Anda di halaman 1dari 14

jenisBAB I 7. Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.

SOLUTIO (LARUTAN)
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan

1. Sifat dari solute atau solvent.


A. Pengertian Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia garam-garam anorganik larut dalam air.
yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya
atau campuran pelarut yang saling bercampur. alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan 2. Cosolvensi.
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena
atau dicampur. adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air – gliserin
sebagai berikut : atau solutio petit
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang
terlarut. 3. Kelarutan.
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut. Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang
yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu. digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
a. Dapat larut dalam air.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut  Semua garam klorida larut , kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.
solute. Solvent yang biasa dipakai adalah :  Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi
1. Air untuk macam-macam garam subnitras.
2. Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.  Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit
3. Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol. larut)
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat.
5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.

b. Tidak larut dalam air.


6. Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol,  Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)
chlorobutanol. 2CO3.
 Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali KOH, NaOH, Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan
NH4OH, BaO, dan Ba(OH)2. kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya :
 Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4 riboflavin (vitamin B2) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang
4. Temperatur. mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4 ).
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat
tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya 7. Pembentukan kompleks
membutuhkan panas. Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
Zat terlarut + pelarut + panas  Larutan senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak kompleks.
larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
kelarutannya menghasilkan panas. KI + I2  KI3
Zat terlarut + pelarut  Larutan + panas HgI2 + 2KI  K2HgI4
Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat,
minyak atsiri, gas-gas yang larut. Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh  Ukuran partikel ; makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin
dipanaskan, misalnya : luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat
a. Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri larut.
b. Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas  Suhu ; umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.
c. Saturatio  Pengadukan.
d. Senyawa – senyawa calsium, misalnya aqua calcis
C. Cara Mengerjakan Obat Dalam Larutan
5. Salting Out. Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya.
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang diantaranya adalah :
mempunyai kelarutan lebih besar di banding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan 1. Natrium bicarbonas, harus dilakukan dengan cara gerus tuang (aanslibben)
karena ada reaksi kimia.
Contoh : 2. Natrium bicarbonas + Natrium salicylas, Bic natric digerus tuang ,
a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut kemudian ditambah natrium salicylas.Untuk mencegah terjadinya
ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih perubahan warna pada larutan harus ditambahkan Natrium pyrophosphat
besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri sebanyak 0,25 % dari berat larutan.
akan memisah.
b. Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot menghasilkan 3. Sublimat (HgCl2), untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan
endapan papaverin base. pemanasan atau dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah
6. Salting In.
dingin. NaCl dapat meningkatkan kelarutan sublimat, tetapi menurunkan
daya baktericidnya. Kadar Sublimat dalam obat mata 1 :4000 11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas, kelarutan dalam air 1 : 20
Bila jumlah air cukup , setelah dilarutkan disaring untuk mencegah
kristalisasi.
4. Kalium permanganat (KMnO4), KMnO4 dilarutkan dengan pemanasan . Bila air tidak cukup disuspensikan dengan penambahan PGS dibuat
Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi ( MnO 2) , oleh sebab itu mixtura agitanda.
setelah dingin tanpa dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol atau bisa
juga disaring dengan gelas wol . 12. Codein :
a. direbus dengan air 20 X nya, setelah larut diencerkan sebelumdingin.
5. Seng klorida,, melarutkan seng klorid harus dengan air sekaligus, b. dengan alkohol 96 % sampai larut ,lalu segera encerkan dengan air.
kemudian disaring . Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan c. diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17 X-nya.
terbentuk seng oksi klorid yang sukar larut dalam air. Bila terdapat asam
salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian air kemudian tambahkan 13. Bahan-bahan obat yang bekerja keras harus dilarutkan tersendiri.
asam salisilat dan sisa air baru disaring.
14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil
6. Kamfer, kelarutan dalam air 1: 650. Dilarutkan dengan spiritus fortior ( 96 pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 CC
% ) 2 X berat kamfer dalam botol kering kocok-kocok kemudian
tambahkan air panas sekaligus , kocok lagi. 15. Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 X nya kemudian
7. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin. Tetapi tanin selalu tambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak
mengandung hasil oksidasi yang larut dalan air, tetapi tidak larut dalam boleh disimpan.
gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dengan kapas
yang dibasahkan. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin dalam air kocok 16. Nipagin dan Nipasol, kelarutan 1 : 2000
baru tambahkan gliserin. Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air
Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk larutan minyak
8. Extract opii dan extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan ke a. dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan
dalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam. b. dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan
yang diawetkan.
9. Perak protein, dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan selama ¼ 17. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100
jam , di tempat yang gelap. bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 x jumlah yang diminta.

10. Succus liquiritiae, D. Macam – Macam Sediaan Larutan Obat


a. dengan gerus tuang (aanslibben), bila jumlahnya kecil. Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya dibedakan atas :
b. dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.
Larutan oral b. Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam
Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral , mengandung dengan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga
satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna larutan jenuh dengan gas.
yang larut dalam air atau campuran kosolven-air. Pembuatan :
1. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia.
1. Potiones (obat minum) Misalnya NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( per 2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
oral ). Selain berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau 3. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam
suspensi. dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne
knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
2. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan c. Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2nya lewat jenuh.
tambahan (pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau Pembuatan :
dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air - etanol. Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio.
Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat . Pada elixir Langkah ke 3 Seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa dengan
dapat pula ditambahkan glycerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop.
untuk pengganti gula bisa digunakan sirup gula.
Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat,
3. Sirup. dan kadang-kadang dimaksudkan untuk menyegar-kan rasa minuman
Ada 3 macam sirup yaitu : ( corrigensia).
a. sirup simplex mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 %
b/v Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent
b. sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat adalah :
tambahan digunakan untuk pengobatan - diberikan dalam botol yang kuat , berisi kira-kira 9/10 bagian dan
c. sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi tertutup kedap dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian
atau penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa diikat dengan sampagne knop.
atau bau obat yang tidak enak. - Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut , karena tidak
4. Netralisasi, Saturatio dan Potio Effervescent. boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol
a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan berisi gas dalam jumlah besar.
bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat
netral Contoh : Solutio Citratis Magnesici, Amygdalas Ammonicus Penambahan Bahan –bahan.
Pembuatan : Seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya  Zat – zat yang dilarutkan dalam bagian asam
bila perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan. a. Zat netral dalam jumlah kecil.
Bila jumlahnya banyak, sebagian dilarutkan dalam asam sebagian Asetat (e)
dilarutkan dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah airnya. Asam 24,0 9,9 20,4 12,0
Sitrat
b. Zat-zat mudah menguap.
Asam 12,3 5,0 10,4 6,1
c. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid Salisilat
d. Sirup Asam 22,7 9,2 19,1 11,2
Tartrat
 Zat- zat yang dilarutkan dalam bagian basa.
a. Garam dari asam yang sukar larut . misalnya natrii benzoas, natrii 5. Guttae ( drop)
salisilas. Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau
b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium suspensi , apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam.
dan ammonium harus ditambahkan kedalam bagian basanya, bila Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang
tidak, akan terbentuk endapan kalium atau ammonium dari asam menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes
tartrat. baku yang disebutkan oleh Farmakope Indonesia. Biasanya obat diteteskan
ke dalam makanan atau minuman atau dapat diteteskan langsung kedalam
Untuk melihat berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat mulut.
melihat tabel penjenuhan ( saturasi dan netralisasi ) dalam Farmakope Dalam perdagangan dikenal pediatric drop yaitu obat tetes yang
Belanda edisi V berikut ini : digunakan untuk anak-anak atau bayi .
Obat tetes sebagai obat luar, biasanya disebutkan tujuan
pemakaiannya misalnya : eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga.

Tabel saturasi dan netralisasi (Farmakope Belanda V) Larutan topikal


Larutan topikal ialah larutan yang biasanya mengandung air tetapi
Untuk 10 Asam Asam Asetat Asam Asam Asam seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada
bagian Amygdalat Encer Sitrat Salisilat Tartrat
Ammonia 8,9 58,8 4,1 8,1 4,41
kulit dan untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang
Kalium - 144,7 10,1 20,0 10,9 berupa suspensi disebut lotio
Karbonat Sedian-sedian termasuk larutan topical :
Natrium - 69,9 4,9 9,7 5,2
Karbonat 1. Collyrium
Natrium 18,1 119,0 8,3 16,4 8,9 Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing,
Bikarbonat
Ammonia Kalium Natrium Natrium
isotonus, digunakan untuk membersihkan mata.dapat ditambahkan zat
Karbonat karbonat Bikarbonat dapar dan zat pengawet.
Asam 11,2 - - 5,5 Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga
Amygdalat jernih,masukkan kedalam wadah, tutup dan sterilkan.
Asam 1,7 0,7 1,43 0,84 Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap.
tidak stabil (tidak larut/ rusak/ mengendap) pada pH tersebut maka
Catatan : sebaiknya obat tetes mata di dapar pada pH sedekat mungkin dengan
 Pada etiket harus tertera : pH air mata supaya tidak terlalu merangsang mata.
a. Masa penggunaan setelah tutup dibuka. Pada larutan yang digunakan pada mata, terlebih pada mata
b. “ Obat cuci mata” yang luka sterilitas adalah yang paling penting, untuk mencegah
 Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan terjadinya infeksi lebih lanjut.
paling lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya. Kolirium yang
mengandung pengawet dapat digunakan paling lama tujuh hari setelah c. Pengawet
botol dibuka tutupnya. Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus
2. Guttae Ophthalmicae. mengandung zat atau campuran zat yang sesuai untuk mencegah
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada
sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan waktu wadah dibuka pada saat digunakan.
pada mata. Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus
dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan
pada kornea. Pengawet yang dianjurkan :
 nipagin dan nipasol
Hal –hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :  fenil merkuri nitrat, timerosol
 benzalkonium klorid
a. Nilai isotonisitas.  klorbutanol, fenil etil alcohol
Secara ideal obat tetes mata harus memiliki nilai isotonis sama
dengan larutan NaCl 0,9 % b/v. Tetapi mata masih dapat tahan terhadap Untuk penggunaan pada pembedahan , selain steril larutan obat
nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan mata tidak boleh mengandung antibakteri karena dapat menimbulkan
tertinggi yang setara dengan larutan NaCl 2, 0 % b/v. iritasi pada jaringan mata.

b. Pendaparan d. Pengental
Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata adalah untuk Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat
mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat mata yang dikentalkan
hidroksil oleh wadah kaca. Hal tersebut dapat mengganggu kelarutan harus bebas dari partikel yang dapat terlihat. Contoh : metil selulosa,
dan stabilitas obat. Selain itu penambahan dapar juga dimaksudkan hidroksi propil selulosa, polivinil alcohol
untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya : garam – garam
alkaloid. Cara pembuatan obat tetes mata
Air mata normal memiliki pH 7,4 secara ideal obat tetes mata a. Obat dilarutkan kedalam salah satu zat pembawa yang mengandung
memiliki pH seperti pada air mata, tetapi karena beberapa bahan obat salah satu zat pengawet , dijernihkan dengan cara penyaringan,
masukkan kedalam wadah, tutup wadah dan sterilkan menggunakan 6. Guttae Nasales
autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit. Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
b. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung pensuspensi, pendapar dan pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral
salah satu zat pengawet dan disterilkan menggunakan bakteri filter tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat
7. Inhalationes
c. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau
salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan . Tetesan
masukkan kedalam wadah, tutup rapat dan sterilkan dengan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai
penambahan bakterisid , dipanaskan pada suhu 98- 100oC selama 30 bronkhioli. Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas. ( akan dibahas
menit. lebih lanjut dikelas III)
Penandaan : Jika mengandung bahan yang tidak larut pada etiket harus
3. Gargarisma (Gargle) tertera “ Kocok dahulu”
Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan
umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum 8. Injectiones / obat suntik. (dibahas dikelas III)
digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau
pengobatan infeksi tenggorokan. 9. Lavement / Clysma / Enema.
Cairan yang pemakaiannya per rectum/colon yang gunanya untuk
Penandaan. membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik
1. Petunjuk pengenceran sebelum digunakan Enema yang digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit
2. “ Hanya untuk kumur, tidak ditelan “ atau pembersih faeces sebelum operasi, tidak boleh mengandung zat lendir.
Contoh : Betadin Gargle. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai karminativa,
emolient, diagnostic, sedative, anthelmintic dan lain-lain. Dalam hal ini
4. Litus Oris. untuk mengurangi kerja obat yang bersifat merangsang terhadap usus ,
Oles Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara dipakai basis berlendir misalnya mucilago amyli. Pada pemakaian per
disapukan dalam mulut. rectal berlaku dosis maksimal.
Contoh : Larutan 10 % borax dalam gliserin. Enema diberikan dalam jumlah variasi tergantung pada umur dan
keadaan penderita. Umumnya 0,5 sampai 1 liter, tetapi ada juga yang
5. Guttae Oris diperpekat dan diberikan sebanyak 100 – 200 ml.
Tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan
cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumurkan, 10. Douche.
tidak untuk ditelan. Adalah larutan dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam
vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karenanya
larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik. Untuk memudahkan,
kebanyakan douche ini dibuat dalam bentuk kering/padat (serbuk, tablet
yang kalau hendak digunakan dilarutkan dalam sejumlah air tertentu,
dapat juga diberikan larutan kental yang nantinya diencerkan seperlunya.
Contoh Betadin Vaginal Douche (dikemas beserta aplikatornya)

11. Epithema /Obat kompres


Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada
tempat tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat
perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mengeringkan luka bernanah.
Contoh : Liquor Burowi, Solutio Rivanol, campuran Borwater - Rivanol.

E. Hitungan Farmasi
Farmakope Indonesia Edisi IV memberikan 3 bentuk persen yaitu :

1. Persen bobot per bobot (b/b)  Perhitungan Etanol.


Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram campuran atau larutan. Yaitu mengubah atau mengencerkan kadar etanol yang lebih tinggi
menjadi kadar yang lebih rendah .
2. Persen bobot per volume (b/v) Perlu diketahui bahwa apabila kita mencampur 2 larutan yang berbeda
Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan, sebagai pelarut dapat berat jenisnya (termasuk etanol/spiritus ) akan terjadi penyusutan volume yang
digunakan air atau pelarut lain. disebut dengan kontraksi.
Spiritus atau etanol adalah campuran alkohol absolut dengan air.
3. Persen volume pervolume (v/v) Umumnya dinyatakan dalam persen b/b atau v/v, sehingga :
Menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan. Pernyataan persen tanpa
penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah padat , yang
dimaksud adalah b/b, untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam 1. 100 gram etanol 0 % b/b artinya larutan mengandung
cairan yang dimaksud adalah b/v dan untuk larutan cair di dalam cairan 0
yang dimaksud adalah v/v dan untuk larutan gas dalam cairan yang alkohol absolute x 100 gram = 0 gram
100
dimaksud adalah b/v.
air 100 gram – 0 gram = 100 gram

2. 200 cc etanol 70 % v/v artinya larutan mengandung


70 500/0,8020 = 623,44 cc,
alkohol absolute x 200 cc = 140 cc
100 96,79
alkohol absolut = x 623,44 cc
air bukan 200 cc – 140 cc = 60 cc, tetapi lebih besar dari 60 cc 100
(hal ini dapat dihitung) = 603,42 cc

2. 1 liter etanol 77,79 % v/v, berapa cc dan gram alkohol absolutnya ?


3. 200 cc etanol 70 % b/b, jumlah alkohol absolute tidak bisa langsung
Jawab :
dihitung. Disini harus kita sejeniskan terlebih dahulu. Untuk mengetahuinya 77,79
dapat dipergunakan tabel pada Farmakope edisi IV Alkohol absolute = x 1000 cc = 777,9 cc
100

77,79 % v/v = 71 % b/b = BJ 0,8634


etanol 70 % b/b = etanol 76,91 % v/v = BJ 0,8658
Berat larutan = 0.8634 x 1000 = 863,4 gram
Volume larutan = 200 cc
71
76,91 Alk. absolute = x 863,44 gram = 613,04gram
100
alkohol absolut = x 200 cc = 153,82 cc
100
Berat larutan = 0,8658 x 200 cc = 173,16 gram 3. 500 gram etanol 73,3 % v/v berapa gram dan cc alkohol absolutnya ?
70 Jawab :
Alkohol absolut = x 173,16 g = 121,21 gram 73,3 % v/v = 66 % b/b = 0,8753
100
Berat air = 173,16 g – 121,21 g = 51,95 gram 66
alkohol absolute = x 500 gram = 330 gram
100

500
volume larutan = 0,8753 = 571,23 cc

Latihan .
73,3
1. 500 gram etanol 95 % b/b , berapa cc dan gram alkohol absolutnya ? alkohol absolute = x 571,23 cc = 418,71 cc
Jawab : 100
95
alkohol absolute = x 500 gram = 475gram
100
4. 1 liter etanol 57 % b/b berapa cc dan gram alkohol absolutnya
95 % b/b = 96,79 % v/v = BJ 0,8020 Jawab :
57 % b/b = 64,8 % v/v = BJ 0,8964 Atau menggunakan rumus :
64,8
alkohol absolut = x 1000 cc = 648 cc B1 x K 1 + B 2 x K 2 = B 3 x K 3
100
Berat larutan = 1000 x 0,8964 = 896,4 gram 100 x 62,44 + 200 x 0 = 300 x K3
57 62,44
Alkohol absolut = x 896,4 g = 510,95 gram K3 = x 100 % = 20, 81 %
100 300

5. 800 cc etanol BJ 0,8364


Apabila tabel yang dimaksud tidak ada dalam daftar maka harus dilakukan
Jawab :
interpolasi .
BJ 0,8364 = 87,8 % v/v = 82 % b/b
87,8 Cara :
Alkohol absolut = x 800 cc = 702,4 cc Misalkan yang hendak diketahui % b/b dan BJ etanol 90,5 % v/v.
100
Ambil 1 tabel yang terdekat diatasnya. Dengan perbandingan biasa kita dapat
Berat larutan = 800 x 0,8364 = 669, 12 gram membuat tabel baru.
82
Alkohol absolut = x 669,12 g = 548,68gram
100
BJ b/b v/v
0,8271 85,69 90
Kegunaan menghitung alkohol absolut adalah untuk mencari kadar.
0,5 1 0,0066 1,3 90,5

0,8337 86,99 91
Contoh soal :
Berapa % b/b kadar etanol yang diperoleh kalau kita mencampurkan 100 Perbandingan 0,5/1 =1/2
gram etanol 70 % v/v dengan air 200 cc ? % b/b= 85,69 + ( ½ x 1,3 )
Penyelesaian : = 85,69 + 0 65
100 gram etanol 70 % v/v = 62,44 % b/b  alkohol abs. 62,44/100 = 86,34
x 100 = 62,44 g BJ = 0,8271 + ( ½ x 0,0066 )
= 0,8271 + 0,0033
62,44
Kadar campuran = x 100 % = 20,81 % b/b = 0,8304
100  200 Jadi etanol 90,5 % v/v = etanol 86,34 % b/b; Bj = 0,8304.
Latihan soal. 55,18
Kadar = 188,37 x 100 % = 29,29 % b/b
1. Interpolasi dari BJ 0,9003
2. Interpolasi dari 66,5 % b/b BJ 0,9545 (hasil interpolasi), maka volume sebenarnya (Volume praktis)
3. Tentukan % b/b, % v/v dan BJ dari campuran :
1200 gram etanol 60 % v/v + 200 cc air 188,37
4. Hitunglah % b/b, % v/v dan BJ campuran : = = 197,35 ml
0,9545
100 gram spiritus dilutus + 100 gram air
5. Hitung berapa gram air yang ditambahkan pada campuaran Volume teoritis = Vt = V1 + V2
500 cc spiritus 96 % v/v + air samapi 1 liter = 100 ml + 100 ml
6. Dibutuhkan 1 liter spiritus 60 % b/b. Dalam persediaan kita mempunyai
spiritus fortior. Berapa cc air yang diperlukan = 200 ml
7. Dibutuhkan etanol 40 % v/v dalam persediaan terdapat 300 cc spiritus
fortior dan 200 cc spiritus dilutus.
8. Tentukan BJ dari campuran sama berat spiritus dilutus dan air Kontraksi = Vt - Vp
9. Tentukan BJ dari campuran sama volume spiritus dilutus dan air. = 200 ml - 197,35 ml

Contoh soal kontraksi. = 2,65 ml


Dicampurkan 100 cc spiritus dilutus dengan 100 cc air. 2,65
Berapa cc hasil yang akan didapat dan hitungkan kontraksinya! % kontraksi = x 100 % = 1,33 %.
200
100 cc x 70 % v/v + 100 cc 0% v/v  ? kontraksi tidak boleh lebih dari 3,6 %

Berat campuran : Latihan soal


= (100 x 0,8837) g + 100 g  88,37 + 100
1. Hitunglah kontraksi bila dicampur etanol absolut dengan air sama jumlah
= 188,37 g (x) % b/b volumenya
Etanol absolut : 2. Hitunglah kontraksi dalam % jika dicampur 200 ml spiritus dilutus dengan
300 ml spiritus 95 % v/v
62,44
= x 88,37 = 55,18 g
100
3. Hitunglah kontraksi bila dicampur masing-masing 100 g spiritus 95 % v/v, Latihan soal
100 g spiritus dilutus dan 200 g air.
1 1. Hitung berapa gram zat penambah diperlukan pada pembuatan 400 gram
campuran dengan kadar 20 %, bila yang tersedia 200 gram zat 25 % dan
 Hitungan Pengenceran Bukan Etanol. zat 15% yang belum diketahui jumlahnya.
Hendak dibuat 300 gram larutan yang mengandung 10 % NaCl dengan Jawab.
mempergunakan larutan yang mengandung 50 % NaCl. Berapa jumlah larutan X g x 15 % + 200 g x 25 %  400 g x 20 %
50 % yang harus dipakai dan berapa air yang harus ditambahkan ? Z.A (15/100 x X ) + ( 25/100 x 200)  20/100 x 400
Untuk menyelesaikan soal ini , tentukan dulu :
1. Mana bagian yang membentuk dan mana yang terbentuk. Z.A 0,15 X + 50 = 80
2. Komponen yang belum kita ketahui kita misalkan X 0,15 X = 80 - 50
3. Zat aktif yang membentuk sama dengan yang terbentuk
4. Berat zat yang membentuk harus sama dengan yang terbentuk. 30
X = 0,15 = 200
5. Kalau terdapat selisih berat antara zat terbentuk dengan yang membentuk
maka selisihnya adalah zat penambah.
Zat 15 % diambil sebanyak 200 gram
Zat penambah sebanyak 400 – ( 200 + 200 ) = 0 gram
Jawab.
2. Hitung berapa gram larutan NaCl 40 % harus ditambahkan pada 10 gram
X gram 50 % = 300 gram 10 %
larutan NaCl 10 % supaya diperoleh 100 gram larutan NaCl 20 % !
50 Jawab :
Zat aktif (za) = x X = 0,5 X
100 ( 10 g x 10 % ) + ( X g x 40 % )  100 g x 20 %
10 10 40
Z.A = x 300 = 30 gram Z.A( x 10 ) + ( x X) 20/100 x 100
100 100 100
0,5 X = 30 1 + 0,4 X = 20
1
X = 20 - 0,4
30
X = 0,5 g = 60 gram
X = 47,5 g
Zat penambah (air) = 300 - 60 = 240 gram Larutan NaCl 40 % yang diambil 47,5 gram
Zat penambah 100 - ( 10 + 47,5 ) = 42,5 gram
3. Hitunglah berapa gram larutan glukosa 15 % dan glukosa 25 % harus
ditambahkan pada 200 gram larutan glukosa 20 % supaya diperoleh 600
gram larutan glukosa 18 %
Jawab :
Glukosa 15 % = X
Glukosa 25 % = (600 – 200 ) – X
X x 15 % + (400-X) x 25 % + 200 x 20 %
 600 x 18 %
0,15 X + 100 - 0,25 X + 40 = 108
0,15 X - 0,25 X = 108 - ( 100 + 40) - 0,1 X = - 32
32
X = 0,1 = 320

Jumlah glukosa 15 % 320 gram


Jumlah glukosa 25 % 400 – 320 = 80 gram

4. 50 mg alkaloid belladon dicampur dengan 1 gram extract belladon yang


mengandung 1,5 % alkaloid belladon. Berapa gram campuran extract
belladon 1,3 % yang diperoleh dan berapa gram zat penambahnya.
Jawab :
50 x 100 % + 1000 x 1,5 %  X x 1,3 %
50 + 15 = 0, 013 X
65
X = 0,013
= 5000 mg = 5 g

Campuran yang diperoleh 5000 mg = 5 gram


Zat penambah = 5000 – (1000 + 50) = 3950 mg = 3,95 g

Anda mungkin juga menyukai