(4) Validasi
(1) Perangkat metode
keras
VALIDASI
(3) Kesesuaian
sistem
(2) Perangkat
lunak
Proses diawali dengan menggunakan perangkat dan sistem yang diakualifikasi.
Validasi metode dilakukan dengan menggunakan sistem yang sudah
dikualifikasi dan pengujian kesesuaian sistem. Masing-masing tahap sangat
menentukan bagi keberhasilan proses validasi
Validasi metode
Farmakope dan GMP mensyaratkan bahwa metode pengujian yang
digunakan untuk menetapkan kualitas produk farmasi dan
pemenuhan persyaratan spesifikasi, harus sudah dibuktikan
kesesuaiannya terhadap akurasi baku dan reliabilitas yang telah
ditetapkan (sudah divalidasi dulu).
USP ICH
(UnitedStatesPharmacopeia (InternationalConferenceon
Harmonization)
1.Presisi(keseksamaan)
2.Akurasi(kecermatan) 1.Presisi
3.Batasdeteksi 2.Akurasi
4.Bataskuantisasi 3.Batasdeteksi
5.Spesifisitas(kekhasan) 4.Bataskuantisasi
6.Linieritas 5.Spesifitas
7.Rentang 6.Linieritas
7.Rentang
8.Robustness
9.Kesesuaiansistem
Akurasi Rentang
Linieritas Batas deteksi dan
kuantisasi
Spesifisitas Ketegaran
1, Tahap persiapan
• Kalibrasi instrumen dan alat-alat gelas
• Penyiapan bahan acuan baku (CRM, SRM, BPFI) dan
matriks sediaan (placebo)
• Uji kesesuaian sistem untuk metode kromatografi
2, Tahap validasi
• Spesifisitas
• Linieritas dan rentang
• Batas deteksi
• Batas kuantisasi
• Akurasi
• Presisi
Kategori metode analisis
Kategori I
Metode analisis untuk penetapan kadar komponen utama
dalam bahan baku obat atau bahan aktif (termasuk
pengawet) dalam produk farmasi
Kategori II
Metode analisis untuk penetapan cemaran dalam bahan
baku obat atau hasil degradasi dalam produk farmasi.
Metode ini terdiri dari penetapan kuantitatif dan uji batas
Kategori III
Metode analisis untuk penetapan karakteristik sediaan
(disolusi, pelepasan obat, dll)
Kategori IV
Metode analisis untuk identifikasi
SPESIFISITAS
Kemampuan untuk menguji secara tegas analit yang dimaksud
dengan adanya komponen lain atau yang diperkirakan ada
seperti pengotor, hasil degradasi dan komponen matriks. Jika
spesifisitas metode tidak ada atau kurang baik maka metode
dapat dilengkapi dengan prosedur analisis pendukung yang
memadai seperti pemisahan : ekstraksi, destilasi, dll
Pengujian
a. Untuk identifikasi
Metode harus mampu menyeleksi dan mengidentifikasi
senyawa-senyawa yang ada dalam sampel yang berkaitan
dengan struktur molekulnya. Dapat dibuktikan dengan hasil positif
(atau dibandingkan dengan bahan acuan standar yang
diketahui) dari sampel yang mengandung analit dan dengan hasil
negatif dari sampel yang tidak mengandung analit.
b. Untuk penetapan cemaran
Dilakukan dengan menguji sampel yang ditambahkan
sejumlah tertentu cemaran atau hasil urai dan terlihat dengan
nyata cemaran itu dapat ditetapkan secara akurat dan presisi
yang memadai
c. Untuk penetapan kadar
Dinyatakan dengan jelas bahwa prosedur tidak dipengaruhi
oleh adanya cemaran atau matriks. Dalam praktek dapat
dilakukan dengan cara menguji sampel yang ditambahkan
sejumlah tertentu cemaran atau matriks dan terlihat nyata
bahwa prosedur tidak dipengaruhi oleh komponen asing
tersebut.
Degradasiyang KondisiDegradasi
dimaksud
-Hidrolisisasam 24jamdalamHCl1N
-Hidrolisisbasa 24jamdalamNaOH1N
-Oksidasi 24jamdalamlarutanH2O210%
o
-Pemanasan 24jamdalamoven105C
-Fotodegradasi 1jamdisinarilampuUV(200–300nm)
-Kelembaban 24jamdalamclimaticchamberkelembaban86%
Ukuran
Pengujian
Menyiapkan larutan analit sebanyak minimal 5 konsentrasi
dengan rentang konsentrasi 20 - 120% dari konsentrasi aktual
Mengukur respon instrumen ke lima larutan tersebut, masing-
masing paling sedikit tiga kali pengukuran
Buat kurva antara respon instrumen terhadap konsentrasi analit
dan hitung persamaan matematik yang memadai (persamaan
garis regresi linier atau regresi kuadrat)
Hitung derajat linieritas melalui
- koefisien korelasi
- % Y-intercept
- Vxo
- faktor respon
Respon alat Kurva kalibrasi digunakan sebagai bukti linieritas metode
●
●
●
●
konsentrasi
A B C D
r=
∑(x i − x)(y i− y)
1/2
{(xi − x)2(y1 − y)2}1/2
C Sy/x = simpangan baku residu dari regresi linier = ⎢ ∑⎡y − y ˆ )
i i 2 ⎤⎥
⎢⎣ n−2 ⎥
⎦
d. Vxo = koefisien variansi regresi Sy/x
Vxo = ⋅100%
bx
Persamaan regresi kuadratik
a. Y = mx2 + nx + b
dimana y = respon instrumen, x = konsentrasi analit, n,m,b = fungsi kuadratik
2 2
∑ y − b.
b. ∑
S y/x
yi − mi∑ (xi − yi) − n∑ (xi
=
n−3
.yi)
c.
E = m+2nx
Sy/x
d. Vxo = ⋅100%
E.x
Parameter Vxo inilah yang dijadikan dasar untuk pemilihan kurva kalibrasi
menggunakan regresi linier atau regresi kuadratik dengan memilih Vxo yang paling
mendekati 2%
Kriteria penerimaan linieritas dan rentang
Rentang dinamik
Respon
*
*
*
*
konsentrasi
Hubungan faktor respon terhadap
rentang linier
BATAS DETEKSI DAN BATAS KUANTISASI
a. Batas deteksi (BD)
Konsentrasi terendah analit dalam sampel yang masih dapat
terdeteksi, tapi tidak perlu ditetapkan secara kuantitatif dalam
kondisi percobaan yang telah dinyatakan
Pengujian
1. Untuk metode non instrumen, batas deteksi ditetapkan dengan
melakukan anlalisis sampel yang mengandung analit dalam
kadar yang diketahui dan menentukan batas terendah kadar
analit yang dapat dideteksi secara radikal
2. Untuk metode instrumen, batas deteksi dinyatakan sebagai
konsentrasi analit pada saat ratio signal-noise 3 : 1 (S/N = 3)
atau mengukur besarnya respon instrumen dari 20 larutan
blangko dan menghitung simpangan bakunya. Batas deteksi
merupakan hasil perkalian simpangan baku blangko dengan
suatu faktor (3,3/b), dimana b = kemiringan garis regresi
linier.
Perhitungan
- BD = Konsentrasi larutan pada S/N = 3
- BD = 3,3 (SD/b) = 3,3 (Sy/x )/b
dimana SD = simpangan baku blangko (n = 20)
b = kemiringan garis regresi (Y = bx + a)
Catatan
SD dapat dihitung dengan cara menghitung :
1. Simpangan baku blangko
2. Simpangan baku residual garis regresi (Sy/x)
3. Simpangan baku perpotongan garis dengan sumbu Y
(Sa)
b. Batas kuantisasi (BK)
Suatu karakteristik metode penetapan kadar senyawa untuk kadar
rendah dalam matriks sampel seperti cemaran dalam bahan baku
obat dan hasil degradasi dalam sediaan jadi farmasi.
Pengujian
1. Untuk metode non isntrumental, umumnya ditentukan dengan
melakukan analisis sampel yang mengandung analit dalam
jumlah yang diketahui lalu menetapkan kadar terendah analit
yang dapat dideteksi dengan presisi dan akurasi yang dapat
diterima
2. untuk metode instrumental, umumnya dengan mengukur
besarnya respon latar belakang analisis dengan cara
menganalisis sejumlah larutan blangko sampel dan
menghitung simpangan bakunya. Simpangan baku dikalikan
faktor (10/b) merupakan batas kuantisasi
Untuk pengukuran respon instrumen yang memberikan
latar belakang derau (noise), maka batas kuantisasi
adalah konsentrasi analit dalam larutan di mana ratio
signal-noise S/N =10.
Perhitungan
- BK = C pada S/N = 10
- BK = 10 (SD/b) = 10 (Sy/x)/b)
Pengujian
Akurasi ditentukan dengan 4 cara sebagai persen perolehan kembali
(recovery)
a. Analisis kadar analit dengan metode yang divalidasi
terhadap sampel yang telah diketahui kadarnya.
Sampel yang digunakan adalah sampel acuan baku yang
dikeluarkan badan resmi (NIST, dll.)
b. Analisis kadar analit yang ditambahkan ke dalam
matriks sampel yang dianalisis (spiked method)
c. Jika matriks dan eksipien tidak tersedia, maka akurasi
dnyatakan sebagai persen perolehan kembali kadar analit
yang ditambahlkan pada produk jadi yang sudah
mengandung analit (standar addition method)
d. Membandingkan hasil analisis analit dengan metode yang
divalidasi terhadap hasil dengan metode baku (cara grafik)
Kriteria penerimaan akurasi
Ch = {(R2 – R1)/R1}x C
S A F=A-A F/F
5 15 1
5
4. Cara grafik
Metode baku
●
● Persamaan garis regresi linier
● Y = A x (r=1,00)
●
Jika A = 1 maka % Rec. = 100%
● A = 0,99 maka %Rec. = 99,0%
a. Repeatabilitas (keterulangan)
Keterulangan adalah kemampuan metode untuk memberikan
hasil analisis yang sama untuk beberapa sampel yang kadarnya
sama. Penetapan dilakukan oleh satu orang analis pada
waktu tertentu terhadap beberapa sampel yang sama.
Keterulangan diukur terhadap 6 jenis sampel dengan
konsentrasi sama 100% dari konsentrasi aktual atau 3 jenis
sampel dengan konsentrasi 80, 100, 120% dari konsentrasi
aktual yang diukur masing-masing tiga kali.
b. Presisi antara
Presisi antara adalah pengukuran kinerja metode dimana sampel-
sampel diuji dan dibandingkan menggunakan tenaga analis
berbeda, perlatan berbeda atau hari berbeda (inter day
precision). Presisi antara tidak perlu, jika kajian reprodusibilitas
telah dilakukan.
Nama lain presisi antara adalah “Ruggedness”
c. Reprodusibilitas (ketertiruan)
Merupakan pengujian presisi yang terakhir dan tuntas.
Reprodusibilitas diuji dengan cara menyiapkan sampel yang
homogen dan stabil, lalu diuji oleh beberapa laboratorium (studi
kolaboratif). Hail ini akan memperlihatkan adanya galat acak yang
disebabkan oleh sampel dan laboratorium , serta galat
sistematik. Dihitung dengan ANOVA
Kriteria penerimaan presisi
Repeatabilitasdanpresisiantara
Leveldan Kriteria
Pengujian Rentangkonsentrasi
Penetapan 3leveldengan3kali RSD<2,0%
kadar/keseragaman 70,100,130%atau
kandungan 6penetapanpada100%
Disolusi 12sampelkadarrendah RSD<20%
Cemaran 6replikatpadaLOQ RSD<20,0%
SD
RSD = ⋅ 100 %
x
2
∑ ( x i − x )
SD =
n − 1
x = ∑ x i
n
KURVA TEROMPET HORWITZ
Simpangan baku relatif (SBR atau RSD) akan meningkat dengan menurunnya
konsentrasi analit. HORWITZ melakukan kajian terhadap 3000 hasil analisis yang
diambil dari studi kolaboratif AOAC dan memberikan hasil sebagai berikut :
Jika nilai RSD dari percobaan dibandingkan terhadap RSD yang dihitung dari
persamaan terompet HORWITZ akan diperoleh HORWITZ RATIO atau HORRAT:
HORRAT = RSDobs/RSDcalc
HORRAT <2 menandakan metode analisis mempunyai presisi yang memadai
Harga RSD yang dihitung dari
persamaan HORWITZ
Konsentrasi RSD Kurva Terompet HORWITZ
relatif (%)
0
10(100%)
-1
10(10%)
-2
10(1%) 2,00
-3
10(0,1%) 2,83
-4 4,00
10 5,66
-5
8,00
10 11,31
-6
10(ppm) 16,00
-7 22,63
10 32,00
-8 45,25
10 64,00
-9
10(ppb) 90,51
-10 128,00
10
ROBUSTNESS (KETEGARAN)
Ukuran kemampuan metode untuk tetap tak terpengaruh dan
bertahan terhadap pengaruh kecil, yang dilakukan dengan
sengaja dengan membuat variasi dalam faktor yang
berpengaruh, tetapi memberikan indikasi reliabilitas metode yang
normal pada pengujian biasa.
Robustness sebenarnya harus dan dapat diuji pada saat
pengembangan metode.
Tahapan Uji :
a. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada pengujian
b. Menentukan level dari faktor-faktor tersebut
c. Seleksi dan disain percobaan
d. Pelaksanaan percobaan
e. Perhitungan pengaruh faktor terhadap hasil analisis
(menggunakan statistika)
Pengujian
Cara Plackett-Burman
Evaluasi pengaruh kondisi percobaan terhadap ketegaran metode
Kondisipercobaan
No
Percobaan A B C D E F G
1 - + + + - - +
2 + - + + + - -
3 - + - + + + -
4 - - + - + + +
5 + - - + - + +
6 + + - - + - +
7 + + + - - + -
8 - - - - - - -
Percobaan Kondisi
o
1 Suhukolom+5C
2 o
3 Suhukolom-5C
4 Fasegerak+5%metanol
5 Fasegerak-5%metanol
6 Lajualir+0,2ml/mn
7 Lajualir–0,2ml/mn
8 pHfasegerak+0,2,unit
9 pHfasegerak-0,2unit
10 Dapar,konsentrasi+5mM
11 Dapar,konsentrasi-5mM
12 Detektor,panjanggelombang+5nm
Detektor,panjanggelombang-5nm
6. Stabilitas analit a. Hasil penetapan kadar dari sampel yang disiapkan tidak berubah lebih dari 2% pada
periode waktu yang ditetapkan
b. Hasil penetapan kadar dari larutan baku kerja tidak berubah lebih dari 2% pada perode
waktu yang ditetapkan
7. Ketegaran metode Kriteria kesesuaian sistem harus dipenuhi untuk variasi percobaan berikut :
(Robutness) - Komponen organik dalam fase gerak +5%
- konsentrasi pereaksi pasangan ion + 10%
- pH fase gerak +0,1 unit pH
- laju alir + 10%
- detektor + 2 nm
- suhu kolom + 5%