Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DBSO SEDIAAN SEMI SOLID

DISUSUN OLEH :
NAMA : HASANOR RISQI
NIM : 12613148
KELAS :C




JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2014

I. LATAR BELAKANG
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di
dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam
penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan.
Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah
dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat,
yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di
konsumsi oleh masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk
pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan
melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa,
mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan
perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu
diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan
tersebut, para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi
sediaan secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-
langkah yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan
cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar dan memperhatikan
konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan dengan
baik dan benar.
II. SALEP
1. Pengertian salep / ointment
FI III : sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. FI IV: sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput.

2. Syarat pembuatan salep.
a. Pemerian : Tidak boleh berbau tengik
b. Kadar : Kecuali dinyatakan lain utk salep yg mengandung obat
keras/narkotik, kadar obat adl 10%
c. Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, basis salep adalah vaselin putih
(vaselin album)
d. Homogenitas, jika dioleskan pd sekeping kaca atau bahan transparan lain
yg cocok harus menunjukkan susunan yg homogeny
3. Aturan umum pembuatan salep
1. Bagian bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak yamg
diperuntukkan bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan di dalamnya.
2. Zat-zat yang mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila banyak
nya air yang dipergunakan untuk pelarutan dapat dipungut oleh jumlah
campuran lemak yang telah ditentukan, mula-mula dilarutkan dalam air;
banyaknya air yang dipergunakan mula-mula dikurangi dari jumlah yang
telah ditentukan dari campuran lemak.
3. Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat larut
harus sebelumnya dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar ayakan B40.
Pada pembuatan unguenta ini zat yang padat sebelumnya dicampur rata
dengan lemak, yang beratnya sama atau setengahnya,bilamana perlu
sebelumnya dilelehkan dan kemudian sejumlah sisa lemaknya telah atau
tidak dilelehkan ditambahkan sebagian demi sebagian.
4. Apabila unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya harus
diaduk sampai dingin.

4. Penggolongan salep menurut sifat farmakologi / teraupetik &
penetrasinya
a. Salep epidermis/S.penutup
a. Utk melindungi kulit & menghasilkan efek lokal, tdk diabsorbsi
b. Kadang di+ antiseptik, astringen, anastesi lokal
c. DS yg baik DS. Senyawa hidrokarbon
b. Salep endodermis
a. Salep yg bhn obatnya menembus ke dlm kulit ttp tdk melalui kulit,
terabsorbsi sebagian
b. Digunakan utk melunakkan kulit/selaput lendir
c. Ds yg baik : minyak lemak (adeps lanae, lanolin, minyak
tumbuh2an)
c. Salep diadermis
a. Salep yg bhn obatnya menembus ke dlm tubuh mll kulit &
mencapai efek yg diinginkan (merkuri iodida, beladona)
b. DS : larut dalam air, emulsi based
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Dasar salep hidrokarbon, yaitu terdiri dari antara lain:
a) Soft Paraffin Basis diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid
dari minyak bumi digunakan untuk zat aktif yang tidak berwarna,
berwarna putih, atau berwarna pucat.
b) Hard Paraffin Merupakan campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang
diperoleh dari minyak bumi. Biasanya digunakan untuk memadatkan basis
salep.
c) Liquid Paraffin merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi
digunakan untuk menghaluskan basis salep dan mengurangi viskositas
sediaan krim.
d) Vaselin Putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon
setengah padat, diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir
keseluruhan dihilangkan warnanya. Dapat mengandung stabilisator yang
sesuai.
e) Vaselin Kuning Vaselin kuning adalah campuran yang dimurnikan dari
hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat
mengandung zat penstabil yang sesuai. 6. Campuran Vaselin Dengan
Malam Putih & Malam Kuning Salep kuning: terdiri dari 50 g lilin kuning
dan 950 g vaselin putih untuk tiap 1000 g. Salep putih: Tiap 1000 g
mengandung 50 g lilin putih dan 950 g vaselin putih.

Pertimbangan pemilihan basis hidrokarbon
a. Basis hidrokarbon bersifat kompatibel dengan banyak zat aktif karena inert,
b. Sedikit atau tidak mengandung air,
c. Serta tidak mengabsorbsi air dari lingkungannya.
d. Kandungan airnya yang sangat sedikit dapat mencegah hidrolisis zat aktif
seperti beberapa antibiotik
e. Kemampuan menyerap air yang rendah menyebabkan basis ini dapat
digunakan pada eksudat (luka terbuka).meskipun demikian, basis ini tetap
meningkatkan hidrasi kulit sehingga meningkatkan absorbsi zat aktif secara
perkutan.
f. Oleh karena itu, basis hidrokarbon merupakan basis dari salep dasar dan jika
tidak disebutkan apa-apa maka basis hidrokarbon yang digunakan sebagai
salep dasar adalah vaselin putih.
Contoh salep basis hidrokarbon
Acid Salicylici Unguentum (Salep Asam Salisilat) dan Acid Salicylici Sulfuris
Unguentum (Salep Asam Salisilat Belerang).

2. Dasar salep serap,yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
Tipe basis serap :
Tipe 1 dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak. Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat. Tipe 2 emulsi
air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan.
Contoh tipe ini adalah Lanolin.
Kelebihan & kekurangan basis serap
Keuntungan dasar salep absorpsi ini, walaupun masih mempunyai
sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat
yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep
berminyak.
Kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai
pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang
stabil dengan adanya air.
Dasar salep dapat dicuci dengan air
Dasar Salep Emulsi M/A (vanishing cream)
Emulsifying Ointment B.P
Hidrophilic ointment
Fase minyak (fase internal) terdiri dari petrolatum bersamaan dengan
satu atau lebih alkohol BM tinggi, seperti cetyl atau stearyl alcohol.
Asam stearat mungkin termasuk dalam fase minyak jika emulsi
tersebut dalam bentuk sabun.
Petrolatum dalam fase minyak juga dapat mempertahankan kestabilan
air dalam keseluruhan formulasi
Fase air (fase eksternal) dari basis tipe ini terdiri dari:
bahan pengawet : metilparaben, propilparaben, benzil
alkohol, dan asam sorbat.
humektan : gliserin, propilen glikol, atau polietilen glikol.
emulsifier (biasanya menjadi bagian yg paling banyak), bisa non-ionik
kationik, anionik, atau amfoter. juga terdiri dari komponen yg larut
dalam air, stabilizer, pengontrol pH, atau bahan lain yang berhubungan
dengan sistem air.
3. Dasar salep larut dalam air Sifat basis larut air:
Larut dalam air, Dapat dicuci, Tidak berminyak, Bebas lipid, Tidak
mengiritasi, Komponen utama : polietilen glikol = carbowax HOCH
2
(CH
2
OCH
2
)
nCH
2
OH (ada gugus polar dan ikatan eter yang banyak).
SALEP POLIETILENGLIKOL(TOPIKAL OINTMENT)
R/ PEG 3350 400 g
PEG 400 600 g


Berdasar fisik-konsistensi (viskositas = kekentalan)

1. Unguentum seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah
dioleskan tanpa tenaga
2. Cream banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
3. Pasta > 50% zat padat
4. Gelones Spumae suspensi partikel anorganik kecil atau molekul organik
besar, suatu salep yang lebi halus.


Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep
Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam
vaselin. Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih
mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila
dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan
tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru
ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain. Champora dapat
dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut
setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus
fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah
dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit
demi sedikit.
Zat-zat yang mudah larut dalam air
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia
maka obatnya dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan dicampur
dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air
terserap, baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan diaduk
hingga homogen.
Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum
Simplex, hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air
antara lain Lanoline (25% air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum
Cetylicum hydrosum(40%). Zat-zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar
salep
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah
itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah
satu bahan dasar salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih
dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan yang lainditambahkan sedikit demi sedikit
sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk pencegahan pengkristalan
pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan
Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair atau lunak.
Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep
Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan
minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak
atsirinya akan menguap.

Kualitas salep yang baik adalah
a. Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh
oleh suhu dan kelembaban kamar.
b. Lunak,semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan
seluruh produk harus lunak dan homogen.
c. Mudah dipakai atau mudah dioleskan.
d. Dasar salep yang cocok.
e. Dapat terdistribusi merata.

III. KRIM

1. Pengertian Krim :

Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan setengah
padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dan menurut Farmakope Indonesia
IV, Cream adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Sedangkan menurut Formularium Nasional Cream adalah sediaan
setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60
% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

2. Komposisi Formula Krim

zat pengemulsi
Emulgit
lemak bulu domba
setaseum
setilalkohol
steril alcohol
terietanolaminil stearat
dan golongan sorbitan
polisorbat
polietilenglikol
sabun.

Pengawet
Metil paraben (nipagin) : 0,12 0,18%
Propil paraben (nipasol) : 0,02 0,05%

3. Basis
Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe
minyak dalam air (m/a) yaitu mengandung banyak air dan minyak terbagi
rata di dalam air, dan tipe air dalam minyak (a/m) yaitu mengandung
banyak minyak dan butir-butir air terbagi di dalam minyak.

1. Tipe M/A
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai
pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur
konsistensi.
Sifat Emulsi M/A:
Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk
mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah
bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi
yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa
pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit.
Contohnya : sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
2. Tipe A/M
Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae, wool
alcohol, atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan
logam bervalensi dua.
Sifat Emulsi A/M:
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar
air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak.
Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan
tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.
Contohnya :Sabun monovalen (TEA, Na stearat, K stearat, Amonium
stearat), Tween, Na lauril sulfat, kuning telur, Gelatin, Caseinum, CMC,
Pektin,Emulgid.
4. Pembuatan Krim
Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda.
Metode pertama yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase
minyak) dilebur bersama di atas penangas air pada suhu 70 0C sampai
semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air)
dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0C sampai
semua bahan larut, kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai
terbentuk massa krim.
Sedangkan dengan metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun
fase air dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru
kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa krim. Baik metode
pertama maupun metode kedua, sama-sama menghasilkan sediaan krim
yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat dan kuat
dalam mortar yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi dengan
metode kedua, kita dapat menggunakan peralatan yang lebih sedikit
daripada metode pertama
Masalah sediaan krim
Kerusakan yang terjadi pada sediaan krim:
Cracking: pemisahan fase terdispersi
Creaming : terbentuk emulsi yang terkonsentrasi sehingga membentuk
krim pada permukaan emulsi
Flokulasi/Agregasi: agregasi yang bersifat reversible (partikel partikel
saling berkumpul)
Coalesence : bersatunya aglomerat menjadi globul yang lebih besar.
IV. PASTA
1. Pengertian pasta
Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk
serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan
dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun.
Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.
2. Komposisi Formula
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar
tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago, atau sabun.
3. penggolongan
Pasta kering
Suatu pasta bebas lemak mengandung + 60% zat padat (serbuk)
R/Bentonit 1
Sulfur praecip 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
Ichthamoli 0,5
Glycerin
Aqua aa 5
S.ad.us.ext
Pasta dari gel fase tunggal mengandung air
Pasta Na- karboksimetil selulosa (Na-CMC)
Pasta pendingin
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal Salep Tiga Dara
R/Zinci oxydi
Olei olivae
Calcii Hidroxydi Sol aa 10
Pasta berlemak
merupakan salep padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh
berfungsi sebagai lapisan pelindung pd bagian yg diolesi
Pasta Zn-oksida
Pasta gigi (pasta dentifriciae)
Campuran kental terdiri dari serbuk dan glycering
digunakan utk pelekatan pd selaput lendir agar memperoleh efek
lokal sebagai pembersih gigi
Pasta gigi Triamsinolon asetonida

4. Basis
Basis yang digunakan untuk pasta adalah basis berlemak atau basis air.
Macam basis yang dapat digunakan:
a. Basis hidrokarbon
Tidak diabsorbsi oleh kuli
Tertinggal diatas kulit berupa lapisan dan bersifat oklusif
Tdk campur air
Sukar dibersihkan
Lengket
Waktu kontak kulit lama
Inert
Daya absorbsi rendah
b. Basis absorbsi
Bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air. Terbagi 2 kelas:
a) Basis non emulsi
Dapat menyerap air membentuk emulsi A/M.
Kelebihan dibanding hidrokarbon:
Kurang oklusif namun emolien bagus
Membantu obat larut minyak untuk penetrasi kulit
Lebih mudah menyebar/mudah dioles
b) Basis emulsi A/M
Menyerap air lebih banyak dari basis non emulsi.
Terdiri dari:lanolin, oily cream
c. Basis air-miscible
Keuntungan:
Bercampur dengan eksudat luka
Mengurangi gangguan fungsi kulit
Kontak baik dengan kulit karena surfaktannya
Penerimaan secara kosmetik yang baik
Mudah dibersihkan untuk area berambut
d. Basis larut air
Keuntungan :
Larut air
Absorbsi baik oleh kulit
Mudah melarutkan bahan lain
Bebas dari rasa lengket
Nyaman digunakan
Kompatibel dengan berbagai obat dermatologi
Kerugian :
Uptake air terbatas
Kurang lunak dibanding paraffin
Mengurangi aktivitas beberapa antimikroba
Cara pembuatan pasta
Bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru
dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan
homogen.
Pembuatan pasta baik dalam ukuran besar maupun kecil dibuat dengan dua
metode:
(1) Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai
sediaan yang rata tercapai.
(2) peleburan.
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan melebur
bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai
mengental.Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan
pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk.
Kelebihan Pasta
Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka
akut dengan tendensi mengeluarkan cairan
Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan
daya kerja local
Konsentrasi lebih kental dari salep
Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan
dengan sediaan salep.
Kekurangan Pasta
Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya
tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis. Dapat
menyebabkan iritasi kulit.

V. GEL

1. Definisi
Gel merupakan system semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi
oleh suatu cairan. Gel kadang kadang disebut jeli. Gel adalah sediaan
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa
anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus
dan saling terserap oleh cairan. Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa
suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul
senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.
2. Penggolongan
Menurut sifat fase koloid
Gel anorganik, contoh : bentonit magma
Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
Berdasar sifat pelarut
Hidrogel
Organogel
xerogel
Berdasar fase terdispersi
Gel fase tunggal
Gel dua fase
Sistem dua fase jika massa gel terdiri atas jaringan partikel kecil yg
terpisah
Magma :
jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar
Massa bersifat tiksotropik : massa akan mengental jika
didiamkan dan akan mencair jika dikocok
Jelly : jika massanya byk mengandung air
Washable jelly : mengandung mucilagines spt gom,
tragacanth, amylum, pektin dan alinat
Star jellies : 10% amylum dengan air mendidih
3. Pembuatan gel
Bahan aktif, gelling agent, dan bahan tambahan lainnya ditimbang
Gelling agent dikembangkan dalam air
Ditambahkan pada campuran zat aktif dan bahan tambahan diaduk
dengan pelan, jangan sampai ada gelembung udara terjebak
didalamnya
4. Kegunaan
Untuk kosmetik, gel digunakan pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit
dan sediaan perawatan rambut.
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril)
atau dimasukkan kedalam lubang tubuh atau mata (gel steril)
Kerugian Gel
Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap
jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah
dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat
ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang
dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada
kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alcohol akan menguap dengan
cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak
semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

Kesimpulan
1. Salep merupakan sediaan semisolid yang memiliki banyak fungsi.
Formulasi dan pemilihan basis disesuaikan dengan sifat fisika-kimia bahan
aktif. Terdapat basis hidrokarbon, basis mudah tercuci air, basis serap, dan
basis larut air yang kesemuanya memiliki karakteristik spesifik yang
pemilihannya sesuai tujuan pengobatan yang diharapkan.
2. Krim merupakan sediaan dengan system 2 fase yang terdiri fase minyak
dan fase air yang distabilkan dengan emulgator. Sediaan krim lebih
disukai karena mudah dibersihkan bila dibandingkan sediaan salep
berlemak yang sulit dibersihkan dan meinggalkan noda pada pakaian.
Untuk formulasi krim terdiri dari bahan aktif, basis, emulgator dan bahan
tambahan lainnya yang berfungsi meningkatkan stabilitas dan
aksepatbilitas sediaan
3. Pasta merupakan sediaan semisolid yang mengandung bahan tidak larut
dalam jumlah besar sehingga sifatnya kaku dibanding salep. Penggunaan
pasta selain untuk penanganan luka juga banyak digunakan dalam pasta
gigi. Kandungan bahan abrasive yang sifatnya tidak larut dalam pasta gigi
menyebabkan pasta gigi termasuk dalam kategori sediaan pasta.
4. Sediaan gel mengandung jumlah air yang tinggi serta memberi rasa sejuk
pada kulit. Penggunaan gel sangat luas selain untuk penghantaran obat
juga digunakan untuk kosmetik. Tersedia banyak gelling agent yang dapat
digunakan sebagai basis gel, masing- masing memiliki sifat fisika kimia
tersendiri yang disesuaikan dengan bahan aktifnya agar sediaan yang
dihasilkan efektif, stabil dan akseptabel.








DAFTAR PUSTAKA
1. Anief, M. 1990. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
2. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
3. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
4. Martin, A.N. 1970. Physical Pharmacy. Second edition. Lea and Febiger,
Philadelphia.
5. SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid I, Jakarta.
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf.
6. Aulton, M., E., 2nd edition, Pharmaceutics The Science of Dosage Form
Design, Churcil Livingstone
7. Lieberman, H., A., Coben, L., J., Sediaan Semisolid, dalam Lachman, L.,
Lieberman, H., A., Kanig, J., L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri
III, UI-Press Anonim, 1979,
8. Bharat, P., Paresh, M., Sharma, R., K., Tekade, B., W., Thakre, V., M.,
Patil, V., R., 2011, A Review:Novel Advances in Semisolid Dosage Forms
& Patented Technology in Semisolid Dosage Forms, International Journal
of PharmTech research, vol3, no.1, pp 420-430
9. Premjeet, S., Ajay, B., Sunl, K., Bhawana, K., Sahli, K., Divashish, R.,
Sudeep, B., 2012, Additives in Topical Dosage Forms, International
Journal of Pharmaceutical, Chemical, and Biological Sciences, 2(1), 78-
96.

Anda mungkin juga menyukai