Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT. MAHAKAM BETA FARMA

Joan Anindya Raharjo


15 06 08328

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek yang dilaksanakan di PT Mahakam Beta Farma mulai


tanggal 2 Juli 2018 sampai dengan 10 Agustus 2018 disusun oleh:

Nama : Joan Anindya Raharjo


NPM : 15 06 08328
Program Studi : Teknik Industri
Fakultas : Teknologi Industri

Telah diperiksa dan disetujui,

Jakarta, 10 Agustus 2018

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Fanny Widjaja, S.T., M.M. Theodorus B. Hanandaka, S.T., M.T.

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
anugerah-Nya penulis dapat melaksanakan kerja praktek di PT. Mahakam Beta
Farma dengan baik. Selain itu penulis juga bersyukur karena telah dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Laporan ini disusun sebagai hasil akhir
dari kerja praktek yang menjadi sarana mahasiswa untuk mengenali suasana
industri.

Isi dari laporan akhir ini adalah hasil dari kegiatan yang dilaksanakan di bagian
PPIC, PT. Mahakam Beta Farma selama 30 hari kerja. Hal-hal lain yang
disampaikan pada laporan ini adalah mengenai profil perusahaan, tinjauan umum
perusahaan, tinjauan sistem perusahaan, serta tinjauan pekerjaan mahasiswa.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya selama persiapan, pelaksanaan,


hingga penyusunan laporan kerja praktek.
2. Bapak Theodorus B. Hanandaka, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing kerja
praktek yang telah membimbing selama pelaksanaan dan penyusunan
laporan.
3. Ibu Fanny Widjaja, S.T., M.M. selaku pembimbing lapangan yang telah
meluangkan waktu selama penulis melaksanakan kerja praktek.
4. Mama dan papa yang sudah mendukung penulis baik secara moral maupun
finansial selama penulis melaksanakan kerja praktek di Jakarta.
5. Seluruh karyawan PT. Mahakam Beta Farma yang telah membantu tugas
kerja praktek.
6. Fransisca Romana R. Safitri yang sudah menjadi teman hidup yang baik
selama 40 hari.
7. Nico Y. Prabowo yang selalu mendukung penulis dalam melaksanakan kerja
praktek
8. Semua teman-teman yang sudah mendukung dari awal persiapan kerja
praktek sampai finalisasi laporan.

iv
Laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan laporan ini. Atas perhatian dari
semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian laporan akhir ini, penulis
ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 1 September 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

BAB JUDUL HAL


Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Surat Keterangan Pelaksanaan Kerja Praktek iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix

1 Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 2

2 Tinjauan Umum Perusahaan 3


2.1. Sejarah Singkat Perusahaan 3
2.2. Struktur Organisasi 7
2.3. Manajemen Perusahaan 11

3 Tinjauan Sistem Perusahaan 18


3.1. Proses Bisnis Perusahaan 18
3.2. Produk yang Dihasilkan 19
3.3. Proses Produksi 25
3.4. Fasilitas Produksi 35

4 Tinjauan Pekerjaan Mahasiswa 51


4.1. Lingkup Pekerjaan 51
4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan 52
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 58
4.4. Hasil Pekerjaan 62

vi
5 Penutup 86
5.1 Kesimpulan 86
5.2 Saran 86

Lampiran 87

vii
DAFTAR TABEL

HAL
Tabel 2.1. Pembagian Shift Pekerja Produksi 13

Tabel 3.1. Produk Liquid 20


Tabel 3.2. Produk Solid 21
Tabel 3.3. Produk Injeksi 24
Tabel 3.4. Mesin di Gedung MBF 35
Tabel 3.5. Mesin di Gedung Cephalosporin 38

Tabel 4.1. Persediaan Botol 63


Tabel 4.2. Persediaan Minggu Ke-2 Bulan Juli 64
Tabel 4.3. Cuplikan Persediaan Botol Dikurangi Kebutuhan 64
Tabel 4.4. Cuplikan Kuantitas Penggunaan Produk 65
Tabel 4.5. Cuplikan Lead Time Kedatangan 65
Tabel 4.6. Kolom Pengelompokkan Data Kapasitas 71
Tabel 4.7. Input Data Kapasitas 72
Tabel 4.8. Input Kondisi Real 72
Tabel 4.9. Input Mesin yang Ingin Dicek 73
Tabel 4.10. Tabel Forecast 75
Tabel 4.11. Penentuan Batch Quantity 75
Tabel 4.12. Rekap Mesin Overcapacity dan Usulan 77

viii
DAFTAR GAMBAR

HAL
Gambar 2.1. Pabrik Mahakam Beta Farma Tahap 1 4
Gambar 2.2. Mahakam Beta Farma Tahap Kedua 5
Gambar 2.3. Gedung Cephalosporin 6
Gambar 2.4. Gedung MBF Sebelum Renovasi 6
Gambar 2.5. Gedung MBF Sekarang (Setelah Renovasi) 7
Gambar 2.6. Bagan Struktur Organisasi Manufaktur 8

Gambar 3.1. Proses Bisnis 18


Gambar 3.2. Diagram Alir Penjadwalan Produksi 26
Gambar 3.3. Diagram Alir Sistem Produksi Lantai Tiga 28
Gambar 3.4. Proses Produksi Solid 30
Gambar 3.5. Urutan Pembersihan Mesin Steril 33
Gambar 3.6. Urutan Produksi Steril 34
Gambar 3.7. Tata Letak Lantai Produksi Solid 40
Gambar 3.8. Tata Letak Lantai Produksi Injeksi 41
Gambar 3.9. Penyimpanan Suhu Kamar 42
Gambar 3.10. Penyimpanan Bahan Mudah Terbakar 42
Gambar 3.11. Penyimpanan Botol 43
Gambar 3.12. Kulkas Penyimpanan 43
Gambar 3.13. Tempat Barang Reject 44
Gambar 3.14. Ruangan dengan Suhu Khusus 44
Gambar 3.15. Pemisah Barang yang Belum Release 45
Gambar 3.16. Layout Gudang Barang Jadi 45
Gambar 3.17. Forklift 47
Gambar 3.18. Hand Pallete 47
Gambar 3.19. Pallete Mover Handling (1) 48
Gambar 3.20. Pallete Mover Handling (2) 48
Gambar 3.21. Pallete 48
Gambar 3.22. Thermohydrograph 49
Gambar 3.23. Timbangan Bahan Baku 49
Gambar 3.24. Rak Penyimpanan 50

ix
Gambar 4.1. Cuplikan Konfirmasi Kedatangan Botol 52
Gambar 4.2. Cuplikan Data Permintaan Masa Lalu dan Lead Time 54
Gambar 4.3. Cuplikan Data Inventory 56
Gambar 4.4. Alur Pengambilan Data Tugas Produksi 61
Gambar 4.5. Kebutuhan Botol 63
Gambar 4.6. Kebutuhan Botol, Cap, dan Plug 64
Gambar 4.7. Cuplikan Hasil Perhitungan SS dan ROP 66
Gambar 4.8. Cuplikan Rekap SS dan ROP 67
Gambar 4.9. Analisis Persediaan Overstock 69
Gambar 4.10. Kapasitas Mesin Mixing 73
Gambar 4.11. Kapasitas Mesin Filling 74
Gambar 4.12. Kapasitas Mesin Packaging 74

x
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk
melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY
memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk
mengenali suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan
mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.

Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan
2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan
4. Mengamati perilaku sistem
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
6. Melaksanakan ujian kerja praktek

1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
1. Melatih kedisiplinan.
2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
6. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.

1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Tempat pelaksanaan kegiatan kerja praktek di PT Mahakam Beta Farma yaitu
sebuah industri farmasi yang berada di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta
Timur. Kerja praktek dilaksakan selama 30 hari kerja pada tanggal 2 Juli 2018
sampai dengan 10 Agustus 2018. Mahasiswa ditempatkan di departemen PPIC
selama pelaksanaan kerja praktek.

2
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan


Produk Betadine awalnya dibawa oleh Mundipharma ke Indonesia dengan
pemegang lisensi Produk Betadine yaitu (PT Indiphar) Sdr. Asikin seorang
wartawan surat kabar Sinar Harapan. Pada tahun 1977 lisensi produk Betadine
diserahkan kepada PT. Daya Agung Muda (DMA), yang merupakan perusahaan
Pedagang Besar Farmasi (PBF) karena pemegang lisensi awal mengalami
kerugian dan tidak dapat membayar hutang pada Mundipharma. DMA adalah
perusahaan non-aktif yang dibeli oleh Dr. Tjandra. Kantor pertama perusahaan
ini terletak pada Jl. Bambu Kuning No. 286, Jakarta Selatan. Bangunan kantor
pertama yang memiliki luas seluas 116 m2 dibeli oleh Dr. Tjandra dengan harga
Rp 5.000.000,00. Harga pembelian kantor ini sekaligus merupakan modal awal
dari perusahaan DMA.

Dr. Tjandra menganggap krisis dari perusahaan ini adalah suatu peluang besar
karena Betadine merupakan antiseptic terbaik bahkan pernah dibawa dalam
Apollo Mission ke bulan. Namun beliau membuat suatu kesalahan besar dengan
memberi finders fee kepada Sdr. Asikin sebesar 50% saham yang seharusnya
paling tinggi hanya sebesar 5%. Selanjutnya dikarenakan perkembangan
perusahaan yang meroket masing-masing pemegang saham harus
menambahkan modal, dari sini Sdr. Asikin harus kembali menjual sahamnya
pada Dr. Tjandra maka Dr. Tjandra memegang 100% saham.

Semenjak bisnis dipegang secara keseluruhan oleh Dr. Tjandra perkembangan


bisnis berjalan cepat. Pada awalnya pembuatan Betadine diupahkan kepada
Pabrik Obat Pradja. Pada tahun 1981 berdirilah PT. Mahakam Beta Farma
(selanjutnya disebut MBF) yaitu khusus pabrik farmasi dengan modal dasar Rp
10.000.000,00 dengan luas bangunan 500 m2 di atas tanah seluas 1.400 m2.
Kemudian DMA mengalihkan lisensinya pada MBF yang hanya memiliki empat
karyawan dan pabrik yang beroperasi dua kali saja dalam satu minggu.

Perkembangan selanjutnya adalah perkembangan jumlah karyawan dari empat


menjadi 555 dan dari satu detailman menjadi 648 detailman dan sekarang jumlah
karyawan sudah mencapai 1305 orang. Kendaraan roda empat yang dimiliki
DMA maupun MBF pada waktu itu hanya berjumlah dua kendaraan, sekarang

3
kendaraan DMA berjumlah 132 unit dan kendaraan MBF berjumlah 228 unit.
Penjualan bersih masing masing berlipat ganda, DMA menjadi 1500 kali lipat dan
MBF 1000 kali lipat. Pada tahun 1977 luas gedung dari DMA hanya 116. m2
namun sekarang luas tanahnya menjadi 1.600 m2 dan luas bangunan pusat
menjadi 10.300 m2 dan 14 kantor cabang di kota-kota lain. Sedangkan MBF yang
pada tahun 1981 memiliki luas bangunan 500 m2 pada tanah seluas 1.400 m2
sekarang memiliki luas bangunan 24.500 m2 di atas tanah seluas 15.500 m2.

Sejak tahun 2015 para pimpinan merencanakan pelita yang dinamakan “The
Golden Leap” yaitu merupakan rencana 10 tahun untuk MBF yaitu mencari 10
produk istimewa yang tidak dapat dibuat oleh orang lain dan yang berguna bagi
masyarakat. Selain itu juga mengembangkan produk produk OTC, generic,
ethical dan suplemen dengan investasi sebesar Rp 300 milyar. Sekarang lisensi
produk-produk Betadine sudah dikembalikan ke Mundipharma, tetapi tetap
mengupahkan produksi ke MBF selama 15 tahun untuk kebutuhan Betadine di
seluruh Asia dan distribusi tetap dijalankan oleh DMA selama 10 tahun.

2.1.1 Tahap perkembangan Perusahaan


Pada Perkembangannya MBF sudah melalui beberapa proses renovasi, berikut
merupakan tahapan proses yang sudah dilalui oleh MBF hingga sekarang.
Gambar 2.1 adalah foto dari pabrik pertama MBF.

Gambar 2.1. Pabrik Mahakam Beta Farma Tahap 1

Pabrik pertama Betadine ini dibangun dan dirancang oleh Dr. Kahar Tjandra
pada tahun 1980, di Gang Lima 1 No. 30 Kebayoran Lama Jakarta Selatan
dengan luas bangunan 500 m2. Mulai berproduksi pada tahun 1981 dengan
karyawan pabrik sejumlah 4 orang dan berproduksi dua kali dalam seminggu
dengan alat yang sederhana.

4
Gambar 2.2. Mahakam Beta Farma Tahap Kedua

Pada gambar 2.2 ditunjukkan foto pabrik Betadine tahap kedua yang sudah
bertingkat tiga. Pabrik ini terletak di belakang pabrik pertama di Jl. Rawa
Simprug 1 No. 30, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Bangunan seluas 1500 m2
ini dirancang oleh Dr. Kahar Tjandra yang diresmikan pada tanggal 20 Desember
1985.

Pada tahun 2012 pabrik mulai diperluas, kantor pindah ke Gedung baru “Graha
Mahakam” dan semua ruangan bekas kantor dijadikan pabrik. Pada tahun 2015
mulai direnovasi, dan mesin-mesin lama diganti dengan mesin-mesin yang lebih
modern. Renovasi ini selesai pada tahun 2017 dan telah mendapat izin dari
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada tanggal 27 Januari 2016
dan 31 Maret 2017 untuk memproduksi tablet, kapsul, cairan, ointment, injeksi
ampul dan injeksi dry powder.

Gedung Cephalosporin (Cepha) mulai dibangun pada tahun 2015 dan selesai
pada tahun 2017, Mendapat izin untuk dipergunakan dari BPOM pada tanggal 10
januari 2018. Bangunan empat lantai yang luasnya 2000 m2 ini hanya boleh
digunakan untuk memproduksi Cephalosporin. Gedung ini merupakan salah satu
unggulan dari MBF karena tidak banyak pabrik farmasi dapat memproduksi
Cephalosporin karena harus memiliki gedung khusus. Biasanya pabrik lain akan
mengupahkan produksi antibiotik ini ke pabrik lain. Gedung Cepha ini dapat
dilihat pad gambar 2.3. PT Mahakam Beta Fama terus meningkatkan kualitas
dengan mengacu kepada ISO 9001 versi 2015. Gedung MBF dan Cepha ini
dibangun untuk memenuhi mimpi dari Dr. Tjandra supaya Golden Leap tercapai.

5
Gambar 2.3. Gedung Cephalosporin

Gambar 2.4 adalah gambar pabrik betadine ketiga yang bertingkat lima. Pabrik
ini diresmikan pada tanggal 20 Desember 1991, terletak di Jalan Pulo Kambing
11/20 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, dengan luas bangunan
10.000 m2

Gambar 2.4. Gedung MBFSebelum Renovasi

6
Gambar 2.5. Gedung MBF Sekarang (Setelah Renovasi)

2.2. Struktur Organisasi


Struktur Organisasi Manufacturing pada PT. Mahakam Beta Farma dikepalai oleh
seorang Manufacturing Director dengan dibantu oleh Asistant Manufacturing
Director. Dalam menjalankan seluruh kegiatan pada proses manufaktur, akan
dibantu oleh 7 bagian utama yaitu Supply Chain Manager, Head of Plant, Head
of Maintanance Engineer, Head of Quality Operations, RND Manager, HR
Operation Manager dan yang terakhir adalah Finance & Controller. Gambar 2.6
merupakan bagan Struktur Organisasi Manufacturing PT. Mahakam Beta Farma.

7
Gambar 2.6. Bagan Struktur Organisasi Manufaktur

8
Secara umum setiap departemen memiliki seorang manajer yang memimpin
departemen tersebut dan akan dibantu oleh seorang asisten manajer. Dalam
pelaksanaan tugasnya asisten manajer ini akan membawahi secara langsung
supervisor dalam setiap departemen.

2.2.1. Departemen Supply Chain


Departemen supply chain terbagi menjadi dua bagian utama yaitu bagian yang
mengurusi material dan produksi serta bagian yang mengurusi perihal custom
clearance dan warehouse. Departemen ini lebih dikenal dengan sebutan PPIC
dimana di departemen ini akan menangani material yang dibutuhkan untuk
melakukan produksi serta penjadwalan produksi yang akan dilakukan. PPIC akan
menentukan kebutuhan material untuk produksi yang akan disalurkan pada
bagian purchasing untuk melakukan pembelian.

Bagian PPIC terbagi menjadi tiga bagian yaitu material planning, production
planning, dan toll out planning. Bagian material planning mengurus keperluan
material yang diperlukan baik bahan baku atau bahan kemas untuk keperluan
komersil. Bagian production planning akan menjadwalkan produksi yang harus
dilakukan untuk memenuhi target forecasting dari marketing. Sedangkan bagian
toll out mengurus produksi yang harus dilakukan di luar MBF. MBF masih
memiliki produk-produk yang belum dapat diproduksi sendiri maka dari itu
dilakukan outsourcing atau toll out.

Bagian kedua pada departemen ini mengurus permasalahan mengenai gudang.


Bagian gudang mengurus baik bahan baku, bahan kemas maupun produk jadi.
bagian ini dipimpin oleh seorang manajer yang dalam melaksanakan
pekerjaannya dibantu oleh seorang asisten manajer.

2.2.2. Departemen Produksi


Departemen produksi terbagi menjadi empat bagian utama yaitu bagian
purchasing, produksi liquid, produksi solid, dan produksi steril dan cepha.
Departemen ini dipimpin oleh kepala departemen yang dibantu seorang
sekretaris. Sedangkan untuk setiap bagiannya dipimpin seorang manajer dibantu
asisten manajer kecuali bagian produksi liquid dan produksi steril yang langsung
dibantu oleh supervisor.

Bagian purchasing bertugas untuk melakukan pembelian. Setelah material yang


dibutuhkan diajukan oleh bagian PPIC maka bagian purchasing dapat

9
mengeluarkan PO untuk melakukan pembelian pada supplier. Setiap negoisasi
dengan supplier akan dilakukan oleh bagian purchasing.

Bagian produksi liquid adalah bagian produksi yang khusus memproduksi


produk-produk betadine. Produksi solid adalah bagian produksi yang
memproduksi obat-obat solid berbentuk tablet maupun kapsul. Obat-obatan yang
diproduksi merupakan obat generik maupun obat paten. Bagian terakhir adalah
produksi steril yaitu obat-obatan injeksi dan produksi cephaloporine.

2.2.3. Departemen Engineering


Departemen Engineering terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu Divisi Building
dimana bagian ini akan menangani seluruh bangunan dari PT. Mahakam Beta
Farma mulai dari pintu, jendela hingga keseluruhan bangunan serta limbah.
Divisi Maintanance bertugas melakukan perawatan serta perbaikan mesin dan
yang terakhir Divisi Utility bertugas mengatur sistem tata udara Perusahaan serta
sistem perairan.

2.2.4. Departemen Kualitas


Departemen kualitas terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu QC, QA, dan
Validasi. Bagian QC dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi lima
supervisor yaitu SPV Finished Good (FG) Non-Cepha, SPV FG Cepha, SPV
Incoming Material, SPV Micro Cepha, dan SPV Micro Non-Cepha. Bagian QC
bertugas untuk melakukan penelitian terhadap sample baik bahan baku, bahan
kemas, maupun produk jadi. Bagian ini akan memastikan apakah sebuah obat
sudah lolos pengecekkan dari segala bagian sebelum dipasarkan.

Bagian QA memiliki tugas untuk memastikan ketersediaan barang yang memiliki


kualitas yang dapat memuaskan pelanggan. Maka tugas utama dari QA ini
adalah memastikan manajemen mutu, membuat disposisi authority suatu batch
produk jadi, melihat deviasi dari dokumentasi, prosedur, metode dan utility,
memanage keluhan produk yang berasal dari pasar, mengelola perubahan
manajemen, mengurus CAPA management system implementation yang berasal
dari observasi, keluhan, serta stabilitas.

Bagian Validasi memiliki lingkup kerja dalam melakukan kalibrasi dan kualifikasi,
validasi, validasi pembersihan, serta validasi dari sistem komputer yang
digunakan. Perbedaan bagian validasi dan QC adalah bagian validasi dapat
menentukan range kesalahan yang masih diizinkan sedangkan bagian QC hanya

10
dapat mengatakan bahwa suatu produk dari suatu mesin sudah terverifikasi atau
belum.

2.2.5. Departemen Riset dan Pengembangan (R&D)


Bagian riset dan pengembangan (R&D) terbagi menjadi empat bagian besar
yaitu Formulasi, Analytical Development (AnDev), Packaging Development
(PackDev), dan registrasi. Bagian AnDev adalah bagian dari R&D yang
mengembangkan obat-obatan yang akan diproduksi agar menjadi lebih baik lagi
ataupun produk yang sebelumnya belum ada dan akan mulai diproduksi di MBF.
Bagian ini akan fokus pada bagian metode yang digunakan untuk pembuatan
sebuah obat baru. Berbeda dengan AnDev, bagian formulasi akan fokus pada
formula dari setiap obat yaitu komponen-komponen dari obat tersebut. Bagian
PackDev akan mengembangkan kemasan yang akan digunakan untuk
mengemas obat-obatan. Kemasan obat-obatan ini akan selalu dikembangkan
mengikuti perkembangan zaman. Selain itu kemasan ini juga harus mengikuti
aturan dari BPOM.

Terkait dengan aturan BPOM dan ijin edar dari obat, bagian R&D memiliki bagian
registration untuk melakukan registrasi dari obat-obatan yang diproduksi supaya
dapat diedarkan di pasar serta melakukan registrasi untuk kemasan yang telah
dibuat desainnya.

2.2.6. Departemen HR
Departemen HR menangani hal-hal yang terkait dengan sumber daya manusia
yang ada di MBF. Hal-hal yang menjadi bagian pekerjaan dari departemen ini
adalah organization development yaitu mengurus hal yang berkaitan dengan
struktur organisasi dimana HRD akan membuat desain dari organisasi yang baik.
Hal berikutnya adalah mengenai rekrutmen pekerja untuk mengisi posisi-posisi
pada struktur organisasi. Selanjutnya HR akan mengurus mengenai ada training
pekerja, kompensasi atau penggajian, evaluasi pekerja, career development
serta labor relation.

2.3. Manajemen Perusahaan


2.3.1 Visi
Perusahaan farmasi yang inovatif, kompetitif dan terkemuka dg brand yang kuat
dan pertumbuhan yang bekesinambungan (KTP: kompetitif, terkemuka,
pertumbuhan) brand inovatif

11
2.3.2 Misi
Mampu menyediakan produk kesehatan yang bermutu dan memberikan
pelayanan prima untuk kehidupan yang lebih baik.

2.3.3 Nilai Perusahaan


MBF memiliki nilai perusahaan yang tidak terlepas dari perjalanannya. Nilai
perusahaan yang dimiliki MBF disingkat menjadi LUCKY.
L: Love God, dimana hal yang paling utama dalam apapun adalah mencintai
Tuhan.
U: Understanding, setiap karyawan ataupun stakeholder harus saling mengerti
satu dengan yang lain.
C: Connection, setiap stakeholder di MBF harus saling membangun relasi baik
sesame stakeholder maupun dengan dunia luas.
K: Knowledge, setiap karyawan harus memiliki bekal pengetahuan yang luas
serta keinginan untuk saling belajar.
Y: Yield, baik karyawan maupun hal-hal lain yang ada pada MBF dapat
memberikan manfaat bagi diri sendiri (ke dalam) maupun orang lain (ke luar).

2.3.4 Ketenagakerjaan
a. Jumlah Pekerja
Jumlah pekerja di MBF mencapai 3000 orang yang terbagi menjadi operator,
spesialis, senior operator, karyawan, supervisor, serta manajer.

b. Pembagian Jam Kerja


Pembagian jam kerja di MBF terbagi untuk karyawan kantor dan operator
produksi. Waktu kerja untuk karyawan kantor adalah selama sembilan jam satu
hari dengan waktu istirahat selama satu jam. Jam kerja karyawan kantor
dijadwalkan sebagai berikut
Hari Senin – Kamis: 07:30 – 16.30 (waktu istirahat satu jam mulai dari 11:30 –
12:30).
Hari Jumat: 07:30 – 16:30 (waktu istirahat satu jam 45 menit mulai dari 11:30 –
13:15).

Jam kerja operator produksi dibagi menjadi tiga shift berbeda. Setiap harinya
akan selalu ada jadwal untuk shift satu dan shift dua sedangkan shift tiga
merupakan shift lembur yang diberlakukan pada karyawan secara bergilir apabila
harus mengejar target produksi. Lama waktu istirahat yang diberikan untuk

12
operator produksi adalah selama 60 menit. Berikut adalah pembagian shift untuk
operator produksi di MBF:

Tabel 2.1. Pembagian Shift Pekerja Produksi


SHIFT Jam Kerja
1 07:00 – 15:00
2 15:00 – 23:00
3 23:00 – 07:00

c. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan salah satu hal utama yang harus selalu
diperhatikan oleh setiap pekerja yang berada di MBF. Terdapat dua lokasi
pembagian pada lantai produksi MBF yaitu black room dan grey room. Black
room merupakan tempat yang biasa digunakan untuk packaging atau pemberian
batch pada kemasan. Obat-obat yang sudah di dalam kemasan primernya yang
boleh ada di ruangan ini. Grey room merupakan tempat pembuatan obat, dimana
lokasi ini sangat steril, dan dijaga suhu serta tekanan udara di dalamnya. Pada
ruangan ini obat-obat diproduksi dari langkah awal sampai akhir.

Para pekerja yang bekerja pada black room wajib mengenakan penutup rambut,
serta jas laboratorium, dan penutup alas kaki atau sepatu khusus pekerja.
Peraturan ini harus ditaati untuk menjaga kebersihan black room agar obat-obat
yang akan dikemas sekunder juga terjamin kebersihannya.

Lain lagi dengan pekerja yang berada di grey room dimana pekerja ini harus
mengenakan pakaian yang dipakai pada black room ditambah lagi dengan baju
planet dimana tubuh akan dikenakan baju seperti jas hujan dari atas sampai
bawah. Pekerja juga harus melapisi penutup rambut dan alas kaki yang
digunakan. Sebagai tambahan pekerja yang masuk dalam ruangan ini harus
mengenakan penutup hidung dan mulut. Selain untuk menjaga tingkat sterilitas
ruangan juga agar pekerja tidak secara langsung terpapar bahan-bahan kimia.

Untuk keselamatan kerja pekerja pada bagian warehouse, pekerja akan


diberikan pengaman berupa helm engineering serta sepatu tertutup sehingga
pekerja akan tetap terlindungi dari bahaya

13
d. Perekrutan
Perekrutan yang dilakukan di MBF dilakukan oleh bagian HRD. Secara umum
proses perekrutan dilakukan dengan urutan berikut:
i. Bagian HRD akan mengambil calon pekerja dari banyak sumber. Contohnya
dari sosial media, job fair, bekerja sama dengan sekolah atau universitas.
ii. Screening CV: Screening CV adalah proses pengecekan keaslian isi dari CV
yang ditulis, contohnya pengecekan apakah pelamar benar-benar pernah
bersekolah di sekolah yang ditulisnya.
iii. Psikotes: bagi pelamar yang lolos dari screening CV akan diundang ke
perusahaan untuk melaksanakan ujian psikotes. Ujian psikotes ditujukan
untuk melihat kemampuan serta emosi yang dimiliki oleh pelamar.
iv. Interview: apabila pelamar lolos dari ujian psikotes yang diberikan lalu
pelamar akan mengikuti wawancara.
v. Benefit: calon karyawan akan diinformasikan mengenai kompensasi serta
keuntungan yang didapatkan dengan bekerja pada perusahaan.
vi. Medical Checkup: pemeriksaan kesehatan wajib dilakukan oleh seluruh
calon karyawan sebelum akhirnya diterima di perusahaan.
vii. Penerimaan karyawan.
Dalam menentukan calon karyawan yang akan direkrut pihak HR MBF
berpedoman pada matriks kompetensi. Setiap posisi memiliki kompetensinya
masing-masing. Hal ini telah dianalisis sebelumnya dengan job analysis, job
description, dan menghasilkan job specification. Hal utama yang harus dimiliki
oleh karyawan MBF adalah kompetensi knowledge, skill, serta attitude.
e. Pelatihan
Pelatihan diberikan pada karyawan supaya karyawan menjadi lebih mudah atau
terbiasa dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari. Namun biaya yang harus
dikeluarkan untuk pelatihan juga tidaklah murah. Maka di MBF sebisa mungkin
pada saat perekrutan sudah merekrut karyawan yang dapat beradaptasi atau
belajar dengan cepat. Pelatihan yang biasa diberikan bagi karyawan biasanya
termasuk dalam on the job training atau mempelajari hal-hal mengenai pekerjaan
melalui aktivitas sehari-hari. Maka karyawan harus secara mandiri untuk
mempelajari pekerjaan yang harus dilakukannya.

14
2.3.5 Pemasaran
Setiap perusahaan membutuhkan bagian marketing atau pemasaran untuk
memasarkan produk-produknya ke pasar. Bagian marketing di MBF terbagi
menjadi departemen sales dan departemen marketing. Tugas dari bagian
marketing tidak hanya merancang strategi pemasaran namun juga bertanggung
jawab atas pengembangan yang secara khusus di kerjakan oleh bagian business
development untuk terus mencari produk-produk baru yang dapat dipasarkan.
Selanjutnya bagian marketing akan bertanggung jawab atas launchingnya produk
serta terus mengkomunikasikan produksi kepada PPIC. Bagian marketing juga
akan membuat forecast dari suatu produk. Penentuan forecast ini ditentukan dari
tiga hal yaitu:
a. Average monthly sales: rata-rata penjualan produk tersebut setiap bulannya.
b. Target sales: berapa target penjualan yang ingin dicapai oleh pihak marketing.
c. Planning: perencanaan ke depan terkait dengan promosi, atau budget yang
telah ditentukan.

Departemen marketing terbagi lagi menjadi tiga bagian utama yaitu marketing
ethical yaitu pemasaran kepada dokter, marketing generic yaitu pemasaran ke
rumah sakit, BPJS, atau instansi-instansi kesehatan lain, dan marketing untuk
produk-produk over the counter (OTC) atau produk yang dapat secara bebas
diiklankan. Secara umum pekerjaan dari ketiga bagian marketing tersebut sama
namun secara khusus pada subbab pemasaran ini akan dibahas mengenai cara
pemasaran produk-produk OTC. Pada tahap pre-launch bagian marketing akan
melakukan hal-hal berikut:

a. Launching background.
b. Market overview.
c. Competitor analysis.
d. STP & marketing mix product.
e. Marketing objective & strategy.
f. Distribution strategy.
g. Marketing communication.

Hal yang paling disorot pada saat pre-launch adalah STP & marketing mix
product yang akan dijelaskan secara mendetail. Pada saat awal produk akan
dikembangkan, bagian marketing akan mulai menyusun strategi untuk produk
tersebut. Pertama akan dilakukan segementasi yaitu digunakan SWOT untuk

15
menentukan kelebihan serta kekurangan dari produk tersebut. Analisis SWOT
dapat dilakukan sampai dua kali untuk analisis yang lebih mendetail. Kemudian
dilakukan targeting yaitu kepada siapa produk ini akan dipasarkan. Targeting ini
mencakup umur dari pembeli serta kelas sosial yang dimiliki agar bagian
marketing dapat menentukan harga yang cocok untuk produk baru tersebut.
Selanjutnya adalah positioning yaitu penentuan posisi dari target tersebut untuk
konsumen nantinya. Setelah STP ini dianalisis maka langkah selanjutnya adalah
menentukan key message serta tagline dari produk.

Marketing mix yang dilakukan oleh bagian marketing terbagi menjadi empat hal
yang disingkat menjadi 4P yaitu product, price, place, dan promotion. Produk
adalah perancangan produk yang akan dibuat, pada bagian ini marketing akan
dibantu oleh bagian business development. Price yaitu penentuan harga sesuai
dengan target yang telah ditentukan pada urutan sebelumnya. Place yaitu tempat
dimana produk ini akan dijual, penentuan tempat penjualan dilakukan untuk
memastikan toko-toko tersebut memang sering dikunjungi oleh calon pembeli
yang menjadi target pemasaran. Promotion yaitu cara bagaimana produk
tersebut akan dipasarkan mencakup strategi apa yang akan digunakan untuk
memasarkan produk tersebut.

Strategi marketing yang digunakan untuk pemasaran produk OTC adalah:


a. Above the line (ATL) activities: pemasaran produk melalui tv atau radio.
Pemasaran ini terbilang mahal namun lingkup masyarakat yang tercakup
dalam strategi pemasaran ini luas. Kelemahan dari strategi ini adalah bagian
marketing tidak langsung dapat memastikan berapa orang yang menonton
maupun yang membeli produk yang diiklankan.
b. Digital campaign: yaitu pemasaran melalui media sosial seperti instagram
atau youtube.
c. Below the line (BTL) activities: strategi pemasaran dengan membuat event,
trade program, community gathering. Strategi pemasaran ini adalah
pemasaran secara langsung kepada konsumen dengan mengadakan event-
event tertentu yang dapat melibatkan konsumen.
d. Instore activation: pada strategi ini MBF akan mengaktivasi toko-toko yang
menjual produk dari MBF. Misalnya dengan cara membuka booth khusus
atau mendekor rak-rak pada toko dengan poster-poster produk.
e. SPG & beauty advisor: strategi pemasaran yang dilakukan oleh SPG untuk
memasarkan produk langsung kepada konsumen.

16
2.3.6 Fasilitas
Fasilitas yang dimiliki oleh MBF sebagai perusahaan farmasi terbilang lengkap.
Fasilitas yang memiliki peranan langsung pada bagian produksi mulai dari
pengolahan bahan baku sampai barang jadi adalah:
a. Gudang bahan baku dan R&D.
b. Gudang bahan kemas.
c. Ruang preparation analysis.
d. Ruang quality control.
e. Lantai produksi liquid, solid, dan steril.
f. Gowning area.
g. IPC room.
h. Mixing room.
i. Filling room.
j. Gedung khusus produksi chepalophorine.
k. Ruang khusus narkotika.

17
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

3.1. Proses Bisnis Perusahaan

Proses Bisnis PT. Mahakam Beta Farma

Warehouse
Distributor Marketing Production Planninng Purchasing Produksi QC QA
(BB, BK, FG)

START Forecasting MPS

Y
MRP?

Penerimaan PO Penerimaan Barang Pengecekan kualitas


Pembelian dari Supplier

Rencana Produksi Inventory


Mingguan BB & BK

T
Material Cukup?

Pengeluaran
TO Proses Produksi Sampling Kualitas Review Produk
Materiaal

Produk jadi Batch Record


dikarantina

Doc.
release

Inventory
Finish Good

End

Customer PO Menerima PO

Inventory FG

Y
Stok barang
Pengiriman Barang
ada?

T
DO
Pending
Phase

Gambar 3.1. Proses Bisnis

Berikut merupakan penjelasan proses bisnis MBF:


a. Proses dimulai dengan adanya trigger dari distributor berupa permintaan
pasar. PO yang dikirimkan akan diterima bagian gudang barang jadi dan
dicek ketersediaannya. Apabila barang tersedia maka pesanan dapat

18
langsung dipenuhi apabila tidak maka pesanan akan dipending terlebih
dahulu sampai barang tersedia. Proses produksi akan ditrigger oleh adanya
peramalan yang dilakukan oleh bagian marketing. Peramalan ini dilakukan
berdasarkan rata-rata permintaan di masa lalu.
b. Dari data forecast yang ada, bagian produksi akan merencanakan material
yang dibutuhkan, kemudian melalui MRP akan dianalisis apakah material
yang dibutuhkan bisa diproduksi atau harus membeli ke vendor.
Jika harus membeli ke vendor maka bagian purchasing akan mengeluarkan
PO dan barang akan datang sesuai dengan lead time yang ada.
c. Jika MRP sudah mencukupi, maka dilakukan perencanaan produksi
mingguan
d. Pengecekan material akan kembali dilakukan setelah jadwal produksi
mingguan tersedia. Apabila material cukup maka akan dibuat dokumen TO
jika tidak maka kembali ke langkah c.
e. Dokumen TO ini akan menjadi trigger dari keluarnya barang yang ada di
gudang dan memasuki proses produksi. Terdapat aturan khusus untuk
setiap berapa produk (tergantung jenis produk) akan dilakukan sampling
kualitas oleh QC dan kemudian bagian QA akan melakukan review produk.
f. Proses produksi akan menghasilkan produk jadi yang masuk dalam
karantina serta pengecekan batch record oleh bagian QA. Proses karantina
akan terus dilakukan sampai barang dinyatakan dapat release oleh QA.
g. Produk jadi akan masuk ke dalam gudang bahan jadi.

3.2. Produk yang Dihasilkan


Produk yang dihasilkan oleh MBF berupa obat-obatan. Produk yang paling
dikenal adalah Betadine sedangkan produk lainnya yang diproduksi sebagian
besar adalah obat-obat generic dan beberapa produk obat paten. Berikut adalah
produk-produk yang dihasilkan oleh MBF.

19
3.2.1 Produk Liquid
Tabel 3.1. Produk Liquid

Nama Produk Ukuran Gambar Produk

5 ml
15 ml
Betadine
30 ml
Solution
60 ml
1 liter
5 ml

Ointment 10 ml

20 ml

60 ml

Sabun Cair

100 ml

Feminine
60 ml
Hygiene

20
Tabel 3.1. Lanjutan

Nama Produk Ukuran Gambar Produk

100 ml

Vag Douche

225 ml

100 ml

Obat Kumur

190 ml

Stick 0.2 ml

3.2.2 Produk Solid


Tabel 3.2. Produk Solid

Nama Produk Ukuran Kegunaan

Calplex

Imforce Plus FCC

Neofer FCC

OCU-V FCC

21
Tabel 3.2. Lanjutan
Patral FCC
BD-Gard Caps
Betalans

Betarhin

LQ-500
15 Mg
Meflam
7.5 Mg
10 Mg
15 Mg
MST Continus

30 Mg

Nalitik Kapsul 200 Mcg

Mipros Tablet 200 Mcg


Hesroid Kaplet
20 Mg
Pepzol
40 Mg
4 Mg
Vometron
8 Mg
Xilon 4 Mg
15 Mg
Protaz
30 Mg
Ultimax Joint
Kaplet
Prelin
Prinol

22
Tabel 3.2. Lanjutan

Ondansetron 4 Mg
Tablet 8 Mg

10 Mg
Amlodipine
5 Mg

15 Mg
Meloxicam

7.5 Mg

16 Mg

Methylprednisolone 4 Mg

8 Mg

20 Mg

Pantoprazole

40 Mg

Clopidogrel Tablet
15 Mg
Pioglitazone Tablet
30 Mg
Acetylcystein
Kapsul
Misoprostol 200 Mcg
Pregabalin Kapsul
Citicoline Kaplet
Calpro Caplet
Collastin Beauty
Capsul

23
3.2.3 Produk Injeksi
Tabel 3.3. Produk Injeksi

Nama Produk

AMIKACIN 250 MG / 2 ML INJEKSI


AMIKACIN 500 MG / 2 ML INJEKSI
ASAM TRANEKSAMAT INJ
250MG/5ML
BETRIX 1 G INJ
CEFAZOLINE SERBUK INJ 1 gr
CEFEPIME 1G DRY INJ
CEFOJECT 1 G INJ
CEFOPERAZONE 1 G DRY INJEKSI
CEFOTAXIME INJEKSI
CEFPIROME SERBUK INJEKSI
CEFTAZIDIME SERBUK INJEKSI 1 G
CEFTRIAXONE INJEKSI
CEFUROXIME INJEKSI
CITICOLINE 250 MG / 2 ML INJ
CITICOLINE 500 MG / 4 ML INJ
EPHEDRIN INJEKSI 50 MG / ML
FALOCEF 1 G INJEKSI
FOBET 1 G INJ
IMIPENEM CILASTATIN SERBUK INJ
KETOROLAC 10 MG INJEKSI
KETOROLAC INJEKSI
LARCE INJEKSI 1000 MG 5'S
LARCE INJEKSI 200 MG 5'S
LARCE INJEKSI 500 MG 5'S
MATOLAC 30 MG/1 ML INJ 5'S
MEROCEF 1 G INJ
MEROPENEM 500 MG DRY INJEKSI
METHYLPREDNISOLONE 125 DRY
INJ
MIKAJECT 250 MG/2ML INJ
MIKAJECT 500 MG/2ML INJ
OMEPRAZOLE INJEKSI 40 MG
ONDANSETRON HCl INJ 2 MG/ML
PANTOPRAZOLE 40 MG INJ 10'S
PANTOPRAZOLE 40 MG INJEKSI

24
Tabel 3.3. Lanjutan
PEPZOL 40 MG INJ
PIRACETAM INJEKSI 1 G / 5 ML
TRAMADOL HCL INJ 50 MG/ML 10'S
VASODRIN INJEKSI 50 MG / ML
VOMETRON 4 MG/2 ML INJ 5'S
VOMETRON 8 MG/4 ML INJ 5'S
XILON 125 MG/2 ML INJ
ESOMEPRAZOLE DRY INJECTION 40
NEXIGAS INJEKSI 40 MG

3.3. Proses Produksi


Proses produksi pada PT. MBF terbagi menjadi dua bagian besar pada
bangunan MBF yaitu pada lantai tiga yang menjadi tempat produksi obat
betadine (liquid), dan pada lantai empat yang menjadi tempat produksi obat
generic dan paten (solid dan injeksi), serta narkotika.

Produksi dilakukan secara make to stock dimana produk yang dibuat tiap
bulannya sesuai dengan data peramalan yang telah dibuat. Peramalan juga
selalu berubah-ubah secara dinamis setiap harinya. Secara keseluruhan
prosedur pembuatan jadwal produksi mingguan adalah sebagai berikut:

25
Mulai

Pengumpulan variabel yang


diperlukan: Projected sales forecast,
stok WIP, stok FIG, dan safety stock.

Rencana produksi
enam bulan

Pembelian material
dengan
memperhatikan
BOM dan Lead Time

Permintaan
Material cukup? Tidak pembelian bahan
baku/ bahan kemas

Ya

Rencana produksi
mingguan

Material
Tidak
lengkap?

Ya

Jadwal
produksi
mingguan

Selesai

Gambar 3.2. Diagram Alir Penjadwalan Produksi

a. Mulai
b. Penentuan Variabel yang Diperlukan
Tahap pertama ini merupakan proses peramalan permintaan selama beberapa
bulan ke depan. Selain itu dilihat juga stok FIG, WIP, dan safety stock yang

26
dimiliki pada gudang untuk nantinya menentukan berapa besarnya produk yang
harus diproduksi.
c. Rencana Produksi Enam Bulan
Langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan produksi untuk enam bulan
ke depan. Perencanaan ini mempertimbangkan peramalan yang telah dilakukan
sebelumnya.
d. Pembelian Material
Setelah perencanaan produksini ini dilakukan maka pihak PPIC akan meminta
bagian purchasing untuk membuatkan PO pembelian material yang diperlukan.
e. Pengecekan Kecukupan Material
Material yang sudah dipesan dan datang dicek kembali apakah cukup untuk
digunakan selama enam bulan ke depan.
f. Rencana Produksi Mingguan
Setiap minggunya akan dilakukan perencanaan produksi. Perencanaan ini akan
melihat rencana produksi enam bulan yang sudah dibuat sebelumnya. Dalam
satu minggu akan ada lima batch produk yang diproduksi.
g. Pengecekan Kelengkapan Material
Karena hasil dari peramalan tidak selalu akurat maka bisa jadi ada material yang
tidak memadahi karena produksi yang sebelumnya ternyata memerlukan material
yang lebih banyak maka pengecekan material dilakukan kembali sebelum
memasuki tahap produksi.
h. Jadwal Produksi Mingguan
Jadwal produksi mingguan akan release setiap minggunya.
i. Selesai

3.3.1 Lantai Produksi Betadine


Lantai produksi Betadine terletak di lantai tiga Gedung MBF. Produksi yang
dilakukan merupakan sistem produksi flowshop dimana alirannya selalu
berurutan dan tidak terdapat aliran yang berbalik ke proses sebelumnya. Proses
produksi pada lantai tiga secara umum adalah sebagai berikut:

27
Mulai

Mixing bahan

Filling cairan ke
dalam kemasan

Sampling hasil jadi


untuk dicek
kualitasnya

Memasukkan
Harus dilakukan Penyimpanan pada
Tidak Packaging produk jadi pada Selesai
batching pada botol? warehouse
master box

Ya

Batching pada botol

Gambar 3.3. Diagram Alir Sistem Produksi Lantai Tiga

Penjelasan dari diagram alir di atas untuk sistem produksi di lantai tiga adalah
sebagai berikut:
a. Mulai
b. Mixing
Raw material (RM) yang menjadi formula untuk membuat Produk Betadine
dicampurkan terlebih dahulu pada alat yang digunakan. Pencampuran ini bisa
berlangsung selama 4-5 jam tergantung produk yang akan dibuat. Bahan yang
sudah di-mixing akan disampling untuk diuji kualitasnya sebelum dimasukkan ke
dalam botol-botol kemasan primer.
c. Filling
Setelah proses pencampuran formula selesai untuk produk salep harus melalui
proses pengerasan terlebih dahulu selama beberapa hari. Namun sebagian
besar dari produk Betadine akan langsung dituangkan pada kemasannya
masing-masing yaitu proses filling.
Proses filling ini terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu filling otomatis dan
filling semi otomatis. Filling otomatis berarti botol akan berjalan melalui conveyor

28
lalu mesin akan mengisi secara otomatis kemasan yang berjalan melaluinya.
Biasanya botol ukuran kecil atau medium akan melalui tahap ini. Kelompok
berikutnya adalah filling semi otomatis dimana cairan akan keluar dari mesin
secara otomatis namun operator harus mengarahkan selang pada botol-botol
yang tersedia. Produk yang melalui proses ini adalah produk dengan kemasan
yang ukurannya cukup besar.
d. Sampling Hasil Jadi
Botol-botol yang sudah terisi dengan cairan akan diambil beberapa (sesuai
dengan ketentuan) untuk dianalisis formula campurannya serta kualitasnya.
Pengecekan ini lebih pada isi cairan pada dalam botol.
e. Batching
Proses batching adalah proses pemberian kode pada botol produk. Tidak semua
botol akan melalui proses ini karena pada beberapa produk, nomer kode terdapat
pada box packagingnya. Setelah proses ini beberapa produk juga akan
mendapat plastik pelapis tutup kemasan.
f. Packaging
Hasil dari produk Betadine obat merah, stick, dan salep yang dihasilkan lalu
dimasukkan ke kemasan box kecil (kemasan sekunder) sebelum dimasukkan ke
dalam box besar.
g. Master Box
Produk betadine sudah selesai mendapat seluruh perlakuan lalu dikemas pada
master box untuk dimasukkan ke dalam gudang barang jadi.
h. Penyimpanan
i. Selesai

3.3.2 Lantai Produksi Obat Tablet dan Steril


Lantai produksi obat tablet, obat injeksi, serta narkotika terletak di lantai empat
Gedung MBF. Sistem produksi yang ada di lantai ini adalah sistem produksi
flowshop namun lebih kompleks apabila dibandingkan dengan produksi liquid
yang berada di lantai tiga. Tingkat kerumitan yang terjadi dikarenakan produk
tablet yang lebih banyak variasinya dan setiap produk memerlukan perlakuan
dari mesin yang berbeda-beda. Maka urutan dari pengerjaannya juga berbeda-
beda. Secara umum proses produksi pada lantai empat (solid) adalah sebagai
berikut:

29
Mulai

Menimbang Raw
material (RM)
sesuai formula

RM butuh
Pengayakan RM
pengayakan?

Tidak

Pemanasan
RM melalui granulasi
menggunakan oven
basah atau kering
atau FBD

Kering

Final Mixing

Obat dalam bentuk


Filling kapsul
tablet/ kapsul?

Tablet

Pencetakan tablet

Sampling setiap 20
tablet dan dibawa
ke QC

Tablet memerlukan
Proses coating Ya
proses coating?

Tidak

Sampling hasil jadi


untuk dicek
kualitasnya

Stripping

Memasukkan
Penyimpanan pada
Packaging produk jadi pada Selesai
warehouse
master box

Gambar 3.4. Proses Produksi Solid

Penjelasan dari diagram alir di atas adalah sebagai berikut:


a. Mulai
b. Penimbangan Raw Material (RM)

30
Raw material (RM) yang masuk ke ruang produksi dari bagian gudang akan
ditimbang terlebih dahulu menurut kebutuhan masing-masing produk yang akan
diproduksi.
c. Pengayakan
Beberapa produk yang akan diproduksi harus melalui proses pengayakan
terlebih dahulu. Apabila jumlah RM yang akan diproduksi sedikit maka proses
mixing tidak dilakukan menggunakan mesin namun hanya melalui proses
pengayakan saja.
d. Mixing
Proses mixing adalah proses pencampuran satu raw material dengan raw
material lainnya. Proses mixing ini dilakukan dalam rentang waktu tertentu dan
untuk beberapa produk harus dilakukan beberapa kali.
e. Granulasi Basah atau Kering
Terdapat dua jenis granulasi yaitu granulasi basah atau kering. Proses granulasi
adalah proses pembesaran ukuran dari raw material. Granulasi kering pada
prosesnya tidak membutuhkan air sedangkan untuk granulasi basah
membutuhkan larutan bahan pengikat air. Hasil dari granulasi kering dapat
langsung dicetak dalam bentuk tablet sedangkan hasil dari granulai basah harus
dikeringkan terlebih dahulu menggunakan oven atau FBD.
f. Pencetakan Tablet
Obat yang berbentuk tablet akan dicetak menggunakan mesin pencetak tablet.
g. Filling Kapsul
Obat yang berbentuk kapsul akan melalui proses pengisian obat ke dalam
kapsul.
h. Sampling
Pada proses pencetakkan tablet maupun filling kapsul setiap 30 menit akan
dilakukan sampling hasil pencetakkan atau filling. Sampling ini dilakukan oleh
bagian QC untuk memastikan bahwa keadaan obat selalu baik.
i. Coating
Proses coating adalah proses pelapisan bagian luar dari tablet. Beberapa produk
tablet harus melalui proses coating setelah pencetakkan untuk menjaga formula
dari obat tersebut.
j. Sampling
Hasil jadi dari keseluruhan obat akan disampling kembali untuk dilakukan
beberapa pengujian seperti uji kekerasan, uji kerapuhan, serta uji kelarutan.

31
Setiap obat harus lolos terhadap uji ini sebelum dinyatakan baik untuk
dikonsumsi.
k. Stripping
Proses stripping adalah proses pengemasan obat pada packaging primernya.
Bahan kemas yang digunakan adalah alufoil dimana alufoil ini memiliki dua
lapisan yaitu lapisan luar dan dalam. Proses stripping ini menggunakan mesin
khusus dan setiap obat akan dimasukkan ke dalam mesin yang memenuhi
spesifikasi ukuran obat.
l. Packaging
m. Memasukkan Produk dalam Master Box
n. Penyimpanan
o. Selesai

Lantai empat juga digunakan sebagai tempat produksi obat steril, secara umum
proses dalam produksi obat steril ini dibagi menjadi dua diagram alir yaitu
pembersihan mesin dan produksi obat. Urutan dalam produksi obat steril adalah
sebagai berikut:

32
Mulai

Persiapan produksi
(H-1)

Fogging ruangan

Sterilisasi dan
autoclave

Integrity filter

CIP dan SIP

Selesai

Gambar 3.5. Urutan Pembersihan Mesin Steril

a. Mulai
b. Persiapan produksi: persiapan produksi meliputi sterilisasi ruangan yang
akan digunakan, sterilisasi peralatan, serta sterilisasi baju yang akan
digunakan. Persiapan produksi ini dilakukan H-1 dari jadwal produksi yang
telah ditentukan.
c. Fogging ruangan: sebelum memproduksi obat-obatan aseptis ruangan
produksi harus di fogging terlebih dahulu.
d. Sterilisasi dan autoclave: tahap ini juga merupakan bagian dari sterilisasi
ruangan.
e. Integrity filter
f. CIP dan SIP: CIP adalah cleaning in place dan SIP adalah sterilisasi in
place. Kedua hal ini adalah proses pembersihan mesin yang akan digunakan

33
menggunakan program komputer. Maka tidak ada campur tangan manusia
di dalamnya.
g. Selesai.

Mulai

Penimbangan bahan
baku (H-1)

Ampoule/ vial
Mixing bahan baku
washing

Filling

Autoclave

Selesai

Gambar 3.6. Urutan Produksi Steril

a. Mulai
b. Penimbangan bahan baku: bahan baku akan datang dan akan ditimbang
satu hari sebelum hari produksi.
c. Mixing: bahan baku yang telah ditimbang kemudian dimixing menggunakan
mesin.
d. Ampoule/ vial washing: saat bahan baku sedang dimixing, ampoule atau vial
yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu menggunakan mesin. Kedua
proses ini (mixing dan pencucian) berjalan bersamaan.
e. Filling: bahan baku yang sudah selesai dicampur akan langsung ditransfer
ke ruangan filling. Bahan baku ini akan ditampung dalam tandon. Ampoule
atau vial yang sudah selesai dicuci juga akan ditransfer ke ruangan filling.

34
Kemudian secara otomatis mesin akan menuangkan campuran ke dalam
ampoule atau vial yang bergerak.
f. Autoclave: produk-produk yang sudah jadi akan dimasukkan ke dalam
autoclave untuk disterilisasi.

3.4. Fasilitas Produksi


3.4.1. Mesin di Lantai Produksi Liquid
Berikut adalah daftar mesin yang digunakan di lantai produksi liquid.
a. Gedung Mahakam Beta Farma

Tabel 3.4. Mesin di Gedung MBF

Lokasi No Nama mesin

Mixing Liquid
1 Mixer 1000 liter-1
2 Mixer 1000 liter-2
Filling Liquid
1 Capping B O K <A>
2 Blow & Suction
3 Capping B O K <B>
4 Capping BVD <A>
5 Filling B O K
Lantai 2 6 Filling BOK
Solid (Tablet & Kapsul)
1 Filling kapsul
2 Fluid Bad Dryer
3 Granulator
4 Oven Power
5 Polish kapsul
6 Stripping Kunglong IX
7 Tablet Coater - 2
8 Turbin Homogenizer 100L

35
Tabel 3.4. Lanjutan
Mixing & Filling Liquid
1 Auto Air Washing CJA-700
2 Auto Bottle Filling & Capping HFC-60 (Syrup)
3 Auto Bottle Unscrambler (Solution) - (5 ml) No 1
4 Auto Bottle Unscrambler (Solution) - (5,15, 30 ml) No 2
5 Auto Bottle Washing (Syrup)
6 Auto Capping (Measuring Cup) (Gargle)
7 Auto Filling & CappingAFC-100 (Feminine)
8 Auto Filling & Capping AFC-100 (Gargle)
9 Auto Filling Fillomatic
10 Auto Filling, Plugging & Capping AFC-150 (Solution) - (5 ml) No 1
11 Auto Filling, Plugging & Capping AFC-150 (Solution) - (5,15, 30 ml) No 2
12 Capping Betsol 60ml <A>
13 Capping Betsol 60ml <C>
4 Capping Sabun Cair 60-100ml <A>
5 Capping Sabun Cair 60-100ml <B>
6 Capping SemiAuto betsol 60ml export
14 Centrifugal Stick Bando
Lantai 3 15 CIP/SIP Line System Sanitasi
16 Cotton Bud ex lt 2
17 Cotton bud
18 Cramping Betsol 60ml <B>
19 Filling 60, 190, BOK (Sabun Cair)
9 Filling Betsol 100ml, 190ml, 1 liter, 1 Galon
10 Filling Betsol 30, 60, 100, 190, 226ml
11 Filling BETSOL 60,90
20 Filling Stick Bakoh
21 Liquid Weighing System (Transfer Liquid)
22 Mixer Homoginezer 80 Kg
23 Mixer Homoginezer 25 kg
24 Mixer Homoginezer 80 Kg
25 Mixing & Holding Tank (Betadine 1000 L)
26 Mixing & Holding Tank (Gargle Solution 2500 L)
27 Mixing Syrup Automatic 500 L
28 Pemanas Sabun cair
29 Sachet stick Betsol
30 Tube Filling

36
Tabel 3.4. Lanjutan
Kemasan
1 Batch Doss
2 CVC Lebeller (solution)
3 E Sleeve 1
4 E Sleeve 2
Lantai 3 Cartopak
5 Pack Leader (Solution)
6 Shrink tunnel <A>
7 Shrink tunnel <B>
8 Shrink tunnel <C>
9 Stream Feeder
Solid (Tablet & Kapsul)
1 Capsule Filling (Standar & pellet)
2 Coating Tablet
3 Deduster 1
4 Deduster 2
5 Deduster 3
6 Dehumdifier
7 Drum Mixer 300
8 Drum Mixer
9 Drying Oven
10 FBD
11 High Speed Granulator
12 High Speed Mixer
Lantai 4
13 Metal detector
14 Metal detector
15 Metal detector
16 Mixer Ultra (baru)
17 Mixer Ultra (Kalabortechnik)
18 Stripping - 1
19 Stripping - 2
20 Stripping -3
21 Stripping
22 Super Mixer 50 kg
23 Tablet Coater - 1
24 Tablet Press - 1
25 Tablet Press - 2

37
Tabel 3.4. Lanjutan
26 Tablet Press - 3
27 Rimix Mill
28 Super Mixer 5 kg
29 Drum mixer 20L
Sterile (Injeksi)
1 Ampoule Filling & Sealing Machine Truking
2 Ampoule Sterilization & Drying Tunnel Truking
3 Ampoule Vertical Ultrasonic Washing Machine Truking
Lantai 4 Autoclave - 1 (De Lama) DLOV 30-12 2S
4 5 Autoclave - 2 (De Lama) DLOV 30-12 2S
6 Holding Tank 100 L (Tetrapak)
7 Mixing Tank 100 L (Tetrapak)
8 Vial Depyrogenating Tunnel for vial (Steriline)
9 Vial Microdosing Filling and Capping Machine for Vial Romaco Micro 6
10 Vial Rotary Washing Machine for Vial (Steriline)
Kemasan LT 4 MBF
1 Dynafold
2 Labelling Machine Chin Yen CY1500A-N

b. Gedung Cephalosporin
Tabel 3.5. Mesin di Gedung Cephalosporin

Lokasi No Nama mesin

Solid
1 Automatic capping machine
2 Bottle Rinsing Machine
3 Capsule Filling
4 Capsule Polishing
Lantai 3 5 Drum Mixer 300 L
7 Labelling Machine
8 Metal detector
9 Powder Filling Machine (for Dry Syrup)
10 Striping
11 Sugar Sifter

38
Tabel 3.5. Lanjutan
Injeksi
1 Autoclave
2 Labelling Machine
Lantai 4
3 Vial Depyrogenating Steriline
4 Vial Microdosing Filling and Capping Machine for Vial
5 Vial Rotary Washing Machine for Vial Steriline
R&D
1 Cetak Mini
2 Coating Super
3 Coloid Mill
Lantai 2
4 FBD
6 Granulator
5 Super mixer
6 Vacuum emulsifier

3.4.2. Tata Letak Lantai Produksi


Lantai produksi terdapat pada lantai dua dan lantai tiga gedung MBF. Pada lantai
dua terdapat lantai produksi untuk produk liquid sedangkan pada lantai tiga
terdapat bagian produksi obat solid dan injeksi. Berikut adalah tata letak dari
lantai produksi obat solid dan injeksi:

39
Gambar 3.7. Tata Letak Lantai Produksi Solid

40
Gambar 3.8. Tata Letak Lantai Produksi Injeksi

3.4.3. Gudang Bahan Baku


Gudang bahan baku terbagi menjadi dua ruangan utama. Ruangan pertama
adalah ruang bahan baku yang dapat disimpan dalam ruangan dengan suhu
ruangan. Ruangan kedua adalah ruang bahan baku yang harus disimpan dalam
ruangan dengan suhu di bawah 25ºC. Tidak terdapat aturan khusus dalam
meletakkan barang pada gudang bahan baku. Namun apabila terdapat lebih dari
satu jenis barang dalam satu rak yang sama harus diberi penyekat dalam
meletakkan bahan baku tersebut.

Pada gudang bahan baku dengan suhu kamar terdapat rak-rak penyimpanan
khusus untuk bahan-bahan yang mudah terbakar, botol yang mudah pecah, dan
kulkas penyimpanan. Berikut adalah gambar-gambar dari gudang bahan baku.

41
Gambar 3.9. Penyimpanan Suhu Kamar

Gambar 3.10. Penyimpanan Bahan Mudah Terbakar

42
Gambar 3.11. Penyimpanan Botol

Gambar 3.12. Kulkas Penyimpanan

43
Gambar 3.13. Tempat Barang Reject

Gambar 3.14. Ruangan dengan Suhu Khusus

Ketika memasuki gudang bahan baku setiap operator maupun tamu harus
mengenakan helm pengaman. Hal ini ditujukan untuk keselamatan kerja agar
terhindar dari barang yang jatuh. Bahan baku yang baru datang dari supplier
harus ditimbang dan dicek terlebih dahulu isinya oleh bagian QC, maka barang-
barang yang barusan datang akan dikaratina terlebih dahulu. Agar barang-
barang ini tidak tercampur dengan barang yang sudah release maka diletakkan
terpisah dengan diberi rantai berwarna kuning atau diletakkan pada marka
berwarna kuning.

44
Gambar 3.15. Pemisah Barang yang Belum Release

3.4.4. Gudang Barang Jadi


Gudang barang jadi terbagi menjadi dua bagian besar disebut bagian A dan
bagian B. Bagian A adalah gudang bahan jadi untuk obat-obat tablet (non-
betadine) sedangkan bagian B adalah gudang bahan jadi untuk obat-obat
betadine. Berikut adalah tata letak dari gudang barang jadi.

Gambar 3.16. Layout Gudang Barang Jadi

Alur gudang barang jadi terbagi menjadi empat alur utama. Pertama adalah
inbound activities, inbound storage activities, outbound to DMA, dan export
activity. Alur inbound activities adalah alur dimana barang jadi akan masuk dari
bagian produksi menuju gudang. Alur inbound storage activities adalah alur

45
barang yang sudah diterima gudang untuk dimasukkan pada rak-rak yang
tersedia, alur outbound to DMA adalah alur barang yang akan keluar menuju
gudang DMA, yaitu distributor dari MBF, dan yang terakhir adalah alur export
activities adalah alur barang yang keluar dari gudang barang jadi untuk
dikirimkan ke luar negeri. Setiap alurnya akan dijelaskan lebih rinci pada paragaf
selanjutnya.

Inbound activities diawali dengan datangnya barang dari bagian produksi. barang
tersebut lalu dikemas secara manual dan dicek kelengkapan dokumennya.
Kemudian akan di bawa menuju ruangan penyimpanan dan diberikan surat
keterangan jalan untuk produk tersebut.

Inbound storage activities adalah aktivitas memasukkan barang yang sudah


masuk pada lorong gudang pada rak yang telah tersedia. Barang yang sudah
masuk ke gudang dicek keadaan fisik dengan surat jalannya. Kemudian
menggunakan pallet mover handling dipindahkan ke rak-rak yang tersedia.
Selanjutnya dikeluarkan surat laporan penyimpanan barang.

Outbond activities adalah aktivitias pengeluaran barang ke gudang DMA yang


berupakan distributor dari MBF. Aktivitas ini dimulai dari masuknya PO yang
dikirimkan oleh DMA. Kemudian akan mengambil barang yang sesuai dengan
PO. Setelah barang dikeluarkan bersamaan dengan DO maka barang siap
dikirimkan ke DMA.

Export activitiy adalah aktivitas pengiriman barang dari MBF ke luar negeri.
Bagian gudang akan mengeriman dokumen OC kemudian akan melakukan
pengecekan stok. Selanjutnya barang yang akan dikirim dikemas terlebih dahulu.
Setelah mendapatkan surat jalan, barang akan dikirimkan ke pelabuhan.

3.4.5. Peralatan Pendukung


Peralatan pendukung yang digunakan di MBF yang biasanya digunakan di
gudang dan material handling yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Forklift
Forklift digunakan untuk pengangkutan pallete barang jadi yang diturunkan
melalui lift dari lantai produksi.

46
Gambar 3.17. Forklift

b. Hand Pallete
Hand pallete digunakan untuk membawa pallete yang sudah berada didalam
warehouse. Barang-barang yang akan diletakkan pada bagian bawah rak akan
dibawa menggunakan material handling ini.

Gambar 3.18. Hand Pallete

c. Pallete Mover Handling


Pallete mover handling ini memiliki kegunaan yang sama seperti hand pallete
namun sudah bergerak secara otomatis dan pada bagian lengannya dapat
secara otomatis menaikkan barang ke rak yang lebih tinggi.

47
Gambar 3.19. Pallete Mover Handling (1)

Gambar 3.20. Pallete Mover Handling (2)

d. Pallete
Barang-barang yang ada di gudang MBF akan diletakkan pada satu pallete.
Setiap pallete akan berisi satu batch produk.

Gambar 3.21. Pallete

48
e. Lift Barang
Lift barang digunakan untuk transfer barang dari ruang produksi di lantai tiga dan
empat ke gudang atau pemindahan barang lain dari satu lantai ke lantai lainnya.
f. Thermohydrograph
Thermohydrograph digunakan untuk mengetahui kondisi suhu di gudang. Alat ini
akan menggambarkan perubahan suhu di gudang setiap jamnya. Alasan
penggunaan thermohydrograph dibandingkan dengan pengukur suhu lain yang
lebih otomatis adalah alat ini langsung menggambarkan grafik yang dapat
langsung dilihat. Hal ini dapat memudahkan operator untuk mengetahui apabila
ada perubahan yang terjadi atau diperlukan tindakan lanjut terkait suhu ruangan.

Gambar 3.22. Thermohydrograph

g. Timbangan
Timbangan bahan baku ini dapat mengukur hingga massa sebesar 300 kg.
Setiap barang yang datang dari supplier bahan baku akan ditimbang terlebih
dahulu sebelum dilakukan pengecekkan di departemen QC. Barang yang keluar
dari gudang bahan baku juga akan ditimbang terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
supaya ketika bahan baku dikembalikan lagi oleh bagian produksi (karena
produksi tidak menggunakan seluruh bahan baku) dapat dicek kembali oleh
pihak gudang apakah selisih yang dikembalikan masih rasional atau tidak.

Gambar 3.23. Timbangan Bahan Baku

49
h. Rak

Gambar 3.24. Rak Penyimpanan

50
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

4.1. Lingkup Pekerjaan


Mahasiswa pada saat kerja praktek ditempatkan pada departemen supply chain
bagian PPIC. Mahasiswa didampingi oleh Ibu Fanny Widjaja (Ass. Manager
PPIC) dalam melaksanakan kerja praktek. Bagian PPIC di PT Mahakam Beta
Farma (MBF) memiliki wewenang dalam membuat jadwal produksi setiap
minggunya, menentukan kapan pembelian barang harus dilakukan, mengontrol
persediaan yang ada di gudang dan hal lainnya yang berhubungan dengan
produksi dan persediaan. Departemen PPIC ini berhubungan erat dengan
departemen purchasing karena dalam pembelian barang PPIC sangat
bergantung dengan bagian purchasing.

Bagian PPIC terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu material planning yang
mengurus bagian kebutuhan material komersil baik bahan baku maupun bahan
kemas yang akan digunakan untuk produksi, kedua adalah production planning
yaitu bagian yang mengurus penjadwalan produksi setiap minggunya dan diurai
lagi menjadi produksi harian, terakhir adalah bagian toll out planning yang
megurus bagian produksi obat ke luar MBF. Bagian terakhir ini ada dikarenakan
ada beberapa produk MBF yang belum dapat diproduksi sendiri maka harus
diproduksi di pabrik lain.

Tugas mahasiswa meliputi penanganan proses produksi serta pengeditan data


apabila diperlukan oleh bagian kantor PPIC. Berdasarkan tugas yang diberikan
maka setiap harinya mahasiswa akan melakukan kunjungan pada bagian
produksi (antara bagian produksi pada lantai tiga maupun lantai empat) untuk
melakukan pengamatan secara langsung dan menganalisis bagian-bagian mana
yang sekiranya memerlukan perbaikan.

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa setiap hari dimulai pada jam 07:30
yaitu jam masuk kerja sampai jam 16:30 dengan waktu istirahat selama satu jam.
Apabila terdapat data-data tugas yang belum diselesaikan pada hari sebelumnya
maka akan diselesaikan terlebih dahulu pada hari berikutnya. Tugas yang
diberikan pada mahasiswa terbagi menjadi dua bagian utama yaitu tugas
pengolahan data di kantor dan tugas untuk langsung turun ke lantai produksi.

51
Tugas yang berhubungan dengan data kantor meliputi pengeditan data atau
revisi BOM berdasarkan master formula yang telah diperbarui setiap bulannya.
Update data ini dilakukan supaya apabila ada terdapat pergantian isi BOM dari
departemen R&D segera diketahui untuk dilakukan pemesanan. Selain itu
mahasiswa juga mendapatkan tugas untuk membuat perencanaan pengiriman
botol packaging dari supplier. Perencanaan pengiriman botol ini memperhatikan
persediaan terakhir yang juga selalu terupdate setiap harinya. Data-data lain
yang berhubungan dengan persediaan juga menjadi salah satu dari tugas-tugas
kantor yang dikerjakan oleh mahasiswa.

Tugas lain yang diterima mahasiswa adalah tugas yang berhubungan dengan
lantai produksi. Mahasiswa akan langsung mengamati di lantai produksi baik
lantai tiga (bagian obat liquid) dan lantai empat (bagian obat solid). Data yang
dicari seperti kapasitas setiap mesin, mengukur waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan sebuah produk, produktivitas, dan lain sebagainya. Melalui data
yang didapatkan ini kemudian dianalisis. Terkait hasil analisis akan dijelaskan
pada bagian tanggung jawab dan wewenang dalam pekerjaan.

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan


4.2.1. Pekerjaan yang Berhubungan dengan Kantor
a. Tugas 1
Tugas pertama yang diterima oleh mahasiswa adalah mengecek perancangan
pembelian botol dan tutup botol Bulan Juli dan melakukan perancangan
pembelian untuk Bulan Agustus dan Bulan September. Berikut adalah cuplikan
dari tabel perancangan persediaan botol dan tutup botol.

Gambar 4.1. Cuplikan Konfimasi Kedatangan Botol

Pada tabel di atas angka 12, 17, dan seterusnya merupakan jadwal kedatangan
dari botol yang dipesan. Sedangkan pada bagian konfirmasi adalah keadaan real
dari supplier kapan botol dapat dikirim dan sampai di MBF. Pemesanan botol
dianggap sudah cukup apabila tidak terdapat kekurangan stok dalam melakukan
produksi. Apabila masih terdapat botol yang belum mencukupi maka mahasiswa
dapat memberikan usulan penambahan pemesanan botol tersebut. Aturan dalam

52
melakukan pemesanan adalah botol atau tutup botol yang datang pada minggu
ke n akan siap digunakan pada minggu ke n+2.

Selanjutnya mahasiswa melakukan peracangan pembelian botol dan tutup botol


untuk Bulan Agustus dan Bulan September. Selain itu juga dilakukan
perancangan minggu produksi untuk produk-produk yang terkait dengan botol
yang dijadwalkan pembeliannya.

b. Tugas 2
Penentuan safety stock (SS) dan reorder point (ROP) harus selalu dilakukan
agar tingkatan yang ditentukan selalu menggambarkan keadaan pemakaian
bahan baku maupun bahan kemas. Namun pada kenyataannya tingkat SS dan
ROP di MBF sudah lama tidak diperbarui datanya. Maka pada tugas kedua yang
diberikan, mahasiswa mendapat tanggung jawab untuk menentukan tingkat SS
dan ROP dari bahan baku dan bahan kemas. Pada kasus persediaan ini
dibutuhkan beberapa variabel untuk mendapatkan nilai SS dan ROP yaitu data
permintaan masa lalu serta lead time pengiriman barang. Berikut adalah tabel
data permintaan masa lalu serta lead time bahan kemas.

53
Gambar 4.2. Cuplikan Data Permintaan Masa Lalu dan Lead Time

54
Dari kedua variabel tersebut diketahui bahwa data permintaan masa lalu bersifat
probabilistik karena berubah-ubah setiap bulannya sedangkan untuk data lead
time bersifat statis atau tidak berubah-ubah. Maka dalam penentuan SS dan
ROP akan menggunakan metode EOQ “probabilitized”

c. Tugas 3
Seringkali perusahaan membeli barang karena merasa persediaan yang ada
pada gudang namun ternyata persediaan yang dimiliki di gudang masih banyak.
Hal ini mengakibatkan adanya persediaan yang berlebihan atau overstock.
Mahasiswa diminta untuk menentukan barang apa saja yang dirasa menjadi
barang yang overstock di gudang. Dokumen yang diberikan pada mahasiswa
untuk mendukung pelaksanaan tugas ini adalah dokumen inventory yang berisi
data persediaan suatu produk, data peramalan dari produk yang harus
menggunakan bahan kemas atau bahan baku tersebut, serta dokumen lead time.

55
Gambar 4.3. Cuplikan Data Inventory

56
Pada cuplikan tabel di atas bagian average consumption menunjukkan rata-rata
penggunaan suatu bahan kemas persatuan bahan kemasnya. Sedangkan net
inventory without ED menunjukkan jumlah bahan kemas yang sekarang tersedia
di gudang. Perhitungan net inventory level adalah dengan membagi persediaan
yang ada dengan rata-rata kebutuhan, hasil dari perhitungan ini menunjukkan
gambaran mengenai berapa lama bahan kemas tersebut akan habis.

4.2.2. Tugas yang Berhubungan dengan Produksi


a. Tugas 1
Produk-produk yang diproduksi oleh MBF sangatlah bervariasi. Mulai dari produk
dengan jenis liquid, solid, sampai injeksi. Setiap produk ini dihasilkan melalui
berbagai macam proses menggunakan mesin-mesin yang berbeda. Namun
beberapa produk juga akan melewati proses atau mesin yang sama. Untuk
produksi di lantai produksi liquid, setiap harinya akan berjalan produksi untuk
lima batch produk yang berbeda ataupun melanjutkan batch yang masih belum
selesai. Apabila dari lima batch tersebut harus diproses pada satu mesin yang
sama maka kapasitas dari mesin harus diperhatikan apakah kapasitas yang
dimiliki oleh mesin tersebut untuk memproduksi beberapa batch dalam n jam
cukup atau tidak. Tugas ini dibagi untuk setiap lantai produksi yaitu untuk mesin
di produksi liquid, solid, dan injeksi.

Mahasiswa harus mengelompokkan setiap produk harus melalui proses apa saja
sebelum akhirnya keluar menjadi produk jadi. Selain itu mahasiswa juga harus
mencari data untuk waktu yang dibutuhkan suatu produk dihasilkan dari setiap
mesin yang digunakan. Hasil akhir yang diharapkan dari pengelompokkan produk
ini adalah membandingkan kapasitas setiap mesin selama n hari kerja dengan
kebutuhan waktu yang seharusnya disediakan untuk jadwal produk yang akan
diproduksi. Hal ini dilakukan agar diketahui dengan lebih mudah apakah jadwal
produksi yang akan dilakukan dapat tercukupi atau tidak.

b. Tugas 2
Permasalahan lain yang erat hubungannya dengan suatu sistem produksi adalah
adanya stasiun bottleneck. Stasiun bottleneck adalah stasiun atau dalam kasus
ini adalah mesin yang kerjanya menghambat kerja mesin setelah maupun
sebelumnya. Hal ini bisa disebabkan karena kapasitas mesin yang kecil atau
waktu kerja mesin yang cukup lama. Karena hal ini mesin sebelumnya yang bisa

57
bekerja lebih cepat dalam menghasilkan produk harus menumpuk produk hasil
mesin tersebut untuk menunggu kerja mesin bottleneck yang belum selesai.

Mesin bottleneck tidak hanya mengakibatkan penumpukkan barang namun juga


dapat mengakibatkan produksi yang terlambat karena produk harus saling
menunggu mesin.

Kasus mesin bottleneck ini juga dialami oleh sistem produksi yang ada di MBF.
Pada beberapa mesin di lantai produksi liquid dan solid. Mesin ini digunakan oleh
beberapa produk sekaligus padahal jumlah mesin yang dimiliki hanya satu buah.
Maka terjadi penumpukkan botol dari proses sebelumya. Tugas mahasiswa disini
adalah menentukan mesin mana yang menjadi mesin bottleneck dinilai dari
kapasitasnya. Tugas ini berhubungan dengan tugas satu pada bagian tugas
produksi. Kemudian mahasiswa diminta untuk memberi usulan berdasarkan
teori-teori yang telah dipelajari untuk mengatasi permasalahan bottleneck ini.

4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


4.3.1 Metodologi Pekerjaan Kantor
a. Tugas 1
Pelaksanaan tugas membuat perancangan produksi dan pembelian bahan
kemas botol dan tutup botol dilakukan dengan urutan langkah-langkah sebagai
berikut:
i. Membagi batch produksi ke dalam minggu-minggu yang ada pada bulan
yang ditentukan. Tidak terdapat ketentuan khusus dalam penentuan
produksi ini.
ii. Menentukan kebutuhan botol yang disesuaikan dengan BOM.
iii. Menentukan kebutuhan tutup botol yang disesuaikan dengan BOM.
iv. Menghitung persediaan botol dengan rumus:

v. Merencanakan pembelian botol dengan kedatangan botol dua minggu


sebelum pemakaian. Usulan perencanaan pembelian ini akan disesuaikan
untuk minggu yang kebutuhannya tidak tercukupi. Hal ini dilakukan untuk
meminimasi persediaan yang ada di gudang.

58
b. Tugas 2
Penentuan SS dan ROP menggunakan metode EOQ “probabilitized” hal ini
dikarenakan permintaan pada data perusahaan bersifat probabilitstik sedangkan
lead time yang dimiliki oleh perusahaan bersifat statis dimana lead time untuk
setiap produk selalu sama. Berikut adalah langkah-langkah dalam menentukan
SS dan ROP.
i. Mengumpulkan data permintaan masa lalu dan data lead time pengiriman.
ii. Menghitung standar deviasi ( ) dari data permintaan masa lalu.
iii. Menghitung standar deviasi permintaan selama lead time dengan rumus:
(4.1)
Notasi:
deviasi standar permintaan selama lead time (unit)

Lead time antara pemesanan dan penerimaan order (waktu)


iv. Menghitung tabel Z karena pada EOQ “probabilitized” permintaan dianggap
terdistribusi normal.
v. Menghitung SS dengan mengalikan standar deviasi permintaan selama lead
time dengan tabel Z.
vi. Menghitung ROP dengan menambahkan SS dengan rata-rata permintaan
selama lead time.
c. Tugas 3
Tugas ketiga adalah menentukan bahan baku ataupun bahan kemas yang
persediaannya sudah overstock. Melalui diskusi dengan pembimbing lapangan
maka diputuskan untuk menyatakan bahwa suatu bahan baku atau bahan kemas
sudah overstock adalah menentukan dari data penggunaan masa lalu yang
dinyatakan dalam ROP dan juga data peramalan kebutuhan untuk beberapa
bulan ke depan. Berikut adalah langkah-langkah dalam menentukan bahan baku
ataupun bahan kemas yang overstock.
i. Memisahkan antara BB dan BK yang akan habis di atas tiga bulan dan yang
kurang dari tiga bulan. Jika BB dan BK tersebut baru akan habis di atas tiga
bulan maka akan dianalisis lebih lanjut apakah barang tersebut overstock
atau tidak.
ii. Membagi persediaan yang dimiliki dengan tingkat ROP. Pembagian dengan
tingkat ROP ini dimaksudkan supaya diketahui masih berapa lama lagi dari

59
tingkat persediaan akan mencapai level dimana pihak PPIC harus meminta
pengorderan barang lagi.
iii. Hasil pembagian ROP yang di bawah 4 bulan maka dianalisis kembali
dengan membandingkan persediaan dengan ramalan penjualan masa
depan. Hal ini menjadi parameter ketiga untuk menentukan apakah suatu
barang persediaannya overstock atau tidak.

4.3.2 Metodologi Pekerjaan Produksi


a. Tugas 1
Tugas pertama pada pekerjaan produksi seperti yang telah dijelaskan di atas
adalah menentukan apakah suatu mesin dapat memproduksi beberapa produk
tertentu dalam suatu rentang waktu. Perhitungan-perhitungan ini dilakukan
menggunakan software Microsoft Excel. Langkah-langkah yang dilakukan
dijelaskan dalam diagram alir berikut:

60
Mulai

Pengumpulan data nama


produk, batch size, waktu
pengerjaan, kapasitas yang
dapat dihasilkan

Apakah didapatkan data Perhitungan lama


TIDAK
lama waktu pengerjaan? waktu pengerjaan.

YA

Perhitungan total waktu


yang diperlukan untuk
satu batch.

Perhitungan waktu yang


dimiliki

Membandingkan waktu
yang dimiliki dengan
waktu yang dibutuhkan.

Selesai

Gambar 4.4. Alur Pengambilan Data Tugas Produksi


i. Mulai
ii. Pengumpulan data nama produk, batch size, lama waktu pengerjaan, botol
yang dapat dihasilkan setiap jam dilakukan dengan mencari data ke lantai
produksi. Pengumpulan data yang didapatkan dari produksi dilengkapi juga
dengan wawancara dengan bagian produksi. Wawancara ini dilakukan untuk
melengkapi data yang belum ada serta mengecek apakah data sudah aktual
ataupun belum.

61
iii. Dalam pengumpulan data terdapat data yang memang sudah secara ringkas
menunjukkan lama pengerjaan untuk suatu produk namun juga terdapat data
yang hanya memberikan banyaknya produk yang dihasilkan dalam satu jam.
Maka untuk produk yang masih belum terdapat data lama pengerjaannya
harus dihitung terlebih dahulu. Perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai
berikut:

(4.2)

iv. Langkah selanjutnya adalah menghitung waktu yang diperlukan untuk


memproduksi produk sejumlah n batch.
v. Kemudian dilakukan perhitungan waktu yang dimiliki oleh bagian produksi
untuk memproses produk-produk yang telah terjadwal. Perhitungan ini
menggunakan rumus:
(4.3)
vi. Langkah terakhir adalah membandingkan waktu yang dimiliki oleh bagian
produksi dengan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi seluruh produk
tersebut.
b. Tugas 2
i. Menyiapkan data forecast sampai Bulan Desember yang akan digunakan
sebagai input angka-angka berapa kebutuhan yang akan diproduksi sampai
akhir tahun.
ii. Memasukkan data forecast pada tabel excel yang telah dibuat.
iii. Menentukan apakah kapasitas mesin cukup untuk melakukan produksi
sebanyak n batch dan x produk.
iv. Memberikan usulan apabila kapasitas mesin tidak cukup untuk melakukan
produksi.

4.4. Hasil Pekerjaan


4.4.1. Hasil Tugas Kantor
a. Tugas 1
Hal yang pertama-tama dilakukan oleh mahasiswa adalah validasi dari
kedatangan botol yang telah dijadwalkan untuk Bulan Juli apakah sudah
mencukupi untuk proses produksi atau belum.

62
Gambar 4.5. Kebutuhan Botol

Gambar di atas adalah cuplikan tabel salah satu jenis botol yang akan divalidasi
apakah kebutuhannya tercukupi atau tidak. Baris berwarna putih ada kolom
minggu 1 sampai dengan 5 adalah banyaknya produk yang akan diproduksi
sesuai dengan berapa batch yang akan diproduksi. Baris berwarna kuning
merupakan kebutuhan botol yang harus disediakan untuk memproduk sebanyak
n batch. Kebutuhan botol ini biasanya lebih besar dari batch size produk yang
akan dibuat. Selanjutnya perhitungan persediaan akan menggunakan kebutuhan
botol bukan menggunakan jumlah produk yang akan diproduksi. Berikut adalah
perhitungan persediaan dari botol betadine solution ukuran 15 ml.

Tabel 4.1. Persediaan Botol

Stock 4 Juli wk 1 wk 2 wk 3 wk 4 wk 5
BOTTLE A 15 ML JT
173,12
99569 2,151 70,539 38,927 73,121 1

Sesuai dengan ketentuan yang dimiliki oleh perusahaan bahwa botol yang
datang pada minggu n baru akan siap digunakan pada minggu n+2 maka setiap
pemesanan harus dipastikan sesuai dengan ketentuan ini. Validasi dilakukan
terhadap 13 jenis botol packaging primer.

Persediaan awal yang digunakan adalah persediaan pada tanggal 4 Juli 2018.
Maka untuk perhitungan persediaan minggu pertama dihitung dengan
mengurangi persediaan tanggal 4 Juli 2018 dengan kebutuhan botol pada
minggu pertama dan ditambah dengan kedatangan botol pada minggu tersebut.
Perhitungan dilakukan dengan cara yang sama untuk setiap minggunya.

Pada minggu kedua terdapat kekurangan persediaan botol. Namun karena


pembelian sudah dilakukan dua minggu sebelumnya untuk penggunaan ini maka
yang dapat dilakukan adalah menambah kedatangan pada minggu kedua agar
selanjutnya persediaan akan terus tercukupi. Sedangkan produksi untuk minggu
kedua sendiri akan direvisi. Untuk pemakaian botol pada minggu ketiga juga

63
dapat dikatakan tidak tercukupi karena pengiriman pada minggu pertama kurang
banyak untuk digunakan di minggu ketiga.

Semua jadwal akan terus diupdate setiap minggunya oleh bagian PPIC untuk
memastikan apakah jumlah batch yang diproduksi sama seperti yang telah
dijadwalkan. Maka memasuki minggu kedua kembali dilakukan validasi untuk
persediaan botol. Berikut adalah update persediaan dengan persediaan awal
pada minggu kedua Bulan Juli.

Tabel 4.2. Persediaan Minggu Ke-2 Bulan Juli


11 sisa stok
Stock Juli wk 2 wk 3 wk 4 wk 5
BOTTLE BETADINE SOL 15 1483
ML JT 57 348,357 316,745 316,745 316,745

Sisa stok yang sudah terupdate ini dijadikan dasar untuk penentuan
perencanaan pembelian botol Bulan Agustus dan Bulan September. Produksi
Betadine Solution 15 ml pada Bulan Agustus adalah sebanyak dua batch.
Mahasiswa menjadwalkan produksi pada minggu kedua dan ketiga supaya
persediaan bisa tercukupi terlebih dahulu dari akhir Bulan Juli.

Gambar 4.6. Kebutuhan Botol, Cap, dan Plug

Tanggung jawab mahasiswa untuk Bulan Agustus dan Bulan September tidak
hanya menjadwalkan botol yang digunakan saja namun juga kebutuhan tutup
botol yang digunakan. Data kebutuhan botol dan tutup botol diambil dari data
BOM produk yang akan dijadwalkan. Kemudian dilakukan perhitungan
persediaan untuk produk tersebut.

Tabel 4.3. Cuplikan Persediaan Botol Dikurangi Kebutuhan

Stock 31 Juli wk 1 wk 2 wk 3 wk 4
BOTTLE A SOL 15 ML 31674
JT 5 366,745 300,939 335,133 335,133

Perancangan pembelian botol dilakukan dengan cara menghitung persediaan


botol terlebih dahulu dengan cara yang sama seperti pada saat validasi. Melalui
perhitungan tersebut maka akan diketahui pada minggu berapa yang

64
persediaannya mencapai titik negatif. Titik negatif tersebut menandakan bahwa
persediaan tidak mencukupi maka pada dua minggu sebelumnya akan
dijadwalkan kedatangan dari barang yang diperlukan. Dalam penentuan
banyaknya botol yang dipesan dari supplier akan mengikuti ukuran lot yang
ditetapkan oleh supplier.
b. Tugas 2
Penentuan safety stock (SS) dan reorder point (ROP) pada suatu perusahaan
harus selalu diupdate karena permintaan yang berfluktuatif. Namun tingkat SS
dan ROP di MBF sudah terhitung cukup lama dari waktu terakhir dilakukan
pembaruan. Maka tugas mahasiswa disini adalah melakukan update untuk
tingkat SS dan ROP baik untuk bahan kemas dan juga bahan baku.

Penentuan SS dan ROP dari bahan-bahan ini menggunakan metode EOQ


Probabilitized. Alasan pertama penggunaan metode ini adalah lead time dari
pengorderan bahan bersifat statis dimana kedatangan barang akan selalu sama
rentangnya dari saat pemesanan. Alasan kedua adalah permintaan dari setiap
produk bersifat probabilistik maka tidak dapat menggunakan metode EOQ saja.
Metode EOQ Probabilitized ini mengasumsikan bahwa permintaan selama lead
time terdistribusi normal.

Tabel 4.4. Cuplikan Kuantitas Penggunaan Produk

Description Januari Februari Maret April Mei Juni


ALUMUNIUM PP 13,547. 21,95 17,373. 22,124. 20,209.
CAP 28 00 0.00 5.00 00 00 00

Data pertama yang didapatkan adalah terkait kuantitas penggunaan suatu


produk. Kuantitas penggunaan ini adalah data masa lalu terhitung dari Bulan
Januari 2018.

Tabel 4.5. Cuplikan Lead Time Kedatangan


Lead
Lead Time
Description Time (bulan)
ALUMUNIUM PP CAP 28 60D 2

Berikutnya adalah data lead time untuk setiap produk. Lead time yang
didapatkan adalah data lead time dalam hari, maka dikonversikan terlebih dahulu

65
ke dalam bulan karena permintaan yang didapatkan adalah dalam satuan waktu
bulan.

Gambar 4.7. Cuplikan Hasil Perhitungan SS dan ROP

Pada kolom Z adalah menunjukkan bahwa permintaan diasumsikan terdistribusi


normal. Perhitungan dengan rumus
(4.1)

Keterangan:
= permintaan selama lead time.
= rata-rata permintaan saat lead time.
= standar deviasi sebelum lead time.
Perhitungan rata-rata selama lead time diasumsikan apabila lead time selama
dua bulan maka rata-rata selama lead time adalah rata-rata dari data permintaan
masa lalu terhitung dua bulan setelah Bulan Januari.

Perhitungan safety stock adalah dengan mengalikan standar deviasi selama lead
time dengan nilai Z yang ada. Perhitungan ROP adalah menambahkan tingkat
SS yang sudah dhitung dengan rata-rata permintaan pada saat lead time. Maka
rata-rata dari data masa lalu yang dihitung akan mengikuti data lead time yang
dimiliki. Hasil lengkap dari perhitungan SS dan juga ROP dilampirkan dalam
bagian lampiran. Cuplikan hasil dari perhitungan SS dan ROP adalah sebagai
berikut:

66
Gambar 4.8. Cuplikan Rekap SS dan ROP

67
c. Tugas 3
Penentuan bahan baku atau bahan kemas yang overstock perlu dilakukan.
Bahan yang termasuk dalam kategori overstock bisa diakibatkan karena
ketidaktahuan akan persediaan yang masih ada lalu pembelian kembali
dilakukan atau bisa disebabkan ukuran lot minimum yang ditetapkan oleh
supplier. Tujuan dari penentuan ini adalah jika terdapat barang yang overstock
dikarenakan ukuran minimum dari supplier maka akan diadakan negoisasi ulang
agar ukuran lot dapat diperkecil.

Penentuan bahan yang overstock seperti yang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya diawali dengan memisahkan bahan-bahan yang akan habis dalam
kurun waktu tiga bulan dengan yang habis lebih dari tiga bulan. Waktu habis
suatu barang dapat dilihat dari tingkat net inventory levelnya.

68
Gambar 4.9. Analisis Persediaan Overstock

69
Bahan-bahan lain yang waktu habisnya lebih dari tiga bulan dianalisis kembali
dengan cara membagi nilai inventory dengan nilai ROP yang telah dibuat pada
tugas sebelumnya. Pembagian nilai inventory dengan ROP ini bertujuan untuk
mengetahui sampai sejauh mana tingkat inventory yang sekarang akan habis
sampai dengan level ROPnya. Tingkat ROP sendiri didapatkan dari data masa
lalu maka bisa menggambarkan rata-rata batas minimal suatu bahan sebelum
mencapai level SSnya. Hasil dari perhitungan ini terdapat pada kolom net
inventory (2).

Setelah dilakukan pembagian dengan nilai ROP supaya diketahui berapa bulan
hingga tingkat ROP tersebut maka disortir kembali yang masih melebihi empat
bulan. Bahan-bahan yang habis di atas empat bulan dianalisis kembali dengan
total kebutuhan prediksi untuk empat bulan ke depan. Keputusan barang tersebut
overstock adalah apabila persediaan masih banyak tersedia padahal untuk
empat bulan ke depan kebutuhan dari bahan kemas atau bahan baku tidak
banyak permintaannya. Apabila bahan baku atau bahan kemas dinyatakan
sebagai barang overstock maka dilihat kembali apakah overstock yang terjadi
dikarenakan oleh minimal order atau bukan. Produk yang harus order karena
minimal order dapat dilihat jika persediaannya memiliki kelipatan angka yang
sama dengan minimal order yang diminta dari supplier.

4.4.2. Hasil Tugas Bagian Produksi


a. Tugas 1
i. Tujuan Pekerjaan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah mengetahui dengan mudah apakah waktu kerja
yang dimiliki suatu mesin cukup untuk mengerjakan sejumlah produk. Sehingga
apabila kapasitas mesin tidak mencukupi dapat dilakukan penjadwalan ulang.
ii. Pengolahan Data
Data yang diberikan oleh perusahan merupakan data yang memuat variabel-
variabel berikut:
1. Nama Produk
2. Ukuran satuan
3. Batch size (teoritis)
4. Mesin yang digunakan (mixing, filling, dan packaging).
5. Kapasitas mesin: untuk mesin mixing kapasitas dalam satuan liter
sedangkan untuk mesin filling kapasitas dalam satuan botol.

70
6. Waktu proses mesin mixing.
7. Line produksi.

Data-data yang didapatkan didapatkan dalam pengelompokkan mesin. Maka


pengelompokkan diubah terlebih dahulu menjadi pengelompokkan setiap produk.
Selanjutnya data-data tersebut disortir kembali menjadi lebih ringkas seperti
kolom-kolom di bawah ini.

Tabel 4.6. Kolom Pengelompokkan Data Kapasitas


Botol Waktu
Total
yang yang
Waktu
Nama Mesi Batch Batch Dapat Dibutuhka
yang
Produk n Size QTY Dihasilka n untuk 1
Dibutuhka
n Setiap Batch
n
Jam (Jam)

1. Nama produk: berisikan nama-nama produk yang diproduksi oleh MBF.


2. Mesin: berisikan nama mesin yang digunakan untuk menghasilkan suatu
produk.
3. Batch size: berisikan ukuran dari satu batch suatu produk. Ukuran batch di
sini merupakan ukuran teoritis atau ukuran yang diharapkan dapat dicapai.
4. Batch quantity: berisikan berapa batch yang akan diproduksi. Pada kolom ini
operator dapat mengganti-ganti ukuran batch sesuai dengan jumlah batch
yang akan diproduksi.
5. Botol yang dapat dihasilkan setiap jam: berisikan data jumlah botol yang
dapat dihasilkan setiap jamnya oleh mesin tertentu.
6. Waktu yang dibutuhkan untuk satu batch: perhitungan waktu ini dilakukan
dengan cara membagi batch size dengan botol yang dihasilkan setiap jam.
Perhitungan dilakukan dengan melakukan pembulatan ke atas dengan
syntax round up.
7. Total waktu yang dibutuhkan: menghitung total waktu untuk memproduksi
produk sejumlah n batch.

Untuk memudahkan perhitungan kapasitas yang akan dibandingkan maka dibuat


suatu tabel khusus untuk menginputkan jumlah hari kerja yang tersedia, shift,
dan lama jam kerja. Dari ketiga variabel ini lalu dikalikan untuk mendapatkan
hasil total waktu yang dimiliki.

71
Pada kolom keempat dan kelima diberikan bagian tabel untuk menuliskan nama
mesin yang digunakan untuk memroses suatu produk. Tabel nama mesin ini
terbagi menjadi tiga bagian yaitu mesin mixing, filling, dan packaging.

Kolom keenam dan ketujuh adalah kolom hasil total hasil waktu yang dibutuhkan
untuk mesin x bekerja memproduksi produk-produk yang total waktunya telah
terhitung di tabel kedua (tabel yang diolah di prosedur sebelumnya). Perhitungan
ini dilakukan menggunakan syntax sum if pada Excel. Dengan menggunakan
syntax ini maka yang terjumlahkan hanyalah produk-produk yang menggunakan
mesin yang dituliskan saja.

Tabel 4.7. Input Data Kapasitas


Total
Waktu
Hari Nama Mesin Mixer 1000 Dibutuhkan
Kerja 21 Hari (mixing) Liter (jam) 156
Total
Waktu
Nama Mesin Dibutuhkan
Shift 1 shift (filling) Fillomatic (jam) 128
Total
Lama Waktu
Jam Nama Mesin Dibutuhkan
Kerja 7 Jam (packaging) Esleeve 1 (jam) 102
Total
Waktu
yang
Dimiliki 147 Jam

iii. Pembahasan
Hasil dari penentuan kapasitas ini secara sederhana adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Input Kondisi Real


Hari Kerja 21 Hari
Shift 1 shift
Lama Jam Kerja 7 Jam
Total Waktu yang
Dimiliki 147 Jam

Operator akan memasukkan data dari tabel di atas sesuai dengan kondisi yang
memungkinkan bagi bagian produksi untuk melakukan produksi barang. Bagian
total waktu yang dimiliki akan menghitung berapa jam waktu yang dimiliki bagian
produksi untuk melakukan produksi.

72
Tabel 4.9. Input Mesin yang Ingin Dicek
Mixer 1000 Total Waktu
Nama Mesin (mixing) Liter Dibutuhkan 78
Total Waktu
Nama Mesin (filling) Fillomatic Dibutuhkan 64
Nama Mesin Total Waktu
(packaging) Esleeve 1 Dibutuhkan 51

Selanjutnya operator menginputkan nama mesin yang akan ditinjau kapasitas


produksinya. Total waktu yang dibutuhkan merupakan penjumlahan dari waktu
produksi produk-produk yang menggunakan mesin yang diinputkan. Banyaknya
batch yang akan diproduksi diinputkan pada bagian batch quantity.

Hasil dari pembuatan excel sederhana ini dapat dilihat dengan mudah melalui
grafik yang dibuat untuk masing-masing mesin yang digunakan. Hasil dari grafik
ini menunjukkan kebutuhan waktu tiap-tiap mesin yang telah diinputkan
sebelumnya.

Kapasitas Mixing
158
156
154
152 Total Waktu yang
150 Dimiliki
148 Total Waktu
146 Dibutuhkan
144
142
1

Gambar 4.10. Kapasitas Mesin Mixing

73
Kapasitas Filling
150
145
140
Total Waktu yang
135
Dimiliki
130
Total Waktu
125 Dibutuhkan
120
115
1

Gambar 4.11. Kapasitas Mesin Filling

Kapasitas Packaging
160
140
120
100 Total Waktu yang
80 Dimiliki
60 Total Waktu
40 Dibutuhkan
20
0
1

Gambar 4.12. Kapasitas Mesin Packaging

Grafik yang disajikan di atas menggambarkan perbandingan total waktu yang


dimiliki oleh perusahaan untuk memproduksi suatu barang dengan total waktu
yang dibutuhkan berdasarkan kapasitas mesin yang dimiliki. Grafik akan berubah
sesuai dengan kapasitas mesin yang diinputkan pada kolom mesin di excel
sesuai juga dengan ukuran batch yang diinputkan.

Apabila diagram batang yang berwarna merah lebih tinggi daripada diagram
batang berwarna biru maka kapasitas yang dimiliki oleh suatu mesin kurang
mencukupi untuk memproduksi sejumlah n batch dari suatu produk. Dengan
adanya tabel perhitungan kapasitas ini akan memudahkan operator untuk
mengetahui apakah produk yang telah dijadwalkan untuk produksi sesuai atau

74
tidak dengan waktu produksi yang dimiliki. Apabila tidak sesuai maka bagian
PPIC dapat merevisi ulang jadwal atau melakukan penambahan shift.

b. Tugas 2
i. Tujuan Pekerjaan
Menentukan mesin apa yang kapasitasnya tidak cukup untuk memproduksi x
produk sejumlah n batch dan memberikan usulan apabila kapasitas tidak
mencukupi.

ii. Pengolahan Data


Pengolahan data yang akan dijelaskan merupakan pengolahan data dari forecast
produk liquid. Data forecast yang didapatkan adalah data untuk Bulan September
sampai Bulan Desember sedangkan untuk Bulan Agustus diberikan data PO dari
customer. Data forecast yang telah didapatkan dalam bentuk sebagai berikut:

Tabel 4.10. Tabel Forecast


Description Sep'18 Oct Nov Dec

A 100 ML 73,527 73,527 98,036 98,036

A 190 ML 221,340 156,240 156,240 130,200

Sebagai contoh pada Bulan September 2018 peramalan untuk produk A 100 ML
sebanyak 73.527 botol. Angka ini dibagi dulu dengan batch size dari produk
tersebut.

Tabel 4.11. Penentuan Batch Quantity


Botol yang
Waktu yang Total Waktu
Dapat
Nama Batch Dibutuhkan yang
Mesin BS Dihasilkan
Produk QTY untuk 1 Dibutuhkan
Setiap
Batch (Jam) (Jam)
Jam
Mixer 2500
A 100 ml Liter 25000 3 6250 4 12

Perhitungan batch quantity untuk produk A 100 ml adalah sebagai berikut:

Hasil yang tidak bulat ini disebabkan ukuran batch size yang dimiliki oleh
mahasiswa adalah ukuran teoritis. Maka hasil yang didapatkan akan dibulatkan
ke atas menjadi tiga. Angka tiga ini dimasukkan dalam kolom batch QTY.

75
Perhitungan secara otomatis akan dihitung oleh excel dan untuk mengetahui
kapasitas dari suatu mesin dilakukan dengan cara yang sama dengan tugas
pertama. Jumlah shift yang ditentukan di awal adalah sebanyak dua shift dengan
lama kerja selama 7 jam kerja.

iii. Hasil dan Usulan


Berdasarkan pengolahan data produk liquid dari Bulan Agustus sampai Bulan
Desember (tanpa memperhatikan WIP) terdapat beberapa mesin yang
kapasitasnya tidak mencukupi untuk melakukan produksi. Maka mahasiswa
merekap daftar mesin yang tidak cukup kapasitasnya untuk melakukan produksi
serta memberikan usulan. Rekap mesin terdapat pada tabel 4.x.

76
Tabel 4.12. Rekap Mesin Overcapacity dan Usulan
Bulan - Nama
No. Kondisi Awal Usulan
Mesin
AFC 150 (1) (5 batch), Fillomatic (6 batch)

Bulan Agustus –
1
Mesin AFC 150 (1)

Penambahan shift menjadi 3 shift

Bulan Agustus –
2
Mesin AFC 150 (2)

77
Tabel 4.12. Lanjutan
Bulan - Nama
No. Kondisi Awal Usulan
Mesin
Penambahan shift menjadi 3 shift dan transfer kelebihannya
ke Esleeve 2 (tetap 2 shift)

Bulan Agustus – E-
3
sleeve 1

Penambahan shift menjadi 3 shift

Bulan Agustus –
4
Cartopack

78
Tabel 4.12. Lanjutan

Penambahan shift menjadi 3 shift

Bulan
5 September –
Mixer 1000 L

Penambahan shift menjadi 3 shift dan dibagi ke mesin


fillomatic 5 batch

Bulan
6 September –
AFC 150 (1)

79
Tabel 4.12. Lanjutan

Penambahan shift menjadi 3 shift

Bulan September
7
– AFC 150 (2)

Penambahan shift menjadi 3 shift, waktu produksi dimulai dari Bulan


Agustus dan selesai d Bulan Oktober (WIP)

Bulan September
8
– MD 30

80
Tabel 4.12. Lanjutan

Penambahan shift menjadi 3 shift dan transfer kelebihannya


ke E-sleeve 2 (3 shift)

Bulan
9 September –
E-sleeve 1

Penambahan menjadi 3 shift

Bulan Oktober –
10
AFC 150 (1)

81
Tabel 4.12. Lanjutan

Penambahan shift menjadi 3 shift

Bulan Oktober –
11
AFC 150 (2)

Penambahan shift menjadi 3 shift/ transfer ke E-sleeve 2

Bulan Oktober –
12
E-sleeve 1

Penambahan shift menjadi 3 shift

Bulan November
13 – AFC 150 (2)

82
Tabel 4.12. Lanjutan
AFC 150 (1) (4 batch), Fillomatic (3 batch)

Bulan Desember
14
– AFC 150 (1)

Penambahan shift menjadi 3 shift

Bulan Desember
15
– AFC 150 (2)

Penambahan shift menjadi 3 shift

Bulan Desember
16
– E-sleeve 1

83
Mahasiswa memberikan usulan untuk mesin-mesin yang kapasitasnya tidak
mencukupi untuk melakukan produksi. Usulan akan mengacu pada daftar mesin-
mesin lain yang dimiliki oleh perusahaan maupun regulasi jam kerja yang
ditetapkan oleh perusahaan. Shift pertama dan kedua adalah shift wajib yang
selalu dijalankan di perusahaan sedangkan shift tiga merupakan shift lembur.
Selain itu mahasiswa juga melakukan survey lapangan untuk mengetahui kondisi
mesin yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan produksi.

Mesin AFC 150 (1) yang menjadi mesin utama untuk melakukan pengisian pada
botol produk A 5 ml memiliki cara kerja yang sama dengan mesin fillomatic,
maka pada Bulan Agustus dan Bulan Desember produksi produk A 5 ml akan
dibagi ke dalam dua mesin. Untuk semua mesin AFC 150 (2) yang kapasitasnya
tidak cukup untuk produksi akan diberikan penambahan shift menjadi 3 shift.

Mesin E-Sleeve 1 pada Bulan Agustus ditambah dari dua shift menjadi tiga shift
dengan kelebihan pekerjaan selama 120 jam yang akan dikerjakan pada mesin
E-Sleeve 2 tanpa penambahan shift pada mesin tersebut. Sedangkan kelebihan
kapasitas mesin E-Sleeve 1 pada Bulan September ditambah satu shift dalam
pengerjaannya dan kelebihannya sebesar 222 jam ditransfer ke mesin E-Sleeve
2 yang juga harus mendapatkan tambahan shift menjadi tiga shift. Mesin E-
Sleeve 1 pada Bulan Desember disarankan untuk menambah shift menjadi tiga
shift.

Mesin Mixer 1000 L mengalami kekurangan waktu untuk produksi karena mesin
ini hampir digunakan oleh setiap produk. Untuk mengatasinya maka harus ada
tambahan shift untuk pengerjaan dengan mesin ini yaitu menjadi tiga shift.

Waktu produksi menggunakan mesin MD 30 juga tidak mencukupi pada Bulan


September. Apabila hanya diberi tambahan tiga shift saja produksi masih tidak
mencukupi. Maka untuk mengatasinya pengerjaan produk-produk yang
menggunakan mesin ini harus dimajukan mulai akhir Bulan Agustus dengan
telah memperhatikan mesin mixing yang digunakan untuk produk tersebut pada
Bulan Agustus yang kapasitasnya juga mencukupi untuk mixing lebih awal dan
waktu selesai filling adalah di awal Bulan Oktober dengan telah memperhatikan
kapasitas di Bulan Oktober.
Berdasarkan hasil survey lapangan kapasitas yang kurang pada mesin-mesin
packaging sekunder (E-sleeve) diakibatkan karena banyaknya penumpukkan
wip dari batch sebelumnya yang belum dikerjakan. Penumpukkan juga terjadi

84
sebelum memasuki proses cartopack karena kecepatan cartopack tidak dapat
mengimbangi kecepatan dari mesin filling di bagian sebelumnya. Maka untuk
mesin packaging sekunder ini dapat diberikan tambahan mesin daripada
menambah shift dengan perhitungan cost-benefit lebih lanjut.

85
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil dari tugas yang dikerjakan oleh mahasiswa selama proses kerja praktek
dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Safety stock dan reorder point yang dimiliki perusahaan harus selalu
diupdate mengingat perkembangan pasar yang selalu bergerak dinamis.
b. Persediaan overstock dapat disebabkan oleh MOQ yang terlalu besar dan
perlu diadakan negoisasi ulang dengan supplier.
c. Kapasitas produksi yang tidak mencukupi dalam satu bulan dapat
disebabkan oleh WIP dari periode sebelumnya dan keterbatasan mesin.

5.2 Saran
a. Melakukan negoisasi ulang mengenai MOQ untuk bahan baku atau bahan
kemas yang MOQnya terlalu tinggi karena dapat menyebabkan overstock.
b. Penambahan shift produksi untuk beberapa lini mesin saja. Penentuan
jadwal dapat diindentifikasi lebih lanjut sesuai dengan kelebihan kapasitas
yang terjadi.
c. Pembelian mesin baru untuk mesin packaging cartopack maupun E-sleeve
karena digunakan oleh banyak produk yang berbeda-beda.

86
LAMPIRAN

Lampiran 1 – Spreadsheet Perhitungan Kapasitas Mesin

87
88

Anda mungkin juga menyukai