Anda di halaman 1dari 13

Sediaan Larutan

– Larutan: Campuran homogen dari dua atau lebih komponen. Mengandung satu atau lebih zat
yang terlarut dalam satu atau lebih pelarut, yg terlarut biasanya padatan.
– Berdasarkan Farmakope Indonesia IV hal 15-16 Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia terlarut, misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai
atau campuran pelarut yang saling bercampur.

Untuk meningkatkan kecepatan proses melarut :


– Menggunakan panas perlu diperhatikan kestabilan senyawa terhadap panas
– Mengurangi ukuran partikel zat terlarut (menghaluskan) peningkatan luas permukaan terhadap
pelarut
– Menggunakan bahan pembantu pelarut contohnya siklodekstrin, gliseril monostearat, lesitin,
dan asam stearat.
– Pengadukan

Formula Larutan :
– Zat aktif
– Pelarut / pembawa
– Pemanis
– Pengental
– Anti cap-locking agent
– Pengawet
– Pewarna (dye)
– Pembasah/Solubilizer  jika perlu
– Antioksidan  jika perlu
– Pengatur pH (dapar)  jika perlu
– Flavouring agent (pewangi / perasa)

Pelarut / pembawa liquid :


Pelarut / pembawa yang biasa digunakan adalah air, air aromatik, sirup, juice (dari buah, dimana
pemilihannya tergantung tujuan penggunaan sediaan dan sifat fisika-kimia zat aktif), spirits, dan
minyak. Selain itu dapat juga digunakan: air murni USP, alcohol USP, alkohol encer NF, gliserin
USP, propilen glikol.

Anticaplocking agent liquid :


– Untuk mencegah kristalisasi gula pada daerah leher botol (cap locking), maka umumnya
digunakan alcohol polyhydric seperti sorbitol, gliserol, atau propilenglikol. Yang paling
umum digunakan adalah sorbitol sebanyak 15-30%.

Flavouring agent Liquid :


– Flavour digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan membuat agar obat dapat diterima oleh
pasien terutama anak-anak. Dalam pemilihan pewangi harus dipertimbangkan, untuk siapa obat
diberikan dan berapa usia pengkonsumsinya. Anak-anak lebih menyukai rasa manis atau buah-
buahan sedangkan orang dewasa lebih menyukai rasa asam.
– Pertimbangan untuk pemilihannya : Harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.
Kadang-kadang sejumlah kecil alkohol ditambahkan ke sirup untuk menjamin kelarutan
flavouring agent yang kelarutannya dalam air buruk.

Zat Pewarna Liquid :


Zat pewarna ditambahkan ke dalam sediaan oral cair untuk menutupi penampilan yang tidak
menarik atau meningkatkan penerimaan pasien. Zat warna yang ditambahkan harus sesuai
dengan flavour sediaan tersebut. Zat warna harus nontoksik, non-iritan, dan dapat tersatukan
dengan zat aktif serta zat tambahan lainnya. Dalam pemilihan zat warna harus dipertimbangkan
juga masalah :
– Kelarutan larut dalam air.
– Stabilitas warnanya stabil pada kisaran pH, di bawah cahaya yang intensif dan masa
penyimpanan.
– Ketercampuran tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup.
– Konsentrasi zat warna dalam sediaan
– Stabilitas warna biasanya tergantung pada pH. Contoh : Sunset yellow FCF, stabil pada pH
asam dan berubah warna atau terjadi pengendapan pada pH basa.
– Zat warna yang digunakan adalah zat warna yang diizinkan untuk obat oral Kebanyakan
pewarna
yang biasa digunakan pada sediaan farmasi mempunyai Nomor E dan Nomor FD& C, contoh :
Tartrazine (E 102 dan FD& C yellow no 5) Citrus red no 2
– Beberapa zat warna yang dilarang di beberapa negara eropa, diantaranya : tartrazine
(menimbulkan reaksi alergi), amaranth, dan lisamin hijau.

Pengawet :
Kriteria untuk pengawet adalah :
– Harus efektif melawan mikroorganisme spektrum luas
– Harus stabil secara fisik, kimia, dan secara mikrobiologikal, selama Lifetime produk
– Harus nontoksik, nonsensitizing, cukup larut, dapat tercampurkan dengan komponen formula
lain, pada konsentrasi yang digunakan mempunyai rasa dan bau yang dapat diterima pengguna
Contoh :
– Etanol
– Asam benzoat (aktif pada pH rendah)
– Asam sorbat (aktif pada pH rendah)
– Ester hidroksibenzoat
– Syrup, dengan konsentrasi sukrosa lebih dari 65 %
– asam dan garam benzoate untuk larutan oral: 0,01-0,1% ; untuk sirup oral: 0,15%
– asam dan garam sorbat 0,05-0,2 % (umumnya digunakan kombinasi dengan pengawet lain,
contoh : glikol)
– methylparaben : 0,015-0,2%
– propylparaben : 0,01-0,02%

Antioksidan Liquid :
– Antioksidan di dalam sediaan larutan berfungsi sbg proteksi terhadap bahan aktif dan eksipien
yang mudah teroksidasi oleh oksigen. Antioksidan yang ideal bersifat : nontoksik, noniritan,
efektif pada konsentrasi rendah (pada kondisi tertentu penggunaan dan penyimpanan), larut
dalam fase pembawa, stabil, tidak berbau dan tidak berasa.
Contoh antioksidan adalah :
– asam askorbat (pH stabilita 3-5 ; penggunaan 0,01-0,1% b/v)
– asam sitrat 0,3 – 2,0 % sebagai sequestering agent dan antioxidant synergist.
– Na-metabisulfit 0,01 – 1,0 % b/v untuk formulasi sediaan oral, parenteral, topical.
– Na sulfite

Pemanis (Sweetening Agent)


– Sukrosa membentuk larutan tidak berwarna yang stabil di pH 4-8, konsentrasi tinggi
memberikan rasa manis yang dapat menutupi rasa pahit / asin dari beberapa senyawa obat, tidak
dapat meningkatkan viskositas, tapi memberi tekstur yang menyenangkan di mulut. Pemakaian
sukrosa sering dikombinasikan dengan sorbitol, gliserin, dan poliol yang lain untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya Kristal gula dalam penyimpanan. Sediaan sirup itu banyak digunakan
untuk obat batuk. Namun kekurangannya adalah, pada obat yang bergula yang digunakan dalam
jangka waktu lama pada anak-anak bisa merusak gigi. Hati-hati untuk penderita diabetes,
penggunaan fruktosa atau hydrogen glucose syrup, karena fruktosa juga akan diubah menjadi
glukosa.
– Sorbitol, manitol, xytol (Pada dosis tinggi bisa menyebabkan diare)
– Sirupus simplex
– Pemanis sintetik ( contoh sakarin yang memberikan rasa manis 250-500 kali lebih dari sukrosa
tapi ada rasa pahit setelah nya dan aspartame yang 200 kali lebih manis dari gula tanpa ada rasa
pahit setelah nya)

Pembasah Liquid :
– Gliserin : < 30 %
– Propilen glikol : 10-25 % (larutan oral)
– Sorbitol : 20-35 % (larutan oral) dan 70 % (suspense oral)

Dapar Liquid :
– Buffer atau dapar adalah suatu material, yang ketika dilarutkan dalam suatu pelarut, senyawa
ini mampu mempertahankan pH ketika suatu asam atau basa ditambahkan. Pemilihan buffer
yang cocok tergantung dari pH dan kapasitas buffer yang diinginkan. Buffer ini harus dapat
tercampurkan dengan senyawa lain dan mempunyai toksisitas yang rendah. Buffer yang sering
digunakan adalah: karbonat, sitrat, glukonat, laktat, fosfat/tartrat.

Evaluasi Sediaan Larutan :


A. Evaluasi Kimia
– Identifikasi dan Penetapan kadar zat aktif dan sediaan (sesuai monografi)
B. Evaluasi Biologi
– Jumlah cemaran mikroba (Uji Batas Mikroba) : Farmakope Indonesia IV hal 847 - 854 <51>
– Untuk sediaan antibiotik dilakukan Penetapan potensi Antibiotik secara Mikrobiologi :
Farmakope Indonesia IV hal 891- 899 <131>
– Uji Efektivitas Pengawet : Farmakope Indonesia IV hal 854 –855 <61>

Evaluasi Fisika
– Evaluasi organoleptik sediaan : bau, rasa, warna.
– Evaluasi sediaan : etiket, brosur, wadah dan peralatan pelengkap seperti sendok, no batch
dan leaflet.
– Evaluasi kejernihan : Farmakope Indonesia hal 998 <881>, dibutuhkan 5 mL
– Penentuan pH larutan : Farmakope Indonesia IV hal 1039 <1071>, dibutuhkan 1 botol.
– Penentuan Berat jenis larutan dengan Piknometer : Farmakope Indpnesia IV hal 1030
<981>, dibutuhkan 10 mL
– Penentuan Viskositas (sifat aliran) larutan dengan alat Hoppler :
– Penentuan Volume terpindahkan : Farmakope Indonesia IV hal 1089 <1201>,
dibutuhkan 30 wadah (dapat dipakai untuk uji-uji lain)
– Penentuan stabilita sediaan dengan menyimpan Retained Sample pada temperatur kamar.
Suspensi adalah
– Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17 Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
– Formularium Nasional
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus,
dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa
yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk
suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.

Berdasarkan Penggunaan Suspensi (FI IV, 1995)


1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi injeksi tidak untuk iv
4. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Syarat suspensi optalmik :
– Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan
atau goresan pada kornea.
– Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.

Berdasarkan Istilah
– Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian
oral. (contoh : Susu Magnesia)
– Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai
kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan
sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).
– Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit (contoh : Lotio
Kalamin)
Berdasarkan Sifat Suspensi :
1. Suspensi Deflokulasi
– Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi
bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.
– Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip
diantara sesamanya pada waktu mengendap.
– Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel
yang halus sangat lambat.
– Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu
yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
– Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa
yang kompak.
– Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat
dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya
2. Suspensi Flokulasi
– Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi.
Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukuran
agregat relatif besar.
– Cairan supernatan pada sistem flokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul
yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
– Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.
– Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya
tinggi.
– Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
– Kombinasi ukuran partikel
– Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
– Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.

Syarat Suspensi :
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat
antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
5. Zat terdispersi harus halus dan seharusnya tidak boleh mengendap
6. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
7. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
8. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
9. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap
agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel, 356).

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi :


Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes) Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat
dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :
– Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol
atau sukrosa. BJ medium meningkat.
– Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill
– Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
Pembasahan serbuk
– Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span
dan tween

Floatasi (terapung), disebabkan oleh :


– Perbedaan densitas
– Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
– Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan
humektan.
Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan :
mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh :
gliserin, propilenglikol
Pertumbuhan kristal
– Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi perubahan suhu
dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.
– Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.

Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal (Disperse system, ol. I, 158)


keadaan super jenuh pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat sifat aliran pelarut
yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan bentuk yang bervariasi keberadaan
cosolutes, cosolvent, dan absorbent kondisi saat proses pembuatan.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse


system, Vol. I, 158)
– gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit
– pilih bentuk kristal obat yang stabil
– cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran partikel
– gunakan pembasah
– gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan membentuk lapisan
pelindung pada partikel
– viskositas ditingkatkan
– cegah perubahan suhu yang ekstrim

Pengaruh gula (sukrosa) :


– Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik
– Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending agent. Bila batas ini dilalui
polimer akan menurun.
– Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepat
– Gula cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. (tidak lebih dari 30 %; hati-hati cap
locking)
Sifat Fisik Untuk Formulasi Suspensi yang Baik :
– Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda, paling tidak pada perioda antara
pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki.
– Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali pada
saat pengocokan.
– Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang terdispersi.
Viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan dari
wadah.
– Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan hasil jadi yang
baik dan tidak kasar.

Formula Umum :
R/ Zat aktif
Bahan tambahan :
– bahan pensuspensi (suspending agent)
– floculating agent
– dapar atau acidifier
– bahan pembasah (wettingagent) /humektan
– antioksidan
– pemanis
– pewarna
– flavour
– pewangi
– Pengawet
– Antibusa (antifoaming)
– anticaking
– Bahan pembawa : air, sirup, dll

Bahan pensuspensi / suspending agent :


– Fungsi : Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah
penggumpalan resin dan bahan berlemak
– Cara Kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan mempersulit
rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang dan
partikel yang terlindung dari gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah
muatan partikel, biasanya muatan partikel ada pada media air atau sediaan hidrofil.
Faktor pemilihan suspending agent
– Penggunaan bahan (oral / topikal)
– Komposisi kimia
– Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk (shelf life)
– Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent.
– Golongan Polisakarida cth Acacia gum, tragakan, alginat starc
– Golongan selulosa larut air (Water soluble celluloses) cth Metil selulosa, hidroksi etilselulosa,
Na-CMC, avicel
– Golongan tanah liat (Clays) cth Bentonit, alumunium magnesium silikat, hectocrite, veegum
– Golongan sintetik cth Carbomer (carboxyvinyl polymer), Carboxypolymethylene, Colloidal
silicon dioxide.

Flocculating agent
– Floculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara
bersama membentuk suatu agregat atau floc. Floculating agent dapat menyebabkan suatu
suspensi cepat mengendap tetapi mudah diredispersi kembali.
– Flokulating agent dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu : surfaktan, clay, polimer
hidrofilik dan elektrolit

Bahan Tipe Muatan ion


Natrium lauril sulfat Surfaktan Anion
Dokusat natrium Anion
Benzalkonium klorida Kation
Cetylpiridinum klorida Kation
Polisorbat 80 Non-ionik
Sorbitan monolaurat Non-ionik
CMC-Na Polimer hidrofil Anion
Xantan gum Anion
Tragakan Anion
Metil selulosa Non-ionik
PEG Non-ionik
Magnesium aluminium Clay Anion
Silikat
Attapulgit Anion
Bentonit Anion
Kalium dihidrogen fosfat Elektrolit Anion
AlCl3
NaCl Anionik/kationik

Evaluasi Fisika Suspensi :


1. Distribusi ukuran partikel (Marteen, “Physical Pharmacy”, hal 430-431)
2. Homogenitas (FI III, hal 33)
3. Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi
4. Bj sediaan dengan piknometer (FI IV <981>, hal 1030)
5. Sifat aliran dan viskositas dengan Viskosimeter
6. Volume terpindahkan (FI IV <1261> hal 1089)
7. Penetapan pH (FI IV <1071>, hal 1039)
8. Kadar air (hanya untuk suspensi kering :)
9. Penetapan waktu rekonstitusi ( hanya untuk suspensi kering)

Evaluasi Kimia Suspensi :


– Keseragaman sediaan (FI IV <911>, hal 999)
– Penetapan kadar (sesuai monografi masing-masing)
– Identifikasi (sesuai monografi masing-masing)
– Penetapan kapasitas penetralan asam (KPA) hanya untuk sediaan suspensi antasida (FI IV
<451>, hal 942)

Penyimpanan dan Penandaan Suspensi :


– Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. (FI IV hal 18)
– (Catatan: wadah tertutup rapat harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan
padat atau uap dan mencegah kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya bahan selama
penanganan, pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup rapat kembali. Wadah tertutup
rapat dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis tunggal) – Penyimpanan :
Disimpan di tempat sejuk (FI III hal 32).
– Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat atau wadah tertutup kedap, di tempat sejuk
(Fornas Edisi 2 th.1978 hal 333)
– Penandaan : pada etiket harus tertera “Kocok Dahulu” (FI III, hal 32).
– Pada etiket sediaan Suspensi Rekonstitusi harus tertera (Fornas edisi 2 th.1978 hal
333):Volume cairan pembawa yang diperlukan, Sebelum digunakan, dilarutkan dalam cairan
pembawa yang tertera pada etiket.

Anda mungkin juga menyukai