Anda di halaman 1dari 35

FORMULA SUPPOSITORIA

BISAKODIL
ASISTEN KELOMPOK 1
NURLAILA

ANGGOTA KELOMPOK 1

RUDI BAHARUDDIN

FATIN WAFIQ AZIZAH

ST. FAJRIYANTI

FITRIYANTI HUSEN

RINA TIANA DEWI

SUCI RAMADHANI

LENI YULIA LESTARI

MUHAMMAD FAHMI
FORMULA BISAKODIL
l. Formula
Bisakodil Suppositoria
ll. Rancangan Formula
Tiap Suppositoria 2 g Mengandung
Bisakodil 10 mg
Cera Flava 5 %
a Tokoferol 0,05 %
Oleum Cacao qs
Metilparaben (nipagin)
lll. Master Formula
Nama produk : Fixadil, Suppositoria
Jumlah produk : 14 Suppositoria
Tanggal formula : 2 Mei 2020
Tanggal produksi : 2 Juli 2020
No. Registrasi : DTL 2002700253 B1
No Batch : B1 0183
Tabel Master Formula

Diproduksi oleh Tanggal formulasi : 2/5/2020 Disetujui oleh :


PT. FITRI FARMA Tanggal produksi : 2/7/2020
Makassar - Indonesia

Kode Produksi Nama bahan Kegunaam Dosis Perbatch

001 – Bisakodil Bisakodil Zat aktif


002 – C F Cera flava Bahan pengeras
003 – a – t A tokoferol Antioksidan
004 – o c Oleum cacao Basis
005 - M Metilparaben (nipagin) Bahan pengawet
DASAR FORMULA
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra.
Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. (FI IV : 16)
Keuntungan suppositoria adalah obat yang dirusak atau dibuat tidak aktif pleh PH atau aktivitas enzim dari
lambung atau usus tidak perlu dibawa atau masuk ke dalam lingkungan yang merusak ini; obat yang
merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan; obat yang dirusak dalam sirkulasi
portal, dapat tidak melewati hati setelah absorbs pada rectum (obat memasuki sirkulasi portal setelah absorbs
pada penggunaan secara oral); cara ini lebih sesuai untuk digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak
yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat; merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yang
suka muntah (Ansel : 578)
Suppositoria dapat memberikan dua aksi yaitu aksi local dan aksi sistemik. Aksi local begitu dimasukkan,
basis suppositorium meleleh, melunak atau melarut menyebarkan bahan obat yang dibawanya ke jaringan-
jaringan di daerah tersebut. Efek sistemik, membran mukosa rectum dan vagina memungkinkan absorbsi dari
kebanyakan obat yang dapat larut (Ansel : 577-578)
Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja local dan paling sering digunakan untuk menghilangkan
konstipasi dan rasa sakit, iritasi, rasa gatal, dan radang sehubungan dengan wasir atau kondiri anorektal
lainnya (Ansel : 578)
Alasan dibuat dalam bentuk suppositoria karena tidak membebani lambung, tanpa rasa yang tidak enak
(kemualan), kemungkinan penerapannya bila perlu juga selama kehilangan kesadaran, pada kesulitan
menelan dan sebagainya (R’Voight : 382)
Metode yang digunakan dalam membuat suppostoria bisakodil yaitu metode mencetak tuang.
Metode mencetak tuang adalah metode yang paling umum digunakan untuk membuat
suppositoria skala kecil dan skala besar adalah proses pencetakan (Lachman : 1180)
Pembuatan dengan cara mencetak, pada dasarnya langkah-langkah dalam metode pencetakan
termasuk : (a) melebur basis, (b) mencampurkan bahan obat yang diinginkan, (c) menuang
hasil leburan ke dalam cetakan, (d) membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental menjadi
suppositoria, dan (e) melepaskan suppositoria dengan oleum cacao, gelatin gliserin, polietilen
glikol, dan banyak basis suppositoria lainnya yang cocok dibuat dengan cara mencetak (Ansel :
586)
Walaupun cetakan yang memuaskan terdapat dipasaran untuk pembuatan suppositoria rectum,
vagina dan saluran urin yang cocok, tapi apabila dalam pembuatan yang mendadak, cetakan
sementara/darurat pun dapat dibuat dan memberikan hasil yang baik (Ansel : 586)
Alasan pembuatan suppositoria bisakodil dengan berat 2 gram karena untuk suppositoria
rectum, USP menetapkan beratnya 2 gram, untuk orang dewasa bila oleum cacao yang
digunakan sebagai basis (Ansel : 576)
Bicodylum; penggunaan sebagai pencahar dengan cara pemakaian rektal dosis lazim untuk 1
tahun ke bawah 5 mg. umur 1-12 tahun : 10 mg (FI III : 925)
Dalam pembuatan suppositoria rektal biasanya menggunakan pembawa yang meleleh atau
melunak pada temperature tubuh (Lachman : 1147).
Bahan-bahan yang digunakan yaitu zat aktif (bisakodil), zat tambahan ; cera flava sebagai
pengeras, α-tokoferol sebagai antioksidan, oleum cacao sebagai basisnya.
Konstipasi ialah kesulitan defekasi karena tinja yang mengeras, otot polos usus yang lumpuh misalnya pada
megakolon kongenital dan gangguan reflex defekasi (konstipasi habitural) (OOP: 539)
Faktor penyebab kontipasi lainnya ialah : (1) psikis, misalnya akibat perubahan kondisi kakus, perubahan
kebiasaan defekasi pada anak, perubahan situasi misalnya dalam perjalanan, atau gangguan emosi misalnya
pada keadaan depresi mental; (2) penyakit misalnya hemeroid sebagai akibat kegagalan relaksasi sfingter ani
karena nyeri, miksedema dan sklerodema, kelemahan otot punggung atau abdomen pada kehamilan miltipara;
dan (3) obat, misalnya opium, antikolinergik, penghambat ganglion, klonidin, verapamil atau antasida aluminium
dan kalsium (OPP : 539)
Mekanisme kerja pencahar yang sesungguhnya masih belum dapat dijelaskan, karena kompleksnya faktor yang
mempengaruhi fungsi kolon, transport air dan elektrolit. Secara umum dapat dijelaskan a.l sebagai berikut : (1)
sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat massa, konsistensi dan transit tinja
bertambah; (2) pencahar bekerja langsung ataupun tidak langsung terhadap mukosa kolon dalam menurunkan
(absorbs) air dan NaCl, mungkin dengan mekanisme seperti pada (1); (3) pencahar dapat meningkatkan
motilitas usus dengan akibat menurunnya absorbs garam dan air selanjutnya mengurangi waktu transit (OOP :
539)
Zat aktif yang digunakan dalam pembuatan suppositoria rektal yaitu bisakodil bekerja langsung di kolon dan
menginisiasi mekanisme yang menyebabkan laksasi dan sekresi. Bisakodil menghalangi absorbs pada kolon
dengan aktivasi adenilat siklase pada entrosit, yang meningkatkan cAMP. dan menyebabkan sekresi dari Cl- dan
HCO3- dan keluarnya air dan elektrolit (Na+ dan K+) yang berpengaruh menginisiasi pengosongan kolon
(Manabe er, al., 2009).
Penurunan ekspresi aquaporin menurunkan transport air pada usus, yang meningkatkan kandungan air yang
membantu menginisiasi motilitas dan memudahkan defekasi (Yu Li : 2013).
Mekanisme komplikasi yaitu mekanisme massa abdomen dapat menurunkan kejadian konstipasi yang disebabkan
oleh adanya efek kombinasi dari stimulasi dan pemberian air putih hangat. Tekanan secara langsung pada dinding
abdomen secara berurutan dan kemudian di salingi dengan waktu relaksasai cepat dapat meningkat refleks
gastrokolik dan meningkatkan kontraksi dari internal dan rektum. Massa abdomen dapat memberikan dampak
menurunkan kontipasi melalui bebeberapa mekanisme yang berbeda-beda antara lain dengan menstimulasi sistem
persarafan para simpatis sehingga dapat menurunkan tegangan pada otot abdomen meningkatkan metabolisme
pada sistem pencernaan, meningkatkan sekresi pada sistem internal serta memberikan efek relaksasi sfingter
(sinclar, 2010: 18)
Mekanisme Kerja Bisakodil yaitu dimana Bisakodil secara oral mengalami hidrolisis menjadi difenol di usus bagian
atas. Difenol yang diaborpsi mengalami konjugasi di hati dan dinding usus. Metabolit ini diekskresi melalui empedu,
selanjutnya mengalami rehidrolisis menjadi difenol kembali yang akan merangsang motilitas usus besar. Efek
pencahar timbul 6-12 jam setelah pemberian oral, dan seperempat sampai satu jam setelah pemberian rektal
(Benyamin et.al., 2008).
Pada pemberian oral, bisakodil diabsorpsi kira-kira 5%, dan diekskresi bersama urin dalam bentuk glukoronid.
Ekskresi bisakodil terutama dalam feses. Dosis oral dewasa 10-15 mg dan anak-anak 0,8 mg/kg BB (Gunawan,
2012). Untuk menghindari iritasi lambung, tablet bisakodil harus ditelan langsung, jangan diisap atau dihancurkan.
Bisakodil jangan dimakan bersama susu atau antasid. Efek pencahar berhubungan dengan aquaporins, aquaporin
merupakan protein integral yang berhubungan dengan fungsi transpor air pada saluran cerna. Penggunaan bisakodil
menurunkan ekspresi aquaporins. Bisakodil bekerja langsung di kolon dan menginisiasi mekanisme yang
menyebabkan laksasi dan sekresi. Bisakodil menghalangi absorpsi pada kolon dengan aktivasi adenilat siklase pada
entrosit, yang meningkatkan cAMP dan menyebabkan sekresi dari Cl - dan HCO3- dan keluarnya air dan elektrolit (Na+
dan K+) yang berpengaruh menginisiasi pengosongan kolon (Manabe et.al., 2009).
Penurunan ekpresi aquaporin menurunkan transpor air pada usus, yang meningkatkan kandungan air yang
membantu menginisiasi motilitas dan memudahkan defekasi(Yu Li, 2013). Dosis yang dianjurkan tablet 5 – 15 mg per
hari. Efek samping yang sering terjadi adalah kram perut (Benyamin et.al., 2008).
LITERATUR
Menurut FI IV : 16 Menurut Ansel : 578 Menurut Ansel : 577-578
Menurut Ansel : 578 Menurut R’Voight : 382 Menurut Lachman : 1180
Menurut Ansel : 586 Menurut Ansel : 586 Menurut Ansel : 576
Menurut FI III : 925 Menurut Lachman : 1147 Menurut OOP: 539
Menurut OPP : 539 Menurut OOP : 539 Menurut Manabe er, al., 2009
LITERATUR
Menurut (sinclar, 2010: 18) Menurut Benyamin et.al., 2008
V. Alasan penggunaan bahan
1. zat aktif (bisakodil)
Bisakodil : Dulcolax, derivat difenilmetan ini adalah laksans kontak popular yang bekerja langsung terhadap
dinding usus besar (colon) dengan memperkuat peristaltiknya. Tinja pun menjadi lunak. Disamping
penggunaannya sebagai pencahar umum, juga sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum
pembedahan atau pemeriksaan dengan sinar rontgen (OOP : 309)
Resorpsi dalam usus halus bisakodil diresorpsi sampai 50% dan setelah desatilisasi dalam hati sebagian
dikeluarkan dengan empedu dan mengalami siklus enterohepatik. Metabolitnya juga aktif. Sisanya diekskresikan
melalui ginjal. Bagian yang tidak diserap berkhasiat terhadap dinding usus. Defekasi terjadi setelah ± 7 jam, pada
penggunaan rektal setelah ±30 menit (OOP : 309)
Suppositoria bisakodil dengan nama dagang dulcolax suppositories (Boehringer Ingelhein), zat aktif mg dalam
satu suppositoria adalah 10 mg yang dimaksudkan untuk efek local sebagai obat katartika. Suppositoria bisakodil
biasanya efektif dalam waktu 15 menit sampai 1 jam (Lachman : 593-594)
Dosis bisakodil : sebelum tidur 1-2 tablet-salut dari 5 mg; suppositoria 10 mg (asetat) pada pagi hari. Sebagai
klisma : larutan 10 mg/5 ml dalam polietilenglikol (OOP : 310)
Menurut Dirjen POM (2006), bahan (zat) aktif adalah tiap bahan atau campuran bahan yang akan digunakan
dalam pembuatan sediaan farmasi dan apabila digunakan dalam pembuatan obat menjadi zat aktif obat tersebut.
Dalam arti lain, bahan (zat) aktif adalah bahan yang ditujukan untuk menciptakan khasiat farmakologi atau efek
langsung lain dalam diagnosis, pemyembuhan, peredaan, pengobatan atau pencegahan penyakit, atau untuk
mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh.
Laksatif stimulan, seperti turunan dari difenil metan seperti fenolftalein dan bisakodil digunakan untuk
pasien yang menderita kosntipasi, untuk persiapan prosedur diagnostik, terapu sebelum dan sesudah
operasi serta dalam kondisi untuk mempercepat defikasi.
Bisakodil menjadi pilihan yang populer digunakan sebagai perangsang kerja usus besat dalam
mengekskresikan feses. Bisa kodil mampu dihidrolisis menjadi senyawa difenol diusus halus. Difenol
yang diabsorbsi mengalami konjugasi dihati dan dinding usus. Metabolit akan diekskresi melalui
empedu, dan selanjutnya mengalami rehidrolisis menjadi difenol yang akan merangsang motilitas usus
besar (Emmanuel, 2011)
Bisakodil dapat digunakan selama kehamilan, walaupun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan
kejang perut (OOP: 305)
Bila dilakukan pemerian dalam bentuk suppositoria (dimasukkan melalui lubang dubur), laksatif stimulan
bekerja setelag 15-60 menit (Gordon, 2013)
Sedangkan fenolftalein, efek fenolftalein dapat bertahan lama karena mengalami sirkulasi enterohepatik
(95% dari total garam empedu yang disintesis dihati dan dikembalikan lagi ke hati). Jika diberikan dalam
urin, dan dalam suasana alakali akan menyebabkannurin dan tinja berwarna merah. Fenolftalein relatif
tidak toksik untuk pengobatan jangka pendek, tetapi dosis yang berlebihan akan meningkatkan
kehilangan elektrolit dan bisa menyebabkan reaksi alerdi (gordon, 2013)
Namun, penggunaan fenolftalein sudah dilarang karena bersifat karsinogen (zat yang dapat
mengakibatkan kanker). Senyawa ini tidak direkomendasikan untuk digunakan tiap hari. Jarak antara
setiap kali penggunaan harus cukup lama, sekitar beberapa minggu untuk mengobati konstipasi ataupun
mempersiapkan pengosongan kolon jika diperlukan untuk pembedahan (gangarosa, 2003).
Menurut OOP : 309 Menurut OOP : 309 Menurut Lachman : 593-594
Menurut OOP : 310 Menurut Dirjen POM (2006)
LITERATUR
Menurut Emmanuel, 2011 Menurut
2. Basis (Oleum Cacao)
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai karena pada dasarnya oleum cacao termasuk
dalam kelompok ini. Dimana oleum cacao meleleh antara 30-36°C dan merupakan basis suppositoria yang ideal,
dan yang dapat melumer pada suhu tubuh tapi tetap dapat bertahan sebagai bentuk padat pada suhu kamar biasa
(Lachman : 582).

Dibandingkan dengan basis suppositoria yang lain, oleum cacao merupakan basis yang merupakan basis
yang paling ideal. Gliserin bersifat hidroskopik yang dapat menimbulkan efek iritasi pada permukan mukosa.
Suppositoria gelatin yang mengandung gliserin membantu pertumbuhan bakteri atau jamur yang sering kali
digunakan dalam supositoria vaginal. Sedangkan basis suppositoria PEG, tidak mengandung air sehingga dapat
menimbulkan iritasi. Iritasi atau “rasa manggit” ini disebabkan pemeriksaan air dan mukosa (Lachman : 1174 –
1175).
Oleum cacao juga sebagai basis suppositoria yang memiliki berapa keunggulan yaitu meleleh pada suhu
tubuh dan tidak tercampur oleh cairan tubuh (Syamsuni, 2005)
Alasan digunakan oleum cacao sebagai basis karena oleum cacao dapat meleh antara 30-36°C dan
merupakan basis suppositoria yang ideal, dan yang dapat melumer pada suhu tubuh tapi tetap dapat bertahan
sebagai bentuk padat pada suhu kamar biasa (Ansel, 582).
LITERATUR
Menurut Lachman : 582 Menurut Lachman :1174 – 1175

Menurut Syamsuni, 2005
3. alfa-tokoferol (antioksidan)

Antioksidan ditambahkan pada formulasi sebagai sistem reduksi yang potensial oksidasinya lebih tinggi datipada obat yang
harus dilindungi atau sebagai penghambay reaksi berantai pada penguraian yang dipengaruhi oleh radikal. Secara umum,
efek antioksidan harus memutuskan rantai yang timbul pada proses perambatan dengan cara menyediakan atom hidrogen
atau elektron bagi radikal bebas dan menerimabkelebihan energi yang dimiliki molekul teraktivasi (Lachman : ,1561)

Alfatokoferol diakui sebagai sumber vitamin E. Alfa tokoferol adalah senyawa yang sangat lipofilik, dan merupakan pelarut yang
baik untuk banyak obat yang sukar larut juga untuk antioksidan. Alfa tokoferol merupakan produk farmasi berbasis lemak dan
biasanya digunakan konsentrasi 0,001-0,05%. Seringkali ada konsentrasi optimal, dengan demikian auto oksedasi asam
linoleat dan metil linoleat berkurang pada konsentrasi alfatokoferol yang rendah dan dipercepat dengan konsentrasi yang lebih
tinggi (Excipient :31).

Mekanisme terjadinya ketengikan, yang berkaitan dengan antioksidan (Lachman : 1191)

Ketengikan disebabkan oleh autooksidasi dan oenguraian berturut-turut dari lemak tidak jenuh menjadi aldehid jenuh dan tidak
jenuh dengan bobot molekul kecil sampai pertengahan (C3-C11), berbagai keton dan asam yang mempunyai bau kuat dan
tidak menyenangkan. Makin rendahbkandungan asam lemak jenuh dalam suatu basis suppositoria, makin besar daya tahan
basis tersebut terhadap pengembangan ketengikan. Karena reaksi ini dimulai dengan pembentukan hidroperoksida, suatu
ukuran berlangsungnya autooksidasi adalah harga peroksida. Harga peroksida atau harga oksogen aktif ini adalah suatu
ukuran iod yang dibebaskan dari suatu larutan kalium iodida yang di asamkan, oleh apa yang disebut "oksigen peroksida"
lemak tersebut.
LITERATUR
Menurut Lachman : ,1561 Menurut Excipient :31 Menurut Lachman : 1191
4. Bahan pengeras
Cera flava digunakan untuk meningkatkan titik leleh persiapan secara signifikan dan menurunkan tingkat
pelepasan zart aktif . Jika dibandingkan dengan cera alba, cera alba sering digunkan untuk meningkatkan tituk
didih suppositoria, umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun dan tidak mengiritasi namun kadang
dapat menyebabkan hipersensitivitas (Excipien : 780).
Penggunaan lilin kuning utamanya dalam fomulasi farmasi topical, digunakan pada konsentrasi 5-20 % sebagai
agen pengeras dalam salep dan cream (Excipien : 780).
Menurut Xarp et al, 1980, suppositoria harus meleleh terlebuh dahulu dalam suhu badan kemudian obat akan
terdispersi atau terlarut dalam basis suppositoria baru kemudian terjadi pelepasan obat. Sehingga jika dalam
terdapat cera flava dengan konsentrasi tinggi maka suppositoria akan semakin sulit meleleh atau meleleh diatas
suhu tubuh (37°C).
Alasan penambahan cera flava 5% Karena Titik lebur oleum cacao dipengaruhi oleh konsentrasi cera flava yag
ditambahkan karena cera flava mempunyai titik lebur yang tinggi. Menurut Carp et.al,1980, suppositoria harus
meleleh terlebih dahulu dalam suhu tubuh kemudian obat akan terdispersi atau terlarut dalam basis suppo baru
kemudian terjadi pelepasan obat sehingga jika konsentrasi cera flava dengan konsentrasi tinggi maka suppo akan
sulit meleleh
LITERATUR
Menurut Carp et.al,1980 Menurut Excipien
5. Bahan pengawet metil paraben (nipagin)

Metil paraben merupakan serbuk hablur halus putih tidak mempunyai rasa, hampir tidak berbau,
metil parben mempunyai aktivitas antimikroba pada ph 4-8 dan stabil pada rentang PH tersebut .
pengawat yang di perlukan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya
kontaminasi mikroorganisme. Metil paraben lebih efektif terhadap jamur dari pada bakteri dan lebih
efektif terhadap gram positif daripada gram negative kelarutan metil paraben satu bagian dalam tiga
bagian etanol 95% satu bagian dalam lima bagian propile glikon, dan satu bagian dalam 400 bagian air
metil paraben harus di simpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering. Zat pengawat yang di
gunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12%-0,18% konsentrasi yang digunakan adalah 0,12%.
(Rawe dan weller 2003 : 468)
LITERATUR
Menurut Rawe dan weller 2003 : 468
URAIAN BAHAN
1. Bisakodil Suppositoria (FI IV : 155)
Nama resmi : Bisakodil suppositoria
Nama lain : Suppositoria bisakodil
RM/BM : C22
22H19
19NO4
4 / 361,4

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hamper putih, terutama terdiri dari partikel dengan
diameter terpanjang lebih kecil dari 50 km.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam klorofrom, dan dalam sukar
larut dalam etanol dan dalam methanol, sukar larut dalam eter.
Stabilitas : Suppositoria dan tablet salut enteric harus disimpan pada suhu kurang dari 30°C
Dosis : 10 mg
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 30 %
Inkompatibilitas : Antasida atau susu dapat melarutkan lapisan enteric oral table bisakodi,
menyebabkan pelepasan obat dilambung dan iritasi lambung
Kegunaan : Sebagai zat aktif
2. Oleum cacao (FI III : 453, excipient : 725)
Nama resmi : Oleum cacao
Nama lain : Lemak coklat
Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas lemak, agak rapuh
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) mudah larut dalam klorofrom p, dalam eter p
dan dalam Eter minyak tanah p
Stabilitas : Pemanasan oleum cacao lebih dari 36°c selama persiapan
suppositoria dapat mengakibatkan penurunan titik pemadatan karena pembentukan
kristal meta stabil, hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam pengaturan
suppositoria
Penyimpanan : Harus disimpan pada temperature tidak lebih dari 25°c
Inkompatibilitas : Ketidak cocokan dengan basis suppo sekarang tidak luas dilaporkan
dalam literature. Terjadinya realsi kimia antara basis suppo keras dan obat relative
jarang, tetapi potensi reaksi semacam itu dapat diindikasikan oleh besaranya dari nilai
hidroksil basa.
Kegunaan : Sebagai basis
3. Cera flava (FI IV 186-187 , Excipien : 781)
Nama resmi : Cera flava
Nama lain : Malam kuning
RM/BM : C19
19H50
50O2
2

Pemerian : padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan, berbau enak seperti madu. Agak
rapu bila patah membentuk granul, patahan non-hablur menjadi lunak oleh suhu tangan. Bobot
jenis kurang 0,95.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin, etanol mendidih melarutkan
asam serotat dan sebagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam kuning. Larut
sempurnah dalam klorofrom, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Larut
sebagian dalam benzene dan karbon disulfida dingin : pada suhu ebih kurang 30°C larut
sempurnah dalam benzene dan karbon disulfida.
Stabilitas : Ketika lilin dipanaskan diatas 150°C, esterifikasi terjadi dengan akibat penurunan
nilai asam dan elevasi titik lebur. Lilin kuning stabil biladisimpan dalam wadah yang tertutup dan
terlindung dari cahaya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Konsentrasi : 5-20 %
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator
Kegunaan : Sebagai bahan pegeras
4. Alfa tokoferol (FI IV : 798, Excipien : 31-32)

Nama resmi : Tocopherdum

Nama lain : Alfa tokoferol

RM/BM : C29H50O2 / 430,72

Pemerian : Praktis tidak berbau dan tidak berasa, bentuk alfa tokoferol asetat berupa minyak
kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan, d-alfa tokoferol asetat dapat berbentuk padat
pada suhu dingin. Alfa tokoferol asam suksinat berupa serbuk warnah putih : bentuk d-isomer melebur pada
suhu lebih kurang 75°C dan berbentuk dl-melebur pada suhu kurang 70°C.

Kelarutan : Alfa tokoferol asam suksinat tidak larut dalam air, sukar larut dalam larutan alkali, larut dalam
etanol, dalam eter, dalam aseton dan dalam minyak nabati : sangat mudah larut dalam klorofrom.

Stabilitas : Tokoferol teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer, produk oksidasi meliputi tokoferil, tokoferil
kuinon dan tokoferol bebas tetapi kurang efektif sebagai antioksidan. Tokoferol disimpan dalam gas
inert, dalam wadah kedap suara, ditempat sejuk, kering terlindung dari cahaya.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Konsentrasi : 0,001 – 0,05 %

Inkompatibilitas : Tokoferol tidak kompatibel dengan peroksida dan ion logam, terutama zat besi,
tembaga dan perak. Tokoferol dapat diserap kedalam plastik

Kegunaan : Sebagai antioksidan

 
Cara Kerja Pembuatan Supositoria
Cetakan supositoria disiapkan, cetakan harus bersih dan kering
Ditimbang bisakodil 10 mg
Dilakukan kalibirasi cetakan
Dilebur cera flava pada suhu 60°C menggunakan penagas air
Dimasukkan cera flava kedalam oleum cacao, lalu dilebur pada suhu
30°C
Diaduk menggunakan batang pengaduk
Ditambahkan bisakodil, diaduk samapi homogeny
Dicampurkan alfa tokoferol hingga homogeny
Dituangkan kedalam cetakan
Dimasukkan kedalam lemari pendingin
Dikeluarkan dan dikemas dalam aluminium foil
Dimasukkan kedalam kemasan
Diberi etiket dan brosur
PERHITUNGAN
 
A. Perhitungan bilangan pengganti
Dik : Bisakodil 10 mg : 0,01 g
a. Bobot 1 Suppositoria berisi hanya basis =2g
b. Bobot soppositoria berisi basis + 10 % bisakodil = 2,15 g
Jumlah bisakodil dalam suppo adalah = kali 2,15 = 0,215
Jumlah basis dalam suppo adalah = 2,15-0,215 = 1,935
Sebanding dengan basis dalam suppo sebanyak = 2 – 0,215 = 0,065 g
Jadi 0,065 g basis – 0,215 g bisakodil
Atau 1 g bisakodil – 0,302 g basis
B. Perhitungan Bobot Suppositoria
Misal :
Bobot Suppo = 2 gram
bisakodil = 0,1 g
basis = 2-0,1 g
Bisakodil 0,1 g – (0,1× 0,302) g
Basis = 0,032 g basis
Bobot supositoria ideal : hanya basis saja = 2 g
Basis yang ditambahkan adalah 2-0,032 g = 1,968 g
Bobot suppo sebenarnya adalah = 0,1 + 1,968 = 2,07 g
Untuk ke buah suppositoria ditambah bahan sejumlah :
Bobot bisakodil = 0,1 g × 14 g = 1,4 g
Bobot basis total = 1,968 × 14 g = 27,57 g
Bobot cera flava = 5 % × 27,57 g = 1,37 g
Bobot a-tokoferol = 0,05 % × 27,57 g = 0,013 g
Bobot oleum cacao = (27,57 – 1,38) g = 26, 19 g

Anda mungkin juga menyukai