Anda di halaman 1dari 11

Bab III

Pendekatan Formula ( Uraian Bahan)

A. Bahan Pemanis

1. Sukrosa ( Hope, 2009)

Alasan Penambahan : Sukrosa banyak digunakan sebagai pemanis pada


larutan dengan kosentrasi 50%. Dengan
penambahan sukrosa dapat menutupi rasa tidak
enak dari zat aktif

Kelarutan : Sukrosa praktis tidak larut pada cloroform, larut


etanol 1 dalam 400, larut dalam etanol (95%) dan
larut dalam air.

Inkompatibilitas : Sukrosa terkontaminasi dengan jejak berat


logam yang dapat menyebabkan ketidakcocokan
dengan bahan aktif, Sukrosa juga dapat
terkontaminasi dengan sulfate dari proses
pemurnian dengan kandungan sulfate tinggi dapat
terjadi perubahan warna ( Hope. 2009)

Stabilitas : Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu


kamar dan sedang kelembapan relatief. Ini
menyerap hingga 1% kelembapan yang dilepaskan
saat pemanasan 90oc ( Hope. 2009 )

Kosentrasi : Antara 50% dan 67%

2. Sorbitol ( Hope. 2009 )

Alasan penambahan : Sorbitol dapat mencegah kristalisasi tutup botol


sediaan larutan, dan kemanisan sorbitol hanya
30 – 60 %.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, Sukar larut dalam
etanol (95%), dalam metanoldan dalam asam
asetat

Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk tidak larut dalam air


sengan banyak divalensi dari logam trivalen
ion dalam kondisi asam.

Stabilitas : Sorbitol secara kimiawi relatief dan kompetibel


dengan sebagian besar bahan pembantu. Hal ini
stabil diudara dengan tidak adanya katanis dengan
eter asam dan basa

ph : 20-35%

3. Glukosa ( Hope, 2009)

Alasan penambahan : Glukosa digunakan sebagai pemanis dengan


kosentrasi 20-60% dan dapat digunakan untuk
memperlambat kristalisasi sukrosa.

Kelarutan : Larut dalam air, sebagian larutan dengan etanol


(95%)

Inkompatibility : Komptiable

Stabilitas : harus dalam dsimpan wadahyang tertutup rapat


dotempat seju tempat yang kering. temperatur yang
meningkat akan menyebabkan perubahan warna.

Kosentrasi : 20-60%

pH : 4,0-6,0

B. Bahan Pengawet

1. Asam Benzoat ( Hope, 2009)


Alasan penambahan : Asam benzoat dapat digunakan sebagai anti
mikroba/pengawat, aktifitas berbagai bahan
pengawet pada nilai ph antara 2,5- 4,5 masih
diantara zat aktif

Kelarutan :Kelarutan asam benzoat akan ditingkatkan


dengan penambahan asam sitrat atau natrium
asetat ke dalam larutan

Inkompatibilitas :Mengalami reaksasi khas asam organik,


aktifitas pengawet dapat dikurangi dengan
interaksi koalin.

Kosentrasi : 0.01%- 0.1%

ph : 2,5-4,5

2. Propilen Glikol ( Hope, 2009)

Alasan Penambahan : Propilen glikol lebih baik dari gliserin dan


daya melarutnya luas dalam berbagai
bahan penggunaan. Propilen glikol dalam
air akan menurunkan konstanta dielektrik
dari vesikel sehingga akan meningkatkan
kelarutan obat sehingga mudah dibasahi.

Kelarutan : Dalam air dapat bercampur dengan air


dalam pelarut lain. larut dalam 1 dalam 6
bagian eter, tidak bercampur etanol
(95%), kloroform, aseton dan gliserin.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen reduksi seperti
kalium permanganat.

Stabilitas : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil


dalam keadaan tertahap kontainer, tetapi
pada suhu tinggi ditempat terbuka
cenderung mengoksidasi sehingga
menghasilkan produk seperti
propionaldehyde, asam laktat, asam
piruvat, dan asam asetat. propilen glikol
stabil secara kimia saat dicampur dengan
etanol (95%), gilserin atau air: larutan
dapat disterilkan dengan autoklaf.

3. Benzalkonium klorida (Hope,2009)

Alasan Penambahan : Larutan benzalkonium klorida aktif


menghambat bakteri, ragi dan jamur
dalam rentang luas, relatif stabil, tidak
korosif dan memiliki toksitas rendah
serta memiliki rentang ph luas.
Antimikroba ( 4-10) sehingga obat
mudah terdispersi kembali juga
membantu mempercepat laju disolusi.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, memberikan larutan


oplecent, praktis tidak larut dalam eter(
Rowe,2009)
Inkompatibilitas : Sodium lauryl bereaksi dengan surfaktan
kationik, menyebabkan hilangnya
aktifitas bahkan dalam kosentrasi terlalu
rendah untuk menyebabkan
pengendapan. sodium lauryl sulfat tidak
sesuai dengan garam garam ion logam
polivalen seperti al, timah dan seng.

Stabilitas : Sodium lauryl sulfat stabil dalam kondisi


penyimpanan normal, namun dalam
kondisi ekstrim yaitu ph 2,5 dibawahnya
sa mengalami hidrolisis menjadi lauril
sulfat alkohol dan natrium bisulfate

koseentrasi : 0.01-0,02%

ph 4- 10

C. Bahan Pengawet

1. Asam sitrat (Hope,2009)

Alasan Penambahan : Karena asam sitrat memiliki ph 2,2


yang sesuai dengan ph zat aktif obat dan
dalam 1 bagian

Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian etanol (


95%)dan 1 dalam kurang dari 1 bagian
air.
Inkompatibilitas : Asam sitrat tidak kompitabel dengan
kalium tatrat, alkali, alkali tanah,
karbonat dan bikarbonat, asetat dan
sufida. ketidakcocokan juga termasuk
agen pengoksidasi, basa , agen produksi
dan nitrat. ini berpotensi meledak
dikombinasi sengan logam nitrat. pada
penyimpanan sukrosa dapat mengkristal
dari sirup dihadapan asam astrat.

Stabilitas : Asam sitrat monohidrat kehilangan air


kristalisasi diudara kering atau ketika
dipanaskan hingga sekitar 40oc itu sedikit
deliquasent diudara yang lembab . larutan
asam sitrat encer dapat difermentasi
kedudukan. seharusnya bahan
monohidrat atau anihidrat dalam jumlah
besar. Disimpan dalam wadah kedap
udara ditempat yang sejuk dan kering.

Kosentrasi : 0,3-2,0%

ph : 2,2

2. Asam Askorbat ( Hope, 2009)

Alasan penambahan : Karena asam askorbat sesuai dengan ph


zat aktif yaitu dengan ph 2,1-2,6
Kelarutan : Larut dalam air 1 dalm 3,5 bagian air,
tidak larut dalam kloroform, larut dalam
1 dalam 50 bagian etanol

Inkompatibilitas : Kompitabel dengan alkali yang logam


berat terutama tembaga dan zat besi,
bahkan pengoksidasi . methanamine,
phenik phirine hidroklorida, pirrilamin
mileat, salisilamit, natrium nitrat,
natrium salisilat.

Stabilitas : Dalam bentuk bubuk, asam askorbat


relatief stabil di udara. dalam tidak
adanya oksigen dan zat pengoksidasi
lainnya juga stabil.

Kosentrasi : 0,01-0,1 %

ph 2,1- 2,6

D. Bahan Anticaplooking

1. Sorbotol ( Hope, 2009)

Alasan penambahan : Sorbitol dapat mencegah kristalisasi tutup botol


sediaan larutan, dan kemanisan sorbitol hanya
30 – 60 %.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, Sukar larut dalam


etanol (95%), dalam metanoldan dalam asam
asetat
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk tidak larut dalam air
sengan banyak divalensi dari logam trivalen
ion dalam kondisi asam.

Stabilitas : Sorbitol secara kimiawi relatief dan kompetibel


dengan sebagian besar bahan pembantu. Hal ini
stabil diudara dengan tidak adanya loktanis
dengan eter asam dan basa

ph : 20-35%

2. Alasan Penambahan : Propilen glikol lebih baik dari gliserin dan

daya melarutnya luas dalam berbagai


bahan penggunaan. Propilen glikol dalam
air akan menurunkan konstanta dielektrik
dari vesikel sehingga akan meningkatkan
kelarutan obat sehingga mudah dibasahi.

Kelarutan : Dalam air dapat bercampur dengan air


dalam pelarut lain. larut dalam 1 dalam 6
bagian eter, tidak bercampur etanol
(95%), kloroform, aseton dan gliserin.

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen reduksi seperti


kalium permanganat.

Stabilitas : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil


dalam keadaan tertahap kontainer, tetapi
pada suhu tinggi ditempat terbuka
cenderung mengoksidasi sehingga
menghasilkan produk seperti
propionaldehyde, asam laktat, asam
piruvat, dan asam asetat. propilen glikol
stabil secara kimia saat dicampur dengan
etanol (95%), gilserin atau air: larutan
dapat disterilkan dengan autoklaf.

Kosentrasi : 10- 25%


BAB IV

Formulasi dan Perhitungan

IV.I Formulasi

a. Formulasi Utama

R/ Metoclopramid HCl 10mg/5ml

Sukrosa 50%

A. Benzoat 0,1%

Sorbitol 15%

A. Sitrat 0,3%

Aquadest ad 60 ml

b. Formulasi Alternatif

R/ Metoclopramid Hcl 10 mg

Glukosa 30%

Propilen glikol 10%

Asam sitrat 0,01%

Sorbitol 15%

Aquadest ad 60 ml
c. Formula yang disetujui

R/ Metoclopramid HCl 10mg/5ml

Sukrosa 50%

A. Benzoat 0,1%

Sorbitol 15%

A. Sitrat 0,3%

Aquadest ad 60 ml

IV.2 Perhitungan

a. Perhitungan Dosis

Dosis Dewasa

Dosis maksimal 10-20 mg/ hari

- 10/10*100%=

Anda mungkin juga menyukai