Faculty of Pharmacy University of Sumatera Utara Penghantaran obat melalui paru dapat dilakukan dengan: 1. Metered dose inhaler (MDI) 2. Dried powder inhaler (DPI) 3. Nebulizer 4. Nasal spray Saat ini digunakan lebih dari 25 juta pengguna di Amerika untuk menghantarkan obat berbagai penyakit seperti asma, COPD, dan penyakit paru lainnya. MDI mengandung bahan obat yang terlarut atau tersuspensi dalam suatu propelan, campuran propelan, atau campuran pelarut dan propelan dengan bahan tambahan lain dalam sebuah kanister yang dilengkapi dengan katup terukur (metering valve) Setiap semprotan beberapa mikrogram sampai miligram bahan aktif dalam volume 25 - 100 mikroliter. Propelan yang digunakan CFC tetapi sejak tahun 1980 mulai dilarang dikembangkan propelan untuk MDI yg non CFC Formula terdiri dari campuran partikel obat yang halus (1–5 mm diameter) dan bahan tambahan sebagai pembawa (biasanya 75–200 mm). Pilihan bahan tambahan sangat terbatas Tidak perlu menggunakan propelan Desain alat lebih rumit dibandingkan MDI Formula serbuk dapat dimasukkan dalam blister atau kapsul untuk meningkatkan kestabilan Khusus untuk golongan pasien pediatrik, perawatan khusus, dan asma yang kronik Nebulizer didesain untuk mengatomisasi formula cairan seperti larutan atau suspensi yang mengandung bahan tambahan tertentu Sistem ini tidak menggunakan tekanan dan tidak mengandung propelan Mekanisme nebulizer menggunakan jet ataupun ultrasonik Didesain untuk menghantarkan agen terapeutik pada rongga hidung untuk penggunaan lokal maupun sistemik. Produk nasal spray mengandung bahan aktif yang terlarut atau tersuspensi dalam larutan yang mengandung bahan tambahan (seperti pengawet, penambah viskositas, emulsifier, dan agen pendapar) di dalam alat yang tidak bertekanan Nasal spray memerlukan formula, sistem kemasan tertutup, proses produksi dan stabilitas tersendiri Pertimbangan umum dalam pemilihan bahan tambahan adalah penentuan sistem penghantarannya yaitu alat penghantar yang digunakan dalam mendeposisikan obat. Ada 3 bahan tambahan yang ada dalam formula MDI: 1. Propelan 2. Surfaktan 3. Co-solvent Merupakan komponen terbesar dalam formula MDI Penghasil energi untuk atomisasi formula dan media dispersi atau disolusi dari zat aktif Propelan yang banyak digunakan adalah CFC 11,12, dan 14 telah dilarang sejak 1987 dan digantikan dengan Hidrofluoroalkana (HFA) HFA memiliki karakteristik yang menyerupai CFC HFA tidak mudah terbakar, tidak mengikis ozon, stabil secara kimia dan memiliki tekanan uap yang sama dengan CFC HFA yang sering digunakan HFA 134a secara toksikologi paling aman HFA dapat berinteraksi dengan formula dan menyebabkan partikel obat menempel pada kanister ataupun katup Solusinya Kanister dan katup dilapisi dengan bahan coating Beberapa alasan penggunaan surfaktan: 1. Menstabilkan dispersi suspensi dengan mengurangi muatan elektrostatik bahan aktif 2. Meningkatkan kelarutan obat (banyak obat yang sukar larut dalam HFA) 3. Mencegah pertumbuhan kristal selama penyimpanan 4. Sebagai lubrikan atau melumasi katup pada penggunaan dosis 100-400 5. Memodifikasi ukuran partikel Surfaktan yang sering digunakan : asam oleat, sorbitan trioleat, dan lesitin kedelai Kelarutan surfaktan dalam HFA 134a berkisar 0.005% sampai 0.02% w/v, lebih rendah bila dibandingkan untuk menstabilkan suspensi (0.1–2.0% w/v) Surfaktan dapat dilarutkan dengan penambahan co-solvent seperti etanol Alasan penggunaan co-solvent: (i) Meningkatkan kelarutan bahan aktif (sehingga dosis dapat dengan volume yang kecil) (ii) Memodulasi tekanan internal kemasan (untuk mempengaruhi energi atomisasi) Co-solvent yang umum digunakan adalah etanol Pembuatan aerosol dari serbuk kering melibatkan berbagai interaksi yang kompleks meliputi gaya gravitasi, dinamika cairan dan gaya interpartikulat (gaya elektrostatik, van der Waals, kapiler dan mekanik) Sifat fisikokimia dari serbuk menjadi penting karena akan mempengaruhi beberapa proses seperti pencampuran, pengisian dosis, aliran serbuk, dan dispersi partikel Maka bahan tambahan yang dapat digunakan sangat terbatas Laktosa merupakan bahan tambahan yang memiliki banyak keuntungan diantaranya: aman, murah dan mudah didapat. Sifat fisikokimia laktosa juga sesuai untuk formula DPI: permukaan yang halus, berbentuk kristal, dan memiliki tipe aliran sedang Tidak sesuai untuk beberapa senyawa obat karena bersifat pereduksi dan juga mengandung endotoksin Alternatif lain sebagai bahan tambahan DPI adalah : (i) karbohidrat seperti fruktosa, galaktosa, sukrosa; (ii) alditol sepeti manitol dan xylitol; (iii) Maltodekstrin, dekstran dan siklodekstrin (iv) Asam amino seperti glisin, arginin, lisin, asam aspartat dan asam glutamat (v) Peptida seperti serum albumin manusia dan gelatin Faktor fisikokimia bahan tambahan yang mempengaruhi dispersi serbuk obat antara lain:
(i) Ukuran partikel
Ukuran partikel yang lebih kecil akan meningkatkan deposisi obat (ii) Bentuk Bentuk partikel dan kehalusan permukaan bahan pembawa penting untuk menentukan dispersi dan deagregasi bahan aktif Laktosa yang terelongasi meningkatkan fraksi partikel halus dan dispersibilitas dari salbutamol sulfat (iii) Kehalusan permukaan (iv) Bentuk kristal dan polimorfism Bentuk amorf memiliki keuntungan : meningkatkan disolusi dan mencegah interaksi antar partikel. Kerugian bentuk amorf: mengurangi stabilitas kimia (v) Pencampuran partikel halus 1. Bahan pengawet Contoh: ethanol, benzalkonium chloride, EDTA, propylene glycol 2. Bahan penstabil contoh : (i) EDTA membentuk kompleks kelat dengan kontaminan logam pada sediaan metaproterenol dan albuterol sehingga mencegah perubahan warna larutan, dapat juga bersifat sebagai bahan pengawet bila dikombinasikan dengan zat pengawet yang lain (ii) sistem buffer 3. Co-solvent, seperti etanol dan propilenglikol digunakan untuk meningkatkan kestabilan 4. Zat penambah asam atau basa untuk mengatur pH 5. Zat pembuat isotonis dan iso-osmotik Contoh: garam buffer atau NaCl 6. Penambahan bahan untuk meningkatkan stabilitas fisika dan kimia pada sediaan nasal spray dapat digunakan selulosa mikrokristal Keuntungan etanol sebagai bahan tambahan pada formula Nebulizer ataupun nasal spray: (i) Menstabilkan struktur tertier dan kuarterner dari protein (ii) Mencegah kontaminasi mikrobiologi (iii) Menghantarkan massa obat lebih besar karena tidak adanya keterbatasan kelarutan (iv) Meningkatkan kelarutan senyawa lipofilik yang non polar (v) Meningkatkan kemampuan permeasi