BISAKODIL
ASISTEN KELOMPOK 1
NURLAILA
ANGGOTA KELOMPOK 1
RUDI BAHARUDDIN
ST. FAJRIYANTI
FITRIYANTI HUSEN
SUCI RAMADHANI
MUHAMMAD FAHMI
FORMULA BISAKODIL
l. Formula
Bisakodil Suppositoria
ll. Rancangan Formula
Tiap Suppositoria 2 g Mengandung
Bisakodil 10 mg
Cera Flava 5 %
a Tokoferol 0,05 %
Oleum Cacao qs
Metilparaben (nipagin)
lll. Master Formula
Nama produk : Fixadil, Suppositoria
Jumlah produk : 14 Suppositoria
Tanggal formula : 2 Mei 2020
Tanggal produksi : 2 Juli 2020
No. Registrasi : DTL 2002700253 B1
No Batch : B1 0183
Tabel Master Formula
Dibandingkan dengan basis suppositoria yang lain, oleum cacao merupakan basis yang merupakan basis
yang paling ideal. Gliserin bersifat hidroskopik yang dapat menimbulkan efek iritasi pada permukan mukosa.
Suppositoria gelatin yang mengandung gliserin membantu pertumbuhan bakteri atau jamur yang sering kali
digunakan dalam supositoria vaginal. Sedangkan basis suppositoria PEG, tidak mengandung air sehingga dapat
menimbulkan iritasi. Iritasi atau “rasa manggit” ini disebabkan pemeriksaan air dan mukosa (Lachman : 1174 –
1175).
Oleum cacao juga sebagai basis suppositoria yang memiliki berapa keunggulan yaitu meleleh pada suhu
tubuh dan tidak tercampur oleh cairan tubuh (Syamsuni, 2005)
Alasan digunakan oleum cacao sebagai basis karena oleum cacao dapat meleh antara 30-36°C dan
merupakan basis suppositoria yang ideal, dan yang dapat melumer pada suhu tubuh tapi tetap dapat bertahan
sebagai bentuk padat pada suhu kamar biasa (Ansel, 582).
LITERATUR
Menurut Lachman : 582 Menurut Lachman :1174 – 1175
Menurut Syamsuni, 2005
3. alfa-tokoferol (antioksidan)
Antioksidan ditambahkan pada formulasi sebagai sistem reduksi yang potensial oksidasinya lebih tinggi datipada obat yang
harus dilindungi atau sebagai penghambay reaksi berantai pada penguraian yang dipengaruhi oleh radikal. Secara umum,
efek antioksidan harus memutuskan rantai yang timbul pada proses perambatan dengan cara menyediakan atom hidrogen
atau elektron bagi radikal bebas dan menerimabkelebihan energi yang dimiliki molekul teraktivasi (Lachman : ,1561)
Alfatokoferol diakui sebagai sumber vitamin E. Alfa tokoferol adalah senyawa yang sangat lipofilik, dan merupakan pelarut yang
baik untuk banyak obat yang sukar larut juga untuk antioksidan. Alfa tokoferol merupakan produk farmasi berbasis lemak dan
biasanya digunakan konsentrasi 0,001-0,05%. Seringkali ada konsentrasi optimal, dengan demikian auto oksedasi asam
linoleat dan metil linoleat berkurang pada konsentrasi alfatokoferol yang rendah dan dipercepat dengan konsentrasi yang lebih
tinggi (Excipient :31).
Ketengikan disebabkan oleh autooksidasi dan oenguraian berturut-turut dari lemak tidak jenuh menjadi aldehid jenuh dan tidak
jenuh dengan bobot molekul kecil sampai pertengahan (C3-C11), berbagai keton dan asam yang mempunyai bau kuat dan
tidak menyenangkan. Makin rendahbkandungan asam lemak jenuh dalam suatu basis suppositoria, makin besar daya tahan
basis tersebut terhadap pengembangan ketengikan. Karena reaksi ini dimulai dengan pembentukan hidroperoksida, suatu
ukuran berlangsungnya autooksidasi adalah harga peroksida. Harga peroksida atau harga oksogen aktif ini adalah suatu
ukuran iod yang dibebaskan dari suatu larutan kalium iodida yang di asamkan, oleh apa yang disebut "oksigen peroksida"
lemak tersebut.
LITERATUR
Menurut Lachman : ,1561 Menurut Excipient :31 Menurut Lachman : 1191
4. Bahan pengeras
Cera flava digunakan untuk meningkatkan titik leleh persiapan secara signifikan dan menurunkan tingkat
pelepasan zart aktif . Jika dibandingkan dengan cera alba, cera alba sering digunkan untuk meningkatkan tituk
didih suppositoria, umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun dan tidak mengiritasi namun kadang
dapat menyebabkan hipersensitivitas (Excipien : 780).
Penggunaan lilin kuning utamanya dalam fomulasi farmasi topical, digunakan pada konsentrasi 5-20 % sebagai
agen pengeras dalam salep dan cream (Excipien : 780).
Menurut Xarp et al, 1980, suppositoria harus meleleh terlebuh dahulu dalam suhu badan kemudian obat akan
terdispersi atau terlarut dalam basis suppositoria baru kemudian terjadi pelepasan obat. Sehingga jika dalam
terdapat cera flava dengan konsentrasi tinggi maka suppositoria akan semakin sulit meleleh atau meleleh diatas
suhu tubuh (37°C).
Alasan penambahan cera flava 5% Karena Titik lebur oleum cacao dipengaruhi oleh konsentrasi cera flava yag
ditambahkan karena cera flava mempunyai titik lebur yang tinggi. Menurut Carp et.al,1980, suppositoria harus
meleleh terlebih dahulu dalam suhu tubuh kemudian obat akan terdispersi atau terlarut dalam basis suppo baru
kemudian terjadi pelepasan obat sehingga jika konsentrasi cera flava dengan konsentrasi tinggi maka suppo akan
sulit meleleh
LITERATUR
Menurut Carp et.al,1980 Menurut Excipien
5. Bahan pengawet metil paraben (nipagin)
Metil paraben merupakan serbuk hablur halus putih tidak mempunyai rasa, hampir tidak berbau,
metil parben mempunyai aktivitas antimikroba pada ph 4-8 dan stabil pada rentang PH tersebut .
pengawat yang di perlukan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya
kontaminasi mikroorganisme. Metil paraben lebih efektif terhadap jamur dari pada bakteri dan lebih
efektif terhadap gram positif daripada gram negative kelarutan metil paraben satu bagian dalam tiga
bagian etanol 95% satu bagian dalam lima bagian propile glikon, dan satu bagian dalam 400 bagian air
metil paraben harus di simpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering. Zat pengawat yang di
gunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12%-0,18% konsentrasi yang digunakan adalah 0,12%.
(Rawe dan weller 2003 : 468)
LITERATUR
Menurut Rawe dan weller 2003 : 468
URAIAN BAHAN
1. Bisakodil Suppositoria (FI IV : 155)
Nama resmi : Bisakodil suppositoria
Nama lain : Suppositoria bisakodil
RM/BM : C22
22H19
19NO4
4 / 361,4
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hamper putih, terutama terdiri dari partikel dengan
diameter terpanjang lebih kecil dari 50 km.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam klorofrom, dan dalam sukar
larut dalam etanol dan dalam methanol, sukar larut dalam eter.
Stabilitas : Suppositoria dan tablet salut enteric harus disimpan pada suhu kurang dari 30°C
Dosis : 10 mg
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 30 %
Inkompatibilitas : Antasida atau susu dapat melarutkan lapisan enteric oral table bisakodi,
menyebabkan pelepasan obat dilambung dan iritasi lambung
Kegunaan : Sebagai zat aktif
2. Oleum cacao (FI III : 453, excipient : 725)
Nama resmi : Oleum cacao
Nama lain : Lemak coklat
Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas lemak, agak rapuh
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) mudah larut dalam klorofrom p, dalam eter p
dan dalam Eter minyak tanah p
Stabilitas : Pemanasan oleum cacao lebih dari 36°c selama persiapan
suppositoria dapat mengakibatkan penurunan titik pemadatan karena pembentukan
kristal meta stabil, hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam pengaturan
suppositoria
Penyimpanan : Harus disimpan pada temperature tidak lebih dari 25°c
Inkompatibilitas : Ketidak cocokan dengan basis suppo sekarang tidak luas dilaporkan
dalam literature. Terjadinya realsi kimia antara basis suppo keras dan obat relative
jarang, tetapi potensi reaksi semacam itu dapat diindikasikan oleh besaranya dari nilai
hidroksil basa.
Kegunaan : Sebagai basis
3. Cera flava (FI IV 186-187 , Excipien : 781)
Nama resmi : Cera flava
Nama lain : Malam kuning
RM/BM : C19
19H50
50O2
2
Pemerian : padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan, berbau enak seperti madu. Agak
rapu bila patah membentuk granul, patahan non-hablur menjadi lunak oleh suhu tangan. Bobot
jenis kurang 0,95.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin, etanol mendidih melarutkan
asam serotat dan sebagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam kuning. Larut
sempurnah dalam klorofrom, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Larut
sebagian dalam benzene dan karbon disulfida dingin : pada suhu ebih kurang 30°C larut
sempurnah dalam benzene dan karbon disulfida.
Stabilitas : Ketika lilin dipanaskan diatas 150°C, esterifikasi terjadi dengan akibat penurunan
nilai asam dan elevasi titik lebur. Lilin kuning stabil biladisimpan dalam wadah yang tertutup dan
terlindung dari cahaya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Konsentrasi : 5-20 %
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator
Kegunaan : Sebagai bahan pegeras
4. Alfa tokoferol (FI IV : 798, Excipien : 31-32)
Pemerian : Praktis tidak berbau dan tidak berasa, bentuk alfa tokoferol asetat berupa minyak
kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan, d-alfa tokoferol asetat dapat berbentuk padat
pada suhu dingin. Alfa tokoferol asam suksinat berupa serbuk warnah putih : bentuk d-isomer melebur pada
suhu lebih kurang 75°C dan berbentuk dl-melebur pada suhu kurang 70°C.
Kelarutan : Alfa tokoferol asam suksinat tidak larut dalam air, sukar larut dalam larutan alkali, larut dalam
etanol, dalam eter, dalam aseton dan dalam minyak nabati : sangat mudah larut dalam klorofrom.
Stabilitas : Tokoferol teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer, produk oksidasi meliputi tokoferil, tokoferil
kuinon dan tokoferol bebas tetapi kurang efektif sebagai antioksidan. Tokoferol disimpan dalam gas
inert, dalam wadah kedap suara, ditempat sejuk, kering terlindung dari cahaya.
Inkompatibilitas : Tokoferol tidak kompatibel dengan peroksida dan ion logam, terutama zat besi,
tembaga dan perak. Tokoferol dapat diserap kedalam plastik
Cara Kerja Pembuatan Supositoria
Cetakan supositoria disiapkan, cetakan harus bersih dan kering
Ditimbang bisakodil 10 mg
Dilakukan kalibirasi cetakan
Dilebur cera flava pada suhu 60°C menggunakan penagas air
Dimasukkan cera flava kedalam oleum cacao, lalu dilebur pada suhu
30°C
Diaduk menggunakan batang pengaduk
Ditambahkan bisakodil, diaduk samapi homogeny
Dicampurkan alfa tokoferol hingga homogeny
Dituangkan kedalam cetakan
Dimasukkan kedalam lemari pendingin
Dikeluarkan dan dikemas dalam aluminium foil
Dimasukkan kedalam kemasan
Diberi etiket dan brosur
PERHITUNGAN
A. Perhitungan bilangan pengganti
Dik : Bisakodil 10 mg : 0,01 g
a. Bobot 1 Suppositoria berisi hanya basis =2g
b. Bobot soppositoria berisi basis + 10 % bisakodil = 2,15 g
Jumlah bisakodil dalam suppo adalah = kali 2,15 = 0,215
Jumlah basis dalam suppo adalah = 2,15-0,215 = 1,935
Sebanding dengan basis dalam suppo sebanyak = 2 – 0,215 = 0,065 g
Jadi 0,065 g basis – 0,215 g bisakodil
Atau 1 g bisakodil – 0,302 g basis
B. Perhitungan Bobot Suppositoria
Misal :
Bobot Suppo = 2 gram
bisakodil = 0,1 g
basis = 2-0,1 g
Bisakodil 0,1 g – (0,1× 0,302) g
Basis = 0,032 g basis
Bobot supositoria ideal : hanya basis saja = 2 g
Basis yang ditambahkan adalah 2-0,032 g = 1,968 g
Bobot suppo sebenarnya adalah = 0,1 + 1,968 = 2,07 g
Untuk ke buah suppositoria ditambah bahan sejumlah :
Bobot bisakodil = 0,1 g × 14 g = 1,4 g
Bobot basis total = 1,968 × 14 g = 27,57 g
Bobot cera flava = 5 % × 27,57 g = 1,37 g
Bobot a-tokoferol = 0,05 % × 27,57 g = 0,013 g
Bobot oleum cacao = (27,57 – 1,38) g = 26, 19 g