Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan
cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga
banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan
sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan
yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah
bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain
yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert,
tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada
jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan
serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena sebagian
besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk
itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui.

Praktek solida 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praformulasi Tablet Aminophilin
2. Bagaimana metode cara pembuatan tablet aaminophilin
3. Bagaimana dan memahami tentang praformulasi,formulasi,dan uji mutu
fisik dari tablet aminophilin.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Praformulasi Tablet Aminophilin
2. Mengetahui metode cara pembuatan tablet aaminophilin
3. Mengetahui dan memahami tentang praformulasi,formulasi,dan uji mutu
fisik dari tablet aminophilin

Praktek solida 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tablet

Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak,
berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.
Kebanyakan dari tablet digunakan pada pemberian peroral, dan kebanyakan dari
tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan
lapisan berbagai jenis (FI III, 1979).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan tablet dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok
(Depkes RI, 1979).

2.2 Persyaratan Sediaan Tablet

Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan tablet yang baik,
antara lain :

1. Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat


pentabletan, pengemasan, transportasi, dan penggunaannya. Untuk itu,
perlu dilakukan uji kekerasan dan kerapuhan tablet, meskipun
persyaratan kekerasan dan kerapuhan tablet tidak tercantum dalam
Farmakope Indonesia (persyaratan non-kompendial).

2. Kadar obat harus terpenuhi, sesuai dengan persyaratan yang tercantum


dalam Farmakope Indonesia.

Praktek solida 3
3. Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif didalam tablet,
sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope
Indonesia.

4. Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan dan


banyaknya obat yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh
waktu hancur tablet.

5. Penampilan yang baik dan menarik, oleh karena itu sering kali
diperlukan bahan pewarna , perasa, dan pemberi aroma.

6. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap


akseptabel, aman dan manjur bila digunakan.(Hadisoewignyo L dan
Fudholi A, 2013).

2.3 Metode Pembuatan Tablet

Berdasarkan metode pembuatan table dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Granulasi Basah

Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode
ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan
panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah
membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat
tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.

a. Keuntungan metode granulasi basah :

 Memperoleh aliran yang baik


 Meningkatkan kompresibilitas
 Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
 Mengontrol pelepasan

Praktek solida 4
 Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
 Distribusi keseragaman kandungan
 Meningkatkan kecepatan disolusi

b. Kekurangan metode granulasi basah:

 Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi


 Biaya cukup tinggi
 Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini
 Tahap pengerjaan lebih lama.
C. Cara pembuatan :

Dilakukan dengan mencammpurkan zat khasit, zat pengisi dan zat


penghancur sampai homogeny, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila
perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan
dikeringkan dalam almari pengeringan pada suhu 400-500 C (tidak lebih dari 600
C). setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin/librikan dan dicetak menjadi table
dengan mesin table.

2. Granulasi Kering

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat
yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul
secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat
melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang
memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif
yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.

Praktek solida 5
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut : Kandungan zat
aktif dalam tablet tinggi, Zat aktif susah mengalir, Zat aktif sensitif terhadap panas
dan lembab.

a. Keuntungan cara granulasi kering adalah:

 Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,


mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
 Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
 Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

b. Kekurangan cara granulasi kering adalah:

 Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug


 Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
 Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan
terjadinya kontaminasi silang

c. Cara pembuata :

Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat penghancur,
bila perlu ditambahkan zat pengikat, zat pelicin menjadi masa serbuk yang
homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehingga menjadi table besar (
slugging)yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa
cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan.

3. Cetak Langsung

Cetak langsung yaitu proses pembuatan tablet dengan mengempa langsung


campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih
dahulu.

Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat
pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil
dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada

Praktek solida 6
beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin
langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung
dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet
kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat
zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas
dan kohesifitas dalam massa tablet.

a. Keuntungan yaitu :

 Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit


 Lebih singkat prosesnya.
 Dapat diterapkan pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab.
 Waktu hancur dan disolusi lebih baik karena tidak memakai
pengikat
b. Kerugian yaitu :
 Kurang seragamnya kandungan zat aktif karena kerapatan bulk
antara zat aktif dan pengisi berbeda.
 Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung.
 Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan
harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik;
kohesifitas dan adhesifitas yang baik.

2.4 Defenisi Aminophylline

Aminofillin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai yang


mempunyai efek bronkodilator dengan jalan melemaskan oot polos bronkus.

 Indikasi
 Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronchial.
 Kontra – Indikasi
 Hipersensitif terhadap Aminofillin atau komponen obat.

Praktek solida 7
 Penderita tukak lambung, diabetes.
 Efek Samping
 Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare.
 Susunan Saraf Pusat, misalnya : sakit kepala, insomnia.
 Kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia ventrikuler.
 Pernafasan, misalnya : tachypnea.
 Rash, hiperglikemia.
 Dosis
 Dewasa dan anak : Untuk serangan akut, ‘Loading Dose’ 6 mg/kg
BB diberikan intravena secara perlahan (tidak lebih dari 25
mg/menit). “Loading dose” harus dikurangi 50% jika penderita
telah menerima teofilin dalam 24 jam terakhir. Setelah Loading
dose, diteruskan dengan dosis pemeliharaan :
 Anak – anak dibawah 9 tahun : 1 mg/kg BB/jam.
 Anak – anak di atas 9 tahun dan dewasa merokok : 0,8 mg/kg
BB/jam.
 Dewasa tidak merokok : 0,5 mg/kg BB/jam.
 Penderita dengan dekompensasi jantung atau gangguan fungsi hati
: 0,2 mg/kg BB/jam.
 Dosis pemeliharaan harus dikurangi bila timbul mual, muntah,
sakit kepala, takikardi atau efek toksik lain atau bila konsentrasi
serum teofilin melalui 20 mcg/ml

Praktek solida 8
BAB III

PRAFORMULASI

3.1 TINJAUAN BAHAN AKTIF


3.1.1 Monografi bahan aktif
Nama lain : Theophylline-ethylenediamine
Rumus molekul : C16H24N10O4
Struktur molekul :

Indikasi : Non selektif phosphodiesterase inhibitor,


pengobatan obstruksi nafas reversibel.
Pemerian : Serbuk putih atau kekuning-kuningan, beberapa
berbenntuk granul
Kelarutan : Sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam
etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. (4)
3.1.2 Organoleptis
Warna : Putih atau kekuning-kuningan
Bau : Tidak berbau
Rasa : Agak pahit
3.2 Tinjaun bahan tambahan
3.2.1 Pengisi tablet / tablet diluents
1. Amilum kering
Nama Lain : Pati
Rumus Molekul : ( C6H10O6 )n
Pemerian : Bentuk serbuk sangat halus, warna putih, tidak
berbau, tidak berasa
Kadar : 5 - 20% sebagai penghancur

Praktek solida 9
pH : 5,5 - 6,5
Kelarutan : - Praktis tidak larut dalam air dingin
- Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.
Penggunaan : Pengisi-Pengikat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan
mkering. (2)
2. Sukrosa
Nama Lain : Beet sugar,cane sugar, refined sugar, saccharose,
saccharum, sugar.
Pemerian : Bentuk kristal tidak berwarna, massa kristal atau
balok, atau serbuk kristal putih, tidak berbau dan
rasa manis.
Rumus Molekul : C12H22O11
Berat molekul : 342,30
Kadar : q.s untuk pengisi tablet
Titik leleh : 160-186o C
Kelarutan : - Larut dalam 400 bagian etanol
- Larut dalam 170 bagian etanol 95%
- Larut dalam 400 bagian propan 2-ol
- Larut dalam 0,5 bagian air, dan 0,2 bagian air
mendidih
- Praktis tidak larut dalam kloroform P
Penggunaan : Confectionery base, coating agent, granulation aid,
suspending agent, sweetening agent, tablet binder,
tablet and capsule diluent, tablet filler, therapeutic
agent, viscosity-increasing agent.
Inkompaktibilitas : Dapat kontaminan oleh metal berat,
inkompaktibilitas dengan bahan akfit seperti asam
askorbat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik(2).

Praktek solida 10
3. PVP (Polyvinyl pyrrolidone)
Nama lain : Povidone
Rumus molekul : (C6H9NO)n
Pemerian : Halus, berwarna putih atau putih krem, tidak
berbau atau hampir tidak berbau, serbuk
higroskopis.
Kelarutan : sangat larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),
keton, metanol dan air, praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon, dan mineral oil.
Fungsi : Disintegrant, meningkatkan dissolution, agent
suspending, tablet binder
PH :3–7
Titik leleh : 150o C
Inkompaktibilitas : Kompaktibel dalam larutan dengan garam
inorganik, resin alami dan sintetik dan zat kimia
lainnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik(2).
4. Talk
Nama Lain : Talcum
Pemerian : Bentuk serbuk hablur, sangat halus licin, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih
atau putih kelabu, tidak berbau, tidak berasa
Rumus Molekul : Mg6(Si2O5)4(OH)4
Kadar : 1 – 5 % sebagai antiadheren dan glidant
pH : 6,5 - 10
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Penggunaan : Antiadheren dan Glidant
Inkompaktibilitas : Senyawa ammonium kuartener
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. (3)

Praktek solida 11
5. Mg Stearat
Nama Lain : Magnesii Stearas
Pemerian : Bentuk serbuk halus, licin dan mudah melekat
pada kulit, warna putih, bau lemah khas
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Berat molekul : 591,27
Kadar : 0,25 – 5% sebagai lubrikant
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, praktis tidak larut
dalam etanol ( 95 % ) P., praktis tidak larut dalam
eter P
Penggunaan : lubrikan
Inkompaktibilitas : Asam kuat, alkalis dan garam besi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. (2)

3.2.2 Perhitungan
Dibuat tablet aminofilin 225 mg dalam 350 mg
Fase dalam
Aminofillin = 225 mg
Amilum kering (10% x 350 g) = 35 mg
1
Pemakaian disentegran pada fase dalam (2 x 35 mg = 17,5 mg)

3.2.3 Alasan dan Fungsi Bahan


1. Zat Aktif : Aminofilin
Alasan penggunaan karena aminofilin berfungsi untuk indikasi obstruksi
saluran nafas reversible dan asma akut berat(4). Aminofilin digunakan dosis besar,
kurang kompartibel dan sifat alir zat aktif kurang baik sehingga dapat digunakan
metode granulasi basah(4).
2. Bahan Pengisi : Sukrosa
Alasan penggunaan karena bobot zat aktif dalam 1x dosis sedikit untuk
dibentuk dan dibuat bulk dan tidak mencukupi bobot total tablet. Bobot yang
diinginkan untuk 1 tablet adalah 250 mg sehingga ditambahkan sukrosa sebagai
pengisi(6).

Praktek solida 12
3. Bahan Pengikat : larutan PVP
Alasan penggunaan karena dalam formulasi granulasi basah larutan PVP
dapat meningkatkan gaya kohesifitas serbuk, diperlukan untuk membentuk
granul(6).
4. Bahan Penghancur : Amilum kering
Alasan penggunaan karena sediaan tablet sukar untuk segera hancur ketika
kontak dengan cairan lambung. Sedangkan sediaan tablet yang mudah pecah
menjadi granul ketika berkontak dengan cairan pada saluran cerna, sehingga
terjadi pelepasan zat aktif sehingga ditambah amilum kering sebagai
penghancur(6).
5. Bahan Pelincir
- Lubrikant : Mg Stearat
Alasan penggunaan karena kemungkinan tablet sulit dikeluarkan dari ruang
die dan terjadi gesekan antara punch dan die yang dapat menyebabkan bentuk
tablet yang tidak rata. Sedangkan yang diinginkan tablet mudah dikeluarkan dari
ruang die dalam bentuk tablet utuh. Maka ditambahkan mg stearat sebagai
lubrikan membantu memperbaiki fluidity dan compactibilitas zat aktifnya(6)
- Antiadheren dan glidant : Talk
Alasan penggunaan karena massa cetak kemungkinan lengket pada
permukaan punch dan die karena pengeringan yang kurang sempurna. Sedangkan
yang diinginkan massa cetak tidak lengket pada permukaan punch dan die
sehingga dihasilkan tablet yang sempurna, tidak mudah terjadi sticking. Maka
ditambahkan talk sebagai antiadheren membantu memperbaiki fluidity dan
compactibilitas zat aktifnya(6)

Praktek solida 13
3.2.4.Cara pembuatan

Timbang PVP, dilarutkan dengan air

Aduk larutan homogen, ditambah


pewarna bila perlu

Granulasi hingga tabletasi


Aminofilin, amilum kering, sukrosa
dicampur homogen, tambah larutan
PVP

Masa basah diayak mesh 10

Granul dikeringkan dalam oven


60oC, kandungan lembab < 3%

Granul diayak mesh 14 atau 16

Granul ditimbang, dievaluasi, bila


memenuhi syarat dicampur talk,
amilum kering aduk homogen,
tambah mg stearat

Siap dicetak dan evaluasi

Praktek solida 14
BAB IV
EVALUASI TABLET
Pada proses pencetakan, berat dan kekerasan tablet yang akan dicetak,
diperhitungkan dengan mengatur punch atas dan punch bawah dari alat pencetak.
Untuk menentukan berat tablet yang akan dicetak, diatur dengan punch bawah.
Sedangkan untuk mengatur kekerasan tablet, digunakan punch atas.Tablet tersebut
harus dilakukan beberapa uji yaitu uji keseragaman bobot , uji keseragaman
ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas, dan uji waktu hancur.
1. Keseragaman Bobot

Uji keseragaman bobot dilakukan dengan mengambil tablet yang telah


dicetak sebanyak 20 tablet. Dilakukan pemberian nomor pada masing-masing
tablet untuk mempermudah dalam mencatat hasil.Masing-masing tablet ditimbang
bobotnya dengan menggunakan neraca analitik. Penggunaan neraca analisis dalam
uji keseragaman bobot ini digunakan karena merupakan alat yang kemungkinan
kesalahannya sangat kecil dibandingkan dengan timbangan manual.
Disamping itu angka dari bobot tablet yang dihasilkan akan muncul secara
otomatis, dengan itu dapat meminimalisir kesalahan dalam melihat angka. Hasil
yang diperoleh untuk masing-masing tablet dicatat kemudian dihitung rata-rata
dari bobot tablet tersebut.
Tujuan dari uji keseragaman bobot ini dijadikan sebagai parameter untuk
melihat keseragaman kandungan zat aktif dalam hal ini berkaitan dengan dosis
untuk setiap tabletnya. Dari uji keseragaman bobot tablet ini diharapkan dapat

Praktek solida 15
mewakili keseragaman bobot yang baik untuk semua tablet yang dicetak. Dari
pengujian keseragaman bobot tablet diperoleh nilai rata-rata 319 mg. Nilai ini
dibandingkan dengan data yang mempunyai nilai terbesar dan terkecil untuk
melihat keseragaman dari bobotnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya
keseragaman untuk setiap tabletnya dan menunjukkan pula bobot zat yang
terkandung di dalam tablet seragam dengan kata lain dosis untuk setiap tablet
dinyatakan seragam atau sama.
Tabel uji keseragaman bobot.

Tablet Berat (g) Bobot (mg) A B


1 0,32 320  
2 0,34 340  
3 0,33 330  
4 0,32 320  
5 0,32 320  
6 0,32 320  
7 0,33 330  
8 0,33 330  
9 0,32 320  
10 0,32 320  
11 0,31 310  
12 0,32 320  
13 0,33 330  
14 0,33 330  
15 0,32 320  
16 0,32 320  
17 0,33 330  
18 0,33 330  
19 0,32 320  
20 0,32 320  
Perhitungan :

Praktek solida 16
Bobot rata-rata = 320 + 340 + 330 + 320 + 320 + 320 + 330 + 330 + 320+ 320
+310 + 320 + 330 + 330 + 320 + 320 + 330 + 330 + 320 + 320
= 6480 / 20
= 324 mg.
324mg > 300 maka bobot tablet A = 5 %
Bobot tablet B = 10 % 324 - 16,2 =307,8 mg
A = 324 ± 5 % = 324mg + 16,2 =
324 + 16,2 =340,2 mg
324 – 324 = 291,6
B = 324 10 % =324 mg + 32,4
324 + 324 = 356,4

Kesimpulan : Jadi dari praktikum teruji keseragaman bobot pada tablet


Aminophilin 200 mg bahwa tablet Aminophilin memenuhi syarat.

2. Uji kekerasan tablet

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan
kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan dan transportasi.
Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester. Kekerasan adalah
parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan
mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama

Praktek solida 17
pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet
diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness tester.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi
dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan
meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu
hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak
selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai
kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet
dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4
kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang
diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang
tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi.
Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih
memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang
dipersyaratkan.
Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap
batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan
tablet.
Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2.
Tabel uji kekerasan.
Tablet N Kg
1 103 N 10,3
2 92 N 9,2
3 80 N 8
4 116 N 11,6
5 96 N 9,6
6 137 N 13,7

Praktek solida 18
7 93 N 9,3
8 99 N 9,9
9 97 N 9,7
10 95 N 9,5
11 97 N 9,7
12 106 N 10,6
13 99 N 9,9
14 100 N 10
15 82 N 8,2
16 98 N 9,8
17 107 N 10,7
18 119 N 11,9
19 137 N 13,7
20 120 N 12,0
Perhitungan :
F = m.g
103 N =M . 10 M/S2
M =103 N : 10 M/S2
=103 kg
Kesimpulan : Jadi dari praktikum uji kekerasan pada tablet Aminophilin 200 mg
tidak memenuhi syarat karena melebihi persyaratan uji kekerasan tablet yaitu 4-8
kg.
3. Uji keseragaman ukuran

Uji keseragaman ukuran dilakukan terhadap tablet yang sama dengan tablet
yang diuji keseragaman bobotnya. Hal ini dilakukan agar terdapat hubungan yang
linier dan menunjukkan hasil yang sinkron antara bobot dan ukuran dari tablet.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran diameter dan ketebalan dari tablet.

Praktek solida 19
Tablet diukur dengan menggunakan jangka sorong yang secara otomatis akan
menunjukkan nilai yang diperoleh untuk masing-masing tablet. Diameter dan
ketebalan tablet harus menunjukkan perbandingan yang seimbang. Hal ini akan
mempengaruhi terhadap tampilan dari tablet dan disesuaikan dengan jenis tablet
apa yang dibuat. Misalnya tablet untuk obat antibiotik biasanya diameter dan
ketebalannya kecil disesuaikan pula dengan dosis yang diberikan untuk setiap
tablet.Contoh lain misalnya tablet efferfescent, obat ini biasanya memiliki
diameter yang lebih panjang dan ketebalannya tidak jauh berbeda dengan obat
antibiotik.
Dengan uji keseragaman ukuran ini diharapkan memperoleh tampilan yang
sesuai dengan jenis tablet yang dibuat dan sesuai dengan pemakaiannya. Selain itu
parameter kesesuaian antara tebal dan diameter lain adalah nilai standar yang
tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi III yaitu diameter tablet tidak lebih
dari 3 kali atau tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
Tabel uji ukuran
Tablet Diameter Tebal
1 1,120 0,420
2 1,120 0,420
3 1,125 0,420
4 1,120 0,420
5 1,120 0,420
6 1,120 0,425
7 1,140 0,450
8 1,440 0,440
9 1,440 0,450
10 1,440 0,440
11 1,440 0,780
12 1,830 0,450
13 1,440 0,440
14 1,440 0,450

Praktek solida 20
15 1,440 0,440
16 1,440 0,440
17 1,240 0.440
18 1,440 0,440
19 1,440 0,440
20 1,440 0,440
Perhitungan :
Rata- rata diameter tablet = 26,775 / 20
= 1,33
Rata- rata tebal tablet = 8,625 / 20
= 0,43
Jadi diameter tablet dan tebal tablet = 1,33 / 0,43 = 3,09
Kesimpulan : jadi pada uji keseragaman ukuran dengan hasil perhitungan di atas
dengan nilai 3,09 memenuhi syarat karena berkisar diantara 1 1/3 t _ 3t.
4. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan


permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan
bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama
waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan
25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi
kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari

Praktek solida 21
alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung
persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap
baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% . Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar
harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang
masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet
dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi
kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet
tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan
(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua
kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan.
Tabel uji kerapuhan.
W0 Wt
6,64 6,66
Perhitungan :
% hilang = W0 - Wt x 100 % / W0
= 6,64 - 6,66 x 100 % / 6,64
= 0.30 %
Kesimpulan : Jadi hasil pengamatan pada uji kerapuhan pada tablet Aminophilin
200 mg memenuhi persyaratan kerapuhan yaitu 0,30 %.

5. Waktu Hancur

Praktek solida 22
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester,
yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas
dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan
menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang
waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak >
15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk
tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut
nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh
hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur
dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-
masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan
dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,
masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air
bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain
dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera
dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi

Praktek solida 23
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna.
Tablet Waktuk hancur (menit)
6 3:19 detik
Hancur dalam suhu 33,4 0c

Kesimpulan : Jadi dari praktikum uji waktu hancur pada tablet Aminophilin 200
mg memenuhi syarat karena waktu hancurnya kurang dari 15 menit.

Praktek solida 24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Uji-uji yang dilakukan terhadap tablet bertujuan agar tablet dapat memenuhi
syarat-syarat sebagai tablet yang baik, yaitu :
Tablet harus kuat, tahan terhadap goncangan dan tahan abrasi pada saat
pengemasan dan distribusi.

 Memiliki keseragaman bobot dan kandungan obat.

 Tablet dapat terbioavailable.

 Memiliki karakteristik warna, bau, dan rasa sebagai identitas produk.

 Memiliki kestabilan yang baik dan dapat tereffikasi.

 Di antara parameter-parameter uji sediaan tablet adalah uji keseragaman


bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), Keseragaman ukuran dan
uji waktu hancur.

 Uji keseragaman bobot dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.

 Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat


bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi.
 Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
 Dengan adanya pengujian tablet ditinjau dari berbagai parameter
diharapkan karakteristik suatu sediaan tablet dapat diketahui.
5.2 SARAN

Kami sangat menharapkan ktiyik dan saran kepada para pembaca guna
kesempurnaan isi dari makalah yang kami buat.

Praktek solida 25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi Keempat, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Elysabeth, dkk., 2011, Farmakologi dan Terapi: Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Niazi, Sarfaraz K., 2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations, Second Edition Volume One : Compressed Solid Products,
Informa healthcare, New York.
Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association, London.
Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth
Edition, Pharmaceutical Press, Chicago, London.

Praktek solida 26

Anda mungkin juga menyukai