Anda di halaman 1dari 17

Identifikasi Sifat Fisika Pada Suspensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat. Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran antara lain: Dalam bentuk sediaan padat: Pil, Tablet, Kapsul. Supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat: Krim, Salep. Dalam bentuk cair: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi dan lainlain. Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu siatem dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam pembawanya. bentuk suspense yang dipasarkan ada 2 macam, yaitu suspense siap pakai atau suspense cair yang l;angsung bisa diminum, dan suspense yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam cairan pembawanya, suspense bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya dalam akir kurang baik. Dan sebagai pembawa dari suspense yaitu berupa air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspense yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat. Dalam pembuatan sediaan suspensi Asam mefenamat ini diperlukan suspending agent yang digunakan untuk mendispersikan bahan aktif yang tidak larut dalam pembawanya, meningkatkan viskositas dan mempengaruhi stabilitas fisik suspensi. suspending agent yang digunakan dalam formulasi sediaan ini adalah Pulvis Gummi Arabicum (PGA). Pulvis Gummi Arabicum (PGA) ini mempunyai sifat larut hampir sempurna dalam air, memberikan cairan seperti mucilago tidak berwarna atau kekuningan, kental dan lengket. 1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah definisi suspensi? b. Apakah macam-macam suspensi? c. Bagiamanakah sifat-sifat suspensi yang baik? d. Apakah keuntungan sediaan suspensi? e. Bagaimanakah komponen sediaan suspensi secara umum? f. Bagaimanakah evaluasi stabilitas fisik suspensi? g. Bagaimanakah evaluasi sifat fisika suspensi? h. Bagaimanakah komposisi suspensi Asam mefenamat? i. Bagaimanakah hasil evaluasi stabilitas fisik Asam mefenamat? j. Bagaimanakah hasil evaluasi sifat fisika Asam mefenamat? 1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui definisi suspensi b. Untuk mengetahui macam-macam suspensi c. Untuk mengetahui sifat-sifat suspensi yang baik d. Untuk mengetahui keuntungan sediaan suspensi e. Untuk mengetahui komponen sediaan suspensi secara umum f. Untuk mengetahui evaluasi stabilitas fisik suspensi g. Untuk mengetahui evaluasi sifat fisika suspensi h. Untuk mengetahui komposisi suspensi Asam mefenamat i. Untuk mengetahui hasil evaluasi stabilitas fisik suspensi Asam mefenamat j. Untuk mengetahui hasil evaluasi sifat fisika suspensi asam mefenamat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suspensi a. Definisi Suspensi Ada beberapa sumber yang mendefinisikan tentang suspensi yaitu: 1. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat adat dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. (Indonesia, 1979:32) 2. Suspensi adalah sediaaan cair yang mengandung partikel-partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. (Indinesia, 1995:17) 3. Suspensi adalah preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi halus disebarkan secara merata dan pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum (Ansel, 1998:354)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suspense adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat yang tidak larut tetapi dapat terdispersi secara sempurna dalam pembawanya b. Macam-Macam Suspensi Menurut farmakope Indonesia Edisi IV suspensi dogolongkan menjadi empat macam yaitu sebagai berikut: 1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk pengunaan oral. 2. Suspensi tropical adalah sedissn cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditunjukan untuk penggunaan pada kulit. 3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus yang ditunjukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. 4. Suspensi opthalmik adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus, terdispersi dalam cairan pembawa ditunjukan untuk pemakaian pada mata. (Indonesia, 1979:32). Suspensi ophtalmik harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus, jika di simpan dalam wadah dosis ganda harus mengandung bakterisida, dan zat terdispersi tidak boleh menggumpal pada penyimpanan. (Indonesia, 1979:32) c. Sifat-Sifat Fisika Suspensi Yang Baik Beberapa sifat fisik suspense yang baik adalah sebagai berikut: 1. Partikel suspense harus kecil dan seragam, sehingga memberikan penampilan hasil yang baik dan tidak kasar. 2. Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode, paling tidak pada periode antara pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki. 3. Viskositas tidak boleh terlalu kental, sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan dari wadah dan untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang terdispersi. 4. Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali pada pengocokan d. Keuntungan Sediaan Suspensi

Pembuatan suspense mempunyai beberapa keuntungan, yaitu baik digunakan untuk pasien yang sukar menelan tablet atau kapsul, terutama pada anak-anak, mempunyai homogenitas tinggi, dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit dari obat, mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. e. Komponen sediaan Suspensi Secara Umum 1. Bahan Berkhasiat Bahan berkhasiat merupakan bahan yang mampu memberikan efek terapi, pada suspense disebut fase terdispersi, bahan ini mempunyai kelarutan yang tidak larut di dalam pendispersi. 2. Bahan Tambahan Bahan Pensuspensi atau Suspending Agent Bahan pensuspensi yaitu bahan tambahan yang berfungsi

mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. Macam suspending agent antara lain: Golongan polisakarida, contohnya acasia gom, tragacantha, alginate. Golongan selulosa larut air, contohnya metal selulosa, hidroksi etil selulosa, NaCMC, avicel. Golongan tanah liat, contohnya bentoit, veegum, aluminium,magnesiu silica, hectocrite. Golongan sintetik, contohnya carbomer, carboxypolymethylene, colloidal, silicon dioksida. (Aulton, 1990:100-102) Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik memepunyai kekentalan yang sedang. Disamping itu penggunaan suspending agent dapat menurukan tegangan antar permukaan antar dua partikel yang tidak bisa saling tercampur yaitu zat aktif dan cairan pembawa. 3. Bahan Pembasah

Humektan digunakan tergantung dari sifat permukaan padat cair bahan aktif. Serbuk sulit dibasahi air disebut hidrofob, seperti sulfur, carbo adsorben, magnesis stearat, dan serbuk mudah dibasahi oleh air disebut hidrofil, seperti Toluene, Zinci Oxydi, Magnesi carbonas. Dalam pembuatan suspense penggunaan himektan sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka dan pembasah akan dipermudah. Mekanisme kerja himektan adalah menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat dan humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Beberapa contoh humektan antara lain gliserin, propilen glikol, polietilen glikol, dan laritan gom, pada sediaan suspense ibuprofen ini bahan pembasah menggunakan sorbitol. (Ansel, 1998:362) 4. Pemanis Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa di sediaan. Dilihat dari hasil kalori yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berklori tinggi dan berkalori rendah. Adapun pemanis tinggi misalnya sakarin, sukrosa. Sedangkan pemanis kalori rendah misalnya laktosa. Zat pemanis yang dapat meningkatkan gula darah atau memiliki nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan dalam formulasi untuk pengobatan diabetes pada sediaan suspense Ibuprofen sebagai pemanis menggunakan syrup simplex. (Goeswin, 1993:3) 5. Pengawet Pengawet berfungsi untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba dalam sediaan sehingga dapat menstabilkan sediaan dalam masa penyimpanan yang lama. Beberapa contoh pengawet antara lain, Metil paraben, asam benzoate, Chlor butanol, dan Chlorida Kwartener. (Ansel, 1989:363) 6. Pewarna dan Pewangi Bahan pewarna dan pewangi harus sesuai dengan rasa sediaan. Contoh pewarna adalah carmin dan caramel, dan contoh pewangi adalah Oleum Menthae, Oleum Citrii. 7. Bahan Pembawa Sebagai bahan pembawa untuk suspensi adalah air dan minyak. f. Sistem Suspensi Dalam sistem suspensi terdapat dua macam system suspensi, yaitu system flokulasi dan system deflokulasi.

Sistem flokulasi biasanya mencegah paling tidak pemisahan yang serius tergantung kadar partikel padatnya dan derajat flokulasinya. Sedangakan pada suatu saat system flokulasi kelihatan kasar sebab terjadi flokul. Dalam system deflokulasi, partikel-partikel terdispersi baik dan mengendap sendiri, tapi lebih lambat daripada system flokulasi. Partikel-partikel ini membentuk cake atau sedimen yang sukar terdispersi kembali. (Anief, 1999:29-30) 2.2 Evalusi Stabilistas Fisik Suspensi a. Evaluasi Laju sedimentasi Meruapakan kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspense. Adapun factor-faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel suspense tercakup dalam persamaan hokum srokes (Ansel, 1989:356,357) yaitu: V= Keterangan: V = Kecepatan jatuhnya suatu partikel padat (cm/dtk) g = Konstanta gravitasi (980,7 cm/dtk) 1 = Kerapatan fase terdispersi (g/ml) 2= Kerapatan fase pendispersi (g/ml) d = Diameter partikel (cm) = Viskositas mmedium disperse (poise) Kecepatan sedimentasi berdasarkan hukum stokes di atas dipengaruhi : Kerapatan fase terdispersi dan kerapatan fase pendispersi Sifat yang diinginkan yaitu kerapatn partikel lebih besar daripada kerapatn pembawa, karena bila partikel lebih ringan dari kerapatn pembawa maka partikel akan mengambang dan sulit didistribusikan secara homogeny ke dalam pembawa. Diameter ukuran partikel Laju sedimentasi dapat diperlambat dengan mengurangi ukuran partikel dari fase terdispersi karena semakin kecil ukuran partikel maka kecepatan jatuhnya lebih kecil. Viskositas medium pendispersi Laju sedimentasi dapat berkurang dengan cara menaikkan viskositas medium disperse, tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak

diinginkan karena sulit dituang, sebaiknya viskositas suspense dinaikkan sampai viskositas sedang saja. (Ansel,1989:357) b. Evaluasi volume Sedimentasi Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan yang etrjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah suspense didiamkan. (Anief, 1993:31) Rumus : F = Keterangan: F = Volume sedimentasi VU = Volume akhir suspense V0 = Volume awal suspense sebelum mengendap Prosedur evaluasi volume sedimentasi adalah sebagai berikut: 1. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimen yang berkala 2. Volume yang diisikan merupakan volume awal 3. Setelah didiamkan beberapa waktu/ hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi volume akhir terhadap volume yang diukur ((VU) 4. Dihitung volume sedimentasi 5.
Keterangan: A = suspense yang baik B = suspense agak baik C = Suspensi yang jelek

A Buat kurva grafik antar F (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X) C B

Bila F = 1 atau mendekati 1, maka sediaan baik karena tidak adanya supernatant jernih pada pendiaman

Bila F > 1 terjadi floc sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besardari volume awal Formulasi lebih baik jika dihasilkan kurva garis horisontal. (Martin, 1993:1132) c. Evaluasi Waktu Redispersi Waktu redispersi dapat diketahui dengan cara mengocok sediaan dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik atau tangan. Suspense didiamkan hingga mengendap kemudian masing-masing suspense dikocok homogen dan dicatat waktunya. Kemampuan redispersi baik bila suspense telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu maksimal 30 detik. 2.3 Evaluasi Sifat Fisika Suspensi a. Evaluasi Viskositas Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sehingga viskositas sedang sajauntuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti yang diperlukan tadi. (Ansel,1989:357) b. Evaluasi Kerapatan Partikel (Bobot Jenis) Kerapatan partikel (zat terlarut) umumnya lebih besar daripada kerapatan zat pembawanya, sutau sifat yang diinginkan, karena bila partikel-partikel lebih ringan dari pembawa, partikel-partikel cenderung untuk mengambang dan partikel-partikel ini sangat sukar didistribusikan secara seragam ke dalam pembawa. (Ansel,1989:357) 2.4 Komponen Suspensi Asam Mefenamat a. Asam Femenamat

Pemerian : Kelarutan : Khasiat : b. Pulvis Gummi Arabicum, Gom Arab (boyland, 1986:2) Sebagai koloid pelindung. Diperoleh dari tanaman akasia, dapat larut dalam air, bersifat asam karena adanya aktivitas enzim yaitu enzim oksidase yang akan menguraikan zat aktif yang sensitive terhadap oksidase. Enzim tersebut dapat dihilangkan denga pemanasan. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam supensi harus ditambahkan pelarut. Suspending agent gom arab yang digunakan dalam suspense mempunyai konsentrasi antara 5%-10%. Serbuk gom akasia adalah berbentuk serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau. Kelarutan, larut hampir sempurna dalam air, tetpi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit dan memberikan cairan seperti mucillago, tidak berwarna atau kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus, praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Berkhasiat sebagai suspending agent. (Indonesia, 1995:718) Mucilago Pulvis Gummi Arabicum dibuat dengan menambahkan satu setengah kali air dari berat zat aktif pada gom itu, kemudian diaduk sampai diperoleh suatu massa yang homogen.(Vanduin, 1947:58) c. Syrup Simplex Merupakan Sirup yang mengandung 65 % b/v gula d. Methylis Parabenum, Metil Paraben, nipagin (Indonesia, 1995:551) Metil Paraben merupakan serbuk halus, putih hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Metil Paraben larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian glliserol P panas, dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Jarak leburnya 125oC dan 128oC. Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik. Metil Paraben digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,05%-0,25%. e. Aqua destilata, Air suling (Indonesia, 1979:96) Aqua Destilata merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai warna. Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik. Aqua Destilata dalam suspensi ini digunakan sebagai pelarut dan pembawa

PEMBAHASAN Dalam praktikum kali ini, dilakukan proses pembuatan sediaan farmasi berupa suspensi. Suspensi adalah sistem yang secara termodinamik tidak stabil, bila dikocok dalam waktu yang lama partikel-partikel mengalami agregasi dan pengendapan yang kadang-kadang bisa menimbulkan caking. Caking merupakan salah satu masalah yang sangat sulit yang harus diatasi pada saat formulasi sediaan suspensi. Caking tidak dapat diatasi hanya dengan pengecilan ukuran partikel dan peningkatan viskositas medium, caking dapat diatasi dengan flokulasi yaitu apabila partikel bergabung dengan ikatan yang lemah. Pada dasarnya obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul ada juga dalam sediaan emulsi. Semua sediaan diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi yang diinginkan. Ada beberapa alasan pembuatan suspensi. Salah satu adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi. Dalam hal seperti ini suspensi menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien bentuk cair lebih disukai ketimbang bentuk padat (tabel atau kapsul dari obat yang sama), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih mudah untuk pemberian dosis yang relatif sangat besar, aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Secara umum sulit untuk membuat sediaan suspensi yang baik (aman, stabil, dan memiliki penampilan yang menarik). Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor antara lain sifat partikel terdispersi (derajat pembasahan partikel), zat pembasah, medium pendispersi serta komponen -komponen formulasi seperti pewarna, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kestabilan suatu suspensi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan viskositas medium dispersi, mengecilkan ukuran partikel terdispersi, dan mengurangi perbedaan berat jenis partikel dan medium dispersi dapat dilakukan dengan meningkatkan densitas cairan dengan menambahkan poliol (gliserin). 1 2 Dalam pembuatan formula suspensi yang stabil secara fisik terdiri dari dua kategori, yaitu : Pada penggunaan Structured Vehicle untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali. Dalam pembuatan sediaan suspensi, zat aktif yang digunakan adalah asam mefenamat. Asam mefenamat termasuk obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai NSAID

(Non Steroidal Antiinflammatory Drugs). Asam mefenamat digunakan untuk mengatasi berbagai jenis rasa nyeri, namun lebih sering diresepkan untuk mengatasi sakit gigi, nyeri otot, nyeri sendi dan sakit ketika atau menjelang haid. Seperti juga obat lain, asam mefenamat dapat menyebabkan efek samping. Salah satu efek samping asam mefenamat yang paling menonjol adalah merangsang dan merusak lambung. Sebab itu, asam mefenamat sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang mengidap gangguan lambung. Asam mefenamat tersedia dalam dua dosis yaitu 250 mg dan 500 mg; dengan dosis yang biasa dipakai adalah 500 mg. Obat ini memiliki aturan pakai yang cukup unik yaitu untuk pertama kali minum yaitu 2 x tablet 500 mg lalu yang berikutnya adalah 1x tablet 500 mg dan 1 x tablet 500 mg dalam sehari itu. Sedangkan untuk hari kedua dst-nya tiap kali minum hanya 1 tablet. Apabila rasa nyeri pada gigi sudah sirna maka pemberian obat ini dapatlah dihentikan. Selain bahan berkhasiat/zat aktif yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan suspensi, selain itu juga dibutuhkan bahan pembantu/tambahan,seperti: PGA 2,5%, Gliserin 3% dan aquadestilata. Dalam pembuatan suspensi penggunaan zat pembasah (wetting agent) bertujuan supaya zat yang dapat membuat zat aktif mudah terbasahi oleh air. Tahap kritis dalam pembuatan sediaan suspensi adalah pencanpuran partikel padat kedalam pembawa yaitu pembasahan partikel padat untuk mendapatkan dispersi yang stabil. Surfaktan dan humektan adalah contoh zat pembasah. Dalam praktikum dilakukan penambahan zat pembasah yaitu gliserin 3% sebagai Humektan. Humektan ini digunakan tergantung dari sifat permukaan padat cair bahan aktif. Serbuk sulit dibasahi air disebut hidrofob, seperti sulfur, carbo adsorben, magnesis stearat, dan serbuk mudah dibasahi oleh air disebut hidrofil, seperti Toluene, Zinci Oxydi, Magnesi carbonas. Dalam pembuatan suspense penggunaan himektan sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka dan pembasah akan dipermudah. Mekanisme kerja humektan adalah menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat dan humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Beberapa contoh humektan antara lain gliserin, propilen glikol, polietilen glikol, dan laritan gom, pada sediaan suspense ibuprofen ini bahan pembasah menggunakan sorbitol. (Ansel, 1998:362) Kesulitan yang banyak ditemui, yang merupakan faktor yang amat penting dalam formulasi suspensi, adalah pembasahan fase padat oleh medium suspensi. Secara definisi, suspensi pada pokoknya adalah suatu sistem yang tidak dapat bercampur, tetapi untuk keberadaannya suspensi memerlukan beberapa derajat kompatibilitas, dan pembasahan bahan-bahan tersuspensi dengan baik sangat penting dalam pencapaian akhir ini. Bila antar cairan dan zat padat ada suatu afinitas kuat, cairan dengan mudah membentuk lapisan tipis pada permukaan zat padat. Tetapi bila afinitas ini tidak ada atau

lemah, cairan sulit untuk memindahkan udara atau zat-zat lain disekitar zat padat tersebut, dan di sana ada suatu sudut kontak antara cairan dan zat padat. Bahan pensuspensi yang digunakan dalam membuat sediaan suspensi yaitu PGA 2,5%. Bahan pensuspensi merupakan bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. PGA ini digunakan Sebagai koloid pelindung. Diperoleh dari tanaman akasia, dapat larut dalam air, bersifat asam karena adanya aktivitas enzim yaitu enzim oksidase yang akan menguraikan zat aktif yang sensitive terhadap oksidase. Enzim tersebut dapat dihilangkan denga pemanasan. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam supensi harus ditambahkan pelarut. Suspending agent gom arab yang digunakan dalam suspense mempunyai konsentrasi antara 5%-10%. Dalam pemilihan pelarut atau larutan pembawa bagi sediaan suspensi ditentukan oleh sifat bahan obat. Sifat bahan obat kebanyakan merupakan asam atau basa organik lemah, sehingga kelarutannya sangat dipengaruhi oleh tetapan disosiai dan pH larutannya. Pelarut yang digunakan dalam percobaan yakni air (aquadestilata). Dalam sistem suspensi terdapat dua macam system suspensi, yaitu system flokulasi dan system deflokulasi. Dalam praktikum sistem suspensi yang digunakan adalah Sistem flokulasi, yang biasanya mencegah paling tidak pemisahan yang serius tergantung kadar partikel padatnya dan derajat flokulasinya. Sedangakan pada suatu saat system flokulasi kelihatan kasar sebab terjadi flokul. Dalam system deflokulasi, partikel-partikel terdispersi baik dan mengendap sendiri, tapi lebih lambat daripada system flokulasi. Partikel-partikel ini membentuk cake atau sedimen yang sukar terdispersi kembali. (Anief, 1999:29-30). Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan dua suspensi dan satu suspensi rekonstitusi: Formulasi 1 (asam mefenamat + PGA 2,5% + aquadestilata) Dari hasil pengamatan formula 1 (asam mefenamat + PGA 2,5 %) dilakukan pengamatan volume sedimentasi ini sangatlah penting karena, kemampuan mendispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi, dan karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan suatu sistem homogen. Pada evaluasi volume sedimentasi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10= 0; 20=0; 30= 0,96; 60= 0,94 ; 120= 0.94; 1 hari= 0.94; 3 hari=0,94. Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan yang etrjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah suspense didiamkan. (Anief, 1993:31). Dari hasil data

pengamatan dapat disimpulkan semakin besar fraksi maka makin baik kemampuan suspensinya. Pada evaluasi kecepatan resdispersi formula 1 diperoleh lama waktu redispersi yakni 6 detik. Dimana kecepatan resdispersi ini merupakan kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik. sehingga dari hasil pengamatan kecepatan resdispersi ini dapat disimpulkan bahwa Kemampuan redispersi pada formula 1 itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu 6 detik. Akan tetapi semakin cepat waktu redispersinya juga tidak baik karena sangat mempengaruhi pada saat penuangan. Sehingga waktu resdispersi yang ideal adalah yang sedang-sedang saja sehingga tidak memepngaruhi pada saat penuangan. Pada evaluasi organoleptis diketahui warna sediaan putih susu, bau yang khas dan rasa yang pahit. Dimana pada formula 1 ini masih bnyak bahan tambahan harus dilengkapi dalam pembuatan formula sediaan suspensi yang baik dan menarik. Seperti penambahan pengawet, pembasah, pemanis agar dihasilkan sediaan yg manis, pewarna dan pewangi agar lebih menarik dan memiliki bau yang beraroma sedap (enak). Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan suspensi bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga sediaan suspensi dapat terdistribusi merata pada saat dikonsumsi. Dan dari hasil pengamatan evaluasi homogenitas didapatkan sediaan suspensi yang homogen. Formulasi 2 (asam mefenamat + PGA 2,5% + Gliserin) Dari hasil pengamatan formula II (asam mefenamat + PGA 2,5 % + gliserin 3%) Dilakukan pengamatan volume sedimentasi ini sangatlah penting karena, kemampuan mendispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi, dan karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan suatu sistem homogen. Pada evaluasi volume sedimentasi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10=0 ; 20= 0 ; 30= 0.96 ; 60=0.96; 120=0.96; 1 hari=0.96; 3 hari=0.96. Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan yang terjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah suspense didiamkan. (Anief, 1993:31). Dari hasil data pengamatan dapat disimpulkan semakin besar fraksi maka makin baik kemampuan suspensinya. Pada evaluasi kecepatan resdispersi formula 1 diperoleh lama waktu redispersi yakni 9 detik. Dimana kecepatan resdispersi ini merupakan kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik. sehingga dari hasil pengamatan kecepatan resdispersi ini dapat disimpulkan bahwa Kemampuan redispersi pada formula II itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu 9 detik. Sehingga tidak mempengaruhi pada saat penuangan.

Pada evaluasi organoleptis diketahui warna sediaan putih susu, bau yang khas dan rasa yang pahit. Dimana pada formula II ini masih banyak bahan tambahan yang harus dilengkapi dalam pembuatan formula sediaan suspensi yang baik dan menarik. Seperti penambahan pengawet, pemanis agar dihasilkan sediaan yg manis, pewarna dan pewangi agar lebih menarik dan memiliki bau yang beraroma sedap (enak). Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan suspensi bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga sediaan suspensi dapat terdistribusi merata pada saat dikonsumsi. Dan dari hasil pengamatan evaluasi homogenitas didapatkan sediaan suspensi yang homogen. Dari kedua sediaan (formulasi 1 dan 2) dapat dibandingkan bahawa formulasi 2 lebih stabil dan baik dibandingkan dengan formulasi 1 hal ini kemungkinan disebabkan dari formula 2 terdapat penambahan gliserin sebagai humektan yang sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka dan pembasah akan dipermudah. Selain itu juga dapat menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat dan humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Akan tetapi pada evaluasi waktu resdispersi pada formula 1 diketahui waktu resdispersinya lebih cepat dibandingkan dengan formula 2. Suspensi Rekonstitusi Suspensi rekonstitusi adalah campuran sirup dalam keadaan kering yang akan didespersikan dengan air pada saat akan digunakan. Umumnya, suatu sediaan suspensi kering dibuat karena stabilitas zat aktif didalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisika. Pada sediaan suspensi rekonstitusi bahan aktif /zat aktif berkhasiat yang digunakan dalam sediaan adalah amoksisilin. Amoxilin adalah nama dagang dari obat antibiotik golongan penisilin sub golongan amoksisilin, yaitu amoksisilin trihidrat. Obat golongan ini bekerja sebagai broad-spectrum (bisa untuk membunuh bakteri gram positif dan negatif), seperti salmonella, shigella dan lainnya (ananda bisa baca di buku mikrobiologi tentang jenisjenis bakteri). Obat ini berindikasi / mempunyai efek yang diharapkan yaitu untuk infeksi saluran pernafasan, saluran kemih dan kelamin. Juga infeksi salmonella dan shigella, infeksi kulit, luka selulitis, dan furunkulosis. Sedangakan bahan tambahan/pembantu yakni PVP 2%, CMC-Na 1%, gula 30%. Carboxymethyl Cellulose (CMC) merupakan hasil perlakuan antara cellulose bersifat alkali dengan chloroacetic acid. CMC berfungsi sebagai binder dan thickener yang digunakan untuk memperbaiki tekstur produk-produk seperti : jelly, pasta, keju, salad dressing dan ice cream.

Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) merupakan kompleks tidak larut yang mengandung komponen phenol sehingga biasa digunakan sebagai penjernih. Sukrosa memiliki rasa manis yang paling nyaman, meskipun digunakan dalam konsentrasi tinggi. Tabel tingkat kemanisan beberapa jenis gula terhadap sukrosa dapat dilihat pada table 1. Tabel 1. Tingkat kemanisan beberapa gula terhadap sukrosa Gula Tingkat kemanisan Gula Tingkat kemanisan 100 D-Mannitol Sukrosa 69 Galactitol D-Fruktosa D-Galaktosa D-Glukosa Gula invert Laktosa 41 114 63 69 95 39 D-Mannosa Raffinosa D-Rhamnosa D-Sorbitol Xylitol D-Xylose 59 22 33 51 102 67

Formula III (Amoksisilin + PVP 2% + CMC-Na 1%+ sukrosa 30% + aquadest) Dari hasil pengamatan formula III (amoksisilin + PVP 2% + CMC-Na 1%+ sukrosa 30% + aquadest) Dalam proses pembuatan suspensi rekonstitusi ini zat aktif tidak ikut digranulasi karena di khawatirkan zat tersebut terkontaminasi oleh mikroba yang kontak langsung dari luar. Sehingga zat aktif ini tidak ikut digranulasi bersama bahan-bahan tambahan lainnya. Pada evaluasi waktu rekonstitusi ini diperoleh lama waktu rekonstitusi yakni 30 detik. Hal ini dapat dikatakan bahwa sediaan tersebut stabil dan mudah didespersikan kembali atau terdispersi secara cepat dan sempurna dalam medium pembawa. Dilakukan pengamatan volume sedimentasi ini sangatlah penting karena, kemampuan mendispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi, dan karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan suatu sistem homogen. Pada evaluasi volume sedimentasi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10= 0; 20=0 ; 30=0 ; 60=0 ; 120=0 ; 1 hari=0 ; 3 hari=0. Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan yang terjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah suspense didiamkan. (Anief, 1993:31). Dari hasil data pengamatan dapat disimpulkan semakin besar fraksi maka makin baik kemampuan suspensinya. Pada evaluasi kecepatan resdispersi formula III diperoleh lama waktu redispersi yakni 7 detik. Dimana kecepatan resdispersi ini merupakan kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik. sehingga

dari hasil pengamatan kecepatan resdispersi ini dapat disimpulkan bahwa Kemampuan redispersi pada formula III itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu 7 detik. Pada evaluasi organoleptis diketahui warna sediaan putih susu, bau yang khas dan rasa yang agak sedikit pahit. Dimana pada formula III ini masih banyak bahan tambahan yang harus dilengkapi dalam pembuatan formula sediaan suspensi yang baik dan menarik. Seperti penambahan pengawet, pewarna dan pewangi agar lebih menarik dan memiliki bau yang beraroma sedap (enak). Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan suspensi bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga sediaan suspensi dapat terdistribusi merata pada saat dikonsumsi. Dan dari hasil evaluasi homogenitas didapatkan sediaan suspensi yang homogen. pengamatan

USULAN FORMULA Usulan formula yang baik dengan memperhatikan campuran zat tambahan atau bahan-bahan tambahan lainnya yang dapat berinteraksi baik atau tidak dengan zat aktif bahan tersebut, dan memperhatikan kestabilan, kelarutan, kompatibilitas tiap-tiap bahan yang dicampurkan, tujuannya supaya menghasilkan kualitas obat dengan efektifitas zat aktif yang baik, kestabilan sediaan dan penerimaan ke pasien yg baik. Usulan formula untuk sediaan emulsi, sebaiknya terdapat beberapa komponen dalam menunjang pembuatan emulsi yang baik seperti : 1. Suspensi Asam mefenamat Sorbitol Metil paraben Minyak pepermin PGA Gliserin Na- metabisulfit Alkohol Flavour Air 2. Suspensi Rekonstitusi Amoksisilin PVP CMC-Na Sukrosa Etanol Flavour Minyak pepermin Aquadestilata KESIMPULAN 200mg/5ml 10 % 0,18 % 0,002 2,5% 3% 0,01% b/v qs qs 100,000 250 mg/5ml 2% 1% 30% qs qs 0,002 60 ml

ad

ad

1. Suspensi adalah sistem yang secara termodinamik tidak stabil, bila dikocok dalam waktu yang lama partikel-partikel mengalami agregasi dan pengendapan yang kadang-kadang bisa menimbulkan caking. 2. Alasan pembuatan suspensi adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi. 3. Berdasarkan sifatnya suspensi dibagi menjadi dua jenis, yaitu suspensi deflokulasi dan suspensi flokulasi. 4. Dalam percobaan suspensi yang kita lakukan adalah suspensi flokulasi. Karena suspensi flokulasi ini sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.selain itu juga sistem flokulasi ini berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. 5. Dalam pembuatan sediaan suspensi, zat aktif yang digunakan adalah asam mefenamat. Asam mefenamat termasuk obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai NSAID (Non Steroidal Antiinflammatory Drugs). 6. Pada evaluasi volume sedimentasi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10=; 20=; 30=; 60= ; 120=; 1 hari=; 3 hari=. Dari hasil data pengamatan dapat disimpulkan semakin besar fraksi maka makin baik kemampuan suspensinya. 7. Kemampuan redispersi pada formula 1 itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu 6 detik. Akan tetapi semakin cepat waktu redispersinya juga tidak baik karena sangat mempengaruhi pada saat penuangan. Sehingga waktu resdispersi yang ideal adalah yang sedang-sedang saja sehingga tidak memepngaruhi pada saat penuangan. 8. Kemampuan redispersi pada formula II itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu 9 detik. Sehingga tidak mempengaruhi pada saat penuangan. 9. Pada evaluasi volume sedimentasi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10=; 20=; 30=; 60= ; 120=; 1 hari=; 3 hari=. Dari hasil data pengamatan dapat disimpulkan semakin besar fraksi maka makin baik kemampuan suspensinya. 10. Suspensi rekonstitusi adalah campuran sirup dalam keadaan kering yang akan didespersikan dengan air pada saat akan digunakan. 11. Pada evaluasi waktu rekonstitusi ini diperoleh lama waktu rekonstitusi yakni 30 detik. Hal ini dapat dikatakan bahwa sediaan tersebut stabil dan mudah didespersikan kembali 12. Kemampuan redispersi pada formula III itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu 7 detik. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1, 1995. Famakope Indonesia Edisi IV. DepKes RI: Jakarta. Hal 175, 718 Anonim 2, 1979. Famakope Indonesia Edisi III. DepKes RI: Jakarta. Hal 47 Anonim 3, 1978. Formularium Nasional Edisi II. DepKes RI: Jakarta. Hal 227 Anonim 4, Handbook of pharmaceutical codex hal 2, 97, 130, 343 Anonim 5, 1989, Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia, Jakarta. Anonim 6, 1994, Lahman. L, dkk. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI Press. Anonim 7, 2000, Anief. Moh.. Farmasetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. http://nugrohob.wordpress.com/2007/12/03/karbohidrat-dalam-industri-pangan - See more at: http://riyanpharmacy.blogspot.com/2010/11/suspensi.html#sthash.qMwvpPGj.dpuf

Anda mungkin juga menyukai