Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk
dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah
penyakit pada manusia atau hewan. Salah satu kualitas, obat yang paling
mengherankan ialah yang mempunyai beraneka ragam kerja dan efek pada tubuh
(Howard,2005).
Setiap produk farmasi tertentu merupakan formulasi yang unik tersendiri.
Disamping ramuan terapeutik yang aktif, formulasi ini pun masih mengandung
sejumlah unsur-unsur nonterapeutik. Banyak obat yang beredar dipasaran dalam
bentuk sediaan padat contohnya sediaan tablet, pil, suppositoria dan serbuk. Salah
satu sediaan yang kami buat adalah sediaan tablet.
Tablet adalah Bentuk sediaan padat farmasetik yang mengandung satu atau
lebih bahan obat dengan atau tanpa zat tambahan yang cocok dalam bentuk pipih,
sirkuer, permukaannya datar atau cembung, yang dibuat dengan metode
pengempaan atau pencetakan atau dengan cara lain sesuai dengan punch dan
die,dibawah tekanan beberapa ratus kg/cm2 (medicafarma,2008).
Dalam praktikum ini kami merancang formula tablet yang dikhususkan
pada penggunaannya dengan cara diletakan dibawah lidah, tablet ini dinamakan
tablet sublingual. Tablet ini bentuknya kecil, pipih, dan oval yang dimaksudkan
untuk pemberian pada daerah bukal yang melarut atau tererosi perlahan, oleh
karena itu, diformulasi dan dikopresi dengan tekanan yang cukup untuk
menghasilkan tablet yang keras.
Tablet sublingual ini dibuat untuk pelepasan obat yang dipercepat agar
efek farmakologinya dapat langsung dirasakan, salah satu tablet sublingual yang
kami rancang adalah tablet isosorbid dinitrat yang diindikasikan untuk pengobatan
dan pencegahan angina pektoris. Dengan adanya perkembangan yang pesat

terhadap pemakain obat terutama dalam bentuk tablet sehingga kami merancang
formula ini dengan bahan aktif yang kami gunakan adalah isosorbid dinitrat.
I.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan
I.1.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami tujuan penggunaan tablet
sublingual khususnya tablet isosorbid dinitrat
I.1.2 Tujuan Percobaan
Agar praktikan dapan mengetahui tujuan penggunaan tablet sublingual
khususnya tablet isosorbid dinitrat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Tablet adalah Bentuk sediaan padat farmasetik yang mengandung satu
atau lebih bahan obat dengan atau tanpa zat tambahan yang cocok dalam bentuk
pipih, sirkuer, permukaannya datar atau cembung, yang dibuat dengan metode
pengempaan atau pencetakan atau dengan cara lain sesuai dengan punch dan
die,dibawah tekanan beberapa ratus kg/cm2 (medicafarma,2008).
II.1.1 Pengertian Tablet Menurut Beberapa Literatur
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetak dalam
bentuk umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi (FN Edisi II,310).
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan (Ilmu Meracik Obat, 210).
Tablet adalah bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.
(ansel edisi IV,244)
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengndung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
(FI III, 6)
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dari
serbuk kering, Kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan
pembantu, pada mesin yang sesuai dengan menggunakan takanan tinggi.
Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang dan cakram, serta bentuk
seperi telur atau peluru (Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 166).
The tablet is the most frequently prescribed commercial dosage form.
(The art, Science, and Tecnology of Pharmaceutical Compounding, 161)

Tablets are solid dosage forms containing medicinal substances with or


without suitable diluents (HUSAA Pharmaceutical Dispensing, 55).
Tablets are used mainly for systemic drug delivery but also for local drug
action (Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design, 398).
Tablets may be defined as solid pharmaceutical dosage forms containing drug
substances with or without suitable diluents and prepared by either
compression or molding methods (Remington 20 th, 858).
Gambar bentuk- bentuk tablet dan penanganannya

II.1.2 Tablet Bukal


A. Definisi
1. Tablet ini bentuknya kecil, pipih, dan oval yang dimaksudkan untuk
pemberian pada daerah bukal yang melarut atau tererosi perlahan, oleh
karena itu, diformulasi dan dikopresi dengan tekanan yang cukup untuk
menghasilkan tablet yang keras.
2. Tablet Progesteron diberikan melalui jalur ini. (Rudnic, Edward and
Schwartz, J.B. Oral Solid Dosage Form. In : Gennaro, A.R. Remingtons
Pharmaceutical

Science.

18th

ed.

Easton,Pennsylvania.1990. hal. 1634).

Mack

Publishing

Company.

B. Sediaan Bukal
Tablet

bukal

mengandung

sejumlah

bahan

aktif

yang

dikombinasikan dengan bahan tambahan, dimana bahan tambahan yang


penting terdiri atas sorbitol dan lubrikan. Tablet ini memberikan drug
delivery yang sangat cepat, dimana level bahan aktif dalam darah dapat
dibandingkan dengan pemberian secara parenteral.
Pemberian melalui bukal sebagian berguna untuk bahan aktif yang
menunjukkan bioavailabilitas yang rendah selama pemberian non
parenteral. Availabilitas yang rendah dapat menyebabkan kelarutan yang
rendah, degradasi oleh enzim atau dirusak oleh asam selama melewati
saluran pencernaan, atau first-pass destruction oleh hati setelah absorpsi
dari saluran pencernaan. Contoh obatnya yaitu : steroid, seperti
estrogen,misalnya estradiol, dan turunannya seperti esternya, misalnya
valerat, cypionat dan propionat, progestins, misalnya, progesteron dan
senyawa yang berhubungan, androgen dan steroid anabolik; propranolol;
hormon-hormon tiroid; sensitif-pH dan protein-protein kecil seperti insulin
and ACTH; fisostigmine; skopolamin; verapamil; dan gallopamil. Juga
memungkinkan untuk memberikan senyawa-senyawa yang mempunyai
bioavailabilitas yang baik secara bukal, tetapi pada umumnya obat-obat
tersebut akan diberikan secara ora untuk kenyamaan.
Pemberian estradiol secara bukal memberikan puncak level darah
yang diikuti penurunan konsentrasinya. Ini adalah jalur alami yang dialami
oleh estradiol dalam tubuh, dan oleh karena itu peningkatan melalui
pemberian secara transdermal, secara relatif akan memberikan level darah
yang konstan. Pemaberian estrogen secara oral seperti estradiol tidak
praktis karena akan mengalami penghancuran di hati tidak lama setelah
diabsorpsi dari saluran pencernaan.
Perlu bagi formulasi bukal untuk kontak dengan mukosa oral
untuk waktu yang cukup agar obat bisa diabsorpsi. Jika formulasinya falls

apart terlalu cepat, bahan aktif akan tertelan, sehingga obat yang sampai
tidak cukup, tetapi jika formulasinya tidak falls apart dengan cukup cepat
maka pasien akan kesulitan, karena pasien tidak dapat makan atau minum
selama

menggunakan

sediaan

bukal.

Formulasi

bukal

sebaiknya

mempunyai ukuran yang kecil untuk menghindari ketidaknyamanan pasien,


dan diinginkan formulasi sebisa mungkin larut dalam saliva sehingga
ketidaknyamanan dari partikel berpasir yang tidak larut di mulut dapat
dihindari.
Komposisi tablet bukal untuk pemberian obat mengandung bahanbahan penting: kira-kira 1 sampai 20% dari berat bahan terlarut, polimer
adesif yang dapat diterima secara farmasetikal; bahan tambahan tablet yang
dapat dikompresi secara langsung; dan sejumlah bahan obat yang berguna
secara terapi. Komposisi tablet bukal misalnya bisa mengandung kira-kira
sampai 10 % (kira-kira 1-10%) penghancur. Komposisi tablet bukal untuk
pemberian estrogen, mengandung kira-kira 2-10% bahan adesif polimer,
seperti carbomer 934 P; dan penghancur tablet sampai kira-kira 6%, seperti
crospovidon; gula yang dapat dikompresi dan kira-kira 50 mikrogram
sampai 2 g estradiol. Formulasi bukal dapat mengandung bahan-bahan
incidental, seperti lubrikan, bahan pewarna dan bahan pengaroma.
Bahan adesif polimer yang dapat diterima secara farmasetikal
digunakan untuk memberikan sifat basah untuk formulasi bukal sehingga
sediaannya dapat tetap pada tempatnya selama pemberian. Sejumlah bahan
adesif dalam formulasi kira-kira 1-20%, tetapi lebih dipilih 2-10%.
Penggunaannya yang kurang dari 1% bisa menghasilkan sifat adesif yang
tidak cukup atau formulasi yang falling apart yang terlalu cepat,
sebaliknya jika berlebihan menyebabkan formulasi tersebut tinggal lebih
lama daripada yang diinginkan. Bahan adesif akan lengket ketika lembab
tetapi tidak ketika kering, untuk kenyamanan pada saat penanganan.

Sejumlah bahan adesif dapat digunakan secara umum untuk meningkatkan


kelarutan dari bahan aktif.
Salah satu kelompok bahan adesif polimer yang ber-BM tinggi
dari asam akrilat dikenal dengan karbomer. Berat molekulnya 450,000
sampai 4,000,000 berguna, terutama dengan BM 3,000,000 (misalnya
carbomer 934 P.). Bahan adesif ini digunakan dalam jumlah kecil untuk
memberikan karakteristik adesif yang diinginkan pada formulasi, yang
berguna karena jumlah bahan adesif yang besar dapat menghalangi disolusi
dari bahan aktif. Polimer hidrofilik lain yang bisa digunakan adalah
polimer hidrofilik yang mengandung sebagian (87-89%) polivinilalkohol
terhidrolasi ( BM 10,000 sampai 125,000, lebih dipilih 11,000 to 31,000),
polietilen oxida (mBM kira-kira 100,000 sampai 5,000,000, lebih dipilih
BM

400,000)

dan

poliakrilat.

Hidroksipropil

metilselulosa

yang

mempunyai BM 13,000 sampai 140,000 dan hidroksipropil selulosa yang


mempunyai BM 60,000 sampai 1,000,000 juga merupakan bahan adesif
yang berguna. Istilah soluble digunakan sebagai indikasi bahwa
bahannya larut dalam air atau saliva.
a. Jenis Jenis Tablet
- Tablet kompresi
- Tablet kompresi ganda
- Tablet salut gula
- Tablet diwarnai coklat
- Tablet salut selaput
- Tablet Salut enteric
- Tablet sublingual atau bukal
- Tablet kunyah
- Tablet effer vescent
- Tablet triturate
- Tablet hipodermik

- Tablet pembagi
- Tablet penglepas terkendali
(ANSEL Edisi IV, 244)
* Jenis-jenis tablet
- Tablet Bukal
- Tablet Sublingual
- Tablet Implantasi
(Moh. Anief.2000. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University)
* Jenis-jenis tablet
- Tablet peroral
- Tablet Oral
- Tablet parenteral
- Tablet untuk penggunaan luar
(Anonim. 1994.Buku pelajaran TEKFAR. Gajah mada University)
* Jenis-jenis tablet
- Tablet cetak
- Tablet triturate
- Tablet bukal
- Tablet effervescent
(Anonim. Farmakope IV. 1995)
Penggolongan tablet dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tablet Implantasi adalah tablet yang pemakaiannya dengan cara
menanamkannya dalam jaringan bawah kulit. Contoh: tablet hormon.
b. Tablet Effervescent adalah tablet yang penggunaannya dilarutkan
terlebih dahulu dalam air kemudian diminum. Didalam tablet selain zat
aktif juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
karbondioksida. Contoh: tablet Calsium D Redokson (CDR).

c. Tablet Vagina adalah tablet yang pemakaiannya melalui vagina, bentuk


pipih, oval dengan salah satu ujungnya kecil. Contoh: sulfasetamid,
nistatin.
d. Tablet Sublingual adalah tablet yang penggunaannya diletakkan di
bawah lidah. Tablet ini melarut dengan cepat dan bahan-bahannya cepat
diabsorbsi. Contoh: tablet isosorbid dinitrat.
e. Tablet hisap adalah tablet yang dimaksudkan untuk pengobatan iritasi
lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan yang ditujukan untuk absorbsi
sistemik setelah ditelan. Contoh: tablet Vitamin C.
f. Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, member
residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak
meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Contoh: tablet antasida.
g. Tablet Hipodermik adalah tablet yang mudah larut dalam air digunakan
sebagai injeksi untuk disuntikkan di bawah kulit.
Zat tambahan yang dapat digunakan untuk formulasi tablet
a) Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang
digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii
Carbonas dan zat lain yang dikocok.
b) Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
Biasanya yang digunakan adalah Mucilago Gummi Arabici 10-20%,
Solutio Methyl-cellulosum 5%.
c) Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya
yang digunakan Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar-agar,
Natrium Alginat.
d) Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya yang
digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum. Dalam
pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali pelicin dibuat
granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan

tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi
cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 1994).
b. Keuntungan dan kerugian tablet
1. Keuntungan Tablet
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan
ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling
rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah
untuk dikemas serta dikirim.
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah;
tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah atau
hancurnya tablet tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti
penglepasan di usus atau produk lepas lambat.
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk di
produksi secara besar-besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
2. Kerugian Tablet
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,
tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat
jenis.

2. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau


tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap
kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi
dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan
bioavabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan
atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu
pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa ( bila mungkin)
atau memerlukan penyalutan dulu.
c. Sifat dan pengujian tablet
1. Sifat Tablet
1. Harus merupakan produk menarik ( bagus dilihat) yang mempunyai
identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pelunturan
atau pemucatan, kontaminasi, dll.
2. Harus mampu menahan guncangan mekanik selama produksi,
pengepakan.
3. Harus

mempunyai

mempertahankan

kestabilan

kelengkapan

kimia
fisiknya

dan

fisika

sepanjang

untuk
waktu.

Dari segi lain :


a. Harus dapat melepas zat berkhasiat dalam tubuh dengan cara
yang dapat diramalkan serta tetap atau dapat diulang.
b. Harus stabil secara kimia sepanjang waktu sehingga tidak
memungkinkan terjadi pemalsuan atau penurunan mutu zat
berkhasiat.
2. Pengujian Tablet
a. Uji keseragaman bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman
bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet
yang dibuat. Tablet- tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan

memiliki kandungan bahan obat

yang sama, sehingga akan

mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat


ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot
rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh
lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih
besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet
pun bobotnya menyimpang dari bobot ratarata lebih besar dari yang
ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan
tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Dirjen
POM, 1995):
Tabel 1: Penyimpangan bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata
A
B

Bobot rata-rata
25 mg atau kurang

15%

30%

26 mg sampai dengan 150 mg


151 mg sampai dengan 300 mg
Lebih dari 300 mg

10%
7,5 %
5%

20 %
15 %
10%

b. Uji kekerasan
Ketahanan

tablet

terhadap

goncangan

pada

waktu

pembuatan, pengepakan dan distribusi bergantung pada kekerasan


tablet. Kekerasan dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang
diperlukan untuk memecahkan tablet. Alat yang digunakan untuk
uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur
berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Persyaratan
kekerasan tablet umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap

sebagai

batas

minimum

untuk

menghasilkan

tablet

yang

memuaskan (Soekemi, A. R., 1987).


c. Uji keregasan
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari
kekuatan tablet.
Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur
keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet
menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat
roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam alat
friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudiann tablet
dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama 4 menit
atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan
dengan berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan
tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8% (Ansel,
H.C., 1989).
d. Uji waktu hancur
Agar bahan obat dapat secara utuh diserap pada sistem
pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan bahan obat
kecairan tubuh. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
tablet untuk menjadi partikel-partikel kecil. Tablet biasanya
diformulasikan dengan bahan pengembang yang menyebabkan
tablet hancur didalam air atau cairan lambung (Soekemi, A. R.,
1987).
II.1.3 Granulasi
Granulasi

adalah

pembentukan partikel-partikel

besar

dengan

mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi


bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses
granulasi telah dikembangkan, dari metode konvensional seperti slugging dan

granulasi dengan bahan pengikat musilago amili hingga embentukan granul


dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze dry.
Granulasi peleburan atau hot melt granulation merupakan metode
pembentukan dispersi padat berbentuk granulat dengan bahan pengikat yang
melebur di atas suhu kamar. Granulasi peleburan ini dapat digunakan untuk
membentuk granul dengan bahan pengikat hidrofob seperti lemak dan wax
dengan tujuan penyalutan dan/ atau Pembentukan matriks sediaan pelepasan
dimodifikasi (modified release drug).
Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah : tidak membutuhkan
bahan pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan, dan prosesnya
berlangsung cepat serta bersih.Tablet adalah bentuk sediaan yang paling
banyak beredar karena secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin
kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis,
mudah digunakan, homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir
dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas Sediaan
dan harus dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat,
kompak, dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi
banyak dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas
massa tablet.

1. Metode Granulasi
Metoda granulasi dapat dibagi dalam dua tipe : metoda basah yang
menggunakan suatu cairan dalam pemprosesan dan metoda kering dimana
tidak ada cairan yang digunakan. Dalam satu formulasi yang baik
diperlukan bahan penambah yang berbeda-beda sesuai kebutuhan kepada
bahan obat atau bahan aktif. Penggunaan tipe ini adalah cairan pengencer,
untuk memproduksi satu unit dosis seberat ukuran yang sesuai dan bahan
pembantu desintegrasi untuk menghancurkan granul dalam suatu media
cair, seperti pada pencernaan pasien/penderita. Sifat adhesi didalam
bentuk serbuk kering dapat juga ditambah, digunakan terutama untuk
granulasi kering. Bahan berkhasiat atau aktif akan dicampur sebelum
granulasi.
Granulasi kering metoda granulasi kering, partikel serbuk
digabungkan dengan penggunaan tekanan tinggi. Disini ada dua proses
utama; pertama diproduksi suatu tablet besar (dike nal dengan slug)
dalam suatu tekanan proses pencetakan yang cukut kuat (proses ini
dikenal dengan slugging) atau kedua ditekan/dicetak antara dua
gulungan (rollers) untuk memproduksi suatu material plat (roller
compaction = plat yang liat & padat). Kedua kasus ini dipecahkan lagi
menggunakan suatu teknik penggilingan yang sesuai untuk memproduksi
bahan granul yang biasanya diayak untuk dibagi mengikut fraksi ukuran
yang dikehendaki. Material halus yang tidak digunakan dapat diulangi
proses tersebut untuk menghindari pemborosan. Metoda kering ini dapat
digunakan untuk obat-obat yang tidak bagus dicetak setelah granulasi
basah atau bahan khasiat yang sensitif terhadap kelembaban dan atau
mudah teroksidasi.
Granulasi basah membutuhkan massa serbuk yang dicampur
dengan suatu pelarut atau larutan. Penggunaan pelarut harus mudah
menguap, agar supaya dapat dibe-basakan dengan pengeringan, dan tidak

beracun. Tipe pelarut biasanya air, etanol dan isopropanol, apakah


digunakan satu pelarut

ataupun dalam

bentuk kombinasi

nya.

Pelarutdapat digunakan sendiri/tunggal atau dia dapat berisikan suatu


larutan pe rekat (juga diberikan sebagai bahan penyatuan atau pengikat)
yang digunakan agar supaya partikel-partikel satu sama lainnya
menyatu/melekat (particle adhesion).
Suatu kerugian penggunaan air sebagai pelarut adalah bahwa air
dapat memberikan pengaruh terhadap stabilitas obat atau bahan
berkhasiat, menyebabkan hidrolisa yang merugikan produk dan air
membutuhkan waktu pengeringan yang lama di bandingkan dengan
pelarut-pelarut organik. Keuntungan primer air adalah tidak mudah
terbakar yang berarti bahwa pemeliharaan keamanan yang mahal seperti
pengaman tahan api tidak begitu diperlukan. Pelarut organik digunakan
bila bahan obat sensitif terhadap air, sebagai alternatif dari granulasi
kering. Di dalam metoda granulasi basah secara tradisional massa basah
dikerjakan melalui ayakan untuk memproduksi granul-granul basah yang
kemudian dikeringkan. Selanjutnya pengayakan memecah gumpalangumpalan granul dan memisahkan material halus (fines) yang dapat
diulangi untuk diproses lagi. Untuk pembuatan granulat, bahan pelekat
menggunakan pelarut ber-air, yang memiliki sifat melekat atau perekat,
seperti larutan gelatin (2 5%), perekat pati (5 20%), lendir gom arab
(10 15%) dan sirop gula (50 66%), juga lendir selulosa eter (1 6%),
lendir ultra amilo pektin (uap) yang didispersikan dengan sedikit etanol
kemudian di tambahkan ke dalam air hangat. Polivinil-pirolidon (pvp)
dalam larutan 0,5 3%. Lendir alginat dan lendir pati lainnya.
2. Mekanisme ikatan partikel granul
Pembentukan granul, ikatan harus dibentuk antara partikel serbuk,
maka granul-granul melekat dan ikatannya harus kuat untuk menghindari

pemisahan granul untuk diproses lebih lanjut, ikatan primer antar par tikel
adalah sbb.:
1. Tenaga kohesi dan adhesi di dalam lapisan cairan tidak bergerak;
2. Tenaga antar permukaan di dalam lapisan cairan bergerak;
3. Jembatan padat
4. Tenaga tarik menarik antar partikel-partikel padat
5. Ikatan saling mengisi. Selama granulasi basah cairan ditam bahkan
pada campuran serbuk dan akan didistribusikan sebagai lapisan/ film
disekeliling dan antar partikel- partikel. pendular, partikel, adhesi,
resapan hidrostatik, tenaga permukaan dalam cairan-udara dan jembatan
cairan. kapiler dengan resapan kapiler par tikel berpegangan penuh.
funikular antara pendular dan kapiler. droplet tingkatan spraydrying suatu suspensi.
Mekanisme pembentukan granul metoda kering, adhesi partikel
mengambil tempat karena penggunaan tekanan. Kekompakan menjadi
partikel besar, ukuran dicapai dengan penghalusan dan pengayakan.
Metoda basah, penambahan cairan pada serbuk kering terdistribusi
melalui mekanisme agitator dalam granulator. Sehingga partikel makin
banyak melekat. Setiap alat yang digunakan akan berbeda, diba wah ini
contoh alat granulator panci. pembentukan bola kecil kontak partikel
dan adhesi dg jembat an cairan. Membentuk pendular, agitasi
mengompakan badan pendular ke kapiler membentuk bola kecil dan
granul berkembang. transisi bola kecil berkembang dengang dua meka
nisme; pertama partikel tunggal ditambahkan pada bola kecil oleh
jembatan pendular atau dua banyak bola kecil dapat berkombinasi,
kombinasi akan dibentuk kembali oleh agitasi. perkembangan bola
granul-granul menjadi sferis, besar dan rata-rata ukuran partikel granul
meningkat dengan waktu. Maka terjadi perpaduan (koalesen) granul

makin besar. Dalam pencampur plane tary dapat diatur derajat besarnya
granul dengan mekanisme seperti gambar.

3. Evaluasi Granul
Parameter yang diamati adalah :uji homogenitas, uji sifat alir, uji
kompresibilitas granul, dan uji distribusi ukuran granul.
a. Uji Sifat Alir (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)
Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka
sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul
dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi
tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir dipersyaratkan
dengan sudut diam tidak lebih dari 30 derajat.
b. Uji Kompresibilitas (Aulton, 1988,FI IV 1995)
Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat
volumenya, kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan
dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume
setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).

I = V0 V/ V0 x 100%

Perhitungan :
Keterangan :

= indeks kompresibilitas

(%); Vo = volume granul sebelum dimampatkan mL


V

= volume granul setelah dimampatkan (mL).


Syarat : tidak lebih dari 20%.

c. Uji Kerapuhan Granul


Kerapuhan granul yaitu gambaran stabilitas fisis granul. Dapat diamati
lewat ketahanannya terhadap adanya getaran dengan menempatkannya di
atas ayakan bertingkat yang digetarkan. Persentase kerapuhan granul
Ampisilin adalah 79,65 %.
d. Uji Daya Serap Granul
Daya serap granul berpengaruh pada waktu hancur tablet. Faktor yang
mempengaruhi penetrasi adalah porositas tablet dimana tergantung
kompressi dan kemampuan penyerapan air dari material yang dipakai.
Bahan

penghancur

mulai

berfungsi

diantaranya

melalui

proses

pengembangan, reaksi kimia maupun secara enzimatis setelah air masuk ke


dalam tablet (Boyland, 2002).
e. Uji Waktu Alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah
granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang
mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk 100 g granul waktu alirnya
tidak boleh lebih dari 10 detik. Waktu alir berpengaruh terhadap
keseragaman bobot tablet. Kecepatan alir granul Ampisilin adalah 25 g/8,8
detik.Pengempaan tablet.
f. Uji Kompaktibilitas
Untuk mengetahui kemampuan granul untuk saling melekat menjadi massa
yang kompak, digunakan mesin tablet single punchdengan berbagai
tekanan. Kompaktibilitas digambarkan oleh kekerasan tablet yang
dihasilkan.

II.2 Rancangan Formula

R/ Isosorbid Dinitrat

10 mg

Metil selulosa

5%

Pati singkong

10%

Laktosa

20%

Magnesium stearat 4%
Talk

8%

Pati singkong

10%

II.3 Alasan Penambahan


II.3.1 Alasan Formulasi
Isosorbid dinitrat diindikasikan untuk pengobatan dan pencegahan
angina pektoris data uji klinik menunjukan bahwa pemerian isosorbid dinitrat
bentuk sublingual pelepasan secara cepat dan pelepasan terkontrol efektif
dalam memperbaiki toleransi latihan pada pasien dengan angina pektoris, jika
dosis tunggal isosorbid dinitrat sublingual (5 mg) diberikan, secara profilaktik
pada pasien dengan angina pektoris pada berbagai uji klinik, maka waktu
timbulnya nyeri dada atau letih setelah latihan.
Isosorbid dinitrat dikontraindikasikan pada pasien yang menunjukan
hipersensitivitas atau iodisinkrasi terhadap nitrat atau nitrit.
Efek samping isosorbid dinitrat sakit kepala dan hipotensi merupakan
efek samping yang tergantung dosis, sakit kepala merupakan efek samping
yang paling banyak timbul dapat bersifat berat dan menetap. Frekuensinya
kira-kira 25% vasodilatasi kulit dan muka merah, dapat timbul sakit kepala
dan rasa lemah, maupun tanda-tanda iskemia otak akibat hipotensi ortostatis
kadang-kadang dapat timbul (2-36%).

II.3.2 Alasan Penggunaan Bahan


1. Metil Selulosa
Metil selulosa biasa digunakan 1-5% larutan air, larutan 5% menghasilkan
kekerasa yang sama dengan musilago amili. Metil selulosa dapat digunakan
sebagai pengikat yang baik untuk excipient laktosa (Handbook of
pharmaceutical granulation technology,2005).
2. Pati singkong
Pati singkong merupakan bahan penghancur yaitu bahan yang dapat
membantu penghancuran, akan membantu memecah atau menghancurkan
tablet setelah pemberian, sehingga mudah diabsorbsi. (pengantar bentuk
sediaan farmasi,277).
3. Laktosa
Laktosa digunakan dalam granul tablet sebagai pengisi pada konsentrasi 1020%, laktosa digunakan sebagai pemanis sekaligus pengisi (excipient, 627).
Keunggulan laktosa: laktosa biasanya menunjukan kecepatan pelepasan zat
aktif dengan baik , mudah dikerigkan dan tidak peka terhadap variasi
moderat dalam kekerasan tablet pada pengempaan, harga laktosa lebuh
murah dari pada banyak pengisian lainnya (lacman,1994).
4. Magnesium stearat
Pemilihan magnesium stearat sebagai lubrikan harus dikombinasikan dengan
bahan lain karena magnesium stearat bersifat baik sebagai lubrikan dan
antiadheren tapi kurang baik sebagai glidan, magnesium stearat sebaga
lubrikan konsentrasinya 0,5-5% tapi apabila dikombinasikan maka
kombinasinya tidak boleh lebih dari 5% karena sifatna hidrifilik.
(Handbook of pharmaceutical granulation technology, 2005).
5. Talk
Pemilihan talk sebagai glidan adalah karena talk merupakan glidan yang
baik dan dapat dikombiasikan dengan magnesium stearat untuk memperbaiki

sifat aliran dari granul. Konsentrasi talk sebagai glidan 1-10% (Handbook of
pharmaceutical granulation technology, 2005).
II.4 Uraian Bahan
1. Isosorbid dinitrat (FI IV, 479)
Nama resmi

: isosorbid dinitratis

Nama lain

: isosorbid dinitrat

Rm/Bm

: C6H8N2O8

Pemerian

: putih atau hampir putih, bubuk Kristal

Kelarutan

: sangat sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam


alkohol, sangat larut dalam aseton dan mudah larut
dalam kloroform.

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: sebagai zat aktif

Incompatibilitas

: sodium klorida dan glukosa

Stabilitas

: isosorbid dinitrat disimpan dibawah kondisi yang


sama dalam botol kaca atau polietilen.

Konsentrasi

: 5 mg-10 mg

2. Pati singkong (FI III,93)


Nama resmi

: amylum manihot

Nama lain

: pati singkong

Pemerian

: serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil,


putih, tidak berbau, dan tidak terasa.

Kelarutan

: praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol


(95%) P.

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering.

Kegunaan

: zat tambahan sebagai penghancur

Konsentrasi

: 3-25%

3. Metil selulosa (excipient, 646)


Nama resmi

: methylselulosum

Nama lain

: metil selulosa

Pemerian

: serbuk berserat atau granul, berwarna putih, suspensi


dalam air bereaksi netral terhadap lakmus P,
mengembang dalam air dan membentuk suspensi yang
jernih hingga opolesen kental koloidal.

Kelarutan

: tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam


kloroform, larut dalam asam asetat glosial dan dalam
campuran volume sama etanol dan kloroform.

Stabilitas

: metil selulosa stabil meskipun sedikit higroskopik,


harus disimpan dalam kedap udara. Wadah ditempat
yang sejuk dan kering, metil selulosa stabil untuk
alkali dan encer pada pH 3-11 pada suhu kamar dan
pada pH kurang dar 3.

Incompatibilitas

: metil

selulosa

aminocrine,

kompatibel

chlocrasol

dengan

merkuri,

hidroklorida

klorida,

fenol,

resorsinol tonnic, asam perak nitrat, cetylphridimum


klorida, P-hidroksibenzoat, asam P-aminobenzoic
acid, methylparaben, prifil paraben dan buthylparaben.
Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: zat tambahan sebagai pengikat

Konsentrasi

: 0,25-5%

4. Magnesium stearat ( excipiant, 764)


Nama resmi

: magnesi stearat

Nama lain

: magnesium stearat

RM/BM

: C36H70MgO4 591,25

Pemerian

: serbuk halus putih dan mudah melekat bau lemah khas

Kelarutan

: praktis tidak laruut dalam air, dalam etanol (95%) dan


dalam eter.

Stabilitas

: magnesium stearat disimpan dalam wadah tertutup


baik dan ditempat sejuk dan kering.

Incompatibilitas

: kompatibel dengan asam kuat, alkali dan garam besi.


Menghindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi
kuat, magnesium stearat tidak dapat digunakan pada
produk yang megandung aspirin, vitamin dan alkaloid.

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: zat tambahan sebagai lubrikan

Konsentrasi

: 0,25-5%

5. Laktosa (FI III,338)


Nama resmi

: laktosum

Nama lain

: laktosa

RM/BM

: C2H22O11.H2O

Pemerian

: serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak manis.

Kelarutan

: larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air


mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) praktis tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter.

Stabilitas

: pertumbuhan jamur dapat terjadi dapat kondisi lembab


(kelembaban relative diatas 80%) laktosa dapat
menghasilkan warna coklat, pada penyimpanan dalam
keadaan lembab reaksi ini dapat dipercepat. Kemudian
dari laktosa yang berbeda dapat bervariasi dan
evaluasi warnanya penting. Khususnya apabila tabet
putih diformulasikan kestailan warna dari berbagai
laktosa.

Incompatibilitas

: reaksi kondensasi maylard terjadi antara laktosa dan

senyawa gugus amina primer membentuk warna coklat


interaksi maylard yang terjadi antara laktosa dan
amina yang terjadi antara laktosa dan amina sekunder
namun reaksi dihentikan dengan pembentukan amina
dan tidak membentuk warna kulit kecoklatan laktosa
yang tidak sesuai dengan amino antihistamin.
Kegunaan

: zat tambahan sebagai pengisi

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

6. Talk (FI III,1995)


Nama resmi

: talkum

Nama lain

: talk

Pemerian

: serbuk hablur, licin mudah melekat pada kulit, bebas


dari butiran warna putih atau kelabu.

Kelarutan

: tidak larut dalam hampir semua pelarut

Stabilitas

: tidak merupakan bahan yang stabil dan dapat


disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160c selama
1 jam talk juga dapat disterilkan oleh paparan etilen
oksida atau radiasi gamma.

Incompatibilitas

: kompatibel dengan senyawa surfaktan

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: zat tambahan sebagai glidan

Konsentrasi

: 1-10%

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Yang Digunakan
1. Alu
2. Lumpang
3. Gelas ukur (pirex)
4. Piknometer (pirex)
5. Sendok tanduk
6. Cawan porselin
7. Punc
8. Die
9. Neraca analitik
10. Corong pisah
11. Open
12. Sudip
III.2 Bahan Yang Digunakan
1. Parafin cair
2. Isosorbid dinitrat
3. Metil selulosa
4. Laktosa
5. Pati singkong
6. Magnesium stearat
7. Talcum
8. Kertas perkamen
9. Kertas roti
10. Tissue

III.3 Perhitungan Bahan


Granulasi kering
Bobot tablet = 1 tablet mengandung 10 mg zat aktif dan 20 mg excipient
Bobot tablet = 30 mg
Penimbangan
1) Fase dalam
Isosorbid dinitrat

10 mg

Metil selulosa

5%

= 5/100 x 30 mg

= 1,5 mg

Pati singkong

10%

= 10/100 x 30 mg

= 3 mg

Laktosa

20%

= 20/100 x 30 mg

= 6 mg

Magnesium stearat

2%

= 2/100 x 30 mg

= 0,6 mg

Talcum

4%

= 4/100 x 30 mg

= 1,2 mg

Pati singkong

5%

=5/100 x 30 mg

= 1,5 mg

2) Fase luar

Jumlah tablet yang akan diproduksi adalah 100 tablet


1) Fase dalam
Isosorbid dinitrat

= 10 mg x 100 tablet = 1000 mg

=1g

Metil selulosa

= 1,5 mg x 100 tablet = 1500 mg

= 1,5 g

Pati singkong

= 3 mg x 100 tablet

= 300 mg

= 0,3 g

Laktosa

= 6 mg x 100 tablet

= 600 mg

= 0,6 g
= 2,05 g

2) Fase luar
Magnesium stearat = 0,6 mg x 100 tablet = 60 mg

= 0,06 g

Talk

= 0,12 g

= 1,2 mg x 100 tablet = 120 mg

Total slug = 180 g


180 g / 2,05 g x 100 tablet = 88 tablet

Fase luar berubah menjadi


Magnesium stearat

= 2 / 92 x 1,80 g = 0,0391

Talk

= 4 / 92 x 1,80 g = 0,0782

Pati singkong

= 5 / 92 x 1,80 g = 0,0978
= 0,215 g

Totak masa cetak

= bobot fase dalam + bobot fase luar


= 1,80 g + 0,215 g
= 2,015 g

Bobot tablet

= 2,015 g / 88 tablet
= 0,023 g
= 23 tablet

III.4 Perhitungan Dosis


DM = 2,5 mg / 5 mg
Rumus diling = n / 20 x dosis dewasa
1. Untum umur 12 tahun
Sekali = 13 / 20 x 2,5 mg

= 1,6 mg

Sehari = 13 / 20 x 5 mg

= 3,25 mg

Sekali = 1 x 1,6 mg = 1,6 mg < 2,5 mg


Sehari = 1 x 3,25 mg = 3,25 mg < 5 mg
Perbaandingan :
Sekali =1,6 / 2,5 x 100%

= 64 % TOD

Sehari = 3,25 / 5 x 100%

= 65%

2. Untuk umur 20 tahun


Sekali = 20 /20 x 2,5 mg

= 2,5 mg

Sehari = 20 / 20 x 5 mg

= 5 mg

Sekali = 1 x 2,5 mg

= 2,5 mg

Sehari = 1 x 5 mg

= 5 mg

Perbandingan :
Sekali = 2,5 / 2,5 x 100%

= 100 % TOD

Sehari = 5 / 5 x 100%

= 100 % TOD

3. Untuk umur 21 tahun


Sekali = 21 / 24 x 2,5 mg

= 2,2 mg <2,5 mg

Sehari = 21 / 24 x 5 mg

= 4,4 mg < 5 mg

Sekali = 1 x 2,2 mg

= 2,2 mg < 2,5 mg TOD

Sehari = 1 x 4,4 mg

= 4,4 mg < 5 mg

TOD

Perbandingan :
Sekali = 2,2 /2,5 x 100 %

= 88 %

Sehari = 4,4 / 5 x 100 %

= 88 %

III.5 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat yang akan digunakan
3. Dihitung semua bahan
4. Ditimbang bahan sesuai perhitungan bahan
5. Digerus zat aktif isosorbid dinitrat sebanyak 10 mg dalam lumpang hingga
halus.
6. Ditimbang zat pengisi yaitu laktosa sebanyak 6 mg di gerus hingg halus dan
homogen.
7. Ditambahkan zat penghancur pati singkong sebanyak 3 mg kemudian digerus
hingga halus dab homogen.
8. Ditambahkan zat pengikat metil selulosa sebanyak 1,5 mg dan digerus hingga
halus dan homogen.
9. Dicampurkan semua bahan hingga homogen.
10. Dibuat campuran slug menggunakan punch dengan diameter besar dan tekanan
yang tinggi.
11. Digiling slug yang terbentuk kasar dan diayak dengan ayakan No mesh 6.
12. Dilakukan evaluasi granul hingga diperoleh hasil memenuhi syarat.

13. Ditimbang granul dan dilakukan perhitungan jumlah ditambahkan fase luar.
14. Dicampur sisa fase luar dengan granul yang memnuhi syarat.
15. Dicetak dengan punch sesuai bobot yang diiginkan.
16. Dilakukan evaluasi tablet.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan

IV.2 Pembahasan
Tablet adalah Bentuk sediaan padat farmasetik yang mengandung satu
atau lebih bahan obat dengan atau tanpa zat tambahan yang cocok dalam bentuk
pipih, sirkuer, permukaannya datar atau cembung, yang dibuat dengan metode
pengempaan atau pencetakan atau dengan cara lain sesuai dengan punch dan
die,dibawah tekanan beberapa ratus kg/cm2 (medicafarma,2008).
Dalam praktikum kali ini kami merancang suatu formula untuk sediaan
padat dalam hal ini ini pembuatan tablet sublingual. Tablet ini bentuknya kecil,
pipih, dan oval yang dimaksudkan untuk pemberian pada daerah bukal yang
melarut atau tererosi perlahan, oleh karena itu, diformulasi dan dikopresi
dengan tekanan yang cukup untuk menghasilkan tablet yang keras (Parrot,135).
Dimana dalam rancangan formula zat aktif yang kami gunakan adalah isosorbid
dinitrat. Isosorbid dinitrat diindikasikan untuk pengobatan dan pencegahan
angina pektoris.

Pada praktikum ini langakah awal yang kami lakukan adalah


membersihkan dan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, setelah
itu menghitung dan menimbang bahan. Untuk fase dalam zat aktif isosorbid
dinitrat sebanyak 10 mg digerus dalam lumpang hingga halus lalu ditambahkan
laktosa sebanyak 6 mg dimana laktosa dalam pembuatan tablet dapat berfungsi
sebagai pemanis dan pengisi, kemudian ditambahkan zat penghancur yakni pati
singkong sebanyak 3 mg lalu digerus hingga halus dan homogen, kemudian
ditambahkan lagi zat pengikat dimana bahan yang kami gunakan disini adalah
metil selulosa sebanyak 1,5 mg digerus hingga halus dan homogen. Setelah itu
semua bahan yang telah digerus dicampurkan hingga homogen lalu dibuat
campuran membentuk slug menggunakan punch dengan diameter besar dan
tekanan yang tinggi. Tetapi untuk skala lab dalam pembuatan slug
menggunakan metode tangan dengan cara dibentuk masa kepal setelah
terbentuk, masa kepal atau slug yang kasar digiling kemudian diayak dengan
menggunakan ayakan No mesh 6 hingga menghasilkan granul. Setelah itu
dilakukan evaluasi granul untuk memperoleh hasil yang memenuhi syarat,
dengan beberapa pengujian antar lain uij kadar air, uji sudut diam, penetapan
bobot sejati, uji bobot jenis nyata, mampat dan porositas. Kemudian ditimbang
granul yang diperoleh dan dilakukan perhitungan jumah, lalu ditambahkan fase
luar dimana untuk fase luar yang digunakan yakni magnesium stearat sebanyak
0,6 mg dan talk sebanyak 1,2 mg, untuk sisa fase luar pati singkong sebanyak
1,5 mg di campur dengan granul yang memenuhi syarat kemudian dicetak
dengan menggunakan punch sesuai bobot tablet yang diinginkan setelah
terbentuk tablet dilakukan evaluasi tablet dengan menggunakan beberapa
metode pengujian.
Dari praktikum formulasi tersebut diperoleh tablet isosorbid dinitrat yang
dapat digunakan dan telah memenuhi persyaratan untuk sediaan tablet pada
umumnya dan dilihat dari aspek dibawah ini antara lain.

Indikasi:
Isosrbid dinitrat diindikasikan untuk pengobatan dan pencegahan angina
pektoris
Farmakologi:
Tindakan farmakologi isosorbid dinitrat adalah relaksasi otot polos pembuluh
darah dan dilatasi arteri perifer konsekuen dan vena, dengan pelepasan ion nitrit
yang dimetabolisme menjadi oksida nitrat, dengan cara mengaktifkan enzim
guanylyn cyclese melalui peningkatan cyclic guanosin monofosfat (cGMP),
sehingga terjadi pelemasan otot polos pembuluh darah pada jantung.
Kontraindikasi :
Reaksi alergi terhadap nitrat organik sangat jarang, Isosorbid dinitrat tablet
dikontraindikasikan pada pasen yang alergi terhadap isosorbid dinitrat atau
bahan lainnya.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tablet sublingual
adalah tablet yang penggunaannya diletakan dibawah lidah yang berbentuk kecil,
pipih dan oval yang bertujuan untuk pelepasan dan absorbsi obat secara cepat.
Tablet isosorbid dinitrat ditujukan untuk pengobatan dan pencegahan angina
pektoris.
V.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan diharapkan bisa mengetahui
bagaimana cara menggunakan alat yang baik dan benar, agar dapat
meminimalisir berbagai kesalahan yang mungkin saja terjadi pada saat praktikum
berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1972. Farmakope Indonesia Edisi II. Depkes Ri : Jakarta


Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes Ri : Jakarta
Anonim. 1994. Buku Pelajaran Tekfar. Gajah Mada University Press
Ansel,H.C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta
:Universitas Indonesia.
Egc : Jakarta
Indonesia : Jakarta
Goeswin Agoes. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. ITB : Bandung
Lachman. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi II. Universitas
Indonesia :

Jakarta

Moh. Anief. 2000. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press :

Syamsuni, Apt. 2005. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Universitas


University Press : Yogyakarta
Yogyakarta
Voight Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada
Yogyakarta.

LAMPIRAN
Skema Kerja Diagram Alir
Cara kerja
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Dibersihkan alat yang digunakan
- Dihitung semua bahan
- Ditimbang sesuai prhitungan bahan
Fase dalam
- Di gerus zat aktif isosorbid dinitrat sebanyak 10 mg dalam
lumpang hingga halus
- Ditambahkan zat pengisi yaitu laktosa sebanyak 6 mg, digerus
hingga halus dan homogen
- Ditambahkan zat penghancur pati singkong sebanyak 3 mg,
kemudian digerus hingga halus dan homogen
- Ditambahkan zat pengikat metil selulosa sebanyak 1,5 mg dan
digerus hingga halus dan homogen
Dibuat slug
- Dicampurkan semua bahan hingga homogen menggunakan
punch dengan diameter besar dan tekanan tinggi.
- Digiling slug yang berbentuk kasar dan diayak.
granul
- Dilakukan evaluasi granul hingga diperoleh hasil yang
memenuhi syarat.
- Ditimbang

granul

dan

dilakukan

perhitungan

jumlah,

ditambahkan fase luar


- Sisa fase luar dicampur dengan granul yang memnuih syarat
- Dicetak dengan punch sesuai bobot tablet tang diinginkan
Dilakukan evaluasi tablet

Etiket

Isosorbid dinitrat
Komposisi :
Tiap tablet 30 mg mangandung
Isosorbid dinitrat

10 mg

Zat tambahan

20 mg

Indikasi :
Untuk mengobati dan mencegah angina pektoris.
Kontraindikasi :
Pasien yang menunjukan hipersensitivitas, ibu hamil
dan ibu menyusui.
Efek samping :
sakit kepala (biasanya bersifat sementara), pusing dan
dan hipertensi.
Peringatan dan perhatian :
Tidak boleh melebihi batas yang dianjurkan.
Aturan pakai :
Dewasa 1 x sehari 1 tablet
Cara penyimpanan :
Simpan ditempat yang sejuk, kering dan terlindung
dari cahaya.
No.Reg

: Gkl 1400700110 A 1

No.Betch

: A 01007
Diproduksi oleh
IT
PT. Isomiyoris - Gorontalo

Brosur

Isosorbid dinitrat
Komposisi :
Tiap tablet 30 mg mangandung
Isosorbid dinitrat 10 mg
Zat tambahan

20 mg

Farmakologi :
Pelepasan ion nitrit yang dimetabolisme menjadi oksida nitarat
denagan cara mengaktifkan enzim guaylyn cyclase melalui
peningkatan cyclic guanosin monofosfat (cGMP), dimana terjadi
pelemasan otot polos pembuluh darah pada jantung
Indikasi :
Untuk mengobati dan mencegah angina pektoris.
Kontraindikasi :
Pasien yang menunjukan hipersensitivitas, ibu hamil dan ibu
menyusui.
Efek samping :
sakit kepala (biasanya bersifat sementara), pusing dan dan
hipertensi.
Peringatan dan perhatian :
Tidak boleh melebihi batas yang dianjurkan.
Aturan pakai :
Dewasa 1 x sehari 1 tablet
Cara penyimpanan :
Simpan ditempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.
No.Reg : Gkl 1400700110 A 1
No.Betch

: A 01007

Diproduksi oleh
IT

PT. Isomiyoris - Gorontalo

Foto-foto
Hasil timbangan granul

Penentuan volume granul

Anda mungkin juga menyukai