Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOLOGI

“Cara Pemberian Obat Inhalasi”

Disusun oleh :

PUTRI NURHALIZAH
(P1337421022147)

Dosen pengampu:
Trimar Handayani, S,Kep.,Ns.M.Biomed
Agus Mulyadi, S.Kep.,Ns.MM

1
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TEGAL POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG

Jl. Dewi Sartika No.1, RT.001/RW.001

Debong Kulon, Kec. Tegal Selatan, Kota Tegal, Jawa Tengah


2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya atas limpahan rahmatnya saya dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti
dan sesuai dengan harapan.
Saya ucapkan terimakasih kepada ibu Trimar Handayani,
S.Kep.,Ns,M.Biomed dan Bapak Agus Mulyadi, S.Kep.,Ns.MM sebagai
dosen pengampu mata kuliah Farmakologi yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Tegal, 1 April 2023

2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemberian obat suppositoria
B. Tujuan Pemberian
C. Organ – organ yang dapat diberi obat suppositoria
1. Pemberian Obat Suppositoria Melalui Rektum
A. Pengertian Pemberian Obat Melalui Rektum
B. Tujuan Pemberian Obat Pada Rektum
C. Indikasi dan kontra indiaksi
D. Macam-macam obat supositoria
E. Keuntungan dan Kerugian
F.Persiapan Alat
G. Prosedur Kerja
2. Pemebrian Obat Suppositoria Melalui Vagian
A. Pengertian Pemberian Obat Melalui Vagina
B. Tujuan Pemberian Obat Pada Vagina
C. Indikasi dan Kontra Indikasi
D. Macam-macam obat supositoria vagina
E. Keuntungan dan Kerugian
F. Persiapan Alat

3
G. Prosedur Kerja
H. Mekanisme Kerja Obat
I. Evaluasi Tindakan

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

4
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat
dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk
suppositoria.
Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profil pelepasan
obat dari supositoria apabila dievaluasi dengan menggunakan intrinsik
dan non-intrinsik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan obat
yang diperoleh dengan metode non-intrinsik selalu menunjukkan harga
yang lebih besar dibandingkan dengan metode intrinsik berapapun kadar
obat yang terkandung di dalam supositoria, konsentrasi obat tidak
menunjukkan hubungan yang proporsional dengan pelepasan obat
walaupun menunjukkan tendensi pelepasan yang naik dengan naiknya
konsentrasi obat.

B. Tujuan
 Agar mahasiswa dapat mengetahui pemberian obat secara
suppositoria
 Dapat menyebutkan cara pemberian obat secara Suppositoria

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberian obat suppositoria


Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk
suppositoria.

B. Tujuan Pemberian
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik

5
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan

C. Organ – organ yang dapat diberi obat suppositoria


Organ-organ tubuh yang dapat diberi obat supositoria:
1. Rektum
2. Vagina

1. Pemberian Obat Suppositoria Melalui Rektum


A). Pengertian Pemberian Obat Melalui Rektum
Pengertian Pemberian Obat Melalui Rektum adalah pemberian
sejumlah obat ke dalam Rektum dalam bentuk supositoria

B). Tujuan Pemberian Obat Pada Rektum


Memperoleh efek pengobatan secara lokal maupun sistemik
Melunakan feces sehingga mudah untuk di keluarkan.

C). Indikasi dan kontra indiaksi


o Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout
akut dan osteoritis.
o Kontra Indikasi
 Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
 Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan
aktif (inflamasi akut) pada saluran cerna.
 Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma
bronchial atau alergi
 Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
 Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita
piotitis atau hemoroid.

D). Macam-macam obat supositoria

6
Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka pada
umumnya dosis perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke
dalam rectum. Jika tidak dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis
2 kali sehari.
Contoh obat supositoria
 Kaltrofen supositoria
 Profeid supositoria
 Ketoprofen supositoria
 Dulcolax supositoria
 Profiretrik supositoria
 Stesolid supositoria
 Boraginol supositoria
 Tromos supositoria
 Propis supositoria
 Dumin supositoria

E). Keuntungan dan Kerugian


 Keuntungan
o Bisa mengobati secara bertahap
o Kalau missal obat minimbulkan kejang, atau panas
reaksinya lebih cepat, dapat memberikan efek local dan
sistemik.
o Contoh memberikan efek local dulcolax untuk
meningkatkan defeksasi.
 Kerugian
o Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV
o Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar
lagi.
o Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami
pembedahan rekrtal.
F).Persiapan Alat

7
 Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
 Aplikator untuk krim vagina
 Pelumas untuk supositoria
 Sarung tangan sekali pakai
 Pembalut
 Handuk bersih
 Gorden / sampiran

G). Prosedur Kerja


 Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis
pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.
 Siapkan klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian
atas fleksi ke depan
Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
 Kenakan sarung tangan
 Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada
ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada
jari telunjuk dan tangan dominan anda.
 Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan
untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria
melalui spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
 Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan
jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam
anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm
pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum
supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek
terapeutik

8
 Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
 Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring
selama 5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria
 Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases,
letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien
dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke
kamar mandi
 Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
 Cuci tangan
 Kaji respon klien
 Dokumentasikan seluruh tindakan.

2. Pemebrian Obat Suppositoria Melalui Vagian


A). Pengertian Pemberian Obat Melalui Vagina
Pengertian Pemberian Obat Melalui Vagina adalah pemberian
sejumlah obat ke dalam Vagina

B). Tujuan Pemberian Obat Pada Vagina


o Mengobati inveksi pada vagina
o Menghilangka nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan
pada vagina
o Mengurangi peradangan

C). Indikasi dan Kontra Indikasi


o Indikasi
Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena
berbagai etiologi, ektropia dan parsio dan serviks. Servik
sebagai hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip
di serviks, erosi uretra eksterna dan popiloma uretra
kondiloma akuminata. Luka akibat penggunaan instrument
ginekologi untuk mempercepat proses penyembuhan setelah

9
electron koagulasi.
o Kontraindikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai
kecenderungan hipersensitif atau alergi.

D. Macam-macam obat supositoria vagina


Satu ovula dimasukan sedalam mungkin ke dalam vagina setiap
hari sebelum tidur selama 1-2 minggu boleh dipakai sebagai
pengobatan tersendiri atau sebagai terapi interval pada kontensasi.
Pamakaian selama masa haid (menstruasi) tidak dianjurkan.
Contoh obat supositoria vagina.
o Flagil Supositoria
o Vagistin Supositoria
o Albotil Supositoria
o Mistatin Supositoria
o Tri Costatis Supositoria
o Neoginoksa Supositoria

E) .Keuntungan dan Kerugian


o Keuntungan
 Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan
nekrotik dikoagulasi dan kemudian dikeluarkan
 Mengobati infeksi pada vagina
 Mengurangi peradangan
o Kerugian
 Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan
dalam vagina berupa bau dan rasa tidak nyaman.

F). Persiapan Alat


 Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
 Aplikator untuk krim vagina

10
 Pelumas untuk supositoria
 Sarung tangan sekali pakai
 Pembalut
 Handuk bersih
 Gorden / sampiran

G). Prosedur Kerja


o Cek kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan,
waktu, jumlah dan dosis obat.
o Sikap klien
 Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya.
 Jaga privsi dan minta klien untuk berkemih terlebih
dahulu
 Pengosongan kandung kemih akan mengurangi
ketidaknyamanan saat prosedur dan mengurangi resiko
iritasi vagina.
 Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki flexi dan
panggul rotasi internal.
 Tutup dengan selimut mandi dan pinjamkan area parineal
saja.
o Pakai sarung tangan.
o Infeksi orivisum vagina, catat adanya pengeluaran bau atau
rasa tidak nyaman.
o Lakukan perawatan perineal.

Pemberian Obat Supositoria


o Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan
sejumlah pelumas yang larut dalam air pada ujung
supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk
yang telah terpasang sarung tangan dari tangan dominan,

11
pelumas mengurangi gesekan pada permukaan mukosa
selama insersi supositoria.
o Dengan tangan dominan yang sudah terpasang sarung
tangan, regangkan lipatan libia dan memanjangkan orifisum
vagina.
o Masukan supositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding
vagina posterior¬. Memastikan distribusi obat yang merata
sepanjang dinding rongga vagina
o Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa di
sekitar ofisum dan libia
o Minta klien untuk tetap berada pain posisi tersebut selama 5-
10 menit setelah insersi obat akan didistribusikan dan
diabsorpsikan merata melalui ofisum
o Tawarkan pembalut parineal sebelum pasien melakukan
ambulasi memberikan kenyamanan klien.
o Lepaskan sarung tangan dan buang ke dalam tempat yang
sesuai.
o Cuci tangan
o Kaji respon klien
o Dokumentasikan seluruh tindakan

H). Mekanisme Kerja Obat


Jika dikombinasikan dengan preparat oral, maka pda umumnya
dosis perhari adalah supositoria yang dimasukan kedalam rectum,
jika tidak dikombinasikan dosis lazim adalah 1 supositoria 2 kali
sehari

I). Evaluasi Tindakan


Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan antara metode
disolusi intrinsik dan non-intrinsik untuk mengevaluasi pelepasan obat
dari supositoria basis lemak. Penelitian dilakukan dengan cara

12
membuat supositoria dengan basis lemak yang mengandung natrium
salisilat sejumlah 50 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg dan 250 mg tiap
supositoria, kemudian dilakukan uji disolusi terhadap supositoria
tersebut dengan menggunakan alat uji disolusi intrinsik yang
membatasi luas kontak muka antara supositoria dengan medium, dan
alat uji disolusi non-intrinsik yang tidak membatasi luas kontak muka
antara supositoria dengan medium. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan profil pelepasan obat dari supositoria apabila
dievaluasi dengan menggunakan intrinsik dan non-intrinsik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelepasan obat yang diperoleh dengan
metode non-intrinsik selalu menunjukkan harga yang lebih besar
dibandingkan dengan metode intrinsik berapapun kadar obat yang
terkandung di dalam supositoria, konsentrasi obat tidak menunjukkan
hubungan yang proporsional dengan pelepasan obat walaupun
menunjukkan tendensi pelepasan yang naik dengan naiknya
konsentrasi obat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat
dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk
suppositoria.
Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profil pelepasan
obat dari supositoria apabila dievaluasi dengan menggunakan intrinsik
dan non-intrinsik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan obat

13
yang diperoleh dengan metode non-intrinsik selalu menunjukkan harga
yang lebih besar dibandingkan dengan metode intrinsik berapapun kadar
obat yang terkandung di dalam supositoria, konsentrasi obat tidak
menunjukkan hubungan yang proporsional dengan pelepasan obat
walaupun menunjukkan tendensi pelepasan yang naik dengan naiknya
konsentrasi obat.
Pemberian obat secara sublingual adalah pemberian obat dengan
cara meletakannya dibawah lidah sampai diabsorpsi ke dalam pembuluh
darah

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca
agar dapat lebih mengetahui tentang tanggung jawab dan tanggung gugat
sebagai perawat. Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia
keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

http://layananapotek.blogspot.com/2008/07/penggunaan-obat-sediaan-
supositoria.html
http://www.thebestlinks.com/tag/prosedur-pemberian-obat-
supositoria.html

14
http://books.google.co.id/books?id=rLWvvfL8BcC&pg=PA88&lpg=PA88&d
q=definisi+supositoria&source=bl&ots=B25ZOajyLE&sig=e0wfWf
ou4g2_iOTK3sf8v6aw3nI&hl=id&ei=4TmnS_vsMZS0rAexic3nAQ&
sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0CA0Q6AEwAg
#v=onepage&q=definisi%20supositoria&f=false

15

Anda mungkin juga menyukai