OLEH :
TRANSFER B 2022
ASISTEN :
IDHAR IKSAN
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sediaan farmasi merupakan bentuk sediaan yang dibuat
berdasarkan dosis dan sifat bahan berkhasiat, tujuan pengobatan
mekanisme dan usia konsumen serta rute pemberiannya. Berdasarkan
rute pemberian dan kecepatan efek yang dikehendaki, sediaan farmasi
dibagi menjadi sediaan steril dan sediaan non steril. Secara umum
sediaaan farmasi terdiri dari bahan aktif dan bahan pembantu yang
ditambahkan dalm suatu formula sesuai dengan pengembangan bentuk
sediaan yang dikehendaki (Widayanti,2019).
Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar.
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang
memiliki komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu
larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat terlarut dan satu
pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah
banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan
pelarut disebut sebagai larutan biner (Yusuf,2019).
Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk
tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih
dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar.
Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat
diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan.
Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan
emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria),
dan bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk).
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2015).
Keuntungan sediaan larutan diantaranya lebih mudah ditelan
sehingga dapat dikonsumsi untuk pasien yang sulit menelan, sudah
berada dalam bentuk larutan sehingga lebih cepat diabsorpsi, obat
secara homogen terdistribusi ke seluruh bagian sediaan mengurangi
risiko iritasilambung oleh zat-zat iritan. (Ansel, 2014).
I. 2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaa
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami bagaimana cara memformulasi, membuat dan mengevaluasi
sediaan larutan yang baik dan benar sesuai dengan zat aktif yang
digunakan.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami bagaimana cara memformulasi, membuat dan mengevaluasi
sediaan larutan yang baik dan benar sesuai dengan zat aktif yang
digunakan.
I. 3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan ini yaitu dibuat sediaan larutan sesuai
dengan formulasi yang telah disetujui dan dilakukan evaluasi sediaan
sesuai dengan persyaratan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau
lebih dalam pelarut air suling, kecuali dinyatakan lain dimaksudkan untuk
digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk dimasukkan ke dalam
rongga tubuh (Anief, 1993).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya tidak dimasukkan
kedalam pelarut lainnya (Voight, 1994).
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas satu atau lebih
zat terlarut yang berupa padatan, cairan atau gas dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur membentuk sistem
termodinamika yang stabil secara fisika dan kimia dimana zat terlarut
terdispersi dalam sejumlah pelarut (Tungadi, 2020).
Larutan adalah suatu proses pembentukan termodinamika stabil,
sistem homogen dari dua atau lebih komponen itu dapat berupa gas, cair,
padat (Fatmawati, 2015).
Jadi, Larutan atau solutiones adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan
padat tercampur atau terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan
cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan langsung (direct) dan
larutan tidak langsung (indirect).
II.2 Penggolongan Larutan
Menurut FI V, bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menjadi
sebagai berikut:
1. Menurut Cara Pemberian
a. Larutan Oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven-air.
b. Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi
seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk
penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal untuk
penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
2. Berdasarkan Sistem Pelarut
a. Spirit yaitu larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari
zat mudah menguap, umumnya digunakan sebagai bahan
pengaroma.
b. Tingtur yaitu larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang
dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
c. Air aromatic yaitu larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak
yang mudah menguap atau senyawa aromatik atau bahan yang
mudah menguap lainnya (Putri, 2017).
II.3 Komponen Larutan
Adapun komponen-komponen larutan menurut Tungadi (2020), yaitu
sebagai berikut:
1. Pembawa
Pembawa yang disukai dan paling sering digunakan dalam solusi
untuk pemberian oral adalah Air Murni USP, karena biaya rendah dan
toksisitas rendah dari bahan ini.
2. Kosolven
Kosolven digunakan untuk meningkatkan kelarutan agen terapeutik
dalam formulasi. Contoh kosolven utama yang sering digunakan dalam
formulasi larutan oral seperti gliserol, alkohol, propilenglikol,
polietilenglikol.
3. Buffer
Buffer digunakan dalam larutan farmasi untuk mengontrol pH produk
yang diformulasikan dan, mengoptimalkan kinerja fisikokimia produk.
Contoh garam penyangga yang digunakan dalam larutan farmasi
termasuk: asetat (asam asetat dan natrium asetat): sekitar 1-2%, sitrat
(asam sitrat dan natrium sitrat): sekitar 1–5%, fosfat (natrium fosfat dan
disodium fosfat): sekitar 0,8–2%.
4. Pemanis
Zat pemanis digunakan dalam formulasi cair yang dirancang untuk
pemberian oral khusus untuk meningkatkan palatabilitas bahan terapeutik.
Bahan pemanis utama yang digunakan di Indonesia pada sediaan oral
adalah sukrosa, glukosa cair, gliserol, sorbitol, natrium sakarin dan
aspartam. Penggunaan zat pemanis buatan dalam formulasi semakin
meningkat dan, dalam banyak formulasi, natrium sakarin digunakan baik
sebagai zat pemanis tunggal atau dalam kombinasi dengan gula atau
sorbitol untuk mengurangi konsentrasi gula dalam formulasi. Penggunaan
gula dalam formulasi oral untuk anak-anak dan pasien dengan diabetes
mellitus harus dihindari.
5. Pengawet
Pengawet termasuk dalam solusi farmasi untuk kontrol mikroba dari
formulasi. Idealnya, pengawet harus menunjukkan sifat-sifat berikut:
memiliki spektrum luas kegiatan antimikroba meliputi bakteri Gram-positif
dan Gram-negatif dan jamur, stabil secara kimia dan fisik selama umur
simpan produk, memiliki toksisitas rendah. Berbagai bahan pengawet
tersedia untuk digunakan di dalam larutan farmasi untuk penggunaan oral,
termasuk yang berikut ini (nilai dalam tanda kurung berhubungan dengan
rentang konsentrasi digunakan dalam larutan oral): asam benzoat dan
garam (0,1-0,3%), asam sorbat dan garamnya (0,05-0,2%), alkil ester
asam parahydroxybenzoic (0,001-0,2%). Biasanya kombinasi dari dua
anggota seri ini adalah digunakan dalam larutan farmasi, biasanya metil
dan propyl parahydroxybenzoates (dalam perbandingan 9:1). Dalam hal
ini kombinasi kedua pengawet ini meningkatkan spektrum antimikroba.
II.4 Keuntungan dan Kerugian Larutan
1. Keuntungan, menurut (Attamimi, F, 2007)
a. Merupakan campuran homogen,
b. Dosis dapat mudah di ubah-ubah dalam perbuatan,
c. Dapat diberikan dalam bentuk larutan yang yang encer sedangkan
kapsul dan tablet susah diencerkan,
d. Kerja obat lebih cepat karena obat cepat terabsorbsi,
e. Mudah diberi pemanis, pengaroma, dan warna. Hal ini cocok untuk
pemberian obat pada anak-anak,
f. Untuk pemakaian luar bentuk larutan mudah digunakan.
2. Kerugian, menurut (Anief, 1993; Parrot, 1998)
a. Volume bentuk larutan lebih besar,
b. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan,
c. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya,
d. Lebih besar kemungkinannya untuk mengalami degradasi dan
berinteraksi antara unsur-unsunya dibandingkan dengan sediaan
padat,
e. Mempunyai rasa obat yang tidak menyenangkan dimana larutan oral
sulit untuk diberi pengaroma.
II.5 Kelarutan
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu dan secara
kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
membentuk dispersi molekul homogen.
II.5. 1 Jenis-Jenis Istilah Kelarutan
RM : C3H8O2
BM : 76,09 g/mol
Pemerian : Warna : Tidak berwarna
Rasa : Khas
Bau : Khas
Bentuk : Cairan kental, jernih
Kelarutan : Dalam Air : Cepat bercampur dengan air.
Dalam Pelarut : Dengan aseton dan kloroform,
Lain larut dalam eter, beberapa
minyak esensial, tetapi tidak
dapat bercampur dengan
minyak lemah.
pH Larutan : 3-6
Titik Lebur : 69 – 70 oC
Informasi Lain : -
Stabilitas : Pada suhu dingin stabil pada wadah yang tertutup
rapat tetapi pada suhu tinggi ditempat terbuka
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan pengoksidasi kalium gernonat
Penanganan : Menggunakan handscoon dan masker
Toksisitas : Pada kulit dengan dosis 500 mg selama 7 hari
menimbulkan iritasi
Saran : Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan
II.8.2.2 Natrium Benzoat (HOPE 6th Edition hal 656, FI ed III hal 395)
Nama Resmi : NATRIUM BENZOAT
Nama Lain : Benzoic acid sodium salt, benzoate of soda, natrii
benzoas, natrium benzoicum, sobenate, sodii
benzoas, sodium benzoic acid
Kelas : Pengawet
Fungsional
Konsentrasi : 0,1%
Rumus Bangun :
RM : CH5NaO
BM : 144,11
Pemerian : Warna : Putih
Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau atau hampir tidak
berbau
Bentuk : Butiran atau serbuk hablur
Kelarutan : Dalam Air : Larut dalam 2 bagian air
Dalam Pelarut : Dalam 90 bagian etanol (95%)
Lain P
pH Larutan : 2,5-4
Titik Lebur : 410oC
Informasi Lain : Aktivitas pengawet dapat dikurangi dengan
interaksi dengan kaolin 2 atau surfaktan nonionik.
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : Tidak sesuai dengan senyawa kuartener, gelatin,
garam besi, garam kalsium, dan garam logam
berat, termasuk perak, timbal, dan air raksa.
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran : Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan
II.8.2.3 Sorbitol (HOPE 6th Edition hal 679, FI ed III hal 567)
Nama Resmi : SORBITOLUM
Nama Lain : Meritol, Neosorb, Sorbitab, Sorbite, Dsorbitol,
Sorbitol Instant, Sorbitolum, Sorbogem.
Kelas : Pemanis
Fungsional
Konsentrasi : 30%
Rumus Bangun :
RM : C6H14O
BM : 182,17
Pemerian : Warna : Tidak Berwarna
Rasa : Manis
Bau : Tidak Berbau
Bentuk : Serbuk, butiran atau kepingan,
putih.
Kelarutan : Dalam Air : Sangat mudah larut dalam air.
Dalam Pelarut : Sukar larut dalam etanol (95%)
Lain P, dalam metanol P. dan dalam
asam asetat P.
pH Larutan : -
Titik Lebur : 95oC
Informasi Lain : -
Stabilitas : Stabil pada suhu tinggi dan tidak mengalami
reaksi mailard
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk khelat air yang larut
dalam air dengan banyak divalen dan ion logam
trivalen dalam kondisi sangat asam dan basa.
Penambahan cairan polietilen glikol menjadi
larutan sorbitol, dengan agitasi yang kuat,
menghasilkan gel yang mudah larut dalam air
dengan titik leleh 35-408oC, Sorbitol juga bereaksi
dengan zat besi oksida menjadi berubah warna.
Sorbitol meningkatkan laju degradasi penisilin
secara netral dan larutan berair.
Penanganan : -
Toksisitas : Tidak menimbulkan efek toksik
Saran : Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
II.8.2.4 Essense Jeruk (Martindale, Hal. 680)
Nama Resmi : ESSENSE ORANGE
Nama Lain : Essense Jeruk
Kelas : Perasa
Fungsional
Konsentrasi : q.s
Rumus Bangun : -
RM : -
BM : -
Pemerian : Warna : Orange
Rasa : Manis
Bau : Aroma kulit jeruk
Bentuk : Cair
Kelarutan : Dalam Air : Larut dalam 1,5 bagian air, 0,6
dalam air panas
Dalam Pelarut : Agak sukar larut dalam etanol
Lain
pH Larutan : -
Titik Lebur : -
Informasi Lain : -
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : -
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran : Dalam wadah tertutup rapat yang sejuk dan kering
Penyimpanan terhindar dari Cahaya matahari.
II.8.2.5 Sunset Yellow
Nama Resmi : SUNSET YELLOW
Nama Lain : Sunset yellow
Kelas : Pewarna
Fungsional
Konsentrasi : q.s
Rumus Bangun :
RM : C16H10N2Na2O7S2
BM : 452,37
Pemerian : Warna : Kuning kemerahan
Rasa :
Bau :
Bentuk : Serbuk
Kelarutan : Dalam Air : Mudah larut
Dalam Pelarut : Mudah larut dalam gliserin &
Lain propilenglikol (50%), sedikit
larut dalam propilenglikol.
pH Larutan : 1-13
Titik Lebur : 180oC
Informasi Lain : -
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : Kurang kompatibel dengan asam sitrat, larutan
sakarosa, dan larutan saturasi natrium
hidrokarbonat. Tidak kompatibel dengan asam
askorbat, gelatin & glukosa.
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran : Wadah tertutup rapat & tempat sejuk dan kering.
Penyimpanan
II.8.2.6 Aquadest (Rowe, 2009)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Kelas : Pelarut
Fungsional
Konsentrasi : Ad 100%
Rumus Bangun :
RM : H2O
BM : 18,02 g/mol
Pemerian : Warna : Tidak berwarna
Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau
Bentuk : Cairan jernih
Kelarutan : Dalam Air : Praktis larut dalam air
Dalam Pelarut : Larut dalam segala jenis larutan
Lain
pH Larutan : 7
Titik Lebut : -
Informasi Lain : Aquadest yaitu air yang dihasilkan dari satu kali
proses destilasi/penyulingan, sering disebut air
murni
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : -
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran : Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
BAB III
METODE KERJA
III.1 Rancangan Formula
Tiap 60 mL sediaan mengandung :
Asam Valproat 250 mg (Zat Aktif)
Natrium Benzoat 0.1% (Pengawet)
Propilenglikol 15% (Kosolvent)
Sorbitol 30% (Pemanis)
Essensial Jeruk q.s (Perasa)
Sunset Yellow q.s (Pengaroma)
Aquadest ad 100% (Pelarut)
III.2 Rencana Desain Sediaan
Rencana nomor registrasi : DKL0010121224A
Rencana nomor batch : 3280921
Rencana bahan kemas primer : Botol cokelat
Rencana bahan kemas sekunder : Kertas karton
Rencana bahan label/etiket : Kertas Stiker
Rencana bahan leaflet/brosur : Kertas HVS
Rencana alat penakar : Sendok takar (5 mL)
Rencana indikasi sediaan : Mukolitik
III.3 Alat dan Bahan
III.4.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah batang
pengaduk, botol cokelat, corong kaca, gelas beaker, gelar ukur, lumpang
dan alu, neraca analitik, pH meter, sendok tanduk, sudip, viscometer
oswald.
III.4.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu asam
valproate, aquadest, essense jeruk, kertas saring, natrium benzoate,
propilnglikol, sorbitol, sunset yellow, tissue.
VI.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan sediaan
larutan. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur(FI. Edisi IV).
Pada percobaan ini zat aktif yang digunakan adalah asam valproat,
yang dimana asam valproat merupakan salah satu obat anti epilepsy.
Obat ini digunakan sebagai lini pertama yang telah terbukti efektif pada
pengobatan pasien epilepsi umum(Tatum, 2010). Asam valproat memiliki
mekanisme aksi yaitu dapat merubah sintesis dan membuat terjadinya
degradasi asam gama amino butirat(GABA) yang menyebabkan
hiperpolarisasi potensial istirahat membran neuron akibat peningkatan
gaya konduksi membrane untuk kalsium (K+). Efek anti konfulsi
didasarkan karena adanya peningkatan kadar GABA didalam otak dan
menghambat neurotransmitter di SSP(Sulistra dan Gunawan, 2016).
Adapun pada praktikum ini telah dilakukan pembuatan sediaan
larutan pada masing-masing kelompok yang dimana semua bahan dan
perhitungannya sama dan juga telah dilakukan uji evaluasi didapatkan
hasil pada setiap kelompok yang berbeda hasil evaluasi uji organoleptik
tiap kelompok dari kelompok satu sampai kelompok empat mendapatkan
hasil yang sama yaitu bentuk cair, warna orange, bau jeruk dan rasa
manis.
Adapun hasil uji volume terpindahkan dari tiap kelompok yang
dimana kelompok satu sampai empat memiliki hasil yaitu kelompok satu
98%, kelompok dua 99%, kelompok tiga 98% dan kelompok empat 95%.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa telah sesuai dengan range
volume terpindahkan yaitu 95%-110% yang tertera pada etiketi (FI Edisi V,
2014).
Adapun hasil uji bobot jenis dari tiap kelompok yang dimana
kelompok satu sampai empat memiliki hasil yaitu kelompok satu 1,06g/ml,
kelompok dua 1,1g/ml, kelompok tiga 1,124g/ml dan kelompok empat
1,116g/ml. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa tidak ada yang
sesuai dengan literatur yang dimana BJ larutan atau sirup yang baik
adalah lebih dari 1,2g/ml(Depkes RI, 1979).
Adapun hasil evaluasi pH dari kelompok satu sampai empat yaitu
6,19 ; 6,59 : 6,08 dan 5,92 yang dimana hasil pH yang diperoleh dari tiap
kelompok sudah sesuai dengan range pH sediaan larutan yaitu range pH
sediaan larutan atau sirup yang baik adalah 4-7(FI Edisi IV,1995).
Adapun hasil uji homogenitas yang dimana hasil dari tiap kelompok
yaitu sediaan yang dibuat homogen, hal ini telah sesuai dengan literatur
yang dimana salah satu persyaratan sediaan larutan adalah homogen.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari tujuan percobaan ini adalah
pembuatan larutan dengan formulasi zat aktif Asam Valproat. Dimana
pada percobaan ini dilakukan evaluasi volume terpindahkan dari semua
kelompok hasil yang diperoleh bahwa telah sesuai dengan range volume
terpindahkan yaitu 95%-110% yang tertera pada etiketi (FI Edisi V, 2014),
pada evaluasi PH yang diperoleh dari tiap kelompok sudah sesuai dengan
range pH sediaan larutan yaitu range pH sediaan larutan atau sirup yang
baik adalah 4-7 (FI Edisi IV, 1995), serta pada uji organoleptik hasil yang
di dapat telah sesui persyaratan. Akan tetapi pada uji bobot jenis tiap
kelompok hasil yang diperoleh tidak ada yang sesuai dengan literatur
yang dimana BJ larutan atau sirup yang baik adalah lebih dari 1,2 g/ml
(Depkes RI, 1979).
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan untuk tetap hadir pada saat praktikum berlangsung untuk
membimbing praktikan dalam melakukan percobaan dan mengawasi
asisten.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan kepada seluruh asisten agar dapat membimbing saat
praktikum dengan maksimal dan komunikasi dengan praktikan tetap
terjaga.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan sarana dan prasarana dalam laboratorium dilengkapi,
diperbaiki dan dirawat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1993. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.
Hendra TS., Ahmad S., Dwi IA. 2019. Prevalensi dan Gambaran
Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung. JK Unila.
Volume 3. Nomor 2. Desember 2019.
Latuasan, I. R., Sugianto, P., Kasih, E., & Octavia, E. (2018). Studi
penggunaan natrium valproat kurang dari tiga bulan terhadap
magnesium serum dan jumlah kejang pasien epilepsi di RSUD Dr.
Soetomo. Jurnal Farmasi Sains dan Terapan, 5(1), 6-10.
Ary widayanti, 2019. Modul Praktikum Teknologi Sediaan Semi Solid Dan
Liquid. Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka. Jakarta.
Gambar Keterangan
Dilakukan uji pH
Lampiran 2. Perhitungan
A. Perhitungan Bahan
1. Asam Valproat = 250 mg/ 5 ml x 60 ml
= 3000 mg
2. Sorbitol = 30/100 x 60 ml
= 18 ml
3. Natrium Benzoat = 0,1/100 x 60 ml
= 0,06 mg
4. Propilen glikol = 15/100 x 60 ml
= 9 ml
5. Essense Jeruk = qs
6. Sunset Yellow = qs
7. Aquadest = ad 100 ml
B. Perhitungan Batch
1. Asam Valproat = 3000 mg x 5
= 15000 mg
2. Sorbitol = 18 ml x 5
= 90 ml
3. Natrium Benzoat = 0,06 mg x 5
= 0,3 mg
4. Propilen glikol = 9 ml x 5
= 45 ml
5. Essense Jeruk = qs
6. Sunset Yellow = qs
7. Aquadest = ad 100 ml
C. Perhitungan Volume Terpindahkan
Rumus Volume Terpindahkan = Volume Akhir / Volume Awal x 100%
Kelompok 1 = 58 ml/60 ml x 100% = 98%
Kelompok 2 = 59 ml/60 ml x 100% = 99%
Kelompok 3 = 58 ml/60 ml x 100% = 98%
Kelompok 4 = 58 ml/60 ml x 100% = 98%
D. Perhitungan Bobot Jenis
Rumus Bobot Jenis = Bobot Sampel Dalam Pikno/Volume Pikno
Kelompok 1 = 26,6 g / 25 ml = 1,06 g/ml
Kelompok 2 = 27,6 g / 25 ml = 1,1 g/ml
Kelompok 3 = 28,1 g / 25 ml = 1,12 g/ml
Kelompok 4 = 27,9 g / 25 ml = 1,11 g/ml
Lampiran 3. Skema Kerja
Dikalibrasi botol