Anda di halaman 1dari 14

TABLET EFFERVESENT

EKSTRAK ALANG-ALANG
KELOMPOK II
TRANSFER A 2018
Rancangan Formula
Tiap 3 gram tablet mengandung :
1. Ekstrak akar alang-alang 100 mg (Zat Aktif)
2. Asam sitrat 8,58 %
3. Asam tartrat 27,17 % Kombinasi
asam-basa
4. Natrium bikarbonat 34,45 %
5. PVP 0,5 % (Pengikat)
6. PEG 6000 1,5 % (Lubrikan)
7. Mg Stearat 1% (Glidan)
8. Aspartam 2% (Pemanis)
9. Natrium benzoat 0,1% (Pengawet)
10. Laktosa ad 100% (Pengisi)
PENDAHULUAN
Klasifikasi tumbuhan alang-alang adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica (L.)
Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan
• Bentuk sediaan oral adalah cara minum obat paling populer yang
disebabkan kemudahan dalam penggunaannya, walaupun memiliki
kelemahan seperti mula kerja lambat atau memperlambat durasi kerja obat.
Hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat bentuk cair. Pada obat bentuk
cair, penundaan penyerapan dapat dihindari. Salah satu bentuk sediaan
yang dapat dibuat adalah tablet efervesen (Ipci, dkk., 2016).
• Tablet efervesen mengandung asam dan karbonat atau bikarbonat yang
bereaksi dengan cepat pada penambahan air dengan melepaskan gas
karbondioksida (Lachman, 2008).
• Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dicetak, selain zat aktif juga
mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium
bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
karbondioksida. Tablet dilarutkan atau didispersikan dalam air sebelum
pemberian. Tablet efervesen harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
atau kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak untuk langsung ditelan
(Depkes, RI, 1995).
• Tablet efervesen harus dilarutkan terlebih dahulu di dalam air
sebelum digunakan, sehingga menguntungkan untuk mencapai
stabilitas pengobatan. Selain berkontribusi untuk meningkatkan
asupan cairan tubuh, keuntungan lainnya adalah mempercepat
kerja obat, rasa menyenangkan, dan tampilannya menarik. Selain
itu, menguntungkan juga dalam kasus pasien yang sulit menelan
obat (Ipci, dkk., 2016 dan Shahi, dkk., 2017).
• Pemilihan tablet efervesen untuk sediaan karena tablet efervesen
memiliki kelebihan dalam hal ketepatan dosis, stabilitas, dan
kepraktisannya. Keuntungan lainnya adalah kemungkinan
penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis
yang tepat (Banker dan Anderson, 1994).
Alasan penggunaan zat aktif

• Telah banyak penelitian yang mengungkap kandungan zat aktif


dalam tanaman alang-alang terutama pada bagian akar. Senyawa
fenolik dianggap sebagai zat aktif utama dalam alang-alang.
• Senyawa polifenol yang terdapat pada akar alang-alang berfungsi
sebagai antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antihipertensi,
neuroproprotektor, antineoplasma, dan antiagregasi trombosit
(Triyono A, et al., 2019).
• Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan alang-alang
mengandung senyawa aktif alkaloid, flavanoid, steroid, terpenoid,
dan tanin (Umaningrum D, et al., 2009).
TUJUAN PENGGUNAAN
• Akar alang-alang terbaik berwarna pucat, rasanya manis, dan sejuk
(ASEAN Countries, 1993). Oleh karena itu, banyak dimanfaatkan
sebagai pereda panas dalam.
• Hal tersebut juga diungkapkan oleh Wijaya kusuma (2008) yang
menuliskan dalam bukunya bahwa akar alang-alang dapat
digunakan sebagai salah satu herbal untuk meredakan panas
dalam. Menurut pengertiannya, panas dalam merupakan sensasi
rasa seperti terbakar di dalam dada atau perut bagian atas.
Umumnya ditandai dengan sakit tenggorokan, sakit sewaktu
menelan disertai sakit di dada, dan sembelit.
• Panas dalam adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan adanya radang dalam saluran cerna terutama
mulut dan tenggorokan. Sebagian besar orang pernah
mengalaminya. Penyebab panas dalam dapat karena infeksi,
dehidrasi, stress dan kurang istirahat. Kandungan antioksidan,
antiinflamasi dan antimikroba dapat berperan dalam kondisi ini
(Triyono A, et al., 2019).
Alasan Bahan Tambahan
Laktosa
Bahan pengisi berfungsi untuk memperbesar volume massa agar
mudah dicetak karena zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Untuk
obat hidrofobik yang kelarutannya dalam air kecil, maka digunakan
bahan pengisi yang larut dalam air. Bahan pengisi tablet yang umum
adalah laktosa (Depkes, 1995).
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan
karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang
digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Umumnya formulasi
memakai laktosa menunjukkan laju penglepasan obat yang baik,
granulnya cepat kering, dan waktu hancurnya tidak terlalu peka
terhadap perubahan pada kekerasan tablet, serta harganya murah
(Banker dan Anderson, 1994). Laktosa merupakan eksipien yang baik
sekali digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif
berkonsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran yang
homogen (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Asam tartrat dan asam sitrat

Dapat digunakan sebagai sumber asam. Karena rasanya seperti jeruk,


asam sitrat lebih disukai untuk pembuatan tablet efervesen ini. kedua
asam ini mempunyai kelarutan lebih rendah dalam air. Jadi, semua
asam ini dapat digunakan dalam jumlah kecil (Ipci et al, 2016).
Asam sitrat adalah asam yang paling umum digunakan. Asam sitrat
mudah didapat,relatif tidak mahal, sangat mudah larut, memiliki
kekuatan asam yang tinggi, tersedia sebagai granul halus, dan
mengalir bebas. Asam sitrat sangat mudah larut dalam air, mempunyai
kekuatan asam yang tinggi, dan sangat higroskopik (Siregar dan
Wikarsa, 2010). Penelitian Pratiwi dan Hadisoewignyo (2010),
menyatakan bahwa faktor asam tartrat sebagai komponen asam dapat
menurunkan kekerasan tablet, meningkatkan kerapuhan tablet, dan
memperbesar konstanta laju disolusi.
Natrium Bikarbonat

Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam formulasi efervesen


adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan CO2
yang berguna sebagai disintegran. Bentuk bikarbonat maupun karbonat
dapat digunakan, namun bikarbonat lebih reaktif dan paling sering digunakan
(Siregar dan Wikarsa, 2010). Natrium bikarbonat merupakan sumber utama
karbondioksida dalam sistem efervesen. Senyawa ini larut sempurna dalam
air, tidak higroskopis, tidak mahal, banyak digunakan di pasaran dalam lima
tingkat ukuran partikel (mulai dari serbuk halus sampai granul seragam yang
mengalir bebas), dan dapat dimakan (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Natrium bikarbonat ini menghasilkan rasa yang enak dan segar karena
mengandung karbonat yang dapat menghasilkan gas CO2 serta membantu
memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Selain sebagai sumber
karbondioksida, natrium bikarbonat dalam formulasi efervesen juga
berfungsi sebagai penstabil karena kemampuannya mengadsorpsi lembab
yang dapat menginisiasi reaksi efervesen (Lieberman et al, 1989).
Mg Stearat
Mg stearat digunakan sebagai glidan dan antiadheren untuk
mengurangi gesekan antarpartikulat sehingga dapat mengalir dari
lubang corong yang lebih besar ke lubang yang lebih kecil dan
akhirnya ke dalam lubang cetak mesin tablet (Siregar dan Wikarsa,
2010). Untuk meningkatkan aliran granul, digunakan magnesium
stearat yang berguna mencegah tablet menempel pada cetakan (Ipci
dkk., 2016). Jumlah pelicin yang digunakan pada pembuatan tablet
satu dengan yang lain berbeda-beda mulai dari 0,1% sampai 5%
(Ansel, 1989).

Aspartam
Penambahan zat pemberi rasa ke dalam sediaan obat dimaksudkan
untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai. Pemanis yang
biasa digunakan adalah aspartam. Aspartam adalah senyawa metil
ester dipeptida yang memiliki kemanisan 120-280 kali lebih manis dari
gula tebu (Ansel, 1989). Kelebihan aspartam yang lain adalah tidak
ada rasa pahit (after taste) yang sering terdapat pada pemanis
lainnya(Octarina D, et al., 2014).
PEG 6000
Digunakan sebagai lubrikan. PEG 6000 dapat larut dalam air dan
mengurangi kemungkinan massa yang menempel pada cetakan tablet
pada saat proses pencetakan selain itu juga dapat meningkatkan sifat
alir dari granul effervesent (Octarina D, et al., 2014).

PVP (Polivinilpirolidon)
merupakan pengikat yang efekif pada sediaan effervesent dengan
rentang penggunaan 0,5-5%. Hal ini disebabkan karena kelarutan PVP
yang baik, granulasi yang menggunakan sistem PVP-alkohol dapat
diproses dengan baik, cepat kering serta sifat kempa yang sangat
baik (Khumaidi A, et al., 2014).

Natrium Benzoat
Digunakan sebagai pengawet karena memiliki sifat bakteriostatik pada
konsentrasi 0,02-0,05% (Rowe,2009).
Daftar Pustaka
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Penterjemah: Farida Ibrahim. Jakarta: UI-
Press. Hal. 214-217.
ASEAN Countries. 1993. Standard of ASEAN Herbal Medicine. Volume I. Jakarta: ASEAN Countries. Hal. 258.
Banker, G.S. dan Anderson, N.R. 1994. Tablet. Dalam: Lachman, L., Lieberman, H.A, dan Kanig, J.L., editor. Teori dan
Praktek Farmasi Industri II. Edisi Ketiga. Penterjemah: Siti Suyatmi. Jakarta: UI-Press. Hal. 643-646, 715-716.
Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia. Edisi Ke IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 4-7.
Djauhariya E, Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I-IV. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Ipci, K, Oktemes, T., Birdane, L., Altintoprak, N., Muluk, N.B., Passali, D., Lopatin, A., Bellussi, L., Mlodina, R.,
Pawankar, R., dan Cingi, C. 2016. Effervescent Tablets: a Safe and Partical Delivery System for Drug Administration.
Continuous Education and Scientific Research Association-ENT Updates. Vol. 6(1): Hal. 46-50.
Khumaidi A, Khodijah S, Yuliet ., 2014. FORMULASI TABLET EFFERVESCENT JAHE (Z Officinale Roscoe)
DENGAN VARIASI KONSENTRASI SUMBER ASAM DAN BASA. Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(3): 216 - 229
Lieberman, H.A., Lachman, L., dan Schwartz, J.B. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablet. Volume I. New York:
Marcel Dekker Inc. Hal. 731.
Octarina D, Dewi R, Iskandarsyah., 2014. Tablet Effervescent Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan
variasi Kadar Pemanis Aspartam. Pharm Sci Res. Vol 1 no 2 : 116-133.
Pratiwi, M., dan Hadisoewignyo, L. 2010. Optimasi Formulasi Tablet Lepas Lambat Kaptopril Menggunakan Metode
Design Faktorial. Majalah Farmasi Indonesia. Vol. 21(4): Hal. 285-289.
Umaningrum D, Seniwaty , Raihanah, Nugraheni I K., 2009. SKRINING FITOKIMIA DARI ALANG-ALANG (Imperata
Cylindrica L.Beauv) DAN LIDAH ULAR (Hedyotis Corymbosa L.Lamk). Sains dan Terapan Kimia, Vol. 3 No. 2 : 124 –
133
Triyono A, Zulkarnain Z, Wijayanti E, Fitriani U., 2019. Studi literatur untuk memperoleh dasar ilmiah penggunaan akar
alang - alang sebagai ramuan jamu untuk penyembuhan beberapa penyakit di rumah riset jamu hortus medicus.
Jurnal Media Litbangkes. Vol 29 no 4 : Hal 329-340.
Shahi, S., Patil, P., Sheikh, S., Khan, S., Chate, R., dan Dube, A. 2017. Effervescent Tablet: A Review. Journal of
Medical and Pharmaceutical Innovation. Vol. 4(22): Hal. 7-12.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar_x0002_dasar Praktis. Cetakan II.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.248-250, 293-294, 416-418.
Wijayakusuma, MH. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda. Hal. 164-165.

Anda mungkin juga menyukai