– Larutan: Campuran homogen dari dua atau lebih komponen. Mengandung satu atau lebih zat
yang terlarut dalam satu atau lebih pelarut, yg terlarut biasanya padatan.
– Berdasarkan Farmakope Indonesia IV hal 15-16 Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia terlarut, misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai
atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Formula Larutan :
– Zat aktif
– Pelarut / pembawa
– Pemanis
– Pengental
– Anti cap-locking agent
– Pengawet
– Pewarna (dye)
– Pembasah/Solubilizer jika perlu
– Antioksidan jika perlu
– Pengatur pH (dapar) jika perlu
– Flavouring agent (pewangi / perasa)
Pengawet :
Kriteria untuk pengawet adalah :
– Harus efektif melawan mikroorganisme spektrum luas
– Harus stabil secara fisik, kimia, dan secara mikrobiologikal, selama Lifetime produk
– Harus nontoksik, nonsensitizing, cukup larut, dapat tercampurkan dengan komponen formula
lain, pada konsentrasi yang digunakan mempunyai rasa dan bau yang dapat diterima pengguna
Contoh :
– Etanol
– Asam benzoat (aktif pada pH rendah)
– Asam sorbat (aktif pada pH rendah)
– Ester hidroksibenzoat
– Syrup, dengan konsentrasi sukrosa lebih dari 65 %
– asam dan garam benzoate untuk larutan oral: 0,01-0,1% ; untuk sirup oral: 0,15%
– asam dan garam sorbat 0,05-0,2 % (umumnya digunakan kombinasi dengan pengawet lain,
contoh : glikol)
– methylparaben : 0,015-0,2%
– propylparaben : 0,01-0,02%
Antioksidan Liquid :
– Antioksidan di dalam sediaan larutan berfungsi sbg proteksi terhadap bahan aktif dan eksipien
yang mudah teroksidasi oleh oksigen. Antioksidan yang ideal bersifat : nontoksik, noniritan,
efektif pada konsentrasi rendah (pada kondisi tertentu penggunaan dan penyimpanan), larut
dalam fase pembawa, stabil, tidak berbau dan tidak berasa.
Contoh antioksidan adalah :
– asam askorbat (pH stabilita 3-5 ; penggunaan 0,01-0,1% b/v)
– asam sitrat 0,3 – 2,0 % sebagai sequestering agent dan antioxidant synergist.
– Na-metabisulfit 0,01 – 1,0 % b/v untuk formulasi sediaan oral, parenteral, topical.
– Na sulfite
Pembasah Liquid :
– Gliserin : < 30 %
– Propilen glikol : 10-25 % (larutan oral)
– Sorbitol : 20-35 % (larutan oral) dan 70 % (suspense oral)
Dapar Liquid :
– Buffer atau dapar adalah suatu material, yang ketika dilarutkan dalam suatu pelarut, senyawa
ini mampu mempertahankan pH ketika suatu asam atau basa ditambahkan. Pemilihan buffer
yang cocok tergantung dari pH dan kapasitas buffer yang diinginkan. Buffer ini harus dapat
tercampurkan dengan senyawa lain dan mempunyai toksisitas yang rendah. Buffer yang sering
digunakan adalah: karbonat, sitrat, glukonat, laktat, fosfat/tartrat.
Evaluasi Fisika
– Evaluasi organoleptik sediaan : bau, rasa, warna.
– Evaluasi sediaan : etiket, brosur, wadah dan peralatan pelengkap seperti sendok, no batch
dan leaflet.
– Evaluasi kejernihan : Farmakope Indonesia hal 998 <881>, dibutuhkan 5 mL
– Penentuan pH larutan : Farmakope Indonesia IV hal 1039 <1071>, dibutuhkan 1 botol.
– Penentuan Berat jenis larutan dengan Piknometer : Farmakope Indpnesia IV hal 1030
<981>, dibutuhkan 10 mL
– Penentuan Viskositas (sifat aliran) larutan dengan alat Hoppler :
– Penentuan Volume terpindahkan : Farmakope Indonesia IV hal 1089 <1201>,
dibutuhkan 30 wadah (dapat dipakai untuk uji-uji lain)
– Penentuan stabilita sediaan dengan menyimpan Retained Sample pada temperatur kamar.
Suspensi adalah
– Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17 Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
– Formularium Nasional
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus,
dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa
yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk
suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
Berdasarkan Istilah
– Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian
oral. (contoh : Susu Magnesia)
– Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai
kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan
sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).
– Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit (contoh : Lotio
Kalamin)
Berdasarkan Sifat Suspensi :
1. Suspensi Deflokulasi
– Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi
bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.
– Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip
diantara sesamanya pada waktu mengendap.
– Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel
yang halus sangat lambat.
– Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu
yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
– Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa
yang kompak.
– Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat
dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya
2. Suspensi Flokulasi
– Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi.
Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukuran
agregat relatif besar.
– Cairan supernatan pada sistem flokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul
yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
– Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.
– Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya
tinggi.
– Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
– Kombinasi ukuran partikel
– Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
– Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.
Syarat Suspensi :
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat
antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
5. Zat terdispersi harus halus dan seharusnya tidak boleh mengendap
6. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
7. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
8. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
9. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap
agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel, 356).
Formula Umum :
R/ Zat aktif
Bahan tambahan :
– bahan pensuspensi (suspending agent)
– floculating agent
– dapar atau acidifier
– bahan pembasah (wettingagent) /humektan
– antioksidan
– pemanis
– pewarna
– flavour
– pewangi
– Pengawet
– Antibusa (antifoaming)
– anticaking
– Bahan pembawa : air, sirup, dll
Flocculating agent
– Floculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara
bersama membentuk suatu agregat atau floc. Floculating agent dapat menyebabkan suatu
suspensi cepat mengendap tetapi mudah diredispersi kembali.
– Flokulating agent dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu : surfaktan, clay, polimer
hidrofilik dan elektrolit