Oleh :
Program Studi :
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
c. Tujuan Penulisan
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Merokok
Diabetes Mellitus
Kegemukan
Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan).Anda bisa terkena
penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan
(overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol
tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner
bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok,
kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor
ini bersama-sama berperan besar dalam menentukan kecepatan artero- genensis
(Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak ditentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet
yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh
kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret
dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui benar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes,
umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
a. Patofisiologi
Penyakit Jantung Koroner sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau
lebih faktor resiko seperti: obesitas, merokok, hipertensi, dll. Faktor-faktor ini
menyebabkan interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cidera endotel
pembuluh darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi
lipid yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi
komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila
rupture dapat terjadi thrombus. Thrombus yang menyumbat pembuluh darah
menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga suplai O2 yang diangkut darah
kejaringan miokardium berkurang yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam
laktat yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan PH endokardium yang
menyebabkan perubahan elektro fisiologi endokardium, yang pada akhirnya
menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami
disritmia.Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan
otot jantung yang ireversibel dan kematian otot jantung (infark). Miokardium yang
mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi
kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim dari intrasel ke pembuluh darah yang
dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang infark
mengalami perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang
mengalami infark tampak memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut
berhenti.
Dalam jangka waktu 2-4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan
yang disertai infiltrasi leukosit. Infark miokardium akan menyebabkan fungsi
ventrikel terganggu karena otot kehilangan daya kontraksi. sedang otot yang
iskemik disekitarnya juga mengalami gangguan dalam daya kontraksi secara
fungsional infark miokardium akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada
daya kontraksi, gerakan dinding abnormal, penurunan stroke volume, pengurangan
reaksi peningkatan volume akhir sistolik dan penurunan volume akhir diastolik
vertrikel. Keadaan tersebut diatas menyebabkan kegagalan jantung dalam
memompa darah (jatuh dalam dekompensasi kordis) dan efek jantung ke belakang
adalah terjadinya akumulasi cairan yang menyebabkan terjadinya oedem paru-paru
dengan manifestasi sesak nafas. Sedangkan efek ke depan terjadinya penurunan
COP sehingga suplay darah dan oksigen sistemik tidak adekuat sehingga
menyebabkan kelelahan. Bila terjadi peningkatan kebutuhan jaringan aliran yang
tadinya mencukupi menjadi berkurang.
Hal ini akan menyebabkan hipoksia jaringan yang akan menghasilkan peningkatan
hasil metabolisme misalnya asam laktat. Akan menimbulakan manifestasi klinis
nyeri dada, rasa berat, rasa tertekan, panas, rasa tercekik, tak enak dada, capek
kadang – kadang seperti masuk angin. Manifestasi angina yang timbul setelah
aktivitas fisik disebut effort angina. Gradasi beratnya nyeri dada telah dibuat oleh
Canadian Cardiovascular Societyf sebagai berikut:
1. Angina Pektoris stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah
raga atau naik tangga.
a. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan
kebutuhan
b. oksigen niokard
b. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas
c. Durasi nyeri 3-15 menit
Hal pertama hal yang perlu dimengerti yaitu bahwa jantung adalah sebuah
otot, miokardium (myo=otot, cardia=jantung). Ini berbeda dari semua otot dalam
tubuh dalam kemampuannya yang luar biasa untuk pulih dengan sangat cepat dari
pengerutan atau “denyut” sebelumnya. Ia menyelesaikan siklus-siklusnya atau
tindakan pemendekan dan pemanjangannya dalam seperlima detik, kemudian
membutuhkan tiga atau empat perlima detik untuk memulihkan diri, agar ia bisa
mengkerut lagi.
Pada saat istirahat yang sangat penting itu, otot jantung mengatur kembali dirinya
sehingga ia bisa memendek atau mengkerut kembali dirinya sehingga bisa
memendek atau mengkerut kembali tanpa menjadi lelah. Ketika berdenyut ia
menggunakan oksigen yang diambil dari dalam darah untuk mengubah glukosa
yang ada dalam simpanannya menjadi energy.
b. Pathways
2.5 Pemeriksaan Penunjang
. 1. Fokus pengkajian
a. Anamnesa riwayat kesehatan klien dan keluarga dahulu apakah mempunyai
riwayat penyakit jantung
b. Nutrisi dan metabolic
c. Gejala: mual. Kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati Tanda: penurunan turgor
kulit, kulit atau berkeringat, muntah, perubahan berat badan.
d. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala:
a. Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tak berhubungan dengan
aktivitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
b. Lokasi: tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia dapat menyebar ke tangan,
rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrum, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher.
c. Kualitas: chrushing, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
d. Intensitas: biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah di alami. Tanda: wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis,
merintih, meregang, menggeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, respon
otomatis perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna
kulit atau kelembaban, kesadaran.
e. Integritas ego
Gejala: menyangkal gejala penting atau adanya kondisi, takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu, kuatir tentang
keluarga, kerja dan keuangan. Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri atau nyeri.
f. Pernafasan
Gejala: dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau tanpa
produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis. Tanda:
peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak atau kuat, pucat atau sianosis, bunyi
nafas bersih atau krekels atau mengi, sputum bersih merah muda kental.
g. Aktivitas dan latihan
Gejala atau tanda: kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
h. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat)
i. Sirkulasi dan TTV
j. Tekanan darah: dapat normal atau tidak, perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk atau berdiri.
k. Nadi: dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah atau kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur ( disritmia ).
l. Bunyi jantung: bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilitas atau complain ventrikel.
m. Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung.
n. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
o. Edema: distensi vena juguler, esema dependent, perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
p. Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa dan bibir.
2. Data Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG)
Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu
1. Lead II, III, aVF : Infark inferior
2. Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
3. Lead V2-V4 : Infark anterior
4. Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
5. Lead I, aVL : Infark high lateral
6. Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
7. Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral Adanya Q valve patologis pada
sadapan tertentu
b. Ekokardiogram Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi
jantung khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang
ultrasounds.
c. Laboratorium Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan
puncaknya 1030 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH setelah
serangan puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hari- Leukosit
meningkat 10.000 – 20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat sebagai akibat
aterosklerosis.
d. Foto thorax roentgen Tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat
pada bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi
ventrikel.
e. Tes Treadmill Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap
aktivitas.
2.6 Komlikasi
5. Diabetes
2.7 Penatalaksanaan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn. JL
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
jaktim
Suku : Batak
Pengkajian : 22 – 12-2005
Regester : 296 99 92
Keluhan utama :
3 jam sebelum Mrs klien tiba-tiba pingsan,dada terasa
tertekan,nyeri menjalar ke bahu belakang,keluar keringat
dingin.maka oleh keluarga dibawa ke IGD RSCM dan masuk ke
ICCU.karena kondisinya membaik maka klien dipindahkan
keruang IRNA lantai 6 kanan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Sekitar 4 tahun yang lalu klien dirawat di RS Haji dengan sakit jantung
dan setelah itu tidak pernah kontrol
4. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi,Dm atau
jantung.
5. Pola pola fungdi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Kebiasan merokok sejak muda ( sekitar 40 tahun ) dengan konsumsi
3 bungkus /hari,jamu,olahraga,atau gerak badan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum Mrs klien makan 3 X sehari dengan porsi cukup dan suka
makan diluar rumah,saat Mrs penuhan nutrisi bubur kasar 1 porsi
habis setiap kali makan,kesulitan menelan tidak ada,keadaan yang
menggangu nutrisi tidak ada setatus gizi yang berhubungan dengan
tubuh : postur tubuh tinggi besar keadaan rambut bersih.
c. Pola eliminasi
BAB frekuensi 1 kali / 3 hari,warna kekuningan, dan bau khas feses,
konsistensi lembek,tidak ada keluhan
d. ӨPola tidur dan istirahat
Tidur frekuensi 2 X / hari jam tidur siang 1 sampai 3 per hari,tidur
malam 6 sampai 7 jam per hari, tidak ada keuhan.
e. Poa aktivitas
Klien biasanya duduk seharian untuk membuat pola rancangan baju
dari pemesanan.olahraga kadang kadang 1 minggu sekali jalan jalan
pagi ke TMII.
f. Pola sensori dan kognitif
Sensori :
Daya penciuman, daya rasa, daya rabah, daya pendengaran baik.
Kognitif :
Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat baik,
g. Pola penanggulangan setres
Penyebab setres, mekanisme terhadap setres, adaptasi terhadap
setres diri sementara biasanya klien meminta bantuan keluarga
terutama istri.
Pemeriksaan fisik
1. Setatus kesehatan umum
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis,suara bicara
jelas, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu tubuh 360C, pernafasan
20 X / menit, nadi 100 X / menit, reguler.
2. Sistem intekgument
Tidak tampak pucat, permukaan kulit baik, tekstur baik, rambut
bersih,tidak botak, sianosis tidak ada.
3. Kepala
Norma cephalic, simentris, nyeri kepala tidak ada.
4. Muka
Simetris, odema Ө, otot muka dan rahang kekuatan normal,
siaanosis pada circumoris tidak ada.
5. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjungtiva anemis (-), pupil
isokor sclera tidak ikterus (-), reflek cahaya positif. Tajam
pengelihatan normal.
6. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas
normal, pendengaran menurun.
7. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada,pernafasan
cuping hdung tidak ada.
8. Mulut dan faring.
Bau mulut Ө, setomatitis (-), stomatitis (-), gigi lengkap,
kelainan lidah tidak ada.
9. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jubularis 5 +
0 cm H2O
10. Toraks
Paru
Gerakan simetris, retraksi supra seternal (-), retraksi intercoste
(-), perkusi resonan, rhochi -/-, wheezing -/-,vocal fremitus kuat
dan simetris, perkusi resonan.
11. Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas
kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 axilla anterior kanan. Perkusi
dullness. Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-).
Caplilary refill 2 - 3 detik.
12. Abdomen
Bising usus normal, tidak ada benjolan, nyeri tekanan pada
kuadran kanan bawah tidak ada, pembesaran hepar tidak ada.
13. Inguinal – Genitalia – Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan
pembuluh limfe tidak ada, tidak ada hemoroid.
14. Ekstremitas
Akral hangat, edema -/-, kekuatan 5/5, gerak yang tidak disadari
-/-.
15. Tulang belakang
Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.
Pemeriksaan peunjang
Laboratorium ( 19 Desember 2017 )
- Hb : 13,2
- Leukosit : 11.800
- Trombosit : 284.000
- SGOT / PT : 27 / 34
- Albumin : 3,7
- Na : 138
- K : 3,7
- Cl : 97
- Ureum : 24
- Creatininin : 1,2
- GDA : 119
- Diff Count : - / - /75/24/-
- APTT : 49,4
Ecokardiograp
Ef : 22%, dilatasi LV dan LA, hipokinetik global.
ISDN : 3 x 10 mg Furosemid : 1 x 40 mg
Ascardia : 1 x 160 mg Captopril : 2 x 6,25 mg
Laxadin : 3 x C1 Digoxin : 1 x 0,25 mg
Diazepam : 3 x 2 mg ISDN : 3 x 5 mg
KSR : 2 x 1 tab Ascardia : 1 x 160 mg
Digoxin : 1 x 1 tab Omeprazole : 1 x 20 mg
Captopril : 2 x 6,25 mg Laxadin : 3 x C1
Furosemid : 1 x 1 tab Diazepam : 3 x 2 mg
Bosoprplol : 1 x 25 mg KSR : 2 x 1 tab
IVFD heparin drip : 10.000/ 12 jam
B. Diagnosa Keperawatan
Do :
- tekanan darah
120/80 mmHg
- suhu 36°C
- pernafasan
20X / menit
- nadi 100 X /
menit
- reguler, EKG,
Irama sinus,
- HR 100 X /
menit
- axis normal,
hipertropi
vertikal tidak
ada, ST elevasi
dan depresi tidak
ada, interval PR
˂ 0,20.
Do :
- klien dirawat 2
X, tidak suka
olahraga, sering
makan
berlemak.
Diagnosa keperawatan
C. INTERVENSI
4. observasi
gejala yang Untuk
berhubungan memantau
dengan adanya gejala
dispenea, lain.
mual/muntah,
pusing
palpitasi.
5. evaluasi Untuk
laporan nyeri mengetahui
pada rahang, adanyanya
leher, bahu, rahang, leher,
tangan/lengan bahu,
khususnya tangan/lengan.
sebelah kiri.
Untuk
6. posisikan memberikan
klien pada
istirahat total posisi yang
selama episode nyaman
angina. kepada klien.
4. jelaskan Untuk
pentingnya mencegah
mengontrol terjadinya
berat badan, serangan
dan cara kembali.
menghentikan
rokok.
5. dorong klien Untuk
untuk mengontrol
mengikuti kegiatan
program yang fisiknya
ditentukan supaya tidak
untuk kelelahan
mencegahan kembali.
kelelahan.
6. tunjukan Untuk
pada klien cara mengetahui
untuk cepat lambate
memantau nadi detak jantung.
klien sendiri
selama
aktivitas.
8.kolaborasika
n tentang obat Untuk
obatan yang meminimalisir
sesuai indikasi yang diderita
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C. Long, 1996. Perawatan Medikal Bedah II. Bandung : Ikatan
Almuni Pendidikan Keperawatan Pajajaran