Anda di halaman 1dari 9

URAIAN BAHAN

a. Pengikat
b. Pemanis
c. pewarna
a. Pengikat
 Inkompatibilitas : Povidone kompatibel dalam
1. PVP (Pilivinil pirolidun) larutan dengan berbagai organik garam, alami dan
 Alasan penambahan : karena PVP dalam sintesis resin dan bahan kimia lainnya,
konsentrasi 0,5-3% dapat meningkatkan membentuk adduct molekul dalam larutan dengan
kelarutan granul (Voight, 1994). sulfahzole, natrium salisilat, asam salisilat,
fenobonatal, tanin dan senyawa lain (Rowe et all,
 Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam 2009).
etanol (98%) P dan dalam hidroform P,
 Stabilitas : Povidone stabil untuk siklus pendek
kelarutan tergantung larut dalam eter P
dari paparan panas sekitar 110-130. Starnisasi uap
(Dirjaen POM, 1995). air yang tidak mengubah sifat-sifatnya povidone
dapat disimpan dalam kondisi basa tanpa
mengkomposisi atau degradasi. Namun karena
bubuk bersifat higroskopis maka harus disimpan
dalam wadah yang kering (Rowe, et all, 2009).
2. Metil selulosa
 Alasan penambahan : Digunakan sebagai
pengikat karena sifatnya yang inert dan
berkompatible dengan manusia (Bravo, dkk,
2010).
 Inkompatibilitas : Hydrosienatod minyak jarak
 Kelarutan : Praktis tidak larut dengan aseton, akan tinggalnya hidreginasi dari minyak jarak
methanol, kloroform, eter, lerutan jenuh garam menggunakan katalis (Rowe et all, 2009).
toluen dan air panas; larut dalam asetat,
 Stabilitas : Kondisi ternidrogenasi minyak
glossal, campuran etanol dan kloroform dalam
jarak stabil pada suhu sampai 150 oC. Stabil
perbandingan sam, dalam air dingin, metil
meskipun sedikit higroskopis. Harus disimpan
selulosa mengembang dan terdispersi
dalam wadah kedap udara pada tempat yang
membentuk dispersi koloid yang jernih dan
sejuk dan kering (Rowe et all, 2006).
kental (Rowe et all, 2006).
 3. Sukrosa
 Alasan penambahan : Digunakan sebagai
pengikat karena sukrosa dapat menyebabkan
densitas massa granul semakin besar (Galih,
dkk, 2011).  Inkompatibillitas : Sukrosa dapat
 Kelarutan : Tidak larut dalam kloroform, sukar terkontaminasi oleh logam berat yang dapat
larut dalam etanol dan propan 2-01, etanol menyebabkan inkompatibilitas dengan zat
95%, larut dalam air (Rowe et all, 2006). aktif misalnya asam askorbat dan aluminium
(Rowe et all, 2006).
 Stabilitas : Stabil pada suhu kamar dan
kelembapan relatif sedang. Suhu kamar dan
kelembapan tertutup baik pada tempat sejuk
dan kering sukrosa mengalami leoramelisasi
ketika dipanaskan pada suhu >160 oC.
B. Pemanis
1. Aspartam Inkompatibilitas : diferensial
Alasan penambahan : Digunakan percobaan scanning kalorimetri
aspartam sebagai bahan pemanis dengan beberapa langsung dapat
karena menurut siregar (2010), dikompresi eksipien tablet
aspartam merupakan pemanis menunjukkan bahwa aspartam
sintetik lebih baik dari pada dengan kalsium fosfat berbasa dua
pemanis alami keran pemanis alami dan juga dalam pelumas
bersifat higroskopis sedikit larut magnesium.
dalam etanol dan air. Stabilitas : aspartam stabil dalam
Kelarutan : sedikit larut dalam kondisi kering, untuk stabilitas
etanol dan air. pada 25 oC dibuffer. Stabiloitas pH
tidak ditingkatkan oleh penggantian
air dengan pelarut organik
degradasi (Rowe et all, 2009).
2. Manitol Inkompatibilitas : solusi manitol
Alasan penambahan : selain dapat 20% b/v atau kuat, dapat asin oleh
digunakan sebagai pengisi dapat kalium klorida atau natrium klorida
juga digunakan sebagai pemanis manitol ditemukan untuk
(Cahyadi, 2005). mengurangi biovaibilitas oral
cimetidine dibandingkan dengan
Kelarutan : mudah larut dalam air, sukrosa (Rowe et all, 2009).
larut dalam larutan basa, sukar Stabilitas : Manitol stabil dalam
larut dalam piridina, sangat sukar keadaan kering dan dalam
larut dalam etanol, praktis tidal kelarutan air. Untuk solusi dapat
larut disterilkan dengan penyaringan
atau autoklaf. Manitol tidak
mengalami reaksi mainard (Rowe
et all, 2009).
3. Sakarin Inkompatibilitas : sakarin dapat
Alasan penambahan : Sakarin bereaksi dengan molekul besar
memiliki intensitas rasa manis kira- sehingga endapan yang terbentuk itu
kira 200-700 kali. Sukrosa 10% dan tidak mengalami mailord coklat (Rowe
sakarin juga memiliki rasa pahit yang et all, 2009).
disebabkan oleh kemurnian yang Stabilitas : sakarin stabil dibawah
rendah dari panas sintesis (Sutrisno, kisaran nomal kondisi dipekerjakan
1993). dalam formulasi. Dalam bentuk curah
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tidak menunjukkan dekomposisi.
dalam kloroform dan dalam eter, larut Terdeteksi dan hanya jik terkena suhu
dalam air mendidih, sukar larut dalam tinggi pH rendah (pH 2) selama lebih
etanol, mudah larut dalam larutan dari 1 jam tidak dekomposisi yang
amona encer, dalam larutan alkali signifikan terjadi. Produk dekomposisi
hidroksida dan dalam alkali karoonat terbentuk dalam ammonum -0-sulfo,
dengan pembentukan CO2 (Dirjen asam benzoat yang tidak manis, berair
POM, 1995). stabilitas sakarin sangat baik, sakarin
harus disimpan dalam wadah tertutup
baik di tempat yang kering.
C. Pengawet

1. Metil paraben Inkompatibilitas : inkom dengan


Alasan penambahan : metil surfaktan anionik, bentunik,
paraben sering digunakan magnesium trisilkat, talk,
sebagai pengawet, menurut tragakon dan sorbitol (Rowe,
Rowe (2009), metil paraben 2009).
memiliki aktivitas antimikroba Stabilitas : metil paraben dalam
spektrum luas. air dengan pH 3-6, stabil dalam
Kelarutan : larut dalam 3 bagian penyimpanan selama 4 tahun
etana 90%, 5 bagian pada suhu kamar, sedangkan
propilenglikol, 60 bagian gliserin, pada pH lebih dari 8 akan cepat
dan 400 bagian air (Rowe, 2009). terhidrolisis (Rowe,2009).
2. Natrium benzoat
Alasan penambahan : natrium
benzoat dapat digunakan sebagai
bahan pengawet. Menurut Khurniyati
(2015) pengawet ini mempunyai Inkompatibilitas : tidak sesuai dengan
toksisitas sangat rendah terhadap gelatin, garam besi, garam kalsium,
hewan maupun manusia, dan samapai dan garam logam berat, termasuk
saat ini benzoat dipandang tidak perak, timah dan merkuri aktivitas
memiliki efek teratogenik jika pengawet dapat dikurangi dengan
dikonsumsi dan tidak mempunyai efek kering atau surfaktan nunionik.
karsinogenik. Stabilitas : larutan air dapat diberikan
Kelarutan : mudah larut dalam air dan dengan autoklaf (Rowe, 2009).
sukar larut dalam etanol, kelarutan
dalam air pada suhu 25oC sebesar 660
g/l dengan bentuk yang aktif sebagai
pengawet sebesar 84,7% pada range
pH 4 (Cahyadi, 2006).

Anda mungkin juga menyukai