Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA


Sediaan Gel Ketoprofen 2,5%

Disusun oleh:

Nidia Puspaningrum
P17335113050

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN FARMASI
2013/2014

SEDIAAN GEL KETOPROFEN 2,5%

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan preformulasi yang tepat untuk sediaan gel ketoprofen yang baik.

II.

PENDAHULUAN
Sediaan gel adalah sediaan semi solid yang terdiri atas suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
cairan. Jika massa gel terdiri atas jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistemdua fase (misalnya gel alumunium hidroksida). Dalam
sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel
kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya magma bentoniy), dimana massanya
bersifat tiksotropik, artinya massanya akan mengental jika didiamkan dan akan
mencair kembali jika dikocok. Jika massanya banyak mengandung air, gel itu
disebut jelly.
Gel dapat diberikan untuk penggunaan topikal atau dimasukkan ke dalam lubang
tubuh.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, dalam botol mulut lebar terlindung
dari cahaya, di tempat sejuk.
Catatan : pada etiket harus tertera kocok dahulu
Dalam farmakope Indonesia ada beberapa gel, antara lain :
- Gel acri
- Tamin
- Gel antisseborrhoicum
(ILMU RESEP, p.77)
Pengolongan (Disperse Sistem)
A. Berdasarkan sifat fasa koloid :
1) Gel anorganik, contoh : bentonit magma
2) Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
B. Berdasarkan sifat pelarut :
1) Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling
sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik ikatan
hidrogen atau interaksi hidrofobik.
Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai
tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan sehingga
meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel menstimulasi
sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan berbagai cara;
hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi
atau mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu memiliki
kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah mengembang.
Contoh : bentonit magma, gelatin
2) Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase

(suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak


mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam
stearat dalam minyak.
3) Xerogel.
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui
sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut,
sehingga sisa-sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat
dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang
mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin
kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.
C. Berdasarkan bentuk struktur gel:
1) Kumparan acak
2) Heliks
3) Batang
4) Bangunan kartu
D. Berdasarkan jenis fase terdispersi
1) Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar
serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya
ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase
tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer) atau
dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa
kontinu.
2) Gel sistem dua fasa, terbentuk jika massa gel terdiri dari jaringan
partikel kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari
fase terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan
sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir secara
keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
(Ansel)
Ketoprofen merupakan derivat asam propional yang memiliki sifat analgesik
seperti aspirin dengan anti inflamasi sedang. Ketoprofen bekerja dengan cara
menghambat cyclooxygenase (secara nonselektif) dan lipoxygenerasi. Ketoprofen
digunakan pada terapi penyakit rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gangguan periarticular seperto bursitis. Obat ini juga digunakan untuk mengatasi nyeri ringan
sampai sedang.
(Mc. Evoy, 2002, Ganiswara.1995)
Ketoprofen bekerja pada dosis 2.5% untuk sediaan gel
(martindale, p.74)
Digunakan 2-4 kali sehari.

III.

FORMULASI
1. Bahan aktif
Zat Aktif

Ketoprofen

Struktur

(JP15, p.796)
Rumus
molekul

C16H4O3

Titik lebur

94-97oC

(JP15, p.796)

(JP15,p796)
Pemerian

Serbuk kristal berwarna putih


(JP15, p.796)

Kelarutan

Sangat larut dalam metanol, mudah larut dalam etanol (95%)


dan aseton, dan praktis tidak larut dalam air.
(JP15, p.796)

Stabilitas

Ketoprofen tidak stabil terhadap cahaya dan lembab udara,


stabil pada suhu kamar dan dalam larutan etil asetat yang
disimpan selama beberapa minggu pada suhu 4oC, ketoprofen
tidak menunjukkan peruraian. Dalam larutan asam (pH 1).
Ketoprofenn yang dipanaskan dalam suhu 98oC selama 30
menit tidak terurai
(Reynold, 1996)

Inkompabilitas

Probenesid menghambat ekskresi ketoprofen dan menurunkan


perpanjangan ikatan protein yang mengakibatkan peningkatan
konsentrasi plasma ketoprofen

(martindale, p.73)
Keterangan
lain

Penyimpanan

Pada wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya dan sejuk.


(JP15, p.796)

Kadar
penggunaan

2.5%
(martindale, p.74)

2. Gelling agent
Zat

Karboksimetil selulosa

Sinonim

Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D;


carmellosum
natricum; Cel-O-Brandt; cellulose gum; Cethylose; CMC
sodium; E466; Finnfix; Glykocellan; Nymcel ZSB; SCMC;
sodium
carboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate; Sunrose;
Tylose
CB; Tylose MGA; Walocel C; Xylo-Mucine.
(HOPE 6th ed 2009, p.118)

Struktur

(HOPE 6th ed 2009, p.118)


Rumus
molekul

Titik lebur

Berwarna coklat mendekati suhu 227oC dan gosong di suhu


225oC

Pemerian

CMC-Na berwarna putih, tidak berbau, tidak berwarna, serbuk


hablur. Dan bersifat higroskopis .
(HOPE 6th ed 2009, p.119)

Kelarutan

Praktis tidak larut dalam alkohol (95%), aseton, eter dan


toluena. Mudah terdispersi dalam air di semua suhu.
(HOPE 6th ed 2009, p.119)

Stabilitas

CMC Na stabil, meskipun bersifat higroskopis. Pada


kelembaban yang tinggi CMC-Na dapat mengabsorbsi air yang
banyak (>50%). Larutan stabil di pH 2-10; pengendapan dapat
terjadi di bawah pH 2. Dan kekentalan larutan meningkat
drastis pada pH 10.
CMC Na harus disterilisasi dalam keadaan kering dengan
menyimpannya di suhu 160oC selama 1 jam.
(HOPE 6th ed 2009, p.120)

Inkompabilitas

CMC-Na inkompatibel dengan larutan asam yang sangat kuat


dan dengan garam yang larut di zat besi serta beberapa logam
yaitu alumunium, merkuri, dan zinc. Xanthan gum juga tidak
kompatibel dengan CMC Na. Pengendapan dapat terjadi pada
pH <2 dan ketika dicampur dengan etanol 95%. CMC Na
membuat senyawa kompleks dengan gelatin dan pektin, serta
protein.
(HOPE 6th ed 2009, p.120)

Keterangan
lain

Selain sebagai suspending agent, CMC-Na juga bisa menjadi


coating agent, stabilizing agent, disintegrant dalam kapsul dan
tablet, pengental, dan water absorbant agent. CMC-Na dapat
mengiritasi mata.
(HOPE 6th ed 2009, p.119-120)
Cara pengembangan CMC-Na yaitu dengan mencampur

CMC-Na dengan air panas sebanyak 20 kali-nya.


Penyimpanan

Harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.


(HOPE 6th ed 2009, p.120)

Kadar
penggunaan

Digunakan 3% sebagai gelling agent


(HOPE 6th ed 2009, p.119)

3. Pengawet
Zat

Metil paraben

Sinonim

Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid


methyl
ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis
parahydroxybenzoas;
methyl p-hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin M;
Solbrol
M; Tegosept M; Uniphen P-23.
(HOPE 6th ed 2009, p.441)

Struktur

(HOPE 6th ed 2009, p.441)


Rumus
molekul

C8H8O3

Titik lebur

125-128oC

(HOPE 6th ed 2009, p.441)

(HOPE 6th ed 2009, p.443)


Pemerian

Serbuk tidak berwarna dan tidak berbau. Tidak berbau dan


akan ada rasa terbakar ketika dicicipi.
(HOPE 6th ed 2009, p.442)

Kelarutan

(HOPE 6th ed 2009, p.443)


Stabilitas

Stabil pada pH 3-6.


(HOPE 6th ed 2009, p.443)

Inkompabilitas

Dapat menurunkan efektifitas surfaktan. Berubah warna ketika


dicampur zat yang mengandung besi.
(HOPE 6th ed 2009, p.443)

Keterangan
lain

Penyimpanan

Disimpan dalam suhu ruangan.


(HOPE 6th ed 2009, p.443)

Kadar
penggunaan

Pada pembuatan sediaan ini digunakan metilparaben sebanyak

0,1%
(HOPE 6th ed 2009, p.442)

4. Pengawet
Zat

Propil paraben

Sinonim

Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl


ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform;
propyl
butex; Propyl Chemosept; propylis parahydroxybenzoas;
propyl phydroxybenzoate;
Propyl Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23.
(HOPE 6th ed 2009, p.596)

Struktur

(HOPE 6th ed 2009, p.596)


Rumus
molekul

C10H12O3

Titik lebur

96-99oC

(HOPE 6th ed 2009, p.596)

(HOPE 6th ed 2009, p.596)


Pemerian

Serbuk putih, kristal tidak berwarna tidak berbau dan tidak


berasa.
(HOPE 6th ed 2009, p.506)

Kelarutan

(HOPE 6th ed 2009, p.597)


Stabilitas

Stabil pada pH 3-6.


(HOPE 6th ed 2009, p.597)

Inkompabilitas

Dapat menurunkan efektifitas surfaktan. Berubah warna ketika


dicampur zat yang mengandung besi.
(HOPE 6th ed 2009, p.597)

Keterangan
lain

Penyimpanan

Disimpan dalam suhu ruangan.


(HOPE 6th ed 2009, p.597)

Kadar
penggunaan

Pada pembuatan sediaan ini digunakan metilparaben sebanyak


0,2%
(HOPE 6th ed 2009, p.596)

5. Penetrant Enhancer

Zat

Propilen Glikol

Sinonim

1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl


ethylene
glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum.
(HOPE 6th ed 2009, p.592)

Struktur

(HOPE 6th ed 2009, p.592)


Rumus
molekul

C3H8O2

Titik lebur

-59oC

(HOPE 6th ed 2009, p.592)

(HOPE 6th ed 2009, p.592)


Pemerian

Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau, rasa agak


manis, higroskopik.
(FI III, p.534)

Kelarutan

Dapat dicampur dengan air, etanol 95% dan dengan kloroform,


larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat dicampur dengan eter
minyaktanah dan dengan minyak lemak).
(FI III, p.534)

Stabilitas

Dalam suhu sejuk dan wadah tertutup rapat propilen glikol


stabil, namun dalam suhu tinggi dan wadah terbuka maka PPG
bisa teroksidasi. PPG juga stabil ketika dicampur dengan
etanol 95% atau air.
(HOPE 6th ed 2009, p.592)

Inkompabilitas

Inkompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium


permanganat.
(HOPE 6th ed 2009, p.593)

Keterangan
lain

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, sejuk dan


kering.
(HOPE 6th ed 2009, p.593)

Kadar
penggunaan

(HOPE 6th ed 2009, p.592)


Digunakan 15% sebagai penetrant enhancer
6. Aquadest
Zat

Aqua destilata

Sinonim

Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.


(HOPE 6th ed 2009, p.766)

Struktur

H---O---H

Rumus
molekul

H2O

Titik lebur

0o C

(HOPE 6th ed 2009, p.766)

(HOPE 6th ed 2009, p.766)


Pemerian

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berrasa.


(FI III, p.96)

Kelarutan

Larut dengan pelarut yang paling polar


(HOPE 6th ed 2009, p.766)

Stabilitas

Secara struktur kimia, air stabil di segala kondisi.


Penyimpanan air juga harus di tempat yang cocok agar

menghindari kontaminasi zat lain.


(HOPE 6th ed 2009, p.766)
Inkompabilitas

Di dalam formulasi obat-obatan air dapat bereaksi dengan


seluruh obat dan bahan tambahan. Air paling bereaksi dengan
logam alkali dan lebih bereaksi lagi dengan logam alkalin. Air
juga bereaksi dengan garam anhidrat, zat organik, dan kalsium
carbide.
(HOPE 6th ed 2009, p.766)

Keterangan
lain

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik.


(FI III, p.96)

Kadar
penggunaan

IV.

PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN


No.
1

Permasalahan
Gel

mengandung

air

Penyelesaian
yang Ditambahkan preservative (metil

merupakan media ideal untuk paraben&propil paraben) untuk


pertumbuhan mikroba

menghindari

pertumbuhan

mikroba
2

Ketoprofen akan dibuat gel

Ditambahkan

gelling

agent

(CMC-Na)
3

Sasaran zat aktif adalah otot

Ditambahkan penetrant enhancer


(propilen glikol) agar zat aktif
dapat

menembus

lapisan

epidermis

V.

PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan

Jumlah

Kegunaan

Ketoprofen

2.5% (b/b)

Zat aktif

CMC-Na

3% (b/b)

Gelling agent

Metil Paraben

0.1% (b/b)

Preservative

Propil Paraben

0.2% (b/b)

Preservative

Propilen glikol

15% (b/b)

Penetrant enhancer

Aquadest

79.2% (b/b)

Pembawa

VI.

PENIMBANGAN
Penimbangan
Dibuat sediaan 8 tube (@ 15 g) = 150 g

No.

VII.

Nama Bahan

Jumlah yang Ditimbang

Ketoprofen

3.75 g

CMC-Na

4.5 g

Metil Paraben

0.15 g

Propil Paraben

0.3 g

Propilen glikol

22.5 g

Aquadest

118.8 g

PROSEDUR PEMBUATAN
1. Persiapan dan penimbangan bahan
a. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Ditimbang bahan yang diperlukan, yaitu :

Keptoprofen (zat aktif) = 3.75 g

CMC-Na (gelling agent) = 4.5 g

Metil paraben (preservative) =0.15 g

Propil paraben (preservative) = 0.3 g

Propilen glikol (penetrant enhancer) = 22.5 g

Aquadest (pembawa) = 118.8 g

2. Pengembangan gelling agent CMC-Na


a. Disiapkan air panas sebanyak 118.8 g di mortir 1
b. CMC-Na ditaburkan ke dalam mortir berisi air panas, diaduk sampai
CMC-Na mengembang.
c. Digerus homogen hingga terbentuk basis gel
3. Pembuatan sediaan gel ketoprofen
a. Zat aktif ketoprofen dilarutkan menggunakan propilen glikol sebanyak
3.75 ml. Diaduk homogen hingga larut
b. Dilarutkan metil propil paraben menggunakan propilen glikol sebanyak 1
ml.
c. Dimasukkan ketoprofen yang sudah larut ke dalam basis gel, gerus
adhomogen
d. Dimasukkan metil propil paraben yang sudah larut ke dalam basis gel,
gerus adhomogen
e. Dimasukkan sisa propilen glikol ke dalam sediaan, gerus adhomogen
4. Penimbangan dan memasukkan gel ke dalam tube
a. Ditimbang tube kosong, catat beratnya.
b. Dimasukkan sediaan gel sebanyak 15 g ke dalam tube.
c. Dilakukan berulang kepada 7 botol selanjutnya.
d. Kemas dan beri etiket.
VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
No

Jenis

Prinsip evaluasi

evaluasi

Uji

Mengamati bau,

organolept

warna dan penyebaran

ik

sediaan di kulit.

Jumlah

Hasil

sampel

pengamatan

3 tube

Syarat

Tube 1 :

Warna

Warna gel

harus

bening, bau

jernih,

khas gel,

tidak bau

mudah

tengik,

disebar di

mudah

kulit, rasa gel

disebar di

lengket

kulit dan

Tube 2:

tidak

Warna gel

lengket.

bening, bau
khas gel,
mudah
disebar di
kulit, rasa gel
lengket
Tube 3 :
Warna gel
bening, bau
khas gel,
mudah
disebar di
kulit, rasa gel
lengket
Zat aktif

Uji
2

homogenit
as

Ketiga sampel yang

harus

dievaluasi dioleskan

terdispersi

ke kaca arloji, dilihat

semua,

apakah masih ada

Tube 1 :

kalaupun

butir zat aktif yang

homogen

ada yang

Tube 2 :

belum

homogen

terdispersi,

yang tidak terdispersi,

Tube 3 :

ukuran

dispersinya harus

homogen

partikelnya

belum terdispersi.
Walaupun masih ada

3 tube

kecil dan tidak boleh

harus kecil,

terlalu besar ukuran

hingga

partikelnya.

ketika
dioleskan

di kulit
tidak
menyebabk
an lecet
karena
ukuran
partikelnya
yang kasar
menggores
kulit.
Tube 1 :
w0=4.363 g
w1=19.329 g
Isi minimum
tube 1 :
Tube yang berisi

w1-

sediaan ditimbang,

w0=14,966 g

dicatat beratnya

Uji isi
minimum

sebagai (m1), lalu

Tube 2 :

keluarkan isinya, cuci

w0=4.129 g

tube dan keringkan

w1=19.103 g

lalu timbang lagi

3 tube

Isi minimum

dicatat volumenya

tube 2 :

sebagai (m0). Dari

w1-

data tersebut dapat

w0=14.974 g

ditentukan berapa
sediaan yang ada

Tube 3 :

dalam tube.

w0=4.407 g
w1=19.408 g
Isi minimum
tube 3 :
w1w0=15.001 g

Hasil
penguranga
n dari m1
dan m0
tidak boleh
kurang dari
jumlah
yang
tertera di
etiket.

Memasukkan pH
4

Uji pH

meter ke dalam

3 tube

sediaan

IX.

pH

pH ketiga

tube 1 : 6

sampel

tube 2 : 6

harus

tube 3 : 6

seragam.

PEMBAHASAN
Kali ini kami membuat sediaan gel dari zat aktif ketoprofen sebanyak 2.5%.
Ketoprofen merupakan zat antiinflamasi yang dapat meredakan nyeri otot, oleh
karena itu dibuat sediaan gel karena bekerja secara lokal. Pada pembuatannya
kami mengoptimasi 3 gelling agent, yaitu CMC-Na, HPMC dan gelatin. Namun
yang paling bagus hasilnya adalah CMC-Na, karena setelah dioptimasi HPMC
dan gelatin tidak membentuk gel, yang terbentuk malah cairan. Pemilihan metil
dan propil paraben juga dikarenakan preservative ini dapat memberikan efek yang
baik ke fase minyak maupun fase air. Pada awalnya kami akan menambahkan
etanol ke dalam sediaan untuk melarutkan ketoprofen, namun ketika dioptimasi
hasil menggunakan etanol dan tidak menggunakan etanol sama saja, sehingga
kami memilih tidak menggunakan etanol. Selain itu alasannya adalah ketika
ketoprofen dicampur dengan etanol lebih dari 4% maka efek ketoprofen dalam
tubuh akan berkurang.
Pada pengembangan CMC-Na harus diperhatikan cara pengadukannya, karena
jika tidak betul-betul diaduk masih tersisa warna putih khas CMC-Na yang
bergumpal, maka pengadukan harus dilakukan lebih lama dan teliti jangan sampai
tersisa warna putih.
Penimbangan harus dilakukan dengan baik agar tidak ada botol yang isinya
kurang. Hal ini terlihat ketika evaluasi, ada 2 botol yang bobotnya tidak sesuai
dengan etiket.
Penghitungan isi minimum dihitung dengan rumus :

W1-W0=isi minimum

dengan keterangan W1 adalah berat botol+sediaan dan W0 adalah berat botol


kosong.
Dilakukan uji yang kedua yaitu uji homogenitas, uji ini melihat seberapa homogen
kah sediaan gel yang dibuat, caranya dengan mengoleskan sediaan ke kaca arloji,
maka disitu terlihat butir-butir yang masih tersisa.
Uji ketiga adalah uji organoleptik, untuk melihat warna, bau, rasa dan
penyebarannya di kulit.
Terakhir ada uji pH, pH sediaan semuanya seragam yaitu 6, berarti asam lemah.

X.

KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
No. Nama Bahan

Jumlah

Kegunaan

Ketoprofen

2.5%

Zat aktif

CMC-Na

3%

Gelling agent

Metil Paraben

0.1%

Preservative

Propil Paraben

0.2%

Preservative

Propilen glikol

15%

Penetrant enhancer

Aquadest

0.67%

Pembawa

XI.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III.


Jakarta.
Rowe, Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed. London:
pharmaceutical Press.
Syamsuni, H. A. 2005, Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Japanese Pharmacopoeia Committee. 2006. The Japanese Pharmacopoeia. Edisi
kelimabelas. Tokyo: The Ministry of Health, Labour and Welfare
(Mc. Evoy, 2002, Ganiswara.1995)
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. Terj. Dari
Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, oleh Farida Ibrahim. UI
Press, Jakarta.
Reynol, James EF. 1982. Martindale the Extra Pharmocopeia, Twenty-eight edition. The
Pharmaceutical Press : London.

Anda mungkin juga menyukai