Dari data praformulasi, formulasi dan evaluasi dapat kita bahas beberapa hal terkait pembutan sediaan elixir ini. Paracetamol merupakan bahan obat yang sukar larut dan berasa pahit dan bentuk sediaan yang diharapkan yaitu elixir. Dibuat dalam bentuk elixir diharapkan akan didapat larutan paracetamol yang jernih, berbau sedap dan berasa manis, mempermudah pengaturan dosis dan meningkatan acceptability pada pengguna. Sediaa elixir ada dua macam yaitu elixir alcohol dan elixir non alcohol, dan yang kami pilih adalah elixir yang non alcohol. Bahan yang harus ada pada sediaan elixir adalah pelarut cosolven, yaitu campuran dari beberapa pelarut yang bertujuan untuk meningkatkan kelarutan suatu bahan, seperti pada kasus sediaa dengan bahan aktif paracetamol ini. Penggunaan cosolven memiliki beberapa keuntungan,
yaitu dapat
meningkatkan kelarutan bahan aktif, dapat meningkatkan viskositas sediaan karena
beberapa pelarut memilki bobot jenis dan kekentalan yang berbeda. Namun juga terdapat kerugiannya,yaitu dengan pelarut cosolven pada penyimpanan dapat terjadi pemisahan pelarut sesuai dengan bobot jenisnya serta kemungkinan dapat terjadi rekristalisasi seteleh pencampuran karena adanya konstanta dielektrik yang berbeda pada masingmasing pelarut. Selain harus ada cosolven, elixir juga harus berasa manis dan berbau sedap. Oleh karena itu, Penambahan pemanis dan pengaroma sangat diperlukan. Pemanis yang digunakan adalah gubungan antara sakarin Na dan sukrosa. Sakarin Na memilki kelarutan yang baik dibandingkan dengan sakarin, sehingga memerlukan jumlah air lebih sedikit. Sakrin Na memilki rasa manis yang kuat, namun diikuti dengan rasa pahit setelahnya, sehingga penambahan sukrosa dimaksudkan untuk meminimalkan penggunaan sakarin dan memperbaiki rasa pahit yang ditimbulkan oleh sakarin Na. Rasa manis juga dapat diperoleh dari penambahan gliserin,namun gliserin akan memberikan rasa panas (terbakar). Perasa yang dipilih adalah melon essence dan pewarna melon crush. Pengawet juga diperlukan pada sediaan ini, karena akan mengalami penyimpanan dan elixir juga mengandung sukrosa dan air yang merupakan nutrisi dan media yang baik dari mikroba. Pengawet yang digunakan adalah propilenglikol. Propilenglikol pada konsentrasi penggunaan lebih dari 25 % dapat berfungsi sebagai pengawet, sehingga tidak ada penambahan pengawet lain.
Penambahan dapar juga diperlukan untuk mempertahan pH sediaan, karena
sediaan diharapkan stabil pada pH 6 dan sediaan mengandung air yang merupakan media reaksi yang dapat mempengaruhi stabilitas sediaan selama penyimpanan. Dpar yang digunakan adalah dapar fosfat, yaitu campuran dari NaH2PO4 dan Na2HPO4. Proses pembuatan sediaan dilakukan dengan mencoba beberapa metode pelarutan. Percobaan tersebut dilakukan pada 3 formula sediaan, kemudian dipilh salah satu metode yang memberikan hasil yang baik. Teknik peracikan yang kami gunakan dalam proses pembuatan ini adalah dengan melarutkan bahan aktif kedalam pelarut yang dapat melarutkan bahan aktif lebih banyak, kemudian pelarut yang lain dimasukkan dengan urutan yang sama seperti pelarut yang pertama. Setelah proses pencampuran, kemudian dilakukan evaluasi pada formula-formula elixir tersebut untuk menentukan formula yang akan di scale up. Evaluasi yang kami lakukan adalah pemeriksaan pH sediaan yang mendekati pH yang diinginkan. Dari hasil evaluasi kami menentukan bahwa pH percobaan elixir formula 3 adalah yang paling mendekati pH 6. Kemudian evaluasi dilanjutkan pada organoleptisnya, dan hasil yang didapatkan adalah rasa yang kurang manis dan adanya rasa pahit. Oleh karena itu,pada proses up scale dilakukan perbaikan dengan penambahan sukrosa. Proses up scale dilakukan dengan menambah jumlah bahan untuk 300ml, Untuk itu ketidaktelitian penimbangan mempengaruhi hasil akhir sediaan scale up. Hal ini terlihat dari adanya perubahan pH dari pH larutan ketika belum di scale up. pH larutan setelah di scale up menjadi lebih asam. Penurunan konsentrasi gliserin memperlihatkan peningkatan pH. Hal ini kemungkinan disebabkan karena dengan menurunnya konsentrasi gliserin, jumlah air yang ditambahkan semakin meningkat. Parasetamol merupakan basa lemah dengan pKa = 9,51 (25C) sehingga dengan lebih banyak air maka parasetamol yang terlarut dalam air meningkat dan berpengaruh pada peningkatan pH sediaan. pH dari formula dapat berubah dapat juga dikarenakan kemungkinan dengan penambahan essense yang bersifat asam , sehingga dapat menurunkan harga pH menjadi lebih asam Dari semua pembahasan diatas dapat kami simpulkan sediaan yang kami buat: sediaan elixir mengandung paracetamol 125 mg / 5 ml dengan kemasan terkecil 60 ml /botol.
formula memberikan hasil sesuai rancang spesifikasi sediaan.
Perubahan konsentrasi gliserin memberikan efek pada pH, berat jenis, dan viskositas sediaan eliksir nonalkoholik.
Penambahan essense yang bersifat asam , daat juga memiliki dampak