Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT


“LARUTAN”

OLEH :
TRANSFER B 2022

ASISTEN :
IDHAR IKSAN

LABORATORIUM FARMASETIKA & TEKNOLOGI FARMASI

PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI

UNIVERSITAS ALMARISAH MADANI

MAKASSAR

2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sediaan farmasi merupakan bentuk sediaan yang dibuat
berdasarkan dosis dan sifat bahan berkhasiat, tujuan pengobatan
mekanisme dan usia konsumen serta rute pemberiannya. Berdasarkan
rute pemberian dan kecepatan efek yang dikehendaki, sediaan farmasi
dibagi menjadi sediaan steril dan sediaan non steril. Secara umum
sediaaan farmasi terdiri dari bahan aktif dan bahan pembantu yang
ditambahkan dalm suatu formula sesuai dengan pengembangan bentuk
sediaan yang dikehendaki (Widayanti,2019).
Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar.
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang
memiliki komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu
larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat terlarut dan satu
pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah
banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan
pelarut disebut sebagai larutan biner (Yusuf,2019).
Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk
tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih
dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar.
Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat
diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan.
Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan
emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria),
dan bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk).
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2015).
Keuntungan sediaan larutan diantaranya lebih mudah ditelan
sehingga dapat dikonsumsi untuk pasien yang sulit menelan, sudah
berada dalam bentuk larutan sehingga lebih cepat diabsorpsi, obat
secara homogen terdistribusi ke seluruh bagian sediaan mengurangi
risiko iritasilambung oleh zat-zat iritan. (Ansel, 2014).
I. 2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaa
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami bagaimana cara memformulasi, membuat dan mengevaluasi
sediaan larutan yang baik dan benar sesuai dengan zat aktif yang
digunakan.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami bagaimana cara memformulasi, membuat dan mengevaluasi
sediaan larutan yang baik dan benar sesuai dengan zat aktif yang
digunakan.
I. 3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan ini yaitu dibuat sediaan larutan sesuai
dengan formulasi yang telah disetujui dan dilakukan evaluasi sediaan
sesuai dengan persyaratan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau
lebih dalam pelarut air suling, kecuali dinyatakan lain dimaksudkan untuk
digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk dimasukkan ke dalam
rongga tubuh (Anief, 1993).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya tidak dimasukkan
kedalam pelarut lainnya (Voight, 1994).
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas satu atau lebih
zat terlarut yang berupa padatan, cairan atau gas dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur membentuk sistem
termodinamika yang stabil secara fisika dan kimia dimana zat terlarut
terdispersi dalam sejumlah pelarut (Tungadi, 2020).
Larutan adalah suatu proses pembentukan termodinamika stabil,
sistem homogen dari dua atau lebih komponen itu dapat berupa gas, cair,
padat (Fatmawati, 2015).
Jadi, Larutan atau solutiones adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan
padat tercampur atau terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan
cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan langsung (direct) dan
larutan tidak langsung (indirect).
II.2 Penggolongan Larutan
Menurut FI V, bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menjadi
sebagai berikut:
1. Menurut Cara Pemberian
a. Larutan Oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven-air.
b. Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi
seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk
penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal untuk
penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
2. Berdasarkan Sistem Pelarut
a. Spirit yaitu larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari
zat mudah menguap, umumnya digunakan sebagai bahan
pengaroma.
b. Tingtur yaitu larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang
dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
c. Air aromatic yaitu larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak
yang mudah menguap atau senyawa aromatik atau bahan yang
mudah menguap lainnya (Putri, 2017).
II.3 Komponen Larutan
Adapun komponen-komponen larutan menurut Tungadi (2020), yaitu
sebagai berikut:
1. Pembawa
Pembawa yang disukai dan paling sering digunakan dalam solusi
untuk pemberian oral adalah Air Murni USP, karena biaya rendah dan
toksisitas rendah dari bahan ini.
2. Kosolven
Kosolven digunakan untuk meningkatkan kelarutan agen terapeutik
dalam formulasi. Contoh kosolven utama yang sering digunakan dalam
formulasi larutan oral seperti gliserol, alkohol, propilenglikol,
polietilenglikol.
3. Buffer
Buffer digunakan dalam larutan farmasi untuk mengontrol pH produk
yang diformulasikan dan, mengoptimalkan kinerja fisikokimia produk.
Contoh garam penyangga yang digunakan dalam larutan farmasi
termasuk: asetat (asam asetat dan natrium asetat): sekitar 1-2%, sitrat
(asam sitrat dan natrium sitrat): sekitar 1–5%, fosfat (natrium fosfat dan
disodium fosfat): sekitar 0,8–2%.
4. Pemanis
Zat pemanis digunakan dalam formulasi cair yang dirancang untuk
pemberian oral khusus untuk meningkatkan palatabilitas bahan terapeutik.
Bahan pemanis utama yang digunakan di Indonesia pada sediaan oral
adalah sukrosa, glukosa cair, gliserol, sorbitol, natrium sakarin dan
aspartam. Penggunaan zat pemanis buatan dalam formulasi semakin
meningkat dan, dalam banyak formulasi, natrium sakarin digunakan baik
sebagai zat pemanis tunggal atau dalam kombinasi dengan gula atau
sorbitol untuk mengurangi konsentrasi gula dalam formulasi. Penggunaan
gula dalam formulasi oral untuk anak-anak dan pasien dengan diabetes
mellitus harus dihindari.
5. Pengawet
Pengawet termasuk dalam solusi farmasi untuk kontrol mikroba dari
formulasi. Idealnya, pengawet harus menunjukkan sifat-sifat berikut:
memiliki spektrum luas kegiatan antimikroba meliputi bakteri Gram-positif
dan Gram-negatif dan jamur, stabil secara kimia dan fisik selama umur
simpan produk, memiliki toksisitas rendah. Berbagai bahan pengawet
tersedia untuk digunakan di dalam larutan farmasi untuk penggunaan oral,
termasuk yang berikut ini (nilai dalam tanda kurung berhubungan dengan
rentang konsentrasi digunakan dalam larutan oral): asam benzoat dan
garam (0,1-0,3%), asam sorbat dan garamnya (0,05-0,2%), alkil ester
asam parahydroxybenzoic (0,001-0,2%). Biasanya kombinasi dari dua
anggota seri ini adalah digunakan dalam larutan farmasi, biasanya metil
dan propyl parahydroxybenzoates (dalam perbandingan 9:1). Dalam hal
ini kombinasi kedua pengawet ini meningkatkan spektrum antimikroba.
II.4 Keuntungan dan Kerugian Larutan
1. Keuntungan, menurut (Attamimi, F, 2007)
a. Merupakan campuran homogen,
b. Dosis dapat mudah di ubah-ubah dalam perbuatan,
c. Dapat diberikan dalam bentuk larutan yang yang encer sedangkan
kapsul dan tablet susah diencerkan,
d. Kerja obat lebih cepat karena obat cepat terabsorbsi,
e. Mudah diberi pemanis, pengaroma, dan warna. Hal ini cocok untuk
pemberian obat pada anak-anak,
f. Untuk pemakaian luar bentuk larutan mudah digunakan.
2. Kerugian, menurut (Anief, 1993; Parrot, 1998)
a. Volume bentuk larutan lebih besar,
b. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan,
c. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya,
d. Lebih besar kemungkinannya untuk mengalami degradasi dan
berinteraksi antara unsur-unsunya dibandingkan dengan sediaan
padat,
e. Mempunyai rasa obat yang tidak menyenangkan dimana larutan oral
sulit untuk diberi pengaroma.
II.5 Kelarutan
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu dan secara
kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
membentuk dispersi molekul homogen.
II.5. 1 Jenis-Jenis Istilah Kelarutan

Gambar 1. Jenis-jenis istilah kelarutan (Tungadi, 2020)


II.5. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
Suhu merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelarutan
suatu obat dan dalam meningkatkan kelarutannya. Kebanyakan bahan
kimia menyerap panas bila dilarutkan dan dikatakan mempunyai panas
negatif, yang menyebabkan meningkatnya kelarutan dengan kenaikan
suhu (Tungadi, 2020).
Disamping suhu faktor yang lain mempengaruhi kelarutan meliputi
bermacam-macam bahan kimia dan sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan
pelarut, faktor tekanan, keasaman atau kebasaan dari larutan selama
berlangsungnya proses melarut. Kelarutan suatu zat kimia murni pada
suhu dan tekanan tertentu adalah tetap tetapi laju kecepatan pelarutan
tergantung pada ukuran partikel dari zat dan tingkat pengadukan dimana
makin halus serbuk, makin luas permukaan kontak dengan pelarut, makin
cepat proses melarut. Juga semakin kuat pengadukan makin banyak
pelarut yang tidak jenuh bersentuhan dengan obat dan makin cepat
terbentuknya larutan (Tungadi, 2020).
II.6 Formulasi Sirup
Bahan-bahan penyusun sediaan sirup asam valproat yang dibuat,
antara lain:
1. Zat aktif
yaitu zat berkhasiat pada suatu sediaan. contohnya: Asam Valproat
Asam Valproat sangat efektif terhadap kejang dan lebih sering dipilih, jika
pasien juga mengalami serangan tonik-klonik generalisata. Asam valproat
bersifat sangat unik pada Sebagian kasus efeknya sangat aromatic. Obat
ini efektif untuk kejang tonik-klonik, khususnya yang mengalami
generalisata primer. Mekanisme kerja asam valproat dalam pengobatan
epilepsi adalah meningkatkan inaktivasi kanal Na +, sehingga menurunkan
kemampuan saraf untuk menghantarkan muatan listik (Latuasan dkk,
2018).
2. Kosolven
Kosolven adalah pelarut yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk
membantu melarutkan atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat.
Dimana penggunaan kosolven dapat mempengaruhi polaritas sistem yang
dapat ditunjukkan dengan pengubahan tetapan dielektriknya (Swarbrick &
Boylan, 1996).
Propilenglikol merupakan bahan tambahan yang dapat berfungsi
sebagai kosolven, digunakan dalam berbagai macam formulasi formasi
dan umumnya dianggap sebagai bahan yang relatif atau tidak beracun.
Propilenglikol juga cepat diserap dalam saluran pencernaan, memiliki
kelarutan yang baik karena dapat bercampur dengan berbagai pelarut
termasuk air aseton dan kloroform (Rowe, 2009).
3. Pengawet
Pengawet digunakan untuk mencegah kerusakan pada produk, dapat
membunuh bakteri dan jamur (Hendra, 2019). Natrium benzoat
merupakan salah satu pengawet yang efektif terhadap khamir dan jamur.
Penggunaan natrium benzoat lebih disukai karena natrium benzoat lebih
mudah larut dibandingkan asam benzoat dan tidak berbau (Hilda, N.
2015).
4. Pemanis
Pemanis merupakan zat tambahan dalam suatu sirup, pemanis
ditambahkan untuk memberikan rasa manis pada sirup (Djelang
Zainuddin, 2018). Salah satunya yaitu sorbitol, Kelarutan sorbitol sangat
tinggi yaitu sebesar 235 gram/100gram air pada suhu 25°C. Sorbitol
memiliki mouthfeel (kesan di mulut) dengan rasa yang manis dan
memberikan sensasi dingin di mulut. Sorbitol memiliki sifat cukup stabil,
tidak reaktif, mampu bertahan dalam suhu tinggi (Aisyah, A. N. 2022).
5. Perasa
Penambahan perasa ini hanya jika diperlukan, ditambahkan jika
sediaan sirup yang akan di berikan pada pasien kurang enak atau terlalu
pahit. Unsur sirup yang terakhir yaitu pengisotonis yang biasanya
ditambahkan pada sediaan steril (Van, 1990).
6. Pewarna
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa
disebut corigen coloris. Pewarna ditambahkan jika diperlukan.
Penambahan pewarna biasanya agar sediaan menjadi lebih menarik dan
tidak berwarna pucat. Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air
dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam syrup dan warnanya
stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan (Djelang Zainuddin, 2018).
7. Pelarut
Pelarut merupakan cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa
disebut sebagai zat pebawa. Contoh pelarut adalah air, gliserol,
propilenglikol, etanol, eter (Djelang Zainuddin, 2018).
II.7 Evaluasi Sediaan Sirup
1. Uji Organoleptik
Uji Organoleptik pada sediaan sirup meliputi rasa, bau, dan warna
dapat dijadikan sebagai indikator sifat fisika yang bersifat subjektif
(Sayuti & Winarso, 2014).
2. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengukur keasaman suatu larutan. Tingkat
keasaman (pH) merupakan faktor penting dalam formulasi karena
mempengaruhi potensi, kelarutan, penyerapan, stabilitas dan
kenyamanan pasien. Sehingga, obat yang bersifat asam lemah akan
mudah larut di dalam lingkungan (Sayuti & Winarso, 2014).
3. Uji Kejernihan
Uji kejernihan dilakukan secara visual dengan mengamati sediaan.
Hasil uji sediaan sirup harus jernih, dan bebas dari kotoran (Fickri &
Klin, 2018).
4. Uji Viskositas
Uji viskositas ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan kekentalan
yang telah disiapkan, dimana kekentalan mewakili ketahanan fluida
untuk mengalir. Periksa viskositas dengan viskometer dengan
merendam spindel dalam larutan preparat, mencelupkannya ke dalam
larutan preparat, memulai instrumen dengan kecepatan putar, dan
kemudian membalikkan kecepatan secara terus menerus. Setiap
pengukuran dibaca pada skala sampai jarum merah bergerak dengan
stabil (Lumbantoruan & Yulianti, 2016).
5. Uji Volume Terpindahkan
Uji volume terpindahkan dirancang untuk memastikan bahwa
larutan oral dan sirup yang dikemas dalam wadah multidosis, dengan
volume berlabel tidak lebih dari 250 mL, tersedia dalam bentuk sediaan
cair atau cair. medium. Volume yang ditunjukkan, saat dikeluarkan dari
wadah aslinya, memberikan volume yang tertera pada label sediaan
(Helni, 2013).
6. Uji Bobot Jenis
Uji bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer yang
bersih dan kering. Larutan sirup dimasukkan ke dalam piknometer.
Sesuaikan suhu piknometer yang terisi hingga 25°C, buang cairan
berlebih dan timbang. Jika monografi menunjukkan suhu selain 25°C,
piknometer yang terisi harus diatur sampai suhu yang diinginkan
tercapai sebelum penimbangan. Kurangi berat piknometer kosong dari
berat piknometer penuh. Berat jenis suatu zat adalah hasil yang
diperoleh dengan membagi berat zat dengan berat air dalam
piknometer (Fitriana et al., 2022).
7. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan terhadap sirup yang sudah jadi yang
diberikan hingga 50 mL dalam wadah. Wadah dikocok kemudian
diamati apakah homogen. Tes diulang tiga kali. Sirup yang baik harus
stabil, homogen, bebas dari kekeruhan dan bebas dari kontaminasi dan
pertumbuhan mikroba (Hidayati et al., 2020).
8. Uji Hedonik
Uji kesukaan sediaan sirup dilakukan dengan menggunakan 10
responden secara acak untuk mencicipi sediaan sirup yang telah dibuat
dan Responden diminta mengisi kuesioner tentang rasa, aroma dan
tampilan sediaan (Dewi & Rusita, 2017).

II.8 Uraian Bahan


II.8.1. Uraian Farmakologi
Nama : Asam Valproat
Kelas Farmakologi : Valproat yang diberikan secara oral terserap
sempurna secara keseluruhan dari profil obat
ketika diberikan tidak bersamaan dengan
makanan. Distribusi total valproat sebesar 11
L/1.73 m2. Metabolisme valproat terjadi dihati
melalui konjugasi glukuronida dan beta-oksidasi
mitokondria. T1⁄2 eliminasi pada anak- anak
dengan usia >2 bulan menunjukkan angka
eliminasi 7-13 jam. Valproat terekresi melalui
urin sebesar 30-50% (Charles et al., 2011)
sedangkan Tmaks sebesar 0,5-1 jam dengan
sirup, 1-3 jam dengan kapsul dan 2-6 jam
dengan tablet lepas lambat. Rumus pelepasan
yang diperpanjang (Depakote-ER) disetujui FDA
untuk pasien dengan epilepsi yang disertai
migrain. Formulasi perbandingan dengan
natrium divalproex yang dilapisi enteric
(Depakote) menunjukkan ketersedian hayati
yang lebih sedikit yaitu sekitar 15% (Jose and
Susan, 2017).
Indikasi : Valproat digunakan sebagai terapi lini pertama
pada pengobatan tipe epilepsi umum (general
epilepsy), termasuk bangkitan absans,
mioklonik, atonik, tonik klonik. Valproat
digunakan untuk pengobatan gangguan
neurologis, gangguan mental/mood (fase pada
gangguan bipolar) atau gangguan pada
kejiwaan seperti kejang pertama hingga terjadi
bangkitan berikutnya, serta dapat digunakan
untuk mencegah migrain. Valproat bekerja
dengan menyeimbangkan neurotransmiter
didalam otak (Jose and Susan, 2017).
Mekanisme Kerja : Asam valproat lebih bermanfaat untuk
bangkitan absence daripada terhadap
bangkitan umum tonik-klonik (Depkes 2014).
Asam valproat mengurangi perambatan lepasan
listrik abnormal di dalam otak. Asam valproat
bisa memperkuat kerja GABA pada sinaps-
sinaps inhibisi. Mekanisme kerjanya
diperkirakan berdasarkan hambatan enzim
yang menguraikan GABA sehingga kadar
neurotransmiter ini diotak meningkat.
Efek Samping : Gangguan system syarat pucat, tremor, pusing,
kesadaran menurun, keseimbangan tubuh
menurun, ataksia, hepatotoksisitas,
trombositopenia, hiperamonemia.
Dosis : Asam valproat sebagai terapi epilepsi yang
diberikan secara oral untuk anak-anak dengan
dosis 15mg/kg/hari, kemudian ditingkatkan 5-
10mg/kg/hari pada interval perminggu terapi
sampai tercapainya target terapeutik. Dosis
maksimum 60 mg/kg/hari. Dosis valproat yang
diberikan secara oral disertai dengan migrain
profilaksis untuk anak >12 tahun sebesar
250mg interval pemberian 2x sehari,
penyesuaian dosis dilakukan ketika pasien telah
berespon kemudian dosis dinaikkan maksimal
1000mg/hari (Charles et al., 2011). Berdasarkan
analisis (Bromley et al., 2014), paparan valproat
pada dosis lebih dari 800–1000 mg per hari
akan meningkatkan risiko gangguan
perkembangan neuron pada anak. Analisis hasil
(Bromley et al., 2014) dan The Nead Study
menyatakan bahwa dosis valproat yang tinggi
akan berdampak langsung dengan rendahnya
kemampuan bahasa pada anak. Kategori
Keamanan pada ibu hamil termasuk ketegori D,
artinya beresiko tinggi terhadap janin. Selain itu,
valproat tidak diberikan pada pasien dengan
gangguan fungsi hati berat dan pada pasien
gangguan fungsi ginjal perlu dilakukan
penyesuaian dosis valproat.
II.8.1.1 Uraian Sifat Fisika-Kimia Bahan Aktif
Nama Resmi : ASAM VALPROAT
Nama Lain : Valproic acid
RM : C8H16O2
BM :

Pemerian : Warna : Jernih, tidak berwarna hingga


pucat
Rasa : Pahit
Bau : Khas
Bentuk : Caira nagak kental
Kelarutan : Dalam Air : Larut dalam air
Dalam : Mudah larut dalam natrium
Pelarut Lain hidroksida, dalam etanol.
pH Larutan : 7-8
Titik Lebur : -
Informasi Tambahan : -
II.8.1.2 Uraian Stabilitas
Stabilitas : Suhu : 15-25oC
Lainnya : -
Inkompatibilitas : -
II.8.2 Informasi Bahan Tambahan
II.8.2.1 Propilen Glikol (Rowe et al., 2009; Depkes RI, 1995)
Nama Resmi : PROPILEN GLYCOLUM
Nama Lain : Propilenglikol
Kelas : Kosolven
Fungsional
Konsentrasi : 15%
Rumus Bangun :

RM : C3H8O2
BM : 76,09 g/mol
Pemerian : Warna : Tidak berwarna
Rasa : Khas
Bau : Khas
Bentuk : Cairan kental, jernih
Kelarutan : Dalam Air : Cepat bercampur dengan air.
Dalam Pelarut : Dengan aseton dan kloroform,
Lain larut dalam eter, beberapa
minyak esensial, tetapi tidak
dapat bercampur dengan
minyak lemah.
pH Larutan : 3-6
Titik Lebur : 69 – 70 oC
Informasi Lain : -
Stabilitas : Pada suhu dingin stabil pada wadah yang tertutup
rapat tetapi pada suhu tinggi ditempat terbuka
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan pengoksidasi kalium gernonat
Penanganan : Menggunakan handscoon dan masker
Toksisitas : Pada kulit dengan dosis 500 mg selama 7 hari
menimbulkan iritasi
Saran : Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan
II.8.2.2 Natrium Benzoat (HOPE 6th Edition hal 656, FI ed III hal 395)
Nama Resmi : NATRIUM BENZOAT
Nama Lain : Benzoic acid sodium salt, benzoate of soda, natrii
benzoas, natrium benzoicum, sobenate, sodii
benzoas, sodium benzoic acid
Kelas : Pengawet
Fungsional
Konsentrasi : 0,1%
Rumus Bangun :

RM : CH5NaO
BM : 144,11
Pemerian : Warna : Putih
Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau atau hampir tidak
berbau
Bentuk : Butiran atau serbuk hablur
Kelarutan : Dalam Air : Larut dalam 2 bagian air
Dalam Pelarut : Dalam 90 bagian etanol (95%)
Lain P
pH Larutan : 2,5-4
Titik Lebur : 410oC
Informasi Lain : Aktivitas pengawet dapat dikurangi dengan
interaksi dengan kaolin 2 atau surfaktan nonionik.
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : Tidak sesuai dengan senyawa kuartener, gelatin,
garam besi, garam kalsium, dan garam logam
berat, termasuk perak, timbal, dan air raksa.
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran : Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan
II.8.2.3 Sorbitol (HOPE 6th Edition hal 679, FI ed III hal 567)
Nama Resmi : SORBITOLUM
Nama Lain : Meritol, Neosorb, Sorbitab, Sorbite, Dsorbitol,
Sorbitol Instant, Sorbitolum, Sorbogem.
Kelas : Pemanis
Fungsional
Konsentrasi : 30%
Rumus Bangun :

RM : C6H14O
BM : 182,17
Pemerian : Warna : Tidak Berwarna
Rasa : Manis
Bau : Tidak Berbau
Bentuk : Serbuk, butiran atau kepingan,
putih.
Kelarutan : Dalam Air : Sangat mudah larut dalam air.
Dalam Pelarut : Sukar larut dalam etanol (95%)
Lain P, dalam metanol P. dan dalam
asam asetat P.
pH Larutan : -
Titik Lebur : 95oC
Informasi Lain : -
Stabilitas : Stabil pada suhu tinggi dan tidak mengalami
reaksi mailard
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk khelat air yang larut
dalam air dengan banyak divalen dan ion logam
trivalen dalam kondisi sangat asam dan basa.
Penambahan cairan polietilen glikol menjadi
larutan sorbitol, dengan agitasi yang kuat,
menghasilkan gel yang mudah larut dalam air
dengan titik leleh 35-408oC, Sorbitol juga bereaksi
dengan zat besi oksida menjadi berubah warna.
Sorbitol meningkatkan laju degradasi penisilin
secara netral dan larutan berair.
Penanganan : -
Toksisitas : Tidak menimbulkan efek toksik
Saran : Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
II.8.2.4 Essense Jeruk (Martindale, Hal. 680)
Nama Resmi : ESSENSE ORANGE
Nama Lain : Essense Jeruk
Kelas : Perasa
Fungsional
Konsentrasi : q.s
Rumus Bangun : -
RM : -
BM : -
Pemerian : Warna : Orange
Rasa : Manis
Bau : Aroma kulit jeruk
Bentuk : Cair
Kelarutan : Dalam Air : Larut dalam 1,5 bagian air, 0,6
dalam air panas
Dalam Pelarut : Agak sukar larut dalam etanol
Lain
pH Larutan : -
Titik Lebur : -
Informasi Lain : -
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : -
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran : Dalam wadah tertutup rapat yang sejuk dan kering
Penyimpanan terhindar dari Cahaya matahari.
II.8.2.5 Sunset Yellow
Nama Resmi : SUNSET YELLOW
Nama Lain : Sunset yellow
Kelas : Pewarna
Fungsional
Konsentrasi : q.s
Rumus Bangun :

RM : C16H10N2Na2O7S2
BM : 452,37
Pemerian : Warna : Kuning kemerahan
Rasa :
Bau :
Bentuk : Serbuk
Kelarutan : Dalam Air : Mudah larut
Dalam Pelarut : Mudah larut dalam gliserin &
Lain propilenglikol (50%), sedikit
larut dalam propilenglikol.
pH Larutan : 1-13
Titik Lebur : 180oC
Informasi Lain : -
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : Kurang kompatibel dengan asam sitrat, larutan
sakarosa, dan larutan saturasi natrium
hidrokarbonat. Tidak kompatibel dengan asam
askorbat, gelatin & glukosa.
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran : Wadah tertutup rapat & tempat sejuk dan kering.
Penyimpanan
II.8.2.6 Aquadest (Rowe, 2009)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Kelas : Pelarut
Fungsional
Konsentrasi : Ad 100%
Rumus Bangun :

RM : H2O
BM : 18,02 g/mol
Pemerian : Warna : Tidak berwarna
Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau
Bentuk : Cairan jernih
Kelarutan : Dalam Air : Praktis larut dalam air
Dalam Pelarut : Larut dalam segala jenis larutan
Lain
pH Larutan : 7
Titik Lebut : -
Informasi Lain : Aquadest yaitu air yang dihasilkan dari satu kali
proses destilasi/penyulingan, sering disebut air
murni
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : -
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran : Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
BAB III
METODE KERJA
III.1 Rancangan Formula
Tiap 60 mL sediaan mengandung :
Asam Valproat 250 mg (Zat Aktif)
Natrium Benzoat 0.1% (Pengawet)
Propilenglikol 15% (Kosolvent)
Sorbitol 30% (Pemanis)
Essensial Jeruk q.s (Perasa)
Sunset Yellow q.s (Pengaroma)
Aquadest ad 100% (Pelarut)
III.2 Rencana Desain Sediaan
Rencana nomor registrasi : DKL0010121224A
Rencana nomor batch : 3280921
Rencana bahan kemas primer : Botol cokelat
Rencana bahan kemas sekunder : Kertas karton
Rencana bahan label/etiket : Kertas Stiker
Rencana bahan leaflet/brosur : Kertas HVS
Rencana alat penakar : Sendok takar (5 mL)
Rencana indikasi sediaan : Mukolitik
III.3 Alat dan Bahan
III.4.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah batang
pengaduk, botol cokelat, corong kaca, gelas beaker, gelar ukur, lumpang
dan alu, neraca analitik, pH meter, sendok tanduk, sudip, viscometer
oswald.
III.4.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu asam
valproate, aquadest, essense jeruk, kertas saring, natrium benzoate,
propilnglikol, sorbitol, sunset yellow, tissue.

III.4 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dikalibrasi botol.
3. Ditimbang semua bahan sesuai dengan perhitungan.
4. Dilarutkan sorbitol menggunakan propilenglikol didalam cawan porselen
(campuran 1).
5. Dilarutkan natrium benzoate menggunakan aquadest didalam cawan
porselen (campuran 2).
6. Dimasukkan asam valproate kedalam lumpang.
7. Dimasukkan campuran 1 dan 2 kedalam lumpang, gerus hingga
homogen.
8. Ditambahkan sunset yellow kemudian gerus hingga homogen.
9. Ditambahkan essence jeruk kemudian gerus hingga homogen.
10. Disaring kedalam botol cokelat yang telah dikalibrasi.
11. Dicukupkan volumenya hingga 60 mL.
12. Diberikan etiket dan dimasukkan kedalam wadah.
13. Dilakukan evaluasi sediaan.
III.5 Evaluasi Sediaan (Zainuddin, 2018)
III.5.1 Uji Organoleptik
a. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas , ukuran
dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan
diameter serta bentuk bahan.
b. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi.
Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan
sensasi tekananyang dapat diamati dengan mulut atau perabaan
dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus.
c. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator
terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang
menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan.
d. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis, asin,
asam, pahit, dan gurih. Serta sensasi lain seperti pedas, astringent
(sepat), dll.
III.5.2 Penetapan pH
Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai
instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.Untuk contoh
uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu
kamar.Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.Bilas elektroda dengan contoh uji.Celupkan elektroda ke dalam
contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap.Catat
hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
III.5.3 Uji Kejernihan
Uji di lakukan secara visual oleh praktikan, dengan mengamati
sediaan. Hasil uji sediaan sirup seharusnya jernih, dan tidak mengandung
pengotor di dalamnya.
III.5.4 Uji Bobot Jenis
Gunakan piknometer yang bersih dan kering. Timbang piknometer
kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap
sampai kering dan ditimbang (W2). Buang air suling tersebut, keringkan
piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada
suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3).
Hitung bobot jenis cairan.
Rumus perhitungan bobot jenis :
rx= b–a
c–a
Keterangan:
r x = Bobot jenis sampel
a = Berat pikno kosong
b = Berat sampel sebelum diuji
c= Berat sampel air
III.5.5 Uji Viskositas/ kekentalan
Viskometer kapiler / ostwold dengan cara waktu air dari cairan yang
diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang
viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat dua tanda
tersebut. Jika h1 dan h2 masing-masing adalah viskositas dari cairan yang
tidak diketahui dan cairan standar, ρ1dan ρ2 adalah kerapatan dari
masingmasing cairan, t1 dan t2 adalah waktu alir dalam detik. Cara kerja :
menyiapkan viskometer (viskometer ostwald), lalu dipasangkan spindle 01
pada viskositer, dimasukan larutan uji kedalam cup yang telah disiapkan,
diarahkan spindle yang telah terpasang kedalam cup secara tegak lurus
sampai tanda batas, kemudian dihidupkan stopwatch,diamati aliran cairan
sampai menuju garis batas bawah pipa kemudia diamati waktu yang
diperoleh untuk cairan dari batas atas sampai batas bawah.Selanjutnya
dihitung menggunakan rumus.
III.5.6 Uji Volume terpindahkan
Botol 60 ml yang sebelumnya telah di kalibrasi.Sedian sirup yang
telah jadi kemudiaan dimasukan ke dalam 60 ml sampai batas
kalibrasi.Tuang kembali sirup dalam gelas ukur untuk mengetahui volume
terpindahkannya serta ketepatan dalam melakukan kalibrasi.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1 HASIL

UJI KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4

Bau :jeruk Bau :jeruk Bau : jeruk Bau : jeruk


Organoleptik Warna:orange Warna:orange Warna:orange Warna :orange
Bentuk:cair Bentuk:cair Bentuk:cair Bentuk:cair
Rasa :manis Rasa :manis Rasa :manis Rasa :manis

Volume 58/60x100%= 59/60x100%= 58/60x100%= 58/60x100%=


terpindahkan 96% 98% 96% 96%

Bobot jenis 1,06g/ml 1,1g/ml 1,124g/ml 1,116g/ml

pH 6,19 6,59 6,08 5,92

Homogenitas homogen homogen homogen homogen

VI.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan sediaan
larutan. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur(FI. Edisi IV).
Pada percobaan ini zat aktif yang digunakan adalah asam valproat,
yang dimana asam valproat merupakan salah satu obat anti epilepsy.
Obat ini digunakan sebagai lini pertama yang telah terbukti efektif pada
pengobatan pasien epilepsi umum(Tatum, 2010). Asam valproat memiliki
mekanisme aksi yaitu dapat merubah sintesis dan membuat terjadinya
degradasi asam gama amino butirat(GABA) yang menyebabkan
hiperpolarisasi potensial istirahat membran neuron akibat peningkatan
gaya konduksi membrane untuk kalsium (K+). Efek anti konfulsi
didasarkan karena adanya peningkatan kadar GABA didalam otak dan
menghambat neurotransmitter di SSP(Sulistra dan Gunawan, 2016).
Adapun pada praktikum ini telah dilakukan pembuatan sediaan
larutan pada masing-masing kelompok yang dimana semua bahan dan
perhitungannya sama dan juga telah dilakukan uji evaluasi didapatkan
hasil pada setiap kelompok yang berbeda hasil evaluasi uji organoleptik
tiap kelompok dari kelompok satu sampai kelompok empat mendapatkan
hasil yang sama yaitu bentuk cair, warna orange, bau jeruk dan rasa
manis.
Adapun hasil uji volume terpindahkan dari tiap kelompok yang
dimana kelompok satu sampai empat memiliki hasil yaitu kelompok satu
98%, kelompok dua 99%, kelompok tiga 98% dan kelompok empat 95%.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa telah sesuai dengan range
volume terpindahkan yaitu 95%-110% yang tertera pada etiketi (FI Edisi V,
2014).
Adapun hasil uji bobot jenis dari tiap kelompok yang dimana
kelompok satu sampai empat memiliki hasil yaitu kelompok satu 1,06g/ml,
kelompok dua 1,1g/ml, kelompok tiga 1,124g/ml dan kelompok empat
1,116g/ml. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa tidak ada yang
sesuai dengan literatur yang dimana BJ larutan atau sirup yang baik
adalah lebih dari 1,2g/ml(Depkes RI, 1979).
Adapun hasil evaluasi pH dari kelompok satu sampai empat yaitu
6,19 ; 6,59 : 6,08 dan 5,92 yang dimana hasil pH yang diperoleh dari tiap
kelompok sudah sesuai dengan range pH sediaan larutan yaitu range pH
sediaan larutan atau sirup yang baik adalah 4-7(FI Edisi IV,1995).
Adapun hasil uji homogenitas yang dimana hasil dari tiap kelompok
yaitu sediaan yang dibuat homogen, hal ini telah sesuai dengan literatur
yang dimana salah satu persyaratan sediaan larutan adalah homogen.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari tujuan percobaan ini adalah
pembuatan larutan dengan formulasi zat aktif Asam Valproat. Dimana
pada percobaan ini dilakukan evaluasi volume terpindahkan dari semua
kelompok hasil yang diperoleh bahwa telah sesuai dengan range volume
terpindahkan yaitu 95%-110% yang tertera pada etiketi (FI Edisi V, 2014),
pada evaluasi PH yang diperoleh dari tiap kelompok sudah sesuai dengan
range pH sediaan larutan yaitu range pH sediaan larutan atau sirup yang
baik adalah 4-7 (FI Edisi IV, 1995), serta pada uji organoleptik hasil yang
di dapat telah sesui persyaratan. Akan tetapi pada uji bobot jenis tiap
kelompok hasil yang diperoleh tidak ada yang sesuai dengan literatur
yang dimana BJ larutan atau sirup yang baik adalah lebih dari 1,2 g/ml
(Depkes RI, 1979).
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan untuk tetap hadir pada saat praktikum berlangsung untuk
membimbing praktikan dalam melakukan percobaan dan mengawasi
asisten.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan kepada seluruh asisten agar dapat membimbing saat
praktikum dengan maksimal dan komunikasi dengan praktikan tetap
terjaga.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan sarana dan prasarana dalam laboratorium dilengkapi,
diperbaiki dan dirawat lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, A. N. 2022. Pra Perancangan Pabrik Sorbitol Dari Pati Jagung


Menggunakan Katalis Raney Nickel Pada Proses Hidrogenasi
Katalitik Kapasitas 25.000 Ton/Tahun. Doctoral dissertation,
Universitas Diponegoro.

Anief, M., 1993. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.

Anonim, 1978. Formularium Nasional, Edisi II, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Ansel, Howard. C. 2014. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi


Kelima (Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 5 th
Edition). Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, dkk. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Djelang Zainuddin, D. Z. 2018. Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Sirup


Anti Alergi dengan Bahan Aktif Chlorpheniramin Maleat (CTM).
Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika.

Fatmawaty Aisyah, Dkk. 2015. Teknologi Sediaan Farmasi. Deepublish:


Yogyakarta.

Hendra TS., Ahmad S., Dwi IA. 2019. Prevalensi dan Gambaran
Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung. JK Unila.
Volume 3. Nomor 2. Desember 2019.

Hilda, N. 2015. Pengaruh pengawet benzoat terhadap kerusakan ginjal.


Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 13(2).

Katzung, B. G. 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.

Latuasan, I. R., Sugianto, P., Kasih, E., & Octavia, E. (2018). Studi
penggunaan natrium valproat kurang dari tiga bulan terhadap
magnesium serum dan jumlah kejang pasien epilepsi di RSUD Dr.
Soetomo. Jurnal Farmasi Sains dan Terapan, 5(1), 6-10.

Martindale. 2009. The Complete Drug Reference. 36th ed.


Pharmaceutical Press.

Parrot, L. J. 1998. A Literature Review of High Strength Concrete


Properties, Wexham Springs: British Cement Association (BCA).
Putri, Aristha Novyra. 2017. Petunjuk Praktikum Teknologi Farmasi
Sediaan Liquid Dan Semi Solid. Banjarbaru: Sekolah Tinggi
Kesehatan Borneo Lestari.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn, M.E. 2009. Handbook of


Pharmaceutical Excipients. 6th Edition, Pharmaceutical Press.

Swarbrick, J. and Boylan, J.C., 1996. Encyclopedia of Pharmaceutical


Technology, Volume 14, Marcel Dekker, New York.

Tungadi, R. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semi Solida. CV


Sagung Seto, Jakarta.Van duinn. 1991. Ilmu resep dan teori.
PT.soeronan: Jakarta.

Voight, R 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta.

Ary widayanti, 2019. Modul Praktikum Teknologi Sediaan Semi Solid Dan
Liquid. Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka. Jakarta.

Hadisoewignyo L. Dan Fudholi A., 2015, Sediaan Solida, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta

Yusnidar, Yusuf. 2019. Kimia Analisis. Universitas Muhammadiyah


Prof.Dr.Hamka. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi

Gambar Keterangan

Pelarutan zat aktif (asam valproate)


menggunakan kosolven (propilen
glikol)

Dimasukkan larutan zat aktif dengan


kosolven ke dalam lumpang

Ditambahkan pemanis (sorbitol) ke


dalam lumpang

Pelarutan pengawet (natrium


benzoate) menggunakan aquadest

Penambahan pengaroma (essense


jeruk) ke dalam lumpang

Pelarutan pewarna (sunset yellow)


menggunakan aquadest
Dimasukkan pewarna (sunset yellow)
ke dalam lumpang

Diaduk semua bahan di dalam


lumpang hingga homogen

Disaring kedalam botol coklat yang


sudah dikalibrasi

Dilakukan uji volume terpindahkan

Ditimbang piknometer kosong untuk


uji bobot jenis

Ditimbang piknometer dengan isi


untuk uji bobot jenis

Dilakukan uji pH
Lampiran 2. Perhitungan
A. Perhitungan Bahan
1. Asam Valproat = 250 mg/ 5 ml x 60 ml
= 3000 mg
2. Sorbitol = 30/100 x 60 ml
= 18 ml
3. Natrium Benzoat = 0,1/100 x 60 ml
= 0,06 mg
4. Propilen glikol = 15/100 x 60 ml
= 9 ml
5. Essense Jeruk = qs
6. Sunset Yellow = qs
7. Aquadest = ad 100 ml
B. Perhitungan Batch
1. Asam Valproat = 3000 mg x 5
= 15000 mg
2. Sorbitol = 18 ml x 5
= 90 ml
3. Natrium Benzoat = 0,06 mg x 5
= 0,3 mg
4. Propilen glikol = 9 ml x 5
= 45 ml
5. Essense Jeruk = qs
6. Sunset Yellow = qs
7. Aquadest = ad 100 ml
C. Perhitungan Volume Terpindahkan
Rumus Volume Terpindahkan = Volume Akhir / Volume Awal x 100%
Kelompok 1 = 58 ml/60 ml x 100% = 98%
Kelompok 2 = 59 ml/60 ml x 100% = 99%
Kelompok 3 = 58 ml/60 ml x 100% = 98%
Kelompok 4 = 58 ml/60 ml x 100% = 98%
D. Perhitungan Bobot Jenis
Rumus Bobot Jenis = Bobot Sampel Dalam Pikno/Volume Pikno
Kelompok 1 = 26,6 g / 25 ml = 1,06 g/ml
Kelompok 2 = 27,6 g / 25 ml = 1,1 g/ml
Kelompok 3 = 28,1 g / 25 ml = 1,12 g/ml
Kelompok 4 = 27,9 g / 25 ml = 1,11 g/ml
Lampiran 3. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang semua bahan

Dikalibrasi botol

Dimasukkan Asam valproat kedalam lumpang kemudian gerus


dan tambahkan propilenglikol (campuran 1)

Dilarutkan natrium benzoate dengan aquadest (campuran 2)

Dimasukan campuran 1 dan 2 lalu homogenkan.

Dilakukan penyaringan kedalam botol coklat


kemudian cukupkan dengan aquadest ad 60 ml.
Ditambahkan sunset yellow dan essense jeruk
kemudian homogenkan.
Dilakukan evaluasi

Lampiran 4. Etiket, Wadah dan Brosur

Anda mungkin juga menyukai