Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk sediaan dalam
bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain
sediaan padat seperti serbuk, tablet, kapsul. Sediaan setengah padat seperti
salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk sediaan cair yaitu
suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut
diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen.
Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi
kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan tablet. Tablet merupakan bahan
obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan
bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,
bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya
tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui
mulut(Ansel, 1989).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan
juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa
keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat,
mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan
yang lain (Lachman dkk., 1994).
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan utama yang
digunakan adalah bahan pengisi, pengikat, penghancur, glidan, dan lubrikan.
Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak
toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada
jangka waktu tertentu (Eksipien Dalam Sediaan Farmasi, 2012).
Metode yang digunakan adalah metode granulasi basah. Metode
granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak

tidak langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain.
Dimana metode ini dilakukan dengan cara membasahi massa tablet
menggunakan larutan pengikat sampai memperoleh tingkat kebasahan
tertentu lalu digranulasi. Granulasi basah dapat mencegah terjadinya agregasi
campuran serbuk, memperbaiki sifat aliran serbuk (Hadisoewingyo, 2013).
I.3 Maksud Percobaan
Haloperidol merupakan obat untuk pengobatan tingkah laku berat
pada anak-anak yang sering membangkak serta untuk mengobati jangka
pendek pada anak-anak yang hiperaktif.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka pada praktikum kali ini
memformulasikan dan membuat tablet haloperidol untuk mengetahui dan
mempelajari serta memahami bagaiaman cara merancang suatu formula dari
sediaan tablet serta dengan menggunakan metode apa yang cocok untuk
digunaakan dalam pembuatan tablet
I.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Mahasiswa diharapkan mampu untuk memformulasi suatu sediaan farmasi
berupa tablet serta mampu untuk membuat granul dari formulasi tersebut.
2. Mahasiswa diharapkan mampu untuk menentukan apakah suatu granul
memenuhi standar yang disyaratkan untuk menghasilkan tablet yang baik.
3. Mahasiswa diharapkan mampu untuk menentukan apakah suatu tablet
memenuhi standar yang disyartakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Teori Umum
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secaraa kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat
lain yang cocok (FI Edisi III, 1979).
Keuntungan Bentuk Sediaan Tablet yaitu antara lain (Anonim, 2012)
Volumenya kecil, sehingga mudah mengemas, menyimpan, atau
membawanya.
Tablet mengandung zat aktif yang seragam
Dapat mengandung zat aktif besar tetapi volumenya kecil, sehingga
mudah diberikan kepada anak-anak
Stabilitas kimia, mekanik dan mikrobiologinya tinggi dibandingkan
dengan sediaan lainnya
Tablet dapat disalut dengan tujuan untuk melindungi zat aktif, menutupi
rasa dan bau yang tidak enak atau untuk terapi enterik.
Pelepasan zat aktif dapat diatur atau tempat hancur dapat diatur.
Dapat dibuat secara besar-besaran sehingga dapat menurunkan harga.
Cara pemakaiannya mudah.
Pemberian tanda pengenal produk pada tablet lebih mudah karena tidak
memerlukan langkah pengerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak.
Tablet tersedia dalam berbagai dosis dan konsentrasi
Regimen dosis dari pasien dapat dipertahankan oleh pasien sendiri sesuai
anjuran dokter.

Kerugian Sediaan Tablet, yaitu antara lain:


Zat aktif yang cair atau higroskopis sukar diformulasikan karena
memerlukan prosedur lama untuk membuat tabletnya.
Cara pembuatannya cukup rumit, zat tambahan, pabrikasi dan alat-alat
yang digunakan
Tidak dapat diberikan untuk

penderita yang tidak dapat makan

(menelan), muntah atau tidak sadar.


Tidak dapat langsung diberikan pada bayi.
Tablet dengan bentuk dan warna menarik, bau dan rasa enak dapat
menarik

perhatian

anak-anank,

sehingga

bila

hari-hari

dalam

penyimpanan dapat keracunan.


Efek terapi secara umum lebih lambat dibandingkan larutan, karena zat
aktif tidak langsung diabsorbsi karena harus dilepaskan dulu dari
sediaannya.
Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik.
pengobatan lokal misalnya (Anief, M, 2005) :
1. Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai
antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormon secara lokal.
2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal di mulut dan tengorokan,
umumnya digunakan sebagai antiinfeksi.
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang
ditelan masuk perut terdapat pula yang lain seperti (Anief, M. 2005):
1. Tablet bukal digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi
dalam rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi
melalui mukosa mulut masuk peredaran darah.
2. Tablet sublingual digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah lidah,
biasanya berisi hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk
peredaran darah.
3. Tablet implantasi berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan
secara implantasi dalam kulit badan.

4. Tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk


disuntikkan di bawah kulit.
Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa (Anief, M.,
2005):
1. Zat pengisi (diluents) dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet.
Biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii
Phosphas, Calcii Carbonas dan zat lai yang cocok.
2. Zat pengikat (binder) dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak,
dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah mucilago gummi arabici
0 -20% (solution Methylcellulosum 5%)
3. Zat penghancur (disintegrant) dimaksudkan agar tablet dapat hancur
dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering,
gelatinum, agar-agar, natrium alginate.
4. Zat pelican (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan
(matrys). Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum
Stearicum.
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut
yang cocok, biasanya berwarna atau tidak (Anief, M., 2005):

Tablet bersalut gula (sugar coating)

Tablet bersalut kempa (press coating)

Tablet bersalut selaput (film coating)

Tablet bersalut enterik (enteric coating).

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat


pelican dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi
cetakan tablet dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free
flowing) mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (capping)
(Anief, M., 2005).
Dalam membuat granul ada 3 macam (Anonim, 2012)
1. Granulasi Basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipienmenjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan

pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang
dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat
aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi
basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu
sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah
tersebut digranulasi. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat
serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini
membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat
yang biasanya ditambahkan kecampuran serbuk atau dapat juga bahan
tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan
dimasukan terpisah.
Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting
dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel dan kekuatan
ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting
pada

awal

pembentukan

granul,

bila

cairan

sudah

ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang


merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh
massa basah atau lembab makamassa dilewatkan pada ayakan dan diberi
tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar
terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses
pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak
kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yangdugunakan
dan ukuran tablet yang akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah (Anonim, 2012) :

Memperoleh aliran yang baik

Meningkatkan kompresibilitas

Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

Mengontrol pelepasan

Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

Distribusi keseragaman- kandunngan.

Meningkatkan kecepatan disolusi


Kekurangan metode granulasi basah (Anonim, 2012) :

Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidas.

.Biaya cukup tinggi

Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan
pelarut non air.

2. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat
aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari
metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.
Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki
dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif
yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban. Pada proses ini
komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh
massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses
selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul
yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang
didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.
Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada
mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan
memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling
yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan
bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu

menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir


dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut
(Anonim, 2012) :
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Zat aktif susah mengalir
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah (Anonim, 2012) :
Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,
mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan baik untuk zat aktif
yang sensitif terhadap panas dan lembab
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah (Anonim, 2012):
Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slugTidak dapat
mendistribusikan zat warna seragam
Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang
3. Metode Kempa Langsung
Metode mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering,
tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan
metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat
aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat
berbentuk kristal seperti Na Cl, Na Br dan KCl yang mungkin langsung
dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung
dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk
dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan
tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa
lagsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal,

dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.


Sedangkan keuntungan metode kempa langsung yaitu (Anonim, 2012) :

Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih


sedikit, makawaktu yang diperlukan untuk menggunakan
metode ini lebih singkat, tenagadan mesin yang dipergunakan
juga lebih sedikit.

Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan
tidak tahan lembab

Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati


proses granul,tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa
langsung berisi partikel halus,sehingga tidak melalui proses
dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung (Anonim, 2012) :

Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif


dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul
yang selanjutnya dapatmenyebabkan kurang seragamnya
kandungan zat aktif di dalam tablet.

Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karenaitu biasanya digunakan 30% dari formula agar
memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa
kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa
amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning.
Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi
selama

pencampuran

dan pemeriksaan

rutin

sehingga

keseragaman zat aktif dalam granul terganggu. Sulit dalam


pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat;

mudah

mengalir;

kompresibilitas

kohesifitas dan adhesifitas yang baik

yang

baik;

II.2 Rancangan Formula


Tiap 10 mg tablet mengandung:
R/ Fase dalam (92%)
Haloperidol

5mg

PVP

3%

Pati Jangung

5%

Na.Benzoat

0,2%

Laktosa

add 33,8%

Fase Luar (8%)


Talcum

3%

Pati Jangung

5%

III.3 Alasan Penambahan


III.3.1 Alasan Formula
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih, atau sirkuler, kedua permukaannya
rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan (FI Edisi III, 1995: Hal. 6).
Tablet mempunyai beberapa keuntungan yaitu tablet merupakan
sediaan yang tahan terhadap pemasukan, bentuk sediaan yang
ongkos pembuatannya paling rendah, bentuk sediaan yang paling
mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim, tablet paling
mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan dan sebagiannya ( Lachman, dkk, 2008).
Dibuat dalam bentuk sediaan tablet karena tablet adalah bentuk
sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif, dengan atau
tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet,
kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan
disintegrasi dan sifat anti lekat) dan dibuat dengan mengempa
campuran serbuk dalam mesin tablet (Teknologi Farmasi Sediaan
Tablet: Hal. 1).

III.3.2 Alasan Penambahan Zat tambahan


a. Haloperidol
Haloperidol

golongan

butyrophenone

yaitu

berkhasiat

antiemetik, hiposensitif, hipotermik, dan terutama digunakan


dalam penata laksanaan psikosis dan untuk mengendalikan
ekspresi vokal dan tipe pada sindrom Gilles de La Laorette,
serta digunakan dalam bentuk eter dan dekanoatnya pada terapi
rumatan gangguan psikotik (Dorlan, Hal. 498).
Digunakan haloperidol untuk pengobatan kelainan tingkah
laku berat pada anak-anak yang sering membangkan,
ekspensiasif, serta untuk mengobati jangka pendek pada anakanak yang hiper aktif (DOI, Hal. 370).
Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol ini
adalah 5 mg dimana sediaan haloperidol yang tersedia dalam
bentuk tablet yakni 0,5 mg- 5 mg (OOP, 2010: Hal. 457).
b. PVP
Digunakan sebagai bahan pengikat. Bahan pengikat diperlukan
dalam pembuatan tablet untuk meningkatkan kohesifitas antar
partikel serbuk sehingga memberikan kekompakkan dan daya
tahan tablet (Voight, 1995: Hal. 1984).
PVP sebagai bahan pengikat dimana mempunyai keuntungan
sebagai perekat yang baik, memiliki sifat alir yang baik, sudut
diam minimum, dan menghilangkan daya kompatibilitas yang
baik secara granulasi basah dengan konsentrasi yang
diinginkan (Exicipient, 2004: Hal. 582).
PVP sangat larut dalam air, etanol (95%) P, kloroform dan
pelarut organik lainnya. Hal ini membuktikan bahwa PVP dan
haloperidol sebagai zat aktif larut dalam pelarut yang sama
Konsentrasi yang digunakan 3 %, karena sebagai pengikat
dalam pembuatan tablet. Hal ini sesusai dalam literatur yakni
0,5 %- 5 % (Exicipient, 2004: Hal. 583).

c. Laktosa
Digunakan sebagai bahan pengisi dimana bahan ini umum
diperlukan pada sediaan padat khususnya tablet, berfungsi
untuk meningkatkan/ memperoleh massa agar mencukupi
jumlah massa campuran sehingga mencukupi untuk dicetak
misalnya pada pembuatan dalam dosis kecil (5 mg) (Eksipien
dalam sediaan farmasi, 2012: Hal. 34-35).
Laktosa mempunyai stabilitas yang baik bila dikombinasikan
dengan

zat

aktif.

Laktosa

sebaga

pengisi

biasanya

menunjukkan tingkat pelepasan obat yang baik, granulnya


cepat kering dan tidak mempengaruhi kekerasan tablet pada
saat dicetak (Eksipien dalam sediaan farmasi, 2012: Hal. 6465).
Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol ini
adalah 33,8%, dimaksudkan untuk mencukupi bobot tablet.
d. Talkum
Digunakan sebagai lubrikan, gildan dan anti adheren dalam
pembuatan tablet (Eksipien dalam sediaan farmasi, 2012).
Digunakan sebagai komponen untuk bubuk, talk memiliki daya
mengalir dan takar yang baik. Daya pelincir, pelicin dan
antilengket yang istimewa berdasarkan atas adanya struktur
yang berlapis (Excipient, 2004: Hal. 728).
Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol
yakni 3%. Hal ini sesuai dengan literatur 1-5% (Eksipien
dalam Sediaan Farmasi, 2012).
e. Pati Jangung
Digunakan sebagai penghancur, dimana bahan ini memiliki
afinitas yang tinggi terhadap air. Air akan diabsorbsi sehingga
terjadi pengembangan dan diikuti dengan pecahnya tablet
(Eksipien dalam Sediaan Farmasi, 2012: Hal. 77).

Paling umum digunakan sebagai disentegran. Pati jangung


menunjukkan afinitas yang kuat terhadap air melalui aksi
kapiler. Semakin tinggi kandungan pati janggung daya hancur
tablet semakin besar (Lieberman, 1981).
Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol
yakni 10%, sesuai literatur 1-20% (Eksipien dalam Sediaan
Farmasi, 2012).
f. Na-Benzoat
Na.benzoat berfungsi sebagai pengawet pada tablet dan kapsul
(Excipient, 2004: Hal. 627).
Konsentrasi yang digunakan adalah 0,1%, sesuai literatur 0,020,5% (Excipient, 2004).
III.4 Uraian Bahan
1. Haloperidol (FI edisi IV: 1995, Martindale : 2009)
Nama Resmi

: Haloperidolum

Nama Lain

: Haloperidol

RM/BM

: C21H23ClENo2/375,87

Rumus Struktur

Pemerian

: Serbuk amorf atau serbuk hablur halus,


putih hingga kekuning-kuningan, larutan
jernih bereaksi netral terhdapa lakmus

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam


kloroform sukar larut dalam etanol, sukar
larut dalam eter

Kestabilan

: Kombinasi stability busty, vanilin dan


alkohol bisa mengurangi haloperidol dari
fotodegrasi

Khasiat

: Untuk psikosis

Kegunaan

: Zat aktif

Penyimpanan

: Disimpan ditempat yang sejuk dan kering,


terhindar dari sinar matahari

2. Laktosa (FI edisi IV, 1995)


Nama Resmi

: Laktosum

Nama Lain

: Laktosa

RM/BM

: C21H22O11/360,31

Rumus Struktur

Pemerian

: Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau


putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit
manis.

Stabil

diudara

tetapi

mudah

menyerap bau
Kelarutan

: Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air


dan lebih mudah tidak larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol

3.

Kestabilan

: Stabil diudara

Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Sebagai bahan pengisi

Penyimpanan

: Disimpan dalam wadah tertuutup rapat

Pati Jangung (FI edisi IV, 1995)


Nama Resmi

: Amylum maydis

Nama Lain

: Pati Jangung

RM/BM

: (C6H10O5)n/ 300-1500

Rumus Struktur

Pemerian

: Serbuk sangat halus, putih.

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air dingin dan


dalam metanol

Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Sebagai penghancur

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat dan disimpan


ditempat yang sejuk

4.

Talkum (FI edisi IV: 1995, Exicipient: 2004)


Nama Resmi

: Talkum

Nama Lain

: Kalsium magnesium sukar hidrat, hidrat


magnesium sukar, magnesium hidrogen
metil sukat, mecisil sukat

Pemerian

: Serbuk hablur, halus, sangat licin, mudah


melekat pada kulit, bebas dari butiran,
warna putih atau putih kelabu, tidak
berbau, rasa manis, bubuk kristal, mudah
melekat pada kulit dan lembut

Kelarutan

: Tidak larut hampir semua pelarut

Kestabilan

: Bahan yang stabil dan dapat disterilkan


dalam pemanasan pada suhu 150oC tidak
kurang 1 jam. Hal ini dapat disterilkan
paparan etilen oksidasi atau radiasi

Incopatibilitas

: Tidak

kompatibel

dengan

senyawa

amonium kuantener
Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Glidant, anti-adheren, lubrikan

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, ditempat yang


sejuk

5.

PVP (FI edisi III, 1989)


Nama Resmi

: Povidonum

Nama Lain

: Polivinil Piroridon

RM/BM

: C6H9No/10.000-700.000

Rumus Struktur

Pemerian

: Serbuk putih dan putih kekuningan,


berbau

lemah

atau

tidak

berbau

higroskopik
Kelarutan

: Mudah larut dalam air, dalam etanol


(95%) P dan kloroform P. Kelarutan
tergantung dari BM rata-rata praktis tidak
larut dalam air

Kestabilan

: Tahan terhadap pemanasan hingga 150oC,


stabil pada pemanasan sekitar 110-130 oC,
sterilisasi dari uap larutan tidak mengubah
sifat-sifatnya.

Incopatibilitas

: Kompatibel

dengan

larutan

dengan

berbagai garam anorganik, resh alami, dan


sintesis dan bahan kimia lainnya
Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Sebagai pengikat

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan


kering

6.

Natrium Benzoat (FI edisi III, 1989)


Nama Resmi

: Natrii Bromidum

Nama Lain

: Natrium Benzoat

RM/BM

: C7H5NaO2/144,11

Rumus Struktur

Pemerian

: Butiran atau serbuk hablur atau putih;


tidak berbau atau hampir tidak berbau

Kelarutan

: Larut dalam 2 bagian air, dan dalam 90


bagian etanol (95%) P

Kestabilan

: Larutan besar dapat disterilkan dengan


autoklaf/filtrasi

Incopatibilitas

: Tidak

kompatibel

dengan

senyawa

quartener, gelatin, garam besi, garam


kalsium, garam logam berat termasuk
perak timah
Khasiat

: Zat pengawet

Kegunaan

: Zat tambahan

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat yang digunakan


Batang pengaduk
Cawan perselin
Kaca Arloji
Kertas Perkamen
Lumpang dan Alu
Neraca Analitik
Sendok Tanduk
Waterbatch
III.2 Bahan yang digunakan
Alkohol 70%
Aquades 1 Liter
Haloperidol 5 mg
Kertas Saring
Laktosa add 33,8%
Natrium Benzoat 0,2%
Pati Jagung 5%
Na-CMC 3%
Talkum 3%
Tissue
III.3 Perhitungan Bahan
Haloperidol 5mg x 100 tablet = 500mg= 0,5 g
PVP 3% =

x 10mg= 0,3mg x 100= 30 mg= 0,03g

Pati Jangung 5%=

x 10mg= 0,5 mg x 100= 50 mg= 0,05g

Na.Benzoat 0,2%=

x 10mg= 0,02mg x 100= 2mg= 0,002 g

Laktosa 33,8%=

x 10mg= 33,8mg x 100= 338mg= 0,338 g

Talk 3%=

x 10 mg= 0,3 mg x 100= 30mg= 0,03 g

Pati jangung 5%=

x 10mg= 0,5mg x 100= 50mg= 0,05g

III.4 Perhitungan Dosis


DL

= -/ 0,5mg-5mg

DM

= -/ 30mg

Untuk umur 6 tahun


Sehari

x 30mg =

x 100%= 40% (TOD)

Untuk umur 12 tahun


Sehari

x 30mg=

x 100%= 60% (TOD)

Untuk umur 21 tahun


Sehari

x 30mg=

x 100%= 88% (TOD)

Aturan Pakai: 6 tahun = 2 x 1=2 x 5mg= 10mg


12 tahun = 3 x 1= 3 x 5mg= 15mg
21 tahun = 4 x 1= 4 x 5mg= 20mg
III.5 Cara Kerja
1.

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2.

Ditimbang haloperidol 0,5 gram, PVP 0,03 gram, pati jagung 0,05
gram, Na. Benzoat 0,001 gram, laktosa 0,338 gram sebagai fase dalam
dan talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram sebagai fase luar

3.

Dicampur haloperidol 0,5 gram, PVP 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram,
Na. Benzoat 0,001 gram, laktosa 0,338 gram (fase dalam) dalam
lumpang dan talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram (fase luar) dalam
lumpang yang berbeda

4.

Dibuat larutan pengikat PVP yakni:


Diukur air suling sebanyak 50 mL
Dipanaskan air suling tersebut pada waterbatch hingga mencapai suhu
100C
Dimasukkan 1,5 gram PVP ke dalam air yang telah dipanaskan lalu
diaduk hingga larut

5.

Dimasukkan sedikit demi sedikit larutan pengikat ke dalam bahanbahan fase dalam yang telah tercampur hingga membentuk adonan yang
dapat dikepal

6.

Ditekan massa yang terbentuk dengan ayakan nomor 8 dan ditimbang

7.

Diletakkan granul di atas flat yang telah dialasi kertas saring

8.

Dikeringkan dalam oven granul tersebut dengan suhu 40C-50C

9.

Diayak granul yang telah kering menggunakan ayakan nomor 10


kemudian dilakukan evaluasi granul yang meliputi:
Uji kadar air
Uji sudut diam
Uji kecepatan alir
Uji bobot sejati
Uji BJ nyata, BJ mampat, porositas

10. Ditambahkan fase luar yang telah tercampur (talkum 0,03 gram, pati
jagung 0,05 gram) kemudian dicampur hingga homogen
11. Dimasukan campuran tersebut ke dalam alat pencetak
12. Dicetak
13. Dilakukan evaluasi tablet yang meliputi:
Uji kekerasan dan kerenyahan tablet
Uji keseragaman ukuran tablet
Uji keseragaman bobot tablet
Uji waktu hancur tablet
Uji disolusi tablet
14. Dimasukan ke dalam kemasan dan ditutup rapat
15. Diberi etiket dan brosur

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Evaluasi Tablet
a. Uji Keseragaman bobot
Bobot rata-rata tiap tablet = 0,72g = 720mg
Tablet 1 =

Tablet 2 =

Tablet 3 =

Tablet 4 =

Tablet 5 =

Tablet 6 =

Tablet 7 =

Tablet 8 =

Tablet 9 =

x 100% = 1,4 %
x 100% = 0 %
x 100% = 0 %
x 100% = 0 %
x 100% = -1,4 %
x 100% = 0 %
x 100% = 1,4 %
x 100% = 0 %
x 100% = -1,4 %

Tablet 10 =

Tablet 11 =

Tablet 12 =

Tablet 13 =

Tablet 14 =

Tablet 15 =

Tablet 16 =

x 100% = 0 %
x 100% = -1,4 %
x 100% = 0 %
x 100% = -1,4 %
x 100% = -2,8 %
x 100% = -2,8 %
x 100% = 0 %

Tablet 17 =

Tablet 18 =

Tablet 19 =

Tablet 20 =

Tablet 21 =

Tablet 22 =

Tablet 23 =

Tablet 24 =

Tablet 25 =

x 100% = -1,4 %
x 100% = -2,8 %
x 100% = -1,4 %
x 100% = -1,4 %
x 100% = 0 %
x 100% = 0 %
x 100% = 0 %
x 100% = 0 %
x 100% = 0 %

b. Uji Kerenyahan tablet


Wo= 14,2834 g
W1= 14,2797 g
% Kerenyahan=

x 100% =

c. Uji Kekerasan dan diameter tablet

Tablet 1
d = 0,11 mm
Kekerasan= 110 N

Tablet 2
d = 0,139 mm
Kekerasan= 124,5 N

Tablet 3
d = 0,141 mm
Kekerasan= 130 N

Tablet 4
d = 0,138 mm

x 100% = 0,026 %

Kekerasan= 129,8 N

Tablet 5
d = 0,113 mm
Kekerasan= 127 N

IV.1 Pembahasan
Pada praktikum ini formula yang digunakan adalah
R/ Fase Dalam (92%)
Haloperidol

mg

PVP

Pati Jagung

Na. Benzoat

0,2

Laktosa

add

33,8 %

Fase Luar (8%)


Talkum

Pati Jagung

Kemudian dibuat tablet dengan menggunakan metode granulasi basah,


dengan jumlah tablet yang dihasilkan yaitu 100 tablet.Granulasi basah adalah
metode pembuatan tablet dengan pencampuran fase dalam tablet terlebih dahulu
dengan pengikat yang basah, digranulasi lalu dicampurkan dengan fase luar tablet,
kemudian dicetak menjadi tablet. Granulasi basah digunakan karena zat aktif
tahan terhadap panas, suhunya mencapai 150C (Codex, 892), sehingga tidak
digunakan metode kempa langsung.Pembagian fase luar dan fase dalam
berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam biasanya terdiri dari
zat aktif, zat pengisi, zat pengawet, penghancur dalam, dan zat pengikat yang
tahan terhadap suhu tinggi dalam waktu lama karena pada proses pembuatan
granulasi basah, pemanasan dalam oven untuk menghilangkan air dilakukan
setelah terbentuk granul. Fase luar adalah zat eksipien yang berfungsi untuk
membantu proses pengempaan tablet, yaitu zat glidan, lubrikan, antiaheren dan
penghancur luar.

Pada formula diatas, haloperidol digunakan sebagai zat aktif dengan khasiat
sebagai anti psikosis (Martindale, 1000). Digunakan haloperidol untuk
pengobatan kelainan tingkah laku

berat

pada anak-anak

yang sering

membangkang, eksplosif, serta untuk mengobati jangka pendek pada anak-anak


yang hiperaktif (DOI, 370). Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan
haloperidol ini adalah 5 mg, dimana sediaan haloperidol yang tersedia dalam
bentuk tablet yakni 0,5 mg-5 mg (OOP, 457).
PVP digunakan sebagai bahan pengikat. Bahan pengikat diperlukan dalam
pembuatan tablet untuk meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk sehingga
memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet (Voight, 1984). Keuntungan dari
penggunaan PVP sebagai bahan pengikat yakni sebagai perekat yang baik,
memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum, dan menghilangkan daya
kompatibilitas yang baik secara granulasi basah dengan konsentrasi yang
diinginkan (Exicipient, 582). Konsentrasi yang digunakan yakni 3% dalam
pembuatan tablet. Hal ini sesuai dalam literatur yakni 0,5%-5% (Exicipient, 582).
Laktosa digunakan sebagai bahan pengisi dimana bahan ini umum
diperlukan

pada

sediaan

padat

khususnya

tablet,

berfungsi

untuk

meningkatkan/memperoleh massa agar mencukupi jumlah massa campuran


sehingga mencukupi untuk dicetak misalnya pada pembuatan dalam dosis kecil
(5mg) (Eksipien Dalam Sediaan Farmasi, 34-35). Laktosa mempunyai stabilitas
yang baik bila dikombinasikan dengan zat aktif. Laktosa sebagai pengisi biasanya
menunjukkan tingkat pelepasan obat yang baik, granulnya cepat kering dan tidak
mempengaruhi kekerasan tablet pada saat dicetak (Eksipien Dalam Sediaan
Farmasi, 64-65). Konsetrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol ini
adalah secukupnya, ini dimaksudkan bahan pengisi ditambahkan sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk mencapai bobot dari tablet.
Talkum digunakan sebagai lubrikan, glidant, dan anti adheren dalam
pembuatan tablet (Eksipien Dalam Farmasi, 2012), juga sebagai komponen untuk
bubuk, talk memiliki daya mengalir dan takar yang baik. Penambahan talk mampu
memperbaiki daya mengalir basis lainnya. Daya pelincir, pelicin dan anti lengket
yang istimewa berdasarkan atas adanya struktur lusi yang berlapis dari talk

(Exicipient, 720). Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan haloperidol ini


adalah 3%. Hal ini sesuai deng literatur yakni 1-5%.
Pati jagung digunakan sebagai sebagai penghancur, dimana bahan ini
memiliki afinitas yang tinggi terhadap air. Air akan diabsorbsi sehingga terjadi
pengembangan dan diikuti dengan pecahnya tablet (Eksipien Dalam Sediaan
Farmasi, 77). Konsentrasi yang digunakan yakni 5%. Hal ini sesuai dengan
literatur yakni 1-5%.
Na. Benzoat berfungsi sebagai pengawet pada tablet dan kapsul (Exicipient,
627). Konsentrasi yang digunakan yakni 0,2%.
Proses pembuatan tablet haloperidol ini dilakukan dengan metode granulasi
basah. Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi
yang paling banyak digunakan. Granulasi merupakan perlakuan awal terhadap
serbuk yang sukar untuk dicetak menjadi massa yang dapat ditabletasi. granulasi
adalah proses peningkatan ukuran dimana partikel-partikel kecil digabungkan
menjadi partikel dengan ukuran lebih besar, membentuk aglomerat atau granul
stabil sehingga lebih mudah mengalir. Proses granulasi dilakukan karena sebagian
besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung karena
kohesivitasnya rendah, tidak memiliki sifat lubrikasi dan disintegrasi yang
diperlukan dalam proses tabletasi.
Formula yang digunakan pada pembuatan tablet ini yaitu ditimbang
haloperidol 0,5 gram, Na-CMC 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram, Na. Benzoat
0,001 gram, laktosa 0,339 gram sebagai fase dalam dan talkum 0,03 gram, pati
jagung 0,05 gram sebagai fase luar.
Untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, hal yang pertama
yang harus dilakukan adalah menggranulasi fase dalam dari formula diatas. Fase
dalam biasanya terdiri dari zat aktif, pengisi, penghancur dalam, pengawet dan
pengikat. PVP yang digunakan sebagai pengikat dibuat dalam konsentrasi 3%
dengan cara diukur air suling sebanyak 50 mL, lalu dipanaskan air suling tersebut
pada penangas air hingga mencapai suhu 100C, dimasukkan 0,03 gram PVP ke
dalam air yang telah dipanaskan lalu diaduk hingga larut.

Selanjutnya dicampur haloperidol 0,5 gram, Na-CMC 0,03 gram, pati


jagung 0,05 gram, Na. Benzoat 0,001 gram, laktosa 0,339 gram (fase dalam)
dalam lumpang dan talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram (fase luar) dalam
lumpang yang berbeda. Lalu dimasukkan sedikit demi sedikit larutan pengikat ke
dalam bahan-bahan fase dalam yang telah tercampur hingga membentuk adonan
yang dapat dikepal. Ditekan massa yang terbentuk dengan ayakan nomor 8 dan
ditimbang. Diletakkan granul di atas flat yang telah dialasi kertas saring. Setelah
itu dikeringkan dalam oven granul tersebut dengan suhu 40C-50C. Kemudian
diayak granul yang telah kering menggunakan ayakan nomor 10. Ditambahkan
fase luar yang telah tercampur (talkum 0,03 gram, pati jagung 0,05 gram)
kemudian dicampur hingga homogen. Dimasukan campuran tersebut ke dalam
alat pencetak, lalu dicetak. Selanjutnya dilakukan evaluasi tablet yang meliputi:
Uji kekerasan dan kerenyahan tablet
Uji keseragaman ukuran tablet
Uji keseragaman bobot tablet
Uji waktu hancur tablet
Uji disolusi tablet
Pada pengujian keseragaman bobot dengan syarat tidak boleh ada dua tablet
yang menyimpang lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh
ada satu tablet yang menyimpang lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B.
Pada tablet 1 dengan bobot 1,4%. Tablet 2-4 dengan bobot 0 %. Tablet 5 dengan
bobot -1,4%. Tablet 6 dengan bobot 0%. Tablet 7 1,4%. Tablet 8 0%. Tablet 9 1,4%. Tablet 10 0%. Tablet 11 -1,4%. Tablet 12 0%. Tablet 13 -1,4%. Tablet 14
dan 15 dengan bobot -2,8%. Tablet 16 0%. Tablet 17 -1,4%. Tablet 18 -2,8%.
Tablet 19 dan 20 dengan bobot -1,4%. Tablet 21-25 dengan bobot 0%. Jadi tablet
ini baik karena tidak menyimpang dari syarat yang telah ditetapkan.
Pengujian dari kerenyahan tablet yakni 0,026%. Sehingga tablet tersebut
baik karena masih dalamnsyarat dari kerenyahan yakni 0,8%. Setelah itu
dilakukan uji kekerasan dan diameter dari tablet yaitu tablet 1 diameter 0,11 mm
dengan kekerasan 110 N. Tablet 2 diameter 0,139 mm dengan kekerasan 130 N.
Tablet 3 diameter 0,141 mm dengan kekerasan 130 N. Tablet 4 diameter 0,138

mm dengan kekerasan 129,8 N. Tablet 5 diameter 0,113 mm dengan kekerasan


127 N.

BAB V
PENUTUP

V.1 KESIMPULAN
Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan
mencampurkan zat aktif dan eksipien ke bagian fase dalam yang
mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab yang dapat
digranulasi, hasil granul dikeringkan, granul kemudian diberi tambahan fase
luar, granulasi kembali baru dicetak. Digunakan metode granulasi basah
karena haloperidol tahan terhadap panas dengan suhu 150C. Dari hasil
evaluasi tablet memiliki keseragaman bobot, kerenyahan tablet, kekerasan
dan diameter tablet yang baik karena masih dalam syarat yang telah
ditetapkan.
V.2 SARAN
Pada saat praktikum diharapkan bahan yang akan digunakan lebih
dilengkapi agar pada praktikum bisa berjalan dengan baik. Serta diharapkan
praktikan lebih berhati-hati menggunakan alat pada saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik obat. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Anonim, 2012. Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Tablet Paracetamol.
Available as hthttp://www.scribd.com/doc/114578473/LAPORANPRAKTIKUM-TEKNOLOGI-SEDIAAN-SOLID-TABLETPARASETAMOL. Diakses tanggal 15 april 2014 Pukul 19:00
Ansel, C. H. 1909. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
Dirjen POM, 1995. Farmakope Indoonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
Rawe.

R.

2004.

Handbook

of

Pharmaceutical

exicipient6th

Edition.

Pharmaceutical press: Washington


Sweetman C, Sean. 2009. Martindale The Complate Drug Reference.
Pharmaceutical press: London
Tjan, Han. 2010. Obat-obat penting. Gramedia: Jakarta

LAMPIRAN

1. Sekama Kerja
Fase Dalam

Fase Luar

- Ditimbang haloperidol 0,5 g,

- Ditimbang talkum 0,003g,

PVP 0,03 g, pati jangung 0,05 g,

Pati jangung 0,05 g sebagai

Na-benzoat 0,0019,

sebagai fase luar

laktosa 0,339 g sebagai fase dalam


Dibuat larutan pengikat yakni PVP dalam 50 mL air
suling
Diaduk hingga homogen
Ditekan masa yang terbentuk dengan ayakan no 8
Ditimbang (granul)
Dicetak granul diatas flat yang dialasi dengan kertas
minyak
Dikeringkan dalam oven dengan suhu 40-50oC
Diayak granul yang telah kering menggunakan ayakan
no 10
Dilakukan evaluasi granul yang meliputi:
a. Uji Sudut diam
b. Uji kecepatan alir
c. Uji bobot sejati
d. Uji Bj nyata, Bj mampat dan porositas
Ditambahkan fase luar yang telah tercampur, dan
dicampur hingga homogen
Dimasukan campuran serbuk kedalam alat pencetak
tablet
Dilakukan evaluasi tablet meliputi

a. Uji kekerasan dan kerenyahan tablet


b. Uji keseragaman bobot
c. Uji waktu hancur
d. Uji keseragaman bobot tablet
e. Uji disolusi tablet
Dimasukkan dalam wadah tertutup rapat
Dimasukkan dalam kemasan
Diberi eteiket dan brosur
Haloperidol Tablet
2.

Foto-foto
Alat:

Batang Pengaduk

Kaca Arloji

Cawan Perselin

Kertas Perkamen

Lumpan dan Alu

Sendok tanduk

Neraca Analitik

Waterbatch

Bahan

Alkohol 70%

Aqua botol 1 liter

Kertas saring

Tissue

ETIKET

HALDOL TABLET
Komposisi :
Tiap tablet mengandung haloperidol 5 mg
Indikasi :
Haloperidol digunakan untuk psikosis.
Kontra indikasi :
Tidak boleh digunakan pada depresi terhadap system saraf pusattoksik
yang berat, atau keadaan coma oleh sebab apapun dan individu yang
hipersensitif terhadap obat atau yang menderita penyakit perkinson
Efek samping :
Insomnia, gelisah, mengantuk, depresi, dan sakit kepala
Dosis :
Dosis untuk umur 6 tahun= 2 x 1 tablet
Dosis untuk umur 12 tahun= 3 x 1 tablet
Dosis untuk umur 21 tahun= 4 x 1 tablet
Aturan pakai :
Untuk umur 6 tahun= 2 x 1 tablet sehari
Untuk umur 12 tahun= 3 x 1 tablet sehari
Untuk umur 21 tahun= 4 x 1 tablet sehari
Peringatan dan perhatian :

1. Jangan digunakan untuk wanita hamil


2. Jangan digunakan untuk jangka waktu yang lama
3. Jangan diberikan pada anak-anak usia di bawah 3 tahun
Penyimpanan :
Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya
No. Reg
No. Bacth

: DKL 14 345 127 10 A2


: 02141002
Diproduksi oleh :
PT. RISTY SOLIDA
Gorontalo-Indonesia

BROSUR

HALDOL TABLET
Komposisi :
Tiap tablet mengandung haloperidol 5 mg
Indikasi :
Haloperidol digunakan untuk psikosis.
Kontra indikasi :
Tidak boleh digunakan pada depresi terhadap system saraf pusattoksik
yang berat, atau keadaan coma oleh sebab apapun dan individu yang
hipersensitif terhadap obat atau yang menderita penyakit perkinson
Farmakologi :
Obat ini masuk kedalam tubuh, lalu diserap disaluran cerna kadar puncak
dalam plasma tercapai 2-6 ja, sejak menelan obat. Obat ini menetap
samapi 72 jam dalam plasma selama berminggu-minggu, kemudian obat ini
ditimbun didalam hati sekitar 1% dari dosis yang diberikan. Lalu
diekresikan melalu empedu, ekresi dari haloperidol berlangsung lambat
melalu ginjal sekitar 40 % dari obat yang dikeluarkan selaama 5 hari
sesudah pemberian dosis tunggal
Efek samping :
Insomnia, gelisah, mengantuk, depresi, dan sakit kepala
Dosis :
Dosis untuk umur 6 tahun= 2 x 1 tablet
Dosis untuk umur 12 tahun= 3 x 1 tablet
Dosis untuk umur 21 tahun= 4 x 1 tablet
Aturan pakai :
Untuk umur 6 tahun= 2 x 1 tablet sehari
Untuk umur 12 tahun= 3 x 1 tablet sehari
Untuk umur 21 tahun= 4 x 1 tablet sehari
Peringatan dan perhatian :

4. Jangan digunakan untuk wanita hamil


5. Jangan digunakan untuk jangka waktu yang lama
6. Jangan diberikan pada anak-anak usia di bawah 3 tahun
Penyimpanan :
Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya
No. Reg
No. Bacth

: DKL 14 345 127 10 A2


: 02141002
Diproduksi oleh :
PT. RISTY SOLIDA
Gorontalo-Indonesia

Anda mungkin juga menyukai