Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEWAMEDIKASI

“Cara Penggunaan Suppositoria & Enema Pada Wanita Konstipasi”

Oleh :
Grescia Oktriviana, S.Farm 1520303168
Handrian Skolastika A L K, S.Farm 1520303169
Hanning Sri Wulandari, S.Farm 1520303170
Hapsari Tika Permatawati, S.Farm 1520303171
Hayatun Nufus, S.Farm 1520303172

PROGRAM PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2015
I. DEFINISI KONSTIPASI
Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang normal pada seseorang, disertai dengan
kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang sangat keras dan
kering (Wilkinson, 2006).
Adanya upaya mengejan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi.
Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus
dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan
untuk melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat
menimbulkan nyeri pada rektum (Potter & Perry, 2005).
Konstipasi adalah periode buang air besar (BAB) kurang dari 3 kali seminggu untuk
wanita dan 5 kali seminggu untuk laki-laki, atau periode lebih dari 3 hari tanpa pergerakan
usus. Normalnya pola defekasi yang biasanya setiap 2 sampai 3 hari sekali tanpa ada
kesulitan, nyeri, atau perdarahan dapat dianggap normal.
II. ETIOLOGI
Konstipasi pada umumnya terjadi akibat dari rendahnya konsumsi serat atau penggunaan
obat-obat yang dapat menimbulkan konstipasi seperti opiate.
Konstipasi kadang-kadang dapat juga diakibatkan oleh fakor psikologis. Penyakit atau
kondisi yang dapat menimbulkan konstipasi:
Obat yang dapat menyebabkan konstipasi:

III. GEJALA & DIAGNOSA


Tanda dan gejala dari konstipasi meliputi, feases yang keras, kecil dan kering, perut
kembung, kram perut dan rasa tidak nyaman, perut tegang dan berbunyi, sensasi susah
keluar, lelah, sakit kepala, mual dan muntah.
Konstipasi dapat didiagnosa melalui tes laboratorium, yaitu:
a. Pemeriksaan meliputi proctoscopy, sigmoidoscopy, colonoscopy, atau barium edema
dapat dibutuhkan untuk menunjukkan adanya patologi colorectal.
b. Fungsi tiroid dapat menunjukkan adanya gangguan metabolism atau endokrin.
c. Penyalahgunaan laksatif, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hypokalemia),
pengeluaran protein dengan hipoalbuminemia dapat menunjukkan adanya konstipasi.
IV. TERAPI NON FARMAKOLOGI
 Makan makanan kaya serat
 Batasi makanan rendah serat
 Minum yang cukup
 Rutin berolahraga
 Tidak menunda ketika ingin buang air besar
 Coba suplemen berserat
 Berhati-hati dalam memilih obat pencahar
 pembedahan, terapi biofeedback.
V. TERAPI FARMAKOLOGI
1) Pencahar rangsang (stimulant)
Mekanisme kerja: meningkatkan gerak peristaltik usus sehingga merangsang keluarnya
feses. Contoh: sennae, bisacodyl, aloe vera.
2) Pencahar pembentuk massa (bulking agent)
Mekanisme kerja: meningkatkan volume feses dengan menarik air dan membentuk
hidrogel sehingga terjadi peregangan dinding saluran cerna dan feses lebih mudah keluar.
Contoh: psyllium, metil selulosa.
3) Pencahar garam
Mekanisme kerja: memberikan efek menahan cairan dalam usus, menarik air ke dalam
usus besar sehingga lebih mudah dilalui feses. Contoh: Mg hidroksida, sodium fosfat.
4) Pencahar emolien
Mekanisme kerja: membuat massa feses menjadi lebih lembut sehingga lebih mudah
keluar saat melalui usus dan rektum.Contoh: mineral oil, minyak jarak.
VI. PENGGUNAAN SUPPOSITORIA
Suppositoria adalah sediaan padat berbentuk torpedo yang digunakan melalui anus
dan dapat larut pada suhu tubuh. Bahan dasar untuk pembuatan suppositoria adalah lemak
cokelat, P.E.G., serta gelatin. Macam basis supositoria yaitu basis yang berupa lemak, basis
yang larut dalam air, dan basis yang dapat membentuk emulsi.
Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh. Umumnya
berbentuk menyerupai peluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2 gram dan panjang sekitar
1 – 1,5 inci keuntungan untuk memudahkan proses masuknya obat dalam anus. Bila bagian
yang besar telah masuk dalam anus, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan
sendirinya. (Moh. Anief, 2007)
Suppositoria biasanya diberikan kepada pasien-pasien khusus yang tidak bisa
mengonsumsi obat secara oral lewat mulut. Hal ini bisa terjadi misalnya pada pasien yang
sedang tidak sadarkan diri, pasien yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien
bayi, dan pasien lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk
menggunakan sediaan parenteral (obat suntik).Penyimpanan suppositoria dalam wadah
tertutup baik dan di tempat yang sejuk pada suhu 5-15 °C agar suppositoria tidak menjadi
lembek dan tidak bisa digunakan.
Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
a) Bisa mengobati secara bertahap
b) Kalau misal obat menimbulkan kejang, atau panas reaksinya lebih cepat, dapat
memberikan efek local dan sistemik.
c) Contoh memberikan efek local dulcolax untuk meningkatkan defeksasi.
b. Kerugian
a) Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
b) Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
c) Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan rekrtal
Dalam pembuatan sediaan supositoria, basis supositoria diharapkan memiliki sifat-sifat
sebagai berikut meleleh pada suhu tubuh, melarut atau terdispersi dalam cairan rektum, tidak
bersifat toksik, terutama tidak mengiritasi mukosa rektal. Memiliki sifat lunak jika diraba,
secara fisiologis netral, artinya mempunyai efek terapi bila tidak dimaksudkan untuk
pengobatan misalnya sebagai pencahar, dapat mempertahankan konsistensinya pada waktu
penyimpanan dan stabil pada waktu penyimpanan. Pada waktu pembuatan baik dengan cara
pelelehan atau cetak tekan dapat berbentuk baik, tidak menempel pada cetakan, dapat campur
dengan zat aktif yang ditambahkan. Dapat menyebabkan obat secara homogen bercampur dan
tidak adanya sedimentasi. Dalam hal tertentu, mampu menyerap obat dalam larutan air. Pada
penggunaan sistemik harus dapat membebaskan obat dengan cepat dan sebanyak mungkin
untuk keperluan absorpsi. Jika dimaksudkan untuk aksi lokal, maka harus membebaskan obat
secara lambat agar aksi dari supositoria aksinya lebih lama (Murrukmihadi
1986).Penyimpanan suppositoria dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang sejuk pada
suhu 2-8°C agar suppositoria tidak menjadi lembek dan tidak bisa digunakan.
Pemberian supositoria rektal adalah untuk pengobatan konstipasi dan wasir, selain itu
supositoria rektal juga diberikan untuk efek sistemik misalnya analgesik, antispasmodinamik,
sedatif, obat penenang dan zat antibakteri (Coben dan Lieberman 1994). Selain itu, pemberian
supositoria rektal dimaksudkan untuk senyawa obat yang diabsorpsi sangat kecil di sistem
gastrointestinal (GI), senyawa yang tidak stabil dan tidak aktif oleh pH atau aktivitas enzim
dari lambung atau usus (Swarbrick dan Boylan 2002).
Cara menggunakan :
1. Cuci tangan anda dengan air mengalir yang bersih disertai sabun. Saran : gunakan air
bersuhu normal (25 – 27 C) agar tangan anda tidak menjadi hangat saat membuka obat.
Peningkatan suhu dapat melelehkan sediaan suppositoria.

2. Sebelum suppositoria dibuka dari pembungkus , pastikan suppositoria tersebut dalam


keadaan keras untuk memudahkannya masuk dalam dubur/vaginal/uretra.
3. Jika supositoria terlalu lunak sebaiknya didinginkan dulu dalam kondisi masih dalam
kemasan (masukkan dalam termos pendingin atau dipegang di bawah aliran air dingin),
kemudian setelah agak keras keluarkan dari kemasannya.

4. Buka dengan hati-hati pembungkus suppositoria agar tidak merusak/mematahkan


suppositoria

5. Tidak mematahkan suppositoria karena 1 suppositoria adalah 1 dosis obat, jika


dipatahkan maka akan menjadi ½ dosis.

6. Olesi bagian ujung suppositoria menggunakan lubrikan berbasis air (bisa dibeli di apotek)
atau basahi dengan sedikit air matang.
7. Berbaring miring pada salah satu sisi dan tekuk satu lutut kearah badan dan angkat lutut.

8. Gunakan tangan kiri untuk membuka mulut dubur lalu tahan.

9. Masukan suppositoria kedalam dubur dengan posisi bagian ujung suppositoria terlebih
dahulu.Masukan dengan jari telunjuk/jari tengah tangan kanan sedalam 1 cm (anak-anak)
– 5 cm (dewasa) atau seukuran telunjuk orang dewasa.

10. Diamkan selama beberapa menit (5-10 menit) pada posisi tetap tiduran, agar obat dapat
meleleh dan diserap sempurna oleh pembuluh darah dan mencegah suppositoria keluar
dari dubur.

11. Setelah selesai cuci kembali tangan anda dan keringkan. Usahakan untuk tidak
melakukan buang air besar selama 1 jam.
Contoh obat untuk konstipasi dalam sediaan suppositoria :
Dulcolax, Custodiol, Galvex, Triolax

VII.PENGGUNAAN ENEMA
Huknah/ Enema adalah memasukkan suatu larutan ke dalam rectum dan kolon
sigmoid. Alasan utama enema ialah untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi
peristaltic. Volume cairan, yang dimasukkan, memecah masa feses, merenggangkan dinding
rectum, dan mengawali reflek defekasi. Enema juga diberikan sebagai alat transportasi obat-
obatan yang menimbulkan efek local pada mucosa rectum. Enema paling sering digunakan
untuk menghilangkan konstipasi untuk sementara. Indikasi lain antara lain : membuang
feses yang mengalami impaksi, mengosongkan usus sebelum menjalani pemeriksaan
diagnostik, pembedahan atau melahirkan, dan memulai program bowel training
INDIKASI
a. Konstipasi
b. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur.
c. Penggunaan laxative yang berlebihan.
d. Peningkatan stress psikologis
e. Impaksi fases
f. Kebiasaan buang air besar yang teratur
g. persiapan pra operasi
h. untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi
i. pasien dengan malaena
KONTRA INDIKASI
a. dengan diverticulis,ulcerative colitis,crhon’s disease.
b. Post operasi
c. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, hemoroid, tumor rectum dan
kolon.
DAMPAK PEMBERIAN HUKNAH
1. Dampak positif
a. membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi
b. Sebagai jalan alternatif pemberian obat.
c. Menghilangkan distensi usus.
d. Memudahkan proses defakasi.
e. Meningkatkan mekanika tubuh.
2. Dampak negative
a. Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa usus dan jika larutan
terlalu dingin yang diberikan akan menyebabkan kram abdomen.
b. Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu menahan larutan
enema (perry,peterson,potter.2005).
Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, berdasar usia dan jumlah
cairan yang bisa disimpan :

Huknah Gliserin
Memasukan cairan melalui anus ke dalam kolon sigmoid dengan menggunakan spuit
gliserin bertujuan untuk melunakkan fases dan merangsang buang air besar serta sebagai
tindakan pengobatan.
Cara penggunaan:
1. Basuh tangan dengan bersih dan keringkan tangan sebelum menggunakan enema.

2. Pastikan anda/pasien berbaring secara mengiring dengan sebelah kaki dirapatkan ke arah
dada.

3. Buka penutup enema dan masukkan enema ke dalam dubur secara perlahan-lahan.
Jangan tolak secara paksaan kerana ini boleh mencederakan bahagian dubur.
2. Tekan/picit enema tersebut sehingga kesemua cecair masuk ke dalam dubur.

3. Keluarkan enema dari dubur secara perlahan-lahan tunggu 30 menit.


4. Kekalkan posisi tersebut sehingga ada keinginan untuk nyah tinja (buang air besar) yang
biasanya berlaku dalam masa 2-5 minit.

Cara Penyimpanan

 Enema perlu disimpan pada suhu bilik, jauh daripada cahaya matahari atau kelembapan.
 Simpan ubat jauh daripada kanak-kanak.
 Jangan simpan atau menggunakan semula enema yang tidak habis.

Contoh obat :
Combiphar, Dulcolax, Kompolax, Triolax, Pisucon, Lactulose
ikapharmindo, Prolaxan, Graphalac, Fleet enema, Zincpro,
Radiocare, Ximede, Ulsafate, Therabex, Tanflex
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadsyah I, et al,.1997.Kelainan abdomen nonakut. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed Sjamsuhidajat


R, Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Carpenito, Juall Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hadi S,.2001.Psikosomatik pada Saluran Cerna Bagian Bawah, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid II, Edisi ke-3, Gaya baru, Jakarta.

Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC

M. R. Strict, Intimate Invasion: The Erotic Ins & Outs of Enema Play, Greenery Press, 2004.
ISBN 1-890159-51-4.

Anda mungkin juga menyukai