Anda di halaman 1dari 51

Tujuan dari percobaan kali ini adalah mempelajari dan menentukan tegangan

permukaan berbagai cairan. Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang di
kerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan,hal tersebut
karena gaya adhesi lebih kecil dari gaya kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan
terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan.
Tegangan permukaan sendiri adalah kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk
selalu menuju ke keadaan yang luas permukaanya lebih kecil yaitu permukaan datar, atau lebih
bulat seperi bola atau usaha untuk membentuk luas permukaan baru
Tetapi sebelum suatu cairan ditentukan tegangan mukanya, cairan tersebut dicari dahulu
bobot jenisnya yaitu dengan menggunakan alat yang disebut piknometer. Kemudian baru
menentukan tegangan muka kapiler suatu larutan tersebut, dengan metode kapiler.
Prinsip kerja piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
tuang, yaitu ditempati cairan ini. Untuk itu dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan
piknometer. Ketentuan metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman
tertentu dengan bertambahnya volume piknometer keoptimuman ini terletak pada sekitar isi
ruang 30 ml, bagian tutup mempunyai lubang berbentuk saluran kecil. Pengukuran harus
dilakukan pada suhu tetap. Volume zat cair selalu sama dengan volume piknometer, dirumuskan :
Bobot jenis cu = (bobot pikno + X bobot pikno kosong X 1g/ml
(bobot pikno + air) bobot pikno kosong
Pada praktikum kali ini digunakan metode piknometer untuk menentukan bobot jenis dan
kerapatan suatu zat. Pengukuran dengan menggunakan metode piknometer, hasilnya lebih
mendekati nilai kerapatan secara teoritis, hal ini disebabkan karena pada piknometer bagian
tutunya mempunyai lubang berbentuk saluran kecil sehingga gelembung udara dapat
dihilangkan. Dari piknometer ini memungkinkan kerapatn suatu zat dapat ditentukan lebih
akurat. Selain itu penggunaan piknometer jauh lebih simpel karena hanya menimbang bobot
piknometet kosong dan bobot piknometer beserta zat untuk menentukan bobot jenisnya. Bobot
jenis dan kerapatan ditentukan pada suhu 25C karena lebih besar senyawa lebih stabil pada suhu
tersebut.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode kenaikan kapiler. Alat yang
digunakan untuk menentukan tegangan permukaan adalah piknometer. Prinsip kerjanya adalah
bila suatu pipa kapiler dimasukkan kedalam cairan yang membasahi dinding maka cairan akan
naik kedalam kapiler karena adanya tegangan muka. Kenaikan cairan sampai pada suhu tinggi
tertentu sehingga terjadi keseimbangan antara gaya keatas dan kebawah.

Piknometer digunakan untuk mengetahui kerapatan zat yang diukur dengan cara
piknometer yang bersih dan kering kemudian ditimbang dan diisi dengan cairan yang akan
ditentukan kerapatannya sampai penuh. Selanjutnya piknometer didinginkan didalam air es
hingga suhunya mencapai 2 C dari suhu percobaan. Piknometer didinginkan dalam air es
bertujuan untuk mendapatkan volume piknometer yang sesengguhnya, karena waktu didinginkan
air akan menyusut. Piknometer yang tadi dinaikkan lagi suhunya agar mencapai suhu awal
percobaan karena ketika suhu naik volume air akan menyusut dan mengisi kembali celah-celah
piknometer dan benar-benar terisi penuh oleh cairan. Setelah itu piknometer ditimbang lagi utk
mendapat data piknometer + zat
dalam keadaan kering luarnya agar didapatkan hasil penimbangan yang akurat.
Pipa kapiler digunakan untuk mengetahui tinggi kenaikan kapiler suatu zat. Zat yang
akan diuji dimasukkan dalam bekker glass dengan volume 25 mL. Selanjutnya pipa kapiler
dimasukkan dalam cairan tersebut dan ditunggu sampai cairan tidak naik lagi. Kemudian diukur
kenaikan kapiler suatu zat dengan (mistar) yang seharusnya mengamati pipa kapiler dan
menghitung kenaikannya dengan melihat kertas milimeter blok yang sebelumnya sudah
ditempel pada dinding bekker glass yang bertujuan untuk memperjelas selisih tinggi
permukaan dan menghindari kesalahan dalam perhitungan.
Pada praktikum kali ini, zat yang digunakan dan yang akan ditentukan tentukan
teganagan mukanya adalah SLS atau disebut Sodium Lauril Sulfat. Densitas 1.01 g/cm
Dalam praktikum kali ini, digunakan larutan dari sodium lauril sulfat, dengan konsentrasi
yang berbeda yaitu SLS 0,005 %, SLS 0,01 %, SLS 0,02 %, SLS 0,03 %.
SLS adalah jenis surfaktan yang sangat kuat dan umum digunakan dalam produk-produk
pembersih noda minyak dan kotoran.
Dari hasil percobaan diperoleh hasil kerapatan air = 0,99623 g/mL, Tween 0,05% =
0,99623 g/mL, Tween 0,10% = 0,99436 g/mL, Tween 0,20% = 0,99623 g/mL, Tween 0,30% =
0,99623 g/mL, Paraffin cair = 0,835789 g/mL. Paraffin cair mempunyai berat terkecil karena
berat jenis paraffin cair lebih kecil dari air. Paraffin cair mempunyai ikatan antar molekul lemah
sehingga walaupun konsentrasi paraffin lebih kental akan tetapi kerapatannya paling kecil dan
tegangan muka paraffin juga yang paling kecil dibandingkan cairan yang lainnya yang digunakan
dalam percobaan. Hasilnya dapat diketahui bahwa semakin besar atau tinggi konsentrasi suatu
zat maka kerapatannya justru semakin kecil. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi suatu zat
sebanding dengan kerapatan dan berbanding terbalik dengan tegangan muka.

Digunakan larutan tween 80 dengan konsentrasi yang berbeda-beda dimaksudkan untuk


mengetahui pengaruh konsentrasi zat terhadap kerapatan dan tegangan antar muka. Aquades
berfungsi sebagai pembanding sehingga kerapatan dan tegangan mukanya dapat dilihat langsung
dalam tabel dengan menggunakan perbandingan suhu pada 25 C dan 30 C, kemudian dicari
tegangan muka pada suhu percobaan (28 C). Dan sebagai cairan yang digunakan pembanding
digunakan air . krn Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya
sifat kohesi antar molekul-molekul air Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, air
merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah
dimurnikan
.
Perbedaan kenaikan volume zat cair dalam pipa kapiler disebabkan oleh kekuatan adhesi
antara molekul-molekul cairan, sehingga cairan itu membasahi dinding kapiler, menyebar dan
meninggi dalam pipa. Dengan mengukur kenaikan ini dalam pipa kapiler dapat menentukan
tegangan permukaan cairan yang dimaksud, tetapi tidak diketahui tegangan antar muka.
Berdasarkan tegangan muka larutan tween 80 0,05%; 0,10%; 0,20%; 0,30% dan paraffin
cair merupakan surfaktan karena tegangan permukaannya lebih kecil dari pada tegangan muka
aquades yaitu tween 0,05% tegangan mukanya 58,27 dyne/cm; tween 0,10% tegangan mukanya
77,56 dyne/cm; tween 0,20% tegangan mukanya 84,02 dyne/cm; tween 0,30% tegangan
mukanya 64,75 dyne/cm; paraffin cair tegangan mukanya 27,16 dyne/cm yang mana lebih kecil
dari tegangan muka aquades sebesar 71,50 dyne/cm.
Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari tegangan muka, sebab gaya adesi antara dua fase cair yang
membentuk antar muka lebih besar dari gaya adesi antara fase cair dan fase gas yang membentuk
antar muka. Dengan demikian, jika dua macam zat cair dapat campur sempurna, maka tidak akan
ada tegangan antar muka diantara mereka.
Pada metode kenaikan kapiler, gaya yang ada antara molekul-molekul yang sama dikenal
sebagai gaya kohesif. Gaya yang ada antara molekul-molekul yang tidak sama, seperti gaya
antara zat cair dan dinding dari tabung kapiler gelas, dikenal sebagai gaya adesif. Bilamana gaya
adesif antara molekul zat cair dan dinding kapiler itu lebih besar daripada gaya kohesif maka zat
cair tersebut dikatakan membasahi dinding kapiler yaitu menjalar melalui dinding dan naik
dalam tabung.
Tegangan muka disebabkan molekul-molekul pada permukaan cairan mempunyai sifat-sifat khusus.
Molekul pada permukaan cairan ini mengalami gaya resultan yang mengarah ke dalam cairan.

Sebaliknya molekul-molekul di dalam cairan, tidak mengalami resultan tersebut, karena molekul
di dalam cairan akan mengalami gaya yang sama kesegala arah.

Harga tegangan muka dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

Suhu
Tekanan
Massa jenis
Konsentrasi zat terlarut.
Ada beberapa metoda penentuan tegangan muka, diantaranya adalah metida
kanaikan pipa kapiler, metoda tekanan maksimum gelembung, metoda tetes atau metoda cincin.
Pengaruh konsentrasi zat terlarut
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifatsifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa
solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan.Sebaliknya solut yang
penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.
Tegangan permukaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jenis cairan, suhu,
adanya zat terlarut, surfaktan, dan konsentrasi zat terlarut. Jika cairan memiliki molekul besar
seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. salah satu faktor yang mempengaruhi
besarnya tegangan permukaan adalah massa jenis/ densitas (D), semakin besar densitas berarti
semakin rapat muatan muatan atau partikel-partikel dari cairan tersebut.
Manfaat tegangan permukaan dalam bidang farmasi yaitu dalam mempengaruhi
penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat, penetrasi molekul melalui
membrane biologis, pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam
media cair untuk membentuk sediaan suspensi. Tegangan muka ini dalam farmasi adalah faktor
yang mempengaruhi adsorbsi obat dalam bentuk sediaan padat, penetrasi molekul melalui
membrane biologi, penting pada sediaan emulsi dan stabilitasnya.

http://asmanfarmasi.blogspot.co.id/2014/05/laporan-praktikum-farmasi-fisik-ii.html
Pada praktikum ini diperoleh data kerapatan dan tegangan permukaan pada suhu percobaan
(25C) :

No.

Nama Zat

Kerapatan

Tegangan Permukaan

1. Air

0,997 g/ml

72 dyne/cm

2. Paraffin Cair

0,874 g/ml

65,42 dyne/cm

3. Na Lauryl Sulfat 0,1%

1,044 g/ml

75,64 dyne/cm

4. Na Lauryl Sulfat 0,05%

1,002 g/ml

72,29 dyne/cm

5. Na Lauryl Sulfat 0,01%

1,001 g/ml

72,22 dyne/cm

Kerapatan / densitas (D), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan muatan atau
partikel-partikel dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan makin besarnya gaya
yang diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal ini dikarenakan partikel
yang rapat mempunyai gaya tarik menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang
mempunyai densitas kecil akan mempunyai tegangan permukaan yang kecil pula. Kerapatan zat
cair akan berbanding lurus dengan tegangan permukaan pada zat cair tersebut. Kerapatan suatu
zat berbeda beda tergantung pada jenis zat serta konsentrasi dari solute pada cairan tersebut.
Pada data hasil percobaan diperoleh bahwa paraffin cair memiliki kerapatan zat yang kecil
sehingga tegangan permukaan pada paraffin cair juga kecil yaitu 65,42 dyne/cm.
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat
larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Pada praktikum ini
dilakukan pengukuran tegangan permukaan Na Lauryl Sulfat dengan konsentrasi yang berbeda
beda yaitu 0,1% ; 0,05% dan 0,01%. Data yang diperoleh menunjukan bahwa larutan Na Lauryl
Sulfat yang memiliki konsentrasi solute lebih besar maka akan memiliki kerapatan zat yang lebih
besar sehingga tegangan permukaan zat tersebut lebih besar. Na Lauryl Sulfat merupakan
golongan surfaktan dimana Na Lauryl Sulfat memiliki tegangan permukaan yang lebih besar dari
air. Tegangan permukaan paraffin cair lebih kecil daripada air sehingga kedua zat tersebut tidak
dapat bercampur. Penambahan Na Lauryl Sulfat yang memiliki tegangan permukaan lebih besar
daripada air, maka mampu menurunkan tegangan antar muka pada air dan paraffin pada
pembuatan sediaan farmasi.

Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan. Pada percobaan
ini digunakan alat pipa kapiler untuk penentuan tegangan permukaan dikarenakan jari jari yang
kecil, sehingga akan lebih teliti karena besarnya miniskus lebih kecil. Daya tekan dari udara yang
menyebabkan ketinggian cairan berhenti pada ketinggian tertentu lebih besar sehingga dapat
diamati.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat , antara lain :
1. Temperatur , dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap
sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya , demikian pula halnya pada suhu yang sangat
rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya .
Oleh karena itu digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil yaitu pada suhu 25 o C
2. Massa zat , jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga
menjadi lebih besar
3. Volume zat , jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari
massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari
suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.

Kekurangan dalam metode piknometer sendiri adalah:


Ketidak telitian dalam menimbang bahan dapat mempengaruhi hasil percobaan, sehingga tidak
sesuai dengan literatur.
Penentuan bobot jenis dengan metode piknometer memerlukan waktu yang lama
Sedangkan kelebihan dari metode piknometer :
Mudah dalam pengerjaannya
Dari hasil percobaan tersebut maka dapat diketahui pengaruh surfaktan dalam tegangan
permukaan adalah untuk menurunkan tegangan muka. Telah diamati bahwa solut yang
ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan.Sebaliknya solut yang penambahannya
kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih
kecil daripada didalam larutan.
Gaya antar molekul masing-masing larutan saling mempengaruhi, sehingga larutan
mengalami kenaikan yang berbanding lurus dengan gaya antara molekulnya yang tinggi. Artinya,
semakin besar gaya yang bekerja maka semakin tinggi pula larutan tersebut kenaikan. Dan
sebaliknya, semakin gaya yang bekerja pada larutan tersebut maka semakin kecil pula larutan
tersebut mengalami perubahan kenaikan.

II.

KESIMPULAN

1. Semakin besar densitasnya, maka massa zat yang ada pada volume tertentukan semakin
besar dan interaksi antar partikelnya pun makin besar sehingga tegangan permukaannya
semakin besar.
2. Semakin tinggi konsentrasi larutannya, maka tegangan permukaan semakin besar.
https://yulidj22.wordpress.com/2013/11/03/laporan-resmi-tegangan-permukaan/

Tujuan dari percobaan kali ini adalah mempelajari dan menentukan tegangan permukaan

berbagai cairan.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode kenaikan kapiler.
Alat yang digunakan untuk menentukan tegangan permukaan adalah piknometer.
Pipa kapiler digunakan untuk mengetahui tinggi kenaikan kapiler suatu zat.
Hasil yang didapat diketahui bahwa semakin besar atau tinggi konsentrasi suatu zat
maka kerapatannya justru semakin kecil. http://dewiwahyumaterifarmasikita.blogspot.co.id/
http://bintinuriyah.blogspot.co.id/2013/10/laporan-farmasi-fisika-penentuan.html

VI.

PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan tegangan permukaan cairan dengan metode
kapiler. Tegangan permukaan adalah menentukan tegangan permukaancairan dengan metode
kapiler.
.
Molekul-molekul cairan yang berada dibagian fase cairan seluruhnya akan
dikelilingi oleh molekul-molekul dengan gaya tarik-menarik yang sama ke segala
arah sehingga resultan gaya sama dengan nol lain halnya dengan molekul-molekul
cairan pada permukaan. Molekul-molekul itu disebelah bawah dikelilingi oleh
molekul-molekul cairan sedangkan dibagian atas oleh molekul-molekul dan fasa
uap sehingga gaya tarik kebawah lebih besar dari gaya tarik keatas. Hal ini
menimbulkan sifat kecenderungan untuk memperkecil luas permukaan. Besar gaya
yang bekerja tegak lurus pada satu satuan panjang permukaan disebut tegangan
muka, yang dapat dinyatakan dengan satuan dyne per cm dalam cgs

Tegangan muka terdapat pada batas cairan dengan uap jenuh diudara dan
juga antara permukaan cairan dengan cairan lain yang tidak saling bercampur. Ada
beberapa metoda penentuan tegangan muka, dalam praktikum ini digunakan
metoda pipa kapiler. Harga tegangan muka dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: suhu,tekanan,massa jenis dan konsentrasi zat terlarut.

Sebagai contoh, SLS ini banyak ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada produk-produk
industri seperti pembersih mesin (engine degreaser), pembersih lantai, dan shampo mobil. SLS
digunakan dalam kadar rendah di dalam pasta gigi, shampo dan busa pencukur. Zat kimia ini
merupakan bahan utama di dalam formulasi kimia untuk mandi busa karena efek pengentalnya
dan kemampuan untuk menghasilkan busa.
Sodium lauryl sulfate (SLS), sodium laurilsulfate atau sodium dodecyl sulfate (SDS atau
NaDS) (C12H25SO4Na) adalah surfaktan anion yang biasa terdapat dalam produk-produk
pembersih. Garam kimia ini adalah organosulfur anion yang mengandung 12-ekor karbon terikat
ke gugus sulfat, membuat zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik yang merupakan syarat
sebagai deterjen.
Telah diteliti bahwa SLS bukan bahan karsinogen ketika dioleskan ke kulit maupun
dikonsumsi. Tetapi dari percobaan ditemukan SLS dapat menyebabkan iritasi kulit dan wajah
ketika dioleskan dalam waktu yang lama dan terus menerus (lebih dari 1 jam) pada remaja. Studi
klinik terhadap 30 pasien yang sering mengeluhkan sariawan, membuktikan pasta gigi yang
mengandung SLS dapat menyebabkan sariawan lebih besar dibandingkan dengan pasta gigi
bebas detergen. Sebuah studi klinik lain membuktikan tidak ada efek yang signifikan untuk
penderita sariawan ketika dibandingkan menggunakan pasta gigi dengan dan tanpa SLS
Sodium lauryl sulfate
Sifat Rumus molekul NaC12H25SO4
Massa molar 288.38 g mol1
Titik lebur 206 C
hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama
menyangkut cairan, zat padat dan.
Langkah awal yang harus dilakukan sebelum menentukan kerapatan suatu zat untuk
masing masing zat adalah menentukan volume piknometer yaitu dengan rumus :
Berat piknometer + air
Berat piknometer kosong

= a gram
= b gram

Berat air

= ( a b) = c gram

Dari tabel kerapatan

Volume piknometer

= Vp

Setelah volume pikno diketahui, baru langkah selanjutnya menentukan kerapatan masing
nmasing zat, dengan rumus :
Kerapatan zat cair =

d
Vp

Dari percobaan kali ini, diperoleh hasil dari tiap tiap zat cair dan volume piknometer. Volume
piknometer dapat diketahui dengan menggunakan aquades, karena sudah dapat diketahui bobot
jenisnya secara nyata. Dimana = = 0,99602 gram / ml.

Pada percobaan ini zat uji yang digunakan, yaitu SLS atau Sodium Lauril Sulfat dengan
konsentrasi yang berbeda yaitu SLS 0,005 %, SLS 0,01 %, SLS 0,02 %, SLS 0,03 %. Sebelum
menentukan densitas zat uji, mula-mula menentukan volume piknometer kosong. Dari hasil
percobaan, di peroleh volume piknometer kosong untuk sediaan SLS dengan konsentrasi 0,02 %
dan 0,03 % sebagai berikut :
Replikasi 1 = 33,90 g
Replikasi 2 = 33,90 g
Replikasi 3 = 33,90 g

Dari replikasi 1 sampai 3 didapatkan volume yang sama, sehingga rata-rata volume
piknometer kosong tersebut 33,90 g.
Dari hasil percobaan, di peroleh volume piknometer kosong untuk sediaan SLS dengan
konsentrasi 0,005 % dan 0,01 % sebagai berikut :
Replikasi 1 = 31,06 g
Replikasi 2 = 31,06 g
Replikasi 3 = 31,06 g
Dari replikasi 1 sampai 3 didapatkan volume yang sama, sehingga rata-rata volume
piknometer kosong tersebut 31,06 g.

Setelah itu menentukan volume piknometer, mula-mula piknometer diisi dengan akuades
untuk menentukan volume piknometer.
Dari hasil percobaan, di peroleh volume piknometer untuk konsentrasi 0,02 % dan 0,03%
sebagai berikut :
Replikasi 1 = 24,788 ml
Replikasi 2 = 24,788 ml
Replikasi 3 = 24,748 ml

Dari replikasi 1 sampai 3 didapatkan volume yang sama, sehingga rata-rata volume
piknometer tersebut 24,77 ml. Hasil volume piknometer diperoleh dari perbandingan bobot air
dengan massa jenis air, di mana bobot air diperoleh dari selisih bobot pikno+air dengan bobot
pikno kosong, sedangkan massa jenis air pada suhu 25oC dalam ml = 0,99602 g/ml.
Dari hasil percobaan, di peroleh volume piknometer untuk konsentrasi 0,005 % dan
0,01% sebagai berikut :
Replikasi 1 = 9,437 ml
Replikasi 2 = 9,457 ml
Replikasi 3 = 9,457 ml
Dari replikasi 1 sampai 3 didapatkan volume yang sama, sehingga rata-rata volume
piknometer tersebut 9,4503 ml. Hasil volume piknometer diperoleh dari perbandingan bobot air
dengan massa jenis air, di mana bobot air diperoleh dari selisih bobot pikno+air dengan bobot
pikno kosong, sedangkan massa jenis air pada suhu 25oC dalam ml = 0,99602 g/ml.

Setelah volme piknometer dihasilkan, akuades diganti dengan cairan zat uji, yaitu yang
akan ditentukan densitasnya.
Dari hasil percobaan diperoleh densitas SLS 0,005 % sebagai berikut :
-

Replikasi 1 = 0,9936 g/ml


Replikasi 2 = 0,9967 g/ml
Replikasi 3 = 0,9967 g/ml
Rata-rata densitas SLS dengan konsentrasi 0.005 % , yaitu 0,9956 g/ml. Densitas SLS
0,005 % diperoleh dari perbandingan bobot zat uji (SLS 0,005 %) dengan rata-rata volume
piknometer, dimana bobot zat uji di peroleh dari selisih bobot piknometer +zat uji dengan bobot
piknometer kosong.

Selain SLS 0,005 % pada cairan zat uji digunakan SLS 0,01 % . Dari Dari hasil
percobaan diperoleh densitas SLS 0,01 % sebagai berikut :
Replikasi 1 = 0,9904 g/ml
Replikasi 2 = 0,9915 g/ml
Replikasi 3 = 0,9915 g/ml
Rata- rata densitas SLS 0,01 % yaitu 0,991 g/ml. Densitas SLS 0,01 % diperoleh dari
perbandingan bobot zat uji (SLS 0,01 %) dengan rata-rata volume piknometer, dimana bobot zat
uji di peroleh dari selisih bobot piknometer +zat uji dengan bobot piknometer kosong.
Selain SLS 0,01 % pada cairan zat uji digunakan SLS 0,02 % . Dari Dari hasil
percobaan diperoleh densitas SLS 0,02 % sebagai berikut :
Replikasi 1 = 0,995 g/ml
Replikasi 2 = 0,997 g/ml
Replikasi 3 = 0,996 g/ml
Rata- rata densitas SLS 0,02 % yaitu 0,996 g/ml. Densitas SLS 0,02 % diperoleh dari
perbandingan bobot zat uji (SLS 0,02 %) dengan rata-rata volume piknometer, dimana bobot zat
uji di peroleh dari selisih bobot piknometer +zat uji dengan bobot piknometer kosong.
Selain SLS 0,02 % pada cairan zat uji digunakan SLS 0,03 % . Dari Dari hasil percobaan
diperoleh densitas SLS 0,03 % sebagai berikut :
Replikasi 1 = 0,995 g/ml
Replikasi 2 = 0,995 g/ml
Replikasi 3 = 0,994 g/ml
Rata- rata densitas SLS 0,03 % yaitu 0,9946 g/ml. Densitas SLS 0,03 % diperoleh dari
perbandingan bobot zat uji (SLS 0,03 %) dengan rata-rata volume piknometer, dimana bobot zat
uji di peroleh dari selisih bobot piknometer +zat uji dengan bobot piknometer kosong.
Setelah diperoleh data masing masing densitas cairan, maka langkah selanjutnya adalah
mencari tegangan permukaan masing masing larutan. Dengan menggunakan metode pipa
kapiler.

Metode yang digunakan dalam menentukan tegangan muka praktikum kali ini dalah
metode kenaikan kapiler.
Gaya kebawah,
F = .r2.h..g
Dimana, h : tinggi permukaan.
g : percepatan gravitasi.
: berat jenis.
r : jari - jari kapiler.
= .r. h..g
sehingga :
air
.r. hair.air.g
x

.r. hx.x.g

x hx.x.g

Pada percobaan ini zat uji yang digunakan, yaitu SLS atau Sodium Lauril Sulfat dengan
konsentrasi yang berbeda yaitu SLS 0,005 %, SLS 0,01 %, SLS 0,02 %, SLS 0,03 %. Sebelum
menentukan tegangan zat uji, mula-mula menentukan tegangan air terlebih dahulu, untuk
digunakan sebagai pembanding karena air tersebut sudah diketahui tegangan mukanya.. Dari
hasil percobaan, di peroleh ketinggian cairan dalam kapiler sebagai berikut :
Replikasi 1 = 1,1 cm
Replikasi 2 = 1,1 cm
Replikasi 3 = 1,4 cm
Dari hasil data tersebut diperoleh rata rata ketinggian air adalah 1,2 cm. Dengan

diketahui sebesar 71,95 dyne/cm. Maka dapat digunakan untuk menghitung u, dengan rumus
sebagai berikut :
=

Sebelum menghitung besarnya u, harus dicari dahulu ketinggian cu dengan masing

masing konsentrasi dalam kapiler terlebih dahulu.Setelah itu menghitung besar u dari setiap cu
masing masing konsentrasi.

Dari hasil percobaan diperoleh u SLS 0,005 % pada suhu 25C sebagai berikut :
-

Replikasi 1 = 65,93 dyne/cm


Replikasi 2 = 59,93 dyne/cm

Replikasi 3 = 53,94 dyne/cm

u dengan konsentrasi 0.005 % adalah 59,93 dyne/cm


Dari hasil percobaan diperoleh u SLS 0,01 % pada suhu 25C sebagai berikut :

Rata-rata

Replikasi 1 = 53,92 dyne/cm


Replikasi 2 = 53,92 dyne/cm
Replikasi 3 = 59,91 dyne/cm
Rata-rata u dengan konsentrasi 0.01 % adalah 55,91 dyne/cm
Dari hasil percobaan diperoleh u SLS 0,02 % pada suhu 25C sebagai berikut :

Replikasi 1 = 47,96 dyne/cm


Replikasi 2 = 47,96 dyne/cm
Replikasi 3 = 47,96 dyne/cm

u dengan konsentrasi 0.02 % adalah 47,96 dyne/cm


Dari hasil percobaan diperoleh u SLS 0,03 % pada suhu 25C sebagai berikut :

Rata-rata

Replikasi 1 = 53,88 dyne/cm


Replikasi 2 = 53,88 dyne/cm
Replikasi 3 = 53,88 dyne/cm
Rata-rata

u dengan konsentrasi 0.03 % adalah 53,88 dyne/cm

F. Pembahasan
Tegangan muka adalah adalah gaya yang terjadi terjadi pada permukaan suatu cairan
yang menghalangi ekspansi cairan tersebut. Hal ini disebabkan oleh gaya tarik menarik yang
tidak seimbang pada antar cairan. Tegangan antar muka adalah tegangan muka yang di ukur pada
bidang batas cairan yang tidak saling bercampur. Tegangan muka atau tegangan antar muka
mempunyai dimensi gaya per unit panjang (dyne/cm) atau tenaga per menit permukaan
(erg/cm2). Ada beberapa macam metode untuk pengukuran tegangan muka dan antar muka,

yaitu: metode kenaikan kapiler, metode cincin Du Nuoy, metode berat tetesan, tekanan
gelembung, tetesan sessile dan lempeng Wilhelmy.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode kenaikan kapiler. Pipa
kapiler digunakan untuk mengetahui tinggi kenaikan kapiler suatu zat. Alat yang digunakan
untuk menentukan tegangan permukaan adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk
mengetahui kerapatan zat yang diukur dengan cara piknometer yang bersih dan kering kemudian
ditimbang dan diisi dengan cairan yang akan ditentukan kerapatannya sampai penuh.
Percobaan ini menggunakan air sebagai pembanding. Tegangan permukaan dari
akuades lebih besar daripada tegangan permukaaan gliserol. Apabila larutan gliserol mengalami
peningkatan suhu dengan jalan pemanasan, maka akan terjadi penurunan konsentrasi akuades
dalam larutan gliserol karena kemungkinan mengalami penguapan, dimana hal tersebut akan
menurunkan tegangan permukaan larutan gliserol secara keseluruhan.
Dalam percobaan ini larutan yang digunakan adalah gliserol 20 %, 40 %, 50 %. Pada air
dihasilkan tegangan permukaannya sebesar 0,111 N/m3, pada gliserol 20 % yaitu 0,063 N/m3,
pada gliserol 40 % yaitu 0,123 N/m3, pada gliserol 50 % yaitu 0,111 N/m3. Hasil ini
menunjukkan bahwa akuades memiliki tegangan permukaan yang lebih besar dari pada gliserol,
hal ini disebabkan karena gaya tarik antara molekul air besar sehingga tegangan permukaannya
juga besar karena tegangan permukaan dan gaya tarik berbanding lurus.
1. VI.

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan penentuan tegangan permukaan pada paraffin cair, Na Lauryl
Sulfat 0,1%, Na Lauryl Sulfat 0,01%, dan Na Lauryl Sulfat 0,05% dengan metode pipa kapiler.
Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan permukaan cairan
berkontraksi dengan benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik yang
tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada kenaikan cairan
biasa dalam pipa kapiler dalam bentuk suatu tetesan kecil cairan. Tegangan permukaan

merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan
diam (statis).
Besarnya tegangan permukaan ditentukan oleh beberapa faktor seperti : jenis cairan, suhu,
tekanan, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan.

1. VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
C. Pembahasan

Praktikum kali ini dilakukan dilakukan untuk menentukan tegangan permukaan cairan

dengan metode rambat kapiler. Percobaan ini berdasarkan pada prinsip bahwa terjadi gaya tarik

tarik antara permukaan cairan dengan metode rambat kapiler. Tegangan permukaan didefenisikan

sebagai gaya persatuan panjang pada permukaan yang melawan ekspansi dari luas permukaan.

Tegangan permukaan cairan dapat ditentukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah

dengan metode rambat kapiler. Kenaikan cairan dalam kapiler yang tercelup sebagian dalam

cairan dapat ditentukan dan digunakan untuk menghitung tegangan permukaan dengan cukup

teliti. Nilai yang kurang teliti dari tegangan permukaan di dapat dari penentuan pada permukaan

cairan yang bergerak.


Untuk menentukan tegangan permukaan cairan dengan menggunakan metode rambat
kapiler pada percobaan ini, digunakan beberapa jenis sampel yaitu aquades, alkohol, aseton,
larutan garam dapur 5 % dan detergent 5%. Sebelum pipa kapiler digunakan terlebih dahulu pipa
kapiler dicuci dengan menggunakan aquades, alkohol dan aseton. Hal ini dilakukan untuk
mengaktifkan pipa kapiler sehingga kotoran yang menempel pada pipa kapiler dapat dikeluarkan.
Kemudian masing-masing larutan tersebut dimasukan dalam pipa kapiler secara bergantian.
Larutan pertama yang diuji adalah aquadest. Setelah air telah berada dalam kapiler, selang yang
menghubungkan viskosimeter yang menuju permukaan cairan/larutan ditiup. Peniupan tersebut
merupakan salah satu untuk memberikan tekanan atau tegangan pada aquadest, sehingga
aquadest dapat naik ke atas dan mengalami efek kapiler. Hal ini juga dilakukan pada pengujian
alkohol, aseton, NaCl 5% maupun detergent 5%.
Berdasarkan konsep awal bahwa larutan akan mengalami kenaikan yang berbanding lurus
dengan gaya antara molekulnya yang tinggi. Artinya, semakin besar gaya yang bekerja maka
semakin tinggi pula larutan tersebut kenaikan. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil gaya yang
bekerja pada larutan tersebut maka semakin kecil pula larutan tersebut mengalami perubahan
kenaikan. Pada percobaan ini, larutan yang mengalami perubahan ketinggian paling besar
dibanding dengan larutan yang lainnya adalah larutan detergen 5%. Hal ini dibuktikan pada
percobaan ini, dimana diperoleh data kenaikan tinggi detergen 5% dengan nilai yang paling
besar, yaitu 14,1cm.
Hal tersebut disebabkan karena gaya antara molekul-molekul dalam larutan detergen jauh
lebih besar dibandingkan larutan yang lainnya sehingga terjadi perubahan kenaikan tinggi yang
lebih besar.

Pada penentuan massa jenis larutan sangat ditentukan oleh besar kecilnya massa serta

volume larutan masing-masing. Massa jenis larutan berbanding terbalik dengan volume larutan.

Massa jenis larutan juga mengalami perbedaan-perbedaan tergantung dari besarnya massa

larutan dengan volume yang tetap yaitu 50,144 ml.

Berdasarkan perhitungan, massa jenis aquades adalah 0,991 g/mL, massa jenis alkohol

adalah 0,7755 g/mL, massa jenis aseton adalah 0,793 g/mL, massa jenis larutan garam dapur 5%

adalah 1,0114 g/mL, sedangkan massa jenis detergen 5% adalah 1,010 g/mL.

BAB V

SIMPULAN

Dari hasil pengamatan, pembahasan dan tujuan percobaan maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa tegangan permukaan pada aquades, alcohol, aseton, larutan NaCl 5%, dan larutan

detergen 5% berturut-turut sebesar 0,0005486 N/m 0,00228 N/m

0,0002448

0,57478 N/m

dan 0,6977 N/m


http://yunifina.blogspot.co.id/2014/06/laporan-praktikum-kimia-fisik-ii.html
Natrium Lauryl Sulfate (Sodium Lauryl Sulfate (SLS))
Nama Lain
: Dodecyl Sodium Sulfat, Sodium Monolauryl Sulfat
Pemerian
: Serbuk atau hablur, putih atau kuning pucat, bau lemah dank has.
Rumus Molekul : C12H25NaO4S
Struktur Molekul :

Kegunaan : Anionic surfactant; detergent; emulsifying agent; skin penetrant; tablet and capsule lubricant; wetting
agent. tablet dan kapsul ; wetting agent.
Kadar
: Lubrikan 1-2%
Kelarutan
:
Sangat larut dalam air
Larutan berkabut
Larut sebagian dalam etanol (95%) p
OTT
: Kationik surfaktan, garam alkaloid, garam potassium.
Incompatibilitas : Natrium lauryl sulfate bereaksi dengan surfaktan kationik, menyebabkan hilangnya aktivitas
bahkan dalam konsentrasi terlalu rendah dapat menyebabkan presipitasi. Pada pH 9,5-10,0 Natrium Lauryl Sulfat
agak korosif terhadap baja ringan, tembaga, kuningan, perunggu, dan aluminium. Natrium Lauryl Sulfate juga tidak
kompatibel dengan beberapa garam alkaloid dan presipitat dengan garam potassium.
Stabilitas : Natrium Lauryl Sulfat stabil dalam kondisi penyimpanan normal. Namun dalam larutan di bawah
kondisi ekstrim yaitu pada pH 2,5 atau di bawahnya. Hal itu dapat menyebakan hidrolisis pada lauryl alcohol dan
Sodium Bisulfat. Bahan harus di simpan dalam wadah tertutup, jauh dari pengoksidasi yang kuat, dalam tempat
yang dingin, tempat kering.

Sodium lauryl sulfate


Sinonim
: Natrii lauryl sulphate
Rumus molekul : C12 H25 NaO 4
Berat molekul : 288.38
Pemerian
: serbuk putih, atau cream sampai Kristal kuning
Fungsi
: surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen pada
shampoo (10%)
pH
: 7.0-9,5
kelarutan
: sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom
OTT
: garam alkaloid, dan mengendap dengan garam potassium.
DASAR TEORI
Tegangan muka adalah adalah gaya yang terjadi terjadi pada permukaan suatu cairan
yang menghalangi ekspansi cairan tersebut. Hal ini disebabkan oleh gaya tarik menarik yang
tidak seimbang pada antar cairan. Tegangan antar muka adalah tegangan muka yang di ukur pada
bidang batas cairan yang tidak saling bercampur. Tegangan muka ini dalam farmasi adalah faktor
yang mempengaruhi adsorbsi obat dalam bentuk sediaan padat, penetrasi molekul melalui
membrane biologi, penting pada sediaan emulsi dan stabilitasnya.

Tegangan muka atau tegangan antar muka mempunyai dimensi gaya per unit panjang
(dyne/cm) atau tenaga per menit permukaan (erg/cm2). Ada beberapa macam metode untuk
pengukuran tegangan muka dan antar muka, yaitu: metode kenaikan kapiler, metode cincin Du
Nuoy, metode berat tetesan, tekanan gelembung, tetesan sessile dan lempeng Wilhelmy. Pada
percobaan ini digunakan metode kenaikan kapiler.
(anonim,2013)
Tegangan antar muka adalah gaya per satuan panjang yang terjadi pada antar muka antara
fase cair yang tidak dapat tercampur. Seperti tegangan muka, satuannya adalah dyne/cm.
(moechtar,1909)
Tegangan muka cairan dapat diukur dengan beberapa cara seperti dengan: tensiometer,
cara drop weigdat, cara bubble pressure, cara capillary rise.
Cara ini berdasarkan kenyataan bahwa kebanyakan cairan dalam pipa kapiler mempunyai
permukaan lebih tinggi dari pada permukaan diluar pipa, bila cairan membasahi bejana, dalam
hal ini cairan membentuk permukaan tyang cekung. Bila cairan tidak membasahi bejana, cairan
membentuk permukaan yang cembung.
Cekung bila: gaya adesi > kohesi
Cembung bila: gaya adesi < kohesi
Pipa kapiler dengan jari-jari r dimasukkan dalam cairan yang membaahi gelas. Dengan
membasahi dinding bagian dalam, zat cair ini naik, kenaikan ini disebabkan oleh gaya akibat
adanya tegangan muka:
F1= 2r cos dimana

F1 = gaya ke atas
r = jari-jari kapiler
= tegangan muka
= sudut kontak
(sukardjo,1997)

Tegangan permukaan () suatu cairan dapat didefinisikan sebagai


banyaknya kerja yang dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan sebanyak satu satuan
luas. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan. Cara yang
paling mudah dan sederhana adalah dengan metode kenaikan kapiler. Pada metode ini semua
tabung kapiler yang bersih dengan jari-jari r dimasukkan dalam cairan yang akan di ukur

tegangan permukaannya. Permukaan cairan akan naik sampai gaya gravitasi sama dengan gaya
ke atas yang disebabkan tegangan permukaan.
(Bird, tony, 1987)

II. Uraian Bahan


1. Permanganas kalikus
a. Sinonim
: Kalii permanganas, kalium permanganat (Anonim, 1979)
b. Khasiat
: Antiseptikum ekstern
c. Pemerian : Hablur mengkilat; ungu tua atau hampir hitam; tidak berbau; rasa
manis atau sepat
d. Kelarutan : Larut dalam 16 bagian air; mudah larut dalam air mendidih
e. Dosis
: DM = 1x = 10 g ( MD28th , 1123)
f. Inkompatibilitas : Dengan iodida menghasilkan suatu zat yang dapat
mempercepat reaksi kimia dan sebagian besar subtansi organic (MD28th ,1233)
2. Vaselin putih
a. Sinonim : Vaselinum Album (Anonim, 1979)
b. Khasiat : Zat tambahan, zat pengikat
c. Pemerian
: Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Berflourensi lemah, juga jika
dicairkan; tidak berbau; hampir tidak berasa.
d. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95 %) P; larut
dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadangkadang beropalesensi lemah
3. Bolus alba
a. Sinonim : Kaolinum, kaolin (Anonim, 1979)
b. Khasiat : Zat tambahan, penyerap, zat pengisi
c. Pemerian : Serbuk ringan; putih; bebas dari butiran kasar; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa; licin
4. Iod kalikus
a. Sinonim : Kalii iodidum, kalium iodida (Anonim, 1979)
b. Khasiat : Anti jamur
c. Pemerian : Hablur heksahedral; transparan atau tidak berwarna, opak dan
putih; atau serbuk butiran putih; higroskopik
d. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih; larut dalam etanol (95 %) P, mudah larut dalam gliserol P
5. Talk
a. Sinonim : Talcum (Anonim, 1979)
b. Khasiat : Zat tambahan, penabur
c. Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit,
bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu
d. Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
III. Perhitungan Dosis
1. Permanganat kalikus
DM : 1x = 10 g ( MD28th, 1123)
Dosis dalam resep :
1x : 2 x 0,05 g = 0,1 g
1 hr : 2 x 0,1 g = 0,2 g
Kesimpulan : Dosis permanganat kalikus terapi
IV. Penimbangan
Massa pil
: 150 mg/pil x 25 pil = 3750 mg
Massa bolus alba
: 100 mg/pil
1. Permanganat kalikus : 0,05 g x 25
= 1250 mg
2. Vaselin album
: 1/6 x 3750 mg= 625 mg
3. Bolus alba
: 100 mg x 25 = 2500 mg

4. Talk
: qs
V. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan
3. Dicampurkan permanganat kalikus, bolus alba, dan vaselin putih digerus
hingga halus dan homogen
4. Massa pil dibuat bentuk silinder dengan cara digulung-gulung pada papan kayu
yang telah ditaburi talk, digulung hingga panjangnya sesuai dengan jumlah pil yang
dibutuhkan
5. Dipotong pil dengan pisau pemotong yang ada pada papan pil. Pil yang belum
bulat digulung-gulungkan pada papan pil yang telah ditaburi talk, digulung hingga
bulat
6. Pil yang sudah jadi dimasukan ke dalam wadah, dikemas dan diberi etiket putih
VI. Penandaan
Etiket Putih
XI. Edukasi
1. Pil ini digunakan sebagai obat anti asma
2. Pil ini diminum tiap pagi dan sore sebanyak 2 pil
3. Simpan ditempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari
4. Efek samping gangguan lambung, mual, muntah
RESEP 22
Pada resep ini pil mempunyai khasiat sebagai anti asma. Pil ini diminum 2 x
sehari 2 pil yaitu pada pagi dan sore hari. Disimpan ditempat sejuk, kering, dan
terlindung dari cahaya matahari. Efek samping yaitu gangguan lambung, mual, dan
muntah. Resep ini mengandung dua bahan obat yaitu zat aktif dan zat tambahan.
1. Zat aktif yang terkandung
a. Permangat kalikus
Mempunyai khasiat sebagai anti asma
2. Zat tambahan yang terkandung
a. Vaselin album
Mempunyai khasiat sebagai zat tambahan yaitu sebagai zat pengikat
b. Bolus alba
Mempunyai khasiat sebagai zat tambahan yaitu sebagai zat pengisi
c. Talk
Sebagai zat tambahan yaitu sebagi zat penabur
Dalam pelaksanaan resep keduapuluh dua ini alat-alat yang diperlukan yaitu
mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, sudip, kertas perkamen, timbangan beserta
anak timbangan, pot plastic, dan etiket.
Dalam pelaksanaan resep ini langkah pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan. Kemudian dilakukan penimbangan sesuai perhitungan.
Digerus permanganat kalikus, vaselin album, dan bolus alba digerus hingga
terbentuk massa pil. Setelah terbentuk massa pil, dibuat bentuk silinder dengan
cara digulung-gulung pada papan kayu yang telah ditaburi talk, digulung hingga
panjangnya sesuai dengan jumlah pil yang dibutuhkan lalu pil dipotong dengan
pisau pemotong yang ada pada papan pil. Pil yang belum bulat digulung-gulungkan
pada papan pil yang telah ditaburi talk, digulung hingga bulat. Setelah itu pil
dimasukkan kedalam pot plastic dan diberi etiket putih karena digunakan secara
oral.

b. Pada resep ke- 22 adalah hasil akhirnya berupa sediaan pil berwarna ungu. Pil
dibuat sebanyak 25 pil yang berkhasiat sebagai obat antiasma. Pada proses
pembuatannya untuk iod kalikus tidak digunakan karena memiliki sifat yang sama
seperti permanganat yaitu bersifat oksidator
2. Saran
Agar praktikan lebih hati-hati dalam proses penggulungan, pemotongan dan
pembulatan dalam pembuatan sediaan pil.
URAIAN BAHAN
1.

Kalii permanganas (FI edisi III, hal : 330)

Nama latin

: KALII PERMANGANAS

Sinonim

: Kalium permanganas

Nama kimia

: KmnO4

Pemerian
: Hablur mengkilap, ungu tua atau hampir hitam
tidak berbau, rasa manis atau sepat.
Kelarutan
air mendidih.
Khasiat / kegunaan
Penyimpanan
2.

: Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam


: Antiseptikum Ekstern.
: Dalam wadah tertutup baik.

Succus Liquiritae

Succus ini merupakan sediaan galenik dan radix liquiritae.


Pemerian

: Berwarna hitam coklat, larut dalam air.

Khasiat

: Zat pengisi (IMO; 84).

Penyimpanan

3.

: Dalam wadah tertutup baik.

Vaselin albi (Vaselin album) (FI edisi III, hal :633)

Nama latin

: VASELIN ALBUM

Sinonim

: Vaselin putih

Pemerian
: Massa lunak, lengket, bening,putih. Sifat ini tetap
setelah zat dileburkan dan dibiaarkan hingga dingin tanpa diaduk.

Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%)p. Larutan kadang-kadang beroplasensi lemah.
Khasiat / kegunaan

: Zat tambahan (pengikat)

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

4.
a.

Aqua gliserinata (Aqua + Gliserin) (FI edisi III, hal : 96)


Aqua destillata

Nama latin

: AQUA DESTILLATA

Sinonim

: Air suling

Pemerian

: cairan jernih, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

Khasiat / kegunaan

: Zat taambahan (pelarut)

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

b.

Gliserin (Glycerolum) (FI edisi III, hal : 271)

Nama latin

: GLYCEROLUM

Sinonim

: Gliserol, Gliserin

Rumus struktur

: CH2OH-CHOH-CH2OH (C3H8O3)

Pemerian
: Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau manis di ikuti rasa hangat.
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol
(95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam minyak lemak.
Khasiat / kegunaan

: Zat tambahan (pelarut)

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Pembahasan
Pada prinsipnya pembuatan pil adalah mencampurkan bahan-bahan, baik bahan obatatau
zat utama dan zat-zat tambahan sampai homogen.h, Setelah homogen,campuran ini ditetesi
dengan zat pembasah sampai menjadi massa lembak yang elastic atau kohesif,lalu dibuat bentuk
batangdengan cara menekan sampai sepanjang alat pil yang dikehendaki,kemudian dipotong
dengan alat pemotong pil sesuai jumlah pil yang diminta. Bahan penabur ditaburkan pada massa

pil,pada alat penggulung, dan alat pemotong pil, agar massa pil tidak melekat pada alat pembuat
pil tersebut. Penyalutan dilakukan jika perlu, namun sebelum penyalutan pil harus kering dahulu
atau dikeringkan dalam alat atau ruang pengering, dan bahan penabur yang masih menempel
pada pil harus dibersih kan terlebih dahulu.
Pada percobaan ini pembuatan pil dengan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Zat utama/zat aktif : kalium permanganate
Zat aktif bahan obat harus memenuhi persyaratan farmakope.
2. Zat tambahan yang terdiri dari:
a.

Zat pengisi : Succus liquiritae


Zat pengisi berfungsi untuk memperbesar volume massa pilagar mudah dibuat.

b. Zat pengikat: adeps lanae


Zat pengikat berfungsi untuk memperbesar daya kohesi maupun daya adhesi massa pil agar
massa pil dapat saling melekat menjadi massa ynag kompak.
c.

Zat pembasah : Aqua gliserinata


Zat pembasah berfungsi untuk memperkecil sudut kontak (90 oC) antar molekul sehingga massa
pil menjadi basah dan lembek serta mudah dibentuk.

d.

Zat penabur : talcum


Zat penabur fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan antara molekul yang sejenis maupun
yang tidak sejenis, sehingga massa pil menjadi tidak lengket satu sama lain, lengket pada alat
pembuat pil, atau lengket satu sama lain.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
sepertin yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Alat yang digunakan sebaiknya
didibersihkan dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol sampai benar-

benar bersih agar tidak berpengaruh terhadap sediaan pil dengan adanya bakteri yang tidak di
inginkan.
Kalium permanganat, succus liquiritiae dan adeps lanae ditmbang masing-masing yaitu
kalium permanganat 5g , succus liquiritae 0,3g serta Adeps lanae 0,3g dengan menggunakan alat
timbangan yaitu timbangan neraca analitik. Penimbangan harus dilakukan secara seksama agar
dapat menghasil sediaan yang lebih baik juga dapat meminimalisir kesalahan dalam pembuatan
pil.
Setelah melakukan penimbangan, bahan-bahan berupa kalium permanganat, succuss
liquiritiae dan zat pengikat ( Adeps lanae) dimasukkan kedalam lumpang dan digerus hinnga
homogen. Cara menggerus adalah dilakukan dengan satu arah yaitu berlawanan dengan arah
jarum jam.
Selanjutnya, ditambahkan sedikit demi sedikit zat pembasah (aqua gliserinata) hingga
massa pil menjadi plastis dan mudah dikepal. Papan pil ditaburi dengan talcum dan selanjutnya
missa pil digulung-gulungkan diatas papan pil, lalu dipotong. Potongan massa pil tersebut
ditimbang sesuai yang di inginkan yaitu 50mg.
Setelah ditimbang, massa pil dibulatkan dengan cara digelindingkan diatas papan pil
yang telah ditaburi talkum. Namun pada percobaan ini, kami memulatkan pil dengan tangan saja
karena disesuaikan dengan keterbatasan alat-alat laboratorium yang digunakan. Talkum
digunakan untuk mencegah lengketnya massa pil ketika dibentuk serta lengketnya pil yang satu
dengan pil yang lain.
Pil yang telah terbentuk diusahakan memiliki bobot yang seragam. Selain itu juga,
bentuknya harus tetap, tetapi tidak begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan.

Pada percobaan yang kami lakukan,, massa pil yang dibentuk terlalu lembek sehingga bentuknya
menjadi tidak seragam.
Langkah terakhir adalah pengemasan pil. Dalam praktikum ini, pil dikemas dalam plastik
obat dan diberi etiket putih atau untuk obat dalam. Obat dalam adalah obat yang digunakan
melalui mulut dan masuk ke dalam kerongkongan kemudian ke perut/saluran pencernaan (oral).
Epada etiket juga disertai cara pemakainnya.
Untuk penyimpanan pil adalah sama dengan penyimpanan tablet yaitu dengan
memperhatikan sifat zat tambahan yang digunakan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Pil merupakan sediaan yang berbentuk bulat telur, sediaan ini merupakan sediaan oral.

Tahap-tahap pembuatan pil ada beberapa cara yaitu, dengan pembuatan masa pil, pemotongan
pil, pembulatan pil, dan penyalutan pil.

Untuk menghitung dosis dari 30 pil Permanaganas Kalium yaitu dengan mengalikan zat aktif
dengan jumlah pil yang akan dibuat.

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN
CAIR DAN SEMISOLID
SUPPOSITORIA

Oleh:
Iin Lestari

101524011

Dewy Citra Br Ginting

101524012

Merna Sipahutar

101524013

Juni Arnita Siregar

101524014

Nur Hasnah Sari Ritonga

101524015

Rosalinda Lusiana

101524016

Elida Hafni

101524017

Dewi Pertiwi

101524018

Khairul Aman

101524019

Vonna Aulianshah

101524020

LABORATORIUM TEKNOLOGI
SEDIAAN CAIR DAN SEMISOLID
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan
melalui rectal,vaginal atau uretra (Depkes R.I.,1995 ).
Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan
ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, har
us dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel,2005).
Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi:
1. Suppositori rectal : Suppositorial untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya
dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g (Depkes R.I.,1995 ).
2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0
g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti
polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium .
( Anonim,1995; Ansel, 2005).
3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut bougie. Bentuknya
ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita.
Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran
ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya
4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria,
panjang 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya ( Ansel,
2005).
4.

Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk
sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm.
suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang mengandung gliserin. Namun,
suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel, 2005).
Suppositiria rectum umunya dimasukkan dengan jari tangan, biasanya suppositoria
rectum panjangnya lebih kurang dari 32 mm (1,5 inci), dan berbentuk silinder dan kedua
ujungnya tajam. Benruk suppositoria rectum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari-jari
kecil, tergantung pada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP
sebesar 2 g untuk menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ).
Penggunaan suppositoria bertujuan :

1. Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya.
Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan
obat secara biokimia di dalam hati ( Syamsuni, 2005 ).
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui bentuk sediaan suppositoria
2. Mengetahui bahan dasar suppositoria
3. Mengtahui dan memahami cara pembuatan suppositoria
4. Mengetahui persyaratan suppositoria
5. Mengetahui mengevaluasi suppositoria.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat
terapetik yang bersifat local atau sistematik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan
adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen
glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol (Depkes R.I., 1995).
Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum cacao), polietilenglikol atau
lemak tengkawang (Oleum Shoreae) atau Gelatin. Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain
adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak. Suppositoria supaya disipan dalam wadah
tertutup baik dan di tempat yang sejuk. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang
besar masuk melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri.
Keuntungan penggunaan suppositoria dibanding penggunaan obat per oral atau melalui
saluran pencernaan adalah :
1.

Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung.

Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan


3.

Obat dapat masuk langsung dalam saluradarah dan berakibat obat dapat memberi efek lebih cepat
daripada penggunaan obat per oral

Baik, bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar (Anief, 2004)
Tujuan penggunaan suppositoria yaitu :
1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya.
Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membrane
mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak
memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat diserap
oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan
obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni, 2005).
Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut

1. Bahan dasar yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada
dalam rectum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar apabila perlu, dipanaskan. Bila obatnya
sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus.
Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan dalam cetakan

2.

suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi dan dilapisi nikel atau logam
lain, ada juga dubuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk
mengeluarkan suppositoria. Untuk mencetak basila dapat digunakan tube gelas atau gulungan
kertas (Anief, 2004).
Isi berat dari suppositoria dapat ditentukan dengan membuat percobaan sebagai berikut:
1. Menimbang obat untuk sebuah suppositoria
2. Mencampur obat tersebut dengan sedikit bahan dasar yang telah dilelehkan
3. Memasukakn campuran tersebut ke dalam cetakan
4. Mendinginkan cetakan yang berisi campuran tersebut. Setelah dingin suppositoria dikeluarkan
dari cetakan dan ditimbang
5. Berat suppositoria dikurangi berat obatnya merupakan berat bahan dasar yang harus ditimbang
6. Berat jenis obat dapat dihitung dan dibuat seragam (Anief, 2004).
Untuk menghindari massa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk
menghindari massa yang melekat pada cetakan maka cetakan sebelumnya dibasahi dengan
parafin, minyak lemak, spritus Saponatus (Soft soap liniment). Yang terakhir jangan digunakan
untuk suppositoria yang mengandung garam logam, karena akan bereaksi dengan sabunnya dan
sebagai pengganti dapat digunakan larutan Oleum Ricini dalam etanol. Untuk suppositoria
dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak perlu bahan pelican karena pada pendinginan mudah
lepas dari cetakan karena mengkerut (Anief, 2004).
Faktor yang mempegaruhi absorpsi obat per rektal yaitu :
1. Faktor fisiologis, antara lain pelepasan obat dari basis atau bahan dasar, difusi obat
melalui mukosa, deteoksifikasi atau metabolisme, distribusi di cairan jaringan, dan
terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan.
2. Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain kelarutan obat, kadar obat dalam basis,
ukuran partikel, dan basis suppositoria (Syamsuni, 2005).

Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain:


1. Tidak menyenangkan penggunaan
2. Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat per rektal:
1. Faktor fisiologis antara lain pelepasan uobat dari basis atau bahan dasar, difusi

obat melalui

mukosa, detoksifikasi atau metanolisme, distribusi di cairan jaringan dan terjadinya ikatan
protein di dalam darah atau cairan jaringan.
2. Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain : kelarutan obat, kadar obat dalam basis, ukuran
partikel dan basis supositoria
3. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat suppositoria harus dapat larut dalam air atau
meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang biasa digunakan adalah lemak cokelat (oleum
cacao), polietilenglikol (PEG), lemak tengkawang (oleum shorae) atau gelatin (Syamsuni, 2005).
Bahan dasar suppositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Padat pada suhu kamar sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak, tetapi akan melunak
pada suhu rectum dan dapat bercampur dengan cairan tubuh.
2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, dan bau serta pemisahan obat.
5. Kadar air mencukupi.
6. Untuk basis lemak maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan iodium dan bilangan
penyabunan harus jelas diketahui (Syamsuni, 2007).
Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Bahan dasar yang digunakan harus meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada di
rektum.
2. Obat harus larut dalam bahan dasar dan bila perlu dipanaskan. Bila sukar larut, obat harus
diserbukkan terlebih dahulu sampai halus.
3. Setelah campurn obat dan bahan dasarnya meleleh atau mencair, campuran itu dituangkan ke
dalam cetakan supositoria dan didinginkan. Cetakan ini dibuat dari besi yang dilapisi nikel dan
logam lain; ada juga terbuat dari plastik (Syamsuni, 2005).
Sifat suppositoria yang ideal ;

1. melebur pada suhu tubuh atau melarut dalam cairan tubuh.


2. tidak toksik dan tidak merangsang
3. dapat tercampur (kompartibel) dengan bahan obat.
4. dapat melepas obat dengan segera.
5. mudah dituang kedalam cetakan dan dapat dengan mudah dilepas dari cetakan.
6. stabil terhadap pemanasan diatas suhu lebur.
7. mudah ditangani.
8. stabil selama penyimpanan.
Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat (oleum cacao) :
1. Merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam palmitat; berwarna putih kekuningan;
padat, berbau seperti coklat, dan meleleh pada suhu 310-340C.
2. Karena mudah berbau tengik, harus disimpan dalam wadah atau tempat sejuk, kering, dan
terlindung dari cahaya.
3. Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di
atas titik leburnya, oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti
Kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.
a.

Bentuk (alfa) : terjadi jika lelehan oleum cacao tadi didinginkan dan segera pada 0 0C dan

bentuk ini memiliki titik lebur 240C (menurut literature lain 220C).
b. Bentuk (beta) : terjadi jika lelehan oleum cacao tadi diaduk-aduk pada suhu 18 0-230C dan
bentuk ini memiliki titik lebur 280-310C.
c. Bentuk stabil (beta stabil) : terjadi akibat perubahan bentuk secara perlahan-lahan disertai
kontraksi volume dan bentuk ini mempunyai titik lebur 340-350C (menurut literature lain 34,50C).
d. Bentuk (gamma) : terjadi dari pendinginan lelehan oleum cacao yang sudah dingin (200C) dan
bentuk ini memiliki titik lebur 180C.
4. Untuk menghindari bentuk-bentuk Kristal tidak stabil diatas dapat dilakukan dengan cara :
a. Oleum cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup 2/3 nya saja yang dilelehkan.

b.

Penambahan sejumlah kecil bentuk Kristal stabil kedalam lelehan oleum cacao untuk

mempercepat perubahan bentuk karena tidak stabil menjadi bentuk stabil.


c. Pembekuan lelehan selama beberapa jam atau beberapa hari.
5. Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, memiliki bau khas, dan bersifat
polimorf (mempunyai banyak bentuk Kristal). Jika dipanaskan, pada suhu 300C akan mulai
mencair dan biasanya meleleh sekitar 340-350C, sedangkan pada suhu dibawah 300C berupa
massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna seperti
minyak dan akan kehilangan semua inti Kristal stabil yang berguna untuk memadat. Jika
didinginkan dibawah suhu 150C, akan mengkristal dalam bentuk Kristal metastabil. Agar
mendapatkan suppositoria yang stabil, pemanasan lemak coklat sebaiknya dilakukan sampai
cukup meleleh saja sampai dapat dituang, sehingga tetap mengandung inti Kristal dari bentuk
stabil.
6. Untuk menaikkan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan cera atau cetasium (spermaseti).
Penambahan cera flava tidak boleh lebih dari 6% sebab akan menghasilkan campuran yang
mempunyai titik lebur diatas 370C dan tidak boleh kurang dari 4% karena akan diperoleh titik
lebur < 330C. Jika bahan obat merupakan larutan dalam air, perlu diperhatikan bahwa lemak
coklatnya hanya sedikit menyerap air. Oleh karena itu penambahan cera flava dapat juga
menaikkan daya serap lemak coklat terhadap air.
7. Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat juga digunakan tambahan sedikit kloralhidrat
atau fenol, atau minyak atsiri.
8. Lemak coklat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena
itu dapat menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati.
9. Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan residu yang tidak dapat
terserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang dipakai untuk sediaan rectal karena disolusinya
lambat.
10. Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampurkan bahan obat
yang dihaluskan kedalam minyak lemak padat pada suhu kamar, dan massa yang dihasilkan
dibuat dalam bentuk yang sesuai atau dibuat dengan cara meleburkan minyak lemak dengan obat
kemudian dibiarkan sampai dingin dalam cetakan. Suppositoria ini harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, pada suhu dibawah 300C.
11. Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar oleum cacao sebaiknya dihindari karena :

a. Menyebabkan reaksi antara obat-obatan didalam suppositoria.


b. Mempercepat tengiknya oleum cacao.
c. Jika airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat keluar dari suppositoria.
12. Keburukan oleum cacao sebagai bahan dasar suppositoria :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Meleleh pada udara yang panas.


Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama.
Titik leburnya dapat turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu.
Adanya sifat polimorfisme.
Sering bocor (keluar dari rectum karena mencair) selama pemakaian.
Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (Syamsuni, 2007).
Akibat beberapa keburukan oleum cacao tersebut dicari pengganti oleum cacao sebagai
bahan dasar suppositoria, yaitu :

1. Campuran asam oleat dengan asam stearat dalam perbandingan yang dapat diatur.
2. Campuran setilalkohol dengan oleum amygdalarum dalam perbandingan 17 : 83.
3. Oleum cacao sintesis : coca buta, supositol (Syamsuni, 2007).
Pada pembuatan suppositoria dengan menggunakan cetakan, volume suppositoria harus
tetap, tetapi bobotnya beragam tergantung pada jumlah dan bobot jenis yang dapat diabaikan,
misalnya extr. Belladonae, gram alkaloid.
Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot lemak coklat yang mempunyai volume yang
sama dengan 1 g obat (Syamsuni, 2007).
Nilai tukar lemak coklat untuk 1 g obat, yaitu :
Acidum boricum

: 0,65

Aethylis aminobenzoas

: 0,68

Garam alkaloid

: 0,7

Aminophylinum

: 0,86

Bismuthi subgallus

: 0,37

Bismuthi subnitras

: 0,20

Ichtammolum

: 0,72

Sulfonamidum

: 0,60

Tanninum

: 0,68

Zinci oxydum

: 0,25

Dalam praktik, nilai tukar beberapa obat adalah 0,7, kecuali untuk garam bismuth dan
zink oksida. Untuk larutan, nilai tukarnya dianggap 1. Jika suppositoria mengandung obat atau
zat padat yang banyak pengisian pada cetakan berkurang, dan jika dipenuhi dengan campuran
massa, akan diperoleh jumlah obat yang melebihi dosis. Oleh sebab itu, untuk membuat
suppositoria yang sesuai dapat dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan nilai tukar
sebagai berikut (Syamsuni, 2007).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat

Beaker glass

Cawan porselin

Lumpang dan stamper

Spatula

Sudip

Termometer

Batang pengaduk

Timbangan gram

Timbangan miligram

Neraca analitik

Kertas perkamen

Jarum/kawat

Cetakan suppositoria

Aluminum foil

Lemari pendingin

Waterbath
3.1.2 Bahan

Benzokain

Theophylin

Oleum Cacao

Formulasi
R/

Benzokain 0,500
Theophylin 0,500
Dasar Supp q.s
m.f. supp.dtd
s.I dd supp I

Pro : Tn. Jalal

Pemilihan dasar suppositoria = Oleum Cacao

Berat 1 suppositoria

= 3 gr

3.2. Perhitungan Bahan


Pada percobaan ini satu kelompok terdiri dari 10 orang. Penimbangan dilakukan dengan cara
1 suppositoria untuk tiap anggota kelompok, dan satu orang menimbang dengan penghitungan 3
suppositoria. Jadi total bahan yang akan diambil adalah untuk 12 suppositoria.
a. Penimbangan Bahan Untuk 1 Suppositoria
Benzocain

: 500 mg

Theophyllin

: 500 mg

Ol. Cacao

q.s.

: 3000 (500+500)
: 2000 mg
Berat total suppositoria

: 3000 mg

b. Penimbangan Bahan Untuk 3 Suppositoria


Benzocain

: 500 mg x 3

: 1500 mg

Theophyllin

: 500 mg x 3

: 1500 mg

Ol. Cacao

q.s.

: (3 x 3000) (1500 + 1500) : 6000 mg


3.3. Cara pembuatan
1. Seluruh bahan ditimbang.
2. Gerus homogen benzokain dan theophylin dalam lumpang.
3. Sediakan air dengan suhu 400C dalam beaker glass sebagai waterbath buatan.
4. Larutkan Oleum Cacao yang telah ditimbang di cawan perselen dengan meletakkannya
diatas waterbath buatan. Dasar cawan harus mengenai air. Diatur agar suhu dari
waterbath tetap 400C.
5. Setelah Oleum Cacao melarut sempurna maka tambahkan campuran benzokain dengan
theophylin yang telah digerus homogen kedalam cawan, aduk rata dan homogen.
6. Masukkan semua campuran tersebut kedalam cetakan suppositoria yang telah dilapisi
dengan paraffin dengan bantuan jarum/kawat.
7. Dinginkan dalam lemari pendingin selama 15 menit.

3.4. Evaluasi Suppositoria


3.4.1. Keseragaman Bobot
Caranya : 1. Timbang 4 suppositoria (A).

2. Hitung bobot rata-rata = A/4 = B


3. Timbang satu persatu (C)
Syarat : Penyimpangan beratnya tidak boleh lebih besar dari 5 10%
Rumus penyimpangan : (B-C) / B x 100% = .%

Bobot 4 suppositoria = 12,042 gram (A)


Bobot rata-rata
= 12,042 gram/4 = 3,01 gram (B)
Bobot suppositoria ( C )
= a. 2,933 gram
b. 2,963 gram
c. 2,994 gram
d. 3,00 gram
Penyimpangan :
(B C)/B x 100%
a. (3,01 2,933)/3,01 x 100% = 3,203%
b. (3,01 2,963)/3,01 x 100% = 1,56%
c. (3,01 2,994)/3,01 x 100% = 0,53%
d. (3,01- 3,00)/3,01 x 100%

= 0,033%

Kesimpulan : memenuhi syarat


3.4.2. Penentuan homogenitas
Menggunakan objek glass. Oleskan sediaan suppositoria diatas objek glass, kemudian tutup
dengan objek glass lainnya. Amati apakah sediaan tersebut homogen atau tidak.
Hasil : Homogen ( memenuhi syarat)
3.5. Pembahasan
Pada percobaan ini dialakukan pembuatan sediaan suppositoria dengan menggunakan dua
bahan aktif yaitu benzocain dan theophyllin, dan basis suppositoria yang digunakan adalah
oleum cacao. Pada percobaan dibuat suppositoria sebanyak 10 untuk tiap kelompok yang terdiri
dari 10 orang. Penimbangan bahan yang dilakukan adalah 1 suppositoria untuk tiap orang dan 3

suppositoria dilakukan hanya pada 1 orang. Jadi bahan yang ditimbang adalah untuk 12
suppositoria.
Kelebihan penimbangan bahan adalah untuk mencukupkan masa suppositoria pada saat
pencetakan. Pada pengisian masa suppositoria ke dalam cetakan, lemak coklat cepat membeku,
dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang di atas masa, maka pada
pengisian cetakan harus diisi lebih, baru setelah dingin kelebihannya dipotong (Anief, 2004).
Pada pembuatan suppositoria dikenal dengan adanya istilah nilai tukar untuk pembuatan
dengan basis oleum cacao. Nilai tukar dimaksudkan untk mengetahui berat lemak coklat yang
mempunyai besar volume yang sama dengan 1 gram obat (Anief, 2004).
Karena itu dalam penimbangan seharusnya tidak dilakukan satu persatu, tapi dihitung nilai
tukar zat aktif untuk mencari kebutuhan oleum cacao yang diperlukan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan

Suppositoria yang dibuat berbentuk peluru.

Bahan dasar suppositoria yang digunakan adalah oleum Cacao

Suppositoria memenuhi persyaratan evaluasi keseragaman bobot dimana tidak ada satu
suppositoria pun yang penyimpangannya lebih dari 10%.

Suppositoria memenuhi persyaratan uji homogenitas.

4.2. Saran

Praktikan hendaknya mengetahui prosedur kerja dari percobaan.

Praktikan hendaknya melakukan prosedur percobaan dengan baik agar diperoleh hasil
yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh, (2004), Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ansel, (2005), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta.
Depkes R.I. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Syamsuni, H.A. (2005). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit Kedokteran : Jakarta.
Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep. Jakarta : EGC.
http://miraclefarmasi.blogspot.co.id/2011/06/supositoria.html
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat. Bentuk obat menentukan rute obat.
Misalnya, kapsul diberikan peroral dan larutan diberikan per intravena. Komposisi obat dibuat
untuk meningkatkan absorpsi dan metabolisme didalam tubuh.
Banyak obat tersedia dalam beberapa bentuk misalnya, suppositoria, spray, salep, ekstrak
dll.Salep merupakan bentuk dari obat luar untuk mengobati penyakit yang berhubungan dengan
sensitifitas kulit seperti panu. Kurap, gatal-gatalakibat bakteri. Spray merupakan bentuk obat yang
disemprot atau dihisap kedalam saluran pernafasan dan paru-paru. Bentuk ini terutama digunakan
untuk sakit pilek, batuk dan asma. Obat ini dirancang khusus agar reaksinya cepat dan mudah atau
praktis untuk digunakan. Ekstrak merupakan bentuk obat yang berasal dari alam berupa
tanaman obat, binatang maupun minereal (phapros). Ekstrak adalah sediaan kering / cair dibuat untuk
mencapai simplisia nabati / hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya
matahari langsung. Salah satu obat ekstrak yaitu obat tradisional. S u p o s i t u r i a M e r u p a k a n
s a l a h s a t u o b a t y a n g b e r b e n t u k p a d a t . Pemberian obat suppositoria ini bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat menjadi lunak pada daerah feses atau merangsang buang
air besar. pemberian obat suppositoria ini dapat diberikan pada pasien yang mengalami pandarahan
rektal.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud dengan Obat Supositoria, Spray, Ekstrak dan salep?
2.
Bagaimana bentuk dan contoh dari Obat Supositoria, Spray, Ekstrak dan salep?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
penyusunan

makalah

ini

adalah

untuk

mengetahui bentuk-bentuk

Supositoria,Spray,Ektrak, dan Salep.


2. Tujuan Khusus
untuk memahami bentuk-bentuk obat, contoh Supositoria,Spray,
Ektrak, dan Salep sesuai dengan fungsinya.

obat

D. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Definisi Obat Suppositoria
1 Supositoria Rektal
2 Supositoria Vaginal
B. Definisi Obat Spray
C. Definisi Obat Ekstrak
D. Definisi Obat Salep
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Obat Supositoria


Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan
melalui rectal,vaginal. Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan
mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan
kejanggalan begitu masuk, har us dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel,2005).
Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi:
1. Suppositoria rectal

suppositoria rectal untuk dewasa

berbentuk berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya
berbobot
2 g.

lebih

kurang

Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya


suppositoria rektum panjangnya 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya
tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil,
tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP
sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ).
Contoh

1. Nama Generik
Nama Pabrik
Golongan
Komposisi

: superhoid suppo
: PT Triman Bandung Indonesia
:K
: Benzokain..1,0%
ZnO2%
Alukol .0,25%
: Sebagai Pereda nyeri wasir dalam dan luar, pelunakan

Indikasi
feces.

Kontra Indikasi: hipersensitif thd obat di atas


Dosis

: 1 kali dlm semalam

Efek samping : dermatitis kontak


2.

Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0
g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti
polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium .

(Ansel, 2005).
Contoh
:
1. Nama Generik: Nystatin
Nama Paten : Nystatin
Nama Pabrik : Pharos
Golongan
:K
Golongan Obat
: Anti jamur
Komposisi
: Nystatin Ovula 100.000 U
Indikasi
: Candidosis Vagina
Kontra Indikasi
: Pasien yang hypersensitive terhadap nystatin
Dosis
: Dewasa
1-2 ovula saat malam
Efek samping : gangguan gastrointestinal(mual,muntah,diare).
Penggunaan suppositoria bertujuan :
1. Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya.
Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.

2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat


3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan
obat secara biokimia di dalam hati ( Syamsuni, 2005 )
Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. Baik bagi pasien yang mudah muntah
3. Bentuknya seperti terpedo mengunt sadarungkan karena suppositoria akan tertarik masuk dengan
sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur (Anief, 2005; Syamsuni,
2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat per rektal:


1. Faktor fisiologis
antara lain pelepasan obat dari basis atau bahan dasar, difusi obat melalui mukosa,
detoksifikasi atau metanolisme, distribusi di cairan jaringan dan terjadinya ikatan protein di
dalam darah atau cairan jaringan.
2. Faktor fisika kimia obat dan basis
antara lain kelarutan obat, kadar obat dalam basis, ukuran partikel dan basis supositoria (
Syamsuni, 2005).
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat suppositoria harus dapat larut dalam air atau
meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang biasa digunakan adalah lemak cokelat (oleum
cacao), polietilenglikol (PEG), lemak tengkawang (oleum shorae) atau gelatin (Syamsuni, 2005).
Sifat ideal bahan dasar/ basis yang digunakan antara lain:
1. Tidak mengiritasi
2. Mudah dibersihkan
3. Tidak meninggalkan bekas
4. Stabil
5. Tidak tergantung PH

6. Dapat bercampur dengan banyak obat


7. Secara terapi netral
8. Memiliki daya sebar yang baik/ mudah dioleskan( Sulaiman dan
Kuswahyuning,2008 ).
B. Definisi Obat Spray
Spray adalah sistem koloidal yang terdiri dari zat cair yang terbagi
sangat halus sekali dalam gas
Keunggulan sediaan Spray :
1. Obat mudah dipakai, hanya dengan menekan
tombol
2. Obat tidak terkontaminasi dengan bahan asing
atau rusak karena kelembaban
udara, karena wadah tertutup rapi dengan katup
yang rapat
3. Sterilitas obat dapat dipertahankan
4. Pemberian lebih mudah karena cukup dipakai
sebagai lapisan tipis dan tidak memerlukan
alat/kapas untuk dioleskan pada kulit
5. Rasa dingin pada kulit sebagai efek cairan-gas

Contoh bentuk obat spray:


1. Brikasma Inhaler

2.

Pabrik
Golongan
Komposisi
Indikasi

:Astrazeneka
K
; tiap 1 dosis / semprot mengandung terbulin sulfat 0,25mg
: Bronkhitis

Flixotide
Pabrik
Golongan

: Glaxowellcome
K

Komposisi

; tiap 1 dosis / semprot mengandung Proplonat 50mcg

Indikasi

C. D e f i n i s i

: Profilaksis Asma

O b a t

E k s t r a k

Indikasi
Dosis

Ekstrak merupakan bentuk obat yang berasal dari


alam berupatanaman obat, binatang maupun minereal (phapros).
Ekstrak adalah sediaankering / cair dibuat untuk mencapai
simplisia nabati / hewani menurut cara yang cocok diluar
pengaruh cahaya matahari langsung.
Salah

satu

obatekstrak

tradisional

yaitu

bahan

yaitu

ramuan

obat
yang

tradisional.Obat
berupa

bahan

tumbuhan bahan hewan, mineral, sediaan (galenik) atau


campuran

dari

bahan

tersebuty a n g

secara

turun-

t e m u r u n y a n g t e l a h d i g u n a k a n u n t u k p e n g o b a t a n berdasatkan pengalaman (menurut


undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan).
Contoh :
1.
Nama
: Sari Kurma Al-zazira
Nama Pabrik : CV Amal Mulia Sejahtera
Komposisi
: Sari kurma dan madu murni(lebah habbatu sauda)
: gangguan gastric, masalah sembelit, kurangnya anti bodi.
: di minum 1-2 sendok setiap hari
O b a t i n i b e k e r j a s e s u a i b a h a n y a n g d i m i l i k i n y a d a n r e a k s i n y a terhadap
protein-protein tubuh untuk memberikan efek penyembuhan padadaerah yang diinginkan dan
bekerja spesifik pada zat-zat tertentu dengankandungan alami alam.

D. Definisi Salep
Salep merupakan bentuk dari obat luar untuk mengobati penyakityang berhubungan dengan
sensitifitas kulit seperti panu. Kurap, gatal-gatalakibat bakteri. obat luar dapat diartikan
obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan kearah lambung, obatluar biasanya
menggunakan etiket berwarna biru.Salep digunakan haya pada kulit dan selaput lendir, oleh karena
itureaksi obatnya hanya pada daerah luar dengan memberikan reaksi kimia pada daerah kulit dan
selaput-selaput lendir dan mampu untuk menurunkanreaksi peradangan yang terjadi dengan anti histamine
Fungsi Salep

Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.

Sebagai bahan pelumas pada kulit.

Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.

Kualitas dasar salep

Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.

Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.

Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.

Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya.

Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau
cair pada pengobatan.

Penggolongan dasar salep

Dasar salep berminyak (berbentuk salep kental)


Contohnya :

1. Nama Paten : Salep 88


Nama Pabrik : Meccaya,Bekasi-Indonesia
Komposisi
: Acidum Salicycum.60mg
Acidum Benzoicum..65mg
Sulfur Praecifitatum.60mg
Camphora..30mg
Mentholum25mg
Vaselin Album Ad..1.000mg
Golongan
: Bebas Terbatas
Indikasi
: Panu,kadas,kurap,kudis dan kutu air
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap komposisi di atas
Dosis
: 1-3 kali sehari, di bersihkan dan di keringkan terlebih
Dahulu

Dasar salep absorpsi (berbentuk cream)

Contohnya Mycoral, Pi kang shuang


1. Nama Generik
Nama Paten
Nama Pabrik
Golongan
Komposisi
Indikasi
Kontra indikasi
Dosis

: Ketoconazole
: Mycoral
: PT Kalbe Farma
:K
: Ketoconazole..2%
: Kerusakan jaringan kulit luar(kurap,absis,kadas)
: hipersensitif terhadap Ketoconazole
: 1-3 kali sehari setelah mandi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan
melalui rectal,vaginal. Salep merupakan bentuk dari obat luar untuk mengobati penyakityang
berhubungan dengan sensitifitas kulit terdapat 2 jenis salep berminyak dan absorbsi. Ekstrak
merupakan bentuk obat yang berasal dari alam berupa tanaman obat, binatang maupun
minereal (phapros). Spray adalah sistem koloidal yang terdiri dari zat cair yang terbagi sangat halus
sekali dalam gas.

B. Saran
Untuk para pembaca khususnya mahasiswa keperawatan, Alangkah lebih baik jika
dalam pemberian obat kepada pasien itu sesuai dengan prosedur dan tata cara yang
benar.

http://sandaljepit32.blogspot.co.id/2012/06/makalah-bentuk-obat-supositoria-ektral.html
Waktu hancur pil = Waktu hancur tablet

Tidak lebih dari 15 menit untuk pil tak bersalut


Tidak lebih dari 60 menit untuk pil bersalut gula dan bersalut selaput.
Pil bersalut enterik : 3 jam dalam larutan 0,06 N HCl dan tidak lebih dari 60 menit dalam larutan
pendapar pH 6,8

Padat
Jumlah kecil :
o B.O. ditambah pelarut yang sesuai agar tepat larut
o B.O. ditambah pengisi yang warnanya kontras
o Ditambah zat pengikat
o Ditambah zat pembasah
o Contoh : Ekstrak Belladon, Ekstrak Hyosciami, dan Ekstrak Cannabis
Jumlah besar :
o B.O. ditambah Radix q.s. ad massa pil
o Contoh : Ekstrak Secale cornuti dan Ekstrak Visci albi

Anda mungkin juga menyukai