Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENDAHULUAN

LABORATORIUM FARMASETIKA
PRAKTIKUM ILMU RESEP 1
UNIVERSITAS TADULAKO

PERCOBAAN VI
“ LARUTAN DAN SUSPENSI “

DISUSUN OLEH :
NAMA : MA’RIFATUL SERIN AULIA
NIM : G70119012
KELAS/KELOMPOK : A/I (SATU)
HARI/TANGGAL : RABU, 04 NOVEMBER 2020
ASISTEN : MUH. RIFALDI

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
Tugas Pendahuluan Larutan-Suspensi
1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam sediaan larutan obat! (2
2. Tuliskan istilah kelarutan dan jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1
bagian zat! (1 ref)
3. Apa yang di maksud dengan Netralisasi, Saturasi dan Potio Effervescent (2 ref)
4. Tuliskan penggolongan suspensi berdasarkan cara penggunaan! (2 ref)
5. Jelaskan metode pembuatan suspensi! (2 ref)
6. Hitunglah perhitungan dosis dan bahan serta jelaskan cara kerja dari resep berikut!
dr. Farman
SIK No. 014/DU/2020
Jl. Soekarno-Hatta KM.9
Telp. 0451-123456
No. 01 Tgl. 31 Oktober 2020
R/
CTM 24 mg
Sir. Simplex ad 60 ml
S. tdd Cth I
Pro. An. Anda (5 thn / 20 kg)

JAWABAN :
1. A. Macam- macam sediaan larutan obat:
- Larutan oral yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu
atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang
larut dalam air atau campuran konsolvent air. Contoh : potiones, elixir, sirup,
netralisasi saturatio dan potio effervescent, guttae (drop),
- Larutan topikal ialah larutan yang biasanya mengandung air tetapi sering juga
pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk
penggunaan topikal pada mukosa mulut. Contoh : collyrium, guttae opthalmicae
DLL.
(Tim MGMP pati, 2015)
B. Digolongkan berdasarkan cara pemberiannya, misalnya larutan oral,larutan topikal,
atau penggolongan didasarkan pada sistem pelarut dan zat terlarut seperti spirit, tingtur,
dan larutan air. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau
pewarnayang larut dalam air atau campuran konsolvent-air. Larutan oral dapat
diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral kepada pasien atau dalam bentuk
lebih pekat yang harus diencerkan terlebih dahulu sebelum diberikan. Larutan sukrosa
hampir jenuh dalam air dikenal sebagai sirup. Penggunaan istilah sirup juga digunakan
untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan pengentalan dan pemanis, termasuk
suspensi dan oral (Depkes RI, 1995).

2. Menurut (Sopyan I, dkk. 2012)


Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut (very soluble) Kurang dari 1


Mudah larut (feely soluble) 1 sampai 10
Larut (solube) 10 sampai 30
Agak sukar larut (sparingly soluble) 30 sampai 100
Sukar larut (slightly soluble) 100 sampai 1000
Sangat sukar larut (very slightly soluble) 1000 sampai 10000
Praktis tidak larut (practically insoluble) Lebih dari 10000

3. Menurut (Tim MGMP pati, 2015):


- Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral
- Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa tetapi
gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
- Potio effervescent adalah saturation yang CO2 nya lewat jenuh.
Menurut (Murtini.G, 2016):
- Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral
- Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa tetapi
gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
- Potio effervescent adalah saturasi dengan gas CO2 nya lewat jenuh

4. Menurut (Murtini.G, 2016) penggologan suspensi berdasarkan cara pemakaiannya:


- Suspensi oral
- Suspensi topikal
- Suspensi opthalmik
- Suspensi tetes telinga
- Suspensi untuk injeksi
- Suspensi untuk injeksi terkontinyu

Menurut (sanila.s, 2016) penggolongan suspensi berdasarkan cara pemakaiannya:


- Oral
- Ocular
- Otic
- Parenteral
- Rectal
- Topical

5. Menurut (Murtini.G, 2016):


a. Metode dispersi

Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian


diencerkan

b. Metode Presipitasi

Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian
di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan
halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan
bahan pensuspensi.

Metode pembuatan suspensi :

a. Metode dispersi Serbuk yang terbagi halus didispersi dalam cairan pembawa.
Umumnya yang digunakan sebagai pembawa adalah air. Dalam formula suspensi
yang paling penting adalah partikel-partikel harus terdispersi dalam fase air.
Mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sulit. Hal ini
disebabkan karena adanya udara, lemak, kontaminan pada permukaan serbuk, dan
lain-lain (Afrianti.i, 2017).

b. Metode presipitasi (presipitasi dengan pelarut organik, perubahan pH media, dan


penguraian rangkap). Obat-obatan yang tidak larut dalam air dapat diendapkan
dengan menggunakan pelarut-pelarut organik yang bercampur dengan air, dan
kemudian menambahkan fase orgsnik ke air murni dibawah kondisi standar disebut
juga dengan metode presipitasi dengan pelarut organik. Metode presipitasi dengan
perubahan pH media, metode ini hanya dapat diterapkan pada obat-obat yang
kelarutannya tergantung pada harga pH. Metode penguraian rangkap hanya
melibatkan proses kimia yang sederhana (Afrianti.i, 2017).
6. Perhitungan
Cara kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang bahan sesuai perhitungan
3. Dikalibrasi botol 60 ml
4. Dibuat larutan sirup simplex kemudian disisihkan
5. Dibersihkan lumpang dan alu menggunakan kapas dan alkohol
6. Dimasukkan CTM kedalam lumpang gerus hingga homogen kemudian dimasukkan
kedalam botol
7. Ditambahkan sirup simpleks sampai garis tara
8. Dikocok sampai homogen
9. Diberikan etiket putih dan diberi tulisan kocok terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianti.i, (2017). Uji aktivitas antidare. Padang : UMP

Depkes RI.(1995). Farmakope edisi IV. Jakarta : Departemen kesehatan RI.

Murtini.G, (2016). Farmasetika dasar. Jakarta : KEMENKES RI

Sanila.s, (2016). Farmasi fisik. Jakarta : KEMENKES RI

Sopyan I, dkk.(2012). Karakterisasi sediaan padat farmasi. Yogyakarta : DEEPUBLISH

Tim MGMP pati.(2015). Ilmu resep teori jilid 2. Yogyakarta: DEEPUBLISH

Anda mungkin juga menyukai