Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Obat Suppositoria dan Cara Menggunakannya

Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam
anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra).
Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang mengandung obat. Suppositoria
rektal akan hancur atau larut dalam suhu tubuh, dan akan menyebar secara bertahap ke lapisan usus
rendah (rektum), dimana disana ia akan diserap oleh aliran darah.

Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagia alternatif dari obat-obat oral (misalnya
ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi obat melalui mulut). Obat ini mudah diserap di dalam
rektum karena rektum kaya akan pembuluh darah. Di bawah ini adalah langkah-langkah untuk
memasukkan obat suppositoria ke dalam anus (rektum).

Cara menggunakan suppositoria rektal

Pergi ke toilet dan jika perlu kosongkan isi perut Anda (BAB).

Cuci tangan.

Buang semua foil atau plastik pembungkus suppositoria.

Lakukan dengan berjongkok atau rebah ke salah satu sisi tubuh dengan satu kaki ditekuk dan satu
kaki lainnya lurus.

Masukkan obat suppositoria dengan lembut namun tegas ke dalam anus. Jika perlu basahi ujung
suppositoria dengan sedikit air. Lalu dorong cukup jauh sehingga suppositoria tidak keluar kembali.

Tahan dan rapatkan kaki dengan duduk atau berbaring diam selama beberapa menit.

Cuci kembali tangan.

Usahakan agar tidak BAB selama setidaknya satu jam, kecuali obat suppositoria tersebut adalah jenis
pencahar.

Saran lainnya dalam penggunaan suppositoria rektal

Setelah berada di rektum, obat suppositoria akan mencair dan mungkin saja akan merembes dari
dubur Anda. Lebih baik masukkan obat suppositoria sebelum tidur malam hari daripada di siang hari,
namun tetap harus sesuai dengan jadawal yang diinstruksikan dokter. Jika Anda memasukkan obat
suppositoria di siang hari, ketahuilah bahwa beberapa jenis suppositoria dapat menodai pakaian.

Simpanlah obat suppositoria di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya, tapi tidak di dalam
kulkas kecuali memang diinstruksikan. Jika diletakkan di tempat yang terlalu hangat, obat
suppositoria akan meleleh.

Selalu jauhkan obat suppositoria dari jangkauan anak-anak.

Selalu gunakan suppositoria sesuai dengan ketentuan pada label atau seperti yang telah
diperintahkan oleh dokter atau apoteker.

Jangan pernah menggunakan atau memberikan obat suppositoria Anda kepada orang lain, meskipun
keduanya memiliki gejala atau penyakit yang sama.
Jika Anda lupa memasukkan obat suppositoria, segera masukkan di saat Anda ingat, lalu kemudian
lakukan sesuai jadwal seperti biasa. Namun jika waktu Anda ingat sudah mendekati waktu
pemberian berikutnya, lebih baik tinggalkan.

Suppositoria dirancang hanya untuk dimasukkan ke dalam rektum dan tidak boleh diminum. Jika
tertelan, segera hubungi dokter.

Jangan gunakan suppositoria yang sudah kadaluarsa. Sebalum menggunakannnya, selalulah lihat
tanggal kadaluarsa pada kemasan.

Pengertian Pemberian Obat Pervaginam


Merupakan cara pemberian obat dengan memesukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk
mendapatkan terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk
krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.

Tujuan Pemberian Obat Pervaginam


1. Mengobati infeksi pada vagina
2. Menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
3. Mengurangi peradangan

ndikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi
Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena berbagai etiologi, ektropia dan parsio
dan serviks. Servik sebagai hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks, erosi
uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka akibat penggunaan instrument
ginekologi untuk mempercepat proses penyembuhan setelah electron koagulasi.
2. Kontraindikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan hipersensitif atau alergi.

Macam-macam Obat Pervaginam


Tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal. Satu
ovula dimasukan sedalam mungkin ke dalam vagina setiap hari sebelum tidur selama 1-2 minggu
boleh dipakai sebagai pengobatan tersendiri atau sebagai terapi interval pada kontensasi.
Pamakaian selama masa haid (menstruasi) tidak dianjurkan.
Contoh obat supositoria vagina :
a. Flagil Supositoria
b. Vagistin Supositoria
c. Albotil Supositoria
d. Mistatin Supositoria
e. Tri Costatis Supositoria
f. Neoginoksa Supositoria

Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Pervaginam


1. Keuntungan
a. Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik dikoagulasi dan kemudian
dikeluarkan.
b. Mengobati infeksi pada vagina.
c. Mengurangi peradangan
2. Kerugian
Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan dalam vagina berupa bau dan rasa tidak
nyaman.
Prosedur Pemberian Obat Pervaginam
1. Persiapan Alat
a. Obat dalam tempatnya
b. Aplikator untuk krim vagina
c. Pelumas untuk supositoria
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Pembalut
f. Handuk bersih
g. Perlak/pengalas
h. Gorden / sampiran

Persiapan Pasien dan Lingkungan


a. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
b. Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
c. Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
d. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
f. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
g. Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
h. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal
posterior sampai 7,5-10 cm.
i. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
j. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
k. Cuci tangan.
l. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
Catatan: apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim yang
tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan
dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan sesuai langkah nomor 8,9,10,11.
Pemberian Obat Supositoria (Rektal)

A. Pengertian Obat Supositoria Rektal

Bentuk obat supositoria rektal berbeda dari obat supositoria vagina. Bentuk obat supositoria
rektal lebih tipis dan bulat. Bentuk obat yang ujungnya bulat mencegah trauma anal ketika obat
dimasukkan. Obat supositoria rektal mengandung obat yang memberikan efek lokal, misalnya
meningkatkan defekasi, atau efek sistemik, misalnya mengurangi rasa mual dan menurunkan suhu
tubuh. Obat supositoria rektal disimpan di dalam lemari es sebelum diberikan.

Selama memberikan obat perawat harus memasukkan obat supositoria melewati sfingter anal
dalam dan menyentuh mukosa rektal. Obat supositoria tidak boleh dipaksa masuk ke dalam massa
atau materi feses.

B. Tujuan Pemberian Supositoria

1. Memberikan efek lokal dan sistemik.

2. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat.

3. Menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.

4. Pemberian obat ini diberikan tepat pada dinding rektal yang melewati sfingter ani interna.
C. Indikasi

1. Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.

2. Untuk pengobatan konstivasi, wasir.

3. Untuk efek sistematik seperti mual dan muntah.

D. Kontra Indikasi

1. Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.

2. Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran
cerna.

3. Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.

4. Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.

5. Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.

6. Pembedahan rektal.

E. Pelaksanaan

1. Persiapan Alat

a) Supositoria rektal atau tube salep dan aplikator salep

b) Catatan pasien dan daftar obat pasien

c) Bantalan kassa ukuran 10 cm x 10cm

d) Sarung tangan

e) Pelumas dalam larutan air

f) Pilihan : pispot

2. Persiapan Pasien

a) Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.

b) Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.

c) Beri tahu pasien untuk tetap berbaring/miring selama kurang lebih 5 menit.

d) Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.

e) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.

3. Prosedur Tindakan
a) Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.

b) Siapkan pasien

c) Identifikasi pasien dengan tepat dan tanyakan namanya

d) Berikan penjelasan pada pasien dan jaga privasi pasien

e) Atur posisi pasien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan

f) Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja

g) Kenakan sarung tangan

h) Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri
pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.

i) Minta pasien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan sfingterani.
Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri

j) Regangkan bokong pasien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi,
masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada
orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.

k) Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada pasiennya di serap dan
memberikan efek terapeutik

l) Tarik jari anda dan bersihkan areal anal pasien dcngan tisu.

m) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk mencegah
keluarnya suppositoria

n) Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil dalam
jangkauan pasien agar pasien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi

o) Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar

p) Cuci tangan

q) Kaji respon pasien

r) Dokumentasikan seluruh tindakan.


Pemberian Obat Supositoria (Vagina)

A. Pengertian Obat Supositoria Vagina

Obat vagina tersedia dalam bentuk supositoria, sabun, jeli atau krim. Obat supositoria
tersedia dalam bungkus satuan dan dikemas dalam pembungkus timah. Penyimpanan di lemari es
mencegah obat supositoria padat berbentuk oval meleleh. Setelah obat supositoria dimasukkan ke
dalam rongga vagina, suhu tubuh akan membuat obat meleleh, didistribusikan dan diabsorpsi.
Setelah memasukkan obat, pasien mungkin berharap untuk memakai pembalut perineum untuk
menampung drainase yang berlebihan. Karena obat vagina seringkali diberikan untuk mengobati
infeksi, setiap rabas yang ke luar mungkin berbau busuk.

B. Tujuan Pemberian Supositoria vagina

1. Mengobati infeksi pada vagina

2. Menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina

3. Mengurangi peradangan

4. Indikasi dan KontraindikasiTindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat

C. Indikasi

Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena berbagai etiologi, ektropia dan parsio
dan serviks. Servik sebagai hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks, erosi
uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka akibat penggunaan instrument
ginekologi untuk mempercepat proses penyembuhan setelah electron koagulasi.

D. Kontra Indikasi

Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan hipersensitif atau alergi.
E. Pelaksanaan

1. Persiapan Alat

a) Obat dalam tempatnya

b) Aplikator untuk krim vagina

c) Pelumas untuk supositoria

d) Sarung tangan sekali pakai

e) Pembalut

f) Handuk bersih

g) Perlak/pengalas

h) Gorden / sampiran

2. Persiapan Pasien dan Lingkungan

a) Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.

b) Memeberitahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.

c) Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.

d) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.

3. Prosedur Tindakan

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Gunakan sarung tangan.

c) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.

d) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.

e) Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.

f) Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.

g) Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal
posterior sampai 7,5-10 cm.

h) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.

i) Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.

j) Cuci tangan.

k) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

Catatan: apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim yang
tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan
dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan sesuai langkah nomor 8,9,10,11
Prosedur Pemberian Obat Melalui Rektum
Thursday, September 25th 2014.

Oleh : Bidan Rina Widyawati

Pemberian obat per rectal (anus) merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui anus atau rektum dengan tujuan memberikan efek lokal sistemik.

Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan
efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.

Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi
secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin
suppositoria dengan fungsi mendilatasi bronkus.

Pemberian obat suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rektum yang melewati sfingter ani
interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.

Berikut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memberikan obat melalui
rektum pasien, yaitu sebagai berikut:
1. Patuhi prosedur pekerjaan
2. Perhatikan keadaan umum klien pada saat sebelum dan setelah obat suppositoria
dimasukkan
3. Obat suppositoria harus disimpan di dalam lemari es agar tidak meleleh
4. Pada saat membuka bungkus suppositoria usahakan tangan jangan sampai menyentuh obat
suppositoria
5. Ambil obat suppositoria dengan kassa agar jangan sampai jatuh karena permukaan
suppositoria yang sangat licin
6. Perhatikan reaksi pasien pada saat obat suppositoria dimasukkan ke dalam rektum
7. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis.
Peralatan dan bahan yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :
1. Sarung tangan
2. Vaselin (pelicin)
3. Bak instrumen
4. Tempat sampah kering
5. Waskom larutan clorin
6. Bengkok
7. Perlak dan alas
8. Baki beralas
9. Obat suppositoria
10. Kain kassa
11. Kertas tissue
12. Larutan Clorin 0,5 %.
Berikut prosedur memberikan obat melalui rektum pasien yaitu :
1. Lakukan informed consent pada pasien. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan pemberian
obat per rektal, prosedur yang akan dilakukan dan gunakan bahasa yang dipahami pasien.
2. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dan susun secara ergonomis. Letakkan
alat sesuai dengan fungsinya dan dekatkan ke pasien agar mudah dijangkau
3. Pasang sampiran. Pastikan privacy pasien tetap terjaga.
4. Atur posisi pasien dalam posisi sim. Buka pakaian bawah pasien terlebih dahulu lalu
baringkan pasien miring ke kiri dan kaki kanan di tekuk.
5. Pasang perlak dan alasnya di bawah bokong ibu. Letakkan perlak dan alas tepat dibawah
bokong ibu agar kotoran tidak jatuh ke tempat tidur.
6. Cuci tangan 7 langkah. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Lakukan sebersih
mungkin, termasuk disela-sela jari dan lepaskan semua perhiasan, keringkan dg handuk.
7. Buka pembungkus suppositoria. Robek pembungkus suppositoria pada bagian yang telah
diberi tanda dan jari jangan sampai memegang suppositoria.
8. Pakai sarung tangan. Pakai sarung tangan, tidak perlu steril, hanya untuk melindungi petugas
dari infeksi.
9. Ambil obat suppositoria dengan kassa. Buka pembungkus suppositoria dengan tangan kiri
(seperti membuka kulit pisang) kemudian ambil suppositoria dengan tangan kanan
menggunakan kain kassa.
10. Olesi ujung telunjuk kanan dan ujung suppositoria dengan pelicin. Keluarkan dulu isi pelicin,
kemudian oleskan pada ujung telunjuk kanan dan ujung suppositoria tanpa menyentuh ujung
botol pelicin.
11. Buka bokong sekitar anus agar lubang anus terlihat jelas. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kanan/tangan dominan.
12. Masukkan suppositoria ke dalam anus ± 7-8 cm. Anjurkan pasien bernafas melalui mulut agar
spingter ani rileks kemudian masukkan suppositoria secara pelan-pelan ke dalam anus lalu
dorong dengan jari telunjuk tangan kanan sampai melewati spingter ani interna.
13. Tarik jari telunjuk keluar. Keluarkan jari secara pelan-pelan.
14. Jepit kedua bokong pasien agar suppositoria tidak keluar. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri/tangan yang dominan.
15. Anjurkan pasien tetap berbaring selama ± 20 menit. Anjurkan pasien jangan mengedan untuk
menahan suppositoria agar tidak keluar.
16. Bersihkan daerah anus dengan tissue. Lakukan dengan hati-hati dan perhatikan ekspresi
wajah pasien.
17. Rapihkan pasien kembali. Ambil perlak dan alas dibawah bokong pasien dan rapihkan
kembali pakaian bawah pasien.
18. Bereskan alat. Buang semua bahan yang telah digunakan ke dalam tempat sampah. Rendam
semua alat bekas pakai yang terkontaminasi ke dalam larotan Clorin 0,5 % lalu rendam
selama 10 menit Bereskan peralatan kemudian letakkan alat di tempat semula.
19. Lepaskan sarung tangan. Basuh sarung tangan dalam larutan Clorin 0,5 % lalu rendam
selama 10 menit.
20. Cuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah menyelesaikan
tindakan. Lakukan sebersih mungkin termasuk disela-sela jari dan keringkan dengan handuk.
21. Dokumentasi. Catat dalam buku obat : reaksi pasien, hasil dari pemberian suppositoria,
tanggal dan jam pemberian obat, nama obat yang diberikan, nama serta tanda tangan yang
memberikan obat.
Pemberian Obat melalui Vagina dan Rectum
POSTED ON 7 MEI 2014

I. Pemberian Obat melalui Vagina

 Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina.


 Tujuan: mendapatkan efek terapi obat (mengurangi rasa nyeri, terbakar, ketidaknyamanan)
dan mengobati saluran vagina atau serviks (infeksi, peradangan).
 Sediaan: cream, jelly, foam, supositoria (contoh: nistatin supositoria, albotil, tricostatis
supositoria, neogiknosa supositoria).
 Cara: irigasi, mengoleskan, supositoria.
 Indikasi: klien dengan vagina yang kotor, radang, infeksi, dan persiapan tindakan bedah
jalan lahir (diberikan pada pasien dengan hymen yang sudah tidak utuh, dan tidak kontak
seksual selama pengobatan).
 Kontra indikasi: menstruasi, perdarahan, KPD, placenta previa, partus preterm.
 Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya


2. Bak instrumen
3. Sarung tangan
4. Kain kasa
5. Kapas sublimat
6. Vaselin / jelly
7. Kertas tisyu
8. Kapas sublimat dalam tempatnya
9. Bengkok
10. Pengalas
11. Lampu sorot/ lampu leher angsa (gcoseneck)

 Persiapan:

1. Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)


2. Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
4. Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel apabila
diperlukan
5. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
6. Mengatur posisi klien berbaring, posisi dorsal recumbent
7. Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja
Gambar 1. Posisi Dorsal Recumbent

 Prosedur:

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Siapkan obat yang akan digunakan: buka pembungkus obat
5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
6. Inspeksi kondisi genetalia eksterna dan saluran vagina
7. Apabila jenis obat suppositoria maka berikan pelumas pada obat
8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal
vaginal posterior sampai 7,5-10 cm
9. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu
10. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
11. Lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan
13. Kaji respon klien
14. Dokumentasi: catat identitas, waktu, obat, dosisi/jumlah, dan cara pemberian
15. Catatan: apabila obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk penggunaan krim yang
ada di kemasan, masukkan aplikator, dan lanjutkan sesuai langkah 8 s.d. 11.

II. Pemberian Obat malalui Rectum

 Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum,
yang melewati spinkter ani eksterna.
 Tujuan: memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces
dan merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.
 Manfaat: tidak menimbulkan iritasi pada saluran bagian atas, mempunyai tingkatan aliran
pembuluh darah yang besar (pembuluh darah di rectum tidak ditransportasikan melalui liver),
dan pada obat tertentu diabsorpsi dengan baik melalui dinding rectum.
 Sediaan: cair (enema), padat (supositoria). Contoh: supositoria= aminophilin, dulcolac,
kaltrofen, stesolid, dumin; gliserin.
 Cara: supositoria, krim, jelly, foam.
 Indikasi: gangguan defekasi, membersihkan colon, gangguan pernafasan.
 Kontraindikasi: klien dengan pembedahan rectal.
 Alat dan bahan

1. Obat sesuai yang diperlukan: suppositoria, krim, jelly,atau foam dalam tempatnya
2. Aplikator (untuk sediaan bukan supositoria)
3. Pelumas/vaselin/ jelly
4. Sarung tangan
5. Kain kasa
6. Kertas tisyu
7. Bak instrumen
8. Bengkok
9. Pengalas

 Persiapan:

1. Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)


2. Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
3. Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
4. Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel apabila
diperlukan
5. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
6. Mengatur posisi klien berbaring, posisi sims dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
7. Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja

Gambar 2. Posisi Sims

 Prosedur

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa (apabila obat dalam bentuk selain
supositoria, maka masukkan obat dalam aplikator sesuai dosis)
5. Oleskan ujung pada aplikator/obat suppositoria dengan pelicin
6. Minta klien untuk menarik nafas dalam untuk merelaksasikan sfingter ani
7. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan aplikator/suppositoria dengan
perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm
pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
8. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisyu
9. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.
10. Jika supositoria mengandung laktosit (pelunak faeces), maka siapkan pispot dan atau
bantuan untuk ke kamar mandi jika efek laksatifnya mulai bekerja
11. Setelah selesai lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan
13. Kaji respon klien
14. Dokumentasi: catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

Anda mungkin juga menyukai