumbu
penyedap yang biasanya digunakan untuk aneka masakan, snack, kerupuk,
bakso, susu, kecap, dsb.
b. AJIPLUS
Produk ini merupakan penyedap rasa umami yang dibuat dengan memadukan
MSG atau Glutamat dengan Nukleotida yang berupa Sodium Inosinat dan
Guanilat. Glutamat terdapat dalam makanan sehari hari seperti ikan, daging,
dan sayuran. Inosinat terdapat pada daging ikan, sapi dan udang, sedangkan
Guanilat terdapat pada beberapa vaietas jamur, daging sapi dan ayam.
Sehingga rasa guring bisa menjadi 3 – 4 kali lebih kuat dibandingkan dengan
menggunakan MSG biasa.
1. Masako
Masako merupakan bumbu kaldu penyedap yang dibuat dengan
perpaduan antara daging segar berkualitas, bumbu dan rempah pilihan.
Masako diproduksi dari ekstrak daging ayam dan daging asli kemudian
ditambahkan berbagai macam bumbu serta MSG sebanyak 5%.
2. Tepung Bumbu Sajiku
Sajiku adalah bumbu praktis yang terbuat dari rempah asli pilihan yang
telah dikeringkan menghasilkan kelezatan dan aroma yang mengundang

14
selera. Produk ini mulai diproduksi sejak tahun 1999 dan terbagi menjadi
dua macam yaitu tepung bumbu serbaguna dan tepung bumbu masakan.
Sampai saat ini jenis dari tepung bumbu sajiku meliputi : bumbu nasi
goreng pedas, ayam goreng, ikan gering, nasi goreng udang, bumbu oper,
bumbu rendang, bumbu gulai, golden crispy, tepung bumbu tradisional, dan
tepung bumbu serbaguna.
3. SAORI
Saori merupakan bumbu masakan Asia yang terdiri dari 2 varian rasa yaitu
Saus Tiram dan Saus Teriyaki. Produk Saori termasuk varian produk baru
karena mulai diproduksi pada tahun 2005. Produk Saori dibuat dengan
bahan utama dari negara asal dan telah disesuaikan dengan selera orang
di Indonesia. Saos tiram digunakan bahan ekstrak tiram yang diimpor
langsung dari China sedangankan untuk saus teriyaki menggunakan
bahan keca ala Jepang.
4. EBIPLUS
Produk EBIPLUS merupakan bumbu rasa udang yang dapat memberikan
rasa dan aroma udang yang kuat serta gurih yang kuat. EBIPLUS mulai
diproduksi pada tahun 2010. Bumbu ini sangat sesuai apabila digunakan
sebagai bumbu praktis untuk kerupuk, snack, dan makanan olahan daging
ikan.
5. NERIPLUS
Neriplus merupakan produk bumbu rasa ikan yang mulai diproduksi tahun
2012 dan biasa digunakan dalam produksi otak-otak.
6. MAYUMI
Mayumi merupakan produk terbaru yang dikeluarkan oleh PT. Ajinomoto
Indonesia. Mayumi adalah mayonnaise yang terbuat dari bahan yang
berkualitas dan cocok untuk saos cocolan sebagai pelengkap makanan
sehari hari.

15
*)Sumber : Ajinomoto.co.id
Gambar 3.1 Berbagai produk utama PT Ajinomoto Indonesia

3.2.2 Produk Sampingan


Karena PT. Ajinomoto menerapkan produksi bersih maka limbah atau hasil
samping dari hasil produksi tidak dapat dibuang saja. Sekaligus untuk
meningkatkan nilai tambah pendapatan maka PT. Ajinomoto Indonesia mengolah
limbah dari setiap proses produksi maupun kebutuhan pabrik yang lainnya menjadi
produk yang bernilai jual. Berikut adalah olahan produk sampingan dari pabrik :
1. AJIFOL
AJIFOL merupakan pupuk yang disemprotkan melalui daun dan
mengandung hara Nitrogen, Fosfor, Kalium dan hara makro lainnya dengan
beerapa hara mikro serta tambahan asam amino. Kegunaan Pupuk AJIFOL
adalah
a. meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta
meningkatkan produksi dan kualitas panen
b. menyediakan unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman
c. meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit, hal ini disebabkan AJIFOL mengandung asam amino yang
berkualitas tinggi.

2. AMINA
Amina merupakan pupuk cair organik yang berguna untuk pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan kegiatan mikroorganisme tanah. AMINA adalah
produk samping dari proses fermentasi pada proses produksi MSG. Pupuk

16
cair AMINA ini mengandung Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K) serta
beberapa unsur mikro.
3. FML
FML atau Fermented Mother Liquour menjadi sumber protein alternatif untuk
pakan ternak karena berasal dari bahan utama Cane molasses yang
difermentasi sehingga kandungan proteinnya sangat tinggi. FML merupakan
hasil daur ulang dari limbah cair produksi pabrik. Pemberian FML pada
ransum mampu meningkatkan laju pertumbuhan mikrobia rumen, sehingga
akan meningkatkan kecernaan serat ransum dan pasokan asam amino yang
dibutuhkan.
4. TRITAN
Tritan merupakan sisa makanan di kantin PT Ajinomoto Indonesia yang
diolah menjadi bahan pakan ternak berprotein tinggi.

*)Sumber : Ajinomoto.co.id
Gambar 3.2 Berbagai produk sampingan PT Ajinomoto Indonesia

3.3. Proses Produksi


Menurut Ahyari (2002), proses adalah suatu cara, metode maupun teknik untuk
penyelenggaraan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu. PT Ajinomoto
Indonesia memproduksi MSG dengan menggunakan metode fermentasi dengan
menggunakan bakteri Brevibacterium lactofermentum. Proses produksi dilakukan
secara semi kontinu. Mulai dari tahap preparasi bahan baku hingga fermentasi
dilakukan secara batch sedangkan dari proses isolasi dan purifikasi dilakukan
secara kontinu. Berikut ini proses produksi monosodium glutamate (MSG) di PT
Ajinomoto Indonesia.

17
1. Dekalsifikasi
Proses dekalsifikasi merupakan proses penghilangan kalsium (Ca2+) yang
terdapat pada tetes tebu. Dekalsifikasi dilakukan dengan menambahkan
larutan H2SO4 sehingga kalsium yang terdapat pada tetes tebu akan
mengikat pada ion sulfat. Hasil dari proses dekalsifikasi ini berupa treated
cane molasses (TCM) yang digunakan sebagai sumber karbon oleh
mikroorganisme selama proses fermentasi. Kalsium yang terkandung
dalam CM merupakan residu yang berasal dari proses klasifikasi pada
proses produksi kristal gula yang dilakukan oleh pabrik gula. Kandungan
kalsium pada tetes tebu harus dihilangkan karena akan mengakibatkan:
 Terbentuknya warna kristal MSG yang tidak putih atau keruh
 Terbentuknya kerak (scale) pada berbagai peralatan sehingga
menurunkan kinerja alat.
 Terbentuknya kristal MSG yang rapuh.
Reaksi penegendapan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ca2+ + H2SO4 CaSO4.H2O + CO2
Dari proses ini menghasilkan dua hasil yaitu :
a. Treated Cane Molasses (TCM) yang selanjutnya akan dialirkan
menuju tangki TCM dan siap dipergunakan untuk proses fermentasi yang
sebelumnya telah dilakukan proses sterilisasi.
b. Heavy liquor yang selanjutnya akan menjadi gypsum setelah
mengalami beberapa proses lanjutan.
2. Sakarifikasi
Proses sakarifikasi merupakan cara untuk meningkatkan rendahnya kadar
glukosa pada TCM. Proses sakarifikasi diawali dengan melarutkan tepung
dan disaring dengan penyaring sekitar 40 mesh. Hasilnya ditampung dan
ditambahkan enzim α-amilase dengan kontrol pada pH dan suhu 90-95OC.
Hidrolisis enzim α-amilase tersebut menghasilkan glukosa dan dextrin.
Penambahan ezim glukoamilase untuk menghidrolisis ikatan α-1,6-
glikosidik pada dextrin dan dilakukan pada kondisi optimum enzim
glukoamilase yaitu pada pH 4,5 dan suhu 60OC. Sehigga dari keseluruhan
proses sakarifikasi tepung tapioka dengan penambahan enzim α-amilase
dan enzim glkoamilase menghasilkan glukosa.

18
3. Fermentasi
Proses fermentasi terjadi kareda adanya aktivitas bakteri yang
menghasilkan aam glutamat. PT. Ajinomoto Indonesia menggukanan
spesies bakteri Brevibacterium lactofermentum. Bakteri tersebut
digunakan untuk mencegah glukosa pada TCM menjadi asam glutamat.
Reaksi yang terjadi selama proses fermentasi yaitu
C6H12O6+NH3+3/2O2 C5H9O4N+CO2+3H2O
B. lactofermentum.
Pada proses ini juga ditambahkan bahan pembantu fermentasi yaitu
amonia (NH3) sebagai sumber N pada media fermentasi dan juga berfungsi
sebagai kontrol pH, H2PO4 sebagai sumber phospat (P) pada media dan
juga ditambahkan antifoam sebagai zat pemecah biuh yang dihasilkan
pada proses fermentasi. Pada tahap ini juga dilakukan aerasi yaiu dengan
mengalirkan oksigen ke dalam fermentor.
4. Isolasi
Proses isolasi dilakukan untuk memisahkan asam glutamat dari cairan
fermentasi Hakko Broth (HB). HB yang mengandung asam glutamate
dipisahkan dari bahan lain yang tidak diinginkan, yang terdapat dalam
cairan induk (mother liquor). Tahap isolasi terdapat 5 proses utama yang
dapat memisahkan HB, antara lain adalah asidifikasi, separasi, pencucian,
kristalisasi, dan neutralisasi.
a. Asidifikasi
Proses asidifikasi juga disebut proses kristalisasi I. HB (Hakko Borth)
dialirkan melalui heat exchanger (HE) untuk menurunkan suhu broth dari
40OC menjadi 25OC kedalam tangki kristalisasi I. Tengki tersebut
dilengkapi dengan agligator untuk menghomogenkan konsentrasi
H2SO4 yang ditambahkan. Penambahan H2SO4 dibuat kondisi pH
isoelektrik yaitu sekitar 3,2-3,4 pada HB sehingga diperoleh konsentrat
asam glutamat. Kesetimbangan ion yang terjadi pada kondisi isoelektrik
menyebabkan menurunnya kelarutan dan terjadi kristalisasi.
b. Separasi I
Separasi dilakukan dengan alat Super Decater Centrifuge (SDC).
Dimana kristal asam glutamat mempunyai berat jenis besar akan
mendapat gaya yang lebih besar, sehingga akan terpisak ketepi.
Sedangkan cairannya akan berada ditengah. Hasil pemisahan oleh PT.
Ajinomoto disebut GH (Glutamic Hakko) berupa asam glutamat dan

19
larutam induk GM (Glutamic Mother). Kemudian larutan GM yang masih
mengandung sisa asam glutamat, sisa mikroba serta sisa media
fermentasi dievaporasi dengan Falling Film Evaporator (FFE) dua efek
sampai total solid kira-kira 30-40 %, setelah dipekatkan cairan ini
didinginkan dengan Cooling Water (CW) dan dipisahkan lagi dengan
Superr Decater SentrifugeI (SDC).

c. Pencucian
Pencucian dilakukan pada kristal asam glutamat (GH) dengan cara
penyemprotan air ke kristal asam glutamat, dan laju air dijaga secara
optimal agar menghindari loss kristal asam glutamat. Langkah
selanjutnya larutan tersebut dipisahkan kembali dengan Super Decanter
Sentrifuge (SDC) untuk memisahkan kristal GH dari air sisa pencucian
(GM). Glutamic Mother (GM) yang masih mengandung asam glutamat
dalm jumlah cukup besar dipekatkan dan dievaporasi menggunakan
Falling Fan Evaporator (FFE).
d. Kristalisasi
Proses selanjutnya adalah untuk mengubah kristal α yang terdapat pada
GH3 lalu diubah menjadi kristal β. Tujuan pengubahan ini adalah untuk
mengurangi kandungan pengotor (impurities) yang terdapat pada kristal
α. Kristal β berbentuk prisma heksagonal pipih, berukuran lebih kecil,
dan memiliki kestabilan yang jauh lebih tinggi daripada kristal α. Proses
pengubahan kristal ini dilakukan dengan cara pemanasan steam 80OC.
Kondisi temperatur ini kristal α akan melarutkan dan terbentuk kristal β.
Kristal yang keluar masih bertemperatur tinggi, oleh karena itu perlu
didinginkan sampai 40-50OC dengan cara mengalirkan air pendingin,
proses ini terjadi di tangki Transform Crystal Cooling (TCC).

20
*)Sumber:http://origin-ars.els-cdn.com/content/image/1-s2.0-
S0022024806005173-gr1.jpg)
Gambar 3.3 Morfologi kristal asam glutamate (i) α-crystal dan (ii) β-
crystals
5. Netralisasi
Tujuan dari netralisasi adalah menstabilkan molekul asam amino yang
masih dipengaruhi pH yang asam, dengan cara dinetralkan dengan NaOH
20% hingga mencapai pH 6,7-7,2 dan proses ini dilakukan pada temperatur
sekitar 90OC. Reaksi yang terjadi yaitu :
C5H9O4N + NaOH  C5H9O4NNa + H2O
Pada proses ini, asam glutamat akan diubah menjadi monosodium
glutamate monohidrat yang disebut Neutral Liquor (NL) yang selanjutnya
akan dipurifikasi. Proses netralisasi dilakukan pada tangki reasksi yang
beragitator. Agitator berfungsi untuk mempercepat proses homogenasi
antara asam glutamate dan NaOH yang ditambahkan.
6. Purifikasi
Proses purifikasi merupakan tahap lanjutan dari tahap isolasi yang
dilakukan oleh seksi H-5 dan merupakan tahap terakhir dari proses
produksi monosodium glutamate (MSG). Tujuannya adalah menghilangkan
pengotor yang terdapat dalam MSG. Terdapat tiga tahapan utama dalam
proses purifikasi, yaitu
a. Dekolorisasi
Warna kristal pada Neutral Liquor (NL) hasil proses isolasi masih
berwarna coklat kehitaman. Warna tersebut karena dalam cairan NL
masih terdapat pengotor atau impurities sisa-sisa medium
fermentasi. Warna MSG juga merupakan salah satu standar kualitas
produk akhir maka diperlukan proses dekolorisasi. Proses tersebut
akan menghasilkan MSG yang berwarna putih. Dekolorisasi
merupakan proses penghilangan kotoran yang terdapat pada cairan

21
Neutral Liquor (NL) dengan cara penambahan aktif karbon.
Penambahan aktif karbon dilakukan dalam tangki deklorisasi dengan
penambahan sebesar 2% dari massa cairan. Di dalam tangki
dekolorisasi juga terdapat kontrol pH untuk menjaga kestabilan pH
NL yang masuk ke dalam tangki yaitu dengan penambahan NaOH
sampai pH kurang lebih 6,3. Proses dekolorisasi dilakukan pada suhu
80oC melalui pemanasan dengan steam. NL yang telah ditambah
aktif karbon, dilewatkan pada alat filter decolorization yaitu Niagara
Filter untuk memisahkan kembali cairan NL yang telah jernih dari aktif
karbon yang telah mengikat kotoran-kotoran sisa media fermentasi.
Proses ini dihasilkan cairan monosodium glutamate bening atau
Filtered Liquor atau liquor bening.
b. Kristalisasi II
Proses kristalisasi ini adalah proses kedua yang merupakan proses
kristalisasi terakhir dalam proses produksi monosodium glutamate
(MSG). Prinsip dari proses ini adalah membuat larutan MSG pada
kondisi jenuh. Proses pemanasan mencapai temperatur 60-70OC.
Pemanasan tersebut dilakukan terus menerus hingga tercapai tingkat
kejenuhan dan muai terbentuk kristal.
c. Separasi II
Separasi II dilakukan untuk memisahkan campuran kristal dari
Mother Liquor (ML), menggunakan teknik sentrifugasi. Proses
selanjutnya Setelah terpisah dari Mother Liquor (ML), kristal
monosodium glutamate yang masih dalam berbentuk kristal basah
(wet crysal) dilakukan proses pengeringan. Mother Liquor (ML)
dikristalkan dan dipisahkan kembali.
1. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan udara panas yang dihembuskan dengan
bantuan blower hingga pada akhirnya kadar air kristal telah mencapai ±27
dari kadar air sebelumnya ±4-6%. Proses selanjutnya pengeringan, kristal
MSG didinginkan terlebih dahulu dalam mesin pendingin dengan suhu 30-
40 %. Proses tersebut menghasilkan kristal MSG yang stabil pada suhu
ruang. Kristal MSG kering dan telah didinginkan, dilakukan analisa
Absorbance Index (AI) untuk mengetahui kualitas atau mutu warna kristal

22
MSG. Niai AI yang dikehendaki oleh PT. Ajinomoto yaitu AI<0,3, dilakukan
proses pengayakan dengan 3 ukuran kristal antara lain:
a. LC (Large Crystal) merupakan kristal MSG yang lolos ayakan
berukuran 20 mesh
b. RC (regular Crystal) merupakan kristal MSG yang lolos ayakan
berukuran 60 mesh
c. FC (Fine Crystal) merupakan kristal MSG yang lolos ayakan
berukuran 100 mesh
8. Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk dari pengaruh luar agar
tidak rusak. Tujuan lain dari pengemasan juga untuk memudahkan dalam
transportasi serta dapat menarik konsumen. Tahapan pengemasan yang
terjadi yaitu:
a. Proses penimbangan
MSG curah yang dikemas dalam karung besar berukuran 800
dimasukkan kedalam tangki penyimpanan (stroke tank)
b. Proses Pengemasan
Proses pengemasan berdasarkan ukuran kristal MSG dan jenis
pengemas. Bahan pengemas yang digunakan di PT.Ajinomoto
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Bahan pengemas primer yang berhubungan langsung dengan
produk MSG. Bahan pengemas ini terdiri dari dua lapis, yaitu
Oriented Polypropylene (OPP) dan Poly Ethylene (PE).
2. Bahan pengemas sekunder yang merupakan bahan pengemas
yang tidak langsung kontak dengan produk MSG. Bahan
pengemas ini terdiri dari dua jenis, yaitu plastik pembungkus dan
kotak karton double wall.
Pengemasan di PT Ajinomoto Indonesia dibedakan menjadi tiga
jenis pengemasan berdasarkan ukuran produk yaitu :
 Small Size
Pengemasan pada produk MSG dengan ukuran kecil dilakukan
dengan menggunakan kemasan dengan jenis kalender.
Kemasan tipe kalender terdapat beberapa jenis warna kemasan
yang digunakan, antara lain adalah kuning, hijau, nila dan MJCL.
Berbagai warna ini hanya menandakan perbedaan jumlah isi

23
dalam setiap kemasa. Misalnya pada kemasan berwarna kuning
dan hijau digunakan pada produk MSG dengan berat 0,9 g.
Kemasan kalender warna nila digunakan pada produk MSG
dengan berat 2g. Sedangkan pada MJCL digunakan untuk
kemasan MSG dengan berat 11g. Untuk kemasan kalender
warna hijau dan kuning digunakan untuk membedakan wilayah
distribusi produk. Dalam satu lembar kemasan tipe kalender
terdiri dari 20 kemasan kecil yang mempunyai berat sama. Pada
jenis kemasan ini, MSG yang digunakan adalah regular crystal
MSG.
 Medium Size
Pengemasan pada ukuran medium menggunakan kemasan tipe
bag. Pada tipe ini PT Ajinomoto Indonesia memproduksi dalam
berbagai ukuran berat, yaitu kemasan putih pack (PTPA), 50 g,
dan 100 g. Pada jenis kemasan ini, MSG yang digunakan adalah
regular crystal MSG.
 Big Size
Pengemasan pada ukuran besar masih menggunakan kemasan
tipe bag. Pada tipe ini PT Ajinomoto Indonesia memproduksi
dalam berbagai ukuran berat, yaitu dengan harga Rp. 5.000, 250
g, dan 500 g. Pada jenis kemasan ini, MSG yang digunakan
adalah regular crystal MSG. Untuk kemasan dengnan ukuran
bulk digunakan MSG dengan regular crystal dan large crystal.
3. Proses Kartoning
Setelah dikemas, produk MSG dikemas ke dalam box karton
kemudian dilakukan penimbangan kembali. Selanjutnya karton
diberikan kode produksi. Kode yang tercantum dalam karton
antara lain adalah kode operator, kode line, tanggal produksi,
nomor palet dan nomor karton. Tahap selanjutnya adalah
palletizing yaitu proses pengecekan nomor palet. Kemudian
sampel diberikan ke QC untuk diuji kualitas final produk.

24
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

4.1. Lingkup Pekerjaan


Perusahaan PT Ajinomoto Indonsia menempatkan penulis pertama kali di
Departemen Produksi MSG dilanjutkan dengan Departemen pengolahan limbah
dan diakhiri dengan Departement Utility. Penulis diarahkan untuk mengetahui
proses produksi yang berada di PT Ajinomoto Indonesia khususnya pada produk
MSG. Penulis diarahkan untuk mengikuti setiap proses produksi yang terjadi dan
dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan di setiap divisinya.

Penulis dipersilahkan untuk mengamati proses yang dimulai penerimaan bahan


baku, penyimpanan bahan baku, menuju H1 untuk proses decalcification,
saccarification, BM, H2 untuk proses Fermentasi, H4 untuk proses isolasi, H5
untuk proses Purification, Decalsification, Decolorization, Kristalication,
pengeringan dan pengayakan hingga produk siap dikemas menuju Departement
packaging dan disimpan di gudang sampai siap untuk dipasarkan. Semua tahapan
tersebut tetap diawasi oleh masing masing departemen untuk mencegah
terjadinya kesalahan pada masing-masing tahapan.

Penulis tidak diberikan tugas khusus selama ditempatkan pada departemen


produksi, penulis hanya ditugaskan untuk mengamati proses produksi pembuatan
MSG agar lebih memahami. Hari setelah schedule atau jadwal yang telah
diberikan dari PT Ajinomoto Indonesia kepada penulis untuk melakukan
pengamatan produksi di PT Ajinomoto khususnya pada proses produksi MSG
telah selesai maka PT Ajinomoto memberikan kebebasan kepada penulis untuk
membuat topik laporan. Penulis melakukan pengamatan di Deptartement Quality
Control khususnya untuk material atau bahan baku dari supplier.

PT Ajinomoto Indonesia merupakan perusahaan yang menjunjung tinggi kualitas


dari produk yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sertifikasi yang
telah diperoleh PT Ajinomoto Indonesia. Sertifikasi yang telah dimiliki antara lain
Sistem Jaminan Halal (SJH), Sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia, ISO
9001 untuk sertifikasi jaminan mutu, ISO 14001 untuk sertifikasi manajemen
lingkungan, ISO 22000 mengenai keamanan pangan, dan OHSAS 18 untuk
manajemen K3. Selain itu PT. Ajinomoto Indonesia memiliki standar mutu
ajinomoto internasional bernama Ajinomoto Japan International Standard yang

25
biasa disebut AJIS. Semua sertifikat tersebut membuktikan bahwa PT. Ajinomoto
Indonesia selalu menjamin bahwa kualitas produk yang dihasilkan telah memenuhi
kriteria yang dibutuhkan. PT Ajinomoto memiliki Departemen untuk menunjang
kualitas produknya yaitu Departemen QA & P. Berdasarkan pekerjaan yang
dilakukan, departemen QA & P dibedakan menjadi 3, yaitu Quality Control (QC),
Quality Assurance (QA), serta Planning dan ISO comittee. Quality Control (QC)
bertugas melakukan pengujian produk yang selanjutnya akan diserahkan kepada
QA untuk menentukan apakah produk layak atau tidak layak. Mekanisme
pengendalian mutu dilakukan dengan dua metode, yaitu inspeksi pusat (central
inspection) dan inspeksi lapangan (floor inspection). Central inspection dilakukan
untuk mengendalikan mutu bahan baku dan produk akhir, sedangkan floor
inspection dilakukan pada produk selama proses.

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan


Tanggung Jawab dan Wewenang merupakan hal – hal apa saja yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama melaksanakan kegiatan Kerja Praktek.
Berikut merupakan Tanggung Jawab dan Wewenang yang sudah ditetapkan oleh
PT. Ajinomoto Indonesia untuk mahasiswa yang sedang melaksanakan Kerja
Praktek

4.2.1. Tanggung Jawab Pekerjaan


Tanggung jawab yang dimaksudkan merupakan penulis diberi tugas oleh
koordinator divisi Quality Control untuk melakukan pengamatan langsung proses
penginspeksian produk. Tidak semua proses penginspeksian produk yang
terdapat pada Quality Control dilakukan oleh penulis, penulis hanya melakukan
tugas khusus yang telah diberikan oleh perusahaan. Tugas khusus tersebut antara
lain sebagai berikut :
a. Melakukan pengamatan pada saat penginspeksian Tepung tapioka dari
supplier dengan melakukan penginspeksian untuk Kadar air dan tekstur
kelembutan tepung tapioka.
b. Mengidentifikasi hasil penginspeksian tingkat kadar air dan tekstur untuk
tepung tapioka apakah sudah sesuai dengan standar perusahaan. Standar
tepung tapioka dibagi menjadi dua yaitu High Great dan Super High Great.
Standar tepung tapioka high great untuk purity atau kadar air yaitu 80 – 84 %
dengan tekstur kelembutan ≤ 17. Standar tepung tapioka super high great
untuk purity ≥ 84 dan standar moist atau tekstur kelembutan ≤ 17.

26
c. Mengidentifikasi supplier yang memiliki produk dengan tingkat kadar air atau
purity dan moist sesuai standar dan supplier yang memiliki produk dengan
tingkat purity dan moist belum sesuai standar.

4.2.2. Wewenang Pekerjaan


Tanggung jawab dari perusahaan, penulis juga diberikan wewenang dari
perusahaan. Wewenang yang dimaksudkan adalah segala bentuk aktivitas yang
diijinkan perusahaan kepada penulis demi memperlancar proses penginspeksian
dan tercapainya tujuan dari tugas yang telah diberikan. Wewenang yang telah
diberikan perusahaan kepada penulis antara lain adalah sebagai berikut :
a. Penulis diijinkan untuk melakukan pengamatan langsung selama proses
penginspeksian produk.
b. Penulis diijinkan untuk mencatat segala informasi yang diberikan mengenai
proses penginspeksian produk.
c. Penulis diijinkan untuk berdialog atau melakukan tanya jawab selama proses
penginspeksian.

27
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

MULAI

MENDENGARKAN PENJELASAN
AKTIVITAS YANG DILAKUKAN DI
AREA QC

MENDENGARKAN
PENJELASANCARA PEMAKAIAN
ALAT INSPEKSI

MEMAHAMI TATA CARA


INSPEKSI TEPUNG TAPIOKA

MELAKUKAN PENCATATAN
HASIL INSPEKSI

MELAKUKAN PENGOLAHAN
DATA BERDASARKAN DATA
YANG DIPEROLEH

MENGAMBIL KESIMPULAN DARI


PENGOLAHAN DATA

MEMBERIKAN KESIMPULAN
SUPPLIER YANG TERBAIK

SELESAI

Gambar 4.1. Flowchart Metodologi Pelaksanaan Tugas Pada Area QC


Pelaksanaan tugas di bagian Quality Control mulai dilaksanakan pada minggu ke
4. Kegiatan diawali dengan penjelasan dari Koordinator Quality Control mengenai

28
aktivitas yang dilakukan di Quality Control. Kegiatan dilanjutkan dengan
melakukan pengamatan dan proses penginspeksian langsung pada area ini.

Staf QC memberikan tugas untuk melakukan pengamatan pada saat


penginspeksian nilai tingkat purity dan moist dari produk tepung tapioka yang
dikirimkan oleh supplier. Standar tepung tapioka dibagi menjadi dua yaitu High
Great dan Super High Great. Standar tepung tapioka high great untuk purity atau
kadar air yaitu 80 – 84 % dengan tekstur kelembutan ≤ 17. Standar tepung tapioka
super high great untuk purity ≥ 84 dan standar moist atau tekstur kelembutan ≤ 17.

Pengujian bahan baku Tapioka terdiri dari pengujian organoleptic, kadar air.
Tapioka diambil sampel dan dilakukan uji organoleptik berupa warna tekstur dan
aroma. Tapioka yang memiliki warna putih, tekstur halus, dan aroma tercium khas
Tapioka maka hasil dinyatakan normal dan diterima, sedangkan pengujian kadar
air, apabila Tapioka memiliki kadar air sebesar ≥ 80 % dan kadar air ≥ 17 % maka
hasil dinyatakan normal dan diterima dan apabila sebaliknya maka bahan akan di
reject.

Pengujian tersebut sangat penting untuk dilakukan karena jika tepung tapioka
memiliki kadar air dibawah rata-rata maka tepung tapioka tidak mudah larut.
Tepung tapioka yang memiliki standar dibawah rata-rata nantinya akan
menghambat jalannya proses produksi, disamping itu juga dapat mempengaruhi
kualitas dari MSG sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat melakukan
proses penginspeksian standar tepung tapioka, terdapat beberapa produk dari
supplier dengan standar kadar air masih belum sesuai standar, namun terdapat
juga beberapa produk dengan tingkat kadar air yang sudah sesuai standar.
Perusahaan sendiri dalam mengatasi tingkat kadar air yang belum sesuai dengan
standar mempunyai cara yang berbeda berdasarkan kualitas tepung tapioka.
Kualitas Super high Great yang memiliki standar dibawah rata-rata maka
perusahaan akan melakukan negosiasi kepada supplier untuk melakukan down
great menjadi kualitas high great dari segi harganya. Kualitas high great yang
memliki standar dibawah rata-rata maka perusahaan akan melakukan reject dan
dikembalikan kepada supplier. Hasil tersebut akan membantu perusahaan
mengetahui supplier mana yang selalu mengirimkan produk dengan moist dan
purity sesuai standar, diperlukan beberapa metode analisis, sesuai dengan yang
sudah diajarkan pada salah satu mata kuliah mengenai Quality Control.

29
Terdapat 4 supplier yang akan diamati yaitu Supplier A, Supplier B, Supplier D dan
Supplier E. Keempat Supplier tersebut memiliki karakteristik produk masing-
masing. Untuk Supplier A dan B khusus untuk tepung tapioka dengan kualitas
Super High Great, sedangkan untuk supplier D dan E khusus untuk tepung tapioka
dengan kualitas High Great. Diantara keempat supplier tersebut, penulis akan
menganalisis dan memilih 2 supplier terbaik dengan tingkat mosit dan purity yang
sudah sesuai standar. 1 Supplier terbaik untuk kategori dengan kualitas Super
High Great dan 1 Supplier Terbaik untuk kategori dengan kualitas High Great.

4.4. Hasil Pekerjaan (Metode Perusahaan dan Berdasarkan Teori)

4.4.1 Metode penginspeksian pada Perusahaan (Bagian Quality Control


Material)
PT. Ajinomoto dalam memeriksa kualitas dari suatu produk memiliki beberapa
tahapan . Tahapan-tahapan penginspeksian pada PT. Ajinomoto dimulai dari
proses Quality Control material. Produk yang telah dikirimkan dari supplier
langsung masuk ke bagian Quality Control material sebelum disimpan ke bagian
logistik dan diproses ke produksi. Produk diinspeksi berdasarkan standar yang
telah ditentukan berdasarkan permintaan dari perusahaan kepada supplier.

Proses penginspeksian dimulai dari pengujian Organoleptic, pengujian moist, dan


pengujian kadar air dari tepung tapioka tersebut. Pengujian Organoleptic adalah
pengujian yang menggunakan indra manusia, pengujian ini dilakukan untuk
melakukan penginspeksian warna dan aroma tepung tapioka. Pengujian
selanjutnya yaitu moist atau pengujian untuk tekstur dari tepung tapioka tersebut
dan pengujian tingkat kadar air. Produk yang telah selesai diinspeksi akan
dinyatakan lolos Quality Control atau tidak. Bagian Quality Control akan
mengeluarkan dokumen bernama Laporan Hasil Quality Control. Hasil tersebut
berisi mengenai data supplier dan keputusan untuk menerima produk atau
menolak produk. Produk dinyatakan ditolak apabila moist dan purity tidak sesuai
dengan standar yag ditetapkan, begitu juga sebaliknya.

4.4.2. Metode Penginspeksian Berdasarkan Teori


Proses penginspeksian juga diajarkan disalah satu mata kuliah yang terdapat di
kampus. Mata kuliah tersebut bernama Pengendalian dan Penjaminan Mutu. Di
dalam mata kuliah ini cara menginspeksi produk dari awal sampai produk
dinyatakan diterima atau ditolak harus melalui beberapa tahapan terlebih dahulu.

30
Tugas dari mahasiswa didalam perusahaan sendiri adalah menginspeksi tingkat
moist dan purity pada sebuah produk dari beberapa supplier. Tahapan-tahapan
dalam memeriksa tingkat moist dan purity sesuai dengan mata kuliah
pengendalian dan penjaminan mutu adalah Terdapat beberapa tahapan untuk
mengetahui apakah kualitas tingkat moist dan purity dari beberapa supplier yang
mengirimkan produk tepung tapioka sudah memenuhi spesifikasi yang ditentukan
atau belum. Tahapan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Memilih Peta Kendali
Menurut Besterfireld (2009) peta kendali merupakan salah satu teknik yang
digunakan untuk mengetahui apakah suatu proses produksi dalam pembuatan
produk masih dalam batas pengendalian kualitasnya atau tidak. Peta kendali
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu peta kendali variabel dan peta kendali atribut.
Fungsi kedua peta kendali ini berbeda satu sama lain.
i. Peta Kendali Atribut
Peta kendali atirbut merupakan salah satu jenis peta yang digunakan untuk
mengevaluasi proses, namun data yang digunakan merupakan data bukan
hasil pengukuran seperti kehalusan permukaan, ada atau tidak adanya
lubang.
ii. Peta Kendali Variabel
Peta kendali variabel merupakan salah satu jenis peta yang digunakan
untuk mengevaluasi proses, namun data yang digunakan merupakan data
hasil pengukuran seperti panjang, lebar, tinggi, berat. Terdapat 3 jenis peta
kendali variabel yaitu Peta X bar-R Chart, X bar-S Chart dan I-MR Chart.
Berikut penjelasan untuk masing-masing peta :
1. X bar-R chart
X bar-R chart merupakan jenis peta kendali variabel yang digunakan
untuk mengetahui bagus tidaknya suatu proses produksi dengan
melihat rata-rata dan rentang nilai produk. Kemudian memantau tingkat
keakurasian/ketepatan proses yang diukur dengan mencari range dari
sampel yang diambil. Rata-rata dan rentang nilai tersebut kemudian
dicek apakah sudah sesuai standar spesifikasi yang berada dalam
batas-batas pengendalian atau tidak. Peta kendali ini digunakan untuk
ukuran sampel (2n ≤ 5.)
2. X bar-S chart

31
X bar-S chart merupakan jenis peta kendali variabel yang digunakan
untuk mengetahui sesuai tidaknya suatu proses produksi dengan
melihat apakah rata-rata dari suatu produk dan penyimpangan nilai dari
suatu produk sudah sesuai dengan standar spesifikasi yang telah
ditentukan. Peta ini digunakan untuk ukuran sampel > 5.

3. I-MR Chart
X bar-MR chart merupakan jenis peta kendali variabel yang digunakan
untuk mengetahui sesuai tidaknya suatu proses produksi. Peta ini
digunakan apabila data sampel yang dikumpulkan hanya berjumlah 1
unit.
Penjelasan dari macam-macam peta kendali diatas, maka untuk menganalisis
baik buruknya suatu proses penginspeksian berat karung akan digunakan
metode peta kendali varibel X bar-R Chart. Alasan digunakannya metode
tersebut dikarenakan proses penginspeksian tingkat kekeringan kayu termasuk
kegiatan hasil pengukuran. Alat yang digunakan untuk menimbang yaitu electric
balance. Jumlah sampel yang diambil tiap melakukan inspeksi berjumlah 5,
dimana sesuai dengan ketentuan peta X bar dan R disebutkan bahwa peta ini
hanya digunakan untuk ukuran sampel minimal 2 maksimal 5. Dengan
menggunakan metode tersebut, maka akan diketahui apakah rata-rata produk
dan rentang nilai dari proses penginspeksian tingkat kekeringan kayu masih
berada pada batas kendalinya atau tidak. Apabila rata-rata dan rentang masih
berada pada batas kendali atas dan bawah berarti proses dikatakan baik atau
sudah sesuai standar. Rata-rata dan rentang berada diluar batas kendali atas
dan bawah, berarti proses dikatakan belum baik atau tidak sesuai standar,
maka perlu dilakukan tindakan perbaikan.

a. Control Limit
Control limit digunakan untuk mengetahui apakah produk yang telah diinspeksi
telah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan atau belum. Apabila produk
belum memenuhi spesifikasi, maka harus dilakukan tindakan perbaikan.
Metode Control Limit, secara matematis dapat mengetahui apakah suatu
proses sudah baik atau belum melalui perhitung Cp (Capability Process) dan
Cpk ( Capability Process Index). Cp menunjukkan baik buruknya kemampuan
suatu proses sedangankan Cpk menunjukkan baik buruknya proses dalam
mengahasilkan produk. Cp dan Cpk dikatakan baik apabila niai hasil

32
perhitungan lebih dari 1, sedangkan Cp dan Cpk dikatakan buruk apabila nilai
hasil perhitungan kurang dari 1.

4.4.3. Perbandingan Metode


Perbandingan cara penyelesaian berguna untuk mengetahui perbedaan yang ada
pada cara yang dipelajari. Perbandingan cara penyelesaian ini berdasarkan dari
yang didapatkan diperusahaan dan apa yang diajarkan di kampus. Penyelesaian
ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1. Perbandingan Cara Penyelesaian

Perbandingan Metode

Metode Perusahaan Metode Penulis/ Teori


1. Hanya melihat dari hasil 1. Menganalisis dengan Peta
inspeksi untuk moist dan purity Kendali dan menggunakan
dari supplier sudah sesuai standar tingkat Purity untuk
standar atau belum. Kualitas Super High Great ≥ 84 dan
Super High Great ketika untuk High Great 80 - 84 .
material datang langsung Kemudian mencari rata-rata,
dilakukan loading material ke mencari UCL-LCL, mencari
WH setelah itu diambil sample rentang, dan mencari nilai Cp
jika tidak memenuhi standar dan Cpk. Dari hasil Cp dan
maka akan menginfomasikan Cpk dapat diketahui supplier
PPC untuk melakukan Down yang sudah bagus. Cp dan
Great ke supplier dari segi Cpk dikatakan baik apabila
harga. Kualitas High Great mendekati 1.
akan langsung dilakukan
pengambilan sampel untuk di
lakukan inspeksi apabila tidak
memenuhi standar maka
langsung di reject dan
dikembalikan ke supplier jika
sebaliknya maka akan
dilakukan loading barang.

Berdasarkan perbandingan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode


penginspeksian yang dilakukan penulis lebih baik dibandingkan perusahaan

33
Analisis peta kendali untuk mengetahui data yang out of control atau in control dan
penulis dapat menentukan supplier mana yang baik berdasarkan metode control
limit.

4.5 Hasil Pekerjaan Mahasiswa


Penulis akan menggunakan peta kendali variabel untuk menganalisis dan
mengolah data yang ada. Digunakan peta kendali variabel dikarenakan data yang
akan diolah bersifat data hasil pengukuran, selain itu tujuan digunakannya peta
kendali variabel adalah untuk mengetahui apakah proses pada penginspeksian
tingkat purity masih pada nilai batas kendali atas dan batas kendali bawah. Proses
penginspeksian tingkat purity masih berada di luar batas kendali atas dan bawah,
hal tersebut berarti proses masih belum sesuai standar, maka perlu dilakukan
tindakan perbaikan. Begitu juga sebaliknya apabila proses masih berada pada
batas kendali, hal tersebut berarti proses yang ada sudah memenuhi standar dan
tidak perlu dilakukan tindakan perbaikan.

4.5.1. Data
a. Supplier A Kualitas Super High Great
Tabel 4.2. Data Tingkat Purity Tepung Tapioka dari supplier A
No. Tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier A
Nama Supplier Jenis Purity % ≥ 84 % Keterangan
Kualitas
1 A SHG 85,1 - -
2 A SHG 85,3 - -
3 A SHG 84,8 - -

4 A SHG 84,3 - -
5 A SHG 84,7 - -
6 A SHG 85,3 - -
7 A SHG 85,5 - -
8 A SHG 85,0 - -
9 A SHG 84,4 - -
10 A SHG 84,4 - -
11 A SHG 83,1 V Reject
12 A SHG 85,0 - -
,

34
Tabel 4.3. Lanjutan

No. Tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier A


Nama Supplier Jenis Kualitas Purity % ≥ 84 % Keterangan
13 A SHG 85,7 - -
14 A SHG 84,9 - -
15 A SHG 84,6 - -
16 A SHG 85,4 - -
17 A SHG 84,3 - -
18 A SHG 84,8 - -
19 A SHG 83,4 V Reject
20 A SHG 83,0 V Reject
21 A SHG 84,2 - -
22 A SHG 86,3 - -
23 A SHG 84,4 - -
24 A SHG 85,0 - -
25 A SHG 84,3 - -
26 A SHG 84,1 - -
27 A SHG 85,8 - -
28 A SHG 85,7 - -
29 A SHG 83,4 V Reject
30 A SHG 85,2 - -

b. Supplier B Kualitas Super High Great


Tabel 4.4. Data Tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier B
No. Tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier B
Nama Jenis Purity % ≥ 84 % Keteranga
Supplier Kualitas n
1 B SHG 85,7 - -
2 B SHG 83,8 V Reject

3 B SHG 84,3 - -
4 B SHG 85,0 - -
5 B SHG 84,7 - -

6 B SHG 85,2 - -
7 B SHG 84,9 - -

35
Tabel 4.5. Lanjutan

No. Tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier B


Nama Supplier Jenis Kualitas Purity % ≥ 84 % Keterangan
8 B SHG 84,8 - -
9 B SHG 85,7 - -
10 B SHG 85,5 - -
11 B SHG 84,8 - -
12 B SHG 83,7 V Reject
13 B SHG 86,0 - -
14 B SHG 85,8 - -
15 B SHG 85,1 - -
16 B SHG 86,4 - -
17 B SHG 84,2 - -
18 B SHG 85,0 - -
19 B SHG 84,4 - -
20 B SHG 85,1 - -
21 B SHG 85,2 - -
22 B SHG 84,2 - -
23 B SHG 85,3 - -
24 B SHG 84,8 - -
25 B SHG 84,7 - -
26 B SHG 84,4 - -
27 B SHG 84,8 - -
28 B SHG 84,5 - -
29 B SHG 85,8 - -
30 B SHG 85,7 - -

c. Supplier C Kualitas High Great


Tabel 4.6. Data tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier C
No. Tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier C
Nama Supplier Jenis Purity % ≥ 84 % Keterangan
Kualitas
1 C HG 81,7 - -
2 C HG 82,8 - -

36
Tabel 4.7. Lanjutan

No. Tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier C


Nama Supplier Jenis Purity % ≥ 84 % Keterangan
Kualitas
3 C HG 80,4 - -
4 C HG 79,7 V Reject
5 C HG 83,5 - -
6 C HG 83,3 - -
7 C HG 81,9 - -
8 C HG 81,2 - -
9 C HG 83,8 - -
10 C HG 81,5 - -
11 C HG 82,8 - -
12 C HG 83,7 - -
13 C HG 82,0 - -
14 C HG 80,1 - -
15 C HG 82,4 - -
16 C HG 81,9 - -
17 C HG 83,6 - -
18 C HG 82,0 - -
19 C HG 80,9 - -
20 C HG 81,6 - -
21 C HG 81,7 - -
22 C HG 81,2 - -
23 C HG 79,3 V Reject
24 C HG 81,8 - -
25 C HG 79,8 V Reject
26 C HG 82,0 - -
27 C HG 79,8 V Reject
28 C HG 84,0 - -
29 C HG 81,3 - -
30 C HG 83,0 - -

37
d. Supplier D Kualitas High Great
Tabel 4.8. Data Tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier D
No. Tingkat Purity Tepung Tapioka Supplier D
Nama Supplier Jenis Purity % ≥ 84 % Keterangan
Kualitas
1 D HG 81.9 - -
2 D HG 79.9 V Reject
3 D HG 83.5 - -
4 D HG 83.1 - -
5 D HG 81.3 - -
6 D HG 82.3 - -
7 D HG 79.7 V Reject
8 D HG 81.5 - -
9 D HG 82.8 - -
10 D HG 82.2 - -
11 D HG 82.5 - -
12 D HG 80.9 - -
13 D HG 81.0 - -
14 D HG 82.0 - -
15 D HG 83.1 - -
16 D HG 79.8 V Reject
17 D HG 82.0 - -
18 D HG 81.8 - -
19 D HG 80.5 - -
20 D HG 79.9 V Reject
21 D HG 83.4 - -
22 D HG 82.6 - -
23 D HG 81.6 - -
24 D HG 81.8 - -
25 D HG 81.9 - -
26 D HG 79.3 V Reject
27 D HG 82.9 - -
28 D HG 82.5 - -
29 D HG 80.0 - -
30 D HG 82.2 - -

38
4.5.2. Pengolahan Data
a. Supplier A
Tabel 4.9. Pengolahan Data Supplier A

X Bar Chart
Rata-Rata Tingkat Purty Tepung Tapioka

88
87
86
85
84
x BAR
83
82 UCL X bar
81 LCL X bar
80
79
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Jumlah Pengambilan Data Inspeksi

Gambar 4.2. Peta Kendali X Bar

39
R Chart
Rentang Nilai Tingkat Purity Tepung 05

04

03
Tapioka

R
02
UCL R
01 LCL R

00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Jumlah Pengambilan Data Inspeksi

Gambar 4.3. Peta Kendali R

Pengolahan data dengan menggunakan peta kendali variabel dan control limit
pada supplier A dapat dilihat gambar diatas. Nilai Cp berada dibawah 1 dengan
nilai 0.91 yang berarti bahwa terdapat produk dengan tingkat yang tidak sesuai
dengan purity ≥ 84 yang mengindikasikan proses kurang mampu untuk
menghasilkan produk yang baik. Cpk kurang dari 1 dengan nilai 0.13 maka ada
beberapa produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Berdasarkan peta kendali x bar yang terdapat proses dengan rata-rata nilai purity
didalam batas kendali atas dan bawah. Berdasarkan peta kendali R bar , Rentang
nilai purity masih berada dalam nilai batas atas dan nilai batas bawah.

b. Supplier B
Tabel 4.10. Pengolahan Data Supplier B

40
X Bar Chart

Rata-Rata Tingkat Purity Tepung


88
87
86
Tapioka 85
84 x BAR
83
UCL X bar
82
81 LCL X bar
80
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Jumlah Pengambilan Data Inspeksi

Gambar 4.4. Peta Kendali X Bar

R Chart
04
Rentang Nilai Tingkat Purity

03
Tepung tapioka

02 R

01 UCL R

00 LCL R
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Jumlah Pengambilan Data Inspeksi

Gambar 4.5. Peta Kendali R

Pengolahan data dengan menggunakan peta kendali variabel dan control limit
pada supplier B dapat dilihat gambar diatas. Nilai Cp berada diatas 1 yaitu 1.19
yang berarti bahwa terdapat produk dengan tingkat yang sesuai dengan purity ≥
84 yang mengindikasikan proses mampu untuk menghasilkan produk yang baik.
Cpk kurang dari 1 dengan nilai 0.2 maka ada beberapa produk yang tidak sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Begitu juga apabila dilihat berdasarkan
peta kendali x bar yang terdapat proses dengan rata-rata nilai purity didalam batas
kendali atas dan bawah. Dilihat dari peta kendali R bar , Rentang nilai purity masih
berada dalam nilai batas atas dan nilai batas bawah.

41
c. Supplier C
Tabel 4.11. Pengolahan Data Supplier C

X Bar Chart
Rata-Rata Tingkat Purity

86
Tepung Tapioka

84
82
x BAR
80
UCL X bar
78
76 LCL X bar
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Jumlah Pengambilan Data Inspeksi

Gambar 4.6. Peta Kendali X Bar

42
R Chart
Rentang Nilai Tingakat Purity
04

Tepung tapioka 03
02 R
01 UCL R

00 LCL R
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Jumlah Pengambilan Data Inspeksi

Gambar 4.7. Peta Kendali R

Pengolahan data dengan menggunakan peta kendali variabel dan control limit
pada supplier C dapat dilihat gambar diatas. Nilai Cp berada diatas 1 dengan nilai
1.05. yang berarti bahwa terdapat produk dengan tingkat yang sesuai dengan
purity kualitas High Great 80% - 84 % yang mengindikasikan proses mampu untuk
menghasilkan produk yang baik. Cpk kurang dari 1 dengan nilai 0.21 maka ada
beberapa produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Berdasarkan peta kendali x bar yang terdapat proses dengan rata-rata nilai purity
diluar batas batas kendali atas dan bawah pada penginspeksian ke 4, 23, 25, dan
27 . Dilihat dari peta kendali R bar , Rentang nilai purity masih berada dalam nilai
batas atas dan nilai batas bawah.

d. Supplier D
Tabel 4.12. Pengolahan Data Supplier D

43
X Bar Chart
86
Rata-Rata Tingkat Purity Tepung Tapioka 85
84
83
82
81
x BAR
80
79 UCL X bar
78 LCL X bar
77
76
75
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Jumlah Pengambilan Data Inspeksi

Gambar 4.8. Peta Kendali X Bar

R Chart
Rentang Nilai Tingkat Purity Tepung

06

05

04
Tapioka

03 R
UCL R
02
LCL R
01

00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Jumlah Pengambilan Data Inspeksi

Gambar 4.9. Peta Kendali R

Pengolahan data dengan menggunakan peta kendali variabel dan control limit
pada supplier D dapat dilihat gambar diatas. Nilai Cp berada dibawah 1 dengan
nilai 0.57 yang berarti bahwa terdapat produk dengan tingkat yang tidak sesuai
dengan purity 80% - 84% yang mengindikasikan proses kurang mampu untuk
menghasilkan produk yang baik. Cpk kurang dari 1 dengan nilai 0.11 maka ada
beberapa produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

44
Berdasarkan peta kendali x bar yang terdapat proses dengan rata-rata nilai purity
didalam batas kendali atas dan bawah. Berdasarkan peta kendali R bar , Rentang
nilai purity masih berada dalam nilai batas atas dan nilai batas bawah.

4.5.3. Hasil Pekerjaan dan Analisis Usulan Perbaikan


Rekapitulasi hasil pengolahan data masing-masing supplier yang dari data diatas
sebagai berkut :
a. Supplier A nilai Cp dan Cpk = 0.91 dan 0.13 ( Kualitas Super High Great)
b. Supplier B nilai Cp dan Cpk = 1.19 dan 0.2 ( Kualitas Super High Great)
c. Supplier C nilai Cp dan Cpk = 1.05 dan 0.21 (kualias High Great)
d. Supplier D nilai Cp dan Cpk = 0.57 dan 0.11 (kualitas High Great)
Hasil dari data diatas, maka tindakan terbaik untuk diusulkan kepada perusahaan
adalah dengan melihat nlai Cp dan Cpk yang mtelahempunyai nilai lebih dari satu.
Supplier untuk kualitas Super High Great yang lebih baik adalah Supplier B.
Supplier untuk kualitas High Great yang lebih baik adalah Supplier C.

4.5.4 Hasil Perbandingan metode


Hasil perbandingan metode antara perusahaan dengan metode teori/ penulis
memiliki hasil yang berbeda. Metode yang digunkaan perusahaan dalam
melakukkan analisis penginspeksian material menunjukkan bahwa ke empat
supplier memenuhi kelayakan standar perusahaan. Metode yang digunakan
penulis/ teori dalam melakukkan analisis penginspeksianmaterial menunjukkan
bahwa dua supplier yang tidak memenuhi kelayakkan material yang datang.

45
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
a. PT Ajinomoto Indonesia adalah pabrik yang memproduksi aneka bumbu
penyedap rasa yang bertempat di 110, Jl. Raya Mlirip, Mlirip, Jetis, Mojokerto,
Jawa Timur 61352.
b. Penulis melakukan kerja praktek yang dimulai dari tanggal 18 Desember 2017
– 27 januari 2018.
c. PT Ajinomoto memberikan kesempatan untuk melihat langsung proses
produksi dari produk mentah hingga produk jadi, dan pengolahan limbah pada
perusahaan. Perusahaan memberikan batasan kepada penulis untuk tidak
melakukan pekerjaan langsung yang dilakukan seperti pekerja di Perusahaan.
d. Penulis dibimbing langsung oleh bapak Djoko Siswanto yang yang menjabat
sebagai General & Personnel Dept. Kerja Praktek yang dilakukan di PT
Ajinomoto sangat bermanfaat bagi penulis karena dengan kegiatan ini maka
penulis mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru.
e. Penulis dapat membandingkan metode kerja yang dilakukan langsung di
perusahaan dengan metode yang diajarkan saat kuliah berlangsung. Harapan
penulis setelah melakukan kerja praktek di PT Ajinomoto mendapatkan ilmu
yang dapat digunakan atau bermanfaat untuk kedepannya.

5.2. Saran
a. Pekerja yang bekerja langsung di lapangan khususnya pada bagian H2 dan
H4 menggunakan masker karena bau yang menyengat terus menerus tidak
baik untuk hidung pekerja.
b. Sebaiknya pekerja yang langsung bekerja dilapangan menggunakan earplug
karena mesin terlalu bising.

46
Daftar Pustaka

Ahyari, A. 2002. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. BPFE.


Jakarta

Besterfield, D. H. (2009). Quality Control, 8th edition, Prentice Hall, New York.

Sirait, J. T. 2006. Anggaran sebagai Alat Bantu bagi Manajemen. Grasindo.


Jakarta

Sukoco, BM. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga,


Jakarta

Umar, H. 2008. Business an Introduction. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

47
Lampiran 1. Proses Inbound Produk Jadi PT Ajinomoto Indonesia Mojokerto

48
Lampiran 2. Proses Outbound Produk Jadi PT Ajinomoto Indonesia
Mojokerto

49
Lampiran 3 Aliran Rantai Pasok

Lampiran 4 Alur Penerimaan Material

Lampiran 5. Alur Pengeluaran Produk

50
51

Anda mungkin juga menyukai