Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK MEDIKASI TOPIKAL DAN SUPPOSITORIA

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatan
Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:
Astri Yunita 1121026
Shelva Selviani 1121034
Selviana Nur Hadiani 1121096
Caryeti Cantika 1121097
Indri Audriani 1121084
Anita Indri S 1121104
Novie Selly Amalia 1121018
Iklas Isa Lainpajr 1121136
Devis Alvi Liandi 1121113
Riko Desta 1121199

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2022
1. Terangkan bagaimana cara mengatur posisi pada pemberian obat
suppositoria sesuai peruntukannya?
Jawab:
1) Cuci tangan, lalu gunakan APD, ambil posisi berbaring dengan
memeluk guling, masukkan suppositoria ke dalam anus dengan jari.
Setelah obat dimasukkan, rapatkan kedua kaki dan pertahankan posisi
tersebut hingga 5 menit. Cuci tangan kembali
2) - Cuci tangan dengan air hangat dan sabun.
- Gunakan Apd
- Buka bungkus suppositoria. Lalu, oleskan pelumas berbahan air
pada bagian ujungnya atau celupkan obat ke dalam air
- Cari posisi yang nyaman. Anda bisa berdiri dengan menyangga
satu kaki di atas kursi atau berbaring miring dengan satu kaki
menekuk ke perut.
- Lebarkan kaki secara perlahan. Dengan hati-hati, masukkan obat
ke dalam anus dan tekan kira-kira sedalam 2,5 sentimeter ke
dalam.
- Rapatkan kembali kaki Anda dan tunggulah selama 15 menit
hingga obat larut.
- Cuci kembali tangan dengan air hangat dan sabun
2. Jelaskan alasan mengapa pasien harus diberikan secara suppositoria?
Jawab:
Ada banyak sekali jenis obat yang diberikan kepada pasien melalui
suppositoria. Dokter biasanya meresepkannya kepada pasien yang memiliki
kondisi:
1.Tidak mampu menelan obat dengan alasan apa pun.
2.Selalu muntah dan tidak mampu menahan pil atau cairan dalam perutnya.
3.Mengalami kejang sehingga tidak dapat mengonsumsi obat secara oral
(melalui mulut).
4.Memiliki penyumbatan yang menghambat atau menghentikan pergerakan
obat dalam saluran pencernaan.
Dokter juga dapat meresepkan suppositoria bila pasien tidak tahan
dengan rasa obat, obat terlalu cepat terurai dalam usus, atau obat bisa hancur
dalam saluran pencernaan. Pada kasus seperti ini, dibutuhkan jalur
pemberian obat yang lebih efektif.
Selain itu, sebuah studi dalam International Journal of Pharmaceutical
Sciences Review and Research menunjukkan manfaat lain. Pemberian obat
melalui rektum rupanya juga memberikan lingkungan yang stabil bagi obat
yang perlu digunakan.
Ini berarti proses penyerapan obat tidak akan terganggu oleh faktor-
faktor lain, seperti adanya asam lambung, penyumbatan pada saluran
pencernaan, atau permukaan jaringan. Dengan begitu, obat yang digunakan
dapat bekerja secara optimal.
3. Apakah ada perbedaan proses penyerapan obat bila dibandingkan antara obat
oral dan suppositoria ini?
Jawab:
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang
dirancang untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal),
vagina (suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria
umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang mengandung obat.
Suppositoria rektal akan hancur atau larut dalam suhu tubuh, dan akan
menyebar secara bertahap ke lapisan usus rendah (rektum), dimana disana ia
akan diserap oleh aliran darah. (Pembahasan kali ini khusus untuk
suppositoria rektal).
Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagia alternatif
dari obat-obat oral (misalnya ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi
obat melalui mulut). Obat ini mudah diserap di dalam rektum karena rektum
kaya akan pembuluh darah.
Obat oral akan mengalami absorpsi di sembilan segmen yaitu
lambung, usus halus (terdiri dari 7 segmen), dan usus besar. Selain itu obat
juga akan mengalami absorpsi sebanyak tiga kali di masing-masing segmen,
sehingga diharapkan efisiensi obat dapat lebih meningkat di tingkat plasma.
4. Sebutkan kontra indikasi pemberian obat suppositoria dan komplikasinya.
Jawab: Kontra Indikasi pemberian obat suppositoria
1. Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
2. Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran
cerna.
3. Blonkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
4. Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
5. Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
6. Pembedahan rektal.
Komplikasi
1. Mual atau muntah
2. Nyeri perut
3. Pendarahan lambung
4. Muntah darah
5. Pusing
6. Diare

5. Bagaimana cara penyimpanan obat suppositoria?


Jawab:
Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan
dalam lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair. Sediaan obat
jangan disimpan di tempat yang bersuhu tinggi karena dapat menyebabkan
ledakan.

Anda mungkin juga menyukai