Anda di halaman 1dari 22

FARMAKOGNOSI KELAS XI

BAB I FLOS
No. Nama Simplisia Nama Tanaman Asal Family Isi Guna
1 Caryophylli flos Eugenia caryophyllus Myrtaceae Minyak atsiri yang Stimulansia,
(spreng) mengandung obat mulas, anti
egenol.zat berupa emetika,anestesi
damar, itdak berasa, lokal gigi
hablurnya berupa
jarum yang disebut
kariofilin,tannin
dan gom
2 Hibisci Hibiscus sabdariffa Malvaceae Vitamin Diuretika, anti
Sabdariffae flos (L) A,B1,B2,D, asam hipertensi,
(Bunga Rosela) amino, pectin, anti anthelminitika,
oksidan, beta antitusiv,
mengurangi
kekentalan
darah, obat
kanker
3 Jasmini flos Jasminum sambac (L) Oleceae Minyak atsiri, asam Korigen odoris,
(Bunga Melati) W.Ait. format, asam antiperitika,
benzoate, asam laktifuga
asetat ester metil
antranil,
seskuiterpen,
seskuiterpen-
alkohal
4 Pyrethri flos Chrysanthemum Asteraceae Piretrin I Insektisida
(Bunga cinerariaefolium (piretrolon + asam
Pirenti/Bunga (visiani) monokhrisantemat),
Krisan) piretrin II
(Piretrolon + asam
dikhrisantemat),
Minyak atsiri yang
mengandung
paraffin, piretrosin
dan khrisantemin
5 Woodforidiae Woodfordia fructiosa Lythracea Tanin Adstringensia
flos (Bunga (L.) atau Woodfordia e
Sidawayah) floribunda (Salisbury)
BAB II FRUCTUS
No Nama Simplisia Nama Tanaman Family Isi Guna
Asal (Keluarga)
1 Amomi Fructus Amomum Zingiberaceae Minyak Atsiri Bumbu masak,
(Kapulaga, Kapol, compactum, 8% dg isi Bahan pewangi,
Cardamomi Amomum utama Sineol Karminativa,
Fructus) cardamomum, dibuat Tingtur.
Amomum
Kapulaga.
2 Anisi Fructus Pimpinella Apiaceae Minyak Atsiri Karminativa,
(Buah Adas anisum yg mgd anetol Amara,
Manis) 80-90%, Antitussiva,
metilkavikol, Ekspektoransia,
anisketon, diaforentika.
asetaldehida,
trdpt minyak
lemak, zat
putih telur,
hidrat arang.
3 Bruceae Fructus Brucea Simarubaceae Minyak Obat disentri,
(Tambara Marica, javanica (L) Lemak, Zat Hemostatika.
Buah Makasar) Merr / Brucea Penyamak,
amarissama glukosida
Lour Merr, brukamarin
Brucea burseral,
sumatrana brusealin.
(Roxb)
4 Capsici Fructus Capsicum Solanaceae Kapsisin, Vit Stomakikum,
(Cabe, Capsicum annum (L) C, Damar, Zat tingturnya sbg
cayenne pepper, warna obat gosok.
Lombok) kapsantin &
Karoten
5 Capsici Capsicum Solanaceae Kapsisin, Vit Stimulan,
Frutescentis frutescens (L) C, Damar, Zat Stomakikum,
Fructus (Buah warna Karminativa,
Cabe Rawit) kapsantin & Amara
Karoten
6 Coptici Fructus Carum Apiaceae Minyak Atsiri Karminativa,
(Buah Mungsi) copticum yg mgd timol, desinfektan.
(Benth) karvon,
limonen.
7 Coriandri Fructus Coriandrum Apiaceae Minyak Atsiri Karminativa,
(Ketumbar) sativum (L) yg mgd lactagoga, anti
koriandrol, emetika
trdpt pula
minyak lemak.
8 Cubebae Fructus Piper cubeba Piperaceae Minyak Atsiri, Obat radang
(Buah Kemukus) (L.) asam kubeba, selaput lendir
kubebin, saluran kemih
piperin, diuretik,
minyak lemak. karminativa,
anti emetika.
9 Cumini Fructus Cuminum Apiaceae Minyak Atsiri Stimulansia,
(Buah Jinten cyminim (L) yg mgd Karminativa,
Putih) kuminal, Stomakikum.
lemak
10 Foeniculi Fructus Foeniculum Apiaceae Myk atsiri yg Karminativa,
(Buah Adas) vulgare (Mill.) mgd anetol, obat gosok
fenkon(rasa anak,
pahit), metal ekspektoransia,
khavikol, amara.
anisaldehida,
myk lemak.

11 Melaleuceae Melaleuca Myrtaceae Myk atsiri Karminativa.


Fructus (Buah leucadendra
Kayu Putih, (L.)
Merica Bolong).
12 Morindae Morinda Rubiaceae Morindin, Antidiabetika,
Citrifoliae Fructus citrifolia morindon. antihipertensi,
(Mengkudu, Pace, roboransia,
Buah Noni) ekspektoransia.

13 Pandanus Pandanus Pandanaeae Betakaroten, Antihipertensi,


Conideus Fructus conideus tokoferol, antigout,
(Papuan Red asam antikolesterol,
Fruit/Buah oleat&dekanoa obat kanker,
Merah) t. tumor&HIV.
14 Phaleriae Fructus Phaleria Thymelacaceae Alkaloida, Antihipertensi,
(Buah Mahkota macrocarpa saponin, antigout,
Dewa, Phaleria polifenol. antidiabetes,
Papuana) oabat kanker,
hemostatika&an
tidota.
15 Piperis Albi Piper nigrum Piperaceae Myk atsiri Karminativa,
Fructus (Lada (L.) berisi feladren, diuretika, anti
Putih, Merica kariofilen emetika,
Putih) alkaloida antidota.
khavisin,
piperin,
piperitina.
16 Piperis Nigri Piper nigrum Piperaceae Myk atsiri Karminativa,
Fructus (Lada (L.) berisi feladren, iritasi lokal,
Hitam, Merica kariofilen diuretika, anti
Hitam) alkaloida emetika,
khavisin, antidota.
piperin,
piperitina.
17 Retrofracti Piper Piperaceae Myk atsiri, Stimulansia,
Fructus (Cabe retrofractum piperin, karminativa,
Jawa, Lada (Vahl.) piperidin, diaforetika,
Panjang, Cabe damar. diuretika,
Jamu) antispasmodika
18 Tamarindi Pulpa Tamarindus Caesalpiniaceae Asam-asam Pencahar
Fructus (Asam indica (L.) organik antara lemah.
Jawa, Pulpa lain asam
Tamarindorum sitrat, asam
cruda) malat.

BAB III SEMEN


No Nama Simplisia Nama Tanaman Family Isi Guna
Asal (Keluarga)
1. Arecae Semen Areca catechu Arecaceae Alkaloid Miotika,
(Biji Pinang, (L) berupa anthelmintika
Jimbe) arecolin, tanin.khususnya
cacing pita,
adstringensia
2. Coffeae Semen Coffea arabica / Rubiaceae Koffein, asam Antidota,
(Biji Kopi) coffea kofeotanat, antipiretika,
canephora ksantin. diuretika.
3. Colae Semen Cola nitida & Sterculiaceae Kofeina, Minuman yg
(Biji Kola) Cola acuminata sbgian bebas & menyegarkan
sbgian terikat spt dg teh, kopi,
dg zat guarana , dllnya
penyamak sbg krn berisi
kolatin & kofeina.
kolatein, trdpt
pula
theobromida,
zat penyamak,
kolalipase,
kola-oksidase,
zat warna
merah kola.
4. Foenigraeci Trigonella Papilionaceae Minyak atsiri, Aromatika,
Semen (Biji Foenum alkaloida emoliensia,
Klabet) graecum (L) trigonelin diuretika,
(alkaloida tnp laksativa.
khasiat), zat
pahit, zat
warna kuning.
5. Myristicae Myristica Myristicaceae Minyak atsiri Aromatika,
Semen (Pala, fragrans (Hout) yg mgd karminativa,
Nutmeg, Nux miristin (bersft stimulansia,
Mochata) membius), setempat thdp
kamfen, myk sal. Pencernaan,
lemak brpa miristin berkha.
gliserida dr Membius,
asam menyebabkn
miristinat, kantuk&mmperl
asam ambat
oleat&asam pernafasan.
linoleat

6. Myristicae Myristica Myristicaceae Minyak atsiri Karminativa,


Arillus fragans (Hout) terutama aromatika.
(Kembang Pala, miristin,
Macis) kamfen,
eugenol,
minyak lemak
7. Myristicae Myristica Myristicaceae Minyak atsiri Karminativa,
Pericarpium fragans (Hout) terutama yg Aromatika.
Semen (Kulit mgd Monofen
Buah Pala) (Kamfen),
eugenol,
miristin,
isoeugenol,
minyak lemak.
8. Nigellae Sativae Nigella sativa Ranunculaceae Minyak atsiri, Stimulansia,
Semen (Biji (L) myk lemak, karminativa,
Jinten Hitam glukosida,bera diaforetika.
pahit) cun melantin.
9. Parkiae Semen Parkia Rox Mimosaceae Glukosida, Antidiare,
(Biji Kedawung, burghil damar, tanin, adstringensia.
Biglobosae (G.Don.) / sistin.
semen). Parkia
biglobosa
(Bentha)
10. Strychni Semen Strychnos nux- Loganiaceae Alkaloida Amara,
(Biji Strihni) vomica terutama strimulansia,
strichnina & antidota (pd
brusina, trdpt keracunan obat
pula myk tidur dr gol.
lemak, Barbiturat).
glukosida
loganin.

BAB IV AMYLUM
No Nama simplisia Nama tanaman asal Keluarga zat berkhasiat Penggunaan
utama /isi
1 Amylum Solanum Solanaceae Amilosa dan Bahan
Solani (Pati tuberosum (L) amilopektin penolong
Kentang) untuk
sediaan
obat
2 Amylum Triticum Vulgare Poaceae Amilosa dan Bahan
Tritici (Pati (Vill.) amilopektin penolong
gandum, Pati untuk
Terigu) sediaan
obat
3 Amylum Manihot Euphorbiacea Amilosa dan Bahan
Manihot (Pati utilissima(pohl.) e amilopektin penolong
Singkong) untuk
sediaan
obat
4 Amylum Zea mays (L.) Poaceae Amilosa dan Bahan
Maydis (Pati amilopektin penolong
Jagung, untuk
Maizena, Corn sediaan
Starch) obat
5 Amylum Oryza sativa (L.) Poaceae Amilosa dan Bahan
Oryzae (Pati amilopektin penolong
Beras) untuk
sediaan
obat
BAB V OLEUM
No. Nama Nama Keluarga Zat berkhasiat/isi Guna
simplisia tanaman asal
1. Oleum Pimpinella Apiaceae Anetol, Obat batuk,
Anisi anisum (L) metilkhavikol perangsang
atau verum (isomer dari peristaltik pada
(Hook.f) anetol), mulas
anisaldehida dan
terpen
2. Oleum Citrus Rutaceae d-limonen, Obat bronkhitis
Aurantii sinensis (L.) campuran sitral, menahun,
sitronelal aromatika
3. Oleum Theobroma Sterculiaceae Sebagian besar Bahan tambahan
Cacao cacao (L.) gliserida dari dalam sediaan
asam stearat, kosmetik dan
asam palmitat, suppositoria
asam oleat dan
asam laurat.
4. Oleum Melaleuca Myrtaceae Minyak atsiri Sebagai obat
Cajuputi leucadendra yang mengandung gosok pada sakit
(L.) dan sineol (kayu encok dan rasa
Melaleuca putol), terpinol nyeri lainnya,
minor (Sm) bebas atau kadang-kadang
sebagai ester untuk obat batuk
dengan asam
cuka, asam
mentega, asam
valereat
5. Oleum Eugenia Myrtaceae Egenol, Obat sakit gigi,
Caryophyl caryophyllat asetilegenol, obat mulas,
i a (Sreng) karioflen kadang untuk
obat batuk
6. Oleum Cinnamomu Lauraceae Minyak atsiri Obat gosok, obat
Cinnamo m yang mengandung mulas, pengawet
mi zeylanicum sinamilaldehida, sediaan syrup
(BI) egenol, felandren
7. Oleum Citrus lemon Rutaceae Sitral, d-limonen Obat batuk,
Citri (L.) dan feladren perangsang
peristaltik pada
mulas, bahan
pewangi
8. Oleum Cymbopogon Poaceae Geraniol dan Aromatik&pengh
Citronella nardus sitronelal, alau serangga
e (Rendle), terdapat pula karena
Cymbopogon metilheptanon, mengandung
winterianus terpen-terpen. metilheptanon
9. Oleum Cocos Palmae Minyak lemak Untuk bahan
Cocos nucifera gliserida dari dasar membuat
asam laurat, asam salep, shampoo.
miristinat.
10. Oleum Eucalyptus Myrtaceae Ekaliptol Germisida,
Eucalypti globullus (=sineol) terdapat antitussiva,
(Labill) pula pinem dan antiseptika
terpen-terpen. saluran
pernafasaan
11. Oleum Foeniculum Apiaceae Anetol, zat pahit Obat gosok bayi,
Foeniculi vulgare fenkhon obat mulas untuk
(Mill.) anak-anak,
karminativa
lemah, terbanya
dipakai sebagai
bahan pewangi
Aqua Foeniculi
(F.I.Ed.I)
12. Oleum Gadus Gadidae Vitamin A dan D, Sumber vitamin
Lecoris callarias gliserida A tidak kurang
Aselli tripalmitat dan dari 600 S.I tiap
trisearat, gram dan sumber
kolesterol, vitamin D tidak
gliserida dan kurang dari 80 S.I
asam-asam tidak tiap gram. Bahan
jenuh disebuat dasar salep
asam morrhuat

13. Oleum Zea mays Poaceae Gliserida Zat tambahan,


Maydis (L.) pengganti minyak
lemak bagi pasien
yang tinggi kadar
kolestrolnya
14. Oleum Menthae Lamiaceae mentol, Karminativa,
Menthae piperita (L.) metilasetat stimulansia,
Piperitae sebagai obat
mulas
15. Oleum Olea Oleaceae Trigliserida dari Bahan makanan,
Olivae europea (L.) asam oleat dan pencahar lemah.
asam palmitat,
gliserida asam
linoleat, bagian
yang tak
tersabunkan
berupa fitosterol&
hidrokarbon
skualen.

16. Oleum Ricinus Euphorbiaceae Gliserida dari Pencahar (hati-


Ricini communis asam risinoleat, hati pada wanita
gliserida asam hamil atau sedang
oleat, asam haid). Jangan
linoleat, asam- dicampur dengan
asam jenuh obat cacing yang
lainnya dapat larut dalam
minyak, hair
tonic.
17 Oleum Rosa gallica Rosaceae Geraniol, aromatika
Rosae (L.), Rosa paraffin, nerol,
damascena egenol
(Niler), Rosa
alba (L.),
Rosa
centifolia
(L.)
18 Oleum Sesamum Pedaliaceae Gliserida dari Sebagai obat luar
Sesami indicum (L.) asam oleat, untuk emolien,
gliserida asam bahan tambahan
linoleat, asam untuk pembuatan
palmitat, asam plester, sabun,
stearat, asam salep, linimenta
miristinat
19 Oleum Vetiveria Poaceae Minyak atsiri Bahan tambahan ,
Vetiveriae zizanoides yang mengandung aromatika
vetiveron,
vetiverol,
vetivenil,
vetivenat dan
vetiven
BAB VI OBAT TRADISIONAL DAN FITOFARMAKA
A. Pengertian
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan
tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
Obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu jamu, obat
herbal terstandar (OHT), dan fitofarmaka

1. Jamu (Empirical based herbal medicine)


Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya
dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman
yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada
umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang
disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara
5 – 10 macam bahkan lebih. Misalnya jamu beras kencur, jamu kunyi asem (PT
sido muncul), jamu habis bersalin nyonya meneer.
Filosofi Logo :
 Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses,
jika sebuah tanda untuk menyatakan aman.
 Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan
kekayaan sumber daya manusia an jamu.
(keanekaragaman hayati).
 Stilisasi jari-jari daun (tiga pasang)
melambangkan srangkaian proses yang sederhana yang merupakan
visualisasi proses pembuat.

2. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)


Obat Herbal Terstandar (OHT) merupakan sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah di standarisasi.
Filosofi Logo
 Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk
menyatakan aman
 Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya
alam Indonesia (keanekaragaman hayati)
 Stilisasi jari-jari daun (tiga pasang)
melambangkan srangkaian proses pembuatan
ekstrak tumbuhan obat (uji labortorium, uji
toksisitas, dan uji praklinis)
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat
tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun
mineral. Misalnya diapet (PT soho industry farmasi), fitolac (PT kimia
farma), kiranti sehat (PT ultra prima abadi).

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)


Fitofarmaka berasal dari bahasa Yunani phyto yang berarti tanaman
dan pharmakon yang berarti obat. Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinik dan uji klinik. Misalnya stimuno (PT dexa medika), tensigard (PT
pharos).
Filosofi Logo :
 Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk
menyatakan aman
 Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam
Indonesia (keanekaragaman hayati)
 Stilisasi jari-jari daun (yang kemudian membentuk binatang) melambangkan
serangkaian proses yang cukup kompleks dalam pembuatan fitofarmaka (uji
laboratorium, uji toksisitas, uji praklinis, uji klinis)

Sebelum OHT dan Fitofarmaka dikenl, simplisia


merupakan bahan utama yang harus tersedia di tempat
meracik atau meramu. Simplisia di apotek terdesak
dengan perkembangan galenika, sehingga persediaan
simplisia diapotek di gantikan dengan sedian-sedian
galenika , yaitu tingtur, ekstrak, anggur, air romatika,
minyak lemak, minyak atsiri dan sirup.

B. Membuat Sediaan Galenika


1) Pengertian
Istilah galenika diambil dari nama seorang tabib yunani yaitu Claudius Galenus
(Galen) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dab hewan,
sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang disebut Ilmu Galenika.
Ilmu galenika adalah llmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan
(preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan ).
Sediaan galenika adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku tumbuh-tumbuhan
atau hewan dengan cara disari Zat-zat yang disari terdapat dalam sel-sel bagian
tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering.
Secara umum dan singkat pembuatan sediaan galenika sebagai berikut :
 Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau obat
nabati.
 Dari simplisia tersebut, obat-obat atau bahan yang terdapat di dalamnya
diambil dan diolah dalam bentuk sediaan atau preparat.
Cairan penyari masuk dalam sel-sel dari bahan-bahan dan zat yang disari larut
dalam cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat tersari dipisahkan dari
simplisia yang disari. Penyaringan akan lebih cepat terjadi bila bahan dasar dalam
keadaan halus.
Tujuan pembuataan Sediaan Galenika
a) Untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian
lain yang dianggap tidak bermanfaat.
b) Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
c) Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan
yang lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenika.
1.      Derajat kehalusan.
Harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung
tersebut disari. Semakin sukar disari, simplisia harus dibuat semakin halus,
dan sebaliknya.
2.     Konsentrasi / kepekatan.
Beberapa obat yang terkandung harus jelas konsentrasinya agar kita tidak
mengalami kesulitan dalam pembuatan.
3.     Suhu dan lamanya waktu.
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah
tersari atau tidak.
4.     Bahan penyari dan cara penyari.
o Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap
bahan penyari ke dalam simplisia.

Bentuk-bentuk sediaan galenika


a. Hasil penarikan/extraction : extracta , tinctura, decocta. Infusa.
b. Hasil penyulingan/pemasaran:aqua aromatika.olea volatila, olea pingula
c. Syrup

2) Penarikan/Extractio/Extraction
Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asalnya (yang
umumnya zat berkhasiat) supaya dapat ditarik dalam keadaan (khasiatnya)tidak
berubah. Istilah extractio hanya dipergunakan unytuk penarikan zat-zat dari bahan
asal dengan menggunakan cairan penarik/pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan
disebut menstrum. Ampasnya disebut marc atau feaces. Cairan yang dipisahkan
disebut macerate liquid/colatura/solition/perkolat.
Tujuan utama extractio adalah untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat pengobatan
sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak bermanfaat ,supaya lebih mudah dugunakan
dari pada simplisia asal.
Cairan –cairan penarik :
Menentukan cairan penarik apa yang akan digunakan harus diperhitungkan
betul-betul dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain :
a. Kelarutan zat-zat dalam menstrum
b. Tidak menyebabkan nntinya zat-zat berkhasiat tersebut rusak atau akibat-
akibat yang tidak dikehendaki (perubahan warna,pengendapan,hidrolisa)
c. Harga yang murah
d. Jenis preparat yang akan dibuat.
Macam-macam cairan penyari :
a. Air
b. Etanol
c. Gliserin
d. Eter
e. Solvent hexane
f. Aseton
g. Kloroform
Cara-cara penarikan :
a. Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam
simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhu 15c-
25c,
b. Digerasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan merendam simplisia
dengan cairan penyari pada suhu 35C – 45C
c. Perkolasi adalah cara penarikan memakai alat yang disebut perkolator

C. Membuat Sediaan Ekstrak dan Tingtur


1. Ekstrak (Extracta)
Adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan mencari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Cairan penyari yang dipakai adalah air, eter dan campuran etanol dan air.
Cara pembuatan:
Penyarian
Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau
penyeduhan dengan air mendidih.
Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau
perkolasi
Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.
Maserasi
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur , suling atau uapkan maserat
pada tekanan rendah suhu tidak lebih dari 50 C hingga konsistensi yang dikehendaki.
Perkolasi
Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura. Setelah perkolator ditutup
dan dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan
penyari hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan tidak
meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50C hingga konsistensi yang dikehendaki.
Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat
selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian campur dengan perkolat pertama.
Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan dengan cara
reperkolasi tanpa menggunakan panas.
Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu kurang lebih
90C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada tekanan rendah dengan suhu tidak lebih
dari 50C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang digunakan. Enapkan
ditempat sejuk selama 24jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak
lebih bdari 50C hingga konsentrasi yang dikehendaki.
Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya
Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan
rendah pada suhu tidak lebih dari 50C hingga konsistensi yang dikehendaki.

Contoh-contoh Ekstrak
A . Ekstrak Belladon (Belladonnae Extracum)
B . Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)
C . Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)
D . Ekstrak Timi (Thymi Extractum)
E . Ekstrak Strichi (Strychni Extractum)
F . Ekstrak Pulepadak (Rouwolfiae Extractum)
G . Ekstrak Kalembak ( Rhei Ectractum)
H . Ekstrak Stramonium (Stramonii Extractum)
I . Ekstrak Frangulae (Frangulae Extractum)
J. Ekstrak jadam ( Aloe Extractum)
K . Ekstrak Kecambah ( Malti Extractum)
L . Ekstrak Hati (Hepatis Extractum)
M . Ekstrak Kina (cinchonae Extractum)
N . Ekstrak Kola (Colae Extractum)
O . Ekstrak Opium (Opii Extractum)

2. Tingtur Tinctura
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati
atau hewani dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera
masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20%
zat berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras.
Pembagian tingtur:
a. Menurut cara pembuatan
1) Tingtur asli adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh tingtur yang dibuat secara maserasi:
A) Opii Tintura FI edisi III
B) Valerianae Tinctura FI edisi III
C) Capsici tintura FI edisi II
Contih tingtur yang dibuat secara perkolasi:
A) Belladonae Tinctura FI edisi III
B) Cinamomi Tinctura FI edisi III
C) Digitalis Tinctura Fi edisi III
2) Tingtur tidak asli (palsu) adalah tingtur yang dibuat dengan cara melarutkan bahan
dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu
Contoh:
A) Iodii Tinctura FI edisi III
B) Secalis cornuti Tinctura FI edisi III
b. Menurut kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
1) Tingtur keras
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang berkhasiat keras
Contoh:
a) Belladonae Tinctura FI edisi III
b) Digitalis Tinctura FI edisi III
c) Opii Tinctura FI edisi III
2) Tingtur lemah adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak
berkhasiat keras.
Contoh:
a) Cinnamomi Tinctura FI edisi III
b) Valerinae Tinctura FI edisi III
c) Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
c. Berdasarkan cairan penariknya :
1. Tinctura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether
dengan aethanol.
2. Tinctura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan
aethanol
3. Tinctura Acida, jika kedalam aethanol yang dipakai sebagai cairan penarik
ditambahkan suatu asam sulfat
4. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh: tinctura Rhei
Aquosa
5. Tinctutra Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika penarikan dilakukan
dengan cairan penarik selain aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur
tersebut, misalnya campuran simplisia, contoh: tinctura Chinae Composita
Contoh Sediaan Tictura:
1) Tingtur Kina (Chinae Tinctura)
2) Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura)
3) Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)
4) Tingtur poligala (Polygalae Tinctura)
5) Tingtur Ratania (Ratanhiae Tinctura)
6) Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)
7) Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)
8) Tingtur Kemenyan (Benzoes Tinctura)
9) Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)
10) Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)
11) Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
12) Tingtur Cabe (Capsisi tinctura)
13) Tingtur Beladon (Belladonae Tinctura)
14) Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)
15) Tingtur Digitalis (Digitalis Tinctura)
16) Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)
17) Tingtur Opium (Opii Tinctura)
18) Tingtur Opium Wangi (Opii Aromatica Tinctura/Tinctura Opii Crocata)
19) Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
20) Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)

D. Membuat Sediaan Obat Tradisional


Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa abahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan gelenika atau campuran dari bahan-bahan
tersebut, yang secara turun-menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
Contoh – contoh sediaan obat tradisional :
1. Pilulae (Pil)
a. Pilulae a/ suatu sediaan berupa massa padat mengandung satu atau lebih bahan
obat (FI edisi III).
b. Boli a/ pil yg beratnya diatas 300mg, pembuatannya sama dg pil (FI edisi III)
c. Granula a/ pil kecil yang beratnya tidak lebih dari 30mg mgd 1mg bahan obat
(FI edisi III)
d. Lozenges/Tablet Hisap a/ sediaan padat mgd satu atau lebih bahan obat,
umumnya dg bahan dasar beraroma dan manis, yg dpt membuat tablet melarut
atau hancur perlahan dalam mulut (FI edisi IV). Lozenges terdiri dr 2 macam
yaitu;
 Trochisi (troches) a/ tablet hisap yang dibuat dg cara kempa tablet.
 Pastiles a/ tablet hisap yang dibuat dg cara tuang.
a) Komponen Pilulae :
 Zat utama : berupa bahan obat
 Zat tambahan :
 Zat pengisi : u/ membesar volume pil. Contoh : Akar Manis, Bolus alba,
atau bhan yg lain cocok.
 Zat pengikat : agar saling mengikat antara satu sama lain. Contoh : Sari
akar manis, gom akasia, tragacanth, campuran bahan trsbt atau bahan
lain yg cocok.
 Zat pembasah : u/ membasahi massa sebelum dibentuk. Contoh : air,
gliserol, sirup, madu campuran bhn trsbt.
 Zat penabur : membuat sediaan yg sudah trbntuk tidak melekat satu
sama lain. Contoh : lycopodium/talk,/bahan lain yg cocok.
 Zat penyalut : u/ melapisi pil. Contoh : perak, balsam, tolu, keratin,
sirlak, kolodium, salol, gelatin, gula atau bahan lain yg cocok.
b) Pembuatan sediaan : deg cara mencampur bahan-bahan obat sampai homogen,
kemudian di+ zat-zat tambahan, setelah homogen ditetesi bahan pembasah,
kemudian digerus dg cara ditekan ad diperoleh massa pil yg elastis lalu dibuat
bntuk batang & dipotong dg alat pemotong pil sesuai dg jmlh pil yg diminta.
Bahan penabur ditambahakan setelah terbntuk massa pil agar massa pil yg telah
jadi tdk melekat pd alat pembuat pil.
c) Persyaratan pilulae :
1) Memenuhi syarat waktu hancur yg tertera pd Compressi (FI ed III)
2) Memenuhi syarat keseragaman bobot pil (FI ed III)
3) Bentuk hrus tetap.

d) Keseragaman bobot : timbang 20 pil satu per satu, ad bobot rata2,


penyimpangan terbesar yg diperbolehkan trhdp bobotrata2.
e) Penyimpanan : sesuia dg cara penyimpanan tablet, dg memperhatikan sifat zat
tambahan yg dignkan.

2. Infusa (Infus)
Infusa a/ sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dg air pd suhu
90 0C selama 15 menit.
Cara Pembuatan : campur simplisia dg derajat halus yg cocok dlm panci dg air
secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90 0C sambil diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas ad diperoleh volume infus yg dikehendaki.
Hal-hal yg harus diperhatikan u/ membuat sediaan infus :
a. Jumlah simplisia
b. Derajat halus Simplisia
c. Banyaknya air ekstra
d. Cara Menyerkai
e. Penambahan bahan-bahan lain

3. Aqua Aromatica (Air Aromatika)


a/ larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dlm air. Air aromatika
harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan asal, bebas bau empiretik
atau bau lain, tidak berwarna dan tidak berlendir.
Cara Pembuatan :
 Larutkan minyak atsiri sejumlah yg tertera dlm masing2 monografi dlm 60ml
etanol 95%.
 Tambahkan air sedikit demi sedikit ad volume 100 ml sambil dikocok kuat2
 Tambahkan 500mg Talk, kocok, diamkan, saring.
 Encerkan satu bagian filtrat dg 39 bagian air.
Air aromatika yang tertera dlm FI II ada 3 yaitu;
a. Aqua Foeniculi
a/ larutan jenuh Minyak Adas dlm air.
CP : dg melarutkan 4g oleum foeniculi dlm 60ml etanol 90%, tambahkan air ad
100ml sambil dikocok kuat2, tmbhkan 500mg talk, kocok, diamkan, saring,.
Encerkan 1 bagfiltrat dlm 39 bag. Air.
b. Aqua Menthae Piperitae (Air Permen)
a/ larutan jenuh Minyak permen dlm air.
CP : sama dg menggunakan 2g minyak permen.
c. Aqua Rosae (Minyak Mawar)
a/ larutan jenuh Minyak Mawar dlm air.
CP : larutkan 1g Minyak Mawar dlm 20 ml Etanol, saring. Pada filtrat tambhkn
air secukupnya ad 5000ml, saring.

4. Olea Pinguia (Minyak Lemak)


a/ campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi dg gliserin (gliserida asam lemak
bersuku tinggi)
Cara-cara Mendapatkan minyak lemak :
a. diperas pada suhu biasa, misalnya; oleum arachidis, oleum olivae, olium ricini
b. diperas pada suhu panas, misalnya; oleum cacao, oleum cocos
Syarat – syarat minyak lemak :
a. harus jernih, yang cair harus jernih, yang padat sesudah dihangatkan (diatas suhu
leburnya) tidak boleh berbau tengik.
b. kecuali dinyatatakan lain harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCL3,
eter dan eter minyak tanah
c. harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa dan minyak lainnya.
Penggunaan minyak lemak :
a. sebagai zat tambahan
b. sebagai pelarut, misalnya; sebagai pelarut suntik, lotio, serta anti racuhn
c. sebagai obat, misalnya; oleum ricini,dapat dipakai sebagai pencahar
Minyak lemak dibagi dalam 2 gol :
a. minyak minyak yang dapat mengering, misalnya; oleum ricini
b. minyak minyak yang tidak dapat mengering, misalnya; oleun arachidis, oleum
olivarum
Penyimpanan minyak lemak : kecuali dinyatakan lain harus disimpan dalam
wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya
Contoh – contoh minyak lemak :
a. Minyak kacang/oleum arachidis; minyak lemak yang telah dimurnikan
diperoleh dengan pemerasan biji arachidis hypogeae L yang telah dikupas
b. Minyak coklat/oleum cacao; minyak lemak padat yang diperoleh dengan
pemerasaan panas biji theobrama cacao L yang telah dikupas
c. minyak kelapa/oleum cocos; minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan
panas endosperm cocos nucifera L yang telah dikeringkan
d. Minyak ikan/oleum lecpris aselli; minyak lemak yang diperoleh dari hati segar
gadus calarias L dan spesies gadus lainnya, dimurnikan dengan penyaringan
pada suhu 0C
e. Minyak lini/oleum lini; minyak lemak yang dipoeroleh dengan pemerasan biji
masak linum usiatisinum L
f. Minyak zaitun/oleum olivae; minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasaan
dingin biji masak olea europeae L jika perlu dimurnikan
g. Minyak jarak/ oleum ricini; minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasaan
dingin biji licinus communis L yang telah dikupas
h. Minyak wijen/ oleum sesami; minyak lemak yang diperoleh dengan
pemerasaan biji sesamum indicum L
i. Minyak kelapa murni/ oleum cocos purum; minyak lemak yang dimurnikan
denganh penyuliungan bertingkat diperoleh dari endosperma cocos nucifera
yang telah dikeringkan
j. Minyak pengkawang/oleum shorae; minyak lemak yang diperoleh dengan
pemerasan pans keping biji shorea stenoptera burck yang segar atau kering atau
dari biji spesies shorea yang lain
k. Minyak kaulmogra/minyak hidnokarpi/oleum hydnokarpi; minyak lemak yang
diperoleh dengan pemerasan dingin biji dari buah masak segar hidnocarpus
wightraria blume, spesies hydnocarpus lain dan taraktogenus kurzii king
l. Minyak jagung/ oleum maydis; minyak lemak yang diperoleh dari embrio zea
mays, kemudian dimurnikan
m. Minyak pala/oleum myristicae expressum; campuran minyak lemaak, minyak
atsiri, diperoleh dengan pemerasaan panas biji myristica fragrans houtt yang
telah dibuang selaput biji dan kulit bijinya.

5. Olea Volatilia (Minyak Atsiri)


Minyak atsiri disebut jg minyak menguap atau minyak terbang.
Olea Volatilia a/ campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yg diperoleh
baik dg cara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis.
Minyak atsiri diperoleh dari tumbuhan-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, buah atau
dibuat secara sintetis.
Sifat – sifat minyak atsiri :
a. Mudah menguap
b. Rasa yang tajam
c. Wangi yang khas
d. Tidak larut dalam air,larut dalam pelarut organik
e. Minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda
Identifikasi minyak atsiri :
a) Teteskan 1 tetes minyak di atas air,permukaan air tidak keruh
b) Pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yg diperoleh dengan cara
penyulingan uap tidak terjadi noda transparan.
c) Kocok sejumlah minyak dengan larutan nacl jenuh volume sama,biarkan
memisah,volume air tidak boleh bertambah.
Cara – cara memperoleh minyak atsiri :
a. Cara pemerasan
b. Cara penyulingan
1) Cara langsung
2) Cara tidak langsung
c. Cara enfleurage
Syarat – syarat minyak atsiri :
a) Haus jernih,tidak berwarna
b) Mudah larut dalam chloroform atau eter
c) Harus bebas minyak lemak, cara meneteskan keatas kertas perkamen tidak
meninggalkan noda transparan.
d) Harus kering
e) Bau dan rasa seoerti simplisia asal
Contoh – contoh minyak atsiri :
a. Oleum feoniculi(minyak adas)
b. Oleum anisi (minyak adas manis)
c. Oleum caryopylli(minyak cengkeh)
d. Oleum citri(mintak jeruk)
e. Oleum auranti(minyak jeruk manis)
f. Oleum eucalypti(minyak kaya putih)
g. Oleum manthae piperitae(minyak permen)
h. Oleum cinnamommi(minyak kayu manis)
i. Oleum citronellae(minyak sereh)
j. Oleum rosae(minyak mawar)

6. Syrupi (Sirup)
a/ sediaan cair berupa larutan yg mgd sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak
kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Cara pembuatan Sirup :
a. Buat cairan untuk sirup
b. Panaskan, tambahkan gula,jika perlu didihkan hingga larut.
c. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki.
d. Buang busa yang terjadi dan serkai.
Cairan u/ sirup, dimana gulanya akan dilarutkan dpt dibuat dari :
a. Aqua destilata : untuk sirupus simplex
b. Hasil-hasil penarikan dari bahan dasar:
1) Maserat misalnya Sirupus Rhei
2) Perkolat misalnya Sirupus Cinnamomi
3) Colatura misalnya Sirupus Senae
4) Sari buah misalnya Rubi Idaei
c. Larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya: Methdilazina
Hydrochloridi Sirupus, sirup2 dg nama patent misalnya yg mgd campuran
vitamin.
BJ sirup kira-kira 1,3. Pada penyimpanan dpt terjadi inversi dr sakarosa (pecah
mnjd glukosa&fruktosa) & pd sirup yg bereaksi asam inversi dpt trjdi lebih cepat.
Gula Invert a/ gula yg terjdi krna penguraian sakarosa yg memutar bidang
polarisasi ke kiri. Gula invert tidak dikehendaki dlm sirup krena lebih encer
sehingga mudah berjamur dan berwarna tua (terbentuk karamel)
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
a. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pd sirup. Didihkan sambil diaduk,
zat putih telur akan menggumpal karena panas.
b. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan & saring kotoran sirup akan
melekat ke kertas saring.
Cara memasukkan sirup kedalam botol :
a. Sirup yg sudah dingin disimpan dlm wadah yg kering.
b. Mengisikan sirup panas2 kedlm botol panas (karena steriliasasi)
c. Sterilisasi sirup, harus diperhitungkan pemanasan 30 mnit apakah tidak
berakibat terjadinya gula invert.
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai :
Obat, mis : Chlorfeniramini maleatis sirupus.
Corigensia saporis, mis : Sirupus Simplex
Corigensia Odoris, mis : Sirupis Aurantii
Corigensia Coloris, mis : Sirupus Rhoedos, Sirupus Rubi Idaei
Pengawetnya, mis : sediaan dg bahan pembawa sirup krna konsentrasi gula yg
tinggi mencegah pertumbuhan bakteri.
Penetapan kadar sakarosa :
Contoh – contoh sediaan sirup :
a. Ferrosi Iodidi Sirupus
b. Sirupus Simplex/Sirup Gula
c. Aurantii Sirupi Jeruk Manis
d. Sirupus Thymi/Sirup Thymi
Sirup – sirup yang tercantum dalam FI ed III :
Chlorpheniramini maleatis Sirupus
Cyproheptadini Hydrochloridi Sirupus
Dextrometorphani Hydrobromidi Sirupus
Piperazini Citratis Sirupus
Prometazini Hydrochloridi Sirupus
Methidilazini Hydrochloridi Sirupus
Sirupus Simplex yg dibuat dg melarutkan 65 bag sacharosa dlm larutan metil
paraben secukupnya ada diperoleh 100 bag sirup. Dalam perdagangan dikenal “dry
syrup” yaitu sirup berbentuk kering yg harus ditambahkan sejumlah pelarut tertentu
atau aqua destilata, bila akan digunakan. Biasanya berisi zat yg tidak stabil dlm
suasana berair.

E. Membuat Sediaan Fitofarmaka


Farmakognosi sebagai bagian biofarmasi, biokimia, dan kimia sintesa, sehingga
ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger. Di
Indonesia untuk saat ini u/ ptaktikum Farmakognosi hanya meliputi segi pengamatan
makroskopis, mikroskopis & organoleptis. Contoh : Chloramphenicol dpt dibuat scra
sintesa total, yg sebelumnya hanya dpt diperoleh dari biakkan cendawa Streptomyces
venezuela.
Simplisia yang diperoleh dpt berupa rajangan atau serbuk. Jika dilakukan uji
khasiat, diadakan pengujian toksisitas, uji praklinik & uji klinik untuk menentukan
fitofarmaka atau fitomedisin; bahan-bahan fitofarmaka ialah yang disebut Obat. Bila
dilakukan uji klinik, maka akan diperolah Obat Jadi. Serbuk dari simplisia jika
dieksraksi dg pemilihan pelarut, maka hasilnya disebut Ekstrak. Apabila ekstrak yg
diperoleh ini diisolasi dg pemisahan berbagai kromatografi, maka hasilnya disebut
Isolat.
Jika isolat ini dimurnikan, kemudian ditentukan sifat-sifat fisika dan kimiawinya
akan dihasilkan zat murni, yang selanjutnya dpt dilanjutkan penelitian ttg identifikasi,
karakterisasi, elusidasi struktur & spektrofotometri.
Proses ekstrasi dari serbuk sampai diperoleh isolat bahan obat dibicarakan
dalamfitokimia dan analisis fitokimia. Bahan obta ini jika diadakan uji toksisitas & uji
praklinik akan didapatkan obat jadi.

Anda mungkin juga menyukai