Anda di halaman 1dari 51

JURNAL

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA

MAGNESIUM OKSIDA ORAL

OLEH

KELOMPOK : V B FARMASI 2014

ASISTEN : NUR AINI FADILLAH S.Farm

LABORATORIUM FARMASETIKA

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2016
JURNAL
TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA
MAGNESIUM OKSIDA ORAL

I. Zat Aktif
Magnesium Oksida (MgO)
II. Kekuatan Sediaan
500mg/5 ml
III. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan dalam bentuk
suspensi oral, untuk membuat fomulasi dari sediaan suspensi oral dan
mengetahui evaluasi dari sediaan suspensi oral.
IV. Studi Preformulasi
- Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam
etanol(95%), larut dalam asam encer(Rowe,2009)
- pKa : 2,6
- PH : 10,3 (larutan jenuh) (Rowe,2009)
- Ukuran Partikel : 99,98 % < 45 mm(Rowe,2009)
- Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan senyawa asam dalam keadaaan
padat untuk membentuk garam seperti mg (ibuprofen)
- Stabililitas : Stabil pada suhu dan tekanan normal. Namum
membentuk MgOH dengan adanya air. MgO bersifat
higroskopis dan cepat menyerap air dan CO2 pada
paparan udara dan cahaya.
- Koefisien Partisi :
- Dosis : 0,5-1 gr
- Efek Farmakolog :
Magnesium oksida lebih efektif mengikat asam dari pada Natrium-
bikarbonat, tetapi memiliki sifat pencahar sebagai efek sampingnya (lebih
ringan dari Mg-sulfat). Untuk mengatasi hal ini, maka zat ini diberikan dalam
kombinasi dengan aluminium hidroksida atau kalium karbonat (perbandingan
MgCO3/CaCO3) = 1,5) yang memiliki sifat sambelit atau konstipasi. Mg oksida
tidak diserap usus sehingga tidak menyebabkan alkalosis (Tjay dan Rahardja,
2007).
Ditinjau dari golongannya, MgO termasuk obat antasida yaitu senyawa
yang mempunyai kemampuan menetralkan asam klorida (Lambung) dan
mengurangi atau menghilangkan nyeri ulkus. mekanisme kerjanya yaitu
menghambat aktivitas pepsin pada pH intragastrik dari 5 atau diatas dari 5.
antasida juga mengikat garam empedu, dan antasida yang mengandung
aluminium dapat meningkatkan sitoproteksi lambung (Wecker L, 2010).

V. Analisis Permasalahan
1. Magnesium Oksida dibuat dalam bentuk suspensi karena ditinjau dari
kelarutannya, magnesium oksida sangat sukar larut dalam air, praktis tidak
larut dalam etanol(95%), larut dalam asam encer, sehingga dibuat suspensi
untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat proses pengendapan
sehingga menghasilkan suspensi yang stabil.
2. Magnesium oksida dibuat dalam sediaan oral, jika ditinjau dari
golongannya termasuk obat golongan antasid untuk menetralkan asam
lambung. Dan ditinjau dari indikasinya untuk nyeri pada tukak
lambung karena kelebihan asam lambung, memiliki daya netralisasi
yang tinggi, capat dan banya digunakan dalam sedian gangguan
lambng (Rowe,2009; Tjay dan Rahardja, 2007 ;Sirait, 2013).
3. Dalam formulasi sediaan suspensi diperlukan penambahan pensuspensi atau
suspending agent yang bertujuan untuk bahan tambahan. Suspending agent
berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan
meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil.
Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan
(viskositas). Pada formula ini suspending agent yang digunakan yaitu PGA
dan bentonit, penggunaan PGA sebagai suspending agent karena PGA
memiliki sifat alami, tidak merubah struktur kimia, dapat menghindari
pengendapan danmemberikan struktur yang homogen. Dan digunakan
bentonite karena membentuk suspensi tiksotropik dengan viskositas tinggi,
Sifat ini membuat bentonit sangat berguna dalam farmasi (RPS 18th:1539).
4. Pengunaan pendapar fosfat dalam sediaan ini, karena zat aktif harus
dioptimalkan pada pH stabilitasnya. Suspensi magnesium oksida memiliki
pH antara 10,3. Adapun dapar yang digunakan dalam sediaan ini adalah
dapar fosfat yang dapat menahan pH 4-9,6 (Chukka, 2014 ; Rowe 2009).
5. Pangewet yang digunakan Natrium benzoate, bertujuan untuk mencegah
resiko kontaminasi dari mikroba baik dari eksipien maupun faktor luar yang
akan mempengaruhi kestabilan dari sediaan, Na benzoat berfungsi sebagai
pengawet antimikroba yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan
jamur. Na benzoat mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap, hewan
maupun manusia, hingga saat ini tidak memiliki efek teratogenik
(menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi dan tidak mempunyai efek
karsinogenik (kristaningrum,2006).
6. Pengaroma yang digunakan dalm formula ini yaitu Vanili. Dimana tujuan
penggunaan pengaroma yaitu untuk menutupi rasa dan bau yang tidak enak
sehingga konsumen merasa lebih nyaman untuk mengonsumsi. Vanili
merupakan bahan tambahan yang kerk digunakan dalam pembuaan kue,
minuman, es krim dan obat-obatan. Aroma vanili yang cukup kuat sering
dimanfaatkan sebgai pengaroma yang dapat menambah cita rasa suatu
produk (Sutomo,2006).
7. Pemanis yang digunakan dalam formula ini yaitu Aspartam. Aspartam
adalah suatu zat dari beberapa kelas bahan kimia berbeda yang berinteraksi
dengan reseptor rasa sehingga menimbulkan rasa manis 30-1300 kali
melebihi sukrosa tanpa kalori atau rendah kalori (Revivo,2014).
VI. Pendekatan Formula
VI.1 Bahan Pensuspensi
1. BENTONIT(Rowe,2009; Schovilles:303-304; RPS 18th:1539)
Pemerian : Serbuk sangat halus, cokelat kuning muda
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
Inkompatibilitas : Bentonit dipresipitasi dengan adanya asam. Asam
menyebabkan bentonit kehilangan sifat
pensuspensinya. Penambahan sejumlah alkohol akan
mempresipitasi bentonit. Incompatibilitas dengan
elektrolit kuat dan akrilafin hidroklorida.
Stabilitas : Bentonit bersifat higroskopik
Konsentrasi : 0.5%-5.0%
Alasan Penambahan : Bentonit digunakan sebagai koloid pelindung untu
penstabil suspensi juga digunakan sebagai bahan
pengemulsi untuk minyak dan juga untuk dasar
salep. Membentuk suspensi tiksotropik dengan
viskositas tinggi atau gel. Sifat ini membuat bentonit
sangat berguna dalam farmasi (RPS 18th:1539).
Bahan yang cocok untuk penggunaan luar termasuk
bentonit, metilselulosa, dan derivat selulosa lainnya,
Na-alginat dan tragakan (RPS18th:1539).
Bentonit ialah turunan clay yang tidak larut dalam
air, tetapi menyerap air untuk mengembang dan
membentuk suspensi yang kental. Bentonit lebih
sering digunakan untuk sediaan eksternal
(Schovilles:303-304)
2. PGA (Rowe,2009; chasanah,2010; Ristia,2010)
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air
dingin atau panas, akan menyebar dan cepat
mengental
Inkompatibilitas : kompatibel dengan kebanyakan hidrokoloid tanaman
lain sepeti tragakan. Hal ini tidak sesuai dengan
asetton, etanol (95%), tannin, asam kuat dan basah.
Stabilitas : Dispersi PGA memiliki tindakan penyangah dan
stabil pada pH 4,0-10,5. Namun pemanasan
berkepanjang mengurangi viskoositas dispersi.
Stabilitas bakteriologis dispersi PGA mungkin
ditingkatkan dengan penambahan campuran 0,15%
metilparaben dan 0,02% propipilparaben sebagai
pengawet.
Konsentrasi : 2,5%
Alasan Penambahan : PGA dapat menghindari pengendapan dan
memberikan stuktur homogen (chasanah,2010).
PGA merupakan suspending agent karena memiliki
sifat alami, tidak merubah struktur kimia dapat
menghindari pengendapan dan memberikan struktur
yang homogen (Ristia,2010).
PGA menghasilkan nilai yang baik jika digunkan
sebagi suspending agent jika dibandingkan dengan
thickening. PGA dapat mencegah adanya koloid.
3. VEEGUM
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, alkohol, dan pelarut
organik.
Inkompatibilitas : Tidak stabil pada larutan asam di bawah ph 3,5,
larutan pekat, dan dapat mengabsorbsi beberapa
obat.
Stabilitas : Umumnya cukup stabil apabila ditempatkan dalam
keadaan kering, stabil pada penambahan pH,
mengabsorbsi beberapa substansi dan kompatibel
pelarut-pelrut organik.
Konsentrasi :
Alasan penambahan : Veegum digunakan sebagai bahan pensuspensi dan
bahan penstabil yang digunakan baik tunggal
maupun dikombinasi dengan bahan pensuspensi
lain. Viskositas dari larutan dispersi dapat
ditingkatkan jika dikombinasikan denganbahan
pensuspensi lainnya yang cocok. Tujuaan
dikombinasikan yakni untuk menghasilkan aliran
yang sesuai dan untuk menjamin stabilitas sediaan
suspensi (Jones, 2008)
VI.2 Bahan Pembasah
1. SORBITOL (Rowe, 2009)
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, eter, sedikit
larut dalam methanol, larut dalam 0,5 bagian air,
larut dalam 25 bagian Ethanol (95%), praktis
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk kelat larut dalam air
dengan banyak divalent dan ion logam trivalen
dalam kondisi sangat asam dan basa. Selain dari
polietilena glikol cair untuk sorbitol solusi, dengan
agitasi kuat, menghasilkan lilin, gel yang larut dalam
air dengan titik 35-408C mencair. solusi Sorbitol
juga bereaksi dengan besi oksida menjadi berubah
warna. Sorbitol meningkatkan laju degradasi
penisilin di netral dan larutan air.
Stabilitas : Sorbitol secara kimiawi relatif inert dan kompatibel
dengan sebagian besar eksipien. Hal ini stabil di
udara dengan tidak adanya katalis dan dingin, encer
asam dan basa. Sorbitol tidak gelap atau terurai di
suhu yang tinggi atau di hadapan amina. Ini
nonflammable, noncorrosive, dan nonvolatile.
Meskipun sorbitol tahan terhadap fermentasi oleh
banyak mikroorganisme, pengawet harus
ditambahkan ke solusi sorbitol.
Konsentrasi : 3-15%
Alasan penambahan : Penggunaan sorbitol sebagai humektan karena
ditinjau dari sifatnya yaitu bersifat higroskopik yang
bersifat mengabsorbsi uap air dari udara lembab
sampai mencapai suatu derajat kelembapan tertentu
sehingga sorbitol sangat cocok digunakan sebagai
humektan dalam pembuatan magnesium oksida
suspense topical (Sagarin, 1957).
Sorbitol juga memiliki fungsi untuk menarik air dari
lingkungan ke sistem agar kestabilan sediaan tetap
terjaga dan juga untuk mempertahankan kelembapan
kulit (Leyden and Rawlings, 2002).
Sorbitol digunakan sebagai humektan (pelembab)
pada berbagai jenis produk sebagai pelindung
hilangnya kandungan moisture (Smith, dkk.,1994).
2. TWEEN-80
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam etil
aseat P dan dalam metanol P,sukar larut dalam
parafin cair dalam minyak biji kapas P.
Inkompatibilitas : perubahan warna dan curah hujan terjadi dengan
berbagai zat. Khususnya fenol, tannin, dll. Seperti
bahan itu aktivitas antimikroba pengawet paraben
berkurang dalam kehadiran polisorbat(Rowe,2009).
Stabilitas : polisorbat stabil elektolit dan asam lemah dan basa,
safonifikasi tehadap terjadi dengan asam kuat dan
abasa. Polisorbat yang hidrokopis dan harus
diperiksa kadar air sebelum digunakan dan
dikeringkan jika diperlukan. Sama dengan surfaktan
polioksietilen lainya, penyimpanan lamadapat
mnyebabkan pembentukan peraksolida (Rowe,2009)
Konsentrasi : Polysorbat biasa digunakan sebagai agen pembasah
pada konsentrasi 0,1-3%(Rowe,2009).
Alasan penambahan : Tween dapat menurunkan teganagn antar muka dari
air yang sangat berguna untuk meningkatkan
dispersi dan kelarutan dari bahan(parrot,1971)
3. PROPILENGLIKOL (Kibbe,A 2000)
Alasan penambahan : Propilenglikol terbukti diserap topical. Walaupun
pada kulit yang rusak (Rowe, 2009).
Propilenglikol juga digunakan dalam kosmetik dan
indutru makanan sebagai carrier (Rowe, 2009).
Propilenglikol sebagai penghambat pertumbuhan
jamur (Ioden, 2009).
Kelarutan : Terlarut campur dengan aseton, kloroform, etanol
95%, gliserin, dan air.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan pengoksidasi kuat.

Stabilitas : Stabil pada suhu dingin, stabil dalam wadah


tertutup baik tapi pada suhu tinggi, Ditempat terbuka
Alasan penambahan : Propilenglikol terbukti diserap topical. Walaupun
pada kulit yang rusak (Rowe, 2009).
Propilenglikol juga digunakan dalam kosmetik dan
indutru makanan sebagai carrier (Rowe, 2009).
Propilenglikol sebagai penghambat pertumbuhan
jamur (Ioden, 2009).
VI.3 Bahan Pemanais
a. Pemanis (Rowe, 2009)
1. Aspartam
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%); sedikit larut
dalam air. Pada 20oC larut dalam air adalah
1% b / v pada titik isoelektrik (PH 5.2).
Kelarutan meningkat pada suhu yang lebih
tinggi dan pada suasana yang lebih asam.
Inkompatibilitas : dalam perbedaan percobaan kalorimetri
dengan beberpa eksipien tablet kempa
langsung menunjukkan bahwa aspartam
inkompatibel dengan kasium fosfat dan
magnesium stearat.
Stabilitas : Aspartam stabil dalam kondisi kering .jika
pada keadaan lembab hidrolisis terjadi untuk
membentuk produk degradasi yang
menghasilkan kurangnya rasa manis
Konsentrasi : 1,2% (Wiyono, 2014)
Alasan Penambahan : Aspartam adalah suatu zat dari beberapa kelas
bahan kimia berbeda yang berinteraksi
dengan reseptor rasa sehingga menimbulkan
rasa manis 30-1300 kali melebihi sukrosa
tanpa kalori atau rendah kalori
(Revivo,2014).
Aspartam lebih baik dari pemanis alami
karena pemanis alami bersifat higroskopis
(Eka S, 2014).
Aspartam dipilih sebagai pemanis
karena aspartam memiliki kemanisan 180-200
kali lebih manis dari gula sehingga jumlah
aspartam yang dibutuhkan hanya sedikit
dibandingkan jika menggunakan gula sebagai
pemanis (Mellisa, 2008).
2. Sorbitol (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan : Sorbitol secara kimiawi relatif inert dan
kompatibel dengan sebagian besar eksipien
lainnya. Stabil di udara dengan tidak adanya
katalis dan pada keadaan dingin, larutan asam
dan basa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam eter dan kloroform,
agak mudah larut dalam metanol, larut dalam
0,5 bagian air.
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk kelat yang larut
dalam air dengan banyak divalen dan logam
trivalen ion dalam kondisi yang sangat asam
dan basa.
Stabilitas : Sorbitol secara kimiawi relatif inert dan
kompatibel dengan sebagian besar eksipien
lainnya. Stabil di udara dengan tidak adanya
katalis dan pada keadaan dingin, larutan asam
dan basa
Konsentrasi : 70 %
3. Sukrosa (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan : Sukrosa merupakan pemanis alami,
memberikan rasa manis pada sediaan
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam etanol tdak larut dalam eter dan
kloroform
Inkompatibilitilas : Terkontaminasi dengan logam, sulfut yang
tinggi. sukrosa dapat menyerang penutupan
aluminium
Konsentrasi : 67%
VI.4 Bahan pengawet
1. Methylparaben (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan : Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet
dan antimikroba dalam kosmetik, produk makanan,
dan formulasi farmasi, bekerja sebagai antimikroba
pada pH 4-8,
Kelarutan : 1 : 3 dalam etanol 95%, 1 : 60 dalam gliserin, 1:5
dalam propilen glikol, dan 1 : 400 dalam air
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba dari methylparaben dan
paraben lainnya adalah sangat berkurang di hadapan
surfaktan nonionik, seperti sebagai polisorbat 80.
Stabilitas : larutan methylparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan
dengan autoklaf pada 120oC selama 20 menit, tanpa
dekomposisi. Larutan ini stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sementara larutan air pada pH 8 atau diatas
adalah subjek untuk hidrolisis cepat (10% atau lebih
setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu
kamar).
Konsentrasi : 0.0150.2%
2. Propilparaben (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan : Propil paraben aktif pada kisaran Ph yang lebar dan
memiliki spectrum yang luar dari aktifitas
antimikroba.
Kelarutan : 1 : 1.1 dalam etanol, 1 : 250 dalam gliserin, 1 : 3.9
dalam propilen glikol, 1 : 2500 dalam air
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba dari propil paraben berkurang
jauh di hadapan surfaktan nonionik sebagai akibat
dari micellization. Magnesium aluminium silikat,
magnesium trisilikat, oksida besi kuning, dan biru
laut biru juga telah dilaporkan menyerap propil
paraben, sehingga mengurangi efektivitas pengawet.
Propylparaben berubah warna dengan adanya besi
dan terhidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat.
Stabilitas : larutan methylparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan
dengan autoklaf pada 120oC selama 20 menit, tanpa
dekomposisi. Larutan ini stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sementara larutan air pada pH 8 atau diatas
adalah subjek untuk hidrolisis cepat (10% atau lebih
setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu
kamar).
Konsentrasi : 0.010.02%
3. Natrium Benzoat (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan : Na benzoat berfungsi sebagai pengawet antimikroba
yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan
jamur. Na benzoat mempunyai toksisitas sangat
rendah terhadap hewan maupun manusia, hingga
saat ini tidak memiliki efek teratogenik
(menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi dan
tidak mempunyai efek karsinogenik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol
(95%)
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan senyawa kuartener gelatin,
garam besi, garam kalsium dangaram logam-logam.
Aktivitas pengawet akan berkurang apabila
berinteraksi dengan kaolin atau surfaktan non ionik
Stabilitas : Larutan Na benzoat dapat disterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi
Konsentrasi : 0.020.5%
VI.5 Bahan perisa
1. Vanili (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan : Vanili adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang
dijadikan pengharum. Bubuk ini dihasilkan dari
buahnya yang berbentuk polong. Berfungsi sebagai
pengaroma pada berbagai produk farmasi, sehingga
mempunyai aroma yang khas.
Kelarutan : Larut dalam minyak, 1 bagian dalam 100 ml air, 1
bagian dalam 2 ml etanol (95%), 1 bagian dalam 3
ml etanol (75%)
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan aseton, membentuk senyawa
yang tidak berwarna cerah, suatu senyawa praktis
yang tidak larut dalam etanol/ dibentuk dengan
gliserin.
Stabilitas : Vanili teroksidasi secara perlahan diudara lembab
dan dipengaruhi oleh cahaya, larutan vanili dalam
etanol dapat cepat terurai dalam cahaya untuk
menghasilkan warna kuning.
2. Tartazin (sutomo, 2006 ; wahyuni, 2013)
Alasan Penambahan : Tartazin ini digunakan untuk memperbaiki
penampilan produk dan menambah khas mewarnai
untuk tujuan identifikasi
Kelarutan : mudah larut dalam air, sediaan larut dalam alkohool
95%, mudah larut dalam gliseril dan glikol
3. Maltol (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan : maltol digunakan dalam formulasi farmasi dan
produk-produk makanan sebagai agen penyedap atau
penguat rasa. Dalam makanan digunakan
konsentrasi hingga 30 terutama dengan perasa buah
meskipun digunakan juga untuk memberikan bau
baru dipanggang dan rasa untuk roti dan cake.
Ketika digunakan dengan konsenntrasi 5-75 maltol
mempotensiasi manisnya produk makanan.
Kelarutan : mudah larut dalam air, larut dalam larutan basah,
sukar larut dalam piridina
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan wadah logam, termasuk
dengan beberapa nilai stanlissteel, dapat mengubah
warna pada penyimpanan.
Stabilitas : maltol disimpan dalam wadah gelas atau plastik
untuk bahan missal harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, dilindungi dari cahaya, ditempat yang
sejuk dan kering.
VI.6 Dapar
1. Natrium Dihidrogen Fosfat (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan : sebagai bahan yang dapat mempertahankan pH
stabilitas sediaan, memiliki range mendekati pH
sediaan, tidak toksik.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air, praktis tidak larut dalam
alkohol
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bahan-bahan alkali dan
karbonat
Stabilitas : stabil secara kimia pada pemanasan 100o C
2. Kalium hidrogen Fosfat (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan : sebagai bahan yang dapat mempertahankan pH
stabilitas sediaan, memiliki range mendekati pH
sediaan, tidak toksik.
Kelarutan : 1 gram larut dalam 5 ml air
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan alkaloid, atropin, karbohidrat
Stabilitas : anhidratnya higroskopis, pada pemanasan 100o C
kehilangan air kristalnya.
VII. Formulasi
1. Rancangan Formula Utama
R/ magnesium oxide 100mg/ml
Bentonit 2%
PGA 8%
Sorbitol 15%
Aspartam 1,2%
Na benzoate 0,1%
Vanili q.s
Aquadest ad 100%
2. Rancangan Formula Alternatif
R/ magnesium oxide 100mg/ml
Na CMC 2%
Tween 80 1%
Menthol 1%
sakarin 0,05%
metyl paraben 0,2%
Aquadest ad 100%
VIII. Perhitungan
IX. Perhitungan
1. Perhitungan Dosis
Dosis : 0,5 1 gram ; 1 4 kali sehari
Tiap 5 mL MgO mengandung 500 mg MgO
Jadi, 24 jam x 6 jam = 4 kali
500 mg x 4 = 2 gram
Sekali 1 sendok teh 5 mL : 500 mg
Sehari 3 x 1 sendok teh : 500 mg x 3 = 1500 mg
2. Perhitungan Dapar
Magnesium Oksida (MgO) 60 mL
pH sediaan : 10,3
pH dapar fosfat : 5,9 8
pKa1 : 2,11
pKa2 : 7,20
pKa3 : 12,30

pKa = - Log Ka pH = - Log {H+}


12,3 = - Log Ka 10,3 = - Log {H+}
Ka = antilog 12,3 {H+} = antilog 10,3
Ka = 5,0118 x 10-13 {H+} = 5,0118 x 10-11
Ka {H+}
= 2,303 x C x
(Ka+ {H+})2
0,01 = C x 11,425 x 10-2
0,01 = 2,303 x C x
0,01
5,0118 x 10-13 x 5,0118 x 10-11
C = 0,11425
2
(5,0118 x 10-13 + 5,0118 x 10-11 )
C = 0,0875
25,118 x 10-24
0,01 = 2,303 x C x 2
( 5,0118 x 10-11 )

0,01 = 2,303 x C x 4,9611 x 10-2


[g]
pH = pKa x Log [a]
[g]
10,3 = 12,3 x Log [a]
[g]
10,3 12,3 = Log [a]
[g]
-2 = Log [a]
[g]
= antilog -2
[a]

[g] = 0,01 [a]

C = [a] + [g]
0,0875 = [a] + 0,01 [a]
0,0875 = 1,01 [a]
0,0875
[a] = 1,01

[a] = 0,0866

C = [a] + [g]
0,0875 = 0,0866 + [g]
0,0875
[g] = [g]
0,0866

= 1,01

Massa = BM x Casam x Volumesediaan


Asam = 137,99 x 0,0866 x 0,206
= 11,949 x 0,206
= 2,461 gram

Massa = BM x Cgaram x Volumesediaan


Garam = 141,96 x 1,01 x 0,206
= 143,37 x 0,206
= 29,534 gram

3. Perhitungan Bahan
Formulasi utama
Volume terlebihkan
V = 200 mL + ( 3% x 200 )
3
= 200 mL + (100 x 200)

= 200 mL + 6
= 206 mL
Perhitungan bahan
0,5 g
Magnesium okside : 5 mL x 206 = 20,6 gram
Magnesium oxida : 0,1 x 60 = 6 gram
2
Bentonit : 100
8 x 206 = 4,12 gram
PGA : 100 x 60 = 4,8 gram
8
PGA : 100
2 x 206 = 16,48 gram
Bentonit : 100 x 60 = 1,2 gram
0,1
Na.Benzoat : 100
15 x 206 = 0,206 gram
Sorbitol : 100 x 60 = 9 gram
15
Sorbitol : 100 x 206 = 30,9 gram
1,2
Formulasi Alternatif
Aspartam : x 206 = 2,472 gram
100
Volume terlebihkan: 2,461 gram
Dapar As.Fosfat
V = Gr.Fosfat
Dapar 200 mL + ( 3% x 200 )gram
: 29,534
3
= 200 mL + (100
Aquadest : 206 (20,6+4,12+16,48+0,206+30,9+2,472)
x 200)

= 200 mL + 6 : 206 74,778


= 206 mL : 131,222 gram
Perhitungan bahan
0,5 mg
Magnesium okside : x 206 = 20,6 gram
5 mL
0,1
Na-CMC : x 206 = 0,206 gram
100
1
Tween-80 : x 206 = 2,06 gram
100
1
Menthol : x 206 = 2,06 gram
100
0,05
Sakarin : x 206 = 0,103 gram
100
0,2
Metyl paraben : x 206 = 0,412 gram
100

Dapar As.Fosfat : 2,461 gram


Dapar Gr.Fosfat : 29,534 gram
Aquadest : 206 (20,6+0,206+2,06+2,06+0,103+0,412)
: 206 25,441
: 180,559 gram
X. Cara Kerja
a. Pengembangan bahan pensuspensi
1. Diukur air sebanyak 32,96 mL untuk PGA (gelas kimia A) dan untuk
bentonit sebanyak 8,24 mL (gelas kimia B ) kemudian dipanaskan
2. Dimasukkan PGA ke dalam gelas kimia (A) dan bentonit ke dalam gelas
kimia (B).
3. Diaduk hingga homogen
4. Didiamkan PGA selama 24 jam dan bentonit selama beberapa menit.
b. Pembutan suspensi MgO
1. Ditimbang MgO sebanyak 20,6 g, PGA sebanyak 16,48 g, Bentonit
sebanyak 4,12 g, Na-Benzoat sebanyak 0,206 g, sorbitol sebanyak 30,9 g,
Aspartam sebanyak 2,472 g, Asam Fosfat sebanyak 2,461 g dan Garam
Fosfat sebanyak 29,534 gram.
2. Diukur air sebanyak 206 mL
3. Dilarutkan masing-masing eksipien seperti : Na-Benzoat, sorbitol dan
aspartam menggunakan sisa air stok yang digunakan dalam formula
4. Dilarutkan pendapar (asam fosfat dan garam fosfat) menggunakan sisa
air stok yang digunakan pada formula
5. Dicampurkan semua bahan baik zat aktif maupun eksipien yang telah
dilarutkan kedalam mortar
6. Diaduk hingga homogen
7. Diukur pH sediaan
8. Dimasukkan kedalam botol yang telah dikalibrasi
9. Diberi etiket
10. Di uji evaluasi
XI. Evaluasi Suspensi
Evaluasi Sediaan
Organoleptik
Prinsip : pemeriksaan bau, rasa, warna dan pemisahan fase
menggunakan pemanca indera
pH
Prinsip : penentuan pH sediaan menggunakan pH meter
Densitas
Prinsip :Penentuan massa jenis sediaan dengan menggunakan
piknometer. Densitas sediaan diketahui dengan mengguakan
rumus = (b a)/V
Viskositas
Prinsip: pengukuran dilakukan menggunakan viscometer Brookfield
pada kecepatan tertentu.
Volume Sedimentasi (F)
Prinsip: perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan
volume awal (Vo) sebelum terjadi pengendapan
Penafsiran hasil:
Semakin besar nilai Vu atau nilai F = 1 atau mendekati 1, semakin baik
suspendibilitasnya. Bila F > 1 terjadi flok sangat longgar dan halus maka perlu zat
tambahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa Ibrahim,
F. Jakarta : UI Press.

Alfred, Martin. 2008. Farmasi Fisika Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam


IlmuFarmasetik Ed. Ketiga jilid 2. Jakarta : UI Press

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke Tiga. Jakarta; Depkes RI

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta; Depkes RI

Emamifar, A., Kadivar, M., Shahedi, M. and Solaimanianzad, S.,2011. Effect of


nanocomposite packaging containing Ag and ZnO on inactivation of
Lactobacillus plantarum in orange juice. Food Control, 22, 408-413

Huang, L., Li, D. Q., Lin, Y. J., Evans, D. G., Duan, X,. 2005. Influence of nano-
MgO particle size on bactericidal action against Bacillus subtilis var.
niger. Chinese Science Bulletin, 50, 514-519

Kim, Y. M., Kuk, E., Yu, K. N., Kim, J. H., Park, S. J. and Lee, H. J,. 2007.
Antimicrobial effects of silver nanoparticles. Nanomedicine:
Nanotechnology, Biology, and Medicine, 3, 95-101

Lachman. 2012. Teori dan Farmasi Industri Edisi II. Jakarta; UI pres

Leyden, J,.J., and Rawlings,A. V. 2002. Skin Moisturization. Marcel Dekker Inc :
New York
Mellisa elvianti.2008.formulasi suspensi.Jakarta: UI FMIPA
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi ke lima. ITB : Bandung
Makhluf, S., Dror, R., Nitzan, Y., Abramovich, Y., Jelinek, R. and Gedanken, A.,
2005.Microwave-assisted synthesis of nanocrystalline MgO and its use as
a bacteriocide.Advanced Functional Materials, 15, 1708-1715.

Ponminiessary, R., 2010, Studies on the Preparation of Supported Nickel Catalysts


Using Bis(Ethylendiamine) Nickel (II) Complexes as Precursors, Ph.D
Thesis, Department of Applied Chemistry Cochin University of Science
and Technology.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn M., E. 2009.Handbook of Pharmaceutical


Excipients Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American
Pharmaceutical Association : London
R Genarro A.1990.Remington pharmauceutical sciences.Philadelpia collage of
pharmacy and sciens.

Sagarin, E. 1957. Cosmetic Science and Technology. Interscience : New York

Sawai, J., Igarashi, H., Hashimoto, A. Kokugan, T.& Shimizu, M. 1995. Evaluation
of growth inhibitory effect of ceramic powder sturry on bacteria by
conductance method.Journal of chemical engineering of japan 28.

Smith, R. E., J. W. Finley dan G. A. Leveille. 1994. Overview of salatrim, a family


of lowcalorie fats. Journal Of Agricultural and Food Chemistry Vol. 2
No. 2.

Wecker L.,2010. Brodys Human Pharmacology. Mosby Elsevier pp : Canada


LAMPIRAN
A. Etiket

Magnosid
Komposisi :
Tiap 5 ml suspensi mengandung Magnesium oksida 500 mg

Indikasi :
Untuk pasien dengan gangguan asam lambung, sakit perut dan mual
yang diakibtkan oleh produksi berlebih dari asam lambung

KontraIndikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat

Efek samping :
Konstipasi atau sambelit, diare, alkalosis, mual dan muntah

Peringatan dan Perhatian :


Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang
berat karena dapat menimbulkan hipermagnesia, dan tidak dianjurkan
pemberian pada anak-anak dibawah 6 tahun kecuali atas petunjuk
dokter karena biasanya kurang jelas penyebabnya.

Dosis :
0,5-1 gram

Penyimpanan :
Dalam wadah yang baik dan tertutup rapat

KOCOK TERLEBIH DAHULU


Netto : 60 Ml
No.Reg : DBL 1600604633A1
No.Batch : G 33 006 046

Diproduksi Oleh
PT. Duodecim
Gorontalo Indonesia
B. Brosur

Magnosid
Magnesium oksida 500 mg/5 ml

Komposisi :
Tiap 5 ml suspensi mengandung Magnesium oksida 500 Mg

Farmakologi :
Antasida senyawa yang mempunyai kemampuan menetralkan asam
klorida (Lambung) dan mengurangi atau menghilangkan nyeri ulkus.
mekanisme kerjanya yaitu menghambat aktivitas pepsin pada pH
intragastrik dari 5 atau diatas dari 5. antasida juga mengikat garam
empedu, dan antasida yang mengandung aluminium dapat
meningkatkan sitoproteksi lambung.

Indikasi :
Untuk pasien dengan gangguan asam lambung, sakit perut dan mual
yang diakibatkan oleh produksi berlebih dari asam lambung.

KontraIndikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat

Efek samping :
Konstipasi atau sambelit, diare, alkalosis, mual dan muntah

Peringatan dan Perhatian :


Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang
berat karena dapat menimbulkan hipermagnesia, dan tidak dianjurkan
pemberian pada anak-anak dibawah 6 tahun kecuali atas petunjuk
dokter karena biasanya kurang jelas penyebabnya.
Dosis :
0,5-1 gram

Penyimpanan :
Dalam wadah yang baik dan tertutup rapat

KOCOK TERLEBIH DAHULU

Netto : 60 Ml
No.Reg : DBL 1600604633A1

No.Batch : G 33 006 046

Diproduksi Oleh
PT. Duodecim
Gorontalo Indonesia
Komposisi : Isi bersih : 60 ml

Tiap sendok takar 5 ml Magnosidsyrup mengandung :


Magnesium oksida..500 mg
Bahan tambahan..q.s
Indikasi :
Untuk pasien dengan gangguan asam lambung, sakit perut dan mual yang diakibtkan
oleh produksi berlebih dari asam lambung.
Aturan Pakai :
Anak-anak -------------------
Dewasa-------------------

Simpan Di Tempat Sejuk Dan Kering


KOCOK TERLEBIH DAHULU

Diproduksi Oleh :
PT. Duodecim
No. Reg : DBL 1600604633A1
Diproduksi Oleh :
Gorontalo Indonesia No. Batch : G 33 006 046 PT. Duodecim
Gorontalo Indonesia
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai