Anda di halaman 1dari 3

I.

Permasalahan & Pembahasan


Dari data praformulasi, formulasi dan evaluasi dapat kita bahas beberapa hal
terkait pembutan sediaan elixir ini. Paracetamol merupakan bahan obat yang sukar larut
dan berasa pahit dan bentuk sediaan yang diharapkan yaitu elixir. Dibuat dalam bentuk
elixir diharapkan akan didapat larutan paracetamol yang jernih, berbau sedap dan berasa
manis, mempermudah pengaturan dosis dan meningkatan acceptability pada pengguna.
Sediaa elixir ada dua macam yaitu elixir alcohol dan elixir non alcohol, dan yang
kami pilih adalah elixir yang non alcohol. Bahan yang harus ada pada sediaan elixir
adalah pelarut cosolven, yaitu campuran dari beberapa pelarut yang bertujuan untuk
meningkatkan kelarutan suatu bahan, seperti pada kasus sediaa dengan bahan aktif
paracetamol ini. Penggunaan cosolven memiliki beberapa keuntungan,

yaitu dapat

meningkatkan kelarutan bahan aktif, dapat meningkatkan viskositas sediaan karena


beberapa pelarut memilki bobot jenis dan kekentalan yang berbeda. Namun juga terdapat
kerugiannya,yaitu dengan pelarut cosolven pada penyimpanan dapat terjadi pemisahan
pelarut sesuai dengan bobot jenisnya serta kemungkinan dapat terjadi rekristalisasi
seteleh pencampuran karena adanya konstanta dielektrik yang berbeda pada masingmasing pelarut.
Selain harus ada cosolven, elixir juga harus berasa manis dan berbau sedap. Oleh
karena itu, Penambahan pemanis dan pengaroma sangat diperlukan. Pemanis yang
digunakan adalah gubungan antara sakarin Na dan sukrosa. Sakarin Na memilki kelarutan
yang baik dibandingkan dengan sakarin, sehingga memerlukan jumlah air lebih sedikit.
Sakrin Na memilki rasa manis yang kuat, namun diikuti dengan rasa pahit setelahnya,
sehingga penambahan sukrosa dimaksudkan untuk meminimalkan penggunaan sakarin
dan memperbaiki rasa pahit yang ditimbulkan oleh sakarin Na. Rasa manis juga dapat
diperoleh dari penambahan gliserin,namun gliserin akan memberikan rasa panas
(terbakar). Perasa yang dipilih adalah melon essence dan pewarna melon crush.
Pengawet juga diperlukan pada sediaan ini, karena akan mengalami penyimpanan
dan elixir juga mengandung sukrosa dan air yang merupakan nutrisi dan media yang baik
dari mikroba. Pengawet yang digunakan adalah propilenglikol. Propilenglikol pada
konsentrasi penggunaan lebih dari 25 % dapat berfungsi sebagai pengawet, sehingga
tidak ada penambahan pengawet lain.

Penambahan dapar juga diperlukan untuk mempertahan pH sediaan, karena


sediaan diharapkan stabil pada pH 6 dan sediaan mengandung air yang merupakan media
reaksi yang dapat mempengaruhi stabilitas sediaan selama penyimpanan. Dpar yang
digunakan adalah dapar fosfat, yaitu campuran dari NaH2PO4 dan Na2HPO4.
Proses pembuatan sediaan dilakukan dengan mencoba beberapa metode pelarutan.
Percobaan tersebut dilakukan pada 3 formula sediaan, kemudian dipilh salah satu metode
yang memberikan hasil yang baik. Teknik peracikan yang kami gunakan dalam proses
pembuatan ini adalah dengan melarutkan bahan aktif kedalam pelarut yang dapat
melarutkan bahan aktif lebih banyak, kemudian pelarut yang lain dimasukkan dengan
urutan yang sama seperti pelarut yang pertama.
Setelah proses pencampuran, kemudian dilakukan evaluasi pada formula-formula
elixir tersebut untuk menentukan formula yang akan di scale up. Evaluasi yang kami
lakukan adalah pemeriksaan pH sediaan yang mendekati pH yang diinginkan. Dari hasil
evaluasi kami menentukan bahwa pH percobaan elixir formula 3 adalah yang paling
mendekati pH 6. Kemudian evaluasi dilanjutkan pada organoleptisnya, dan hasil yang
didapatkan adalah rasa yang kurang manis dan adanya rasa pahit. Oleh karena itu,pada
proses up scale dilakukan perbaikan dengan penambahan sukrosa.
Proses up scale dilakukan dengan menambah jumlah bahan untuk 300ml, Untuk
itu ketidaktelitian penimbangan mempengaruhi hasil akhir sediaan scale up. Hal ini
terlihat dari adanya perubahan pH dari pH larutan ketika belum di scale up. pH larutan
setelah di scale up menjadi lebih asam. Penurunan konsentrasi gliserin memperlihatkan
peningkatan pH. Hal ini kemungkinan disebabkan karena dengan menurunnya
konsentrasi gliserin, jumlah air yang ditambahkan semakin meningkat. Parasetamol
merupakan basa lemah dengan pKa = 9,51 (25C) sehingga dengan lebih banyak air
maka parasetamol yang terlarut dalam air meningkat dan berpengaruh pada peningkatan
pH sediaan. pH dari formula dapat berubah dapat juga dikarenakan kemungkinan dengan
penambahan essense yang bersifat asam , sehingga dapat menurunkan harga pH menjadi
lebih asam
Dari semua pembahasan diatas dapat kami simpulkan sediaan yang kami buat:
sediaan elixir mengandung paracetamol 125 mg / 5 ml dengan kemasan terkecil 60 ml
/botol.

formula memberikan hasil sesuai rancang spesifikasi sediaan.

Perubahan konsentrasi gliserin memberikan efek pada pH, berat jenis, dan
viskositas sediaan eliksir nonalkoholik.

Penambahan essense yang bersifat asam , daat juga memiliki dampak


untuk menurunkan harga pH .

Anda mungkin juga menyukai