Anda di halaman 1dari 49

JURNAL SEDIAAN LIQUID Syrup Paracetamol

Kelompok V Asharul Fahrizi Yubila Abimanyu Mahiru Ullamasyitoh Ifnurti Roura Faradila Rizky Lakuy Winda Restiani Ilham Niawan S. Baiq Astrid R.H Rakhmat Shodiqin Triana Maulidyah 9040109 201110410311116 201110410311127 201110410311142 201110410311147 201110410311150 201110410311156 201110410311169 201110410311170 201110410311250

Tanggal Pembuatan (tanggal diskusi) : 24 september 2013 Dosen Pembimbing : Arina Swastika M

PROGAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Definisi Parasetamol Parasetamol adalah metabolit aktif dari fenasetin yang bertanggungjawab akan efek analgesiknya. Merupakan penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan perifer dan tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 di hitung zat yang telah dikeringkan. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, Parasetamol hampir tidak memiliki sifat anti radang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada lambung atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada janin. a. Karakteristik Parasetamol Nama bahan obat Sinonim : Paracetamol (FI III Hal: 37) : N-Acetil-P-Aminofenol, Acetaminofen

Struktur Kimia: C8H5NO2

BM Kemurnian dari 101%C8H9NO2 Efek teraupetik Pemerian

: 151,16 : Paracetamol tidak kurang dari 98% dan tidak lebih

: Analgesik, antipiretik : Hablur putih, tidak berbau, rasa pahit

b. Organoleptis Bahan Obat (FI III : 37) Warna Bau Rasa : Putih : Tidak berbau : Pahit

c. Mikroskopis (FI III , 37) Bentuk Kristal : hablur atau serbuk hablur.

d. Karakteristik Fisika Mekanik ( FI IV, 649 ) Titik Lebur Higroskopisitas : 163 0 c 172 0 c : tidak higroskopis

e. Karakteristik Fisika Kimia Kelarutan menurut ( FI III, 37) : larutan dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 40 bagian Gliserol P, dan 9 bagian propilenglikol. Kelarutan menurut (FI IV,649) : Larut dalam air mendidih, dan dalam NaOH 1 N, mudah larut dalam etanol. Stabilitas Bahan Padat : f. Terhadap Suhu Terhadap Cahaya : stabil : tidak stabil

Terhadap kelembapan : stabil

Bahan Larutan : Terhadap pelarut : stabil

Higroskopisitas Pada kelembapan relatif sampai 90 % (Pharmaceutical Codex) Pka Nama Kimia : : 9,5 pada suhu 25o C N Asetil 4 aminofenol

g. Kelarutan (Martindale : The Ekstra Pharmacopeia 28th ed) 1 bagian Parasetamol larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air mandidih, dalam 7 sampai 10 bagian etanol (95%), dalam 13 bagian aseton, 40 bagian gliserol dan dalam 9 bagian propolenglikol, sangat mudah larut dalam

kloroform, agak sukar larut dalam eter, larut dalam larutan alkali hidroksida membentuk larutan jenuh dalam air dengan pH 5,1 sampai 6,5. h. Khasiat dan Penggunaan : analgetikum dan antipiretikum i. Penyimpanan j. Titik Lebur k. Stabilitas : Parasetamol sangat stabil dalam aquades. Waktu paruhnya yang di dapar pada pH 6 diperkirakan 21,8 tahun; degradasi dikatalisis oleh asam dan basa dan waktu paruhnya 0,73 tahun pada pH 2 dan 2,28 tahun pada pH 9. Hasil degradasinya adalah P-amini fenol dan asam asetat (Martindale: Ekstra Pharmacopeia 28th ed) Dalam larutan, Parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam keadaan kering Parasetamol murni stabil pada temperatur sampai 45C. Jika hasil hidrolisis parasetamol P aminofenol terdapat sebagai contaminan atau sebagai hasil pemaparan kondisi yang lemah. P aminofenil dapat terdegradasi dengan oksidasi pada Quinnonimine. Parasetamol relatif stabil terhadap oksidasi. (The pharmaceutical Codex) Hidrolisis parasetamol baik yang di katalisis oleh asam maupun basa mengikuti reaksi orde 1 karena dipengaruhi oleh satu reaktan. Degradasi Parasetamol tergantung pada konsentrasi dan tidak berikatan dengan kekuatan ionik. l. Tinjauan Bahan Obat Farmakologi Parasetamol merupakan salah satu derivat aminofenol. Derivat Paminofenol yang lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit fenasetin, parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dengan nama Parasetamol dan tersedia dalam obat bebas. Walaupun demikian laporan kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan, efek anti inflamasi parasetamol hampir tidak ada. : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya : antara 168 - 172C

Efek Samping Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi. Manisfestasinya berupa aritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi berpontensi menyebabkan nefropati analgesik.

Toksisitas Akut Akibat dosis toksik yang paling sering ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuh renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 mg (200-250 mg/kg BB) parasetamol. Gejala pada hari pertama keracunan akut parasetamol belum mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia, mual dan muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua, dengan gajala peningkatan aktivitas serum transminase, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protobin. Aktivitas alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh Parasetamol, tetapi juga oleh radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berikatan secara kovalen dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas Parasetamol meningkat pada pasien yang juga mendapat barbiturat. Antikonvulsi lain atau pada alkoholik yang kronis. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis sentrilobularis. Kerusakan akut ini biasanya diobati secara simtomatik dan suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati. N-

asetilsistein cukup efektif bila diberikan peroral 24 jam setelah minum dosis toksik Parasetamol.

Farmakodinamik Efek analgesik Parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini., demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa. (Farmakologi FK UI, edisi 5 hal. 238)

Farmakokinetik Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melaui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% Parasetamol dan 30% fenasetin berikatan dengan protein plasma. Kedua obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) di konjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini di ekskresi melalui ginjal, sebagian kecil parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. (Farmakologi dan Terapi, FK UI, ed 5 hal 238)

Indikasi Di Indonesia penggunaan Parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya, Parasetamol sebaiknya tidak di berikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Karena hampir tidak

mengiritasi lambung, Parasetamol sering di kombinasi dengan AINS untuk analgesik. (Farmakologi dan Teraoi, FK UI, ed 5 hal 238) Kontra Indikasi Penggunaan Parasetamol tidak diperkenalkan pada penderita yang hipersensitif terhadap asetaminofen dan penderita yang mempunyai gangguan fungsi hati. m. Skema Rancangan Formula Parasetamol hanya memiliki satu bentuk sehingga tidak ada pilihan lain dari parasetamol Paracetamol

Tidak Stabil bila terkena cahaya

Agak Sukar Larut

Tidak Berbau

Rasa Pahit

Media Air

Stabil pada pH 6

Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan botol gelap

pemanis Penambahan cosolvent untuk meningkatkan kelarutan paracetamol Pengaroma dan perasa

Pengawet

Diberi dapar

BAB II PRA FORMULASI A. a. Tabel Bahan Obat dan Karakteristik Fisika-Kimia Tabel Khasiat dan Efek Samping Parasetamol Efek / Khasiat Analgesik Antipiretik Efek Samping Gangguan pencernaan Hipersensitifitas Kelainan darah Hepatotoksisitas Mual, muntah, anorexia b. Tabel Karakteristik Fisika-Kimia Parasetamol Karakteristik Fisika-Kimia 1. Karakteristik Fisika Kelarutan dalam air Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N dan mudah larut dalam etanol Dalam 1:70 dengan air 1:40 dengan gliserol 1:9 dengan propilen glikol 1:7 dengan etanol 95% (FI III: 37) Bentuk Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa seperti pahit Tahan pemanasan Mudah terbasahi Keterangan Khusus Digunakan untuk peroral

Senyawa Aktif Parasetamol

2. Karakteristik Kimia

Stabil pada pH 3,8-6,1 pKa 9,5 Tidak mudah teroksidasi TL : 169-172 BJ : 1,21-1,23

Dari daftar tabel di atas, bahan dan sediaan yang kami pilih adalah: Bahan aktif terpilih : Parasetamol Alasan : karena bahan aktif parasetamol efek sampingnya sedikit jika di bandingkan dengan analgetik lain (misalnya asetosal yang dapat menimbulkan iritasi pada lambung) Bahan sediaan terpilih : Sirup Alasan :merupakan campuran homogen absorbsi dapat lebih cepat dosis dapat di ubah-ubah dalam pembuatan dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit di encerkan mudah penggunaannya bagi bayi, anak dan orang yang sulit menelan penggunaan obat luar lebih mudah dapat menutupi rasa dan bau tidak enak dari bahan aktif B. Dosis dan Jumlah per Kemasan a. Dosis dalam literatur 0,5 to 1 g; up to 4 g daily in divided doses children up to 1 year, 120 mg;1 to 5 year, 250 mg; 6 to 12 years; 250 to 500 mg,dewasa 500mg to1000 mg

Perhitungan dosis (Martindale The Extra Pharmacopeia 27th ed)

b. Konsumen yang ditinjau : balita-anak-anak

Alasan

: Anak-anak pada rentang 1-12 tahun lebih mudah untuk meminum obat dalam bentuk cairan/larutan daripada bentuk tablet.

c. Dosis pemakaian : Anak 1-6 tahun : 120 250 mg Anak 6-12 tahun: 250 500 mg d. Lama pengobatan : 3 hari e. Bila dalam 1 sendok takar 5 ml mengandung 120 mg Parasetamol, maka dosis pakai : 1-6 tahun = 1 - 2 sendok takar 6- 12 tahun = 2 - 4 sendok takar f. Di pilih dosis 120 mg/5 ml karena lebih efesien dalam pembuatan sediaan dan pemakaiannya bisa untuk anak-anak 1-12 tahun g. Volume yang dibutuhkan 1 6 tahun Alasan : Lebih efektif dan efisien untuk semua konsumen yang dituju dan karena pertimbangan jumlah pemakaian (untuk 3 hari), dibuat dalam jumlah 60ml karena memperhitungkan stabilitas bahan aktif pada saat penyimpanan. C. Peryaratan Bentuk Sediaan Sirup (Larutan) 90% - 110% 120 mg/5 ml 6,0 60 ml Hijau : 1 - 2 sendok takar (120mg/5ml) 1 hari = (5ml 10ml) x 4 = 20 40 ml 3 hari = (20ml 40ml) x 3 = 60 120 ml

6 12 tahun : 2 4 sendok takar (120 mg/5ml) 1 hari = (10 ml 20 ml) x 4 = 40 80 ml 3 hari = (40 ml 80 ml) x 3 = 120 240 ml

h. Di pilih kemasan terkecil 60 ml

Bentuk Sediaan Kadar Bahan Aktif Dosis pH sediaan Kemasan terkecil Warna

10

Bau Rasa

Melon Manis

Wadah Penyimpanan Botol D. Macam macam Bahan dan Fungsi Fungsi bahan PELARUT Macam-macam bahan dan Karakteristiknya Aquadestilata (FI III : 96) Bentuk : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. Glyserin (HPE : 301) Bentuk : cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, kental, higroskopis, rasa manis 0,6x sukrosa. Kelarutan : sedikit larut dalam aseton, larut dalam etanol 95%, methanol, air, tidak larut dalam benzena, kloroform 1 : 11 dengan etil asetat. Propilen Glikol (HPE : 624) Bentuk : cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau dengan rasa manis, sedikit pahit. Kelarutan : campur dengan aseton, kloroform, eter, etanol 95%, gliserin, air. Larut dengan perbandingan 1 : 6 dengan Bahan terpilih, kadar, dan alasan Propilen glikol, glyserin, dan PEG 400 karena berdasarkan perbandingan kelarutan, ketiga bahan di atas memiliki kelarutan yang cukup tinggi terhadap bahan aktif asetaminofen. Dengan bahan aktif 2880 mg PCT dapat dilarutkan dalam glyserin, dan PEG 400 dilarutkan dalam (Berdasarkan perhitungan)

minyak, larut 1 : 500 dengan eter dan propilen glikol,

11

eter, tidak larut dengan minyak mineral. PEG 400 (FI III : 504) Bentuk : cairan kental, jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna. Bau khas lemah, agak higroskopik. Kelarutan : larut dalam air, dalam etanol, dalam aseton, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon, aromatik, praktis tidak larut dalam eter, dan dalam PENGAWET (Presevatif) Natrium Benzoat (HPE : 662) Pemerian : granul putih/kristalin, sedikit higroskopik, tidak berbau, tidak berwarna, tidak manis dan asin. Kelarutan : pada T = 20C Etanol 95% = 1 : 75 Etanol 90% = 1 : 50 Air = 1 : 1,8 Air (100C) = 1: 1 Nipagin (Metil Paraben) (HPE : 466) Pemerian : kristal tidak berwarna atau serbuk kristalin, berwarna putih, tidak berbau/berbau lemah, rasa sedikit Propilen glikol, karena konsentrasi yang kita tambahkan 15-30% dan konsentrasi itu yang digunakan untuk pengawet. hidrokarbon alifatik.

12

membakar. Kelarutan : pada T = 25C Etanol 95% = 1 : 3 Etanol 50% = 1 : 6 Eter = 1 : 10 Glyserin = 1 : 60 Etanol = 1 : 2 Nipasol (Propil Paraben) Pemerian : kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa. Kelarutan : pada T = 20C Dalam aseton sangat larut Etanol 1 : 1,1 Etanol 50% = 1 : 5,6 Eter sangat larut Glyserin = 1 : 250 Mineral oil = 1 : 3330 Minyak ikan = 1 : 70 Air = 1 : 2500 Propilen glikol = 1 : 3,9 Propilen glikol (HPE : 624) Pemerian : jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau dengan rasa manis mirip gliserin. Kelarutan : dapat larut dalam aseton, kloroform,

13

etanol 95%, glyserin dan air, dalam eter 1 : 6 tidak larut dalam mineral oil tapi akan tercampur dengan beberapa essensial oil. PEMANIS Saccharin (FI IV : 748) Bentuk : serbuk Kristal berwarna putih, tidak berbau/berbau aromatic lemah. Larutan encer sangat manis. Larutan bereaksi dengan lakmus. Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter. Larut dalam air mendidih, sukar larut dalm etanol. Mudah larut dalam larutan ammonia encer, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan karbon dioksida Glyserin (HPE : 301) Bentuk : cairan jernih tidak berbau, tidak berwarna, kental, higroskopis, rasa manis 0,6x sukrosa. Kelarutan : sedikit larut dalam aseton, larut dalam ethanol 95%, methanol, air, tidak larut dalam benzene, kloroform, minyak, larut dalam 1 : 500 dengan eter dan 1 : 11 dengan etil asetat Sukrosa (FI IV : 762) Bentuk :

14

Serbuk atau hablur kristal tidak berwarna, masa hablur atau berbentuk kubus atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa manis, stabil di udara, larutannya netral terhadapa lakmus. Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Sorbitol ( FI IV : 756) Bentuk : serbuk, granul atau lempengan, higroskopik, warna putih, rasa manis. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat. Saccharin Na (FI IV : 750) Bentuk : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, agak aromatik, rasa sangat manis walaupun dalam larutan encer. Larutan encernya lebih kurang 300x manisnya sukrosa. Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol PEWARNA Allura red. (Martindale : 28 : 424) Pemerian : serbuk merah tua Allura red

15

Kelarutan : larur dalam air ADI : 7mg/kg BB Inkompatibilitas : Ket. lain : berdasarkan penelitian FAO tidak karsinogen. Amaranth (Martindale : 28 : 424) Pemerian : serbuk coklat kemerahan, hampir tidak berbau dan berasa Kelarutan : larut dalam air 1 : 15 Sangat sedikit larut dalam alcohol. Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan cetrimide ADI : 730mg/kgBB

karena lebih larut daripada amaranth.

E. Formula 1 Nama bahan Parasetamol Propilen glikol Glyserin NaH2PO4. 2H2O Na2HPO4. 2H20 Sukrosa Allura Essense melon Aquadest F.

Formula Terpilih Fungsi Bahan aktif Pengawet Pelarut Dapar Dapar Pemanis Pewarna Perasa Larutan Dapar (FI III hal : 14-15) Larutan dapar pada umumnya digunakan larutan dapar fosfat, larutan qs qs Ad 60ml Kadar 120 mg / 5 ml 15% 30% < 50% % digunakan 120 mg / 5 ml 18% 30% Jumlah 1,44 g 10,8 ml~11,20g 18ml~22,68g 2,76g 0,20g 10g

dapar borat dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. Jika

16

disebutkan pH dalam paparan obat jadi, pengaturan pH di lakukan dengan penambahan asam, basa, atau larutan dapar yang tertera pada daftar berikut ini, hingga pH dikehendaki: 1. Larutan Dapar Fosfat Larutan NaH2PO4. 2H2O 2,55% (ml) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9,5 2. Larutan Dapar Isotonis Larutan NaH2PO4 80% (ml) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 Larutan Na2HPO4 0.97% (ml) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 95 pH 5,9 6,2 6,5 6,6 6,8 7,0 7,2 7,4 7,7 8,0 NaCl yang diperlukan untuk isotonis (g/100ml) 0,52 0,51 0,50 0,40 0,48 0,46 0,45 0,44 0,43 0,42 Larutan Na2HPO4. 12H2O 0,97% (ml) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0,5 pH 7,6 7,3 7,05 6,85 6,65 6,45 6,25 6,05 5,7 5,3

3. Larutan Dapar Borat

17

Larutan NaH2PO4. 2H2O 2,55% (ml) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9,5 9,85

Larutan Na2HPO4. 12H2O 0,97% (ml) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0,5 0,15

Ph 9,05 8,95 8,80 8,65 8,50 8,30 8,05 7,65 7,00 6,80 6,30

Dalam Farmakope Indonesia edisi IV halaman 1144 tercantum atau disebutkan tentang Dapar fosfat-sitrat: Dapar fosfat-sitrat pH 7,2 Campur 87,0 ml larutan natrium fosfat dibasa dodekahidrat P 7,15% dengan 13,0 ml larutan asam sitrat P 2,1%. Dapar fosfat-sitrat pH 7,6 Campur 6,35 ml asam sitrat 0,1 M dengan natrium fosfat dibasa dodekahidrat 0,2 M secukupnya hingga 100 ml.

a.

Karakteristik Dapar Fosfat Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa asin, dalam udara kering rapuh Kelarutan : larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%)

1. Na2HPO4

18

Incompatibilitas :

dengan alkaloida, antipyrine, khloralhidrat, ion asetat Pyrogaliol, resorsinol dan asam glukonote dan ciproxo.

ADI

untuk sediaan oral, maksimal penggunaan adalah 100 mmol phosphat per hari.

2. NaH2PO4 Pemerian : tidak berbau, tidak berwarna, slighly deliquescent crystal (bentuk hydarat), granul (bentuk anhidrat) Kelarutan : larut dalam satu bagian air, sangat larut dalam etano (95%) Incompatibilitas : dengan sam mineral, biasanya dengan bahan alkali dan Karbonat. ADI : up to 100 mmol of phosphat daily.

b. Perhitungan Dapar Sediaan yang digunakan pH 6,0 Menggunakan dapar phosphat, phosphat memiliki pKa dalam suhu 25 C. pKa1 pKa2 pKa3 = 2,15 (H2PO4) = 7,20 (H2PO4-) = 12,38 (HPO42-) Na3HPO4 Na2HPO4 NaH2PO4

pKa yang digunakan adalah pKa2 karena paling dekat dengan pH sediaan (pH 6,0) dengan H2PO4- sebagai asam dan Na2HPO4 sebagai garam. pH 6,0 -1,2 0,63 = pKa + log [garam] / [asam] = 7,20 + log [Na2HPO4] / [H2PO4-] = log [Na2HPO4] / [H2PO4-] = [Na2HPO4] / [H2PO4-]

0,63 [H2PO4-] = [Na2HPO4] Kapasitas Dapar pKa pH = 7,20 = 6,0 Ka = 6,31 x 10-8 [H3O+] = 10-6

Persamaan Van Slyke = 2,3 C ( Ka [H3O+] ) / ( Ka + [H3O+] )2

19

0,02 0,02 C C 0,156 0,156 0,156

= 2,3 C {(6.31 x 10-8)( 10-6)} / (6.31 x 10-8 + 10-6)2 = 0,128 C = 0,156 M = [garam] + [asam] = [Na2HPO4] + [H2PO4-] = 0,063 [H2PO4-] + [H2PO4-] = 1,063 [H2PO4-] + [H2PO4-]

[H2PO4-] = 0,156 / 1,063 [H2PO4-] = 0,147 M [Na2HPO4] = 0,063 x [H2PO4-] = 0,063 x 0,147 = 9 x 10-3 M Untuk NaH2PO4.2H2O dalam 120 ml NaH2PO4 = massa x 1000 Mr 0,1466 M gram = = gram 156,98 (1000 / 120) = 2,7616 gram = 2761,6 mg vol x 1000 120

0,1466 x 156,98

Untuk Na2HPO4. 2H2Odalam 120 ml Na2HPO4 = massa x 1000 Mr 9,2505 x 10-3 M gram = = vol gram 177,98 9,2505 x 10-3 x 177,98 x 1000 120

20

(1000 / 120) = 0,1976 gram ~ 0,20 gram= 200mg G. Perhitungan Expiration Date

Parasetamol pada pH 6,0 : t 1/2 = 21,8 (Martindale) Dengan menggunakan rumus : Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct) Maka : Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co / 1/2Co) Log k = (2,303 / 21,8) x log 2 Log k = 0,0318 Sehingga di peroleh nilai T90 sebesar : Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct) 0.0318 = (2,303 / T90) x log (Co/0,9 Co) 0.0318 = 0,105 / T90 T90 pembuatan. H. Formula Baku Pustaka = 3,31 tahun Jadi masa kadaluwarsa parasetamol kurang lebih 3,31 tahun dari tanggal

Formularium Nasional, edisi 2, tahun 1978 hal. 3 Acetaminopheni Elixir (Elixir Paracetamol) Komposisi : Tiap 5 ml mengandung : Acetaminophenum Glycerolum Propylenglicolum Aethanolum Aqua destilata hingga Penyimpanan : Dosis : 120 mg 2,5 mg 500 l 500 l 5 ml

Sorbitol solution 70% 1,25 ml Zat tambahan yang cocok secukupnya Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya. Anak 1 tahun 1 sendok teh

21

1-5 tahun 2 sendok teh Catatan : 1. Air dapat diganti sirupus simplex 2. Sediaan berkekuatan lain : 150 mg I. a. Aquadest Etanol PEG Gliserin Perhitungan Tetapan Dielektrik Tetapan dielektrik Parasetamol secara umum = 78,5 = 24 = 12,5 = 43

Propilenglycol = 32 Paracetamol = {(50 x 43) + (32 x 10) + (24 x 10) + (5 x 78,5) / 100 = {(2150) + (320) + (240) + (392,5) / 100 = 3102,5 / 100 = 31,025 31 Jadi konstanta dielektrik yang di tetapkan adalah 31. b. Konstanta dielektrik Parasetamol Formula I Aquadest Etanol PEG Gliserin = 78,5 = 24 = 12,5 = 43

Propilenglycol = 32 Paracetamol = {(% gliserin x kons. gliserin) + (% propilenglikol x kons. propilengikol) + (% PEG x kons. PEG) + (% air x kons. air)} Paracetamol = (18% x 32) + (30% x 43) + (52% x 78,5) = 576 + 1290 + 4082 = 59,48 100 Jadi konstanta dielektrik yang ditetapkan adalah 59,48

22

% KD = 59,48 x 100% = 191,87 % 31 c. Konstanta dielektrik Parasetamol Formula II Paracetamol = {(% gliserin x kons. gliserin) + (% propilenglikol x kons. propilengikol) + (% PEG x kons. PEG) + (% air x kons. air)} Paracetamol = (15% x 32) + (15% x 43) + (50% x 78,5) + (20% x 12,5) = 480 + 645 + 3925 + 250 = 53 100 Jadi konstanta dielektrik yang di tetapkan adalah 53 d. Konstanta dielektrik Parasetamol Formula III Paracetamol = {(% gliserin x kons. gliserin) + (% propilenglikol x kons. propilengikol) + (% PEG x kons. PEG) + (% air x kons. air)} Paracetamol = (15% x 32) + (30% x 43) + (40% x 78,5) + (15% x 12,5) = 480 + 1290 + 3140 + 187,5 = 50,97 100 Jadi konstanta dielektrik yang di tetapkan adalah 50,97

23

J.

Perhitungan ADI 1. Formula I

No. 1 2 3 4 5 6 7. 8. 9.

Nama Bahan Paracetamol Propilen glikol Gliserin NaH2PO4.2H2O Na2HPO4.2H2O Sukrosa Essense Cherry Allura Aquadest

Fungsi Bahan aktif Pengawet Pelarut Dapar Dapar Pemanis Perasa Pewarna Pembawa

Rentang

% yang dipakai

Jumlah 1440 mg

15 30% < 50%

18% 30%

10,8 ml ~ 11,20g 18 ml ~ 22,68g 2,76 gram 0,20 gram 10 gram 0,05 gram 0,05 gram Ad 60ml

Qs Qs

Perhitungan penggunaan kosolvent dan pemanis dalam menyusun formula Propilenglikol Paracetamol yang bisa larut Sisa paracetamol yang terlarut Gliserin Paracetamol yang terlarut : : : : : 18 x 60 ml = 10,8 ml 100 10,8 ml x 1 g = 1.2 gram 9 ml 1,44 1,2 30 100 18 ml x 1 g 40 ml Jadi sisa paracetamol 0,24 dapat dilarutan oleh gliserin Aquadest : 11,62ml x 1g = 0,17g 70ml Perhitungan ADI: Propilen Glikol Formula 1 (25mg/kg BB (HPE hal 625)) BJ Propylen glycol : 1,035 1,037 g/ml (FI III : 534) = 0,45 gram x 60 = 0,24g = 18 ml

24

Umur 1 5 tahun 6 12 tahun Umur 1 5 tahun ADI

BB (kg) 10 15 kg 16 23 kg

25mg / kg BB 250mg 375mg 400mg 575mg

= 250 375 mg = 10,8 ml = 11,20 g = 20 ml 40 ml = 10,8 ml x 1,037 g/ml

Propilenglikol = 18% x 60 ml Sehari = 4 x (5ml 10 ml) Dalam 20ml Dalam 40ml Batas ADI Umur 6 12 tahun ADI Sehari = 400 mg 575 mg 100

= 18 x 20ml = 3,6ml (3,73 g) = 18 x 40ml = 7,2ml (7,47 g) 100 : 250mg 375mg 3730mg 7470mg

Pemakaian setiap hari :

= 4 x (10ml 20ml) = 40ml 80ml Dalam 40ml = 18 x 40ml 100 Dalam 80ml = 18 x 80ml 100 = 7,47 g 14,94 g = 7470 mg 14940 mg = 14,4ml (14,94 g) = 7,2ml (7,47 g)

Kesimpulan : tidak masuk rentang tapi masih diperbolehkan karena tidak digunakan sehari-hari

Gliserin Formula 1 (1,0 1,5 / kg BB ( HPE : 303 )) Umur 1 5 tahun 6 12 tahun BB ( kg ) 10 15 kg 16 23 kg 1,0 1,5 mg / kg BB ( 10 - 15 ) / ( 15 22,5) ( 16 23) / ( 23 34,5 )

25

Umur 1-5 tahun (Batas ADI : ( 10 - 15 ) / ( 15 22,5)) Pemakaian paracetamol dalam sehari : = 4 x (5 ml 10 ml) = 20 ml 40 ml Kandungan gliserin : 20 ml = 40 ml = Batas ADI perhari Pemakaian per hari Umur 6 12 tahun 30 100 30 100 = = (10 g 15 g) (15 g 22,5 g) 7,545 g 15,09 g : 16 g 23 g / 23 g 34,5 g x 40 ml = 12 ml (15,12 g) x 20 ml = 6 ml (7,56 g)

Pemakaian parasetamol dalam sehari= 4 x (10 ml 20 ml) = 40 ml 80 ml Kandungan gliserin : 40ml = 30 100 80ml = 30 100 Batas ADI per hari Pemakaian per hari = 16 g 23 g / 23 g 34,5 g = 15,09 g 30,18 g = 15120 mg 30240 mg Kesimpulan : Masuk dalam rentang ADI x 80 ml = 24 ml (30,24 g) x 40 ml = 12 ml (15,12 g)

26

Formula 2 No. 1 2 3 4 5 6 7 8. 9. 10. Nama Barang Paracetamol Propilenglikol Gliserin PEG NaH2PO4.2H2O Na2HPO4.2H2O Sukrosa Essense Cherry Allura Aquadest Fungsi Bahan aktif Pelarut Pelarut Pelarut Dapar Dapar Pemanis Perasa Pewarna Pembawa Rentang % yang dipakai 15 25 % < 50 % 15 25 % 15 % 15 % 20 % 1440 mg 9 ml~9,33g 9 ml~11,34g 12 ml~13,5g 2,76 g 0,20 g 10 g 0,05 g 0,05 g Ad 60 ml Jumlah

Qs Qs

Perhitungan penggunaan kosolvent dan pemanis dalam menyusun formula Propilenglikol Paracetamol yang bisa larut Sisa paracetamol yang terlarut Gliserin Paracetamol yang terlarut Sisa paracetamol yang terlarut : : : : : : 15 x 60 ml = 9 ml 100 9 ml x 1 g = 1 gram 9 ml 1,44 1 = 0,44 15 100 9 ml x 1 g 40 ml 0,44 0,225 = 0,215 = 0,225 gram x 60 = 9 ml

PEG 400 Paracetamol yang terlarut

: :

20 100

x 60

= 12 ml = 1,71g

12 ml x 1 g

27

7 ml Jadi sisa paracetamol dapat dilarutkan dengan PEG 400 Aquadest : 11,41ml x 1g = 0,163g 70 Perhitungan ADI: Propilen Glikol Formula 2 (25mg/kg BB (HPE hal 625)) Umur 1 5 tahun 6 12 tahun Umur 1 5 tahun ADI = 250 375 mg = 9 ml = 9,324 g = 20 ml 40 ml = 9 ml x 1,037 g/ml Sehari = 4 x (5ml 10 ml) Dalam 20ml Dalam 40ml Batas ADI Umur 6 12 tahun ADI Sehari Dalam 40ml = 400 mg 575 mg = 4 x (10ml 20ml) = 40 ml 80 ml = 15 x 40ml 100 Dalam 80ml Batas ADI Pemakaian per hari = 15 x 80ml 100 = 400mg 575mg = 6,22 g 12,44 g = 12 ml (12,44 g) = 6 ml (6,22 g) 100 = 15 x 40ml = 6 ml (6,22 g) 100 : 250 mg 375 mg 3110 mg 6220 mg Pemakaian setiap hari : Propilenglikol = 15% x 60 ml BB (kg) 10 15 kg 16 23 kg 25mg / kg BB 250mg 375mg 400mg 575mg

= 15 x 20ml = 3 ml (3,11 g)

28

= 6220 mg 12440 mg Kesimpulan : tidak masuk rentang tapi masih diperbolehkan karena tidak digunakan sehari-hari Gliserin Formula 2 (1,0 1,5 / kg BB ( HPE : 303 )) Umur 1 5 tahun 6 12 tahun BB ( kg ) 10 15 kg 16 23 kg 1,0 1,5 mg / kg BB ( 10 - 15 ) / ( 15 22,5) ( 16 23) / ( 23 34,5 )

Umur 1-5 tahun ( 10 - 15 ) / ( 15 22,5) Pemakaian paracetamol dalam sehari : = 4 x (5 ml 10 ml) = 20 ml 40 ml Kandungan gliserin : 20 ml = 40 ml = Batas ADI perhari Umur 1 5 tahun 15 100 15 100 = = (10 g 15 g) (15 g 22,5 g) 3,78 g 7,56 g x 40 ml = 6 ml (7,56 g) x 20 ml = 3 ml (3,78 g)

Umur 6-12 tahun (16 g 23 g / 23 g 34,5 g) Pemakaian dalam sehari Dalam 40ml Dalam 80ml = 15 100 = 15 100 = 7,56 g 15,12 g = 7560 mg 15120 mg Kesimpulan : Masuk dalam rentang ADI PEG 400 formula 2 (10mg/kg BB) x 80 ml = 12 ml (15,12 g) = 4 x (10 ml 20 ml) = 40 ml 80 ml x 40 ml = 6 ml (7,56 g)

29

Umur 1 5 tahun 6 12 tahun Umur 1 5 tahun Sehari

BB ( kg ) 10 15 kg 16 23 kg

10 mg / kg BB 100 mg 150 mg 160 mg 230 mg

: 4 x (5ml 10 ml) Dalam 20ml Dalam 40ml 100

= 20 ml 40 ml

= 20 x 20ml = 4 ml ( 4,5 g) = 20 x 40ml = 8 ml ( 9,0 g) 100 : 100 mg 150 mg 4500 mg 9000 mg

Batas ADI Umur 6 12 tahun Sehari Dalam 40ml

Pemakaian setiap hari :

= 4 x (10ml 20ml) = 40 ml 80 ml = 20 x 40ml = 8 ml (9,0 g) 100 = 16 ml (18,0 g)

Dalam 80ml = 20 x 80ml 100 = 9 g 18 g

= 9000 mg 18000 mg Batas ADI = 160 mg 230 mg Kesimpulan : Tidak masuk dalam rentang ADI namun tetap dapat digunakan karena pemakaian dilakukan tidak sehari-hari.

30

Formula 3 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Bahan Paracetamol Propilen glikol Gliserin PEG 400 NaH2PO4.2H2O Na2HPO4.2H2O Sukrosa Essense Cherry Allura Aquadest Fungsi Bahan aktif Pelarut Pelarut Pelarut Dapar Dapar Pemanis Perasa Pewarna Pembawa 10 25% <50% 15% - 25% 15% 30% 15% Rentang % yang dipakai 1440 mg 9 ml~9,33g 18 ml~22,68g 9 ml~10,13g 2,76 gram 0,20 gram 10 gram 0,05 gram 0,05 gram Ad 60ml Jumlah

Qs Qs

Perhitungan penggunaan kosolvent dan pemanis dalam menyusun formula Propilenglikol Paracetamol yang bisa larut Sisa paracetamol yang terlarut Gliserin Paracetamol yang terlarut : : : : : 15 x 60 ml = 9 ml 100 9 ml x 1 g = 1 gram 9 ml 1,44 1 = 0,44 30 100 18 ml x 1 g 40 ml Jadi sisa paracetamol dapat dilarutkan dengan gliserin PEG 400 Paracetamol yang terlarut Aquadest Perhitungan ADI: Propilen Glikol Formula 3 (25mg/kg BB (HPE hal 625)) : : : 15 100 9 ml x 1 g 7 ml 14,7ml x 1g 70ml = 0,21g = 1,29 ml x 60 = 9 ml = 0,45 gram x 60 = 18 ml

31

Umur 1 5 tahun 6 12 tahun Umur 1 5 tahun ADI

BB (kg) 10 15 kg 16 23 kg

25mg / kg BB 250mg 375mg 400mg 575mg

= 250 375 mg = 9 ml = 9,33 g = 20 ml 40 ml = 9 ml x 1,037 g/ml

Propilenglikol = 15% x 60 ml Sehari = 4 x (5ml 10 ml) Dalam 20ml Dalam 40ml Batas ADI Umur 6 12 tahun ADI Sehari Dalam 40ml Dalam 80ml Batas ADI Pemakaian per hari = 400 mg 575 mg = 4 x (10ml 20ml) = 40 ml 80 ml = 15 x 40ml 100 = 15 x 80ml 100 = 400mg 575 mg = 6,22 g 12,44 g = 6220 mg 12440 mg 100

= 15 x 20ml = 3 ml (3,11 g) = 15 x 40ml = 6 ml (6,22 g) 100 : 250 mg 375 mg 3110 mg 6220 mg

Pemakaian setiap hari :

= 6 ml (6,22 g) = 12 ml (12,44 g)

Kesimpulan : Tidak masuk dalam rentang ADI namun tetap dapat digunakan karena pemakaian dilakukan tidak sehari-hari.

32

Gliserin Formula 3 (1,0 1,5 / kg BB ( HPE : 303 )) Umur 1 5 tahun 6 12 tahun BB ( kg ) 10 15 kg 16 23 kg 1,0 1,5 mg / kg BB ( 10 - 15 ) / ( 15 22,5) ( 16 23) / ( 23 34,5 )

Umur 1-5 tahun ( 10 - 15 ) / ( 15 22,5) Pemakaian paracetamol dalam sehari : = 4 x (5 ml 10 ml) = 20 ml 40 ml Kandungan gliserin 20 ml = 40 ml = Batas ADI perhari Pemakaian per hari 30 100 30 100 = = (10 g 15 g) (15 g 22,5 g) 7,560 g 15,12 g x 40 ml = 12 ml (15,12 g) x 20 ml = 6 ml (7,56 g)

Umur 6-12 tahun ( 16 23) / ( 23 34,5 ) Pemakaian dalam sehari : = 4 x (10 ml 20 ml) = 40 ml 80 ml Kandungan Gliserin : Dalam 40ml Dalam 80ml Pemakaian per hari Kesimpulan = 30 100 = 30 100 = 15,12 g 30,24 g = 15120 mg 30240 mg : Masuk dalam rentang ADI x 80 ml = 24 ml (30,24 g) x 40 ml = 12 ml (15,12 g)

33

PEG 400 formula 3 (10mg/kg BB) Umur 1 5 tahun 6 12 tahun Umur 1 5 tahun Sehari Dalam 20ml Dalam 40ml Batas ADI Umur 6 12 tahun Sehari Dalam 20ml Dalam 40ml Batas ADI Pemakaian per hari = 4 x (10ml 20ml) = 40 ml 80 ml = 15 x 40ml = 6 ml (6,75 g) 100 = 15 x 80ml = 12 ml (13,5 g) 100 = 160 mg 230 mg = 6,75 g 13,5 g = 6750 mg 13500 mg Kesimpulan : Tidak masuk dalam rentang ADI tapi di perbolehkan karena penggunaan tidak sering atau sehari-hari BB ( kg ) 10 15 kg 16 23 kg 10 mg / kg BB 100 mg 150 mg 160 mg 230 mg

= 4 x (5ml 10 ml) = 20 ml 40 ml = 15 x 20ml = 3 ml (3,375 g) 100 = 15 x 40ml = 6 ml (6,750 g) 100 = 100 mg 150 mg

Pemakaian setiap hari = 3375 mg 6750 mg

34

K. a.

CARA PERACIKAN Cara 1 (Cara terpilih) 1. Timbang Parasetamol 2. Timbang PEG 400 di cawan porselen, Masukkan ke dalan beaker glass 3. Timbang gliserin di cawan porselen, Masukkan ke no (2) 4. Timbang propilenglikol di cawan porselen, Masukkan ke no (3) 5. No (3) aduk ad homogen 6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5 aduk ad larut dan homogen sampai parasetamol habis 7. Timbang sukrosa kemudian larutkan dengan air hangat hingga larut 8. Masukkan larutan sukrosa ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogen 9. Timbang NaH2PO4.2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam aquadest 10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua 11. Teteskan essence melon ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga warna yang diinginkan telah sesuai 12. Kemudian tambahkan perisa melon tetes per tetes ad manis 13. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen 14. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar b. Cara 2 1. Timbang Parasetamol 2. Timbang PEG 400 di cawan porselen, Masukkan ke dalan beaker glass 3. No (1) tambahkan sedikit demi sedikit ke no (2) aduk ad larut 4. Timbang propilenglikol di cawan porselen, Masukkan ke no (3) aduk ad larut 5. Timbang gliserin di cawan porselen, Masukkan ke no (4) aduk ad larut 6. No (5) aduk ad homogen

35

7. Timbang sukrosa kemudian larutkan dengan air hangat hingga larut 8. Masukkan larutan sukrosa ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogen 9. Timbang NaH2PO4.2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam aquadest 10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua 11. Teteskan essence melon ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga warna yang diinginkan telah sesuai 12. Kemudian tambahkan perisa melon tetes per tetes ad manis 13. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen 14. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar

36

L. Cara 1

Skema Pembuatan PEG 400 PROPILENGLIKOL aduk ad homogen GLICERIN PARASETAMOL

Aduk ad larut & homogen SUKROSA AQUA 5 ML

Aduk ad homogen NaH2PO4. 2H2O AQUA 5 ML

Aduk ad larut Na2HPO4. 2H2O Aduk ad larut ALLURA AQUA 5ML

Aduk ad homogen

ESSENSE MELON

37

Aduk ad homogen

Masuk botol Cara 2 PEG 400 PARASETAMOL

Aduk ad larut

PROPILENGLIKOL

Aduk ad larut

GLICERIN

Aduk ad larut

SUKROSA

AQUA

Aduk ad homogen NaH2PO4. 2H2O AQUA

Aduk ad larut Na2HPO4. 2H2O Aduk ad larut

38

ALLURA

AQUA 5ML

Aduk ad homogen

ESSENSE MELON Aduk ad homogen

Masuk botol Formula yang di pilih untuk di praktikum kan dari tiga formula adalah formula 1 dan 3. Keduanya menggunakan cara kerja 1 dimana semua pelarut di campur terlebih dahulu. Namun formula terpilih untuk dibuat produksi besar (scale up) adalah formula 1 dan dibuat dengan cara kerja 1, karena dari ke dua sediaan yang paling baik hasilnya adalah formula I.

39

M.

Perhitungan Bahan dalam Volume 60ml dan 150ml (Scale up) 60 ml 1,44g 11,20g 22,68g 2,76g 0,20g 10g Qs Qs Ad 60ml Formula 1 150 ml 3,6g 28g 56,7g 2,76g 0,20g 10g Qs Qs Ad 150ml 100 ml 2,4g 18,67 37,8g 2,76g 0,20g 10g Qs Qs Ad 100ml Formula 3 60ml 1,44g 9,33g 22,68g 10,13g 2,76g 0,20g 10g Qs Qs Ad 60ml

Nama Bahan Parasetamol Propilen glikol Gliserin PEG 400 NaH2PO4.2H2O Na2HPO4.2H2O Sukrosa Allura Essense melon Aquadest

40

BAB III EVALUASI A. Parameter Evaluasi 1. Organoleptis Bau Rasa Warna : Melon : Manis sedikit pahit : Hijau

2. Uji Berat Jenis Alat Cara kerja : Piknometer : 1. Gunakan alat piknometer yang telah dibersihkah dan dalam keadaan kering 2. Timbang piknometer kosong di timbangan analitik 3. Setelah ditimbang kosong, isi piknometer dengan air hingga terisi penuh, kemudian timbang botol berisi air. 4. Buang air dalam piknometer, kemudian isi piknometer dengan larutan sirup dan timbang. Lakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing larutan sirup. 5. Setelah ditimbang semuanya hitung BJ masing-masing dan kemudian di rata-rata dan cari standart deviasinya. 3. Penetapan pH Alat Cara kerja : pH meter : 1. Nyalakan alat pH meter. 2. Kalibrasi pH meter 3. Masukkan sediaan dalam beker glass kurang lebih 50 ml. 4. Celupkan elektrode glass ke dalam sediaan untuk mengetahui pH sediaan yang akan di ukur. 5. Tekan tombol pH pada alat pH meter

41

6. Catat angka pH yang muncul pada monitor pH meter 4. Viskositas Alat Cara kerja 2. 3. 4. : Viskostester : Ukur larutan sediaan 100ml Masukkan kedalam gelas viskostester Masukan gantungan yang berbolong ke dalam gelas sampai tenggelam dalam larutan tadi tetapi jangan sampai menyentuh dasar gelas. 5. 6. 7. B. Tekan tombol on pada viskostester Catat hasil Lakukan sebanyak 3 kali dan hitung rata-ratanya 1. Cuci alat dengan aquadest, keringkan

Hasil Evaluasi 1. Organoleptis Warna Rasa Bau : Hijau : Melon (Manis agak pahit) : Melon

2. Berat Jenis Penimbangan Botol Botol kosong : 33,10 g Botol + air : 57,51 g 57,51 g 33,10 g = 24,41 g 62,49 g 33,10 g = 29,39 g 62,54 g 33,10 g = 29,44 g 62,52 g 33,10 g = 29,42 g Botol + sirup 1 : 62,49 g Botol + sirup 2 : 62,54 g Botol + sirup 3 : 62,52 g Berat jenis Botol aquadest Botol 1 Botol 2 Botol 3 : 24,41 g / 24,488 g = 0,9968 g : 29,39 g / 24,488 g = 1,2002 g : 29,44 g / 24,488 g = 1,2022 g : 29,42 g / 24,488 g = 1,2014 g

42

Rata2 Standart deviasi 3. pH

: 1,2002 + 1,2022 + 1,2014 = 3,6038 / 3 = 1,2013 : 1,01 10-3

pH sebelum di campur dengan larutan sirup baru pH 1 : 6,13 pH 2 : 6,13 pH 3 : 6,11 Rata-rata : 6,13 + 6,13 + 6,11 = 6,12 3 pH setelah di campur dengan larutan sirup baru pH 1 : 6,13 pH 2 : 6,11 pH 3 : 6,11 Rata-rata : 6,13 + 6,11 + 6,11 = 6,12 3 4. Viskositas Sebelum di campur dengan larutan sirup baru : 1 = 0,5 2 = 0,5 3 = 0,5 Setelah di campur dengan larutan sirup baru : 1 = 0,6 2 = 0,6 3 = 0,6

43

C.

Perencanaan Kemasan

44

BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dalam membuat sediaan sirup Parasetamol, langkah awal yang kami lakukan adalah memilih bahan aktif Parasetamol, pelarut, pengawet, pemanis, pewarna, essence, dan larutan dapar. Kemudian dari bahan-bahan tersebut kami mencari sifat fisika-kimianya serta rentangnya agar dapat berfungsi sebagai pelarut, pengawet maupun pemanis untuk sediaan obat. Setelah itu kami menentukan salah satu bahan yang kiranya paling baik untuk digunakan dalam membuat sediaan sirup Parasetamol. Di mulai dari bahan aktif parasetamol, kami mulai menghitung dosis parasetamol per hari (sendok takar) yang disesuaikan dengan dosis dalam literatur. Setelah itu, kami menentukan kemasan terkecil sediaan berdasarkan dosis sediaan yang ingin kami buat, didapatkan kemasan terkecilnya 60ml. Dari dosis yang sudah di dapat, kami memperkirakan berapa banyak sirup yang bisa dibuat untuk waktu terapi 3 hari dengan penggunaan bahan yang efektif dan efisien serta untuk memaksimalkan stabilitas sediaan. Dari kemasan terkecil, kami menentukan berapa jumlah Parasetamol yang akan digunakan dalam satu botolnya (60 ml). Selanjutnya kami menentukan kadar pelarut yang dapat melarutkan Parasetamol. Untuk mengetahui kelarutan parasetamol dalam formulasi, ada dua cara yaitu : 1. Menghitung konstanta dielektrik dan membandingkannya dengan formulasi dasar 2. Menggunakan data kelarutan parasetamol pada masing-masing pelarut Dalam pembuatan formulasi, kami merancang 3 buah formulasi. Dari 3 formulasi tadi akan dipilih 2 formulasi yang di anggap terbaik untuk di buat sediaan yang nantinya akan di pilih lagi salah satu yang terbaik untuk di buat dalam skala besar. Dari ketiga formulasi yang kami rencanakan, konstanta dieletrik yang paling mendekati konstanta dielektrik formula baku adalah formula 3. Formula standard ini diambil dari Formularium Nasional. Nilai konstanta dielektrik pada formula satu adalah 59,48, formula dua adalah 53, formula tiga adalah 50,97. Sedangkan nilai konstanta dielektrik formula baku adalah 31. Nilai

45

konstanta dielektrik akan mempengaruhi kelarutan sediaan yang akan di buat. Semakin dekat nilai konstanta dielektrik sediaan yang ingin di buat dengan nilai konstanta dielektrik formula baku akan semakin baik kelarutannya. Kami memilih formula yang akan di buat dengan mempertimbangkan nilai konstanta dielektrik (kelarutan) yang paling mendekati formula baku dan perbedaan penggunaan kosolven dari masing-masing formulasi. Berdasarkan hal di atas maka kami memilih formula 1 dan 3 untuk di buat sediaan (60ml). Dalam pembuatan sediaan formula 1 dan 3, terdapat dua cara dalam melarutkan bahan aktif parasetamol yaitu : Cara 1 : Dengan mencampurkan seluruh pelarutnya terlebih dahulu kemudian bahan aktifnya (Parasetamol) dimasukkan dalam pelarut campuran tersebut. Kemudian ditambahkan bahan-bahan lainnya. Cara 2 : Dengan melarutkan bahan aktif ke dalam pelarut yang mempunyai kelarutan paling besar. Kemudian ditambahkan pelarut yang mempunyai kelarutan lebih rendah dari pelarut yang pertama. Dan seterusnya. Dari dua cara melarutkan bahan aktif parasetamol diatas, kami memilih cara 1 karena di anggap paling efektif untuk di buat sediaan. Dari hasil percobaan, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kelarutan sediaan formula 1 dan 3. Kedua formula diatas dapat larut secara sempurna walaupun awalnya masih berbuih, namun dapat di atasi dengan penggunaan sinar ultraviolet. Perbedaan yang sangat terlihat yaitu : Viskositas. Formula 1 memiliki viskositas lebih rendah dibandingkan dengan formula 3. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penambahan PEG 400 pada formula 3. Pewarna dan perisa. Formula 1 menggunakan rasa melon dengan warna hijau, sedangkan formula 3 menggunakan rasa anggur dengan warna ungu. Hal ini mungkin akan berpengaruh pada pH sediaan. Terbukti setelah pengukuran pH dengan pH meter di dapatkan pH formula 1 4,95, sedangkan pH formula 3 adalah 5,08. Dari hasil pertimbangan di atas, kami memilih formula 1 untuk di buat dalam skala besar karena :

46

Viskositasnya lebih baik di banding viskositas formula 1 Rasanya lebih baik dibandingkan ras formula 1 Walaupun pH formula 1 jauh dari pH yang di inginkan (pH=6) namun dengan keunggulan lebih dari hal viskositas dan rasa, kami lebih cenderung memilih formula 1. pH yang jauh dari pH yang di ingin kan dapat di atasi dengan adjustment pH. Untuk mendapatkan pH 6, kami menambahkan 310 tetes garam Na2HPO4.2H20 10%.

Pada pengamatan pH yang dilakukan, pH formula 1 dan 3 tidak dapat mencapai pH yang direncanakan (pH=6) dikarenakan beberapa hal, yaitu : 1. 2. Adanya penimbangan yang kurang akurat, maka mempengaruhi pH. Adanya penambahan essense yang tidak teratur (berlebihan) sehingga dapat mempengaruhi pH. Setelah pH formula 1 di anggap masuk rentang, maka di buatlah dalam skala besar (150ml + 100ml) dengan cara yang sama. Evaluasi dilakukan untuk mengontrol organoleptis, pH, viskositas dan hal lain yang berhubungan dengan kestabilan sediaan.

47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Formula yang terpilih untuk pembuatan skala besar adalah formula 1 dengan cara kerja 1, karena memberikan hasil yang lebih baik daripada formula lainnya. pH yang diperoleh tidak sesuai dengan pH yang direncanakan (pH=6) yaitu 4,95 , hal ini terjadi karena: Penimbangan yang kurang akurat Penambahan essence yang tidak teratur.

Dari hasil formulasi yang kita buat diperoleh data sebagai berikut : 1. Organoleptis 2. Warna Rasa Bau : Hijau : Melon (Manis agak pahit) : Melon : 1,2002 + 1,2022 + 1,2014 = 3,6038 / 3 = 1,2013

Berat Jenis Rata2 Standart deviasi : 1,01 10-3

3. pH rata-rata = 6,12 Sediaan sirup Parasetamol yang dihasilkan memenuhi kriteria karena sediaan kami stabil dalam hal pH, viskositas, BJ, maupun organoleptisnya. B. Saran 1. Dilakukan optimasi berkali-kali agar formula yang di peroleh benar-benar bagus dan sesuai dengan yang di rencanakan. 2. Untuk mengatasi pH yang tidak sesuai bisa dengan cara menimbang bahan-bahan secara akurat dan teliti sehingga jumlah bahan obat yang telah di rencanakan sesuai, tidak kurang dan lebih. Penambahan essence secara teratur dan di hitung dengan benar karena essence bersifat asam sehingga penambahan essence yang berlebih bisa mempengaruhi pH. Namun pH yang tidak sesuai dapat di atasi dengan adjustment pH.

48

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Depkes RI. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1985. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Depkes RI. Jakarta Kibbe. A. H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Exipients 5th ed. The Pharmaceutical Press. London Reynold. J. E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia 27th ed. The Pharmaceutical Press. London Martin, A. Etall. 1993 Farmasi Fisik 2 Edisi Ketiga. Universitas Indonesia Press. Jakarta USP 26, 2003 The Official Compendia of Standarts. The Board of Trustees Washingtong DC

49

Anda mungkin juga menyukai